analisis kinerja optical switch pada jaringan banyan

advertisement
SINGUDA ENSIKOM
VOL. 6 NO.3 /Maret 2014
ANALISIS KINERJA OPTICAL SWITCH
PADA JARINGAN BANYAN
M Ikbal Kurniawan[1], M Zulfin[2]
Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (USU)
Jl. Almamater, Kampus USU Medan 20155 INDONESIA
e-mail: ikbalkurniawan1899yahoo.com
Abstrak
Jaringan Switch Optik Banyan adalah sebuah jaringan switching bertingkat (Multistage Interconnection
Network/MIN) yang biasanya terdiri dari sejumlah elemen switching yang digabungkan ke dalam. Salah satu
masalah yang paling serius dalam switching optik adalah adanya crosstalk optik. Crosstalk ini terjadi ketika dua
kanal sinyal saling berinteraksi satu sama lain. Dalam penulisan ini dianalisis kinerja switching optik dengan
menggunakan jaringan Banyan dengan input/output 2, 4, 8, 16, 32, 64 dan seterusnya. Dalam hal ini tolak ukur
kinerja yang digunakan adalah crosstalk dengan parameter rancangan adalah ratio perbandingan state ON-OFF pada
gate adalah -50 dB, crosstalk yang terdapat pada gate adalah -0.1 mW-1 dan faktor pentransmisian filter pada kanal
optical switch -40 dB dan nilai probabilitas paket yang dianalisis adalah 0.1 – 1. Setelah dilakukan analisis
probabilitas blocking pada jaringan Banyan, diperoleh hasil bahwa apabila jumlah input/output jaringan Banyan
semakin besar, dengan nilai probabilitas paket yang dihasilkan pada jaringan sebelum memasuki switching yang
tetap, maka probabilitas blocking-nya akan semakin kecil. Namun jika nilai probabilitas paket yang dihasilkan pada
jaringan sebelum memasuki switching diperbesar, Probabilitas blocking akan semakin besar. Sedangkan untuk nilai
crosstalk, jumlah Input/Outputnya dinaikkan, maka nilai crosstalk akan semakin besar.
Kata Kunci: switching, crosstalk, probabilitas blocking, Banyan, optic
1. Pendahuluan
Salah satu dari banyak faktor yang
mempengaruhi kinerja dari sebuah jaringan
telekomunikasi adalah jaringan switching. Salah
satu teknologi dari sebuah jaringan switching
adalah optical Switch. Jaringan ini menggunakan
Large Scale Optical Switch yang mengatur input
dan output dari sebuah port. Sebuah jaringan
switching optik banyak tingkat tersusun dari
banyak elemen switching yang saling
berhubungan yang menghubungkan N masukan
menuju ke M keluaran.
Elemen switching dan jaringan interkoneksi
dalam sebuah switching optik akan melakukan
sebuah fungsi dimana aliran optik pada input
akan dikirim ke output pada jaringan switching.
Elemen switching dasar ukuran 2 x 2 dalam
sistem switching optik biasanya adalah sebuah
Directional-Coupler (DC) dimana dua sinyal
saling berdekatan hal ini membuat DC akan
selalu mengalami masalah crosstalk, dimana
panjang gelombang yang bersifat optik yang
melewati sebuah DC akan bertemu dengan
panjang gelombang yang lain tanpa disengaja
pada waktu yang bersamaan, baik dalam bentuk
bar switch maupun cross switch.
2. Teori Umum
Komponen utama dari sistem switching
atau sentral adalah seperangkat sirkit masukan
dan keluaran yang disebut dengan inlet dan
outlet. Fungsi utama dari sistem switching
adalah membangun jalur listrik diantara
sepasang inlet dan outlet tertentu, dimana
perangkat yang digunakan untuk membangun
koneksi seperti itu disebut switching matriks
atau switching network.
Jaringan switching tidak membedakan
antara inlet/outlet yang tersambung ke
pelanggan maupun ke trunk. Sebuah sistem
switching tersusun dari elemen-elemen yang
melakukan fungsi-fungsi switching, kontrol dan
signaling.
Seiring dengan perkembangan yang
terjadi pada sistem transmisi dimana dengan
ditemukannya sistem transmisi serat optik,
copyright DTE FT USU
2014
129
SINGUDA ENSIKOM
VOL. 6 NO.3 /Maret 2014
menyebabkan peningkatan kecepatan transmisi
dan menyebabkan adanya tuntutan akan suatu
desain sistem switching yang sesuai dengan
kebutuhan transmisi tersebut. Desain elemen
switching yang dibutuhkan adalah desain yang
dapat meneruskan paket data secara cepat, dapat
dikembangkan dengan skala yang lebih besar
dan
dapat
secara
mudah
untuk
diimplementasikan. Suatu elemen switching
dapat digambarkan sebagai suatu elemen
jaringan yang menyalurkan paket data dari
terminal masukan menuju terminal keluaran.
Gambar 1 menggambarkan suatu tipe dari
