BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Rentabilitas Rentabilitas

advertisement
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Rentabilitas
Rentabilitas merupakan suatu indikator yang digunakan untuk
menghitung kinerja suatu perusahaan. Dengan demikian maka tingkat
rentabilitas yang tinggi dapat mengakibatkan penerimaan yang tinggi
pula.Menurut Bambang Riyanto pengertian rentabilitas, yaitu: “Rentabilitas
adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama
periode tertentu”1. Sedangkan pengertian rentabilitas yang dikemukakan oleh
S.
Munawir,
yaitu:
“Menunjukan
kemampuan
perusahaan
untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu”2,sementara itu menurut I Made
Sudana rentabilitas yaitu: “Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki perusahaan, seperti
aktiva, modal atau penjualan perusahaan”.3
Menurut Sutrisno menyatakan bahwa: “Profitabilitas atau rentabilitas
adalah rasio keuntungan untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan
yang dapat diperoleh perusahaan, semakin besar tingkat keuntungan
menunjukan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan”.4
1
Bambang Riyanto, Dasar – dasar Pembelanjaan Perusahaan. (Yogyakarta: BPFE, 2010),
.hlm.35
2
Munawir S, Analisa Laporan Keuangan (Yogyakarta: Liberty,2010), hlm.33
3
I.Made Sudana, Manajemen Keuangan Perusahaan Teori Dan Praktik (Jakarta:
Erlangga,2011), hlm.22
4
Sutrisno, Manajemen Keuangan Teori Konsep Aplikasi (Yogyakarta: Ekonesia2009),
hlm.253
15
Rasio rentabilitas bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank
dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, juga bertujuan untuk
mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional
perusahaannya.
Untuk menilai suatu rentabilitas perusahaan terdapat berbagai macam
cara dalam menghitungnya. Ini semua tergantung pada laba dan aktiva atau
modal mana yang akan diperbandingkan. Dibawah ini merupakan jenis-jenis
dari rentabilitas:5
a.
Rentabilitas Ekonomi, menurut Bambang Riyanto :
Rentabilitas ekonomi = Laba Usaha
x 100%
Total Aktiva
Menurut Martono dan Agus Harjito (2010:61) rentabilitas ekonomi
yaitu “kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba usaha dengan aktiva
yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut”.
b.
Rentabilitas Modal sendiri, menurut BambangRiyanto:
Rentabilitas Modal Sendiri= Laba Usaha
x 100%
Modal Sendiri
5
Sena Riski Oktaviana, Pengaruh Efisiensi Modal Kerja terhadap Rentabilitas modal
Sendiri, Skripsi (Bandung: Universitas Pasundan Bandung, 2013), hlm.31
16
Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak
pemilik modal sendiri. Karena ini dipergunakan angka laba setelah pajak.
Rasio ini menunjukan efisiensi penggunaan modal sendiri suatu perusahaan.6
B. Fungsi Rentabilitas
Seperti rasio-rasio yang lain, rasio rentabilitas juga memiliki fungsi,
tidak hanya bagi pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di
luar perusahaan, terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau
kepentingan dengan perusahaan.
Fungsi dari rasio rentabilitas adalah untuk:7
1.
Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode
2.
Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelimnya dengan tahun
sekarang
3.
Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu
4.
Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri
5.
Mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
bail modal pinjaman maupun modal sendiri.
Fungsi rentabilitas adalah untuk mengetahui kemampuan bank dalam
menghasilkan profit atau keuntungan melalui operasi bank (Abdullah,
2005:124). Sedangkan beberapa kegunaan dari analisa rentabilitas (ROA)
dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Salah satu kegunaannya yang prinsipil
6
Bambang Riyanto, Dasar - Dasar Pembelanjaan Perusahaan (Yogyakarta: BPFE, 2010),
hlm.36
7
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: BPFE2010), hlm.198
17
ialah sifatnya yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan
praktik akuntansi yang baik maka manajemen dapat menggunakan teknik
analisa rentabilitas (ROA) dalam mengukur efisiensi penggunaan modal
kerja, efisiensi produk dan efisiensi bagian penjualan. 2. Analisa rentabilitas
(ROA) dapat untuk membandingkan efisiensi penggunaan modal pada
perusahaan dengan perusahaan lain sejenis. 3. Analisa rentabilitas (ROA)
dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan
oleh divisi atau bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal
ke dalam bagian yang bersangkutan. 4. Analisa rentabilitas (ROA) dapat
digunakan untuk mengukur rentabilitas dari masing-masing produk yang
dihasilkan oleh perusahaan. 5. Rentabilitas (ROA) selain berguna untuk
keperluan control, juga berguna untuk keperluan perencanaan.
