14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Rentabilitas Rentabilitas merupakan suatu indikator yang digunakan untuk menghitung kinerja suatu perusahaan. Dengan demikian maka tingkat rentabilitas yang tinggi dapat mengakibatkan penerimaan yang tinggi pula.Menurut Bambang Riyanto pengertian rentabilitas, yaitu: “Rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu”1. Sedangkan pengertian rentabilitas yang dikemukakan oleh S. Munawir, yaitu: “Menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu”2,sementara itu menurut I Made Sudana rentabilitas yaitu: “Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan, seperti aktiva, modal atau penjualan perusahaan”.3 Menurut Sutrisno menyatakan bahwa: “Profitabilitas atau rentabilitas adalah rasio keuntungan untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh perusahaan, semakin besar tingkat keuntungan menunjukan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan”.4 1 Bambang Riyanto, Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan. (Yogyakarta: BPFE, 2010), .hlm.35 2 Munawir S, Analisa Laporan Keuangan (Yogyakarta: Liberty,2010), hlm.33 3 I.Made Sudana, Manajemen Keuangan Perusahaan Teori Dan Praktik (Jakarta: Erlangga,2011), hlm.22 4 Sutrisno, Manajemen Keuangan Teori Konsep Aplikasi (Yogyakarta: Ekonesia2009), hlm.253 15 Rasio rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya. Untuk menilai suatu rentabilitas perusahaan terdapat berbagai macam cara dalam menghitungnya. Ini semua tergantung pada laba dan aktiva atau modal mana yang akan diperbandingkan. Dibawah ini merupakan jenis-jenis dari rentabilitas:5 a. Rentabilitas Ekonomi, menurut Bambang Riyanto : Rentabilitas ekonomi = Laba Usaha x 100% Total Aktiva Menurut Martono dan Agus Harjito (2010:61) rentabilitas ekonomi yaitu “kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba usaha dengan aktiva yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut”. b. Rentabilitas Modal sendiri, menurut BambangRiyanto: Rentabilitas Modal Sendiri= Laba Usaha x 100% Modal Sendiri 5 Sena Riski Oktaviana, Pengaruh Efisiensi Modal Kerja terhadap Rentabilitas modal Sendiri, Skripsi (Bandung: Universitas Pasundan Bandung, 2013), hlm.31 16 Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri. Karena ini dipergunakan angka laba setelah pajak. Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri suatu perusahaan.6 B. Fungsi Rentabilitas Seperti rasio-rasio yang lain, rasio rentabilitas juga memiliki fungsi, tidak hanya bagi pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan perusahaan. Fungsi dari rasio rentabilitas adalah untuk:7 1. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode 2. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelimnya dengan tahun sekarang 3. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu 4. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri 5. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan bail modal pinjaman maupun modal sendiri. Fungsi rentabilitas adalah untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan profit atau keuntungan melalui operasi bank (Abdullah, 2005:124). Sedangkan beberapa kegunaan dari analisa rentabilitas (ROA) dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Salah satu kegunaannya yang prinsipil 6 Bambang Riyanto, Dasar - Dasar Pembelanjaan Perusahaan (Yogyakarta: BPFE, 2010), hlm.36 7 Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: BPFE2010), hlm.198 17 ialah sifatnya yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktik akuntansi yang baik maka manajemen dapat menggunakan teknik analisa rentabilitas (ROA) dalam mengukur efisiensi penggunaan modal kerja, efisiensi produk dan efisiensi bagian penjualan. 2. Analisa rentabilitas (ROA) dapat untuk membandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaan dengan perusahaan lain sejenis. 3. Analisa rentabilitas (ROA) dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi atau bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan. 4. Analisa rentabilitas (ROA) dapat digunakan untuk mengukur rentabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. 