BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga Menurut Duvall

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluarga
Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga merupakan
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran
yang
bertujuan
menciptakan
dan
mempertahankan
budaya
yang
umum:
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap
anggota.Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat,
penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan keluarga saling
berhubungan, dan menempati posisi antara individu dan masyarakat (Harmoko.
2012).
B. Peran Ibu
1. Pengertian Peran
Peran (role) merupakan posisi tertentu dalam kelompok yang
disusun oleh aturan-aturan dan harapan-harapan. Peran menentukan
bagaimana remaja harus bertingkah laku dalam posisi tersebut (Santrock,
2003).
Peran menurut Bahasa dari kamus W.J.S Poerwadarminta dalam Nurhayati
(2008), adalah Sesuatu yang jadi bagian atau yang memegang pimpinan yang
utama.
Sedangkan
menurut
Soekanto
dalam
Nurhayati
(2008)
mengungkapkan bahwa peran menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dari
suatu prose.
2. Peran Ibu
Peran orang tua terutama
Ibu dalam perhatikan perkembangan
kesehatan reproduksi remaja menjadi hal yang penting untukbisa diketahui
Universitas Sumatera Utara
dan bisa menjadi penambahan wawasan tersendiri. Ibu juga memiliki peran
yang besar dalam melihat perkembangan anaknya untuk bisa menjalani masa
pubertasnya. Remaja memerlukan dukungan, perhatian, pengertian serta
dorongan bagi remaja untuk bisa menentukan kepribadian dan membantu
untuk menjelaskan perubahan-perubahan yang akan dialaminya. Karena
permasalahan pubertas menjadi hal yang tabu dibicarakan anak-anak kepada
orang lain, perlu dilakukan pendekatan khusus agar anak merasa nyaman
untuk bicara masalah pubertas pada orang tuanya. Pendampingan orang tua,
terutama ibu dalam mengawasi masa pubertas anak bertujuan untuk menjaga
perilaku menyimpang dan bisa mengarahkan anak-anak yang beranjak remaja
dalam menyikapi setiap perubahan semasa pubertas. Disebabkan banyak
perilaku remaja yang menyimpang karena belum memahami apa itu pubertas
dan bagaimana cara menghadapi dan mengendalikan setiap perubahan dan
gejolak yang melanda semua remaja (Hartiningsih, 2010).
a. Fungsi peran Ibu
Peran parental dan perkawinan, (Nye & Gecas , 1976 dalam
Harmoko2012) telah mengidentifikasi enam peran dasar yang membentuk
posisi sosial sebagai Ibu yaitu peran sebagai provider (penyedia),pengatur
rumah tangga, perawatan anak , sosialisasi anak, rekreasi persaudaraan
terapeutik dan peran seksual.
Universitas Sumatera Utara
C. Remaja
1. Pengertian
Remaja atau adolescence (Inggris), berasal dari bahasa Latin “adolescere”
yang berarti tumbuh kea rah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah
bukan kematangan fisik saja tetapi juga kematangan sosial dan psikologi
(Kumalasari & Andhyantoro, 2013).
Menurut WHO, masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanakkanak menuju masa dewasa, di mana pada masa itu terjadi pertumbuhan yang
pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga memengaruhi terjadinya perubahanperubahan perkembangan, baik fisik, mental, maupun peran sosial (Surjadi,
dkk,2002:35 dalam Kumalasari & Andhyantoro, 2013).
2. Batasan usia remaja
Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya setempat.
Ditinjau dari bidang kesehatan WHO, masalah yang dirasakan paling mendesak
berkaitan dengan kesehatan remaja adalah kehamilan dini. Berangkat dari
masalah pokok ini, WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan
usia remaja (Surjadi, dkk, 2002:1 dalam Kumalasari & Andhyantoro, 2013).
