Listrik Dinamis

advertisement
LISTRIK DINAMIS
Bukan hal yanga sing lagi di zaman sekarang ini, bahwa kemajuan zaman didukung oleh penggunaan
arus listrik. Semua alat-alat elektronika dapat bekerja memerlukan arus listrik. Arus listrik yang
dipakai adalah arus listrik yang dihasilkan oleh sumber tegangan searah (DC). DC = Direct Current.
A. Rangkaian Tertutup dan Rangkaian Terbuka.
Perhatikan rangkaian di bawah ini :
Lampu (hambatan)
Lampu (hambatan)
V
Gambar a
V
Gambar b
Perhatikan dua gambar di atas.
Pada gambar a , apa yang terjadi dengan lampu ? mengapa ?
Jawab : lampu pada gambar a tidak akan menyala, karena salah satu ujungnya
tidak dihubungkan pada sumber tegangan.
Rangkaian seperti gambar a disebut dengan “rangkaian terbuka”
Pada gambar b , apa yang terjadi dengan lampu ? mengapa ?
Jawab : lampu pada gambarb akan menyala, karena kedua ujungnya terhubung
pada sumber tegangan.
Rangkaian seperti gambarb disebut dengan “rangkaian tertutup”
B. Pengertian Kuat Arus Listrik :
Di dalam penghantar atau semua benda terdiri dari atom-atom yang didalamnya disusun oleh
muatan positif (+) yang berada di dalam intinya yang disebut dengan proton dan muatan negative
( - ) yang berada di kulit atom, yang disebut dengan electron. (mengenai hal ini akan dipelajari
lebih lanjut di bahan kajian yang lain)
Arus listrik adalah aliran muatan listrik (electron) di dalam suatu penghantar.
Berdasarkan perjanjian arah arus listrik dinyatakan :
a. Dari kutub positif ke kutub negative sumber tegangan,
b. Dari potensial tinggi ke potensial rendah
c. Berlawanan dengan arah electron.
Arus listrik yang demikian disebut dengan arus listrik konvensional.
Kuat Arus listrik adalah besarnya muatan listrik yang mengalir melalui suatu penghantar tiap
satuan waktu.
Secara matematis dinyatakan :
q = besarnya muatan listrik ( Coulomb) / (C)
q
t = selang waktu (s)
I
t
I = Kuat arus listrik ( C/s) atau Ampere (A).
Pada dasarnya yang mengalir dalam penghantar adalah elektron yang memiliki muatan elementer
sebesar e ( e = - 1,6 x 10-19 Coulomb).
Muatan total yang mengalir dalam selang waktu tertentu adalah :
q = n.e
sehingga persamaan di atas berubah menjadi :
I
n.e
t
q = besarnya muatan listrik ( Coulomb) / (C)
n = jml elektron / muatan yang mengalir
e = muatan elementer elektron (C)
I = Kuat Arus listrik (C/s) atau (Ampere) (A)
1
C. Hambatan suatu penghantar
Mengalirnya arus listrik di dalam suatu penghantar di identikkan dengan bergeraknya kendaraan
di jalan. Sebaik apapun jalan akan memiliki kemampuan menghambat lajunya kendaraan
demikian juga penghantar sekecil apapun tetap memiliki kemampuan menghambat
bergeraknya/mengalirnya arus listrik.
Jika di identikkan :
1. Hambatan kendaraan di jalan dipengaruhi oleh jenis jalannya, apakah jalan beraspal, jalan
berbatu, atau jalan tanah. Demikian halnya pada penghantar, hambatan yang dimiliki
tergantung dari jenis bahannya.
2. Hambatan kendaraan di jalan juga dipengaruhi oleh panjang jalannya. Semakin panjang jalan
semakin besar hambatan yang dialami kendaraan. Demikian halnya pada penghantar, semakin
panjang penghantar semakin besar nilai hambatannya.
3. Hambatan kendaraan juga dipengaruhi oleh lebar / luas jalannya. Semakin luas jalan, semakin
mudah kendaraan bergerak (berarti hambatan yang dialami semakin kecil). Demikian halnya
penghantar semakin besar penghantar (luas penampang semakin besar), maka hambatannya
akan semakin kecil.
