POSTERIOR URETHRAL VALVE (PUV) LAPORAN KASUS Oleh : Dr. Abdul Aziz NIM:09/308803/PKU/11960 Pembimbing : Dr. Yana Supriatna, Sp.Rad. Ph.D BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2013 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) BAB I PENDAHULUAN Penyakit Posterior Urethral Valve (PUV) adalah gangguan obstruksi akibat kelainan perkembangan dalam sistem uretra dan genitourinari pada bayi laki-laki yang baru lahir.1 Penyakit ini merupakan penyebab paling umum obstruksi saluran kencing pada bayi laki-laki yang baru lahir 1,2,3,4,5,6,7,8 dan merupakan penyebab obstruksi renal bilateral kongenital yang paling umum.7 PUV dapat muncul saat dalam rahim, neonatus, anak dan bahkan pada saat dewasa. Efek dari patologisnya bervariasi dalam hal kejadian dan pengaruhnya. Karena variasi ini, obstruksi uretra yang sederhana dapat menjadi dilema dalam hal diagnosis dan manajemennya. 5 Morgagni adalah orang yang pertama mendeskripsikan PUV pada tahu 1717. Akan tetapi pada sebagian besar referensi, deskripsi tentang PUV paling awal oleh Lengenbeck pada tahun 1802, berdasar temuan lipatan seperti katup pada otopsi specimen. Langenbeck tidak melibatkan tanda-tanda klinis yang signifikan dari temuan ini. 30 tahun kemudian (1832), Velpeau mendeskripsikan beberapa specimen anatomi, diantaranya adanya posterior urethral valve - like fold. 70 tahun kemudian, Tolmatschew mengenalkan patologi dan embriologinya. Akhirnya Young mendeskripsikan gambaran klinis, kondisi patologis dan anatomi katup pada PUV pada tahun 1919. 1,7,8,9 Pada tahun 1989, Thomas melaporkan adanya 10 % dari pasien dengan hidronefrosis pada ultrasonografi prenatal akan terjadi PUV. Pada tahun 1993 Dinneen dkk melaporkan sensitifitas ultrasonografi hanya 45 % dalam mendeteksi PUV pada 45 pasien. Dengan perkembangan teknologi, sensitifitas meningkat dalam 10 tahun terakhir ini. 8 Derajat penyakit ini bervariasi, pada yang ringan, cukup di terapi secara konservatif. Pada kasus yang berat, dapat terjadi gagal ginjal dan nafas akibat volume cairan amnion yang rendah sehingga memerlukan perawatan yang intensif dan monitor ketat.1 1 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) Efek dari obstruksi mempengaruhi bladder dan fungsi ginjal yang akhirnya mempengaruhi morbiditas, mortalitas pada bayi dan anak-anak.7,10 Diagnosis prenatal memberikan potensi yang paling baik dalam membuat diagnosis awal dan konseling dalam rangka kemungkinan pengambilan keputusan untuk melakukan terminasi janin akibat dysplasia paru dan ginjal yang berat. 10 Pengobatan PUV membutuhkan manajemen yang aktif dari bayi sampai dewasa untuk mencegah disfungsi renal yang progresif dan memburuknya fungsi saluran kencing bagian atas dan bawah. 7,8 Alasan dari pemilihan kasus ini adalah karena kasus ini merupakan kasus yang jarang dengan pemeriksaan radiologis yang cukup banyak modalitas yang dipakai untuk menegakkan diagnosanya. Dan tujuan dari pengambilan kasus ini ini adalah agar lebih bisa memahami gambaran radiologis tentang PUV. 2 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Posterior Urethral Valve (PUV) adalah persistensi membran embrionik (perkembangan yang abnormal saat masih di kandungan), yang terletak pada uretra posterior laki-laki setinggi verumontanum, yang menyebabkan obstruksi bladder outlet selama miksi.).1,2,11 Jaringan ini dapat menghambat atau membuat balik aliran urin dan dapat mempengaruhi semua bagian dalam sistem urin, disertai sedikitnya cairan amnion untuk perkembangan paru. 2 PUV juga terlihat pada kelainan congenital lain, diantaranya atresia bowel, defek kraniospinal dan kelainan kromosom seperti sindroma down. 3 B. Etiologi dan Embriologi Penyebab pasti dari PUV tidak diketahui secara pasti, akan tetapi hal ini muncul dari gen multifaktor yang berhubungan dengan embryopathy. Riwayat keturunan tidak umum terjadi, akan tetapi pernah dilaporkan ada. 7 Selama embriogenesis, ujung duktus wolfian diabsorbsi menjadi cloaca primitif pada lokasi yang akhirnya menjadi verumontanum pada uretra posterior. Pada laki-laki normal, sisa dari proses ini berupa lipatan pada bagian posterior uretra yang disebut plicae colliculi. Penelitian secara histologis menyebutkan bahwa PUV dibentuk kira-kira pada minggu ke empat gestasi, karena duktus wolfian menyatu dengan cloaca yang berkembang.7,8 Ketika insersi duktus mesonephricus ke dalam cloaca dalam posisi menyimpang atau terlalu ke arah anterior, migrasi yang normal dari duktus menjadi terhalang dan duktus menyatu ke arah anterior yang menghasilkan bentuk ridge atau lipatan yang abnormal, yang 95 % dipercaya sebagai penyebab PUV, tipe ini disebut sebagai PUV tipe 1. Walaupun Young mendeskripsikan adanya PUV tipe 2, tetapi sebagian urologi anak percaya bahwa ini bukan katup yang menyebabkan obstruksi, akan tetapi hanya hipertrofi plica colliculi. Tipe 3 hanya sekitar 5 % dan terdiri dari membrane ring – type di daerah distal 3 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) verumontanum dengan perforasi bagian sentral. Penyebab dari katup – katup ini adalah dissolusi membrane urogenital yang tidak lengkap. 7 C. Insidensi Di Amerika Serikat insidensi terjadi pada 1 per 8000 bayi sampai 1 per 25000 lahir hidup.1,2,7,8,10,12,13 Penyakit ini terjadi secara sporadik. Akan tetapi, beberapa kasus terlihat pada saudara kandung, sehingga diperkirakan ada kemungkinan jalur genetik.2,3 D. Mortalitas / Morbiditas PUV adalah penyebab insufisiensi ginjal pada kira-kira 10 – 15 % anakanak yang nantinya bisa berlanjut untuk transplantasi ginjal, dan kira-kira 1/3 sampai 1/2 dari bayi dengan PUV berlanjut menjadi End Stage Renal Disease (ESRD). Gambaran klinis awal pneumothorax, bilateral vesicoureteral reflux, dan infeksi saluran kencing yang berulang setelah ablasi katup dihubungkan dengan resiko berlanjut ke ESRD. Pada anak masa pertumbuhan, metabolik ginjal juga meningkat sesuai proporsinya. Kegagalan kreatinin untuk level < 0,8 mg/dL pada tahun pertama kehidupannya sebagai indikasi keterbatasan cadangan ginjal. Pasien-pasien ini beresiko berlanjut menjadi ESRD yang biasanya terjadi pada saat pubertas. 8 E. Gambaran klinis Gambaran klinis tergantung dari derajat obstruksi. Pada obstruksi yang berat, diagnosis biasanya sudah terdeteksi sebelum lahir (prenatal). 3 Gambaran klinis prenatal sebagian besar terdiagnosis setelah terdeteksi dengan ultrasound rutin prenatal, yaitu adanya hidronefrosis. Temuan pada prenatal meliputi bilateral hidroureteronefrosis, distensi bladder, dan pelebaran uretra pars prostatika (tanda kunci/key hole sign),7,11,14 ukuran janin lebih kecil dari usia gestasi.3 Adanya focal cysts dalam parenkim ginjal adalah diagnostik untuk dysplasia renal. 