Bab II Dasar-dasar teori perencanaan BAB II DASAR-DASAR TEORI PERENCANAAN STRUKTUR PONDASI TIANG PANCANG DAN TIANG BOR 2.1. Umum Setiap bangunan sipil, seperti gedung, jembatan, jalan raya, terowongan, dinding penahan tanah, menara dan lain sebagainya harus mempunyai struktur pondasi untu k dapat mendukungnya. Istilah pondasi yang digunakan dalam dunia teknik sipil ialah suatu konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai penopang bangunan dan meneruskan beban bangunan atas ( upper structure) ke dalam lapisan tanah yang padat dan cukup kuat da ya dukungnya. Untuk mengetahui letak atau kedalaman lapisan tanah padat dengan kapasitas daya dukung tanah ( bearing capacity) yang cukup kuat dan diijinkan, maka perlu dilakukan penyelidikan tanah yang mencakup penyelidikan dilapangan dan penelitian dilab oratorium. Sebelum kita melakukan penelitian dilaboratorium, terlebih dahulu kita melakukan penyelidikan dilapangan dengan cara pengambilan contoh tanah ( soil sampling). Adapun penyelidikan dilapangan yang paling banyak digunakan adalah pengujian Sondir da n SPT, sedangkan penelitian yang dilakukan dilaboratorium meliputi pengujian Consolidation Test, Triaxial Compression Test, Unconfined Compression Test dan lain sebagainya. Dalam pengambilan contoh tanah ( soil sampling) terdiri dari dua macam, yaitu : 1. Contoh tanah asli (undisturbed samples) II - 1 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Yang dimaksud contoh tanah asli ( undisturbed samples) adalah suatu contoh yang masih menunjukkan sifat -sifat asli dari tanah diambil. Contoh tanah yang diambil tidak mengalami perubahan bentuk struktur dan kadar air y ang tetap konstan (sama seperti keadaan asli dilapangan). Contoh tanah yang benar -benar asli sangat sulit diperoleh, akan tetapi dengan teknik pelaksanaan tertentu dapat diperoleh dengan cara dilakukannya pengeboran tanah dengan menggunakan tabung sampel. 2. Contoh tanah tidak asli (disturbed samples) Yang dimaksud contoh tanah tidak asli ( disturbed samples) adalah suatu contoh tanah yang pada pengambilannya tidak dilakukan usaha -usaha untuk melindungi struktur tanah tersebut sama seperti keadaan aslinya. Con toh-contoh tanah ini biasanya dibawa ke laboratorium dalam keadaan tertutup dengan kaleng atau kantong plastik, sehingga kadar airnya pada sampel tersebut tidak akan berubah. Oleh karena itu, didalam kita mendesain struktur pondasi bangunan harus benar -benar diperhitungkan, agar kestabilan bangunan terhadap berat sendiri dapat terjamin. Disamping itu juga, perlu kita perhitungkan bahwa penurunan yang terjadi pada struktur pondasi tidak boleh melebihi batas yang diijinkan. Jika penurunan pondasi melebihi batas yang diijinkan, maka akan mengakibatkan kerusakan atau keruntuhan pada sturktur bangunan itu sendiri. Pondasi bangunan harus diletakkan pada lapisan tanah yang cukup keras atau padat dan kuat mendukung beban bangunan tanpa menimbulkan penurunan yang be rlebihan. II - 2 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Untuk menghindari kegagalan dari fungsi pondasi, maka ada tiga hal yang perlu dipenuhi dalam perencanaan struktur bawah atau pondasi, yaitu : 1. Besarnya beban struktur yang diterima oleh pondasi yang kemudian diteruskan kedalam tanah tidak melamp aui kekuatan daya dukung tanah 2. Penurunan yang terjadi pada struktur tidak menyebabkan kerusakan sehingga mengganggu fungsi dari suatu bangunan 3. Faktor keamanan dari desain struktur bagian bawah yang terdiri dari faktor guling, faktor geser, dan daya dukung tidak boleh melebihi angka keamanan ijin. Untuk mendesain struktur bawah atau pondasi pada gedung berlantai banyak perlu dilakukan analisa seakurat mungkin. Dalam kita menganalisa atau menentukan pilihan pondasi harus didasarkan oleh pertimbangan -pertimbangan dari segi teknis dan segi ekonomis. Pertimbangan dari segi teknis meliputi : 1. Kuat dalam menahan beban bangunan yang diterimanya 2. Kuat menahan gaya-gaya yang bekerja, seperti berat sendiri pondasi dan beban struktur yang bekerja 3. Dapat dilaksanakan dengan kemampuan peralatan dan keahlian yang ada 4. Memakai bahan-bahan yang sesuai dengan persedian yang ada di pasaran dan lingkungan sekitar 5. Tidak menimbulkan efek samping negatif terhadap lingkungan dan bangunan Disekitarnya II - 3 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan 6. Memberikan rasa aman dan rasa ny aman terhadap penghuni dan lingkungan sekitarnya 7. Menghitung penurunan (settlement) diatas batas yang diijinkan Pertimbangan ekonomis meliputi : 1. Biaya pelaksanaan secara menyeluruh semurah mungkin 2. Waktu pelaksanaan seefisien mungkin, sehingga pengaruhny a terhadap biaya akan lebih murah atau hemat Untuk tercapainya hasil yang optimal dan dapat dipertanggung jawabkan dari segi teknis dan ekonomis, maka perlu dilakukan beberapa pendekatan seperti : 1. Memanfaatkan secara optimal daya dukung dan karakteristik t anah yang ada 2. Menyesuaikan jenis konstruksi pondasi yang akan digunakan dengan jenis dan kondisi tanah yang ada 3. Merencanakan konstruksi pondasi yang tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitarnya, baik selam pelaksanaan maupun setelah selesai 2.2. Tanah Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral -mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan organik yang telah melap uk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang -ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut. Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil, disamping itu juga tanah berfungsi sebagai II - 4 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan pendukung pondasi dari bangunan. Tanah juga mempunyai sifat -sifat yang berbeda pada jarak yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa tanah merupakan material yang heterogen dan non linear. Dari pengetahuan tentang sifat -sifat tanah ini sangatlah penting untuk kita jadikan dasar dalam merancang suatu pondasi atau suatu bentuk rekayasa geoteknik yang lainnya. Jenis tanah terdiri dari dua macam, diantaranya : 1. Tanah berbutir kasar, sangat dipengaruhi oleh distribusi ukuran butir. 