BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut O`Brien

advertisement
7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2005, p5), sistem inforasi merupakan kombinasi
teratur apa pun dari orang-orang, hardwar, software, jaringan komunikasi, dan
sumber daya yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi
dalam sebuah organisasi.
2.1.1
Pengertian Sistem
Menurut O’Brien (2005, p29), sistem kebanyakan dapat didefinisikan
secara sederhana sebagai kelompok elemen yang saling berhubungan atau
berinteraksi hingga membentuk satu kesatuan.
2.1.2
Pengertian Informasi
Menurut O’Brien (2005, p27), Informasi adalah data yang telah diubah ke
dalam konteks yang berguna dan memiliki arti untuk pengguna. Pemrosesan
informasi atau pemrosesan data melalui proses nilai tambah adalah sebagai
berikut :
1. Bentuk yang agregat, telah dimanipulasi atau diatur.
2. Isinya dianalisis dan dievaluasi.
3. Ditempatkan dalam konteks yang tepat untuk pemakainya.
8
2.2
Internet
Menurut Mcleod dan Schell (2001, p73) Internet memungkinkan suatu
jaringan komunikasi
global yang tidak hanya menghubungkan para mitra
dagang, tetapi juga mencakup para pelanggan.
Menurut Kotler dan Amstrong (2004, p71) Internet didefinisikan sebagai
jaringan komputer global yang luas dan terus berkembang yang menghubungkan
para pengguna komputer dari segala jenis di seluruh dunia.
Dari kedua definisi internet diatas, dapat disimpulkan bahwa internet
merupakan suatu jaringan komunikasi yang sangat luas dan tanpa batas, sehingga
dapat dilakukannya pertukaran informasi dari setiap pengguna.
2.2.1
World Wide Web
World Wide Web (WWW) adalah suatu jaringan hypertext sistem yang
memungkinkan dokumen untuk dibagikan melalui internet (Hofstetter, 2003,
p10).
Menurut Mcleod dan Schell (2001, p75) WWW adalah informasi yang
dapat diakses melalui internet, dimana dokumen-dokumen hypermedia (file-file
komputer) disimpan dan dapat diambil melalui skema alamat yang unik.
Dari ke dua definisi yang ada diatas dapat disimpulkan bahwa WWW
(World Wide Web) adalah suatu ruang informasi pada internet yang merupakan
tempat dokumen-dokumen yang dapat disimpan, diambil, diformat, dan
disampaikan informasinya melalui skema yang unik.
9
2.3
Pengertian E-Business
E-Business (e-bisnis) merupakan penggunaan platform elektronol untuk
mengarahkan bisnis perusahaan, dan program perusahaan dalam menjalankan
kegiatan bisnis di perusahaan tersebut (Kotler dan Amstrong, 2004, p74).
2.4
Pemasaran
Menurut David (2010, p198), pemasaran dapat dideskripsikan sebagai
proses pendefinisian, pengantisipasian, penciptaan serta pemenuhan kebutuhan
dan keinginan konsumen akan produk dan jasa. Ada tujuh fungsi pemasaran
(function of marketing) pokok : analisis konsumen, penjualan produk/jasa,
perencanaan produk dan jasa, penetapan harga, distribusi, riset pemasaran, dan
analisis peluang.
1. Analisis konsumen (customer analysis) adalah pengamatan dan
evaluasi kebutuhan, hasrat, dan keinginan konsumen, melibatkan
pengadaan survey konsumen, penganalisisan informasi konsumen,
pengevaluasian strategi pemosisian pasar, pengembangan profil
konsumen, dan penentuan strategi segmentasi pasar yang optimal.
2. Penjualan (selling). Penerapan strategi yang berhasil umumnya
bergantung pada kemampuan sebuah organisasi untuk menjual
produk atau jasa tertentu. Penjualan meliputi banyak aktivitas
pemasaran,seperti iklan, promosi, penjualan, publisitas, penjualan
perorangan, manajemn tenaga penjualan, hubungan konsumen, dan
hubungan diler.
10
3. Perencanaan produk dan jasa (product and service planning) meliputi
berbagai aktivitas seperti uji pemasaran; penentuan pilihan produk
dan merek; pemanfaatan garansi; pengemasan; penentuan pilihan
produk; fitur prdouk, gaya produk, dan kualitas produk; penghapusan
produk lama; dan penyediaan layanan konsumen.
4. Penetapan
harga
(pricing).
Lima
pemangku
kepentingan
(strakeholder) memengaruhi keputusan penetapan harga : konsumen,
pemerintah, pemasok, distributor dan pesaing. Kompetisi harga yang
intens ditambah dengan pembelian di Internet di kebanyakan industri
telah mengurangi margin laba ke tingkat minimum terendah untuk
sebagian besar perusahaan.
5. Distribusi (distribution) mencakup penggundangan, saluran-saluran
distribusi, cakupan distribusi, lokasi tempat ritel, wilayah penjualan,
tingkat dan lokasi persediaan, kurir transportasi, penjualan grosir, dan
ritel.
6. Riset
pemasaran
(marketing
research)
adalah
pengumpulan,
pencatatan, dan penganalisisan data yang sistematis mengenai
berbagai persoalan yang terkait dengan pemasaran barang dan jasa.
7. Analisis peluang (opportunity analysis). Fungsi pemasaran yang
terakhir adalah analisis peluang, yang melibatkan penilaian atas
biaya, manfaat, dan resiko yang terkait dengan keputusan pemasaran.
11
2.4.1
Manajemen Pemasaran
Menurut Komarudin (2003, p9), diambil dari Dictionary of Marketing
Terms (yang disunting oleh Peter D. Bannet, dan diterbitkan oleh American
Marketing Association, Chicago, 1995) mengemukakan bahwa menejemn
pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksaan pemikiran, penetapan
harga, promosi, dan penyaluran gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan
pertukaran yang memuaskan tujuan individu dan organisasi.
Menejemen pemasaran pun dapat dipandang sebagai proses. Proses itu
meliputi upaya untuk menarik perhatian, “menguasai”, dan mempertahankan
para pelanggan yang relevan dengan organisasi. Secara spesifik, menejemen
pemasaran itu meliputi :
1.
Identifikasi, evaluasi, dan pemilihan public yang menjadi sasaran.
2.
Formulasi dan pengarahan kombinasi kegiatan yang dirancang
untuk merangsang pertukaran dengan public yang menjadi sasaran
tersebut.
Definisi lain mengatakan bahwa menejemen pemasaran ialah menejemen
yang berhubungan dengan pertukaran nilai antara suatu organisasi dengan para
pemegang taruhan yang relevan. Definisi lain lebih longgar dari pada definisi
pemasaran yang membatasi diri pada organisasi bisnis dan kegiatan dalam
bentuk arus barang atau jasa dari produsen kepada konsumen.
12
2.4.2
Konsep Pemasaran
Menurut Kotler dan Amstrong (2010, p12), konsep pemasaran (marketing
concept) menyatakan bahwa pencapaian tujuan organisasi tergantung pada
pengetahuan akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan memberikan
kepuasan yang diinginkan dengan lebih baik dari pada pesaing. Alih-alih filosofi
“membuat dan menjual” yang berpusat pada produk, konsep pemasaran adalah
filosofi “merasakan dan merespons” yang berpusat pada pelanggan. Konsep ini
memandang pemasaran bukan sebagai “kegiatan berburu” tetapai sebagai
“kegiatan berkebun”. Perkerjaan yang harus dilakukan bukanlah menemukan
pelanggan yang tepat bagi produk yang dimiliki, tetapi menemukan produk yang
tepat bagi para pelanggan anda.
2.4.3
Unsur – unsur Pemasaran
Menurut Rangkutti (2008, p48), unsur-unsur utama dalam pemasaran
dibedakan menjadi :
Unsur Strategi Persaingan
1.