7 Gambaran klinis postnatal dapat dibagi pada saat neonates, bayi dan anak-anak. Pada neonates dengan PUV yang tidak terdiagnosis sebelum lahir, memberikan gambaran klinis berupa keterlambatan atau 4 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) buruknya pengosongan aliran urin, massa dalam abdomen, kegagalan untuk berkembang, poor feeding, letargi, urosepsis atau urinary ascites. Respiratory distress menyebabkan hipoplasia pulmo yang mungkin merupakan tanda awal obstruksi uretra. 7,13 Pada bayi, buruknya aliran urin dan infeksi saluran kencing yang berulang. 3,7 Gambaran klinis post natal yang terlambat sering dengan gejala urologi yang spesifik, seperti gangguan pengosongan urin, retensi urin, dan infeksi saluran kencing. Gejala sekunder yang tidak spesifik seperti azotemia atau sepsis merupakan gejala yang tidak umum. Gambaran klinis yang jarang seperti urinoma atau urinary ascites. Hal ini mungkin terjadi karena perforasi bladder spontan atau fornicial urinary leak. 7 Pada anak laki-laki yang lebih tua mungkin menunjukkan infeksi saluran kencing yang berulang, mengompol pada anak laki-laki lebih dari 5 tahun, nyeri saat pengosongan urin atau disfungsi, dan penurunan kekuatan aliran urin. PUV kadang-kadang ditemukan saat evaluasi massa dalam abdomen atau gagal ginjal. Hidronefrosis dan proteinuri ditemukan saat evaluasi kondisi yang tidak berhubungan yang mungkin sebagai tanda awal PUV. 7,8 Pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir didapatkan pergerakan nafas yang buruk, rongga dada yang kecil, teraba walnut-size bladder (hipertrofi otot detrusor), distensi abdomen (ascites), potter facies, dan deformitas lengan dan tungkai (skin dimpling) dan indentasi lutut dan siku karena kompresi dalam uterus. 7 F. Patofisiologi PUV memiliki derajat keparahan yang bervariasi. Derajat obstruksi dari PUV bervariasi, karena abnormalitas ini tergantung pada konfigurasi membrane dalam uretra yang menyebabkan obstruksi. Morbiditas dari PUV tidak hanya terbatas pada obstruksi uretra saja, obstruksi saluran urin kongenital saat waktu kritis organogenesis menyebabkan efek yang besar dan jangka panjang dari fungsi ginjal, ureter dan bladder.7,8,12 Setelah 20 minggu, ginjal menyediakan lebih dari 90 % cairan amnion. Jumlah cairan amnion yang adekuat penting untuk pertumbuhan dan 5 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) perkembangan paru dan skeleton. Oligohydramnion yang berat atau anhidramnion sekunder dapat menurunkan out put urin fetus yang menyebabkan ruang uterus kecil, sehingga menekan fetus dan mengganggu pertumbuhannya dan meluas ke thorax sehingga terjadi hypoplasia paru dan kelainan soft tissue. Fetus berwajah khas yaitu telinga kecil, mata lebar, micrognathia, kontraktur lengan dan kaki, dan talipes (potter sekuens). Volume yang tepat dari amnion penting untuk percabangan bronchial dan alveoli. Distensi bladder dan ascites urin mempengaruhi abdomen fetus dan menyebabkan pertumbuhan dinding otot abdomen abnormal yang menghasilkan gambaran prune belly. Dekompresi saluran urin bagian atas yang mendadak dapat menyebabkan ascites urin, urinoma perirenal, dan kalsifikasi peritoneal. Tingginya derajat oligohydramnion, azotemia dan hipoplasia pulmo yang berat dapat menyebabkan kematian janin. 7,15 Uretra posterior dilatasi dan memanjang, verumontanum terjadi distorsi, dan duktus ejakulatorius melebar dengan refluks urin ke vas deferens. 7 Obstruksi pada uretra posterior menyebabkan tingginya tekanan dalam bladder, penebalan otot yang progresif (hipertrofi dan hyperplasi) trabekulasi, divertikulum. sakulasi 7,9,10 dan pada kasus yang berat terjadi 4,7,8,9 , bentukan Divertukulum yang lebar mampu melindungi saluran renal atas karena mekanisme pop-off yang dihubungkan dengan prognosis yang baik. Ada peningkatan kolagen dan elemen jaringan penghubung dalam bladder dengan trabekulasi yang berat. Bladder dengan kondisi seperti ini menyebabkan : peningkatan tekanan intra lumen, peningkatan residu urin, disfungsi bladder bahkan setelah ablasi katup. Pada penelitian urodinamik, teridentifikasi 3 pola disfungsi bladder : myogenic failure dengan inkontinensia overflow, hiperrefleksia bladder dan kapasitas bladder yang kecil dengan komplians yang buruk.7 Pada pasien dengan PUV, dekompensasi bladder akan berlanjut dan menyebabkan detrusor failure dan peningkatan kapasitas bladder. Beberapa anak laki-laki dengan PUV volume bladder akan melebar melebihi yang diharapkan yang kemungkinan disebabkan overproduksi urin yang 6 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) disebabkan disfungsi tubular dan ketidakmampuan mengkonsentrasikan urin (nephrogenic diabetes insipidus). 7 Dilatasi ureter dapat terjadi pada PUV karena adanya vesico-ureteric reflux (VUR).4,7 50 % pasien dengan PUV terjadi obstruksi vesiko-ureterik junction, tidak efisiennya aliran ureter sehingga terjadi peningkatan tekanan vesika atau terjadi dysplasia ureter.7 Dalam proses yang dinamis, disfungsi bladder menyebabkan kemunduran ginjal yang progresif dan terus menerus. Insufisiensi renal yang disebabkan PUV kira – kira 10-15 % anak – anak akan menjalani transplantasi ginjal dan 1/3 sampai 1/2 pasien denga PUV berlanjut menjadi end-stage renal disease (ESRD). 8,12 Patologi dari ginjal meliputi hidronefrosis dan kerusakan ginjal yang progresif. Hidronefrosis disebabkan oleh vesikoureterik refluks, obstruksi ( tingginya tekanan dalam bladder, yang disalurkan ke ureter dan ginjal secara langsung oleh tekanan hidrostatik), pucuk ureter yang abnormal sehingga menghasilkan dysplasia ginjal dan dilatasi collecting system. Kerusakan ginjal disebabkan oleh 2 faktor yaitu pertama karena terjadi dysplasia renal. Displasia renal kemungkinan menyebabkan kerusakan pada awal kehidupan janin atau embriogenesis yang abnormal. Displasia renal adalah microcystic dan terjadi terutama pada zona tepi kortek. Diagnostik secara histologi ditemukan adanya parenkim ginjal yang berantakan, tampak embrionik tubulus, cartilago dan kista serta gambaran jaringan penghubung mesenkimal. Perubahan ini irreversible dan berlanjut dalam jangka panjang menyebabkan gagal ginjal. Kedua karena terjadi obstruksi uropati. Ginjal yang rusak menyebabkan obstruksi sehingga menyebabkan disfungsi glomerular dan tubular dengan pengurangan laju filtrasi glomerular, penurunan fungsi ginjal, fibrosis dan scarring pada parenkim ginjal, kerusakan tubuler yang menyebabkan kegagalan dalam pemekatan dan pengasaman urin. Akibatnya terjadi peningkatan output urin, meningkatnya sodium yang hilang dan gangguan keseimbangan elektrolit. Perubahan ini masih ada kemungkinan reversible. 