Di samping kegunaan dari analisa rentabilitas (ROA), terdapat pula
kelemahan-kelemahannya yaitu: 1. Salah satu kelemahan yang prinsipil ialah
kesukarannya dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan
perusahaan lain yang sejenis, mengingat bahwa kadang-kadang praktik
akuntansi yang digunakan oleh masing-masing perusahaan tersebut adalah
berbeda-beda. 2. Kelemahan lain dari analisa ini adalah terletak pada adanya
fluktuasi nilai dari uang (daya belinya). 3. Dengan menggunakan analisa rate
of return atau return on investment saja tidak akan dapat digunakan untuk
18
mengadakan perbandingan antara dua perusahaan atau lebih dengan
mendapatkan kesimpulan yang memuaskan.8
C. Rasio-rasio pengukuran Rentabilitas
Pada dasarnya, ada beberapa rasio pengukuran rentabilitas, hanya saja
rasio yang biasa digunakan untuk mengukur dan membandingkan kinerja
profitabilitas atau rentabilitas bank adalah ROE (Return on Equity) dan ROA
(Return on Assets). Dalam pembahasan mengenai analisis rentabilitas ini
dilakukan dengan cara menghitung ROA.
Beberapa jenis rasio rentabilitas dapat dikemukakan
sebagai berikut:9
1.
Profit Margin
Profit Margin = Laba Operasional x 100%
Total pendapatan
Angka ini menunjukan berapa besar presentase pendapatan bersih
yang diperoleh daro setiap penjualan, semakin besar rasio ini semakin
baik, karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba
cukup tinggi.
8
Lia Dwi Musyarofatun, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rentabilitas
Bank”, Skripsi (Semarang:Universitas Negeri Semarang, 2013), hlm.32
9
Sofyan Safri Harahap, “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan” (Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm.304-305
19
2.
Return on Equity
Rasio ini mengukur seberapa banyak keuntungan yang menjadi
hak pemilik modal sendiri, rasio ini dinyatakan sebagai berikut :
Return on Equity =
laba bersih
x 100%
Modal pemegang saham
3.
Return on Assets
Return on Assets =
Laba
x 100%
Total aktiva
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume
pemjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik.. hal ini berarti bahwa
aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
4. BOPO
BOPO adalah rasio yang menjelaskan perbandingan antara biaya
operasional dan pendapatan operasional yang diterima oleh bank, yang
dirumuskan :
BOPO = biaya operasional
x100%
Pendapatan operasional
D. Pengertian Total Aktiva
Total Aktiva merupakan penjumlahan dari aktiva lancar dan aktiva tetap
yang merupakan harta perusahaan secara keseluruhan.
20
Total Aktiva merupakan komponen yang terdiri dari kas, giro pada
Bank Indonesia, penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang
diberikan, pendapatan yang masih akan diterima, biaya dibayar dimuka, uang
muka pajak, aktiva tetap dan penyusutan aktiva tetap lain-lain. Mawardi
(2005) dalam Hapsari (2011) menjelaskan bahwa bank dengan total asset
relatif besar akan mempunyai kinerja yang lebih baik karena mempunyai total
revenue yang relatif besar sebagai akibat penjualan produk yang meningkat.
Aset bermanfaat secara langsung ataupun tak langsung, sifatnya
produktif dan masuk dalam bagian operasi perusahaan dan memiliki
kemampuan dalam mengurangi pengeluaran kas. memiliki potensi manfaat di
masa yang akan datang, potensi manfaat tersebut bisa dalam bentuk hal hal
yang produktif yang bisa menghasilkann kas ataupun setara kas. manfaat
yang lain dari aktiva adalah aset sebagai penghasil barang dan jasa, dapat
ditukar dengan aktiva lain, melunasi kewajiban (hutang).