2. Tanah berbutir halus, sangat dipengaruhi oleh kebutuhan air. Tanah berbutir halus ini ialah tanah yang lolos dari saringan no.200 atau < 0,075 mm. Secara umum tanah juga dapat diklasifikasikan berdasarkan jenisnya atau kondisi kekasarannya yaitu tanah pasir, tanah lanau, dan tanah lempung. Masing-masing tanah memiliki sifat fisik, diantaranya : 1. Tanah pasir, memiliki sifat fisik berbutir kasar, tidak berkohesi, dapat lepas -lepas, dan kasat mata 2. Tanah lanau, memiliki sifat fisik berbutir sedang, tidak berkohesi, dapat lepas lepas, dan agak kasat mata 3. Tanah lempung, memiliki sifat fisik berbutir halus, berkondisi plastis, berkohesi, dan tidak kasat mata Kondisi plastis yang dimaksud adalah kemampuan tanah untuk berdeformasi pada volume tetap tanpa terjadi retakan, perubahan isi, dan terpecah-pecah. II - 5 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Sedangkan kondisi berkohesi adalah sifat kelekatan butiran tanah satu dengan yang lainya. Pada kondisi tanah lempung lunak pada umumnya sering terjadi konsolidasi dan penurunan (settlement), penurunan yang terjadi bisa merupa kan penurunan akibat konsolidasi (consolidation settlement) relatif dalam jangka waktu yang lama dan penurunan segera (immediate settlement) setelah tanah diberi beban, karena jenis tanah lempung lunak ini memiliki sifat plastis yaitu menyusut apa bila kering dan mengembang apabila basah. Berikut ini adalah tabel batasan -batasan ukuran golongan tanah berdasarkan jenis ukuran butir dan kondisi kekasarannya. Tabel 2.1 Tabel Batasan-batasan ukuran golongan tanah ( Braja M. Das, 1985) Ukuran Butiran (mm) Nama golongan Kerikil Pasir Lanau Lempung >2 2 - 0,06 0,06 - 0,002 < 0,002 >2 2 - 0,05 0,05 - 0,002 < 0,002 76,2 - 2 2 - 0,075 0,075 - 0,002 < 0,002 76,2 - 4,75 4,75 - 0,075 Masschusetts Institute of Technology (MIT) U.S. Departement of Agriculture (USDA) American Association of State Highway and Transportation officials (AASHTO) Unified Soil Classifikation System (U.S. Army Corps of Engineers, U.S.Bureau Halus (yaitu lanau dan lempung) < 0,0075 of Reclamation) II - 6 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Sifat-sifat tanah ada dua macam, yaitu : 1. Sifat-sifat umum, yang terdiri dari a. Berat isi tanah Cara menentukan berat isi tanah ialah dengan mengukur berat sejumlah tanah yang isinya diketahui. Untuk tanah asli biasanya dipakai sebuah cincin ya ng dimasukkan kedalam tanah sampai terisi penuh, kemudian atas dan bawahnya dari cincin diratakan lalu tanahnya ditimbang. Apabila ukuran cincin beratnya diketahui, maka berat isi dari tanah langsung dapat dihitung. b. Berat jenis tanah Untuk mencari berat jenis tanah, dilakukan dengan percobaan piknometer (pycnometer or volumetric flask ), yaitu sebuah botol yang isinya diketahui dengan tepat. 2. Sifat-sifat khusus, yang terdiri dari a. Tingkat empiris tinggi dan lebih berseni dibanding ilmu lain. Pada ja rak yang berbeda sifat-sifat tanah bisa berbeda. b. Tanah adalah material yang heterogen. c. Tanah adalah material yang non linier. d. Tanah adalah material yang tidak konservatif, yaitu mempunyai memori apabila pernah dibebani. H al ini sangat mempengaruhi engineering properties tanah. Dengan mengenal dan mempelajari sifat -sifat tersebut, keputusan yang diambil dalam perancangan akan lebih ekonomis. II - 7 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Karena adanya sifat-sifat tersebut maka sangat penting dilakukan uji l aboratorium dan uji lapangan. 2.3 Daya Dukung Tanah Yang dimaksud dengan daya dukung tanah adalah suatu kemampuan tanah untuk mendukung beban baik dari segi struktur pondasi maupun bangunan diatasnya tanpa terjadinya keruntuhan geser. Dengan meningkatnya beban yang bekerja pada suatu pondasi, maka akan meningkat pula tegangan yang terjadi pada dasar pondasi tersebut,demikian juga penurunan yang terjadi. Bila beban tersebut terus ditingkatkan, maka pondasi akan semakin turun dan mengakibatkan terjadi kelo ngsoran. Besar beban yang bekerja disebut beban longsor dan tegangan yang bekerja disebut daya dukung batas (ultimate bearing capacity) dari tanah pondasi tersebut. Daya dukung batas (ultimate bearing capacity) yang dimaksud adalah daya dukung terbesar dari tanah, dan biasanya diberi simbol q ult, daya dukung ini merupakan kemampuan tanah mendukung beban, dan diasumsikan pada saat tanah mulai terjadi keruntuhan. Besarnya daya dukung batas tanah ditentukan oleh : 1. Parameter kekuatan geser tanah yang terdiri d ari kohesi (c) dan sudut geser dalam () 2. Berat isi tanah () 3. Kedalam pondasi dari permukaan tanah (Zf) 4. Lebar dasar pondasi (B) II - 8 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Daya dukung batas tiang dapat dihitung sebagai jumlah dari daya dukung ujung dan daya dukung tahanan kulit. Dengan diperolehnya daya dukung batas, maka daya dukung tiang ijin dapat diperoleh dengan memakaikan suatu faktor keamanan, sehingga beban ijin total untuk masing -masing tiang dapat dihitung. Besarnya daya dukung yang diijinkan sama dengan daya dukung batas dibagi angka keam anan. Derngan rumus : Dimana qall = qult FS : q all = daya dukung yang diijinkan ( kN/m2 ). q ult = daya dukung batas/maksimum ( kN/m2 ). FS = Faktor keamanan ( 2,5 – 4,0 ) bergantung pada tingkat ketidaktentuan perhitungan beban batas. Daya dukung berdasarkan SPT SPT (Standard Penetration Test ) seringkali digunakan untuk mendapatkan daya dukung tanah secara langsung dilokasi. merupakan test tumbukan yang dilakuka n dalam suatu lubang pada bor dengan memasukkan tabung sampel berdiameter 3,5 cm sedalam 30,5 cm dengan mengunakan massa pendorong ( palu ) seberat 63,5 kg yang dijatuhkan bebas dengan ketinggian 76,0 cm. Banyaknya pukulan palu untuk memasukkan tabung te rsebut kedalam tanah dinyatakan sebagai nilai N. Hubungan antara besarnya nilai N dan daya dukung yang diijinkan (q all) dikemukan oleh Terzaghi dan Peck. SPT (Standard Penetration Test) telah memperoleh popularitas dimana -mana sejak tahun 1927 dan telah d iterima sebagai uji tanah rutin dilapangan. II - 9 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan SPT dapat dilakukan dengan cara relatif mudah sehingga tidak membutuhkan keterampilan khusus dari pemakainya. Metoda pengujian tanah dengan SPT ini, merupakan cara yang