Segmenting ialah suatu tindakan
mengidentifikasi dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen
yang terpisah (khusus). Masing-masing konsumen ini memiliki
karakteristik, kebutuhan, dan bauran pemasaran yang terpisah.
13
2.
Targeting
ialah
tindakan
untuk
memilih satu atau lebih segmen pasar yang dituju.
3.
Positioning ialah penetapan posisi
pasar, tujuannya untuk membangun dan mengkomunikasikan
keunggulan produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen.
Unsur Taktik Pemasaran
1.
Diferensiasi
ialah
tindakan
merancang serangkaian perbedaan yang berarti untuk membedakan
penawaran perusahaan dengan penawaran pesaing.
2.
Marketing Mix (Bauran pemasran),
berkaitan dengan kegiatan mengenai produk, harga, promosi, dan
tempat.
Unsur Nilai Pemasaran
1.
Brand atau merk yaitu nilai yang
berkaitan dengan nama atau nilai yang dimiliki atau melekat pada
perusahaan.
2.
Service ialah nilai yang berkaitan
dengan pemberian jasa layanan kepada konsumen.
3.
Proses ialah nilai yang berkaitan
dengan prinsip perusahaan untuk membuat setiap karyawan terlibat
dan memiliki rasa tanggung jawab dalam proses memuaskan
konsumen baik secara langsung ataupun tidak langsung.
14
2.4.4
Strategi Pemasaran
Menurut Kotler dan Amstrong (2010, p58), strategi pemasaran
(marketing strategy) adalah logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk
menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang menguntungkan.
Perusahaan memutuskan pelanggan mana yang akan dilayaninya (segmentasi
dan penerapan target) dan bagaimana cara perusahaan melayaninya (diferensiasi
dan positioning). Perusahaan mengenali keseluruhan pasar, lalu membaginya
menjadi segmen-segmen yang lebih kecil, memilih segmen yang paling
menjanjikan, dan memusatkan perhatian pada pelayanan dan pemuasan
pelanggan dalam segmen ini.
2.4.5
Bauran Pemasaran
Menurut Kotler dan Amstrong (2010, p62), bauran pemasaran (marketing
mix) adalah kumpulan alat pemasaran taktis terkendali yang dipadukan
perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkannya di pasar sasaran.
Bauran pemasaran terdiri dari semua hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk
mempengaruhi permintaan produknya. Berbagai kemungkinan ini dapat
dikelompokkan menjadi empat kelompok variable yang disebut “Empat P” :
Product (Produk), Price (Harga), Promotion (Promosi), dan Place (Tempat) :
1.
Produk berarti kombinasi barang
dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran.
2.
Harga adalah jumlah uang yang
harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk.
15
3.
Promosi
berarti
aktivitas
yang
menyampaikan manfaat produk dan membujuk pelanggan agar
membelinya.
4.
Tempat
meliputi
kegiatan
perusahaan yang membuat produk tersedia bagi pelanggan sasaran.
Program pemasaran yang efektif memadukan semua elemen bauran
pemasaran ke dalam suatu program pemasaran terintegrasi yang dirancang untuk
mencapai tujuan pemasaran perusahaan dengan menghantarkan nilai bagi
konsumen.
2.5
Pengertian Internet Marketing (E-Marketing)
Chaffet et al (2006, p9), mendefinisikan e-marketing sebagai pencapaian
tujuan pemasaran perusahaan melalui penggunaan teknologi komunikasi. EMarketing tidak hanya menunjuk pada penggunaan media digital, tetapi juga
berhubungan dengan bagaimana melakukan manajemen data konsumen dan
menjaga relasi yang baik dengan konsumen.
Menurut Mohammed et al (2003, p4), internet marketing merupakan
proses membangun dan memelihara hubugan dengan konsumen melalui kegiatan
online untuk memfasilitasi pertukaran ide, produk, dan layanan yang memuaskan
tujuan dari kedua belah pihak.
Kesimpulan dari ke dua sumber diatas adalah E-Marketing dapat disebut
sebagai wadah untuk pencapaian tujuan pemasran perusahaan dengan media
16
digital yang memfasilitasi pertukaran ide, produk, dan layanan serta mencakup
proses untuk membangun relasi dengan konsumen.
Lebih sederhana didefinisikan, e-marketing adalah hasil teknologi
informasi diterapkan untuk pemasaran tradisional. E-marketing mempengaruhi
pemasaran tradisional dalam dua cara. Pertama, meningkatkan efisiensi dan
efektivitas dalam fungsi pemasaran tradisional. Kedua, teknologi e-marketing
banyak mengubah strategi pemasaran. Transformasi ini juga menghasilkan
model bisnis baru yang menambah nilai pelanggan dan atau meningkatkan
profitabilitas perusahaan.
2.5.1
Lima Komponen E-Marketing
Menurut Mohammed et al. (2003, p4), terdapat lima komponen dalam E-
Marketing yaitu dapat dijabarkan sebagi berikut :
1. Proses
Proses dalam e-marketing meliputi tujuh tahap yang harus terkoordinasi
dengan baik antara yang satu dengan yang lainnya yaitu sebagai berikut :
i.
Melihat kesempatan bisnis yang ada
ii.
Menyusun strategi pemasaran
iii.
Mendesain pengalaman pelanggan
iv.
Membuat hubungan antar muka
dengan pelanggan
v.
Mendesain strategi atau program
pemasaran
17
vi.
Meningkatkan informasi pelanggan
melalui teknologi
vii.
Evaluasi program pemasaran
2. Membangun dan mempertahankan hubugan dengan pelanggan
Membangun
dan
mempertahankan
hubugan
dengan
pelanggan
merupakan tujuan dari pemasaran itu sendiri. Tiga tahapan hubungan
dengan pelanggan adalah awareness, exploration, dan commitment.
Program pemasaran dapat dikatakan berhasil apabila mampu untuk
mengarahkan pelanggan sampai pada tahap komitmen pada perusahaan
dan tujuan dari e-marketing adalah menjalin hubungan dengan pelanggan,
baik secara personal atau online maupun offline.
3. Online
Sesuai dengan definisinya, e-marketing adalah pemasaran yang dilakukan
dengan menggunakan teknologi informasi atau komunikasi dengan
menggunakan atau didunia internet namun terkait dengan program secara
tradisional.
4. Pertukaran
Dampak dari e-marketing adalah pertukaran yang tidak hanya terjadi di
dalam dunia internet saja atau online, namun juga harus berdampak pada
pertukaran di penjualan secara nyata.
18
5. Pemenuhan kepuasan dari tujuan kedua belah pihak
Dengan adanya e-marketing, pemenuhan kepuasan akan kedua belah
pihak lebih cepat terpenuhi, yaitu dari segi perusahaan yang
menggunakan e-marketing bisa mecapai tujuan perusahaan seperti
meningkatkan laba atau keuntungan dari perusahaan, pangsa pasar
semakin luas, dan sebagainya. Dari segi pelanggan adalah terpenuhinya
kebutuhan seperti mendapatkan informasi yang dibutuhkan dengan lebih
cepat.
2.5.2
Manfaat E-Marketing
Menurut Strauss dan Frost (2009, p21), lingkungan e-marketing yang
dinamis menawarkan untuk membuka peluang mengembangkan produk baru,
pasar baru, media baru, dan saluran baru. Pembeli individu memiliki kekuatan
lebih karena alat-alat bantu teknologi seperti remote control television, mouse,
computer, kemampuan untuk membandingkan harga produk dan online, dan
kemampuan untuk meng-upload konten yang mempengaruhi citra merek web 2.0
membentuk komunitas online untuk membahas produk, berbagi file, dan banyak
lagi, dan kegiatan ini di luar kendali pemasar.