Ada beberapa cara untuk memperoleh Aset, Aset bisa diperolah
dengan cara diproduksi atau dibangun sendiri, bisa didapat dengan dibeli,
juga dengan pertukaran aset maupun sumbangan dari pihak lain. Aset bisa
berwujud dan tidak berwujud. 10
Jika ditelaah, kepemilikan aset tidak hanya mengenai aset aset yang
ber-hak milik saja, tetapi bisa juga hak hak yang lain misalnya hak sewa, hak
guna bangunan, hak tagih, hak pakai maupun yang lainnya. jadi tidak hanya
tentang yang hak milik saja. Perbedaan hak kepemilikan tersebut nantinya
10
Lia Dwi Musyarofatun, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rentabilitas
Bank”, Skripsi (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2013), hlm.31
21
akan mempengaruhi jenis item dan penggolongan aktiva didalam laporan
keuangan. contoh aktiva misalnya uang tunai (kas), tanah, bangunan,
peralatan, perlengkapan, sewa dibayar dimuka, hak paten dan lainnya.11
E. Jenis-jenis aktiva
Jenis - Jenis Aktiva dalam akuntansi umumnya dikelompokkan ke
dalam tiga bagian, Aset Lancar, Aset Tetap dan Aset Tak Berwujud.
penjelasan singkatnya bisa dilihat berikut ini, :
1.
Aktiva Lancar Current Assets
Aktiva ini biasanya digunakan dan bermanfaat dalam waktu yang
relatif singkat, tidak lebih dari satu tahun buku dan bisa dikonversikan ke
bentuk uang kas. contoh aktiva lancar seperti uang tunai (kas/cash), temporary
invesment ( investasi jangka pendek), accounts receivable (piutang dagang),
notes receivable (wesel tagih), inventories (persediaan), accrued receivable
(pendapatan yg msih akan diterima), prepaid expense (beban dibayar
dimuka).
2.
Aktiva Tetap Fixed Assets
Aktiva tetap merupakan sumberdaya/kekayaan harga yang dimiliki
suatu entitas bisnis yang sifatnya permanen dan bisa diukur dengan jelas.
digunakan dan bermanfaat dalam waktu yang relatif lama, lebih dari satu
tahun buku. tujuan aktiva tetap diperoleh perusahaan untuk digunakan sendiri
dan tidak dijual kecuali ada hal hal atau kondisi khusus yang mengharuskan
11
Slamet Sugiri, Bogat Agus Riyono dan Zuni Barokah, Pendekatan Praktis dan Soal
Berjawa (Yogyakarta: AMP YKPN, 2001), hlm.15
22
perusahaan menjual aktiva tetapnya. contoh aktiva tetap misalnya bangunan,
tanah, peralatan kantor, mesin, kendaraan dan yang lainnya.
3.
Aktiva Tak Berwujud Iintangible Assets
Sesuai namanya, Wujud aktiva ini tak tampak, tidak bisa disimpan,
dipegang bentuknya namun bisa dirasakan manfaatnya. Aset Tak Berwujud ini
bisa merupakan hak hak perusahaan yang kepemilikannya diatur dan
dilindungi oleh peraturan perundang undangan. misalnya hak paten, hak guna
bangunan, hak sewa atau hak kontrak, franchise, trademark dan goodwill.
Pengelolaan Total Aktiva ini penting bagi para kreditur dan pemilik
perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena
hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam
perusahaan.12
F. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Tingkat kecukupan modal merupakan kemampuan bank dalam
permodalan yang ada untuk menutup kemungkinan kerugian didalam
perkreditan atau dalam hal perdagangan surat-surat berharga yang
dimilikinya. Rasio yang digunakan untuk mengukurnya adalah capital
adequacy ratio (CAR) yang berkaitan dengan penyediaan modal sendiri
terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yang dimiliki bank.
Capital adequacy ratio (CAR) menurut Dendawijaya (2005:121)
adalah rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang
12
Slamet Sugiri, Bogat Agus Riyono dan Zuni Barokah, Pendekatan Praktis dan Soal
Berjawab (Yogyakarta: AMP YKPN, 2001), hlm.16.
23
mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank
lain) ikut dibiayai dari modal sendiri bank, di samping memperoleh danadana dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat,
pinjaman (utang), dan lain-lain. Dengan kata lain, capital adequacy ratio
(CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal sendiri
yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.13
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001, bank wajib
menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut
risiko yang dinyatakan dalam rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio ini
bertujuan untuk memastikan bahwa jika dalam aktivitasnya bank mengalami
kerugian, maka ketersediaan modal yang dimiliki oleh bank mampu
mengcover kerugian tersebut.
1. Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (Owner). Modal
merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan kemajuan
bank sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat (Muhammad,2005).