7 7 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) G. Klasifikasi Pengklasifikasian Posterior Urethral obstruksi yang pertama kali dilakukan oleh H.H Young pada tahun 1919. Verumontonum yang berada dalam uretra pars prostatika, merupakan hal yang penting dalam pembagian penyakit ini. 1,7 Tipe 1 : Struktur 2 membran dalam uretra posterior yang berjalan dari bagian caudal (akhir) verumontanum meluas ke anteroinferior naik pada sepanjang tepi lateral uretra pada masing-masing sisi dan bertemu pada jam 12.5,7 Merupakan tipe yang paling banyak.5 Tipe 2 : Membran muncul dari verumontanum meluas anterosuperior dan melekat pada leher bladder pada bagian cranial.5,7 Merupakan tipe yang jarang terjadi.5 Tipe 3 : diafragma sirkuler pada derah caudal dari akhir verumontanum dengan kelainan pada bagian sentral.7 H. Diagnosis 1. Antenatal Diagnosis antenatal dan assesmen PUV berdasar pada gambaran radiologi ultrasound dan biokimia urin fetus, untuk menilai fungsi ginjal. 7,12 Gambaran ultrasound antenatal ditandai dengan distensi bladder dan uretra yang tiba-tiba pada bagian proksimal ke arah katup dan hipertrofi bladder dengan atau tanpa hidronefrosis dan hidroureter, oligohidramnion dan dysplasia ginjal.3,4,7,14,15 Sayangnya penemuan secara umum tidak terlihat sebelum gestasi berumur 26 minggu dan tidak secara rutin dilakukan screening dari morfologi. 3 Cohen et al mendokumentasikan adanya garis echogenic dalam dilatasi uretra posterior dan dikonfirmasi post natal menjadi katup. 7 Penilaian derajat displasia ginjal sulit dinilai pada saat antenatal, walaupun beberapa ahli percaya bahwa peningkatan echogenicity pada ginjal merupakan indikasi fungsinya yang buruk. 3 8 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) Janin laki-laki dengan hidronefrosis bilateral, distensi bladder dengan atau tanpa anomali saluran urin bagian atas dan oligohidramnion pada usia gestasi 18 – 20 sebaiknya dicurigai terdiagnosis PUV. 7,14 Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan bahwa elektrolit urin fetus dan β2 mikroglobulin memberikan hasil fungsi ginjal fetus yang akurat. Nilai normal urin fetus adalah hipotonik dengan sodium < 100mEq/L, chloride < 90 mEq/L, Osmolalitas < 210 mEq/L, dan β2 mikroglobulin < 4mg L. Peningkatan elektrolit urin janin dan β2 mikroglobulin mengindikasikan adanya disfungsi renal yang irreversible. 7,12,15 2. Post Natal Setelah lahir, gambaran ultrasoundnya mirip dengan yang antenatal, walaupun gambaran setelah lahir biasanya menunjukkan obstruksi yang tidak terlalu berat dan gambarannya mungkin tidak terlalu jelas. 3 Bladder berdinding tebal dan bertrabekulasi dengan uretra memanjang dan dilatasi ke arah posterior (tanda kunci).3,7,14,15 Renal scan mungkin menunjukkan pengumpulan urin pada perirenal, echogenic renal, kista subkortikal dan corticomedullary junction. Echogenic kidney’s dan kista subkortikal merupakan tanda yang tidak baik,7 Pemeriksaan uretra posterior dapat dilakukan secara longitudinal melalui perineum. Idealnya, pemeriksaan ini dilakukan selama mikturisi yang mana uretra proksimal terlihat dilatasi. Diameter > 6 mm dianggap abnormal dan ini adalah diagnosis dengan spesifik dan sensitivitas tinggi (sensitivitas 100 %, spesifisitas 89 %, nilai perkiraan positif 88 %). Katup dapat terlihat pada echogenic line. 3,7 Pada beberapa kasus, tekanan yang tinggi selama usaha mikturisi dapat menyebabkan rupture pada system pengumpulan dengan akumulasi urin pada beberapa bagian yaitu rupture fornix calyceal yang menyebabkan pararenal urinoma yang terlihat sebagai anechoic, kumpulan cairan sekitar ginjal dan rupture bladder intraperitoneal yang sulit dibedakan dari ascites pada pemeriksaan ultrasound.3 9 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) Karena bayi baru lahir umumnya terjadi oligouria selama beberapa hari pertama, pengulangan ultrasound setelah 1 minggu pertama diperlukan jika temuan sebelumnya normal pada anak yang terdiagnosis hidronefrosis antenatal sebelum membuat keputusan akhir pasien terdiagnosis hidronefrosis.7 Voiding Cystourethrografi (VCUG) adalah teknik imaging terbaik untuk PUV. Diagnosis dibuat selama fase mikturisi pada arah lateral atau oblik, yang dapat menggambarkan uretra secara adekuat, dalam pengawasan fluoroscopy.3,4,7,16 Gambarannya yaitu : dilatasi dan memanjangnya uretra posterior 3,4 (seperti tanda kunci pada ultrasound), vesikoreteral refluks (VUR) yang terlihat pada 50 % pasien, trabekulasi / divertikula bladder,3,7,17 dan kadang-kadang tampak garis radiolucent yang berhubungan dengan katup3 , plika sirkularis normal tampak terlihat bervariasi dan pada VCUG yang normal sering tidak terlihat, ukuran uretra yang tiba-tiba meruncing pada daerah didekat verumontanum, dengan level yang spesifik tergantung dari varian perkembangan 1 circumferential filling defect pada dasar pelvis, leher bladder yang prominens. 7 Renal Scintigraphy Imaging fungsi saluran urin bagian atas biasanya ditunda setelah bayi berumur 4 minggu agar sudah terjadi maturasi pada ginjal. Pemeriksaan radionuklida berguna ketika ginjal menunjukkan bentuk yang kecil atau parenkim yang abnormal dan pada bayi post operasi ketika pada gambaran ultrasound menunjukkan tidak ada perbaikan untuk membantu membedakan obstruksi yang persisten atau dysplasia kistik. Pemeriksaan dinamis menggunakan tracer yang dimasukkan ke ginjal dan diekskresikan ke urin, baik DTPA (diethyenetriamine pentaacetc acid) atau MAG3 (mercapto acetyl triglycine). 7 Bagian akhir yang memiliki ikatan protein tinggi dan sebagian besar sisanya berada dalam rongga intravaskuler dibandingkan dengan DTPA yang mana inilah asli filtrasi glomerulus. Ekstraksi ginjal dari MAG3 hampir ganda dibanding DTPA, membuat MAG3 menjadi isotop pilihan untuk neonates atau bayi dengan ruang ekstraseluler yang relatif 10 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) lebar dan nilai filtrasi glomerulus yang rendah. Parameter yang dapat diperkirakan diantaranya differential renal function (DRF) dan drainase. Fungsi drainase dievaluasi saat dilatasi. Pola renogram up-sloping dengan diuretic (furosemid) digunakan untuk menentukan obstruksi. Static scan menggunakan dimercaptosuccinic acid (DMSA) yang dapat memperkirakan differential renal function (DRF) dan defek parenkim fokal. DMSA di ekstraksi oleh tubulus proksimal dan menetap di sel tersebut. Statik scan sebaiknya tidak dilakukan pada periode neonatus karena immaturitas ginjal. Scan sebaiknya dilakukan pada 3-6 bulan pertama untuk mendeteksi scar pada ginjal. 