Menurut Sarwono (2007) sebagai pedoman umum dapat digunakan
batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia dengan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
a. Usia 11 tahun adalah usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual
sekunder mulai tampak (kriteria fisik).
b. Dibanyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balik,
baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi
memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).
Universitas Sumatera Utara
c. Pada
kriteria
tersebut
mulai
ada
tanda-tanda
penyempurnaan
perkembangan jiwa, seperti tercapainya identitas diri (ego identity,
menurut
Erikson),
tercapainya
fase
genital
dari
perkembangan
psikosesual (menurut Freud) dan tercapainya puncak perkembangan
kognitif (Piaget)maupun moral (Kohlberg) (kriteria psikologi).
d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk member
peluang
bagi
mereka
yang
sampai
batas
usia
tersebut
masi
menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak-hak penuh
sebagai orang dewasa (secara adat/tradisi), belum dapat memberikan
pendapatan sendiri, dan sebagainya. Dengan perkataan orang lain, orangorang yang sampai batas usia 24 tahun belum dapat memenuhi
persyaratan kedewasaan secara sosial maupun psikologi, masi dalam
golongan remaja.
e. Dalam defenisi diatas, kasus perkawinan sangat menentukan.Hal itu
karena arti perkawinan masi sangat penting dimasyarakat kita secara
menyeluruh. Seorang yang sudah menikah, pada usia berapa pun
dianggap dan diperlukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hokum
maupun dalam kehidupan masyarakat dalam keluarga. Oleh karena itu,
definisi remaja disini dibatasi khusus untuk yang belum menikah.
3. Klasifikasi Masa Remaja
a. Remaja (Umur 10-12 tahun )
Secara fisik remaja awal mengalami banyak perubahan, semakin
matangnya fungsi organ dalam dan seks serta memiliki proporsi tubuh
yang seimbang. Sementara perkembangan psikologi remaja awal dimulai
Universitas Sumatera Utara
dari
sikap
penerimaan
pada
perubahan
kondisi
fisik,
mulai
berkembangnya cara berfikir, menyadari perbedaan pontensi individual,
bersikap over estimate, seperti meremehkan masalah, kemampuan orang
lain sehingga terkesan sombong, gegabah, kurang waspada, bertindak
kanak-kanak, namun kritis, sikap dan moralitas bersifat egosentris (
Janiwarty & Pieter, 2013).
b. Remaja Tengah (Umur 13-15 tahun )
Bentuk fisik makin sempurna dan mirip
dengan orang
dewasa,perkembangan sosial dan intelektual lebih sempurna, semakin
berkembang keinginan untuk mendapat status, ingin mendapatkan
kebebasan sikap, pendapat dan minat serta memiliki keinginan untuk
menolong dan ditolong orang lain, pergaulannya sudah mengarah ke
heteroseksual, mulai bertanggung jawab serta bersikap apatis akibat di
tentang sehingga malas menggulanginya dan berprilaku agresif akibat
diperlakukan seperti anak-anak (Pieter & lubis,2010).
c. Remaja Akhir ( Umur 17-21 tahun )
Disebut sebagai dewasa muda karena dia mulai meninggalkan
kehidupan kanak-kanak dan berlatih mandiri, terutama saat membuat
keputusan. Dia mulai memiliki kematangan emosi dan belajar
mengendalikan emosi sehingga bisa berpikir objektif dan bersikap sesuai
situasi dengan belajar menyesuaikan diri pada norma-norma (Janiwarty &
Pieter, 2013).
Universitas Sumatera Utara
4. Tugas Perkembangan Masa Remaja
Tugas perkembangan remaja difokuskan pada upaya meninggalkaan
sikap danperilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai
kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Adapun tugas
perkembangan remaja menurut Hurlock (1991) yaitu mampu menerima
keadaan fisiknya, menerima serta memahami peran seks usia dewasa,mampu
membina hubungan baik dengan anggota kelompokn yang berlainan jenis,
mencapai kemandirian ekonomi,mulai mampu mengembangkan konsep serta
keterampilan intelektual yang sangat di perlukan untuk melakukan peran
sebagai anggota masyarakat, memahami nilai-nilai orang dewasa dan orang
tua serta mampu mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang
diperlukan untu memasuki dunia dewasa, mempersiapakan diri untuk
memasuki perkawinan dan mehami serta mempersiapkan berbagai tanggung
jawab kehidupan keluarga (Kumalasari & Andhyantoro, 2013).