Modal bank dibagi ke dalam modal inti dan modal pelengkap.
1) Modal inti terdiri dari:
a. Modal disetor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh
pemilik.
b. Agio saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai
nominal saham.
13
Lia Dwi Musyarofatun, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rentabilitas
Bank” Skripsi, (Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2013), hlm.32
24
c. Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari
sumbangan saham, termasuk selisih nilai yang tercatat dengan
harga (apabila saham tersebut dijual).
d. Cadangan umum,
yaitu
cadangan
yang dibentuk dari
penyisihan laba yang ditahan dengan persetujuan RUPS.
e. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang
disisihkan untuk tujuan tertentu atas persetujuan RUPS.
f. Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang oleh
RUPS diputuskan untuk tidak dibagikan.
g. Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak, yang
belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS.
h. Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh
dalam tahun berjalan.
i. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan
keuangannya
dikonsolidasikan,
yaitu
modal
inti
anak
perusahaan setelah dikompensasikan dengna penyertaan bank
pada anak perusahaan tersebut.
2) Modal pelengkap
Modal pelengkap terdri atas cadangan-cadangan yang dibentuk
bukan dari laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya
dipersamakan dengan modal. Secara terinci modal pelengkap dapat
berupa:
a. Cadangan revaluasi aktiva tetap
25
b. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan
c. Modal pinjaman yang mempunyai ciri-ciri:

Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan
dipersamakan dengan modal dan telah dibayar penuh

Tidak dapat dilunasi atas inisiatif pemilik, tanpa
persetujuan BI

Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam
hal memikul kerugian bank

Pembayaran bunga dapat ditangguhkan bila bank dalam
keadaan rugi
d. Pinjaman subordinasi yang memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut:

Ada perjanjian tertulis antara pemberi pinjaman dengan
bank

Mendapat persetujuan dari BI

Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan

Minimal berjangka waktu 5 tahun

Pelunasan pinjaman harus dengan persetujuan BI

Hak tagih dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling
akhir (kedudukannya sama dengan modal)14
14
Mudrajat kuncoro dan Suharjo, Manajemen Perbankan Teori Dan Aplikasi (Yogyakarta:
BPFE, 2002), hlm.570
26
2. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
ATMR merupakan penjumlahan ATMR aktiva yang tercantum
dalam neraca dan aktiva yang bersifat administratif (Dendawijaya, 2003).
Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah
sebagai berikut:
a. ATMR akitiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai
nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan
bobot risiko dari masingmasing pos aktiva neraca tersebut.
b. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan
nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan
bobot risiko dari masing-masing pos rekening tersebut.
c. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva
administratif.
d. Rasio kecukupan modal tersebut dihitung dengan:
CAR =
x 100%
Kecakupan Modal merupakan salah satu faktor penting dalam
rangka pengembangan usaha bisnis dan menampung resiko kerugian,
semakin tinggi CAR maka semakin kuat kemampuan bank tersebut
menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko. Jika
nilai CAR tinggi( sesuai ketentuan BI 8 %) berarti bank tersebut mampu
membiayai operasi bank, keadaan yang meguntungkan bank tersebut akan
27
memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas.15 Dengan
Keuntungan yang sangat besar itu akan memberikan kontribusi bagi
pembiyaan sehinggan pembiayaan semakin meningkat. Dalam menelaah
CAR bank syariah, terlebih dahulu harus mempertimbangkan, bahwa
aktiva Bank Syariah dapat dibagi atas:
1) Aktiva yang di danai oleh modal sendiri/kewajiban atau hutang
(wadiah atau qard dan sejenisnya).
2) Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil.
Rumus CAR:16
CAR=
Berdasarkan rumus diats dapat kita simpulakan secara teoritis,
bahwa pencapaian sasaran CAR 8% dapat dikelola:
a) Pada sisi pembilang, atau
b) Pada sisi penyebutnya saja, atau
c) Skaligus kedua sisi.
Untuk menjelaskan kesimpulan teoritis diatas, apabila kemampuan
meningkatkan modal cukup, maka yang dikelola adalah sisi pembilang, yaitu
peningkatan aktiva dapat dilakukan sesuai dengan peningkatan modalnya.
Pembanginya
melalui
penurunan.