Dari analogi di atas dapat di ambil kesimpulan, bahwa Hambatan suatu penghantar :
1. Sebanding dengan panjang penghantar (l),
2. Berbanding terbalik dengan luas penampang penghantar (A),
3. Tergantung dari jenis bahan penghantar ().
Secara matematis dapat dituliskan :
l
l
R  .
A
A
Dengan :
l = panjang penghantar ( m )
A = luas penampang penghantar (m2)
 = hambatan jenis penghantar ( .m)
R = Hambatan suatu penghantar () / (Ohm).
Contoh soal :
1. Sebuah penghantar panjangnya 10 meter terbuat dari nikrom yang memiliki hambatan jenis 1
x 10-6 Ω.m. jika penghantar berbentuk tabung dengan diameter 2 cm, tentukan hambatan yang
dimiliki oleh kawat tersebut !
2. Dua jenis kawat a dan b memiliki hambatan jenis kawat a setengah kali hambatan jenis kawat
b. jika kawat a panjangnya 4 kali kawat b, dengan diameter kawat a dan b sama, tentukan
perbandingan hambatan antara kawat a dan b !
D. Hukum Ohm :
Perhatikan rangkaian berikut, dan ujilah di laboratorium melalui experiment atau demonstrasi.
Dengan mengubah / menggeser Reostat (hambatan
+ Voltmeter
geser), angka yang ditunjukan oleh Amperemeter
–
dan Voltmeter akan berubah. bacalah angka yang
ditunjukkan tersebut dna catatlah hasilnya seperti
Resistor
data berikut.
+ Amperemeter
–
Rheostat
– +
V
Nilai Hambatan R = ….. Ohm, misal 1,5 ohm
Bacaan
Bacaan Voltmeter
No
Ampermeter (I)
(V) dalam Volt
dalam Ampere
1.
0,55
0,8
2.
0,42
0,6
3.
0,28
0,4
4.
0,22
0,3
5.
0,08
0,12
Nilai
V
I
1,45
1,43
1,43
1,36
1,5
2
Dari table di atas akan andadapatkan kesimpulan bahwa
“Hasil bagi antara tegangan dengan kuat arus listrik selalu tetap/konstan”
Konstanta ini disebut dengan “Hambatan” karena nilainya sama dengan hambatan yang
digunakan dalam experimen.
Pernyataan di atas dikenal dengan “Hukum Ohm” yang dinyatakan :
“ Besarnya hambatan suatu penghantar sebanding dengan tegangannya dan berbanding
terbalik dengan besarnya kuat arus listrik yang melaluinya”
Secara matematis di rumuskan :
V = Tegangan / Beda Potensial (Volt)
V
V  I .R
I = KuatArusListrik (A)
R
I
atau
R = Hambatan (Ohm) / (Ω)
Contoh soal :
1. Sebuah hambatan 10 ohm dipasang pada sumber tegangan sebesar 1,5 volt. berapakah arus
listrik yang mengalir melalui hambatan tersebut ?
2. Perhatikan grafik hasil experimen berikut !
Tentukan :
V (volt)
a. besarnya hambatan rangkaian yang dipasang !
8
b. jika tegangannya di ubah menjadi 10 volt,
berapakah arus listrik yang mengalir ?
4
2
I (mA)
4
E. HUKUM I AMPERE :
Untuk memahami Hukum I Ampere perhatikan rangkain di bawah ini dan ujilah dalam
laboratorium melalui experiment atau demonstrasi.
I1
+
–
Ampermete
r
+
–
Ampermeter
+
–
Ampermeter
R1
I2
R2
I3
I
+
–
R3
Ampermeter
–
+
V
Dengan menggunakan rangkaian di atas, dan menggeser-geser Rheostat, bacalah angka yang
ditunjukkan oleh ke empat Ampermeter, dan masukkan datanya pada Tabel di bawah ini.
No
I
I1
I2
I3
I1 + I2 + I3
1.
2.
3.
4.
5.
Dari data di atas, jika experiment dilakukan dengan benar dapat di ambil kesimpulan, bahwa :
Besarnya Kuat Arus Listrik yang menuju ke titik percabangan dalam rangkaian sama dengan
Kuat Arus Listrik yang keluar dari titik percabangan.