2.6
Metodologi Penelitian
Menurut Sugiyono (2010, p6), metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan
tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat tiga kata kunci yang perlu
19
diperhatikan yaitu, cara ilmiah, empiris dan sistematis. Ketiga kata kunci tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.
Cara
ilmiah
berarti
kegiatan
penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga
terjangkau oleh penalaran manusia.
2.
Empiris
berarti
cara-cara
yang
dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orang lain
dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
(Berdasarkan cara yang tidak ilmiah, misalnya mencari uang yang
hilang, provokator, atau tahanan yang melarikan diri melalui
paranormal).
3.
Sistematis memiliki artian, proses
yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah
tertentu yang bersifat logis.
2.7
Manajemen Strategis
Menurut David (2010, p5), manajemen strategis dapat di definisikan
sebagai seni dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi
keputusan-keputusan lintas-fungsional yang memampukan sebuah organisasi
mencapai tujuannya. Sebagaimana diisaratkan oleh definisi ini, manajemen
strategis berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran,
keuangan/akuntansi, produksi/oprasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem
informasi computer untuk mencapai keberhasilan organisasional.
2.7.1
Analisis Kompetitif : Model Lima Kekuatan Porter
20
Menurut David (2010, p145), model Lima Kekuatan Porter (Porter FiveForces Model) tentang analisis kompetitif adalah pendekatan yang digunakan
secara luas untuk mengembangkan strategi di banyak industri. Intensitas
persaingan antar perusahaan sangat beragam dari satu industri ke industri lain.
Persaingan antar perusahaan yang sudah ada sangat ketat, pesaing-pesaing baru
baru bisa masuk ke industri dengan relatif mudah, dan baik pemasok maupun
konsumen dapat memiliki daya tawar yang sangat besar. Menurut Porter, hakikat
persaingan di suatu industri tertentu dapat dipandang sebagai perpaduan dari
lima kekuatan, yaitu :
Gambar 2.1 Model Lima Kekuatan Porter
Sumber : David (2010, p146)
1. Masuknya pendatang baru
Enam sumber halangan atau hambatan bagi pendatang baru yaitu skala
21
ekonomis, diferensiasi produk, kebutuhan modal, hambatan biaya bukan
karena skala, akses ke saluran distribusi, kebijaksanaan pemerintah
2. Persaingan dari perusahaan sejenis
Strategi yang dijalankan oleh suatu perusahaan dapat berhasil hanya jika
strategi itu memiliki keunggulan kompetitif dibandingkan dengan strategi
yang dijalankan dengan perusahaan pesaing.
3. Barang dan jasa pengganti
Dalam berbagai industri perusahaan bersaing ketat dengan produsen
produk penganti. Adanya produk pengganti membuat batasan harga
maksimal, sebelum konsumen pindah ke produk pengganti tersebut.
4. Kekuatan tawar menawar pemasok
Kekuatan tawar menawar pemasok mempengaruhi intensitas persaingan
dalam suatu industri, terutama jika jumlah pemasok banyak.
5. Kekuatan tawar menawar dengan konsumen
Ketika konsumen terkonsentrasi atau jumlahnya besar, atau membeli
dalam jumlah banyak, kekuatan tawarnya merupakan kekuatan utama
yang mempengaruhi intensitas konsumen dalam suatu industri.
Tiga langkah berikut untuk menggunakan Model Lima Kekuatan Porter
dapat menunjukkan bagaimana persaingan di suatu industri tertentu sedemikian
rupa sehingga perusahaan dapat memperoleh laba yang masuk akal :
22
1. Identifikasi berbagai aspek atau elemen penting dari setiap kekuatan
kompetitif yang mempengaruhi perusahaan.
2. Evaluasi seberapa kuat dan penting setiap elemen tersebut bagi
perusahaan.
3. Putuskan apakah kekuatan kolektif dari elemen-elemen tersebut
cukup untuk membuat perusahaan terjun ke industri baru atau tetap
bertahan di industri saat ini.
2.7.2
Definis Strategi
Menurut David (2010, p18), Strategi memiliki artian sarana bersama
dengan tujuan jangka panjang hendak dicapai. Strategi bisnis mencakup ekspansi
geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar,
pengetatan, divestasi, likuidasi, dan usaha patungan atau joint venture.
2.7.3
Jenis Strategi
Menurut David (2010. P248), strategi-strategi alternatif yang dapat
dijalankan sebuah perusahaan yang dikategorikan menjadi 11 tindakan, yaitu :
integrasi ke depan, integrasi ke belakang, integrasi horizontal, penetrasi pasar,
pengembangan produk, pengembangan pasar, diversifikasi terkait, diversifikasi
tak terkait, penciutan, divestasi, dan likuidasi.
23
Penjelasan dari ke sebelas kategori tindakan tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut :
1.
Integrasi ke depan adalah memperoleh kepemilikan atau kendali
yang lebih besar atas distributor atau peritel.
2.
Integrasi ke belakang adalah mengupayakan kepemilikan atau
kendali yang lebih besar atas pemasok perusahaan.
3.
Integrasi horizontal adalah mengupayakan kepemilikan atau
kendali yang lebih besar atas pesaing.
4.
Penetrasi pasar adalah mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk
produk atau jasa saat ini di pasar yang ada sekarang melalui upayaupaya pemasaran yang lebih baik.
5.
Pengembangan
produk
adalah
mengupayakan
peningkatan
penjualan melalui perbaikan produk atau jasa saat ini atau
pengembangan produk atau jasa baru.
6.
Pengembangan pasar adalah memperkenalkan produk atau jasa saat
ini ke wilayah geografis baru.
7.
Diversifikasi terkait adalah menambah produk atau jasa yang baru
namun masih berkaitan.
8.
Diversifikasi tak terkait adalah menambah produk atau jasa yang
baru namun tidak berkaitan.
9.
Penciutan adalah pengelompokan ulang (regrouping) melalui
pengurangan biaya dan aset untuk membalik penjualan dan laba yang
menurun.
24
10.
Divestasi adalah penjualan suatu divisi atau bagian dari sebuah
organisasi.
11.
Likuidasi adalah penjualan aset perusahaan secara terpisah-pisah
untuk kekayaan yang berwujud.
2.8
Perumusan Strategi
Perumusan strategi menggunakan tiga tahap yaitu tahap input, tahap
pencocokan, dan tahap keputusan. Tahap input menggunakan matriks Evaluasi
Faktor Eksternal (EFE) dan matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI), tahap
pencocokan menggunakan matriks SWOT dan matriks Internal – Eksternal (IE),
dan pada tahap keputusan menggunakan matriks Quantitative Strategic Planning
Matrix (QSPM).
Tahap 1 : Input
Matriks Evaluasi Faktor
Eksternal (EFE)
Matriks Evaluasi Faktor Internal
(IFE)
Tahap 2 : Pencocokan
Matriks Kekuatan-KelemahanPeluang-Ancaman (SWOT)
Matriks Internal-Eksternal (IE)
Tahap 3 : Keputusan
Matriks Perencanaan Strategis Kuantitatif (QSPM)
Gambar 2.2 Kerangka Analisis Perumusan Strategi
Sumber : David (2010, p342)
2.8.1
Tahap Input
25
Menurut David (2010, p325), alat-alat input mendorong para penyusun
strategi untuk mengukur subjektivitas selama tahap awal proses perumusan
strategi. Membuat berbagai keputusan kecil dalam matriks input menyangkut
signifikasi relatif faktor-faktor eksternal dan internal memungkinkan para
penyusun strategi untuk secara lebih efektif menciptakan serta mengevaluasi
strategi alternatif. Penilaian intuitif yang baik selalu dibutuhkan dalam
menentukan bobot dan peringkat yang tepat. Di pembahasan ini, tahap input dari
kerangka perumusan strategi terdiri atas dua teknik yang dapat digunakan, yaitu :
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (IFE) dan Matriks Faktor Internal (IFE).
