Jurnal Penelitian Budaya Mapala Art`ca, Budaya Bombai. JURNAL

advertisement
JURNAL PENELITIAN BUDAYA, MAPALA Art’CA , Vol .1 NO.1, JANUARI 2017
BUDAYA BAOMBAI DAN KESENIAN
DAERAH
Presfektif budaya sosial dan kesenian pada masyarakat
Padang Rana
Andesta Saputra dan Khairul Hatta
ABSTRAK
Budaya adalah hasil dari pemikiran manusia dan dan budaya terdapat pada
suatu kelompok manusia di daerah tertentu. Budaya biasanya menjadi patokan
dalam kehidupan di masyarakat, dalam sebuah kebudayaan terdapat banyak hal
yang ada dan hal tersebut yang menjadi ciri khas dari kebudayaan tertentu. Dari
penjelasan diatas kami sebagai tim Ekspedisi Budaya tertarik untuk meneliti
kesenian Baombai. Kami sangat tertarik dengan sebuah kebudayaan di daerah
Jorong Padang Ranah, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat. Kebudayaan yang
akan kami eksplorasi ini adalah kebudayaan yang memperilhatkan kekompakan
masyarakat dalam kehipan bertani di sawah. Hal yang paling menarik dari Baombai
ini adalah sistem gotong royong dalam membajak sawah, dan dalam mebajak sawah
yang dilakukan oleh kaum ibu-ibu ini dilakukan dengan nyanyian. Kaum ibu-ibu
bernyanyi dan berpantun lalu bersahut-sahutan di sawaah, sehingga suasana
membajak sawah menjadi ramai dan tidak terasa lelah dalam bekerja. Saat ini hanya
sedikit Baombai yang masih ada, dan tidak ada generasi penerus dari tradisi
tersebut. Dari pemasalaham di atas kami tertarik untuk meneliti dengan tujuan agara
budaya Baombai ini nantinya akan dikenal orang dan tidak punah.
Kata kunci : Budaya, Sosial , Kesenian, Sijunjung
Budaya Baombai Dan Kesenian Daerah
Andesta Saputra & Khairul Hatta.,
1
JURNAL PENELITIAN BUDAYA, MAPALA Art’CA , Vol .1 NO.1, JANUARI 2017
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kecenderungan hidup bersama di
dalam masyarakat, dan memiliki daya pikir, rasa, dan kehendak. Pakar Filsafat
Sosial, Brian Fay menyatakan, manusia adalah makhluk yang berkesadaran,
namun manusia hidup dan berkembang dalam suatu masyarakat. Untuk itu perlu
memahami manusia sebagai dirinya sendiri, masyarakat dan kebudayaannya
(2002: ix). Pemikiran itu sesuai dengan fakta bahwa dalam kehidupan sosial
manusia saling memerlukan bantuan dan kerjasama sehingga melahirkan
kebudayaan, dan kebudayaan mempengaruhi tingkah laku manusia. Manifes-tasi
tindakan, sikap dan perilaku setiap orang maupun kelompok sosial, yang khas
insani terjadi dalam proses sosial secara dinamis. Pembangunan masyarakat lokal
di era global menjadi tanggung jawab moral manusia sebagai pelaku kebudayaan
post-modern yang penuh dengan ketegangan, kehilangan kepastian bentuk,
makna dan nilai-nilai dasar kemanusiaan. Pakar tentang 'kritik moral
pembangunan' Philip Quarles menyatakan, wacana dan praktek pembangunan
berada dalam ketidakselarasan yang kritis.
Pelaku-pelakunya mengalami serangkaian ketidakselarasan, ketidaksesuaian,
atau kontradiksi, baik dalam kegiatan rutin pembangunan sehari-hari maupun
dalam konteks makro pembangunan (2004:14). Terkait persoalan itu dijelaskan,
budaya lokal perlu dikaji karena memiliki karakteristik yang cukup efektif untuk
menjaga harmoni dalam kehidupan bermasyarakat dan menyelesaikan konflik
yang
terjadi
(Moh.
Roqib,
2007:5).