cukup ekonomis untuk memperoleh informasi mengenai kondisi dibawah permukaan tanah dan diperkirakan 85% dari desain pondasi untuk gedung bertingkat menggunakan cara ini. Karena banyaknya data SPT, korelasi empiris telah banyak memperoleh kemajuan. Berikut dibawah ini adalah t abel perbandingan tingkat konsistensi tanah dari pengujian SPT ( Standart Penetration Test ), menurut Syarifudin Nasution, ITB dan Bowles. Tabel 2.2 Tingkat Konsistensi Tanah dari SPT (Syarifudin Nasution, ITB) K onsistensi N - SPT Tanah Sangat Lunak <2 Tanah lunak 2–4 Tanah Sedang / kaku 4–8 Tanah Keras 8 –16 Tanah Agak Keras 16 – 32 Tanah Sangat Keras 32 – 64 Tanah Keras M embatu 64 – 70 Batuan N N N < 20 < 30 Lunak 70 – 80 Sedang 80 – 90 Keras 90 - 100 < 10 II - 10 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Sedangkan menurut Bowles, konsistensi tanah kohesif adalah sebagai berikut : Tabel 2.3 Tabel nilai N-SPT (Bowles, JE, 1984) Tanah Kohesif N <4 4-6 6 - 15 16 - 25 > 25 Konsistensi Sangat Lunak Lunak Sedang Kenyal ( stiff ) Keras Tabel 2.4 Tabel korelasi nilai Cc untuk mencari besarnya penurunan MacamTanah Nilai Cc Gambut 1 - 4.5 Lempung Plastis 0.15 - 1 Lempung Kaku 0.06 - 0.15 Lempung Setengah Keras 0.03 - 0.06 Pasir Lepas 0.025 - 0.05 Pasir Padat 0.0005 - 0.01 Daya dukung berdasarkan Tes Sondir Tes sondir disebut juga dengan Cone Penetration Test (CPT). Jenis tes ini sering dilakukan untuk memperkirakan besarnya daya dukung tanah pada pondasi dalam. Meskipun demikian, kadang -kadang digunakan juga untuk memperkirakan daya dukung pondasi dangkal. Pengujian dilakukan dengan mendorong konus (kerucut) kedalam tanah dan perlawanan tanah terhadap ujung konus maupun lekatan II - 11 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan tanah terhadap selimut batang konus diukur, sehingga didapatkan nilai tahanan ujung (qc) dan lekatan selimut (fs). Umumnya pengukuran qc dan fs tersebut setiap kedalaman 20 cm. Uji sondir saat ini merupakan salah satu uji lapangan yang telah diterima oleh para praktisi dan pakar geoteknik. Uji sondir ini telah menunjukkan manfaat untuk pendugaan profil atau pelapisan (tanah karena jenis prilaku tanah telah dapat diidentifikasikan dari kombinasi hasil pembacaan tahanan ujung dan gesekan selimut). Salah satu data yang menerangkan deskripsi tentang lapisan tanah lunak ialah data tentang konsistensi lapisa n tanah hasil percobaan lapangan. Konsistensi tanah digunakan sebagai sesuatu yang mengidentifikasikan tentang kekuatan yang ada pada massa tanah tersebut. Tabel 2.5 Tingkat Konsistensi Tanah dari Sondir (Syarifudin Nasution, ITB) Konsistensi qu (kg/cm2) Tanah Sangat Lunak <3 Tanah Lunak 3 – 10 Tanah Agak Lunak 10 – 50 Tanah Sedang / Kaku 50 – 100 Tanah Agak Keras 100 – 200 Tanah Keras > 200 II - 12 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Tabel 2.6 Skala Konsistensi dari sondir (Syarifudin Nasution, ITB). 0,03 qc < fs < 0,1 q c Tanah lempung dan gambut ( qc < 10 kg/cm2, Sanglerat, 1972 ) Tanah lempung 0,025 qc < fs < 0,05 q c ( qc < 10 kg/cm2, Sanglerat, 1972 ) 2.4 Pondasi Pondasi adalah suatu struktur yang terletak pada bagian dasar bangunan yang berfungsi sebagai penerus beban struktur yang ada diatasnya ke dal am lapisan tanah keras atau lapisan tanah yang memiliki daya dukung yang baik. Jenis-jenis pondasi dalam terdiri dari beberapa macam, diantaranya : 1. Pondasi tiang pancang Pondasi tiang pancang adalah bagian –bagian dari konstruksi yang dibuat dari kayu, beton, dan baja yang dapat digunakan untuk menstrasmisikan beban -beban permukaan ketingkat-tingkat permukaan yang lebih rendah dalam massa tanah. Tiang pancang sering kali digunakan untuk mengontrol pergerakan tanah seperti longsoran tanah. Dalam keadaa n bagaimanapun maka haruslah kita berhati -hati didalam menentukan sifat -sifat tanah untuk kedalaman yang mungkin penting, sehingga demikian dapat ditentukan dengan tepat pondasi pancang yang diperlukan. Jika demikian halnya, maka baik jumlah yang berlebihan maupun panjang yang berlebihan tidak akan ditentukan. Dan didalam pelaksanaan konstruksi, tiang pancang umumnya dibuat secara berkelompok yang disebut dengan konstruksi tiang kelompok. II - 13 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Jenis-jenis dari pondasi tiang pancang a dalah : a. Tiang pancang kayu. b. Tiang pancang beton Terdiri dari, tiang pancang beton pracetak ( precast) dan tiang pancang yang dicor langsung ditempat. c. Tiang pancang baja. Keuntungan dari pemakaian tiang pancang adalah : a. Bahan tiang dapat diperiksa sebelum pemancangan. b. Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah. c. Tiang dapat dipancang sampai kedalaman yang dalam. d. Pemancangan tiang dapat menambah kepadatan tanah glanuler. Kerugian dari pemakaian tiang pancang adalah : a. Penggembungan permukaan tanah dan gangguan tanah akibat pemancangan dapat menimbulkan masalah. b. Tiang kadang-kadang rusak akibat pemancangan. c. Pemancang sulit, bila diameter tiang terlalu besar. d. Pemancangan menimbulkan gangguan suara, getaran dan deformasi tanah yang dapat menimbulkan kerusakan pada bangunan sekitarnya. e. Penulangan dipengaruhi oleh tegangan yang terjadi pada waktu pengangkutan dan pemancangan tiang. 2. Pondasi tiang bor. Pondasi tiang bor adalah suatu pilar yang dibor dibuat dengan cara member sebuah lobang silindris hingga pada kedalaman yang diinginkan dengan bantuan II - 14 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan sebuah cetakan/casing yang terbuat dari plat baja dan kemudian diisi dengan tulangan dan dicor beton. T iang ini, biasanya dipakai pada tanah yang stabil dan kaku, sehingga memungkinkan untuk membentuk lubang yang stabil dengan alat bor. Untuk melindungi tanah, agar tidak terjadinya kelongsoran/keruntuhan pada saat pengeboran bisa diatasi dengan menggunak an larutan polimer yang dicampur dengan air dan soda secukupnya. Keuntungan dari penggunaan tiang bor adalah : a. Tidak ada resiko kenaikan muka tanah. b. Kedalam tiang dapat divariasikan. c. Tanah dapat diperiksa dan dicocokkan dengan data labo ratorium. d. Tiang dapat dipasang sampai kedalaman yang dalam, dengan diameter besar. e. Penulangan tidak dipengaruhi oleh tegangan pada waktu pengangkutan dan pemancangan. Kerugian dari penggunaan tiang bor adalah : a. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa pasir atau tanah yang berkerikil. b. Pengecoran beton sulit bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak dapat dikontrol dengan baik. c. Air yang mengalir kedalam lubang bor d apat mengakibatkan gangguan tanah, sehingga mengurangi kapasitas dukung tanah terhadap tiang. II - 15 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan 2.4.1 Daya Dukung Pondasi Tiang Daya dukung pondasi terdiri dari, daya dukung tiang tunggal dan tiang kelompok. Beban-beban yang bekerja meliputi beban vertikal dan horizontal. Untuk menentukan daya dukung batas suatu tiang tunggal dengan beban vertikal dapat dihitung berdasarkan data -data penyelidikan tanah, cara kalender atau dengan tes pembebanan ( loading test ) pada tiang. Cara kalender biasa d ilakukan dengan mengadakan pencatatan besarnya penurunan tiang pada waktu pemancangan (sepuluh pukulan terakhir). Dan tes pembebanan dilakukan dengan cara memberikan beban diatas kepala tiang, kemudian besarnya penurunan yang terjadi diukur dan dibuat gra fik tegangan penurunannya. Sedangkan beban horizontal yang mungkin bekerja pada suatu pondasi tiang adalah beban sementara, seperti beban angina, beban gempa, beban benturan kapal pada dermaga dan beban tetap, seperti tekanan tanah aktif, tekanan air tanah. Bila pada suatu tiang bekerja suatu gaya horizontal, maka perlu dilakukan pemeriksaan momen-momen dan lenturan-lenturan yang terjadi dapat diterima oleh tiang. Reaksi tiang terhadap suatu beban horizontal ditentukan sekali oleh panjang tiang. Pada tiang pendek, kegagalan/kelongsoran disebabkan oleh runtuhnya tanah disekeliling tiang, sedangkan tiangnya sendiri tidak rusak. Pada tiang panjang, kegagalan/kelongsoran disebabkan oleh kerusakan struktural pada tiang itu sendiri. Untuk tiang kelompok, penentuan daya dukung vertikal sebuah tiang dalam kelompok perlu dihitung dahulu faktor efisiensi dari tiang tersebut dalam II - 16 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan kelompok, karena daya dukung vertikal sebuah tiang yang berdiri sendiri adalah tidak sama besarnya dengan tiang yang berada dalam suatu kelompok. Daya dukung sebuah tiang dalam kelompok adalah sama dengan daya dukung tiang tersebut bila berdiri sendiri dikalikan dengan factor efisiensi. Selain dari beban-beban yang bekerja, perlu kita periksa juga kondisi tanah yang akan kita bangun pondasi, yaitu harus mampu memikul beban dari setiap konstruksi yang diletakkan pada tanah tersebut tanpa kegagalan geser dan penurunan yang dapat ditolerir untuk pondasi tersebut. Kebanyakan kegagalan dasar yang dilaporkan terjadi dibawah tanggul atau konstruksi serupa dimana faktor keamanan yang rendah dinggap memadai. Kerusakan konstruksi yang disebabkan oleh perencanaan pondasi yang tidak memadai umumnya diakibatkan oleh penurunan yang berlebihan. Akan tetapi, pada keadaan ini pun kerun tuhan konstruksi jarang terjadi. Baik daya tahan geser dasar maupun penurunan harus diselidiki untuk setiap konstruksi. kriteria penurunan akan menentukan daya dukung yang diijinkan. Akan tetapi, pada beberapa kasus gaya geser dasar membatasi gaya dukung ijin. Daya dukung ultimit agak lebih sukar ditaksir untuk tanah yang terdiri dari beberapa lapisan. Rekomendasi untuk daya dukung ijin q all yang harus dipakai dalam perencanaan didasarkan pada pertimbangan penur unan dan pada daya dukung ultimit. Daya dukung ultimit dibagi oleh faktor keamanan yang sesuai dan didasarkan pada jenis tanah, ketelitian data, masukan baik informasi structural maupun parameter tanah dan peringatan konsultan. II - 17 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan 2.4.2 Daya Dukung Pondasi Tian g Tunggal Berdasarkan Data Parameter Tanah. a. Metode Statis Mayerhof Mayerhof (1976), mengemukakan bahwa daya dukung titik tiang pada pasir pada umumnya meningkat dengan nisbah antara kedalaman penanaman tiang dan lebar tiang (Lb/D) dan mencapai nilai maksim um pada nisbah Lb/D = (Lb/D)cr. Berdasarkan pada variasi (Lb/D) cr, Mayerhof (1976) merekomendasikan prosedur berikut untuk menentukan daya dukung tiang pada tanah granular. Untuk daya dukung ujung tiang Formula yang digunakan ialah : Qp = A q . qp = Ap (cNc + q’.N q) ………..(Re f. 1) Dimana : Ap = luas ujung tiang qp = tahanan titik satuan q’ = tegangan vertical efektif pada ujung tiang c = kohesi tanah pada ujung tiang Nc,Nq = faktor daya dukung Daya dukung selimut tiang Tahanan gesek atau tahan kulit tiang dapat ditulis sebagai berikut : Qs = p . L . f ………..(Re f. 1) II - 18 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Untuk pasir f = K’v tan Untuk tanah lempung a. Metode f = (’v + 2cu) b. Metode f = . cu c. Metode f = . ’v Dimana : p = Keliling penampang tiang L = Panjang tiang f = Tahanan gesek satuan pada setiap kedalaman z K = Koefisien tekanan tanah ’v = Tegangan vertical efektif = Sudut gesek antara tiang-tanah ’v = Nilai tengah tegangan vertical efekti untuk seluruh panjang tiang cu = Nilai tengah kuat gesek tak salur (konsep = 0) = Faktor adhesion empiris = K tan R R = Sudut geser salur lempung remolded Untuk tanah lempung jenuh kondisi taksalur ( = 0 ) Qp = N c . cu . Aq = 9cu . Ap ………..(Re f. 1) Dimana : II - 19 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan cu = Kohesi takalur untuk tanah dibawah ujung tiang Ap = Luas ujung tiang Gambar 2.1 Nisbah penanaman kritis dan factor daya dukung untuk berbagai sudut gesek ( Mayerhof ) II - 20 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan b. Metode Vesic, 1977 Vesic (1977) mengajukan sebuah metode untuk menghitung daya dukung ujung tiang berdasarkan pada teori expansion of cavities. Merujuk pada teori ini, dengan parameter tegangan efektif, didapat formula seperti dibawah ini : Daya dukung ujung tiang (Qp) Untuk tanah lempung Qp = A q . qp = Ap (cNc + ’o . N) ………..