2.8.1.1 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)
Menurut David (2010, p158), matriks evaluasi faktor eksternal (external
factor evaluation – EFE) memungkinkan para penyususn strategi untuk
meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, social, budaya, demografis,
lingkungan, politik, pemerintahan, hokum, teknologi, dan kompetitif. Terdapat
lima tahap dalam pengembangan matriks EFE, diantaranya :
1. Buatlah daftar faktor-faktor eksternal yang diidentifikasi dalam proses
audit. Cari antara 10 dan 20 faktor, termasuk peluang-peluang dan
ancaman yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Daftar
peluang dahulu baru ancaman. Usahakan se-spesifik mungkin,
26
gunakan selalu presentase, rasio, dan angka perbandingan jika
dimungkinkan.
2. Beri bobot pada setiap factor dari 0,0 (tidak penting) hingga 1,0 (amat
penting). Bobot menunjukkan kepentingan relative dari factor
tersebut agar berhasil dalam lingkungan tersebut. Tetapi, ancaman
dapat juga menerima bobot tinggi, jika berat atau sangat mengancam.
Bobot yang wajar dapat ditentukan dengan membandingkan pesaing
yang sukses dan yang gagal atau dengan mendiskusikan factor
tersebut dan mencapai konsesus kelompok. Jumlah seluruh bobot
yang diberikan pada factor diatas harus sama dengan 1,0.
3. Berikan peringkat 1 sampai 4 kepada masing-masing factor eksternal
kunci untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat itu
merespon factor tersebut, dengan catatan 4 : respon luar biasa, 3 :
respon diatas rata – rata, 2 : respon rata-rata, 1 = respon jelek.
Peringkat didasarkan pada efektivitas strategi perusahaan. Peringkat
didasarkan atas keadaan perusahaan, sedangkan bobot dalam langkah
2 didasarkan kepada industri. Perlu diperhatikan baik peluang
maupun ancaman dapat memperoleh peringkat 1,2,3,4.
4. Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai
bobot total bagi organisasi
5. Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan
nilai bobot total bagi organisasi.
Tabel 2.1 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal
27
Faktor- Faktor
Nilai yang
Bobot
Peringkat
dibobot
eksternal kunci
Peluang:
-
xxx
xxx
xxx
-
xxx
xxx
xxx
-
xxx
xxx
xxx
-
xxx
xxx
xxx
Jumlah
xxx
Ancaman:
xxx
Sumber David (2010, p160)
2.8.1.2 Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI)
Menurut David (2010, p229), matriks evaluasi faktor internal (internal
factor evaluation – IFE) adalah alat perumusan strategi yang meringkas dan
mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area-area fungsional bisnis,
dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan
di atara area tersebut. Penilaian intiutif digunakan dalam pengembangan matriks
evaluasi faktor internal, sehingga tampilan ilmiahnya tidak boleh ditafsirkan
sebagai bukti bahwa teknik ini benar-benar tanpa celah. Terdapat lima
pengembangan matriks IFE, diantaranya :
28
1. Tulislah faktor internal utama sebagaimana teridentifikasi dalam proses
audit internal. Gunakan 10 sampai 20 faktor internal terpenting, termasuk
kekuatan maupun kelemhannya. Tuliskan kekuatan terlebih dahulu dan
kemudian kelemahan. Usahakan spesifik mungkin, gunakan persentasi
rasio dan angka perbandingan.
2. Berikan bobot dengan kisaran 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (terpenting
pada setiap faktor. Bobot ini menunjukkan seberapa penting faktor
tersebut sebagai penunjang keberhasilan perusahaan. Jumlah dari semua
bobot harus 1,0. Bobot didasarkan berdasarkan keadaaan insutri.
3. Berikan bobot 1 – 4 pada setiap faktor apakah faktor itu merupakan
kelemahan besar (peringkat = 1) , kelemahan kecil (peringkat = 2).
Kekuatan kecil (peringkat = 3) atau kekuatan besar (peringkat = 4).
Peringkat diberikan berdasarkan keadaan perusahaan
4. Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai
yang dibobot setiap variable
5. Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variable untuk menentukan
total nilai yang dibobot untuk organisasi.
Tabel 2.2 Matriks Evaluasi Faktor Internal
Faktor- Faktor
Nilai yang
Bobot
Nilai
Internal utama
dibobot
Kekuatan internal:
-
xxx
xxx
xxx
29
-
xxx
xxx
xxx
-
xxx
xxx
xxx
-
xxx
xxx
xxx
Jumlah
xxx
Kelemahan internal:
Xxx
Sumber David (2010, p231)
2.8.1.3 Matriks CPM (Competitive Profile Matrix)
Menurut David (2010, p160), matriks CPM mengidentifikasi pesaingpesaing utama perusahaan, serta kekuatan dan kelemahannya terkait dengan
contoh posisi strategis perusahaan. Bobot total dalam CPM sama dengan EFE,
namun CPM memiliki cakupan yang lebih luas dan fokus kepada isu internal,
serta pemeringkatan total nilai yang dibobot untuk perusahaan pesaing dapat
dibandungkan dengan perusahaan sample. Sehingga memberikan informasi
strategis internal yang penting.
Tabel 2.3 Matriks CPM
Perusahaan 1
Perusahaan 2
Perusahaan 3
Faktor-faktor
Skor
Keberhasilan
Bobot
Peringkat
Bobot
Penting
1.
2.
3.
Skor
Peringkat
Skor
Peringkat
Bobot
Bobot
30
4.
5.
6.
Total
Sumber : David (2010, p163)
2.8.2
Tahap Pencocokan
Menurut David (2010, p325), mencocokan (matching) faktor-faktor
keberhasilan penting eksternal dan internal merupakan kunci untuk menciptakan
strategi alternatif yang masuk akal. Di pembahasan ini, tahap pencocokan dari
kerangka perumusan strategi terdiri atas dua teknik yang dapat digunakan dengan
urutan manapun, yaitu : Matriks SWOT dan Matriks Internal – Eksternal (IE).
2.8.2.1 Matriks SWOT
Menurut David (2010, p327), matriks Kekuatan, Kelemaham, Peluang,
Ancaman (Strenght – Weakness – Opportunity – Threats – SWOT) adalah sebuah
alat pencocokan yang penting yang dapat membantu para manajer dalam
mengembangkan empat jenis strategi, yaitu :
1. Strategi SO (Strenght – Opportunity)
Strategi ini memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk
menarik keuntungan dari peluang eksternal. Perusahaan atau
organisasi memungkinkan keuatan internal dapat digunakan untuk
mengambil keuntungan dari berbagai tren dan kejadian eksternal.
31
2. Strategi WO (Weakness – Opportunity)
Strategi ini bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan
cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang,
peluang-peluang
besar
muncul,
tetapi
perusahaan
memiliki
kelemahan internal yang menghalanginya dalam memanfaatkan
peluang tersebut.
3. Strategi ST (Strenght – Threat)
Strategi ini menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk
menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini
bukan berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus selalu
menghadapi ancaman secara langsung di dalam lingkungan eksternal.
Jadi, perusahaan pesaing yang memiliki produksi yang sama
merupakan salah satu ancaman eksternal yang dapat mengurangi
pelanggan.
4. Strategi WT (Weakness – Threat)
Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk
mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal.
Jika sebuah perusahaan atau organisasi mengalami berbagai ancaman
eksternal dan internal, maka perusahaan atau organisasi harus
berjuang untuk dapat bertahan dalam usahanya.
Matriks SWOT dibuat melalui beberapa tahapan, yaitu :
1. Tulis peluang eksternal perusahaan pada sel peluang (oportunities)
yang telah disediakan pada tabel SWOT.
32
2. Tulis ancaman eksternal perusahaan pada sel ancaman (threats) yang
telah disediakan pada tabel SWOT.