Secara matematis dirumuskan :
I masuk  I keluar
Untuk rangkaian di atas persamaan di atas dapat dijabarkan :
I  I1  I 2  I 3
3
Contoh :
1. Perhatikan rangkaian bebas di bawah ini :
Dari gambar di samping berlaku :
I1
I2
I1 + I3 = I2 + I4 + I5
I3
I4
I5
A. RANGKAIAN SERI DAN PARALEL HAMBATAN LISTRIK
1. Rangkaian Seri Hambatan :
Rangkaianseri hambatan berfungsi untuk mendapatkan hambatan yang lebih besar dan
membagi tegangan menjadi lebih kecil.
Bentuk rangkaian seri hambatan dicontohkan :
R2
R1
R3
Pada rangkaian Seri berlaku :
a. a. Itotal = I1 = I2 = I3 = …
V1
I
V2
+ _
V3
V
b. b. V = V1 + V2 + V3 + …..
menurut hukum Ohm V = I.R, maka
I.Rs = I1.R1 + I2.R2 + I3.R3 + ...
Dengan :
Itotal = I1 = I2 = I3= …
Maka hambatan pengganti rangkaian adalah :
Rs = R1 + R2 + R3 + …..
Rs = Hambatan pengganti secara seri ( Ohm) / ()
2. Rangkaian Paralel Hambatan :
Rangkaian paralel berfungsi untuk mendapatkan hambatan yang lebih kecil dan tegangan
total sama dengan tegangan pada masing masing hambatan
Pada rangkaian parallel berlaku :
a.
a. Vtot = V1 = V2 = V3 = ….
I1 R1
b. b. Itot =I1 + I2 + I3 + ….
V
Menurut hokum Ohm I  , maka :
I2 R2
R
Vtot V1 V2 V3



 ....
R3
R
R
R
R
I
3
p
1
2
3
I
Dengan Vtot = V1 = V2 = V3 = …. , maka
Besar hambatan pengganti rangkaian parallel
adalah :
V
1
1
1
1



 ...
R p R1 R 2 R 3
Rp = Hambatan pengganti secara parallel ()
Soal soal Latihan :
1. Tiga buah hambatan nilainya sama sebesar 10 Ohm. Tentukan kemungkinan hambatan penggantinya
jika disusun !
Kemungkinan 1 :
Kemungikinan 2 :
10 Ω
10 Ω
10 Ω
10 Ω
10 Ω
10 Ω
4
Kemungkinan 3 :
Kemungkinan 4 :
10 Ω
10 Ω
10 Ω
10 Ω
10 Ω
10 Ω
10 Ω
2. Perhatikan gambar berikut !
6Ω
Dari gambar di samping, tentukan :
a. Hambatan pengganti total !
b. Kuat ArusTotal !
c. Tegangan pada tiap tiap resistor !
d. Kua tarus pada masing-masing cabang !
8Ω
12 Ω
12 Ω
24 Volt
3. Perhatikan gambar berikut !
5Ω
B
A
20 Ω
10 Ω
C
8Ω
D
12 Ω
Dari gambar di samping, tentukan :
a. Hambatan pengganti total !
b. Kuat ArusTotal !
c. Tegangan antara titik BD !
d. Kuat arus yang melalui hambatan
20 Ω !
32 Volt
Alat Ukur Listrik
Besaran listrik dapat diukur dengan menggunakan alat yang bekerja berdasarkan prinsip gaya
Lorentz (gaya yang terjadi jika penghantar berarus listrik berada di dalam medan magnet). Agar
jarum pada alat ukur ini dapat berhenti pada angka tertentu yang menyatakan nilai dari hasil
pengukuran tersebut, maka pada alat tersebut dipasang pegas (gaya pegas) yang mengimbangi
gaya Lorentz yang dihasilkan oleh arus listrik dari rangkaian. Inti dari pengukuran besaran istrik
disini adalah mengukur besarnya arus listrik yang megalir melalui rangkaian. Alat yang
digunakan untuk mengukur arus listrik ini dinamai Galvanometer. Galvanometer mengukur arus
listrik yang sangat kecil (dalam mikro ampere).
Sesuai dengan tujuan pengukuran alat ukur ini dibedakan :
1. Amperemeter (mengukur besarnya arus listrik).
2. Voltmeter (mengukur tegangan listrik rangkaian).
3. Ohm meter (mengukur hambatan rangkaian).
1. Amperemeter
Agar galvanometer yang hanya dapat mengukur arus yang kecil dapat meningkat daya ukurnya,
perlu dipasang hambatan secara paralel (yang dikenal dengan Hambatan Shunt). Alat ini secara
keseluruhan kemudian berubah nama menjadi “Amperemeter”.