Pembangunan
masyarakat
lokal
membutuhkan penyesuaian unsur-unsur budaya lokal dan kemungkinan
penerapannya dalam kebudayaan nasional dan global. Hal itu sekaligus
merupakan upaya kongkrit pelestarian nilai etika sosial dalam masyarakat lokal,
dan juga dapat menguntungkan budaya lokal lain yang menerimanya. Lebih jauh,
penetrasi nilai budaya asing dapat diseleksi sekiranya ada yang tidak sesuai
Budaya Baombai Dan Kesenian Daerah
Andesta Saputra & Khairul Hatta.,
2
JURNAL PENELITIAN BUDAYA, MAPALA Art’CA , Vol .1 NO.1, JANUARI 2017
dengan nilai dan norma adat masyarakat lokal, dan perlu diantisipasi agar
kekuatan dan keunggulan daerah (local wisdom) tetap eksis dan berdaya guna
bagi pembangunan masyarakat.
Seni dalam kehidupan masyarakat tidak dapat dipisahkan, karena kesenian
berasal dari pemkiran masyarakat yang menciptakan suatu hiburan untuk tujuan
tertentu dan seni yang diciptakan oleh masyarakat tidak akan lepas dari
budayanya, karena budaya sebagai bingkai dari kehidupan masyarakat di suatu
tempat. Ada banyak macam kesenian yang ada dalam masyarakat yang
berbudaya, diantaranya ada nyanyian, pantun, cerita rakyat, permainan anak-anak
dan upacara ritual keagamaan. Banyak kesenian yang diciptakan untuk suatu
tujuan dan kesenian tersebut dapat bertahan dengan lama atau malah sebaliknya,
terkikis oleh zaman dan digantikan oleh kesenian yang baru, karena eksistensi
dari suatu kesenian dapat berubah secara cepat.
Di kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat ada sebuah kesenian yang
sangat unik dan hanya ada di Nagari Padang Rana. Kesenian ini sangat unik,
karena media dalam berkesenian yang sangat berbeda dengan kesenian yang ada
pada umumnya, yaitu kesenian yang dilakukan pada umumnya oleh kaum ibuibu pada saat membajak sawah. Kesenian ini berbentuk berbalas pantun dan
nyanyian yang dilakukan pada saat musim membajak sawah, kesenian ini
dinamakan “Baombai”. Kesenian “Baombai ini sudah sangat jarang ditemukan
dan orang-orang yang bisa “Baombai” ini sudah sangat sedikit, hanya ibu-ibu
yang sudah lanjut usia yang bisa melakukannya. Banyak faktor yang membuat
kesenian ini menjadi terlupakan, diantaranya adalah faktor teknologi. Pada saat
ini membajak sawah sudah bisa dilakukan oleh mesin Traktor dan tidak lagi
membutuhkan orang banyak untuk membajak sawah. Padahal banyak hal positif
dari kesenian “Baombai”, yang terlihat jelas adalah rasa kekeluargaan yang
tinggi dan rasa gotong royong dalam bekerja, karena pada saat ini prinsip-prinsip
berkehidupan dengan gotong royong sudah banyak ditinggalkan dan lebih suka
hidup menyendiri.
Budaya Baombai Dan Kesenian Daerah
Andesta Saputra & Khairul Hatta.,
3
JURNAL PENELITIAN BUDAYA, MAPALA Art’CA , Vol .1 NO.1, JANUARI 2017
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara dalam mengenai kesenian
Baombai dan kehidupan sosial masyarakat sekitar yang masih melestarikan
kesenian Baombai.
II.
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari akhir tahun 2015 dan sampai pada
akhir tahun 2016, di Nagari Padang Rana, dan Nagari Tanah Badantuang,
Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat.
B. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalm penelitian ini antara lain adalah, hp,
kamera, alat tulis menulis, buku panduan penelitian, dan pedoman wawancara.
C. Metode Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian kualitatif ini mengenai kesenian Baombai yang dikaji dari
perspektif filsafat sosial, khususnya pelaku Ombai di Nagari Padang Rana.