3. Tulis kekuatan internal perusahaan pada sel kekuatan (strengths) yang
telah disediakan pada tabel SWOT.
4. Tulis kelemahan internal perusahaan pada sel kelemahan (weakness)
yang telah disediakan pada tabel SWOT.
5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan tuliskan
strategi yang diinginkan didalam sel SO yang disediakan.
6. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan tuliskan
strategi yang diinginkan didalam sel WO yang disediakan.
7. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan tuliskan
strategi yang diinginkan didalam sel ST yang disediakan.
8. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan tuliskan
strategi yang diinginkan didalam sel WT yang disediakan.
Tabel 2.4 Matriks SWOT
Kondisi internal
Kondisi eksternal
strenghts (kekuatan)
weaknes (kelemahan)
- xxx
- xxx
- xxx
- xxx
- xxx
- xxx
33
Opportunity (Peluang)
Strategi SO
Strategi WO
- xxx
- xxx
- xxx
- xxx
- xxx
- xxx
- xxx
- xxx
- xxx
Threats (ancaman)
Strategi ST
Strategi WT
- xxx
- xxx
- xxx
- xxx
- xxx
- xxx
- xxx
- xxx
- xxx
Sumber : David (2010, p328)
2.8.2.2
Matriks Grand Strategy
Menurut David (2010, p347), matriks Strategi Besar (Grand Strategy) ini
membantu perusahaan untuk mendefinisikan strategi alternatif yang baik untuk
perusahaan. Matriks ini didasarkan atas dua dimensi penilaian, yaitu : posisi
persaingan dan pertumbuhan pasar. Strategi yang sesuai untuk sebuah organisasi
dituangkan dalam urutan daya tarik di masing-masing kuadran matriks. Matriks
ini dibagi berdasarkan 4 kuadran yang didasarkan atas pertumbuhan pasar.
34
Gambar 2.3 Matriks Grand Strategy
Sumber : David (2010,p348)
2.8.2.3 Matriks Internal – Eksternal (IE)
Menurut David (2010, p344), matriks IE (Internal – Eksternal)
memposisikan berbagai divisi suatu organisasi dalam tampilan sembilan sel.
Matriks IE tersebut menempatkan divisi-divisi organisasi dalam sebuah diagram
sistematis. Matriks IE dibagi menjadi tiga bagian besar yang mempunyai
implikasi strategi yang berbeda-beda :
1. ketentuan untuk divisi-divisi yang masuk dalam sel I, II, atau IV
dapat digambarkan sebagai tumbuh dan membangun (grow and
build). Strategi yang intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar,
dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi kedepan,
integrasi kebelakang, dan integrasi horizontal) bisa menjadi yang
paling tepat bagi divisi-divisi ini.
35
2. Divisi-divisi yang masuk dalam sel III, V, atau VII dapat ditangani
dengan baik melalui strategi menjaga dan mempertahankan (hold and
maintain). Penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua
strategi yang paling banyak dalam jenis divisi ini.
3. Ketentuan umum untuk divisi yang masuk dalam sel VI, VIII, atau IX
adalah panen atau divestasi (harvest and dives). Organisasi yang
berhasil atau mampu mencapai portofolio bisnis yang masuk atau
berada di seputar sel I dalam Matriks IE.
Gambar 2.4 Matriks Internal – Eksternal
Sumber : David (2010, p344)
2.8.3
Tahap Keputusan : Matriks QSPM
36
Menurut David (2010, p350), di luar strategi-strategi pemeringkatan
untuk mendapatkan daftar prioritas, hanya ada satu teknik analisis dalam
literature yang dirancang untuk menentukan daya tarik relatif dari berbagai
tindakan alternatif. Teknik tersebut adalah Matriks Perancangan Strategi
Kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matriks – QSPM), yang menyusun
tahap tiga dari keragka analisis perumusan strategi. Teknik analisis input dari
tahap satu dan hasil pencocokan dari analisis tahap dua untuk secara objektif
menentukan strategi yang hendak dijalankan diantara strategi-strategi alternatif.
Menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun QSPM (tahap tiga).
QSPM adalah alat yang memungkinkan para penyusun strategi
mengevaluasi berbagai strategi alternatif secara objektif, berdasarkan faktorfaktor keberhasilan penting eksternal dan internal
yang diidentifikasi
sebelumnya. Seperti halnya alat-alat analisis perumusan strategi yang lain,
QSPM membutuhkan penilaian intuitif yang baik.
Tabel 2.5 Matriks QSPM
Alternatif strategi
Faktor-faktor utama
Peluang
Ancaman
Kekuatan
Bobot
Strategi 1
Strategi 2
AS
AS
TAS
TAS
37
Kelemahan
Total
Sumber : David (2010, p350)
2.9
Framework Perancangan Strategi E-Mareting
Pada framework perancangan stratei e-marketing menggunakan metode
Seven Stage of Internet Marketing dan metode perancangan OOA&D.
2.9.1
Tujuh Tahap Internet Marketing
Pada gambar berikut menyediakan gambaran dari Seven Stages of
Internet Marketing (Tujuh Tahap Internet Marketing) : framing the market
opportunity, formulating the market strategy, designing the customer experience,
crafting the customer interface, designing the marketing program, leveraging
customer information through technology, dan evaluating the result of the
marketing program.
38
Gambar 2.5 Tujuh tahap dalam internet marketing
Sumber : Mohammed et al (2003, p9)
2.9.1.1 Stage 1 : Framing the Marketing Opportunity
Menurut Mohammed et al (2003, p8), tahap satu ini melibatkan analisis
peluang pasar dan tahap awal dari konsep bisnis dimana mengunpulkan cukup
data online dan offline untuk menetapkan pembuktian penilaian. Ada 6 langkah
yang perlu diperhatikan untuk melakukan analisis peluang pasar, yaitu :
1. Investigate opportunity in an existing or new value system
(Menentukan peluang pada nilai sistem yang telah berjalan atau baru).
Pada langkah ini dipergunakan untuk mengidentifikasi secara luas
daerah mana yang akan dimasuki oleh perusahaan baru dan peluang-
39
peluang apa saja yang memungkinkan perusahaan untuk masuk ke
pasar. Serta dengan adanya internet apakah peluang yang dimiliki
oleh perusahaan dapat lebih dikembangkan.
2. Identify unmet to unserved needs (Mengidentifikasi kebutuhankebutuhan yang belum terpenuhi).
Pada tahap ini, proses bisnis perusahaan yang ada akan dianalisis
untuk melihat apakah sistem yang ada sekarang telah dapat memenuhi
kebutuhan konsumen atau tidak. Kebutuhan yang tidak terpenuhi oleh
sistem lama akan dijadikan sebagai salah satu tujuan dari
pengembangan sistem baru yang akan dikembangkan.
3. Determine target customer segment (Menentukan target segmentasi
konsumen).
Pengertian segmentasi adalah proses pengelompokan konsumen
berdasarkan faktor-faktor tertentu. Pada langkah ini akan ditentukan
segmentasi dari pengguna produk perusahaan. Adapun segmentasi
pasar dapat dibedakan berdasarkan :
i.
Demografis, member pasar berdasarkan nilai – nilai
demografis, seperti : umur, jenis kelamin, pendidikan,
etnis, pendapatan, status keluarga dan lain sebagainya.
ii.
Geografis membagi pasar ke dalam unit – unit geografis,
seperti : kota, Negara, wilayah, dan lain sebagainya.
iii. Firmografis,
membagi
pasar
berdasarkan
variable
spesifikasi perusahaan seperti jumlah karyawan dan
ukuran perusahaan.
40
iv. Behavioral,
membagi
pasar
berdasarkan
bagaimana
pelanggan membeli dan menggunakan produk.
v.