Sebagain kelompok remaja mengalami kebingungan untuk memahami
tentang apa yang boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan
olehnya, antara boleh atau tidaknya untuk melakukan pacaran, melakukan
onani, nonton bersama atau ciuman (Soetjiningsih, 2004).
a.
Perkembangan Seksual Pada Masa Remaja
Menurut Soetjiningsih (2004), perkembangan organ seksual pada
masa pubertas amat nyata bila dibandingkan dengan pada masa anakanak. Pematangan secara fisik pada masa pubertas hanya merupakan
salah satu proses pada remaja sebab variasi pematangan pada remaja
bervariasi sesuai dengan perkembangan psikososial. Perkembangan
psikososial ini antara lain sebagai berikut : Mereka ingin bersikap tidak
Universitas Sumatera Utara
tergantung pada orang tua, mereka ingin mengembangkan keterampilan
secara interaktif dengan kelompoknya, mereka sudah mulai mempelajari
prinsip-prinsip etika, mereka ingin menunjukkan kempuan intelektualnya
dan mereka mempunyai tanggung jawab pribadi dan sosial.
Pada masa remaja laki-laki maupun perempuan kadang-kadang
pada waktu yang bersamaan mempunyai keinginan yang berbeda
misalnya disuatu saat mereka harus mengalami suatu perasaan
seksualnya, seperti bercinta tetapi pada saat yang bersamaan mereka
harus mencegah jangan sampai melakukan hubungan seksual. Tetapi
kelompok remaja lainnya, mereka telah mempunyai pematangan
intelektual dan emosionalnya yang bersamaan dengan pematangan
fisiknya sehingga mereka dapat menciptakan suatu kebebasan dan
rangsangan. Secara garis besar seksualitas remaja merupakan suatu
proses pematangan biologis saat pubertas dan pematangan psikososial
(Soetjiningsih, 2004).
b. Ciri-ciri Masa Remaja
Menurut Gunarsa (2001) dalam Darmasih (2009), masa remaja
mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan
sesudahnya yaitu masa remaja sebagai periode yang penting, masa remaja
sebagai periode peralihan, masa remaja sebagai periode perubahan, masa
remaja sebagai periode bermasalah, masa remaja sebagai masa mencari
identitas, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan dan masa
remaja sebagai ambang masa dewasa.
Universitas Sumatera Utara
c. Karakteristik Remaja
Menurut Makmum (2003) dalam Darmasih (2009), karakteristik
perilaku dan pribadi pada masa remaja terbagi kedalam dua kelompok yaitu
remaja awal (11-13 dan 14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 dan 18-20
tahun) meliputi aspek :
1) Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proposi ukuran
tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang dan munculnya cirri-ciri
sekunder.
2) Psikomotor, gerak-gerak tampak canggung dan kurang terkoordinasikan
seta aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
3) Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik
mempelajari bahasa asing, menggemari literature yang bernafaskan dan
mengandung segi erotik, fantastic, dan estetik.
4) Sosial, keinginanan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi
bersifat temporer, serta adanya ketergantungan yang kuat kepada
kelompok sebaya di sertai semangat konformitas yang tinggi.
5) Perilaku Kognitif, proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidahkaidah logika formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang
bersifat abstrak, meskipun relative terbatas, kecakapan dasar intelektual
menjalani laju perkembangan yang terpesat, kecakapan dasar khusus
(bakat) mulai menunjukkan kecenderungan yang lebih jelas.