5. Rentabilitas (ROA) selain berguna untuk keperluan control, juga berguna untuk keperluan perencanaan. Di samping kegunaan dari analisa rentabilitas (ROA), terdapat pula kelemahan-kelemahannya yaitu: 1. Salah satu kelemahan yang prinsipil ialah kesukarannya dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis, mengingat bahwa kadang-kadang praktik akuntansi yang digunakan oleh masing-masing perusahaan tersebut adalah berbeda-beda. 2. Kelemahan lain dari analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari uang (daya belinya). 3. Dengan menggunakan analisa rate of return atau return on investment saja tidak akan dapat digunakan untuk 18 mengadakan perbandingan antara dua perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.8 C. Rasio-rasio pengukuran Rentabilitas Pada dasarnya, ada beberapa rasio pengukuran rentabilitas, hanya saja rasio yang biasa digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja profitabilitas atau rentabilitas bank adalah ROE (Return on Equity) dan ROA (Return on Assets). Dalam pembahasan mengenai analisis rentabilitas ini dilakukan dengan cara menghitung ROA. Beberapa jenis rasio rentabilitas dapat dikemukakan sebagai berikut:9 1. Profit Margin Profit Margin = Laba Operasional x 100% Total pendapatan Angka ini menunjukan berapa besar presentase pendapatan bersih yang diperoleh daro setiap penjualan, semakin besar rasio ini semakin baik, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. 8 Lia Dwi Musyarofatun, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rentabilitas Bank”, Skripsi (Semarang:Universitas Negeri Semarang, 2013), hlm.32 9 Sofyan Safri Harahap, “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan” (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.304-305 19 2. Return on Equity Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri, rasio ini dinyatakan sebagai berikut : Return on Equity = laba bersih x 100% Modal pemegang saham 3. Return on Assets Return on Assets = Laba x 100% Total aktiva Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume pemjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik.. hal ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba. 4. BOPO BOPO adalah rasio yang menjelaskan perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional yang diterima oleh bank, yang dirumuskan : BOPO = biaya operasional x100% Pendapatan operasional D. Pengertian Total Aktiva Total Aktiva merupakan penjumlahan dari aktiva lancar dan aktiva tetap yang merupakan harta perusahaan secara keseluruhan. 20 Total Aktiva merupakan komponen yang terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan, pendapatan yang masih akan diterima, biaya dibayar dimuka, uang muka pajak, aktiva tetap dan penyusutan aktiva tetap lain-lain. Mawardi (2005) dalam Hapsari (2011) menjelaskan bahwa bank dengan total asset relatif besar akan mempunyai kinerja yang lebih baik karena mempunyai total revenue yang relatif besar sebagai akibat penjualan produk yang meningkat. Aset bermanfaat secara langsung ataupun tak langsung, sifatnya produktif dan masuk dalam bagian operasi perusahaan dan memiliki kemampuan dalam mengurangi pengeluaran kas. memiliki potensi manfaat di masa yang akan datang, potensi manfaat tersebut bisa dalam bentuk hal hal yang produktif yang bisa menghasilkann kas ataupun setara kas. manfaat yang lain dari aktiva adalah aset sebagai penghasil barang dan jasa, dapat ditukar dengan aktiva lain, melunasi kewajiban (hutang). Ada beberapa cara untuk memperoleh Aset, Aset bisa diperolah dengan cara diproduksi atau dibangun sendiri, bisa didapat dengan dibeli, juga dengan pertukaran aset maupun sumbangan dari pihak lain. Aset bisa berwujud dan tidak berwujud. 10 Jika ditelaah, kepemilikan aset tidak hanya mengenai aset aset yang ber-hak milik saja, tetapi bisa juga hak hak yang lain misalnya hak sewa, hak guna bangunan, hak tagih, hak pakai maupun yang lainnya. jadi tidak hanya tentang yang hak milik saja. Perbedaan hak kepemilikan tersebut nantinya 10 Lia Dwi Musyarofatun, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rentabilitas Bank”, Skripsi (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2013), hlm.31 21 akan mempengaruhi jenis item dan penggolongan aktiva didalam laporan keuangan. contoh aktiva misalnya uang tunai (kas), tanah, bangunan, peralatan, perlengkapan, sewa dibayar dimuka, hak paten dan lainnya.11 E. Jenis-jenis aktiva Jenis - Jenis Aktiva dalam akuntansi umumnya dikelompokkan ke dalam tiga bagian, Aset Lancar, Aset Tetap dan Aset Tak Berwujud. penjelasan singkatnya bisa dilihat berikut ini, : 1. Aktiva Lancar Current Assets Aktiva ini biasanya digunakan dan bermanfaat dalam waktu yang relatif singkat, tidak lebih dari satu tahun buku dan bisa dikonversikan ke bentuk uang kas. contoh aktiva lancar seperti uang tunai (kas/cash), temporary invesment ( investasi jangka pendek), accounts receivable (piutang dagang), notes receivable (wesel tagih), inventories (persediaan), accrued receivable (pendapatan yg msih akan diterima), prepaid expense (beban dibayar dimuka). 