Dalam penelitian kualitatif bidang filsafat, pengamatan untuk pengumpulan data
lebih difokuskan pada aspek-aspek budaya yang berkaitan dengan filsafat, sistem
pengetahuan, orientasi nilai, etika sosial pada pelaku Ombai. Penelitian
dimaksudkan mendeskripsikan objek dan sasaran penelitian, dengan penetapan
lokasi dipilih secara sengaja dan didasarkan pada adanya permasalahan di daerah,
data dapat diperoleh, dan sumber informasi tenang masalah terkait dapat
ditemukan. Pengumpulan data diawali dari studi kepustakaan, pengamatan,
wawancara mendalam, dan dokumentasi. Studi kepustakaan dilakukan dengan
cara menyeleksi literatur, jurnal, laporan penelitian, dan melakukan kritik teori
Budaya Baombai Dan Kesenian Daerah
Andesta Saputra & Khairul Hatta.,
4
JURNAL PENELITIAN BUDAYA, MAPALA Art’CA , Vol .1 NO.1, JANUARI 2017
agar dapat ditemukan teori-teori yang tepat dan berguna untuk menjelaskan data.
"Data berdasar studi kepustakaan dipadukan dengan penelitian lapangan pribadi
dengan saling memberikan verifikasi, koreksi, perlengkapan, pemerincian,
pengkhususan (Bakker & Zubair, 1990: 94). Pada bagian lain dinyatakan,
pengamatan serta dilakukan dengan cara membangun hubungan akrab antara
subjek dan peneliti, sehingga dapat bekerjasama dengan saling bertukar
informasi (Lexy J. Moleong, 2002:95). Wawancara mendalam dilakukan untuk
memasuki dunia pikiran dan perasaan responden. Sehingga temuan penelitian
dapat dirumuskan sebagai konsep dan teori.
Metode penelitian kualitatif bidang filsafat dapat diimplementasikan.
Menurut Kaelan (2005:197), dalam wawancara kita dihadapkan kepada dua hal.
Pertama, kita harus secara nyata mengadakan interaksi dengan responden.
Kedua, kita menghadapi kenyataan, adanya pandangan orang lain yang kita
hadapi ialah bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain, dan bagaimana kita
mengolah pandangan yang mungkin berbeda itu. Isi wawancara difokuskan
pada pengalaman, pendapat, perasaan, pengetahu an, penginderaan, dan latar
belakang pendidikan. Dokumentasi diteliti untuk memperoleh data yang
bersumber dari dokumen tertulis atau benda-benda lainnya. Data kualitatif yang
dihimpun terdiri atas kata-kata, kalimat dan deskripsi, bukan angka-angka. Oleh
karena itu, informan dan responden dijadikan sebagai sumber data. Informasi
digali dari tokoh masyarakat, tokoh budaya, pejabat pemerintah daerah di
eksekutif maupun di legislatif. Pengumpulan data menggunakan sistem kartu,
rekaman, dan pengecekan silang. Metode sistematis refleksif dan sosiologis
merupakan metode utama yang digunakan untuk menjelaskan objek material
dan objek formal penelitian. Objeknya yaitu filsafat sosial dengan menempatkan
objek sasarannya secara utuh, integral, menyeluruh dan mendasar dalam
ketotalitasannya. Dan objek material nya, fenomena sosial tentang kesenian
Baombai dalam pandangan hidup masyarakat lokal kehidupan sosial masyarakat
setempat.
Budaya Baombai Dan Kesenian Daerah
Andesta Saputra & Khairul Hatta.,
5
JURNAL PENELITIAN BUDAYA, MAPALA Art’CA , Vol .1 NO.1, JANUARI 2017
Analisis dilakukan sejak awal perolehan data lapangan, yang dituangkan
dalam bentuk tulisan dan langkah-langkah analisis yaitu: (1) reduksi data), (2)
"display" data, (3) pemahaman, interpretasi dan penafsiran, (4) mengambil
kesimpulan dan verifikasi (Kaelan, 2005:211). Kemudian di analisis secara
fenomenologis, sosiologis, interpretasi, idealisasi, dan koherensi berdasar data
primer dan sekunder dalam kaitan teori dengan data yang sudah diolah dan
diaplikasikan. Penyajiannya berupa pernyataan yang disajikan dalam bentuk teks,
diklasifikasikan menurut tema dan sub-bahasan secara logis dan sistematis.