6) Moralitas, adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi
pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan
dari orang tua,
sikapnya dan berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau
sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para
Universitas Sumatera Utara
pendukungnya, mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang
tepat dengan tipe idolanya.
7) Perilaku keagamaan, mengenai ekstensi dan sifat kemurahan dan keadilan
Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptik, masih mencari dan
mencoba menemukan pegangan hidup, penghayatan kehidupan keagamaan
sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang
memaksa dari luar dirinya.
8) Konatif, emosi, afektif dan kepribadian ada lima kebutuhan dasar
(fisiologis, rasa aman, kasih sayang, dan aktualisasi diri) menunjukkan
arah kecenderungannya dan merupakan masa kritis dalam rangaka
menghadapi kritis identitasnya yang sangat di pengaruhi oleh kondisi
psikososialnya yang akan membentuk kepribadiannya.
5. Perubahan Pubertas pada masa remaja
a. Pengertian Pubertas
Menurut Elizabeth B. Hurlock : Pubertas berasal dari kata pubis
(rambut
kemaluan).
Pubertas
adalah
periode
dalam
rentang
perkembangan ketika anak-anak berubah dari makhluk Aseksual menjadi
seksual (alat reproduksi menjadi berfungsi), yang ditandai pada
perempuan mengalami menstruasi pertama kali (Menarche) dan sudah
bisa hamil sedangkan laki-laki mengalami mimpi basah pertama kali
(Pollutio) dan sudah mampu menghamili.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Root : Pubertas adalah suatu tahap dalam perkembangan
dimana terjadi pematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan
reproduksi serta terjadinya perubahan secara somatic (fisik) dan
psikologis (Yanti, 2011).
b. Faktor-faktor penyebab perubahan pubertas
Faktor penyebab perubahan pada pubertas yaitu kelenjar endokrin
merupakan kelenjar yang langsung berhubungan dengan pertumbuhan
dan kematangan, karena kelenjar endrokin bermuara langsung dalam
saluran darah melalui zat antara jaringan kelenjar dan hormon. Hormon
akan memberikan stimulasi yang menyebabkan rangsangan hormonal.
Sekitar lima tahun sebelum memasuki puber, pengeluaran hormon seks
jarang terjadi sehingga terjadi penimbunan hormon. Dampak naiknya
jumlah hormone yang dikeluarkan yaitu kematangan struktur dan fungsi
organ seksual. Semua perubahannya bersumber dari kelenjar pituitary
pada dasar otak, di mana terbentuk bersamaan dengan gonad dan kelenjar
seks (Pieter & Lubis, 2010).
c. Perubahan fisik masa pubertas
Perubahan fisik masa pubertas adalah berkembanganya ciri-ciri
seks primer dan seks sekunder dan semakin bertambah tingginya ukuran
tubuh serta proporsi tubuh yang memanjang sehingga dia kelihatan
jangkung (Pieter & Lubis, 2010).
1) Tanda-tanda seks primer
Tanda-tanda seks primer yang dimaksud adalah
yang
berhubungan langsung dengan organ seks. Dalam Modul Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Reproduksi Remaja (Depkes, 2002) disebutkan bahwa cirri-ciri seks
primer pada remaja adalah sebagai berikut :
a. Remaja laki-laki
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi
bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi
pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun, mimpi basah
merupakan salah satu cara tubuh laki-laki ejakulasi. Ejakulasi
terjadi karena sperma yang terus-menerus diproduksi perlu
dikeluarkan, ini adalah pengalaman yang normal bagi semua
remaja laki-laki.
b. Remaja Wanita
Pada remaja wanita sebagai tanda kematangan organ
reproduksi
adalah
ditandai
dengan
datangnya
menstruasi
(menarche). Menstruasi adalah proses peluruhan lapisan dalam
atau endemetrium yang banyak mengandung pembuluh darah dari
uterus melalui vagina (Kumalasari & Andhyantoro, 2013).