2. Aktiva Tetap Fixed Assets Aktiva tetap merupakan sumberdaya/kekayaan harga yang dimiliki suatu entitas bisnis yang sifatnya permanen dan bisa diukur dengan jelas. digunakan dan bermanfaat dalam waktu yang relatif lama, lebih dari satu tahun buku. tujuan aktiva tetap diperoleh perusahaan untuk digunakan sendiri dan tidak dijual kecuali ada hal hal atau kondisi khusus yang mengharuskan 11 Slamet Sugiri, Bogat Agus Riyono dan Zuni Barokah, Pendekatan Praktis dan Soal Berjawa (Yogyakarta: AMP YKPN, 2001), hlm.15 22 perusahaan menjual aktiva tetapnya. contoh aktiva tetap misalnya bangunan, tanah, peralatan kantor, mesin, kendaraan dan yang lainnya. 3. Aktiva Tak Berwujud Iintangible Assets Sesuai namanya, Wujud aktiva ini tak tampak, tidak bisa disimpan, dipegang bentuknya namun bisa dirasakan manfaatnya. Aset Tak Berwujud ini bisa merupakan hak hak perusahaan yang kepemilikannya diatur dan dilindungi oleh peraturan perundang undangan. misalnya hak paten, hak guna bangunan, hak sewa atau hak kontrak, franchise, trademark dan goodwill. Pengelolaan Total Aktiva ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan.12 F. Capital Adequacy Ratio (CAR) Tingkat kecukupan modal merupakan kemampuan bank dalam permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam perkreditan atau dalam hal perdagangan surat-surat berharga yang dimilikinya. Rasio yang digunakan untuk mengukurnya adalah capital adequacy ratio (CAR) yang berkaitan dengan penyediaan modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang dimiliki bank. Capital adequacy ratio (CAR) menurut Dendawijaya (2005:121) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang 12 Slamet Sugiri, Bogat Agus Riyono dan Zuni Barokah, Pendekatan Praktis dan Soal Berjawab (Yogyakarta: AMP YKPN, 2001), hlm.16. 23 mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri bank, di samping memperoleh danadana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, capital adequacy ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal sendiri yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.13 Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001, bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko yang dinyatakan dalam rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio ini bertujuan untuk memastikan bahwa jika dalam aktivitasnya bank mengalami kerugian, maka ketersediaan modal yang dimiliki oleh bank mampu mengcover kerugian tersebut. 1. Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (Owner). Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan kemajuan bank sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat (Muhammad,2005). Modal bank dibagi ke dalam modal inti dan modal pelengkap. 1) Modal inti terdiri dari: a. Modal disetor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemilik. b. Agio saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai nominal saham. 13 Lia Dwi Musyarofatun, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rentabilitas Bank” Skripsi, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2013), hlm.32 24 c. Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih nilai yang tercatat dengan harga (apabila saham tersebut dijual). d. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan dengan persetujuan RUPS. e. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu atas persetujuan RUPS. f. Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak dibagikan. g. Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak, yang belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS. h. Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam tahun berjalan. i. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan, yaitu modal inti anak perusahaan setelah dikompensasikan dengna penyertaan bank pada anak perusahaan tersebut. 2) Modal pelengkap Modal pelengkap terdri atas cadangan-cadangan yang dibentuk bukan dari laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan modal. Secara terinci modal pelengkap dapat berupa: a. Cadangan revaluasi aktiva tetap 25 b. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan c. Modal pinjaman yang mempunyai ciri-ciri: Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan dipersamakan dengan modal dan telah dibayar penuh Tidak dapat dilunasi atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan BI Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal memikul kerugian bank Pembayaran bunga dapat ditangguhkan bila bank dalam keadaan rugi d. Pinjaman subordinasi yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: Ada perjanjian tertulis antara pemberi pinjaman dengan bank Mendapat persetujuan dari BI Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan Minimal berjangka waktu 5 tahun Pelunasan pinjaman harus dengan persetujuan BI Hak tagih dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir (kedudukannya sama dengan modal)14 14 Mudrajat kuncoro dan Suharjo, Manajemen Perbankan Teori Dan Aplikasi (Yogyakarta: BPFE, 2002), hlm.570 26 2. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva yang tercantum dalam neraca dan aktiva yang bersifat administratif (Dendawijaya, 2003). Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah sebagai berikut: a. ATMR akitiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masingmasing pos aktiva neraca tersebut. b. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos rekening tersebut. c. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif. d. Rasio kecukupan modal tersebut dihitung dengan: CAR = x 100% Kecakupan Modal merupakan salah satu faktor penting dalam rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian, semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi( sesuai ketentuan BI 8 %) berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, keadaan yang meguntungkan bank tersebut akan 27 memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.15 Dengan Keuntungan yang sangat besar itu akan memberikan kontribusi bagi pembiyaan sehinggan pembiayaan semakin meningkat. Dalam menelaah CAR bank syariah, terlebih dahulu harus mempertimbangkan, bahwa aktiva Bank Syariah dapat dibagi atas: 1) Aktiva yang di danai oleh modal sendiri/kewajiban atau hutang (wadiah atau qard dan sejenisnya). 2) Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil. Rumus CAR:16 CAR= Berdasarkan rumus diats dapat kita simpulakan secara teoritis, bahwa pencapaian sasaran CAR 8% dapat dikelola: a) Pada sisi pembilang, atau b) Pada sisi penyebutnya saja, atau c) Skaligus kedua sisi. Untuk menjelaskan kesimpulan teoritis diatas, apabila kemampuan meningkatkan modal cukup, maka yang dikelola adalah sisi pembilang, yaitu peningkatan aktiva dapat dilakukan sesuai dengan peningkatan modalnya. Pembanginya melalui penurunan. Sebaliknya apabila kemampuan meningkatkan modal kurang atau kecil, maka yang dikelola adalah 15 Mudrajat kuncoro dan Suharjo, Manajemen Perbankan Teori Dan Aplikasi, (Yogyakarta: BPFE, 2002), hlm.573 16 Ratna Sahara dan Nunung Nurul Hidayah, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Muamalat Periode 1992-1998 dan 1999-2006 (Cairo: Penelitian Universitas Al Azhar Indonesia, 2007), hlm.6 28 pembaginya melalui penurunan ATMR atau tetap mempertahankan ATMR yang telah ada.17 Efisiensi menurut Muhammad adalah kata yang menunjukan keberhasilan seseorang atau organisasi atas usaha yang dijalankan yang diukur dari segi besarnya sumber yang digunakan untuk mencapai hasil kegiatan yang dijalankan. Dengan kata lain, efisiensi merupakan perbandingan antara sumber dan hasil. Jika dikaitkan dengan teori sistem, maka efisiensi merupakan perbandingan antara masukan(input) dengan keluaran(output). Masukan yang diproses melalui proses tertentu akan memberikan keluaran menurut ukuran dan kriteria tertentu.18 Bank yang dalam kegiatan usahanya tidak efisien akan mengakibatkan ketidakmampuan bersaing dalam mengerahkan dana masyarakat maupun menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan modal sebagai modal usaha. Dengan adanya efisiensi pada lembaga perbankan terutama efisiensi biaya maka akan diperoleh tingkat keuntungan yang optimal, penambahan jumlah dana yang disalurrkan, biaya lebih kompetitif, peningkatan pelayanan kepada nasabah, keamanan dan kesehatan perbankan yang meningkat.19 17 Herman Darmawi, Manajemen Perbankan (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hlm. 