(Re f. 1) Dimana : ’o = N* = 1 + 2Ko . q’ 3 3 N* (1+2Ko) ’o = Tegangan efektif rata-rata normal pada level ujung tiang Ko = Koefisien tekanan tanah diam = 1 – sin Nc , Nq = Faktor daya dukung Daya dukung selimut tiang (Qs) Formula dari daya dukung selimut tia ng sama dengan formula daya dukung pada metode statis Mayerhof, baik untuk tanah pasir jenuh maupun tanah lempung. Formula yang digunakan adalah : Qs = f p L Dimana : f = ά . Cu ………… (Ref 1 hal 76) (lampirkan tabel faktor daya d ukung vesic) II - 21 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Tabel 2.7 Faktor daya dukung untuk pondasi dalam, N*c dan N* (Sumber, Vesic, 1977) II - 22 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Tabel 2.8 Lanjutan II - 23 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan c. Metode Coyle dan Castello, 1981 Coyle dan Castello (1981) telah mengana lisa sejumlah uji beban lapangan bersekala besar pemancang pada tiang pasir. Untuk pasir, beban batas dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : Qu = Qp + Qs = q’.N *q . Ap + fAV . pL ………..(Re f. 1) fAV = K . ’v tan Dimana : q’ = tegangan vertical efektif pada ujung tiang . fAV = tahanan gesek rata-rata untuk keseluruhan tiang. K = koefisien tekanan tanah lateral. ’v = tekanan overburden efektif rata -rata. = sudut gesek antara dengan tiang ( 0,8 ) Ap = luas penampang ujung tiang. N*q = factor daya dukung. Persamaan Coyle dan Castello diatas dapat menghitung beban batas dengan rentang kesalahan 30%. 2.4.3. Daya Dukung Pondasi Tiang Tunggal Berdasarkan Data N -SPT Metode Meyerhof (1956) Mayerhof mengajukan metode untuk memperkirakan besarnya nilai tahanan ujung dan tahan selimut berdasarkan data hasil uji SPT. Metode ini menggunakan besarnya nilai N -SPT sebagai parameter. Berikut formula yang diajukan oleh Mayerhof untuk menghitung besarnya tahanan ujung tiang : II - 24 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Qp = 40 . Nb . Ap …………………..……(Re f. 2 hal. 43) Dimana : Qp = tahanan ujung ultimit. Nb = harga N-SPT pada elevasi ujung tiang. Ap = luas penampang ujung tiang. Sedangkan untuk menghitung tahanan selimut pada tiang pancang dapat menggunakan formula sebagai berikut : Qs = 0,2 . N . As ……….…………….(Re f.2 hal. 43) Dimana : Qs = tahanan selimut ultimit. N = harga N-SPT rata-rata. As = luas selimut tiang. Harga batas Nb adalah 40 dan harga batas untuk 0,2N adalah 10 t/m 2. Maka didapat formula perhitungan daya dukung tiang yaitu : Qu = 40 . Nb . Ap + 0,2 . N . As …………....(Re f. 2 hal. 43) Dimana : Qu = daya dukung ultimit dari pondasi tiang. Untuk tiang dengan desakan tanah yang kecil seperti tiang bor dan tiang baja profil H, maka daya dukung selimut hanya diambil separuh dari formula diatas yaitu : Qs = 0,1. N . As Jadi formula dari daya dukung tiang bor dan tiang baja profil H adalah : Qu = 40 . Nb . Ap + 0,1 . N . As ……………(Re f. 2 hal. 43) II - 25 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan 2.4.4 Daya Dukung Pondasi Tiang Tunggal Berdasarkan Data Sondir (CPT) Metode Schmertmenn – Nottingham (1975) Dikarenakan menggunakan cara statik membutuhkan parameter tanah yang pada umumnya tidak begitu ter sedia secara kontinu sepanjang tiang, maka terdapat resiko dengan menggunakan parameter tertentu untuk mewakili suatu lapisan tanah dengan kuat geser yang bervariasi. Kecenderungan baru saat ini adalah dengan menggunakan data uji lapangan yang lebih be rsifat kontinu secara langsung, yaitu data CPT (sondir) dan juga SPT. Metode yang diberikan oleh Schmertmenn dan Nottingham (1975) ini hanya berlaku untuk pondasi tiang pancang saja. Schmertmenn dan Nottingham menganjurkan perhitungan daya dukung ujung p ondasi tiang mengikuti cara Begemann, yaitu dengan meninjau perlawanan ujung sondir hingga jarak 8.D di atas ujung tiang dan dari 0,7.D sampai 4.D dengan D adalah diameter atau sisi tiang. Sehingga formula yang diberikan untuk menghitung daya dukung ujng tiang adalah sebagai berikut : qc1 + qc2 Qp = . Ap ………………(Ref. 2, hal 42). 2 Dimana : Qp = Daya dukung ujung tiang. qc1 = Nilai q c rata-rata pada 0,7.D hingga 4.D di bawah ujung tiang. qc2 = Nilai qc rata-rata dari ujung tiang hingga 8.D di atas ujung tiang. Ap = Luas proyeksi penampang tiang II - 26 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Apabila zona tanah lunak di bawah tiang masih ditemui pada kedalaman 4.D sampai 10.D, maka perlu dilakukan reduksi terhadap nilai rata -rata tersebut. Pada umumnya nilai perlawanan ujung tiang diambil tidak lebih dari 150 kg/cm2 untuk tanah pasiran dan tidak melebihi 100 kg/cm 2 untuk tanah pasir kelanauan. Sedangkan formula yang diberikan untuk menghitung daya dukung selimut tiang adalah : 8. D Qs = Ks,c . z o z . fs . A s + 8 .D L . fs . A s …..….…Ref. 2, hal 42) z 8. D Dimana : Ks,c = faktor reduksi dihitung berdasarkan total kedalaman tiang. fs = gesekan selimut tiang As = luas selimurt tiang Factor reduksi tergantung pada jenis sondir, kedalaman (Z) dan nilai sesekan selimut (f s) dan digunakan sesuai dengan jenis tanah yang sesuai. Ks digunakan untuk tanah pasiran (gambar 2.2 ) sedangkan K c digunakan untuk tanah kelempungan (gambar 2.2). Apabila tanah terdiri dari beberapa lapisan pasir dan lempung, Schmertmann menganjurkan untuk menghitung daya dukung setiap lapisan secara terpisah. Namun perlu diingat bahwa nilai K s,c pada persamaan di atas dihitung berdasarkan total kedalaman tia ng (lihat gambar di bawah ini). II - 27 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Gambar 2.2 Faktor koreksi gesekan selimut tiang pada sondir mekanis (Sumber : Nottingham, 1975) Perhitungan daya dukung pondasi tiang tunggal pada Tugas Akhir ini, dihitung berdasarkan 3 (tiga) data tanah, diantaranya : 1. Berdasarkan Data Uji Sondir, dihitung dengan menggunakan Metode Schmertmenn – Nottingham (1975). 2. Berdasarkan Data Uji N-SPT, dihitung dengan menggunakan Metode Statis Meyerhof (1956). 3. Berdasarkan Data Parameter Tanah, dihit ung dengan menggunakan Metode Statis Meyerhof dan Vesic. II - 28 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Untuk Metode Coyle dan Castello pada pondasi tiang tunggal berdasarkan Paramater Tanah hanya sebagai teori penunjang, tetapi tidak dipergunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. 