Sebaliknya
apabila
kemampuan
meningkatkan modal kurang atau kecil, maka yang dikelola adalah
15
Mudrajat kuncoro dan Suharjo, Manajemen Perbankan
Teori Dan Aplikasi,
(Yogyakarta: BPFE, 2002), hlm.573
16
Ratna Sahara dan Nunung Nurul Hidayah, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan
Bank Muamalat Periode 1992-1998 dan 1999-2006 (Cairo: Penelitian Universitas Al Azhar
Indonesia, 2007), hlm.6
28
pembaginya melalui penurunan ATMR atau tetap mempertahankan ATMR
yang telah ada.17
Efisiensi menurut Muhammad adalah kata yang menunjukan
keberhasilan seseorang atau organisasi atas usaha yang dijalankan yang
diukur dari segi besarnya sumber yang digunakan untuk mencapai hasil
kegiatan
yang
dijalankan.
Dengan
kata
lain,
efisiensi
merupakan
perbandingan antara sumber dan hasil. Jika dikaitkan dengan teori sistem,
maka efisiensi merupakan perbandingan antara masukan(input) dengan
keluaran(output). Masukan yang diproses melalui proses tertentu akan
memberikan keluaran menurut ukuran dan kriteria tertentu.18
Bank yang dalam kegiatan usahanya tidak efisien akan mengakibatkan
ketidakmampuan bersaing dalam mengerahkan dana masyarakat maupun
menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan modal
sebagai modal usaha. Dengan adanya efisiensi pada lembaga perbankan
terutama efisiensi biaya maka akan diperoleh tingkat keuntungan yang
optimal, penambahan jumlah dana yang disalurrkan, biaya lebih kompetitif,
peningkatan pelayanan kepada nasabah, keamanan dan kesehatan perbankan
yang meningkat.19
17
Herman Darmawi, Manajemen Perbankan (Jakarta : Bumi Aksara, 2011), hlm. 98.
Muhammad,Manajemen Dana Bank Syariah (Yogyakarta: EKONSIA, 2004), hlm.153
19
Mudjarad Kuncoro dan Suhardjono, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi edisi
kedua (Yogyakarta: BPFE, 2012), hlm.523
18
29
Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi
besarnya sumber atau biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang
dijalankan.
Efisiensi juga merupakan suatu ukuran dalam membandingkan
rencana penggunaan masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau
perkataan lain penggunaan yang sebenarnya.
Manajemen modal kerja sangat dibutuhkan perusahaan terutama
untuk beberapa alasan, modal kerja yang besar dari kebutuhan nyata akan
mengakibatkan tidak efisiennya penggunaan dana perusahaan. Sebaliknya
bila modal kerjanya terlalu kecil juga akan mengganggu jalannya operasi
perusahaan. Fungsi pengaturan atau manajemenlah yang akan menjaga agar
jumlah modal kerja di perusahaan sesuai dengan kebutuhan.20
Efisiensi penggunaan modal kerja adalah pemanfaatan modal kerja
dalam aktivitas operasional perusahaan secara optimal. Efisiensi modal kerja
ini menunjukan prestasi manajemen dalam mengelola sumber daya
perusahaan. Semakin efisien penggunaan modal kerja, maka semakin baik
kinerja manajemen perusahaan. Efisiensi modal kerja diperlukan suatu
perusahaan untuk menjamin kelangsungan dan keberhasilan jangka panjang
dalam mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan.
Efisiensi dalam manajemen modal kerja sangat diperlukan untuk
mencapai kelangsungan atau keberhasilan jangka panjang dan mencapai
20
Moh Benny Alexandri, Manajemen Keuangan Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2008),
hlm.76
30
tujuan perusahaan secara keseluruhan yang dalam hal ini memperbesar
kekayaan bagi para pemilik”.
Keberhasilan jangka panjang sangat dipengaruhi oleh keberhasilan
jangka pendek oleh karena itu efisiensi modal kerja ini penting untuk
dilakukan karena mendorong perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan
yang diinginkan.
Dasar bagi manajemen modal kerja yang sehat adalah dua keputusan
yang menyangkut dasar perusahaan yaitu: Pertama, tingkat optimal dalam
aktiva
lancar.
Kedua
campuran
pembelanjaan
jangka
pendek
dan
pembelanjaan jangka panjang yang digunakan untuk mendukung investasi
dalam aktiva lancar. Keputusan tersebut dipengaruhi oleh hasil yang
diharapkan dari profitabilitas dan risiko. Mengurangi tingkat investasi lancar,
asalkan masih mampu memenuhi penjualan, akan mengarah pada
peningkatan “Return On Asset” perusahaan. Untuk investasi luas dimana
biaya eksplisit dari pembelanjaan jangka pendek lebih kecil dari biaya
pembelanjaan jangka panjang, maka semakin besar probabilitas perusahaan.