98. Muhammad,Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta: EKONSIA, 2004), hlm.153 19 Mudjarad Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi edisi kedua (Yogyakarta: BPFE, 2012), hlm.523 18 29 Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber atau biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Efisiensi juga merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataan lain penggunaan yang sebenarnya. Manajemen modal kerja sangat dibutuhkan perusahaan terutama untuk beberapa alasan, modal kerja yang besar dari kebutuhan nyata akan mengakibatkan tidak efisiennya penggunaan dana perusahaan. Sebaliknya bila modal kerjanya terlalu kecil juga akan mengganggu jalannya operasi perusahaan. Fungsi pengaturan atau manajemenlah yang akan menjaga agar jumlah modal kerja di perusahaan sesuai dengan kebutuhan.20 Efisiensi penggunaan modal kerja adalah pemanfaatan modal kerja dalam aktivitas operasional perusahaan secara optimal. Efisiensi modal kerja ini menunjukan prestasi manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaan. Semakin efisien penggunaan modal kerja, maka semakin baik kinerja manajemen perusahaan. Efisiensi modal kerja diperlukan suatu perusahaan untuk menjamin kelangsungan dan keberhasilan jangka panjang dalam mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Efisiensi dalam manajemen modal kerja sangat diperlukan untuk mencapai kelangsungan atau keberhasilan jangka panjang dan mencapai 20 Moh Benny Alexandri, Manajemen Keuangan Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm.76 30 tujuan perusahaan secara keseluruhan yang dalam hal ini memperbesar kekayaan bagi para pemilik”. Keberhasilan jangka panjang sangat dipengaruhi oleh keberhasilan jangka pendek oleh karena itu efisiensi modal kerja ini penting untuk dilakukan karena mendorong perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan. Dasar bagi manajemen modal kerja yang sehat adalah dua keputusan yang menyangkut dasar perusahaan yaitu: Pertama, tingkat optimal dalam aktiva lancar. Kedua campuran pembelanjaan jangka pendek dan pembelanjaan jangka panjang yang digunakan untuk mendukung investasi dalam aktiva lancar. Keputusan tersebut dipengaruhi oleh hasil yang diharapkan dari profitabilitas dan risiko. Mengurangi tingkat investasi lancar, asalkan masih mampu memenuhi penjualan, akan mengarah pada peningkatan “Return On Asset” perusahaan. Untuk investasi luas dimana biaya eksplisit dari pembelanjaan jangka pendek lebih kecil dari biaya pembelanjaan jangka panjang, maka semakin besar probabilitas perusahaan. Kadang- kadang tingkat bunga jangka pendek melebihi tingkat bunga jangka panjang. Namun biasanya tingkat bunga jangka pendek lebih kecil. Bahkan apabila tingkat bunga jangka pendek lebih tinggi dari tingkat bunga jangka panjang, situasi tersebut hanya bersifat sementara. Penggunaan hutang jangka pendek mungkin untuk menghasilkan laba lebih besar karena hutang tersebut akan dilunasi pada periode tersebut bila sudah tidak dibutuhkan. Asumsi probabilitas ini menyarankan untuk memelihara aktiva lancar pada tingkat 31 rendah dan hutang lancar pada porsi yang tinggi dari total hutang. Strategi ini menghasilkan tingkat modal kerja yang rendah atau sama sekali negative. Strategi tersebut akan diimbangi dengan resiko yang lebih tinggi. Disini resiko berarti perusahaan tidak menggunakan aktiva lanvcar untuk : 1. Memenuhi kewajiban kasnya pada saat terjadi, 2. Mendukung tingkat penjualan yang sesuai(misal karena kehabisan persediaan). Semakin besar pengeluaran, semakin besar kebutuhan investasi aktiva lancar untuk menghasilkan keluaran tersebut dan penjualannya. Hubungan tersebut didasarkan pada gagasan bahwa jumlah yang sedikit, maka aktiva lancar akan besar proporsinya bila perusahaan dapat menggunakan aktiva lancarnya secara lebih efisien.21 G. Penelitian Terdahulu Berikut ini merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang mendukung dalam penelitian ini : Penelitian yang dilakukan oleh Yonira Bagiani Alifah (2014)22, dengan penelitian” Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional Pada Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial terhadap profitabilitas (ROA)” Hasil uji t menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap ROA. NPL tidak berpengaruh terhadap ROA. BOPO tidak 21 Moh Benny Alexandri, Manajemen Keuangan Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm.76- 77. 