elemen switching dimana terlihat bahwa suatu
switch yang terdiri dari tiga komponen dasar
yaitu: modul masukan, switching fabric dan
modul keluaran[1].
Gambar 1. Tipe Elemen Switching
Ketiga komponen switch tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
1. Modul masukan
Modul masukan akan menerima paket yang
datang pada terminal masukan. Modul
masukan akan menyaring paket yang datang
tersebut berdasarkan alamat yang terdapat
pada header dari paket tersebut.
2. Switching fabric
Switching fabric melakukan fungsi switching
dalam arti sebenarnya yaitu merutekan paket
dari terminal masukan menuju terminal
keluaran. Switching fabric terdiri atas
jaringan transmisi dan elemen switching.
Jaringan transmisi ini bersifat pasif dalam arti
bahwa hanya sebagai saluran saja. Pada sisi
lain elemen switching melaksanakan fungsi
seperti internal routing.
3. Modul keluaran
Modul
keluaran
berfungsi
untuk
menghubungkan paket ke media transmisi
dan ke berbagai jenis teknologi seperti
kontrol error dan data filterring tergantung
pada kemampuan yang terdapat pada modul
keluaran tersebut.
2.2 Klasifikasi Jaringan Interkoneksi
Banyak Tingkat
Jaringan merupakan suatu gambaran
berarah dimana node-nodenya terdiri dari tiga
bagian berikut:
1. Terminal sumber, yang memiliki indegree 0
2. Terminal tujuan yang memiliki outdegree 1
3. Elemen switching yang memiliki indegree
dan outdegree positif.
Jaringan banyak tingkat adalah jaringan
dimana terminal-terminalnya dapat diubah pada
tingkat i dihubungkan ke masukan pada tingkat
i+1. Jaringan uniform adalah jaringan banyak
tingkat dimana semua elemen switching pada
suatu tingkat yang sama memiliki jumlah
terminal masukan dan terminal keluaran yang
sama. Jaringan square dengan derajat k adalah
jaringan banyak tingkat yang dibangun dari
elemen switching k x k.
Jaringan interkoneksi banyak tingkat
adalah jaringan interkoneksi yang digunakan
untuk menghubungkan sekelompok N masukan
ke sekelompok N keluaran melalui jumlah
sejumlah tingkat perantara menggunakan elemen
switching yang berukuran kecil diikuti oleh
interkoneksi tingkat-tingkat penghubung.
Elemen
switching
pada
jaringan
interkoneksi banyak tingkat boleh memiliki
buffer masukan ataupun buffer keluaran. Buffer
berfungsi sebagai penyimpanan sementara untuk
pesan-pesan yang diblok ketika konfilk terjadi.
Penggolongan jaringan interkoneksi banyak
tingkat berdasarkan defenisi-defenisi yang telah
diberikan ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Klasifikasi Jaringan Interkoneksi
Banyak Tingkat
copyright DTE FT USU
2014
130
SINGUDA ENSIKOM
VOL. 6 NO.3 /Maret 2014
pada
jaringan
persamaan-2 [4]:
2.3 Jaringan Switching Banyan
Jaringan Banyan adalah sebuah jaringan
switching bertingkat (Multistage Interconnection
network/MIN), yang biasanya terdiri dari
sejumlah elemen switching yang digabungkan
ke
dalam
beberapa
tingkat
yang
diinterkoneksikan oleh seperangkat link dengan
jalur yang unik antara sumber dengan tujuan.
Sebuah
modul
crossbar
2x2
dapat
mengimplementasikan masing-masing elemen
switching. Elemen switching crossbar biasa
memiliki dua kondisi, yaitu “cross state” dan
“bar state” seperti yang terlihat pada Gambar
3[2].
out
io
P
jo
io
P P
jo
io
2 P
Outputt input
Input
Output
input
output
2.
output
Cross State
Bar State
Gambar 3. Kondisi (state) elemen switching
3.
Defenisi formal dari jaringan switching Banyan
adalah sebagai berikut:
1. Memiliki N masukan, N keluaran, log2 N
tingkat, dan N/2 elemen switching pada tiap
tingkat.
2. Terdapat sebuah jalur yang unik antara
masing-masing masukan dan tiap keluaran.
Penelitian ini dilakukan untuk menghitung
kinerja optical switch pada jaringan Banyan.
Metode penelitian menggunakan metode
perhitungan. Parameter yang dihitung adalah
probabilitas blocking dan crosstalk.
Untuk menghitung probabilitas blocking
menggunakan persamaan-1[3]:
=1− 1−
4.
5.
6.
3. Metode Penelitian
(1)
Dimana :
Pk = Probabilitas paket dilewatkan
melalui link masukan pada
sebuah switch di tingkat k.
n = Jumlah
input/output
switch
crossbar pada tiap tingkat.
Sedangkan untuk menghitung nilai
crosstalk pada jaringan Banyan, terlebih dahulu
menghitung persamaan dasar yang digunakan
allchannel
reference
untuk menentukan nilai Pout
dan Pout
X M 1P
gate
jo
i
jo
io
P
menggunakan