Situasional, membagi pasar berdasarkan situasi yang
menyebabkan
kebutuhan
produk,
membeli
atau
menggunakan, seperti kegiatan rutin, khusus, waktu,
lokasi.
vi. Psikografis, membagi pasar berdasarkan pada gaya hidup
dan kepribadian.
vii. Kesempatan
(tergantung
situasi)
membagi
pasar
berdasarkan pada situasi yang mengarah pada kebutuhan
suatu produk, membeli atau menggunakan, seperti :
kesempatan rutin dan kesempatan khusus.
viii. Keuntungan, membagi pasar berdasarkan pada keuntungan
atau kualitas dari suati produk seperti kenyamanan,
ekonomi dan kualitas.
4. Assess resource requirement to deliver the offering (Menilai
kebutuhan sumber daya untuk memberikan penawaran).
Pada tahap ini akan diidentifikasikan sumber daya yang dimiliki
perusahaan. Adapun sumber daya tersebut dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu :
i.
Customer Facing : Meliputi kekuatan merek dagang,
kekuatan pemasaran, dan saluran distribusi yang luas, dan
bagaimana caranya pelanggan dapat berinteraksi dengan
perusahaan.
41
ii.
Internal
:
Berkaitan
dengan
kegiatan
operasional
perusahaan. Seperti teknologi, pengembangan produk,
skala ekonomi, dan pengalaman kerja.
iii. Upstream : Berkaitan dengan hubungan antara perusahaan
dengan penyalurnya (supplier).
5. Assess
competitive,
techonoligy
and
financial
attractive
of
opportunity (Menilai kekuatan persaingan teknologi dan keuangan
perusahaan terhadap peluang).
Pada tahap ini kita akan mennentukan siapa saja pesaing perusahaan,
baik secara langsung maupun secara tidak langsung serta teknologi
dan keuangan yang dapat dijadikan peluang bagi perusahaan.
6. Conduct Go / No – Go Assesment (Membuat keputusan akhir Go / No
– Go).
Pada tahap ini akan membahas mengenai pengambilan keputusan
akhir perusahaan yang berdasarkan penilaian terhadap peluang,
sumber daya yang dimiliki, dan kebutuhan pelanggan yang belum
terpenuhi.
2.9.1.2
Stage 2 : Formulating the Marketing Strategy
Menurut Mohammed et al (2003, p8), internet strategi pemasaran
didasarkan pada perusahaan, unit bisnis, dan lebih dari semua strategi pemasran
perusahaan. Tujuan strategi pemasran, sumber daya, dan pengurutan tindakan
harus erat selaras dengan strategi unti bisnis. Akhirnya strategi pemasaran secara
keseluruhan mencakup kegiatan pemasaran online dan offline.
42
Dalam analisis kali ini, pemasaran bersasaran mengharuskan pemasar
melakukan tiga langkah utama, yaitu :
1. Mengidentifikasikan dan memilah-milah kelompok pembeli yang
berbeda-beda yang mungkin meminta produk atau bauran pemasaran
tersendiri.
2. Memilih satu atau segmen pasar untuk dimasuki.
3. Membentuk
dan
mengkomunikasikan
manfaat
utama
yang
membedakan produk perusahaan dengan produk lain dipasar.
Tiga konsep dalam strategi pemasaran, yaitu :
1. Segmentation Brick and Mortar
Menurut Mohammed et al (2003, p107), perusahaan tradisional
yang baru terhadap internet akan menyadari bahwa segmentasi online
dapat menghasilkan empat skenario berbeda. Adapun kemungkinan
segmentasi online tersebut, diantaranya :
Gambar 2.6 Segmentation Brick and Mortar
43
Sumber ; Mohammed et al (2003,p108)
Dimesi pertama dari matriks tersebut (Change in Segmentation
Characteristic
Due
Internet)
menjelaskan
tentang
karakteristik
segmentasi pasar setelah perusahaan berpindah ke pemasaran melalui
media internet akan berubah atau tidak dan dimensi kedua (Change in
Size of Marketing Segments) menjelaskan tentang ukuran segmentasi
pasar setelah perusahaan beralih ke pemasaran melalui internet akan
berubah atau tidak. Berdasarkan kedua dimensi tersebut dapat diperoleh
empat kemungkinan posisi perusahaan yakni sebagai berikut :
1. Market Expansion
Posisi dimana karakteristik segmentasi perusahaan tidak
mengalami perubahan dari pemasaran offline, tetapi ukuran
segmen
konsumennya
mengalami
perluasan
setelah
perusahaan menerapkan pemasaran online.
2. Reclassified Expansion
Posisi dimana karakteristik segmentasi perusahaan mengalami
perunahan dari pemasaran offline serta ukuran segmen
konsumennya juga mengalami perubahan setelah perusahaan
menerapkan pemasaran online.
3. No Change
44
Posisi dimana karakteristik segmentasi perusahaan serta
ukuran segmen konsumennya tidak mengalami perunahan dari
pemasran offline setelah perusahaan menerapkan pemasaran
online.
4. Market Reclassified
Posisi dimana karakteristik segmentasi perusahaan mengalami
perubahan dari pemasran offline, tetapi ukuran segmen
konsumennya tidak mengalami perubahan setelah perusahaan
menerapkan pemasaran online.
2. Targeting Brick and Mortar
Menurut Mohammed et al (2003, p109), terdapat 4 strategi
skenario dimana perusahaan tradisional dapat menargetkan segmen
online berhubungan dengan segmen offline, yaitu :
45
Gambar 2.7 Targeting Brick and Mortar
Sumber : Mohammed et al. (2003,p110)
Dari kedua dimensi diatas, dapat diperoleh empat pilihan posisi,
yaitu :
1. Blanket Targeting
Posisi dimana segmentasi online yang dilayani tidak
mengalami perubahan dari saat offline, tetapi segmennya
dapat meluas karena masalah geografis dapat diminimalkan.
Hal ini membuat lebih banyak konsumen yang dapat
dijangkau melalui internet.
2. New Opportunity Targeting
46
Posisi dimana target segmentasi online yang dilayani secara
keseluruhan berbeda dari target segmentasi offline. Jika posisi
ini terpilih sebagai suatu kondisi bagi perusahaan, biasanya
perusahaan harus dapat menawarkan produk yang sama sekali
berbeda dengan produk yang ditawarkan selama offline.
3. Beachhead Targeting
Posisi dimana target segmentasi online adalah lebih kecil dari
offline. Kondisi ini muncul jika hanya sebagian konsumen
perusahaan yang mengakses internet.
4. Bleed Over Targeting
Posisi dimana target segmentasi online merupakan sebagian
dari offline ditambah dengan segmen baru pada saat online.
Segmen tersebut ada kalanya merupakan konsumen yang
selama ini terabaikan pada saat offline. Namun pada saat ini
menjadi target karena sistem online menawarkan sesuatu yang
manarik bagi konsumen.
3. Positioning Brick and Mortar
47
Menurut Mohammed et al (2003, p112), setiap skenario
memerlukan pendekatan positioning yang berbeda. Berikut adalah
positioning Brick and Mortar :
Gambar 2.8 Positioning Brick and Mortar
Sumber : Mohammed et al (2003, p112)
1. Kuadran satu : New Opportunity Positioning
a. Mengganti seluruh strategi positioning pada saat offline.
b. Ditujukan bagi segmen konsumen baru.
2. Kuadran dua : Blanket Positioning
a. Menggunakan seluruh strategi positioning pada saat
offline.
b. Strategi difokuskan pada penawaran tambahan layanan
yang bisa didapat lewat internet.
48
3. Kuadran tiga : Beachhead Positioning
a. Menggunakan hanya sebagaian strategi offline.
b. Menekankan pada keuntungan
yang didapat lewat
penggunaan internet.
c. Difokuskan pada kebutuhan komunitas konsumen yang
sedikit namun potensial.