22 Yonira Bagiani Alifah, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional Pada Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial terhadap profitabilitas (ROA)” (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta,2009-2012), hlm.vi. 32 berpengaruh terhadap ROA. LDR berpengaruh positif terhadap ROA. Hasil uji F menunjukkan bahwa variabel CAR, NPL, BOPO, dan LDR secara simultan berpengaruh terhadap ROA. R. Ade Sasongko Pramudhito (2014)23, dengan penelitian “Pengaruh Capital Adequacyratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional terhadapPendapatan Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR), Profitabilitas” dan Hasil NetCore penelitian Operating Margin menunjukan (NCOM) bahwa terhadap variabel-variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap ROA, Hal ini berarti variabel independen dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap ROA sebesar 59,6. Penelitian yang dilakukan oleh Ingga Zulfa (2014)24, dengan penelitian “Pengaruh rentabilitas Return On Asset (ROA), Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio dan total aktiva terhadap return saham (cummulative abnormal return) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)” hasil analisis linier berganda return of asset mempunyai pengaruh positif dan signifikan, loan to deposit ratio tidak berpengaruh terhadap return saham, capital adequacy ratio tidak berpengaruh terhadap return saham, total aktiva idak berpengaruh terhadap return saham. 23 R. Ade Sasongko Pramudhito, ”Pengaruh Capital Adequacyratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional terhadapPendapatan Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan NetCore Operating Margin (NCOM) terhadap Profitabilitas” (Semarang: Universitas Diponegoro, 2008-2012), hlm.vi 24 Ingga Zulfa, ” Pengaruh rentabilitas Return On Asset (ROA), Loan to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio dan total aktiva terhadap return saham (cummulative abnormal return) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Padang: Universitas Padang, 2013), hlm.vi. 33 Dhian Dayinta Pratiwi (2012)25, dengan penelitian tentang “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap profitabilitas (ROA)”, Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR berpengaruh negatif terhadap ROA, tetapi tidak signifikan. Variabel BOPO dan NPF berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA Bank Umum Syariah. Sedangkan variabel FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Penelitian yang dilakukan oleh Riski Agustiningrum (2012)26 dengan penelitian tentang” Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposits Ratio (LDR) terhadap profitabilitas (ROA)”, Berdasarkan hasil analisis maka diketahui bahwa CAR berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas (ROA). NPL berpengaruh negatif signifikan terhadap profitabilitas (ROA), sebaliknya LDR berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas (ROA). Hendra Fitrianto, Wisnu Mawardi (2006)27, “Pengaruh Capital Adequacyratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional terhadapPendapatan Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR), 25 Dhian Dayinta Pratiwi, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap profitabilitas (ROA)” (Semarang: Universitas Diponegoro), hlm.vi 26 Riski Agustiningrum, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposits Ratio (LDR) terhadap profitabilitas (ROA)” (Bali: Universitas Udayana, 2012), hlm.viii 27 Hendra Fitrianto, Wisnu Mawardi, “ Pengaruh Capital Adequacyratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional terhadapPendapatan Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan NetCore Operating Margin (NCOM) terhadap Profitabilitas” Skripsi (Semarang: Universitas Dipoegoro, 2006), hlm.viii 34 dan NetCore Operating Margin (NCOM) terhadap Profitabilitas”, Hasil penelitian menunjukkan bahwa NPL, NPA, ROE, dan BOPO tidak memliki pengaruh secara signifikan terhadap CAR, sedangkan ROA dan LDR berpengaruh secara signifikant terhadap CAR. 35 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No 1 Peneliti/Tahun Penelitian Capital Variabel Adequacy Ratio X1 = CAR Yonira Bagiani Pengaruh Alifah (CAR), Non Performing Loan (NPL), (2014) Biaya Operasional Pada Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Metode penelitian Regresi Linier Berganda Hasil temuan