Meningkatkan daya ukur dari Ampermeter.
Tujuan dari pemasangan Resistor (Shunt) secara paralel adalah :
-
Agar arus yang besar yang berasal dari sumber tegangan, sebagian besar melalui hambatan Shunt, dan
arus yang melalui Galvanometer tetap besarnya sesuai dengan batas ukur alat tersebut.
Menentukan besarnya hambatan Shunt :
Perhatikan gambar berikut :
ISh
RSh
I
I
Ig
Rg
Menurut hukum I Khirchoff, pada rangkaian paralel
berlaku :
I = Ish + Ig
Diharapkan galvanometer dapat mengukur arus listrik
menjadi lebih besar senilai n kali arus mula-mula,
sehingga berlaku I = n.Ig , maka :
n.Ig = Ish + Ig
(n – 1). Ig = Ish ............................... ( 1 )
5
Pada rangkaian paralel, tegangan setiap cabang adalah sama, sehingga berlaku :
Vsh = Vg
jadi menurut hukum Ohm, diperoleh :
Ish.Rsh = Ig.Rg
............................... ( 2 )
Substitusikan pers (1) ke pers (2), akan diperoleh :
Ish.Rsh = Ig.Rg
Ish = kuatarus yang melalui hambatan Shunt (A)
(n – 1).Ig.Rsh = Ig.Rg
Ig = Kuatarus yang melalui galvanometer (A)
(n – 1).Rsh = Rg
Rsh = hambatan shunt (Ohm)
Hasil akhir :
Rg = hambatan galvanometer (Ohm)
Vsh = tegangan pada shunt (volt)
Rg
R sh 
Vg = tegangan pada galvanometer (volt)
n  1
Cara membaca hasil pengukuran kuat arus listrik :
Hasil 
angka yang ditunjukkan jarum
x angka pada shunt
skala max imum
2. Voltmeter
Galvanometer dapat digunakan untuk mengukur tegangan listrik yang besar jika dipasang hambatan seri
(hambatan Multiplier), yang berfungsi untuk membagi tegangan yang berasal dari sumber tegangan yang
akan diukur nilainya, yang kemudian secara keseluruhan alat ini dinamakan “Volt meter”.
Meningkatkan daya ukur Voltmeter
Pada dasarnya tegangan pada galvanometer adalah tetap (misal Vg), sehingga dengan pemasangan
Multiplier, tidak menyebabkan kerusakan pada galvanometer.
Perhatikan gambar berikut :
Im
I
Rm
Ig
Vm
Rg
Vg
V
Pada rangkaian seri berlaku :
I = Im = Ig
Juga berlaku :
V = Vm + Vg
Pemasangan Multiplier diharapkan akan meningkatkan
tegangan yang terukur dari Vg menjadi n kalinya
sehingga berlaku : V = n.Vg, akhirnya persamaan di atas
akan menjadi :
n.Vg = Vm + Vg
(n – 1).Vg = Vm
Menurut Hukum Ohm berlaku :
(n – 1).Ig.Rg = Im.Rm dengan I = Im = Ig , sehingga :
Rm = (n – 1).Rg
Im = kuatarus yang melaluihambatan multiplier (A)
Ig = Kuatarus yang melalui galvanometer (A)
Rm = hambatan multiplier (Ohm)
Rg = hambatan galvanometer (Ohm)
Cara membaca hasil pengukuran tegangan adalah :
angka yang ditunjukkan jarum
Hasil 
x angka pada multiplier
skala max imum
3. Ohm meter.
Ohm meter digunakan mengukur hambatan suatu rangkaian.
Pada dasarnya Ohm meter adalah Amperemeter, karena yang diukur adalah kuat arus yang melalui
hambatan rangkaian tersebut, dimana pada rangkaian berlaku jika hambatan besar, maka arus listriknya
akan kecil, sehingga hasil yang terbaca dikalibrasi ke skala Ohm meter dan angka nol terletak di sebelah
kanan, bukan di sebelah kiri., artinya “ saat jarum di sebelah kanan, arus yang mengalir besar dan
hambatan kecil, dan sebaliknya”.