7 Pemeriksaan Laboratoris, serum biokimia dilakukan untuk mengevaluasi elektrolit, ureum, kreatinin. Nilai serum pada 48 jam pertama mungkin bisa menyesatkan karena menunjukkan nilai maternal. Elektrolit serum penting untuk menentukan tingkat kerusakan ginjal, untuk memonitor respon drainase, dan untuk menentukan manajemen. Kreatinin serum 0,8 mg/dL adalah prognosis yang penting. 7 Analisa gas darah dilakukan untuk mengeluarkan asidosis metabolik yang mungkin nampak.7 Pada pemeriksaan urinalisa, sampel urin sebaiknya dikirim untuk pemeriksaan mikroskopik, kultur dan tes sensifitas sebelum pemberian antibiotik terutama pada pasien yang menunjukkan infeksi urin. Jumlah koloni > 105 pada sampel yang diambil melalui kateter transurethral menunjukkan adanya infeksi. 7 Evaluasi urodinamik memberikan informasi tentang penyimpanan bladder dan pengosongannya. Bladder yang normal menyimpan urin dengan tekanan yang rendah, < 30 cm H2O dan kemudian mengosongkannya secara lengkap pada tekanan yang tepat. Pasien dengan PUV memiliki spektrum urodinamik yang abnormal. Pemeriksaan urodinamik membantu dalam mengarahkan terapi berdasar tipe bladder terutama setelah ablasi katup. Cystometry mengukur tekanan intravesika dan volume isi bladder. Masingmasing data tekanan dan volume direncanakan ulang untuk mendapatkan cystometrogram, yang dapat mendeteksi abnormalitas seperti kontraksi 11 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) hiperrefleksi, hipokontraktilitas, myogenic failure, dan dyssinergy detrusorsphincter. Komplians bladder dan volume residu post voiding juga dapat diukur. Komplians bladder yang buruk menyebabkan hidronefrosis persisten. 7 Diagnosis dapat juga dibuat dengan sistoskopi, di mana kamera kecil dimasukkan ke uretra untuk melihat langsung dari posisi posterior katup. Keterbatasan teknik ini adalah jaringan katup posterior adalah tembus cahaya dan dapat didorong kembali ke dinding uretra melalui perpindahan cairan irigasi yang membuat sulit untuk dilihat. 1 3. Anak-anak Gambaran Radiologi pada pemeriksaan excretory pyelografi adalah pemeriksaan radiologi terbaik pada anak-anak dengan fungsi ginjal yang normal. Pemeriksaan ini dapat memberikan gambaran untuk perkiraan terbaik perbedaan fungsi ginjal, menunjukkan adanya dan derajat hidroureteronephrosis dan level obstruksi. 5 Pada anak-anak yang ada gangguan fungsi ginjal, excretory pyelografi kurang efektif. Renal sonografi dapat menunjukkan semua perubahan anatomi dari proksimal uretra yang obstruksi. 5 Pemeriksaan renal isotop menggunakan techneticum 99m yang dilabeli diethylenetriaminepentaacetic acid (99mm Tc-DTPA) kurang memberikan informasi tentang fungsi dibanding sonografi. Diuretik radionuklid urografi dapat digunakan untuk membedakan antara obstruksi dan nonobstruksi hidroureteronefrosis. Urinoma dan ascites urin dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan renal isotop delayed images. 5 Computed tomografi (CT) tidak direkomendasikan pada investigasi anak-anak yang dicurigai PUV. 5 Voiding Cystourethrogram (VCUG) sebagai tes yang pasti untuk menunjukkan PUV. Kateterisasi bladder pada anak secara retrograde dengan kejadian yang lebih umum pada tipe 1 biasanya tidak ada yang merintangi. Pada yang tipe 3, kateterisasi biasanya sulit. Bladdernya memiliki kapasitas yang lebar dengan dinding yang tebal dan irregular yang menunjukkan 12 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) peningkatan trabekulasi, sakulasi dan multiple divertikula. Refluk vesikoureter yang massif, baik unilateral maupun bilateral mungkin bisa muncul dan adanya divertikula periureter yang dihubungkan dengan refluks vesikoureter adalah hal yang tidak umum. Selama pengosongan, dilatasi uretra posterior yang fusiform akan terlihat. Dilatasi ini akan berakhir secara tiba-tiba pada bagian katup. Adakalanya, titik katup nampak jelas sebagai filling defect pada pertengahan aliran kontras. Pada pelebaran verumontanum, penebalan plika coliculi dan mukosa plika superior yang prominen mungkin nampak jelas dalam uretra posterior yang melebar. Leher bladder akan tampak relatif sempit. Setelah dilakukan ablasi katup, gambaran radiologi ini akan kembal normal pada kasus yang tidak ada komplikasi. 5 I. Diagnosis Banding Diagnosis banding dari PUV adalah atresia uretra, neurogenik bladder, prune-belly sindroma. 3 J. Pengobatan 1. Pengobatan antenatal Operasi pada janin merupakan tindakan dengan resiko yang tinggi, karenanya dilakukan hanya pada kasus-kasus dengan oligohidramnion yang berat, gangguan perkembangan paru atau pulmonary hypoplasia yang terlihat pada saat lahir. Resiko operasi pada janin adalah signifikan dan meliputi injuri abdomen serta bisa kematian pada janin atau ibu. 1 Keputusan untuk intervensi tergantung pada usia gestasi, penurunan volume amnion, dan memburuknya fungsi ginjal berdasar aspirasi urin fetus. Tidak ada intervensi pada janin yang mempunyai prognosis buruk. Jika fetus menggambarkan PUV pada awal kehamilan (trimester kedua) dan ada penurunan volume cairan amnion dan penurunan fungsi ginjal berdasar aspirasi urin, dilakukan intervensi merupakan pilihan yang tepat. Ada 3 prosedur yang direkomendasikan seperti vesikoamniotik shunt, vesikotomi dan fetal endoscopy valve ablation. Kriteria seleksi untuk intervensi yaitu : 13 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) Na < 100 mEq/L; Cl < 90 mEQ/L, osmolaritas <210 mOsm/L; β2Microglobilin < 4 mg / L; total Protein < 40 mg/dL; Ca < 8 mg /dL. 7 Vesikoamniotik shunt adalah teknik popular in utero untuk memperbaiki obstruksi uropati,7 yaitu pembuatan hubungan antara kantong amnion dan bladder janin 1 (membuat urin keluar dari bladder melalui shunt, membuat bypass uretra yang obstruksi). Pada dasarnya prosedur ini terdiri dari kateter supra pubik yang dilakukan dengan bimbingan ultrasound.3 Dekompresi inadekuat dan patensi shunt tampak pada 1 – 2 minggu. Pindahnya shunt juga umum terjadi. 7 Keuntungan dari prosedur ini masih Kontroversial. 3,7 Vesikotomi janin merupakan dekompresi yang adekuat tetapi lebih invasif dengan kemungkinan meninggalnya janin. Biasanya dilakukan pada usia gestasi 20-24 minggu. Hanya sedikit yang dilakukan prosedur ini karena tingginya resiko maternal dan premature.7 Fetal endoscopic valve ablation merupakan metode dekompresi dengan prosedur yang lebih sedikit dibanding vesikotomi dan dihubungkan dengan prematur serta meninggalnya janin. 