Kritik teori di analisis secara implisit dan aktual dengan mempergunakan
unsur-unsur metode berikut. Pertama, deskripsi dilakukan dengan cara
menguraikan objek material agar diperoleh gambaran bagaimana adanya, dengan
cara mencari, mengumpulkan dan mengolah data, yang dinilai akurat untuk
mencapai tuj uan penelitian sesuai dengan permasalahan. Kedua, analisis sosial
dilakukan secara kritis sebagai upaya membahas, memilah dan meneliti istilahistilah, pengertian-pengerti an mengenai pandangan hidup dan gagasan-gagasan
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat adat, khususnya yang terfokus
pada kesenian Baombai di Sijunjung. Selanjutnya, konsep pokok yang dicari
adalah nilai-nilai filosofinya, unsur-unsur pengetahuan yang terdapat dalam
kesenian Baombai dan temuannya dijustifikasi sebagai ilmu pengetahuan.
Ketiga, dilakukan sintesis yang digunakan untuk memadukan pendapat-pendapat
dan pandangan-pandangan yang berbeda untuk menemukan suatu kesatuan
pendapat yang lebih utuh dan lengkap mengenai Baombai.
Keempat, interpretasi dan idealisasi dilakukan untuk menyelami data yang
tersedia dan mengungkap makna, nuansa dan nilai-nilai filosofis yang
terkandung dalam buku-buku dan berbagai hasil penelitian terdahulu, kemudian
dicari hal-ha sebenarnya, yang konsepnya ditelaah dari perspektif filsafat, dengan
membebaskan dari segala liku-liku pikiran dan bumbu-bumbu kata. Kelima,
koherensi digunakan untuk mencermati kesesuaian yang saling berhubungan
serta keselarasannya dengan problem- problem manusia yang aktual terkait
dengan pembangunan masyarakat di daerah. Sehingga dapat dirumuskan dengan
Budaya Baombai Dan Kesenian Daerah
Andesta Saputra & Khairul Hatta.,
6
JURNAL PENELITIAN BUDAYA, MAPALA Art’CA , Vol .1 NO.1, JANUARI 2017
benar berdasarkan interpretasi yang tepat, lengkap dan mendalam. Kemudian
diuraikan secara sistematik-logik dan direfleksi- kan secara kritis, diperoleh
pemahaman utuh dan komptehensif. Keterpaduan penerapan metode penelitian
ini diharapkan mempetoleh hasil yang sistematis, terarah, rasional, dan optimal
dalam rangka pencapaian tujuan penelitian.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kesenian Baombai dan Budaya Gotong Royong
Dalam kehidupan bermasyarakat tentu manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa
bantuan orang lain, dan sebagai makhluk sosial pasti membutuhkan bantuan
orang lain untuk melakukan kegiatan dan kehidupan saling bergantung satu sama
lainnya. Dalam kebudayaan Minangkabau budaya gotong royong sudah
dilakukakn sejak zaman dahulu dalam berbagai aspek kehidupan. Gotong royong
dapat membuat pekerjaan yang berat menjadi ringan karena dikerjakan bersamasama dan penuh dengan rasa kekeluargaan yang tinggi. Sekarang ini budaya
gotong royong ini sudah semakin berkurang karena semakin berkembangnya
zaman, dan masyarakat lebih mementingkan kehidupannya masing-masing dan
menjadi makhluk individual. Budaya gotong royong semakin ditinggalkan dan
masih bertahan hanya pada beberapa kalangan saja yang tetap menjaga dan
mempertahankan budaya ini. Di daerah Padang Ranah, Kabupaten Sijunjung ada
sebuah Kesenian tradisi yang sangat unik dan cuma ada di daerah Padang Ranah
ini, kesenian tersebut dikenal dengan istilah Baombai. Kesenian adalah sebuah
karya yang dihasilkan oleh manusia atas pemikirannya terhadap suatu objek,
kejadian dan telah menyesuaikan dengan budaya di sekitarnya.