4. Kuadran empat : Bleed Over Positioning
a. Memadukan strategi positioning pada saat offline dan
online
b. Difokuskan untuk menambah penawaran yang dilakukan
lewat internet.
2.9.1.3
Stage 3 : Designing the Customer Experience
Menurut Mohammed et al. (2003, p8), perusahaan harus memahami jenis
pengalaman pelanggan yang perlu disampaikan untuk memenuhi peluang pasar.
Pengalaman harus berkolerasi dengan posisi perusahaan dan strategi pemasaran.
Dengan demikian, desain dari pengalaman pelanggan merupakan jembatan
antara strategi pemasaran tingkat tinggi (tahap kedua) dan taktik program
pemasaran (tahap lima).
Terdapat tiga hirarki pengalaman pelanggan dari saat user pertama kali
mengklik website sampai pada saat user mencapai pada tahap kesan yang
49
memuaskan dari website, atau sampai memporomosikan website. Tiga hirarki
tersebut adalah :
a. Experiencing Functionality
Pada tahap awal ini konsumen memandang pada suatu web yang
dimiliki perusahaan, harus bekerja dengan sebaik mungkin. Dalam
artian web tersebut dapat melayani kebutuhan konsumen. Dalam
tahap ini meliputi :
1. Usability dan Navigasi yang mudah : Pengukuran dari suatu
website , bagaimana website tersebut dapat mengantisipasi dengan
baik kebutuhan-kebutuhan user yang dipengaruhi oleh beberapa
elemen yaitu kecepatan, struktur halaman, design grafis.
2. Kecepatan : Kecepatan mengacu kepada waktu yang dibutuhkan
untuk menampilkan sebuah halaman website pada layar user.
3. Reliability : Menggambarkan suatu tingkat dimana website
mengalamai downtime, atau ketika user tidak dapat mengakses
website tersebut karena pemeliharaan rutin atau sistem rusak.
Reliability juga dipengaruhi oleh seringnya website di download
secara tepat, meskipun situs itu sedang dijalankan.
4. Keamanan : Keamanan dari website tersebut.
5. Media Accessibility : Media Accessibility merupakan suatu
kemampuan dari website untuk bisa di download pada berbagai
media platform.
b. Experiencing Intimacy
50
Pada tahap ini website perusahaan dirasa telah dapat memahami dan
melayani kebutuhan konsumen, pengalaman pelanggan akan berlanjut
kepada tahapan yang lebih tinggi. Dan pelanggan mulai menuntut
keinginan, website yang ditampilkan oleh suatu perusahaan, agar
lebih dapat mengerti keinginan pelanggan, untuk terjalinnya
hubungan loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Pada tahap ini
meliputi :
1. Customization : Merupakan sebuah kemampuan website untuk
mengubah halamannya untuk masing-masing user.
2. Communication : Mengarah pada suatu percakapan antara situs
dan user. Ada tiga bentuk komunikasi yaitu:
•
Broadcast Dimension
Komunikasi satu arah dari perudshaan kepada pelanggannya
dan tidak memerlukan respon dari pelanggaan.
•
Interactive Dimension
Komunikasi dua arah antara perusahaan dengan pelanggan
•
Hybrid Dimension
Gabungan dari dimensi broadcast dan interactive, contohnya
pemberian freeware yang dapat didownload oleh user dan
user dapat mengirimkan kepada user lain, hal ini secara
otomatis membantu perusahaan dalam melakukan promosi.
51
3. Consistency : Merupakan suatu tingkat dimana pengalaman
pelanggan pada sebuah website dapat berulang dari waktu ke
waktu.
4. Trustworthiness : Merupakan suatu cirri yang ditetapkan dari
waktu ke waktu setelah user memiliki beberapa kesempatan untuk
mengevaluasi pelayanan perusahaan.
5. Exceptional Value : Adanya suatu nilai tambah yang diberikan
perusahaan kepada user. Sehingga user tidak dengan mudah
dibujuk oleh perusahaan lain.
6. Shitf from consumption to leasure activity :
Pada hal ini
pelanggan mendapatkan suatu pengalaman bahwa berkunjung ke
suatu situs adalah sebuah kegiatan yang menyenangkan sehingga
menjadi sebuah kebiasaan.
c. Experiencing Evanglism
Pada tahap terakhir ini, konsumen berada pada tingkat loyalitas yang
tinggi ke[ada perusahaan karena merasa puas atas semua layanan
perusahaan kepada konsumen. Pada tahap ini pelanggan akan berbagi
cerita dengan orang lain, sahabat, kerabat atas layanan perusahaan.
1. Talking the word to the market : Pelanggan merasa senang berbagi
cerita mengenai produk-produk yang mereka rasakan bagus.
2. Active Community membership : Tahap ini ditandai dengan
adanya partisipasi komunitas. Walaupun tidak semua pelanggan
akan ikut dalam penawaran komunitas, tetapi bagi merkea yang
mencapai
sampai
pada
tahap
ini
menginginkan
untuk
52
berpartisipasi dengan organg-orang yang memiliki keinginan yang
sama.
3. The Company cares about my opinions : Persepsi bahwa
perusahaan tidak akan mampu untuk mengolah pengalaman tanpa
user atau user sangat terbuka untuk membantu perusahaan.
4. Defender of experience : Pelanggan yang mencapai pada tahap ini
adalah pelanggan yag akan membela atau mempertahankan
pandangan mereka. Sehingga mereka dapat sangat marah ketika
yang lain tidak setuju atau membeli penawaran pesaing.
2.9.1.4
Stage 4 : Crafting the Customer Interface
Menurut Mohammed et al. (2003, p162), ada tujuh elemen yang perlu
diperhatikan (7C’s) untuk merancang situs web yang menarik, yaitu :
1. Context, konteks dari situs menggambarkan tampilan yang estetik dan
fungsional.
2. Content, merupakan semua data digital yang berpengaruh pada situs.
3. Community,
merupakan
hubungan
yang
terjalin
berdasarkan
kesamaan ketertarikan.
4. Customization,
kemampuan
situs
untuk
memodifikasi
atau
dimodifikasi oleh setiap user.
5. Communication,
merupakan
dialog
antara
situs
dengan
penggunananya.
6. Connection, merupakan jaringan yang mengubungkan situs lain.
7. Commerce, merupakan kemampuan transaksi dari suatu situs.
53
2.9.1.5
Stage 5 : Designing the Marketing Program
Melalui tahap satu sampai dengan empat, perusahaan seharusnya
mempunyai arah strategi yang jelas. Perusahaan telah membuat keputusan go
atau not go pada beberapa pilihan. Dalam tahapan ini perusahaan akan
merancang program pemasaran yang digunakan untuk merangkaikan strategi
pemasaran secara tekombinasi agar dapat menggerakkan target pelanggan tahap
awareness mengenai produk perusahaan menjadi tahap exploration, kemudian
beralih ke tahap commitment, dan berakhir pada tahap dissolution. Kerangka
kerja yang digunakan untuk menyelesaikan tugas ini adalah market space matrix.
Pada matriks ini, pemasran melalui internet memiliki enam golongan pendukung,
yaitu : produk (product), harga (price), komunikasi (communication), komunitas
(community).
Distribusi
(distribution),
dan
merek
(branding),
yang
penjelasannya pada bauran internet marketing yang dapat digunakan untuk
menciptakan
kewaspadaan
(awereness),
penjelajahan
(exploration),
diharapkan berkomitmen pada perusahaan.