7 2. Pengobatan post natal Meliputi pemeriksaan klinis awal, ultrasound, serum kimia yang dilanjutkan pemeriksaan VCUG dan kateterisasi. Drainase vesika sementara menggunakan feeding tube (ukuran 5 atau 6 Fr) transurethral dalam kondisi yang aseptik. Kateter balon tidak cocok untuk drainase vesika pada obstruksi PUV karena menyebabkan spasme. Pembukaan obstruksi bladder dengan kateterisasi baik uretra atau suprapubik sering diikuti dengan periode dieresis post obstruksi dan penurunan kreatinin serum. Stabilisasi medis yang adekuat adalah prioritas pada stage ini. Urin dikirim untuk pemeriksaan mikroskopis rutin dan kultur. Darah juga dikirim untuk pemeriksaan darah lengkap, kultur dan sensitifitas. Pada kasus PUV yang berat, sering diikuti dengan hipoplasia pulmo, drainase kateter dilakukan hanya sampai fungsi paru membaik. Beberapa pasien mungkin membutuhkan mesin ventilator. Pasien dengan PUV mungkin juga memiliki 14 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) beberapa masalah medis, diantaranya dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, uremia, asidosis metabolik, infeksi, gangguan nutrisi dan permasalahan pernafasan. 7 Pasien diresusitasi dengan cairan intravena, koreksi elektrolit dan defisit asam basa. Infeksi dikontrol dengan antibiotik spectrum luas. Apabila kondisi secara keseluruhan sudah stabil dan diagnosis kerja sudah tegak, pengobatan definitif direncanakan. Manajemen neonates dengan PUV dimulai dengan menempatkan kateter uretra. Saluran urin bagian atas sebaiknya dinilai dengan sonografi ginjal sebelum pemasangan kateter dan diulang beberapa hari setelah dekompresi bladder. Perbaikan fungsi ginjal sering sesuai dengan pengurangan hidroureteronefrosis, baik pada anak dengan atau tanpa vesicoureteral refluks. Ketika terjadi hal seperti ini, ablasi katup sebaiknya dipertimbangkan. 7 Ablasi katup merupakan standar terapi.1 Dengan peralatan yang kecil, pada uretra yang kecilpun bisa dikerjakan dengan cystoscopic sheath 3 Fr yang dilapisi kabel ureteral dan dimasukkan untuk ablasi katup. Ablasi katup sebagai prosedur primer dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut :1. Ablasi endoskopik : ablasi transuretra merupakan pengobatan pilihan untuk PUV. Cystoskopi pediatric ukuran 6 atau 8 dimasukkan melalui uretra. Elektrode bugbee digunakan untuk menghancurkan katup. Membran obstruksi diinsisi pada posisi jam 5,7 dan 12. Kateter ureteric 3 Fr dengan stylet logam dapat digunakan untuk koagulasi; 2. Whitaker – Sherwood hook : Alat ini berukuran 6-7 Fr dengan ujung terdapat pengait untuk mengait. Setelah dilumasi dan dilewatkan ke uretra dengan tujuan posisi jam 12 dalam kondisi bladder penuh. Katup dikaitkan dan di diathermi untuk menghancurkannya; 3. Ablasi dengan laser : neodymiumYAG laser juga bisa digunakan dengan sukses untuk menghancurkan katup ; 4. Mohan’s valvotome : Alat ini berukuran 2 mm untuk bayi baru lahir dan 3 mm untuk yang lebih tua. Dengan posisi pasien supine dalam pengaruh anestesi umum, feeding tube 6 Fr atau 8 Fr yang sudah dilumasi dimasukkan ke dalam uretra dan bladder diisi dengan normal salin. Feeding tube 15 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) kemudian ditarik dan menggunakan tekanan suprapubik untuk menunjukkan aliran urin preoperative. Mohan’s valvotome yang sudah dilumasi dimasukkan melalui uretra sampai urin atau normal salin keluar sampai habis. Valvotome ditarik dengan lembut dengan didukung oleh tekanan suprapubik untuk menunjukkan PUV. Ketika pengait dari valvotome berikatan dengan katup, valvotome ditarik dari uretra, dengan demikian katup menjadi rusak. Prosedur dilakukan pada posisi jam 5, 7 dan 12. Bladder diisi lagi dengan normal saline dan dengan tekanan suprapubik untuk menunjukkan aliran urin post operasi yang mengindikasikan bahwa obstruksi telah dibebaskan. Hal ini dapat dikonfirmasi dengan sistoskopi jika tersedia; 5. Fogarty atau Foley’s ballon catheter : Bayi dianestesi dan dengan kateter ukuran 6 Fr dimasukkan transuretra. Bladder diisi dengan kontras atau saline sampai uretra posterior terisi. Fogarty ballon catheter ukuran 4 Fr atau kateter Foley dengan ukuran yang tepat dimasukkan ke bladder dan ballon dikembangkan dengan 0,75 ml saline. Kemudian ditarik dengan lembut, operator menempatkan ballon pada tingkat katup. Kemudian ditarik denga keras, kateter merusakkan membrane tanpa melukai uretra. Prosedur ini sebaiknya dilakukan dalam pengawasan fluoroscopy atau ultrasonografi untuk meyakinkan bahwa balon hanya dikembangkan proksimal untuk menghindari melukai uretra. 7 Terapi berikutnya yaitu system diversi Urin. Diversi urin ini digunakan pada dipertentangkan.1 kasus-kasus tertentu dan keuntungannya masih Diversi saluran urin bagian atas sebaiknya sebagai cadangan untuk bayi dengan uretra yang kecil yang terbatas untuk lewat alat. Ketika ada perbaikan dilatasi saluran urin bagian atas tanpa perbaikan yang signifikan dari kreatinin serum, dysplasia ginjal kemungkinan besar sedikit dibenarkan dilakukan diversi saluran urin bagian atas dibanding ablasi katup. Diversi urin proksimal menyebabkan ketidakadaan urin yang menuju bladder dan karenanya mencegah beredarnya dalam bladder yang menyebabkan komplians bladder yang buruk. Pada kasus dilatasi saluran 16 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) urin yang menetap atau meningkat, peningkatan kreatinin serum atau infeksi saluran kencing, diversi saluran urin atas sebaiknya dipertimbangkan. 7 Tindakan diversi urin meliputi: 1. Vesicostomy : vesicostomy adalah diversi pilihan untuk neonates dengan PUV. Dome bladder sebaiknya diangkat ke pertengahan kulit antara umbilicus dan pubis, sehingga dinding bladder posterior tidak prolaps ke stoma. Dikatakan bahwa ini bisa memperbaiki dan menstabilkan VUR pada 90 % pasien. Akan tetapi bentuk stoma yang kecil menghasilkan stenosis stoma dan pengosongan bladder yang tidak adekuat. Stoma yang lebar dapat membuat prolaps bladder. Penggunaan vesikotomy telah menurun karena drainase sebagian besar pasien terasa nyaman dengan ablasi katup ; 2. Cutaneus ureterostomy : dilatasi ureter menyebabkan kegagalan dalam coaptation, yang bisa menyebabkan kegagalan peristaltis uretes dan stasis. Karenanya dilatasi ureter yang nyata, vesicostomy tidak dapat mengalirkan saluran urin atas; ureterostomy mungkin diperlukan untuk membuat aliran. Ureterostomi jangka pendek memberi keuntungan jika tidak ada interfensi dengan fungsi bladder. Jaureguizar dkk tidak menemukan perubahan yang signifikan pada fungsi