Banyak jenis kesenian dalam sebuah kebudayaan yang memiliki fungsi dan
tujuan yang berbeda-beda. Kesenian Bamombai adalah kesenian yang berupa
nyanyian dan dilakukan oleh kaum ibu-ibu pada saat membajak sawah. Tujuan
dari kesenian ini adalah sebagai hiburan pada saat membajak sawah, biasanya
Baomai ini dilakukan pada saat musim membajak sawah. Pada zaman dahulu
membajak sawah masih dilakukan dengan tenaga manusia karena pada saat itu
Budaya Baombai Dan Kesenian Daerah
Andesta Saputra & Khairul Hatta.,
7
JURNAL PENELITIAN BUDAYA, MAPALA Art’CA , Vol .1 NO.1, JANUARI 2017
masih jarang yang menggunakan kerbau ataupun sapi dan tentunya belum ada
alat yang bernama Teraktor untuk membajak sawah. Membajak sawah adalah
sebuah pekerjaan yang berat dan dilakukan oleh banyak orang agar pekerjaan
tersebut cepat selasai. Disini kaitan antara Baombai dan gotong royong, karena
pekerjaan yang dilakukan secara bersama-sama tentu ada saja yang dilakukan
oleh masyarakat saat bekerja, apa lagi pada kalangan ibu-ibu. Tujuan dari
Baombai ini ialah untuk membuat suasana bekerja menjadi semakin ramai dan
perkerjaan yang dilakukan tidak terasa berat dan penuh dengan canda tawa.
Baombai bisa juga dilakukan oleh kalangan laki-laki, tetapi hal tersebut sangat
jarang terjadi, karena memang pada dasarnya kaum ibu-ibu yang biasa bercanda
dan bernyanyi saat bekerja.
Budaya gotong royong pada masyarakat Padang Ranah masih terus di jaga
dan terus dipertahankan sampai sekarang, salah satunya memang terlihat pada
saat musim membajak sawah dan musim panen padi. Kesenian dapat terus
dipertahankan sesuai dengan fungsinya dan terus sejalan dengan kebudayaan
yang ada, pada saat ini memang sudah banyak kesenian daerah yang ditinggalkan
akibat dari masuknya budaya asing di negara ini dan kita tidak bisa menahan diri
untuk menerima budaya tersebut dan akhirnya terjebak pada budaya asing dan
meninngalkan budaya kita sendiri yang menjadi jadi diri kita.
B. Baombai Dalam Pandangan Masyarakat
Baombai dalam pandangan masyarakat hanyalah sebuah kegiatan yang
dilakukan pada saat membajak sawah dan dilakukan oleh ibu-ibu yang sudah tua
saja, itulah pandangan dari beberapa masyarakat yang yang kami tanya mengenai
kesenian Baombai dan yang lebih parahnya lagi banyak juga masyarakat
Sijunjung yang tidak tahu sama sekali mengenai kesenian Baombai ini. Apa lagi
kalangan muda, yaitu mulai dari pelajar sampai mahasiswa banyak juga yang
tidak mengetahui kesenian ini, seharusnya generasi muda lah yang bertanggung
jawab melestarikan kesenian ini agar nantinya tidak punah dan tetap dilestarikan
sebagai kesenian daerah yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Memang pada
saat ini tidak bisa dipungkiri orang lebih tertarik pada kebudayaan modern yang
Budaya Baombai Dan Kesenian Daerah
Andesta Saputra & Khairul Hatta.,
8
JURNAL PENELITIAN BUDAYA, MAPALA Art’CA , Vol .1 NO.1, JANUARI 2017
datang dari belahan dunian barat daripada kebudayaan kita sendiri, kesadaran
dalam diri untuk memelihara budaya kita sangat dibutuhkan untuk menjaga jadi
diri bangsa kita sendiri. Partisipasi pemerintah juga sangat diharapkan dalam
menjaga kebudayaan dan kesenian daerah dengan melakukan berbagai kegiatan
yang berhunungan dengan pelestarian budaya, contohnya adalah festival
kesenian daerah yang dapat mempertahankan kesenian daerah itu sendiri dan
memupuk rasa memiliki suatu budaya dan kesenian kita sendiri.