N  1Rgate 1  X gate MPi j

 P  M  1TF 1  X gate MPi j

 M  1 N  1TF Rgate


j
io





 N  1 Rgate

 N  1M  1 Rgate TF 







2
j
P  M  1 TF
  2 Pio   N  1 M  1Rgate TF 




2


N

1

M

1

R
T
  N  1M  1 Rgate TF 
gate
F 




j
io
( M 1)( N 1) 1
N 2
M 2


 2 Pioj Rgate  t  TF  t  RgateTF  t 
t 1
t 1
t 1


1.
Input
jo
io
switching
(2)
Dimana:
Pioout adalah power output pada kanal
sinyal yang dijadikan sebagai acuan.
Piojo adalah power input pada kanal
sinyal acuan yang ditransmisikan pada
serat optik acuan.
Pi jo adalah power input seluruh kanal
sinyal yang ditransmisikan pada serat
optik acuan.
Pioj adalah power input pada kanal
sinyal acuan yang ditransmisikan pada
seluruh serat optik.
TF adalah faktor pentransmisian filter
pada kanal optical switch.
Rgate adalah ratio perbandingan state
ON-OFF pada gate.
7. M adalah jumlah kanal sinyal panjang
gelombang.
8. N adalah jumlah serat optik.
9. t adalah fungsi waktu terhadap crosstalk
(coherent dan incoherent).
Dengan menggunakan persamaan diatas nilai
crosstalk dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan-3 [4]:
X 
allchannel
reference
Poutput
 Poutput
reference
Poutput
(3)
allchannel
Poutput
adalah power output yang dihitung
reference
dari seluruh kanal pada input, dan Pout
adalah power output yang dihitung pada kanal
yang diteliti dari optical switch dengan
parameter TF sebagai acuan.
copyright DTE FT USU
131
SINGUDA ENSIKOM
VOL. 6 NO.3 /Maret 2014
Tabel 2. Hasil analisis perhitungan
probabilitas blocking dengan P0= 0.5 – 1
4. Hasil dan Analisis
Untuk menganalisis kinerja jaringan
switching optic harus didapat hasil dari
perhitungan.
Jadi
dengan menggunakan
persamaan (1), (2) dan (3) nilai perhitungan
probabilitas blocking seperti pada Tabel 1 dan
Tabel 2 dan crosstalk seperti pada Tabel 3 dan
Tabel 4.
4.1 Perhitungan Probabilitas Blocking
Pada perhitungan jaringan ini hanya
difokuskan untuk menganalisis probabilitas
blocking dari jaringan tersebut, maka kecepatan
dari jaringan ini tidak diperhitungkan. Parameter
yang digunakan pada jaringan ini adalah :
1. Jumlah tingkat switching Banyan :
k = log2 N
2. Jumlah Terminal masukan=Jumlah Terminal
Keluaran= N = k
3. Ukuran elemen switching (Directional
Coupler) = n x n = 2 x 2
4. Probabilitas paket yang dihasilkan pada
jaringan sebelum memasuki switching
Banyan (P0)
5. Probabilitas ada berapa paket pada setiap
masukan tertentu pada tingkat ke-m dari
jaringan (Ps)
Pk +1 = 1 – (1 −
)
Berikut ini akan dihitung Kinerja Optical Switch
pada Jaringan Banyan dengan N=16, N=32,
N=64, dan N=128 dengan P0 = 0.1 sampai
dengan 1
Nilai parameter pendukung perhitungan
probabilitas blocking sudah ditentukan, maka
hasil analisis perhitungan dapat dilihat pada
Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Hasil analisis perhitungan
probabilitas blocking dengan P0= 0.1 - 0.4
Dari
hasil
perhitungan
dengan
menggunakan persamaan (1) didapat bahwa jika
jumlah input ditambah dengan nilai P0 yang
tetap, maka probabilitas blocking akan semakin
kecil. Sebaliknya jika nilai P0 bertambah besar
dengan input yang tetap, maka probabilitas
blocking akan semakin besar.
Untuk Nilai Input 2 dengan P0 = 0.1
Probabilitas blocking jaringan Banyan adalah
0,0975, probabilitas blocking akan semakin
kecil jika jumlah input ditambah, yaitu untuk
nilai input 128 dengan P0 = 0,1 , Probabilitas
blocking jaringan Banyan adalah 0,0848.
Sebaliknya untuk nilai input 2 dengan nilai
P0 = 0.2, 0.3, 0.4, dan 1 probabilitas blocking
pada jaringan Banyan berturut-turut adalah
0.1900, 0.2775, 0.3600, 0.4375.
4.2 Perhitungan Nilai Crosstalk
Perangkat Optical Switch yang akan
dianalisis menggunakan daya masukan atau
Pinput sebesar -50 dB, sedangkan parameterparameter yang digunakan pada perangkat
Optical Switch ditunjukkan pada Tabel 3.
Dengan menggunakan nilai parameter
rancangan pada Tabel 3, dapat ditentukan nilai
allchannel
reference
dari Poutput
dan Poutput
yang digunakan
untuk menghitung besarnya nilai crosstalk yang
terdapat pada perangkat Optical Switch.
allchannel
Poutput
merupakan daya keluaran
yang dihitung dengan menggunakan parameter
standar pada perangkat Optical Switch,
reference
sedangkan Poutput
adalah daya keluaran yang
dihitung dengan mengubah nilai dari salah satu
parameter optical Switch yang diteliti dengan
parameter TF sebagai acuan.
copyright DTE FT USU
2014
132
SINGUDA ENSIKOM
VOL. 6 NO.3 /Maret 2014
Tabel 3. Nilai Parameter Rancangan
Parameter
Rancangan
Rgate
Xgate
TF
Nilai
-50 dB
-0.1 mW-1
-40 dB
reference
Untuk menentukan nilai Pout
dan
allchannel
Pout
, diperoleh dengan menggunakan
parameter rancangan pada Tabel 2.
Dengan menggunakan nilai dari
parameter rancangan pada Tabel 2. Dengan
menggunakan persamaan (2) dan (3) maka
allchannel
didapatkan hasil
Pout
P reference dan
, out
Crosstalk terlihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Perhitungan Nilai
Crosstalk pada Optical Switch
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan
persamaan (2) dan (3) Nilai crosstalk pada
jaringan optik Banyan akan semakin besar
dengan bertambahnya nilai input. Untuk
jaringan dengan input/output 2, 4 dan 8,
besarnya nilai crosstalk masih berada pada batas
yang diperbolahkan yaitu kecil dari –20dB [5],
sedangkan untuk jaringan optical switch Banyan
dengan jumlah input/output 16, 32 dan 64 nilai
crosstalk lebih besar dari –20dB sehingga
jaringan optical switch Banyan dengan
input/output 16, 32 dan 64 dan seterusnya tidak
direkomendasikan karena nilai crosstalk