2.4.5. Efisiensi dan Daya Dukung Pada Kelompok Tiang Dalam kita menentukan daya dukung kelompok tiang tidak hanya meninjau daya dukung sebuah tiang tunggal kemudian dikalikan dengan banyaknya tiang dalam kelompok, sebab daya dukung kelompok tiang belum tentu sama dengan daya dukung sebuah tiang tungal dikalikan dengan jumlah tiang dalam kelompok. Pada kelompok tiang, jika jarak masing -masing tiang adalah cukup besar, maka daya dukung vertical masing -masing tiang dapat dianggap sama besar dengan daya dukung sebuah tiang tunggal. Akan tetapi jika jarak antara tiang-tiang mengecil sampai suatu batas tertentu, sekelompok tanah yang berbeda diantara tiang-tiang akan naik karena terdesak oleh tiang -tiang yang dipancang terlalu berdekatan. Hal ini yang mengakibatkan daya dukungnya berkurang. Perlu diperhatikan bahwa walaupun persamaan kapasitas tiang adalah untuk tiang tunggal, namun dalam pelaksanaannya jarang digunakan sebuah tiang tunggal. Umumnya paling sedikit dua atau tiga tiang yang digun akan dalam sebuah kelompok, dikarenakan masalah eksentrisitas yang kurang baik. Meskipun pada tiang yang berdiameter besar atau untuk beban yang ringan sering digunakan pondasi tiang tunggal untuk memikul kolom atau struktur beban di atas, lazimnya beban kolom dari struktur atas ini dipikul oleh kelompok tiang. Bila beberapa tiang pancang dikelompokan, maka wajar jika diperkirakan bahwa tekanan - II - 29 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan tekanan tanah (gesekan selimut atau tahanan ujung) yang dikembangkan dalam tanah sebagai daya dukung tiang akan saling overlapping. Dengan terjadinya overlapping tersebut, akan mengakibatkan pergeseran tanah atau akan mengalami kegagalan struktur akibat beban kerja struktur. Untuk menghindari terjadinya overlapping, maka jarak tiang pancang harus diperbe sar dengan memperhitungkan jarak-jarak yang praktis agar bisa efisien, karena biasanya diatas tiang pancang kelompok akan dipasang pile cap yang dicor guna meneruskan beban-beban yang digunakan pada semua tiang pancang. Berikut ini adalah formula ya ng dapat digunakan untuk menghitung daya dukung kelompok tiang : 1. Menentukan jumlah total dari daya dukung seluruh tiang. Qult = m . n . (Q p + Qs) = m . n . [(A p . qp) + Σ (p . ΔL . f s)] ………. (Re f. 2 hal. 78) 2. Menentukan daya dukung dari blok tiang kelompok. Qult = Lg . Bg . qc + [ 2.(Lg + Bg) . L fs ] ……. (Re f. 2 hal. 78) Dimana : Ap = luas penampang tiang tunggal p = keliling tiang ΔL= panjang segment tiang qp = daya dukung ujung tiang fs = tahanan selimut Lg = panjang blok Bg = lebar blok II - 30 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Efisiensi tiang tergantung pada beberapa faktor diantaranya adalah : 1. Jumlah tiang, panjang, diameter, pengaturan dan jarak antar as tiang. 2. Metode pengalihan beban (gesekan selimut atau tahanan ujung). 3. Prosedur pelaksanaan konstruksi (tiang pancang/tiang bor ) dan jenis tanah. 4. Jangka waktu setelah pemancangan. 5. Interaksi antar pile cap dan tanah permukaan. Formula yang digunakan dalam menghitung efisiensi tiang kelompok terdiri dari : 1. Formula Sederhana 2 . (m + n – 2) .s + 4 . D Eg = P.m.n 2. Formula Converse-Labarre (n – 1) , m + (m – 1) . n Eg = 1 – θ 90 . m .n 3. Formula Feld 13 4. 11 + 4. 16 8 + 16 16 Eg = = 0,722 9 Dimana : m = jumlah tiang pada deretan baris n = jumlah tiang pada deretan kolom s = jarak antar tiang D = diameter atau sisi tiang II - 31 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan P = keliling dari penampang tiang θ = tan -1 (D/s) ………dalam derajat. Keuntungan dari penggunaan kelompok tiang adalah : 1. Tiang tunggal tidak mempunyai kapasitas yang cukup untuk menahan beban kolom. 2. Kegagalan dari sebuah tiang dapat diminimalis oleh adanya tiang yang lain. 3. Pemancangan tiang atau inst alasi tiang bor dapat meleset (sampai dengan 15 cm ) dari posisinya. Gambar 2.3 Pondasi Tiang Kelompok pada Timbunan 2.4.6 Kelompok Tiang pada Tanah Lempung Daya dukung batas pada kelompok tiang pada tanah lempung didasarkan p ada aksi blok yaitu jika kelompok tersebut berperan sebagai blok. Daya dukung tiang dihitung sebagai berikut : II - 32 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Tentukan jumlah total kapasitas kelompok tiang. Qu = m .n (Qp + Qs) = m.n (9Ap.cu + .cu.p.L) ……..(Re f. 1) Tentukan daya dukung blok berukuran L x B g x Lg Qu = Lg . Bg. cu. N*c + [2(Lg + Bg) cu . L] . ..…..(Re f. 1) Bandingkan kedua besaran diatas, harga daya dukung diambil nilai yang lebih kecil. Dimana : Ap = luas penampang (m 2) m = jumlah tiang pada deret baris n = jumlah tiang p = keliling tiang (m) L = panjang pembebanan (m) N *c = faktor daya dukung (diperoleh dari grafik Bjerrum dan Eide’s) c u = kuat geser undrained (kg/cm 2) 2.4.7 Penurunan Pondasi Tiang 2.4.7.1 Penurunan Pondasi Tiang pada Tanah Pasir Penurunan pondasi tiang pada tanah pasir dapat dibedakan menjadi dua yaitu penurunan pondasi tiang tunggal dan tiang kelompok, yang dapat dihitung dengan beberapa formula yang telah diketahui. Untuk mengontrol suatu perencanaan dari pembangunan gedung didaerah Jakarta, PEMDA DKI Jakarta melalui UU No.7 tahun 1991, tentang bangunan dalam wilayah DKI Jakarta mengatur tentang penurunan m aksimum yang diijinkan. II - 33 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Tabel 2.9 Penurunan maksimum pada pondasi bangunan No Total Penurunan Jenis Pondasi Tanah Pasir Tanah Lempung 1 Pondasi setempat 4,0 cm 6,5 cm 2 Pondasi pelat lantai 7,5 cm 15 cm 3 Pondasi beton bertulang 7,5 cm 15 cm untuk silo menara air dsb 2.4.7.2 Penurunan Pondasi Tiang Tunggal Perkiraan penurunan yang terjadi pada pondasi tiang merupakan masalah yang rumit yang disebabkan oleh beberapa faktor, seperti terjadinya gangguan pada tegangan tanah pada saat pemancangan dan ketidakpastian mengenai distribusi dan posisi pengalihan beban ( load transfer) dari tiang ke tanah. Karena penurunan dipengaruhi mekanisme pengalihan beban, maka penyelesaian untuk perhitungan penurunan bersifat pendekatan. Pada tanah pasir ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperkirakan settlement yang akan terjadi, diantaranya adalah : Metode Semi Empiris S = SS + SP + SPS ………..(Re f. 1) Dimana : S = Penurunana total pondasi tiang tunggal SS = Penurunana akibat deformasi aksial tunggal SP = Penurunan dari ujung tiang SPS = Penurunan tiang akibat beban yang dialihkan sepanjang tiang II - 34 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Ketiga komponen diatas dihitung secara terpisah dengan menggunakan formula-formula berikut: Ss Q p s .Qs L Ap E p ………..