Kadang- kadang tingkat bunga jangka pendek melebihi tingkat bunga jangka
panjang. Namun biasanya tingkat bunga jangka pendek lebih kecil. Bahkan
apabila tingkat bunga jangka pendek lebih tinggi dari tingkat bunga jangka
panjang, situasi tersebut hanya bersifat sementara. Penggunaan hutang jangka
pendek mungkin untuk menghasilkan laba lebih besar karena hutang tersebut
akan dilunasi pada periode tersebut bila sudah tidak dibutuhkan. Asumsi
probabilitas ini menyarankan untuk memelihara aktiva lancar pada tingkat
31
rendah dan hutang lancar pada porsi yang tinggi dari total hutang. Strategi ini
menghasilkan tingkat modal kerja yang rendah atau sama sekali negative.
Strategi tersebut akan diimbangi dengan resiko yang lebih tinggi. Disini
resiko berarti perusahaan tidak menggunakan aktiva lanvcar untuk : 1.
Memenuhi kewajiban kasnya pada saat terjadi, 2. Mendukung tingkat
penjualan yang sesuai(misal karena kehabisan persediaan).
Semakin besar pengeluaran, semakin besar kebutuhan investasi aktiva
lancar untuk menghasilkan keluaran tersebut dan penjualannya. Hubungan
tersebut didasarkan pada gagasan bahwa jumlah yang sedikit, maka aktiva
lancar akan besar proporsinya bila perusahaan dapat menggunakan aktiva
lancarnya secara lebih efisien.21
G. Penelitian Terdahulu
Berikut
ini
merupakan
penelitian-penelitian
terdahulu
yang
mendukung dalam penelitian ini :
Penelitian yang dilakukan oleh Yonira Bagiani Alifah (2014)22,
dengan penelitian” Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Loan (NPL), Biaya Operasional Pada Pendapatan Operasional
(BOPO), dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara parsial terhadap
profitabilitas (ROA)” Hasil uji t menunjukkan bahwa CAR berpengaruh
positif terhadap ROA. NPL tidak berpengaruh terhadap ROA. BOPO tidak
21
Moh Benny Alexandri, Manajemen Keuangan Bisnis (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm.76-
77.
22
Yonira Bagiani Alifah, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan
(NPL), Biaya Operasional Pada Pendapatan Operasional (BOPO), dan Loan to Deposit Ratio
(LDR) secara parsial terhadap profitabilitas (ROA)” (Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta,2009-2012), hlm.vi.
32
berpengaruh terhadap ROA. LDR berpengaruh positif terhadap ROA. Hasil
uji F menunjukkan bahwa variabel CAR, NPL, BOPO, dan LDR secara
simultan berpengaruh terhadap ROA.
R. Ade Sasongko Pramudhito (2014)23, dengan penelitian “Pengaruh
Capital Adequacyratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya
Operasional terhadapPendapatan Operasional (BOPO), Financing to Deposit
Ratio
(FDR),
Profitabilitas”
dan
Hasil
NetCore
penelitian
Operating
Margin
menunjukan
(NCOM)
bahwa
terhadap
variabel-variabel
independen secara simultan berpengaruh terhadap ROA, Hal ini berarti
variabel independen dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap ROA sebesar
59,6.
Penelitian yang dilakukan oleh Ingga Zulfa (2014)24, dengan
penelitian “Pengaruh rentabilitas Return On Asset (ROA), Loan to Deposit
Ratio, Capital Adequacy Ratio dan total aktiva terhadap return saham
(cummulative abnormal return) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI)” hasil analisis linier berganda return of asset mempunyai
pengaruh positif dan signifikan, loan to deposit ratio tidak berpengaruh
terhadap return saham, capital adequacy ratio tidak berpengaruh terhadap
return saham, total aktiva idak berpengaruh terhadap return saham.
23
R. Ade Sasongko Pramudhito, ”Pengaruh Capital Adequacyratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Biaya Operasional terhadapPendapatan Operasional (BOPO),
Financing to Deposit Ratio (FDR), dan NetCore Operating Margin (NCOM) terhadap
Profitabilitas” (Semarang: Universitas Diponegoro, 2008-2012), hlm.vi
24
Ingga Zulfa, ” Pengaruh rentabilitas Return On Asset (ROA), Loan to Deposit Ratio,
Capital Adequacy Ratio dan total aktiva terhadap return saham (cummulative abnormal return)
pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Padang: Universitas Padang,
2013), hlm.vi.