bladder antara anak yang pertamanya menjalani pyeloureterostomy dan mereka yang pertamanya menjalani ablasi katup. Mereka menyimpulkan bahwa pyeloureterostomy sementara tidak memberikan pengaruh pada fungsi bladder pada waktu lama ; 3. Bilateral cutaneus ureterostomy. Teknik cutaneous ureterostomy meliputi end stomal ureterostomy, loop ureterostomy, Y- ureterostomy (ureter dibagi, yang satu dibawa ke kulit, yang lain di re-anastomose denga uretero-ureterostomy) dan ring ureterostomy. Komplikasi dari cutaneus ureterostomy meliputi devaskularisasi ureter, aliran yang tidak adekuat, dan stenosis stoma; 4. Diversi Sober – en T: diversi temporer untuk PUV ini, dilakukan cutaneus ureterostmoy, dan distal ureter dijahit ke bagian ureter yang lebih atas tapi dibawah pelvis renal. Keuntungannya adalah saluran bagian atas dialihkan, tetapi beberapa aliran urin yang ke bladder berputar untuk jangka panjang; 5. Pyelostomy : Pada kasus tertentu, cutaneus pyelostomy mungkin 17 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) diperlukan jika anak telah terjadi urosepsis sekunder karena pyonefrosis ; 6. Nephrostomy : insersi pipa untuk diversi sementara selama percutaneus nephostomy dilakukan untuk identifikasi pasien yang member keuntungan dari cutaneus ureterostomy / ptelostomy. 7 Manajemen bladder setelah ablasi katup adalah kunci untuk perbaikan hasil pada pasien PUV. Pasien sebaiknya dievaluasi riwayat pengosongan, urinalisis, mikroskopik urin, kultur tes sensitivitas, kreatinin serum dan tingkat bikarbonat setelah ablasi. VCUG sebaiknya diulang setelah 3 bulan ablasi dan sistoskopi dilakukan jika VCUG memberi kesan ablasi katup yang inkomplet. Ketika sisa katup dikesampingkan, residu urin post voiding sebaiknya dinilai dengan ultrasound setelah satu minggu pengosongan pasca ablasi katup, kemudian memastikan leher bladder dan spasme uretra telah mereda. Volume residu urin post voiding >10 % dari kapasitas bladder sesuai umur yang diharapkan adalah signifikan. Anak-anak dengan residu urin post voiding yang signifikan diberikan terazosin, selektif α1 adrenergic blocker denag dosis 0,25-2 mg (0,02 – 0,4 mg/kgBB) atau antikolinergik. Bladder training dengan program voiding yang regular sangat penting dilakukan. 7 Indikasi untuk penambahan bladder meliputi volume penyimpanan bladder yang rendah dan tingginya tekanan bladder meskipun sudah mendapatkan antikolinergik dan kateterisasi intermiten. Yang biasanya dipakai adalah ileum, akan tetapi menggunakan usus besar, lambung dan ureter juga bisa tetapi tergantung kondisi klinis dan pertimbangan ahli bedah. 7 Continent appendicovesicotomy, yang juga disebut teknik mitrofanoff adalah pilihan. Prosedur ini meliputi penempatan saluran nonrefluxing tubular untuk kateterisasi antara bladder dan kulit untuk menyediakan tempat alternatif kateterisasi. Pada anak dengan PUV, kateterisasi intermiten melalui uretra kadang mengalami kesulitan. Beberapa pasien yang mengalami dilatasi uretra tidak mudah untuk dilakukan kateterisasi. Stoma sering bersembunyi dalam umbilikus untuk menyediakan pemulihan yang 18 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) diharapkan. Appendix, ureter dan saluran usus dapat digunakan untuk pembentukan saluran ini. Akan tetapi sejak beberapa bladder melebar sesuai berjalannya waktu, penambahan ini sebaiknya hanya dilakukan setelah cukup waktu untuk resolusi hipertrofi secara alami. 7 Setelah operasi, pasien di follow up syndrome PUV dan sering membutuhkan usaha multidisiplin antara urologist, pulmonologist, neonatologist, radiologis dan keluarga. Perawatan harus dilakukan untuk membuat fungsi ginjal dan bladder lebih baik. Selain itu juga monitor dan pengobatan gangguan perkembangan paru yang signifikan yang berhubungan dengan penyakit ini. 1 K. Komplikasi Komplikasi dari PUV adalah infeksi saluran kemih, gagal ginjal, refluks vesikoureter, inkontinensia dan striktur uretra.1,7,17 Peningkatan tekanan intravesika cenderung membuat pasien terjadi infeksi, mungkin karena perubahan aliran darah urothelial. Pasien dengan PUV terjadi peningkatan volume residu urin post voiding yang menyebabkan stasis urin. Dilatasi saluran kencing bagian atas dengan atau tanpa vesikoureteral refluks, beresiko terjadiya infeksi saluran kencing. Manajemen infeksi saluran kencing dengan menurunkan tekanan bladder (dengan antikolinergik), menurunkan volume residu urin post voliding (dengan alfa blocker atau dan kateterisasi intermiten) dan antibiotik. 7 Adanya perubahan bladder yang kronis menyebabkan peningkatan tekanan detrusor. Hal ini menyebabkan kerusakan ginjal yang progresif, infeksi, inkontinensia dan insufisiensi ginjal. Pasien dengan fungsi pulmo yang adekuat, kira-kira 25 % meninggal pada tahun pertama karena renal insufisiensi, 25 % meninggal saat anak-anak dan 50 % bertahan hidup, akan tetapi dengan fungsi ginjal yang bervariasi. Dengan datangnya teknik pengobatan terbaru yang semakin lebih baik, diharapkan anak-anak lebih lama kelangsungan hidupnya. Tujuan dari pengobatan ini untuk mendapatkan fungsi ginjal yang maksimal. Diperlukan juga pengobatan infeksi dan disfungsi bladder yang agresif. 7 19 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) Vesicoureteral refluks (VUR) umum terjadi pada PUV dan ini tampak pada 1/3 pasien. Dihubungkan dengan PUV, refluks merupakan akibar sekunder dari tingginya tekanan intravesika. Persisten VUR setelah ablasi katup diobati secara konservatif dengan antibiotik. Persisten refluk akibat buruknya pengosongan bladder bisa diobati dengan antikolinergik atau alfa bloker. Indikasi untuk rekonstruksi pada persisten VUR meliputi kegagalan pengobatan, ISK yang berulang dengan kerusakan ginjal dan refluks yang berat dengan melibatkan pengosongan bladder. 7 Faktor penyebab inkontinensia urin sama dengan faktor penyebab VUR dan ISK. Manajemen fungsi bladder tergantung pada evaluasi bladder yang adekuat dengan pemeriksaan urodinamik. Penurunan tekanan bladder, memperbaiki complains bladder dan meminimalisir volume residu urin post voiding dapat memperbaiki kontensia urin. 7 L. Prognosis Prognosis anak laki-laki dengan PUV tergantung pada status ginjal dan bladdernya pada waktu terdiagnosis dan metode manajemen bladder pada masa pertumbuhan. Sebagian besar pasien yang mengalami gangguan ginjal stadium akhir terjadi disfungsi voiding. Deteksi prenatal adanya obstruksi uretra posterior pada saat atau sebelum 24 minggu usia gestasi dapat untuk memperkirakan hasil akhirnya. Disfungsi bladder pada beberapa pasien dapat menentukan perkembangan gagal ginjal. Compliance yang buruk dihubungkan dengan prognosis yang buruk, tetapi faktor lain yang juga membuat buruk prognosis meliputi usia saat terdiagnosis, dysplasia ginjal, fungsi ginjal sebelum dan sesudah ablasi katup, VUR, ISK, proteinuria, hipertensi, dan pengobatan awal. 7 Tingkat kreatinin serum pada satu tahun usianya menunjukkan nilai prediksi yang lebih besar dibanding tingkat kreatinin serum saat awal diagnosis. Kreatinin serum < 8 mg/L pada usia 1 tahun dihubungkan dengan fungsi ginjal yang normal. 