Gambar 2.9 Designing the Marketing Program
Sumber : Mohammed et al (2003,p213)
2.9.1.6
Stage 6 : Leveraging Customer Information Through Technology
dan
54
Menurut Mohammed et al. (2003, p17), dalam lingkungan customercentric, perusahaan harus membuat dan bertindak pada tiga keputusan penting,
yaitu : (1) secara strategis memilih tager pasar (riset pemasaran), (2) mempelajari
lebih lanjut tentang pelanggan dan merencanakan strategi untuk memperoleh
target pelanggan (databes marketing), dan (3) menilai profitabilitas jangka
panjang dari pelanggan dan mempertahankan pelanggan utama (customer
relationship management). Perusahaan dapat menggunakan teknologi untuk
mendapatkan, mengorganisir, menganalisis, dan memanfaatkan informasi
pelanggan yang relevan, yang dapat mengurangi ketidak pastian yang terkait
dengan setiap dari tiga jenis utama dari keputusan.
2.9.1.7
Stage 7 : Evaluating the Marketing Program
Menurut Mohammed et al. (2003, p18), tahap terkahir melibatkan
evaluasi program pemasaran internet secara keseluruhan. Ini termasuk fokus
seimbang pada kedua pelanggan dan metrik keuangan. Model ini menekankan
pentingnya menangkap lintas platform yang diamati oleh pelanggan.
2.9.2
Object Oriented Analysis and Design
Menurut Mathiassen et al. (2000, p135), OOAD adalah suatu metode
untuk analisis dan perancangan sistem yang berorientasi pada objek. Objek
menurut Mathiassen et al. (2000, p4), adalah suatu entitas yang mimiliki
identitas, state, dan behavior. Identitas objek dalam objek menunjukkan
bagaimana objek tersebut dapat dibedakan dengan objek lainnya dalam suatu
konteks oleh para pengguna. Sedangkan identitas objek dalam perancangan
55
menunjukkan bagaimana objek-objek lain dalam sistme dapat mengenali objek
tersebut dan bagaimana mengaksesnya.
2.9.2.1
Rich Picture
Menurut Mathiassen et al. (2000, p334), mendeskripsikan Rich Picture
adalah sebuah gambaran dari orang, objek, proses, struktur dan masalah pada
problem dan application domain suatu sistem. Penggembaran Rich Picture tidak
didasarkan pada notasi khusus dan tidak memiliki standar baku dalam
penggambarannya.
2.9.2.2
Usecase Diagram
Menurut Mathiassen et al. (2000, p119), diagram usecase digunakan
untuk menunjukkan hubungan antar actor (aktor) dan usecase, serta
menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Aktor
adalah suatu abstraksi dari pengguna atau sistem lain yang berinteraksi dengan
sistem sasaran. Usecase didefinisikan sebagai suatu pola interaksi antara sistem
tersebut dan aktor dalam application domain. Mathiassen et al. (2000, p129) juga
menjelaskan bahwa usecase diagram dapat menunjukkan use-case dropping,
dimana seorang aktor dapat berpartisipasi pada semua usecase dalam sebuah
usecase diagram yang merepresentasikan area fungsionalias tertentu dalam
sistem.
56
Gambar 2.10 Usecase Diagram
Sumber : Mathiassen et al. (2000, p343)
2.9.2.3
Class Diagram
Menurut Mathiassen et al. (2000, p336), menyatakan bahwa class
diagram mendeskripsikan kumpulan dari class dan hubungan strukturalnya.
Masih menurut Mathiassen et al. (2000, p49), objek adalah suatu entitas yang
memiliki identitas, kondisi dan perilaku. Event didefinisikan sebagai suatu
kejadian langsung yang melibatkan suatu objek atau lebih. Class didefinisikan
sebagai suatu deskripsi dari kumpulan objek yang memiliki struktur, perilaku,
pola perilaku dan atribut yang serupa. Struktur antar class dan obkek yang
dijelaskan oleh Mathiassen et al. (2000, p69), sebagai berikut :
i.
Generalization, yakni suatu class umum (super class) yang
mendeskripsikan properti umum untuk sekelompok dari class khusus
(sub class).
57
ii.
Cluster, merupakan suatu kumpulan class yang saling berhubungan.
iii. Aggregation, yakni suatu objek superior (the whole) yang terdiri dari
sejumlah objek (the parts).
iv. Association, merupakan suatu realisasi berarti antar sejumlah objek.
Gambar 2.11 Class Diagram
Sumber : Mathiassen et al. (2000, p337)
2.9.2.4
Navigation Diagram
Menurut Mathiassen et al. (2000, p344), diagram navigasi adalah
statechart diagram khusus yang berfokus pada keseluruhan user interface yang
58
dinamis. Diagram ini menunjukkan window yang berkaitan dan transisi di antara
window – window tersebut.
Gambar 2.12 Navigation Diagram
Sumber : Mathiassen et al. (2000, p344)
59
2.10
Kerangka Pemikiran
Topik : E-Marketing
Teori Umum:
• Sistem Informasi
• Manajemen Strategis
• Manajemen Pemasaran
Judul
Analisis Eksternal:
• 5 Kekuatan
Porter
• EFE
• Matriks CPM
Pengumpulan Data:
• Wawancara
• Studi Pustaka
• Observasi
Analisis Formulasi Strategi:
• Matriks SWOT
• Matriks Grand Strategy
• Matriks IE
Analisis Internal:
• EFI
7 Tahap Internet Marketing :
1. Framing the market opportunity
2. Formulating the marketing
strategy
3. Designing the customer
experience
Tahap keputusan:
• Matriks QSPM
Perancangan 7 Tahap Internet
Marketing:
4. Crafting the customer interface
5. Designing the marketing
program
6. Leveraging customer
information through technology
7. Evaluating marketing program
Object Oriented Analysis and
Desain:
• Rich Picture
• Usecase diagram
• Class diagram
• User Interface
• Navigation diagram
Aplikasi Prototype
Gambar : 2.13 Kerangka Berpikir
60
Kerangka beripikir dari penulisan ini diawali oleh penentuan topik yang
ingin diambil. Setelah penentuan topik barulah menentukan judul apa yang tepat
untuk menggambarkan isi dari penelitian yang akan dibuat. Apabila judul sudah
didapat maka tahap selanjutnya adalah membuat teori-teori umum untuk
mempermudah dalam penulisan. Setelah itu menentukan metode pengumpulan
data apa saja yang akan dipakai. Pada penelitian ini metode pengumpulan data
yang digunakan adalah metode wawancara, studi pustaka, dan observasi. Metode
pengumpulan data sudah ditentukan barulah dapat melakukan analisis sistem
berjalan yang ada dalam perusahaan saat ini. Analisis yang dilakukan meliputi
analisis kekuatan internal dari perusahaan dan analisis eksternal dari perusahaan.
Pada analisis kekuatan eksternal digunakan 3 metode, yaitu : analisis 5 kekuatan
Porter, EFE (untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan), dan matriks CPM
(untuk mengidentifikasi pesaing-pesaing utama). Sedangkan analisis kekuatan
internal menggunakan EFI (untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan). Setelah
melakukan analisis faktor internal dan eksternal barulah melakukan proses
berikutnya yaitu melakukan analisis formulasi strategy yang terdiri dari : matriks
SWOT (untuk mencocokan faktor eksternal dan internal), matriks Grand
Strategy, matriks IE. Matriks QSPM digunakan untuk menunjukan strategi
alternatif apa yang cocok untuk diimplementasikan dalam perusahaan yang
didapat setelah melakukan tahapan-tahapan sebelumnya. Untuk merencang
sebuah website berbasis e-marketing dapat menggunakan teori Seven Stages of
Internet Marketing yang dibagi menjadi dua bagian, dimana pada tahap 1 sampai
dengan 3 merupakan tahapan analisis dan pada tahap 4 sampai dengan 7 adalah
tahap perancangan.
61
Dari hasil analisa yang dilakukan akan diturunkan ke dalam fitur
rancangan. Percancangan menggunakan konsep OOAD yang digambarkan
dengan metode UML diagram yaitu rich picture, usecase diagram, class
diagram, user interface, dan navigation diagram. Setelah perancangan, sistem
akan dibangun sesuai dengan tahapan marketing yang ada.
Download