melewati batas yang diizinkan.
5. Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Perubahan jumlah input/output pada jaringan
switching Banyan berbanding terbalik dengan
nilai probabilitas blocking. Untuk jaringan
Banyan yang dibangun dengan jumlah input 2
dan input 128 maka probabilitas blockingnya
adalah 0.0975 dan 0.0848. Namun jika nilai P0
semakin besar dengan input/output yang tetap,
maka nilai probabilitas blocking akan semakin
besar.
2. Perubahan jumlah input/output pada jaringan
switching optik Banyan berbanding lurus
dengan nilai crosstalk. Untuk jaringan
switching optik Banyan dengan nilai input
2, 4, 8, 16, 32 dan 64 nilai crosstalk pada
jaringan switching optik Banyan berturut-turut
adalah -43.58 dB, -31.72 dB, -22.58 dB,
-15.22 dB, -8.17 dB dan -0.45 dB . Namun
untuk nilai input 128 Nilai crosstalk tidak
dapat dihitung karena daya input yang
dihasilkan dari parameter rancangannya tidak
mencukupi (minus), maka untuk nilai input
128 dan seterusnya parameter rancangan harus
diubah.
3. Jumlah input/output yang diperbolehkan untuk
jaringan optical switch Banyan adalah 2, 4 dan
8, karena besarnya nilai crosstalk masih
berada pada batas yang diizinkan yaitu kecil
dari –20dB, sedangkan untuk jaringan optical
switch Banyan dengan jumlah input/output
16, 32 dan 64 dan seterusnya, nilai crosstalk
lebih besar dari –20dB sehingga jaringan
optical switch Banyan dengan input/output 16,
32
dan
64
dan
seterusnya
tidak
direkomendasikan karena nilai crosstalk
melewati batas yang diizinkan.
6. Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada Alm. Iskandar.D dan Almh.
Arwita selaku orang tua penulis, Syamsidar.D,
AMd dan Aryanto Selaku orang tua yang telah
membesarkan penulis sampai sekarang ini. Ir. M
Zulfin, MT, selaku dosen pembimbing dan juga
Ir. Arman Sani, MT dan Naemah Mubarakah,
ST. MT, selaku dosen penguji penulis yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan paper
ini, Serta seluruh teman-teman penulis yang
telah memberikan dukungan selama pembuatan
paper ini.
copyright DTE FT USU
2014
133
SINGUDA ENSIKOM
VOL. 6 NO.3 /Maret 2014
7. Daftar Pustaka
[1]. Zulfin, M. 2008. Dasar Switching. Buku
Ajar Teknik Penyambungan. Medan.
Hlm.1-14.
[2]. Zhong, Jiling. 2005, Upper Bound
Analysis And Routing In Optical Bener
Network, Phd.D Dissertation. Hlm.22-38
[3]. Dias, Daniel M., 1981. Analysis and
Simulation of Buffered Delta Networks.
IEEE Transactions on Computers, vol. C30, no.4. Hlm. 278.
[4]. Gyselings, Tim. August 1999. Crosstalk
Analysis of Multiwavelength Optical Cross
Connect”. IEEE Transaction on Lightwave
Technology, Vol. 17, No. 8. Hlm.12771278.
[5]. Agrawal,
G.P.
2002.
Fiber-Optic
Communication Systems. New York,
USA. Hlm. 347
copyright DTE FT USU
2014
134
Download