7 Pasien dengan laju filtrasi glomerulus ≥ 80 mL/menit per 1,73 m pada usia 1 tahun menunjukkan fungsi ginjal yang normal. 7 20 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) Gambaran ultrasonogram yang berupa hiperechoik ginjal menunjukkan diferensiasi kortikomeduler yang buruk berkorelasi dengan perkembangan gagal ginjal. 7,17 Keberadaan mekanisme tekanan pop-off dapat mencegah efek tingginya tekanan vesika yang dapat mengganggu ginjal sebaliknya. Tingginya derajat refluks bilateral berkorelasi dengan buruknya prognosis. 7 Keberadaan proteinuri selama dalam kandungan berhubungan dengan prognosis yang buruk. 7 21 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) BAB III LAPORAN KASUS Seorang anak laki-laki nama An. P, umur 9 thn 9 bln, No RM : 1508954, telp. 082138703799, alamat : Skh, Wonosobo, pada tanggal 26 Desember 2010 datang ke RSS dengan keluhan utama perut membesar. Riwayat penyakit sekarang yaitu sejak 6 BSMRS, pasien mengeluh bila BAK tidak lancar, ngompol, BAK hanya menetes, warna jernih kuning, disertai dengan demam, benjolan (-), BAB biasa (tidak ada keluhan). Lalu berobat ke RSIM dan dirawat selama 2 mgg dengan diagnosa dan terapi yang tidak tahu. Satu bln di rumah, keluhan kembali muncul, benjolan di perut (-). Lalu berobat ke RSUP Banjar Negara, didiagnosa ISK. Dan mendapat terapi. Penderita boleh pulang (rawat jalan). 4 BSMRS, keluhan berulang kembali disertai dengan adanya benjolan di perut kiri. Kemudian berobat ke RSI Banjarnegara dengan diagnose tidak tahu, lalu dirujuk ke RSS. Tetapi tidak segera berangkat. (keterbatasan beaya). 2 BSMRS : Anak tampak tambah kurus, perut membesar, benjolan di perut kiri bertambah besar, mual (+), muntah (-), makan minum berkurang, BAK tidak lancar, sering ngompol. Kemudian penderita berobat jalan di RSU Purbalingga dengan diagnose ginjal membesar. Dilakuakan pemeriksaan USG dengan hasil HN duplex grade 4 dengan cystitis. Kontrol setiap 4 hari sekali. HMRS, keluhan menetap, keadaan umum penderita lemah, CM, HR : 130, TD : 150/100, Sp O2 : 100 %, T : 37. Pada pemeriksaan leher didapatkan JVP meningkat. Pemeriksaan dada didapat suara paru sonor, jantung : bising (+), pansistolik. Paru : sonor, vesikuler (+) N, RBB +/+ Abdomen : Supel. Teraba massa di abdomen kiri atas dengan diameter : 10 cm x 9 cm. Ascites (+). Extremitas : Edema (+) pitting. Pemeriksaan kepala : edema palpebra; Anorectal : Edema scrotal (+). Diagnosa kerja saat masuk : Krisis HT, Susp. GGK, HN bilateral grade 4, Decomp. Cordis. Dan mendapat terapi : Cefotaxim inj., Lasix, kalk, nifedipin, angioten, digoksin. Pada tanggal 29-12-2010, penderita dilakukan pemeriksaan MCU dengan hasil: terdapat penyempitan uretra di daerah uretra pars membranacea yang 22 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) mengakibatkan pelebaran uretra pars prostatika serta adanya multiple divertikel dan cellulae pada VU sangat mungkin e/c PUV type 1, cystitis dengan fungsi voiding terganggu, tak tampak VUR dan sistema tulang baik. Pemeriksaan cystoscopy dilakukan pada tanggal 30-12-2010 dengan hasil : M detrusor dissinergia. Pada tanggal 3-1-2011 lakukan pemeriksaan USG dengan hasil: HN bilateral grade 4, Hidroureter bilateral, Penebalan dinding VU, curiga kelainan congenital, scrotum : tidak membesar, tidak edema (pada orientasi). Pada tanggal 7-1-2011 dilakukan pemeriksaan renal scintigrafi dengan hasil : terdapat penurunan fungsi ren bilateral yang berat sampai non fungsi terutama ren sinistra. Selama perawatan anak mengalami krisis HT dan encephalopathy HT (kejang 3x-PICU), anak mengalami edema pulmo dan decomp. Cordis, lalu direncanakan HD Cito. Pada bulan januari 2011 dilakukan HD pertama, selama perawatan mengalami HD 4x. Direncanakan pemakaian HD cath., tetapi orang tua menolak dan APS. Diagnosis akhir : ISK complex, Encefalopathy, HT berat, Renal Failure, HHD, Susp. Uropathy oklusi e/c PUV, hipoalbuminemia. Pada tanggal 27-4-2011, penderita dirawat kembali dan tanggal 28-4-2011, dipasang HD cath- CAPD. Tanggal 2-5-2011 dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil : BUN : 82,3 mg/dl, Hb : 7,9 ; Kr : 5,07; AT : 241 000; Alb : 2,52 g/dl; AL : 12.810. Urine rutin : Lekosit (+), Eritrisit (++), Ept Tubuli 0, Ves Urine 1-2, Uretra 1-2, Bakteri (+). Tanggal 16-5-2011, penderita APS. Kontrol kembali tanggal 13-2-2012 dengan hasil laboratorium : BUN : 132; Kr : 6,6; As Urat : 9,3; Albumin : 3,3; Hb : 8,1; Urine Rutin : pH : 7; Protein (++); Eritrosit : 6-8; lekosit : 12-13. 23 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) BAB IV PEMBAHASAN Pada kasus ini, pasien merasa ada keluhan pada saat sudah anak-anak, yaitu sakit saat buang air kecil, ngompol dan ditemukan adanya benjolan di perut sebelah kiri atas. Sesuai pada literature disebutkan bahwa bila PUV ditemukan pada postnatal dalam hal ini saat anak-anak, maka akan memberi gejala berupa: infeksi saluran kencing yang berulang, mengompol pada anak laki-laki lebih dari 5 tahun, nyeri saat pengosongan urin atau disfungsi, dan penurunan kekuatan aliran urin. PUV kadang-kadang ditemukan saat evaluasi massa dalam abdomen atau gagal ginjal.7,8 Di RSS dilakukan pemeriksaan radiologi beberapa modalitas antara lain : USG, MCU/VCUG, foto thorax dan renal scintigrafi. Dari bagian urologi juga dilakukan pemeriksaan cystoscopi. Dalam literature disebutkan bahwa pemeriksaan VCUG merupakan jenis pemeriksaan yang paling baik (gold standard) untuk fluoroscopy.3,4,7,9,18 menegakkan diagnose dari PUV ini dan dibawah Hasil pemeriksaan VCUG pasien ini adalah : terdapat penyempitan uretra di daerah uretra pars membranacea yang mengakibatkan pelebaran uretra pars prostatika serta adanya multiple divertikel dan cellulae pada VU sangat mungkin e/c PUV type 1, cystitis dengan fungsi voiding terganggu, tak tampak VUR dan sistema tulang baik. Penulis setuju dengan diagnosis PUV karena berdasar temuan VCUG yang mendukung ditambah hasil pemeriksaan USG yang menyebutkan bahwa terdapat Hidronefrosis bilateral grade 4, Hidroureter bilateral, Penebalan dinding VU, curiga kelainan congenital. Hal ini membuktkan bahwa terdapat obstruksi uropati. Pada pemeriksaan VCUG tidak didapatkan adanya VUR, memang tidak semua kasus PUV didapatkan VUR, dalam literature disebutkan sekitar 50 % kasus PUV yang disertai dengan VUR.3,7 Pada kasus ini tidak didapatkan adanya VUR. Pada saat pemeriksaan VCUG ada kekurangan, tidak diambil foto dengan film yang besar yang memperlihatkan proyeksi letak ginjal, sehingga adanya refluk yang sudah sampai ke ginjal tidak bisa dievaluasi. 