Hasil uji t menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap ROA. X2 = NPL NPL tidak berpengaruh terhadap ROA. X3 = BOPO BOPO tidak Deposit Ratio (LDR) secara parsial X4 =LDR ROA. LDR terhadap profitabilitas (ROA) terhadap Y = ROA berpengaruh berpengaruh ROA. Hasil terhadap positif uji F menunjukkan bahwa variabel CAR, NPL, BOPO, dan LDR secara simultan berpengaruh terhadap ROA. 2 Capital Adequacyratio X1 = CAR R. Ade Sasongko Pengaruh Pramudhito (CAR), Non Performing Financing (2014) (NPF), Biaya terhadapPendapatan X2 = NPF Operasional Operasional Regresi Linier Berganda Dengan nilai signifikansi F Hasil penelitian menunjukan bahwa variabelvariabel independen secara simultan X3 =BOPO berpengaruh terhadap ROA, Hal ini 36 (BOPO), Financing to Deposit Ratio X4 = FDR berarti (FDR), dan NetCore Operating Margin menjelaskan X5 =NCOM (NCOM) terhadap Profitabilitas variabel independen pengaruhnya dapat terhadap ROA sebesar 59,6. Y = ROA 3 Regresi Linier Berganda Ingga Zulfa Pengaruh rentabilitas Return On Asset X1 = ROA (2014) (ROA), Loan to Deposit Ratio, Capital X2 = LDR berganda return of asset mempunyai Adequacy pengaruh positif dan signifikan, loan to Ratio dan total aktiva X3 = CAR Berdasarkan hasil terhadap return saham (cummulative X4 = TOTAL deposit abnormal return) pada perusahaan yang AKTIVA terhadap return adequacy ratio terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Y = return saham ratio analisis tidak berpengaruh saham, tidak linier capital berpengaruh terhadap return saham, total aktiva idak berpengaruh terhadap return saham 4 Pengaruh Pratiwi (CAR), Biaya Operasional terhadap (2012) Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Capital Adequacy Ratio X1 = CAR Dhian Dayinta Financing (NPF) dan X2 = BOPO Regresi Linier Berganda Hasil penelitian menunjukkan bahwa CAR berpengaruh negatif terhadap ROA, tetapi tidak signifikan. Variabel X3 = NPF BOPO dan NPF berpengaruh negatif Financing to Deposit Ratio (FDR) X4 =FDR dan signifikan terhadap ROA Bank terhadap profitabilitas (ROA). Umum Syariah. Sedangkan variabel 37 Y = ROA FDR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA 5 Riski Agustiningrum (2012) Pengaruh Capital Adequacy Ratio X1 = CAR Regresi Linier Berganda Berdasarkan hasil analisis maka (CAR), Non Performing Loan (NPL), X2 = NPL diketahui bahwa CAR berpengaruh dan Loan to Deposits Ratio (LDR) X3 = LDR tidak signifikan terhadap profitabilitas terhadap profitabilitas (ROA) (ROA). Y = ROA NPL signifikan berpengaruh terhadap negatif profitabilitas (ROA), sebaliknya LDR berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas (ROA). 6 Regresi Linier Berganda Hendra Fitrianto, Pengaruh risiko kredit (NPL), risiko X1= NPL Wisnu Mawardi, asset (ROA), X2 = NPA NPL, NPA, ROE, dan BOPO tidak (2006) (ROE), likuiditas (LDR), dan efisiensi X3 = ROA memliki pengaruh secara signifikan usaha (BOPO) terhadap rasio modal X4 = ROE terhadap CAR, sedangkan ROA dan (CAR) . Penelitian dilakukan terhadap X5 = LDR LDR berpengaruh secara signifikant bank yang telah go public di BEJ X6 = BOPO terhadap CAR (NPA), profitabilitas dengan data dari tahun 2000-2004 Y = CAR Hasil penelitian menunjukkan bahwa 38 H. Kerangka Berfikir Gambar dibawah ini akan mengemukakan bagaimana kerangka berfikir penelitian ini : Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Total Aktiva X3 H1 Tingkat Rentabilitas (ROA) X1 CAR H2 X2 H3 I. Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas,maka hipotesisyang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ha1 = Di duga Total Aktiva berpengaruh secara parsial terhadap Rentabilitas Bank Muamalat Indonesia periode 2005-2014 Ho1 = Di duga Total Aktiva tidak berpengaruh secara parsial terhadap Rentabilitas Bank Muamalat Indonesia periode 2005-2014 Ha2 = Di duga Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara parsial tehadap Rentabilitas Bank Muamalat Indonesia periode 2005-2014 39 Ho2 = Di duga Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh secara parsial tehadap Rentabilitas Bank Muamalat Indonesia periode 20052014 Ha3 = Di duga Total Aktiva dan Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara simultan terhadap Rentabilitas Bank Muamalat Indonesia periode 2005-2014 Ho3 = Di duga Total Aktiva dan Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh secara simultan terhadap Rentabilitas Bank Muamalat Indonesia periode 2005-2014