(Re f. 1) Dimana : Qp = Daya dukung ujung tiang Qs = Daya dukung selimut tiang L = Panjang tiang Ap = Luas penampang tiang E = Modulus elastisitas tiang αs = Koefisien yang harganya tergantung pada distr ibusi gesekan selimut sepanjang tiang Sp C v .Q p D.q p Dimana: Cv = Koefisien Vesic Qp = Daya dukung ujung tiang Qp = Daya dukung batas diujung tiang persatuan luas D = Diameter tiang q D S ps s p.L Es Dimana: 1 Vs I ws qs = Gesekan rata-rata yang bekerja sepanjang tiang p.L P = Keliling tiang L = Panjang tiang yang terbenam II - 35 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan D = Diameter tiang Es = Modulus elastisitas tanah Vs = poisson ratio tanah Iws = factor pengaruh = 2 + 0.35 Metode Empiris S D 100 Dimana: Q.L AP .E p S = Penurunan total kepala tiang (inchi) Q = Beban kerja (lbs) Ap = Luas penampang tiang D = Diameter tiang (inchi) L = Panjang tiang Ep = Modulus elastisitas tiang 2.4.7.3 Penurunan Pondasi Tiang Kelompok Penurunan kelompok tiang umumnya lebih besar daripada pondasi tiang tunggal karena pengaruh tegangan pada daerah yang lebih luas dan lebih dalam. Metode yang digunakan yaitu: Metode Vesic (1977) Vesic (1977) memberikan fo rmula sederhana sebagai berikut: Sg s Bg ………………...(Re f. 1) D II - 36 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Dimana: s = Penurunan pondasi tiang tunggal Sg = Penurunan kelompok tiang Bg = Lebar kelompok tiang D = Diameter tiang tunggal Metode Meyerhoff (1976) Untuk menghitung penurunan tiang kel ompok di dalam pasir atau kerikil, Meyerhoff (1976) memperkenalkan hubungan empiris yang sederhana yaitu berdasarkan data N-SPT dan sondir (CPT). a. Menggunakan data N-SPT S g e mm Dimana : 0.92.q B g .I N corr Lg dan Bg = Panjang dan lebar tiang kelompok Ncorr = N-SPT koreksi rata-rata dalam daerah (sedalam B g dibawah ujung tiang) I = faktor pengaruh L = Panjang tiang yang tertanam b. Menggunakan data sondir (CPT). Dengan cara yang sama, penurunan tiang kelompok dapat juga dihubungkan dengan CPT sebagai: S g e q.Bg .I Dimana: 2qc qc = nilai CPT rata-rata pada daerah penurunan II - 37 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Gambar 2.4 Penurunan Pondasi Tiang Kelompok 2.4.7.4. Penurunan Pondasi Tiang Pa da Tanah Lempung Penurunan pondasi tiang pada tanah kohesif terdiri atas dua komponen yaitu: 1. Penurunan seketika (short time settlement) yang terjadi segera setelah beban bekerja. 2. Penurunan jangka panjang atau penurunan konsolidasi yang terjadi secara berangsur-angsur bersamaan dengan disisipi tekanan air pori. Untuk penurunan seketika, metode yang berlaku pada pasir juga dapat ditetapkan II - 38 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Metode Konvensional a. Untuk lempung terkonsolidasi normal Sg cc .H 1 eo ' Log ' ………..(Re f. 1) b. Untuk lempung terkonsolidasi lebih dengan: σ‘+Δσ ≤σ‘p c .H Sg r 1 eo ' Log ' ………..(Re f. 1) c. Untuk lempung terkonsolidasi lebih dengan: σ‘<σ‘p<σ‘ +Δσ Sg Dimana: cr .H 1 eo 'p c .H Log ' + c 1 eo ' Log ' σ = Tegangan efektif rata -rata pada tiap lapisan tanpa pembebanan L g Qug z B g z Penambahan beban akibat beban luar ( overburden pressure) σ'p = Tekanan pra konsolidasi ( preconsolidated pressure) cc = Indeks pemampatan tanah (compression index) cr = Indeks pemuaian tanah (sweeling index) eo = Angka pori awal ΔH = Tebal lapisan tanah II - 39 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Qug = Beban yang bekerja pada kelompok tiang Bg = Lebar efektif ppondasi kelompok Lg = Panjang efektif pondasi kelompok Sg = Penurunan akibat proses konsolidasi 2.5 Gaya Gesek Kulit Pada Tiang Pondasi a. Gaya Gesek Kulit Positif Gaya gesek positif sifatnya memberi daya dukung tambahan dan mengurangi beban aksial pada tiang pondasi. Dan gaya gesek bisa terjadi sepanjang tiang maupun sebagian tiang saja. Untuk pondasi tiang friksi ( friction pile) gaya gesek positif terjadi disepanjang tiang apabila letak tanah keras sangat dalam sekali, sehingga daya dukungnya didasarkan atas gesekan tiang yang terjadi antara tanah lunak dengan p ermukaan tiang, Menurut Zeevaet (1983), menerangkan bahwa tes pondasi tiang jenis tiang friksi (friction pile), pada kondisi tanah yang impermeabel dengan harga kekuatan geser yang berbeda -beda di setiap lapisan dan kompresibilitasnya. Ketika pondasi tiang diberikan beban penuh, maka gaya gesek kulit (gaya gesek positif) akan bekerja keseluruh lapisan disepanjang tiang pondasi. Akibat dari pemancangan adalah hilangnya gaya geser. Gaya gesek positif bisa terjadi disepanjang tiang, tergantung da ri hilangnya kekuatan tanah ( loss of shear strength ), semakin besar kehilangan gaya geser, maka akan semakin kecil pula gaya gesek positif yang akan bekerja, begitu juga sebaliknya. Setelah proses pemancangan selesai, maka II - 40 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan akan timbul kembali kekuatan geser, yang diakibatkan oleh konsolidasi tanah disekitar tiang pondasi dikarenakan adanya proses pembentukan kembali (remoulding) dari struktur tanah. Pada saat beban bekerja pada pondasi tiang friksi, tanah akan mendukung pondasi dengan gay a gesek positif. Dan pada saat yang bersamaan, maka terjadilah peningkatan tegangan vertical disekitar tiang pondasi. Gambar 2.5 Peningkatan tegangan vertical sekitar pondasi b. Gaya Gesek Kulit Negatif Salah satu masalah yang harus diperh atikan dalam perencanaan pondasi tiang adalah kemungkinan terjadinya seretan ke bawah atau downdrag pada tiang Seretan ini biasanya dikenal sebagai gaya hisap atau gesekan selimut II - 41 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan negative (negative skin friction). Pada berbagai keadaan, khu susnya pada tanah lempung distribusi penurunan tanah akan berubah terhadap waktu karena adanya perubahan tekanan pori yang mengakibatkan konsolidasi pada tanah. Berkaitan dengan penyebab penurunan tanah, besarnya gesekan selimut negatif bertambah dengan be sarnya gerakan relatif antara selimut tiang dan tanah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan penurunan tanah antara lain adalah: 1. Profil tanah dan elevasi air tanah. 