33
Dhian Dayinta Pratiwi (2012)25, dengan penelitian tentang “Pengaruh
Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF) dan Financing to
Deposit Ratio (FDR) terhadap profitabilitas (ROA)”, Hasil penelitian
menunjukkan bahwa CAR berpengaruh negatif terhadap ROA, tetapi tidak
signifikan. Variabel BOPO dan NPF berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap ROA Bank Umum Syariah. Sedangkan variabel FDR berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROA.
Penelitian yang dilakukan oleh Riski Agustiningrum (2012)26 dengan
penelitian tentang” Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
Performing Loan (NPL), dan Loan to Deposits Ratio (LDR) terhadap
profitabilitas (ROA)”, Berdasarkan hasil analisis maka diketahui bahwa CAR
berpengaruh tidak signifikan terhadap profitabilitas (ROA). NPL berpengaruh
negatif
signifikan
terhadap
profitabilitas
(ROA),
sebaliknya
LDR
berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas (ROA).
Hendra Fitrianto, Wisnu Mawardi (2006)27, “Pengaruh Capital
Adequacyratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Biaya Operasional
terhadapPendapatan Operasional (BOPO), Financing to Deposit Ratio (FDR),
25
Dhian Dayinta Pratiwi, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Non Performing Financing (NPF) dan Financing to
Deposit Ratio (FDR) terhadap profitabilitas (ROA)” (Semarang: Universitas Diponegoro), hlm.vi
26
Riski Agustiningrum, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing
Loan (NPL), dan Loan to Deposits Ratio (LDR) terhadap profitabilitas (ROA)” (Bali: Universitas
Udayana, 2012), hlm.viii
27
Hendra Fitrianto, Wisnu Mawardi, “ Pengaruh Capital Adequacyratio (CAR), Non
Performing Financing (NPF), Biaya Operasional terhadapPendapatan Operasional (BOPO),
Financing to Deposit Ratio (FDR), dan NetCore Operating Margin (NCOM) terhadap
Profitabilitas” Skripsi (Semarang: Universitas Dipoegoro, 2006), hlm.viii
34
dan NetCore Operating Margin (NCOM) terhadap Profitabilitas”, Hasil
penelitian menunjukkan bahwa NPL, NPA, ROE, dan BOPO tidak memliki
pengaruh secara signifikan terhadap CAR, sedangkan ROA dan LDR
berpengaruh secara signifikant terhadap CAR.
35
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1
Peneliti/Tahun
Penelitian
Capital
Variabel
Adequacy
Ratio X1 = CAR
Yonira Bagiani
Pengaruh
Alifah
(CAR), Non Performing Loan (NPL),
(2014)
Biaya Operasional Pada Pendapatan
Operasional (BOPO), dan Loan to
Metode penelitian
Regresi Linier Berganda
Hasil temuan
Hasil uji t menunjukkan bahwa CAR
berpengaruh positif terhadap ROA.
X2 = NPL
NPL tidak berpengaruh terhadap ROA.
X3 = BOPO
BOPO
tidak
Deposit Ratio (LDR) secara parsial X4 =LDR
ROA.
LDR
terhadap profitabilitas (ROA)
terhadap
Y = ROA
berpengaruh
berpengaruh
ROA.
Hasil
terhadap
positif
uji
F
menunjukkan bahwa variabel CAR,
NPL, BOPO, dan LDR secara simultan
berpengaruh terhadap ROA.
2
Capital
Adequacyratio X1 = CAR
R. Ade Sasongko
Pengaruh
Pramudhito
(CAR), Non Performing Financing
(2014)
(NPF),
Biaya
terhadapPendapatan
X2 = NPF
Operasional
Operasional
Regresi Linier Berganda
Dengan nilai signifikansi F Hasil
penelitian menunjukan bahwa variabelvariabel independen secara simultan
X3 =BOPO
berpengaruh terhadap ROA, Hal ini
36
(BOPO), Financing to Deposit Ratio X4 = FDR
berarti
(FDR), dan NetCore Operating Margin
menjelaskan
X5 =NCOM
(NCOM) terhadap Profitabilitas
variabel
independen
pengaruhnya
dapat
terhadap
ROA sebesar 59,6.