2) Tanda-tanda seks sekunder
Perkembangan
seks
sekunder
merupakan
tanda
yang
membedakan antara pria dan perempuan. Perkembangan seks
sekunder tidak berkaitan langsung dengan reproduksi, tetapi
mengarah pada ketertarikan pada lawan jenisnya. Beberapa
pola
perkembangan seks sekunder ialah rambut-rambut halus pada area
kemaluan, bertambah banyak kelenjar lemak, keringat dan minyak,
perubahan kulit yang terlihat menjadi kasar, tidak jernih, berwarna
pucat dan pori-pori makin luas, perubahan pada suara (pria makin
Universitas Sumatera Utara
serak, perempuan makin penuh dan merdu ), terdapat benjolanbenjolan kecil pada kelenjar susu dan ukuran pinggul pubertas
perempuan terlihat semakin bertambah besar (Janiwarty & Pieter,
2013 ).
d. Perubahan psikologis masa pubertas
Menurut, Pieter & Lubis (2010) akibat perubahan masa pubertas
pada sikap dan perilaku, antara lain yaitu ingin menyendiri sehingga dia
menarik diri dari hubungan sosial dan hanya sebatas teman kelompok,
timbul rasa bosan sehingga cenderung menjadi pemalas, perubahan
emosi, adanya antagonis sosial yang ditunjukkan tidak mau bekerja sama
serta serimg membantah dan menentang serta penuh kritikan dan merasa
kurang percaya diri.
e. Masalah-masalah psikologi pada masa pubertas
1. Tidak ada persiapan diri ketika muncul perubahan fisik.
Kurang persiapan seorang pubertas menghadapi perubahan
berasal dari sikap orang tua yang normatif terhadap setiap perubahan
diri, minimnya pengetahuan mengenai pubertas, tata karma dan rasa
malu, kesengajaan menghindari pertanyaan sehingga selalu berpurapura mengerti tentang perubahan dirinya (Janiwarty & Pieter, 2013).
2. Kebingungan dalam menerima peran seks
Ketidaksiapan menerima peran seks juga bersumber dari
konsep kepercayaan tradisional yang menilai bahwa salah satu gender
memiliki keungulan, bermatabat dan berbudaya ( Janiwarty & Pieter,
2013).
Universitas Sumatera Utara
3. Turunnya prestasi di sekolah
Salah satu ciri dampak buruk perkembangan dan pertumbuhan
di masa pubertas ialah memiliki prestasi rendah, malas belajar,
kebiasaan berprestasi di bawah kemampuan normal, rasa bersalah dan
perasaan malu( Janiwarty & Pieter, 2013).
4. Merasa tidak bahagia
Faktor penyebab ketidak bahagiaan pubertas berasal dari sikap
penolakan pada diri sendiri atau sosial. Mencapai rasa kepuasan dan
kebahagiaan mendorong para pubertas untuk diterima orang lain dan
menerima diri seadanya yang terkadang dilakukan tanpaa memikirkan
dampak
buruknya,
seperti
menjadi
anggota
geng
motor,
menyalahgunakan narkoba, pergi kepelacuran dan sebagainya.
Semuanya ini untuk mereduksi ketidakbahagiaan ( Janiwarty & Pieter,
2013).
f. Tugas-tugas perkembangan masa pubertas
Menurut, Pieter & Lubis (2010) semua tugas perkembangan masa
pubertas berfokus pada usaha mempersiapakan diri masa dewasa dengan
cara mencapai relasi yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis
kelamin yang berbeda, mencapai peran sosial feminim atau maskulin
mampu menerima bentuk perubahan fisik dan menggunakannya, meminta
menerima, dan mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua
ataupun orang dewasa lainnya serta mempersiapkan diri dalam
penyesuaian diri pada norma-norma lingkungan sosial.
Universitas Sumatera Utara
Download