2. Sifat-sifat tanah (sifat kompresibilitas dan konsolidasi dari tanah) 3. Besarnya beban dan lamanya pembebanan Mekanisme timbulnya gesekan selimut negatif pada pondasi tiang adalah apabila sebuah tiang berada dalam tanah timbunan yang cukup tebal yang masih mengalami pemampatan atau pada tanah timbunan yang ditempatkan di atas lapisan tanah lempung yang kompresibel dan jenuh air, maka tanah cenderung akan memampat dan bergerak ke bawah. Akibat dari beban timbunan, akan terjadi peningkatan tekanan air pori sehingga tanah tersebut akan mengalami konsolidasi serta penurunan. Jika penurun an tanah disekitar tiang lebih besar dari pada penurunan tiang, maka akan timbul gesekan antara selimut tiang dengan tanah kea rah bawah yang menyebabkan tiang tertarik ke bawah. Gaya geser kebawah ini dikenal sebagai gaya hisap, gesekan selimut negatif (negative skin friction) atau downdrag. II - 42 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Gambar 2.6 Skema gesekan negative pada pondasi tiang 2.6 Daya Dukung Lateral Dalam merancang suatu struktur pondasi tiang, haruslah kita memperhitungkan beban -beban horizontal atau lateral, seperti : beban angin, tekanan tanah lateral, beban gelombang air, benturan kapal dan lain -lain. Besarnya beban lateral yang harus didukung pondasi tiang bergantung pada rangka bangunan yang mengirimkan gaya lateral tersebut ke kolom bagian bawah. Jika tiang dipasang vertikal dan dirancang untuk mendukung beban II - 43 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan horizontal yang cukup besar, maka bagian atas dari tanah pendukung harus mampu menahan gaya tersebut, sehingga tiang -tiang tidak mengalami gerakan lateral yang berlebihan. Karena itu, tia ng-tiang perlu dihubungkan dengan gelagar-gelagar horizontal yang berfungsi sebagai penahan gaya lateral, biasanya berupa ruang bawah tanah atau balok -balok pengikat digunakan untuk menyebarkan beban horizontal ke seluruh tiang. Gaya lateral yang terjadi pada tiang bergantung pada kelakuan atau tipe tinag, jenis tanah, penanaman ujung tiang kedalam pelat penutup kepala tiang (pile cap), sifat gaya-gaya dan besar defleksi. Dalam menganalisis gaya lateral, tiang -tiang perlu dibedakan menurut model ikatannya dengan pelat penutup tiang. Karena, model ikatan tersebut sangat mempengaruhi kelakuan tiang dalam mendukung beban lateral. Model ikatan tiang terhadap pelat penutup tiang dibedakan menjadi 2 tipe : 1. Tiang ujung jepit ( fixed end pile ). 2. Tiang ujung beban ( free end pile ). McNulty (1956) mendefinisikan tiang ujung jepit ( fixed end pile ) sebagai tiang yang ujung atasnya terjepit (tertanam) dalam pelat penutup kepala tiang paling sedikit sedalam 60 cm, sedangkan untuk tiang yang bagian atasnya tidak terjepit atau terjepit kedalam pelat penutup kepala tiang kurang dari 60 cm termasuk tiang ujung bebas ( free end pile ). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini : II - 44 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Gambar 2.7 Model ikatan tiang dengan pelat penutup kepala tiang ( a ) Tiang ujung bebas ( b ) Tiang ujung jepit Pelat penutup kepala tiang (pile cap) Pelat penutup kepala tiang (pile cap) d' > 60 cm d' < 60 cm D TIANG PANCANG TIANG PANCANG D Tabel 2.10 Nilai-nilai koefisien variasi modulus ( nh) untuk tanah kohesif ( Poulus dan Davis, 1980 ) nh Tanah Lempung terkonsolidasi normal lunak Lempung terkonsolidasi normal organik Gambut Loess (kN/m3) Referensi 166 - 3518 Reese dan Matlock (1956) 277 - 554 111 - 277 Davisson - prakash (1963) Peck dan Davissonn (1962) 111 - 831 55 27,7 - 111 Davisson (1970) Davisson (1970) Wilson dan Hilts (1967) 8033 - 11080 Bowles (1968) Tabel 2.11 Kriteria tiang kaku dan tiang tidak ka ku untuk tiang ujung bebas ( Tomlinson, 1977 ) Modulus tanah (K ) betambah dengan kedalaman Modulus Tanah (K ) konstan Kaku (ujung bebas) L < 2T L < 2R Tidak kaku (ujung bebas) L > 2T L > 3,5R Tipe tiang II - 45 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan Gambar 2.8 Grafik kapasitas ultimit untuk tiang panjang pada tanah kohesif ( sumber : Broms, 1964) 2.7. Faktor Keamanan Faktor keamanan merupakan nilai banding antara beban den gan kekuatan bahan. Namun kedua besaran nilai banding ini tidak diketahui secara pasti, sehingga peraturan atau pengalaman sangat diutamakan untuk mendapat nilai yang sesuai. Dalam perencanaan pondasi, nilai faktor keamanan didapat dengan membagi gaya yang dapat ditahan oleh tiang dengan daya dukung yang II - 46 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan diijinkan. Besarnya beban yang bekerja harus lebih kecil dari daya dukung ijin tersebut agar pondasi dapat dinyatakan aman untuk memikul beban. Pernyataan diatas dapat dicontohkan dengan mencari faktor keamanan untuk gaya lateral yaitu: FS = Tahanan lateral (daya dukung) ultimit Gaya lateral ultimit > 1.10 Pada perencanaan struktur untuk menentukan besarnya faktor keamanan didasarkan pada asumsi bahw a beban yang bekerja pada struktur yang akan direncanakan melebihi dari sebenarnya, atau bisa disebut beban berfaktor. Sedangkan desain kekuatan yang lebih kecil dari yang sebenarnya, atau bisa disebut dengan pengurangan atau reduksi kekuatan bahan. 2.8. Pelat Penutup Tiang ( Pile Cap ) Didalam kita merancang pelat penutup tiang ( pile cap ), tiang-tiang sebaiknya dipasang dengan bentuk geometric yang tersusun baik. Hal ini dilakukan guna untuk menaggulangi tegangan pada pelat penutup tiang yang terlalu besar. Apabila beban sentris, maka tiang -tiang didslsm kelompoknya akan mendukung beban aksial yang sama. Dalam hitungan, tanah dibawah pelat penutup tiang dianggap tidak mendukung beban sama sekali. Apabila beban eksentri s atau beban sentris namun diikuti oleh momen, perancangan pelat penutup tiang dilakukan dengan anggapan : 1. Pelat penutup tiang sangat kaku. II - 47 Bab II Dasar-dasar teori perencanaan 2. Ujung atas tiang menggantung pada pelat penutup ( pile cap ). Karena itu, tidak ada momen lentur yang diakibatkan oleh pelat penutup ke tiang. 3. Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu distribusi tegangan dan deformasi membentuk bidang rata. II - 48