Y = ROA
3
Regresi Linier Berganda
Ingga Zulfa
Pengaruh rentabilitas Return On Asset X1 = ROA
(2014)
(ROA), Loan to Deposit Ratio, Capital X2 = LDR
berganda return of asset mempunyai
Adequacy
pengaruh positif dan signifikan, loan to
Ratio
dan
total
aktiva X3 = CAR
Berdasarkan
hasil
terhadap return saham (cummulative X4 = TOTAL
deposit
abnormal return) pada perusahaan yang AKTIVA
terhadap
return
adequacy
ratio
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Y
=
return
saham
ratio
analisis
tidak
berpengaruh
saham,
tidak
linier
capital
berpengaruh
terhadap return saham, total aktiva idak
berpengaruh terhadap return saham
4
Pengaruh
Pratiwi
(CAR), Biaya Operasional terhadap
(2012)
Pendapatan Operasional (BOPO), Non
Performing
Capital
Adequacy
Ratio X1 = CAR
Dhian Dayinta
Financing
(NPF)
dan
X2 = BOPO
Regresi Linier Berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
CAR berpengaruh negatif terhadap
ROA, tetapi tidak signifikan. Variabel
X3 = NPF
BOPO dan NPF berpengaruh negatif
Financing to Deposit Ratio (FDR) X4 =FDR
dan signifikan terhadap ROA Bank
terhadap profitabilitas (ROA).
Umum Syariah. Sedangkan variabel
37
Y = ROA
FDR berpengaruh positif dan signifikan
terhadap ROA
5
Riski Agustiningrum
(2012)
Pengaruh
Capital
Adequacy
Ratio X1 = CAR
Regresi Linier Berganda
Berdasarkan
hasil
analisis
maka
(CAR), Non Performing Loan (NPL), X2 = NPL
diketahui bahwa CAR berpengaruh
dan Loan to Deposits Ratio (LDR) X3 = LDR
tidak signifikan terhadap profitabilitas
terhadap profitabilitas (ROA)
(ROA).
Y = ROA
NPL
signifikan
berpengaruh
terhadap
negatif
profitabilitas
(ROA), sebaliknya LDR berpengaruh
positif signifikan terhadap profitabilitas
(ROA).
6
Regresi Linier Berganda
Hendra Fitrianto,
Pengaruh risiko kredit (NPL), risiko X1= NPL
Wisnu Mawardi,
asset
(ROA), X2 = NPA
NPL, NPA, ROE, dan BOPO tidak
(2006)
(ROE), likuiditas (LDR), dan efisiensi X3 = ROA
memliki pengaruh secara signifikan
usaha (BOPO) terhadap rasio modal
X4 = ROE
terhadap CAR, sedangkan ROA dan
(CAR) . Penelitian dilakukan terhadap X5 = LDR
LDR berpengaruh secara signifikant
bank yang telah go public di BEJ X6 = BOPO
terhadap CAR
(NPA),
profitabilitas
dengan data dari tahun 2000-2004
Y = CAR
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
38
H. Kerangka Berfikir
Gambar dibawah ini akan mengemukakan bagaimana kerangka
berfikir penelitian ini :
Gambar 2.2
Kerangka Berfikir
Total
Aktiva
X3
H1
Tingkat
Rentabilitas (ROA)
X1
CAR
H2
X2
H3
I.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas,maka hipotesisyang diajukan
dalam penelitian ini adalah :
Ha1
= Di duga Total Aktiva berpengaruh secara parsial terhadap
Rentabilitas Bank Muamalat Indonesia periode 2005-2014
Ho1
= Di duga Total Aktiva tidak berpengaruh secara parsial terhadap
Rentabilitas Bank Muamalat Indonesia periode 2005-2014
Ha2
= Di duga Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara
parsial tehadap Rentabilitas Bank Muamalat Indonesia periode 2005-2014
39
Ho2
= Di duga Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh
secara parsial tehadap Rentabilitas Bank Muamalat Indonesia periode 20052014
Ha3
= Di duga Total Aktiva dan Capital Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh secara simultan terhadap Rentabilitas Bank Muamalat Indonesia
periode 2005-2014
Ho3
= Di duga Total Aktiva dan Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak
berpengaruh secara simultan terhadap Rentabilitas Bank Muamalat Indonesia
periode 2005-2014
Download