24 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) Pada pemeriksaan cistoscopy didapatkan hasil adanya dissinergia m. detrusor. Literatur menyebutkan bahwa keterbatasan teknik cistoscopy ini adalah jaringan katup posterior adalah tembus cahaya dan dapat didorong kembali ke dinding uretra melalui perpindahan cairan irigasi yang membuat sulit untuk dilihat.1 Sehingga dimungkinkan bahwa katup/valve tidak terlihat, dan yang terlihat berupa hiperplasi dan hipertropi dari m. detrusor akibat obstruksi yang bersifat kronis. Penderita juga dilakukan pemeriksaan renal scintigrafi dengan hasil : terdapat penurunan fungsi ren bilateral yang berat sampai non fungsi terutama ren sinistra. Hal ini menunjukkan bahwa sudah terjadi gagal ginjal (end stage renal disease), yang merupakan komplikasi dari PUV. Diagnosis banding dari PUV adalah atresia uretra, neurogenik bladder, prune-belly sindroma.3 Untuk atresia uretra, apabila terdapat atresia sudah seharusnya terdiagnosa sejak saat lahir atau bahkan saat prenatal (dalam kandungan), sedang pasien baru ada keluhan setelah anak-anak yakni usia 9 tahun. Pada neurogenic bladder, terutama yang tipe spastic, pada pemeriksaan VCUG akan tampak multiple trabekulasi pada VU seperti pada kasus ini, tetapi pada neurogenic bladder tipe spastic tidak ditemukan adanya pelebaran/dilatasi ureter pars prostatika, sehingga tidak sesuai dengan kasus ini. Pada prune-belly sindroma akan didapatkan absennya m. rectus abdominalis, undescensus testiculorum dan abnormalitas dari uroenital berupa: dilatasi ureter (tortuous), megalocystic, dilatasi ureter pars prostatika, dilatasi bladder tanpa divertikel dan renal dysmorphism.9 Pada pasien didapatkan divertikulum multiple pada bladder tanpa dilatasi, dilatasi ureter pars prostatika dan tidak didapatkan tanda-tanda prunebelly sindroma yang lain. 25 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) BAB V KESIMPULAN Pada laporan kasus ini dilaporkan mengenai pasien anak laki-laki usia 9 tahun dengan gejala/keluhan berupa BAK yang tidak lancar, ngompol disertai adanya benjolan di perut bagian kiri atas. Di RSS dilakukan pemeriksaan radiologis foto thorax, VCUG, USG, renal scintigrafi dan dari bagian urologi dilakukan pemeriksaan cistoscopy. Berdasar hasil pemeriksaan dan ditunjang beberapa literature yang mendukung, maka diagnosis mendukung ke arah PUV. Kesimpulan gambaran mendukung ke arah PUV, dikarenakan melihat hasil pemeriksaan VCUG berupa : terdapat penyempitan uretra di daerah uretra pars membranacea yang mengakibatkan pelebaran uretra pars prostatika serta adanya multiple divertikel dan cellulae pada VU, cystitis dengan fungsi voiding terganggu. Didukung pemeriksaan USG yang menyebutkan adanya HN bilateral grade 4, Hidroureter bilateral, Penebalan dinding VU dan hasil renal scintigrafi berupa penurunan fungsi ren bilateral yang berat sampai non fungsi terutama ren sinistra. 26 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) DAFTAR KEPUSTAKAAN 1. Anonim 1. Posterior urethral valve (PUV). 2012. Available From: Http://en.wikipedia.org/wiki/Posterior_urethral_valve. Diakses tanggal 23 April 2012 2. Anonim 2. Posterior urethral valve (PUV) and other congenital urologic/renal problems. 2012. Available From: Http://www. puvs.org/. Diakses tanggal 23 April 2012 3. Gaillard F, Radswiki et al. Posterior urethral valves. 2011. Available From: http://radiopaedia.org/articles/posterior-urethral-valves. Diakses tanggal 23 April 2012 4. Rana ES, Lowe LH, Blask AN, Majd M. Imaging In Pediatric Urology . Pediatric Clinic of North America.1997;44(5): 1065-75 5. Macpherson RI, Leithiser RE, Gordon L, Turner WR. Posterior urethral valves : An update and review. Radiographics. 1986; 6(5):753-91 6. Krishnan A, Souza A, Konijeti R, Baskin LS. The Anatomy and Embriologi of Posterior Urethral Valve. The Journal Of Urology. 2006; 175:1214-20 7. Nasir AA, Ameh EA, Abdur-Rahman LO, Adeniran JO, Abraham MK. Posterior urethral valve. World J Pediatr. 2011; 7(3):205-16 8. Bomalaski MD. Posterior urethral valve. 2011. Available From: http://emedicine.medscape.com/article/1016086-overview#. Diakses tanggal 23 April 2012 9. Berrocal T, Pereira PL, Arjonilla A, Gutie´rrez J. Anomalies of the Distal Ureter, Bladder, and Urethra in Children: Embryologic, Radiologic, and Pathologic Features. Radiographics. 2002; 22:1139-64 10. Choudhury SR, Chadha R, Puri A, Prasad A, Sharma A, Kumar A. Clinical Spectrum of Posterior Urethral Valve Obstruction in Children. J Indian Assoc Pediatr Surg. 2003;8:148-52 11. Pohl HG, Joyce GF, Wise M, Cilento BG. Pediatric Urologic Disorders. 27 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) 12. Casella DP, Tomaszewski JJ, Ost. Review Article Posterior Urethral Valves: Renal Failure and Prenatal Treatment. International Journal of Nephrology. 2012; 351067: 1-4 13. Uddin M, Bhuiyan AZ, Abedin K, Razzaque K. Posterior Urethral Valves: Fulguration And Results. Bangladesh Journal of Urology. 2010; 13(2): 60-3 14. Dyer RB, Chen MY, Zagoria RJ. Classic Signs in Uroradiology. RadioGraphics. 2004; 24:S247–80 15. Belarmino JM, Kogan BA. Management of neonatal hydronephrosis. Early Human Development. 2006; 82: 9—14 16. Kawashima A, Sandler CM, Wasserman NF, LeRoy AJ, King BF, Goldman SF. Imaging of Urethral Disease: A Pictorial Review. RadioGraphics. 2004; 24:S195–216 17. Mercado-Deane M, Beeson JE, John SD. US of Renal Insufficiency in Neonates. RadioGraphics. 2002; 22:1429–38 18. Fernbach SK, Feinstein FA, Schmidt MB. Pediatric Voiding Cystourethrography: A Pictorial Guide. RadioGraphics. 2000; 20:155–68 28 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) LAMPIRAN Morfologi Struktur anatomi urethra Tipe-tipe PUV 29 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) Pathofisiologi PUV USG tgl. 3-1-2011 30 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) Renogram tgl 6-1-2011 CXR tgl 10-4-2011 31 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com) MCU tgl 29-12-2010 32 Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer (http://www.novapdf.com)