C. Upaya Pelestarian Kesenian Baombai
Upaya pelestarian kesenian Baombai saat ini sedang dilakukan oleh para
pelaku Ombai dan pemerintah setempat. Dari data yang kami dapatkan di
lapangan diketahui belakangan ini sudah ada yang membuat tari kreasi yang
dibuat oleh sanggar di daerah tersebut dalam acara yang di buat oleh pemerintah
daerah. Kepala Jorong Gantiang juga menyampaikan bahwa sudah ada kegiatan
yang dilakukan oleh pihaknya untuk melestarikan kesenian Baombai ini dengan
cara mengajari anak-anak muda di sekitar dan hasilnya masih belum efektif
karena anak-anak kurang tertarik terhadap kesenian Baombai tersebut, tetapi
kesenian ini juga dikemas dalam bentuk tari kreasi yang dapat dinikmati oleh
masyarakat umum tanpa harus menunggu musim membajak sawah untuk melihat
proses Baombai tersebut.
Tari kreasi yang diciptakan ini gerakannya semuanya meniru gerakan pada
saat Baombai dilakukan di sawah dan kostum yang digunakan juga meniru
pakaian oaring membajak sawah, yang berbeda adalah gerakan yang sudah di
beri pola-pola agar terlihat menarik dan indah, dan tari tersebut diberi nama tari
Ombai. Dengan adanya pengembangan ini diharapkan generasi mudah lebih
mudah memahami dan lebih tertarik dengan kesenian Baombai. Para pelaku
Ombai juga tidak khawatir akan kehilangan budaya ini, tetapi ada perubahan
yang terjadi yaitu Baombai tidak lagi dilakukan di sawah melainkan di
panggung, dan sanggar atau sebuah pertunjukan seni. Tidak masalah dimanapun
kesenian itu dilaksanakan di mana saja, yang terpenting kesenian tersebut tidak
hilang dan berganti oleh kesenian yang bukan berasal dari budaya kita sendiri.
Budaya Baombai Dan Kesenian Daerah
Andesta Saputra & Khairul Hatta.,
9
JURNAL PENELITIAN BUDAYA, MAPALA Art’CA , Vol .1 NO.1, JANUARI 2017
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kesenian Baombai semakin susah ditemui dan sangat jarang sekali orang yang
membajak sawah secara bergotong royong karena kemajuan teknologi yang
membuat pekerjaan mejadi semakin mudah.
2. Tidak ada generasi penerus Baombai, karena anak muda lebih tertarik dengan
kesenian yang dibawa oleh budaya luar.
3. Proses pelestarian dan pengembangan kesenian Baombai telah dilakukan
walaupun hasilnya belum maksimal dan akan terus dilestarikan oleh orangorang yang peduli, demi menjaga kesenian daerah yang ada.
4. Masyarakat banyak yang tidak tahu mengenai kesenian Baombai, dan
kurangnya refrensi mengenai kesenian Baombai, bisa diartikan kesenian
Baombai belum populer.
B. Saran
1. Perlu adanya pengembangan kesenian Baombai secara serius oleh pihak yang
bersangkutan dan pelestarian kesenian ini dapat dilakukan secara berkala.
2. Perlunya kesadaran dalam diri masyarakat sekitar untuk menjaga dan
melestarikan kesenian, dan budaya gotong royong yang sangat baik dalam
proses berkehidupan di masyarakat.
3. Jangan terpengaruh oleh budaya luar yang bukan merupakan ciri khas kita, dan
tetap pertahankan budaya yang kita miliki, sebagai identitas kita sebagai orang
yang berbudaya dan berkesenian.
Budaya Baombai Dan Kesenian Daerah
Andesta Saputra & Khairul Hatta.,
10
JURNAL PENELITIAN BUDAYA, MAPALA Art’CA , Vol .1 NO.1, JANUARI 2017
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Irwan, Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 2007.
Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya
Masyarakat Sekitar Kawasan Konservasi. Baharinawati W. Hastanti at al.
JURNAL PENELITIAN AGAMA, VOL. XVII, NO. 3
SEPTEMBER-
DESEMBER 2008, Losiyo & A. Fauzie Nurdin, Budaya Muakhi dan
tonbangunan Daerah.
Budaya Baombai Dan Kesenian Daerah
Andesta Saputra & Khairul Hatta.,
11
Download