6
GGL (Gaya Gerak Listrik ) dan Tegangan Jepit :
GGL(E) adalah beda potensial antara ujung-ujung sumber tegangan pada saat tidak terpakai.
Tegangan Jepit(V) adalah beda potensial antara ujung-ujung sumber tegangan pada saat
terpakai (mengalirkan arus listrik).
Besarnya GGL lebih besar dari Tegangan Jepit (E > V), hal ini disebabkan dalam sumber
tegangan ada hambatan yang disebut “hambatan dalam” (r), yang akan memperkecil arus
listrik yang keluar dari sumber tegangan.
Jika dituliskan secara matematis, akan diperoleh hubungan :
E = GGL (Volt)
E = V + I.r
V = tegangan jepit (volt)
r = hambatan dalam (Ω)
I = kuat arus listrik (A)
Tegangan jepit tidak lain adalah nilai tegangan yang sesuai dengan Hukum Ohm sehingga :
V = I. R
R = hambatan luar rangkaian (Ω)
Sehingga diperoleh hubungan :
E = I.R + I.r
E=I(R+r)
sehingga :
I
E
R  r 
Rangkaian Seri dan Paralel Sumber Tegangan :
Untuk keperluan tertentu sumber tegangan terkadang perlu disusun secara seri atau parallel.
a. Sumber Tegangan terangkai Seri.
Tujuan merangkai seri sumber tegangan adalah untuk mendapatkan tegangan yang lebih besar
dengan arus yang tetap besarnya.
Gambar !
GGL total berlaku :
Etot= n.E
En ,rn
E,rE,rE,r
Hambatan dalam total :
rtot= n.r
Hubungan antara GGL , tegangan jepit dan hambatan dalamnya menjadi :
Etot = I.R + I.rtot
n.E = I.R + I.n.r
n.E = I ( R + n.r)
Sehingga :
n.E
I
n = jumlah sumber tegangan terangkai seri.
R  n.r 
b. Sumber tegangan terangkai paralel
Tujuan merangkai parallel sumber tegangan adalah untuk memperbesar kuat arus listrik yang
mengalir sesuai kebutuhan.
Gambar !
E tot = E
E,r
GGL total rangkaian adalah :
E,r
Hambatan dalam total adalah : rtot 
r
n
E,r
Hubungan antara GGL , tegangan jepit dan hambatan dalamnya menjadi :
r
r

Etot = I.R + I.rtot
E  I R  
E  I.R  I.
n
n

Sehingga :
E
I
n = jumlah sumber tegangan terangkai parallel.
r

R  
n

7
Hukum II Khirchoff dan Rangkaian Majemuk :
Dalam rangkaian yang sebenarnya terkadang kita menemui rangkaian yang terdiri dari banyak
resistor dan sumber tegangan yang disusun secara acak (bebas), baik dalam rangkaian seri
maupun parallel, sehingga membentuk sebuah Loop.
Loop adalah cara kita melintasi suatu rangkaian dari suatu titik kembali ke titik itu lagi.
Untuk menyelesaikan permasalahan ini kita gunakan Hukum II Khirchoff yang dinyatakan :
“Jumlah Daya masuk sama dengan besarnya daya keluaran”
Secara matematis dinyatakan :
Pmasuk= P keluaran
…………….. *
Keterangan :
Daya masuk berupa hasil kali kuat arus dengan GGL
Pmasuk = I.E
……………. **
Daya keluaran berupa hasil kali kuadrat kuat arus dengan hambatan yang dilewatinya
Pkeluaran = I2.R
…………… ***
Jika kedua bentuk persamaan pada (**) dan (***), dimasukkan pada persamaan (*), akan
diperoleh :
I.E = I2.R
Hasilnya :
 E   I .R
Sehingga Hukum II Khirchoof juga dapat dinaytakan :
“Besarnya tegangan total dalam rangkaian sama dengan penurunan tegangan
yang melalui setiap hambatan dalam rangkaian”.
Untuk menyelesaikan persamaan di atas langkah yang harus dilakukan adalah :
1. Tentukan arah arus listrik pada rangkaian atau setiap cabangnya.
2. Tentukan arah loop ( searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam)
3. Gunakan perjanjian tanda kapan arus listrik atau GGL bernilai positif (+) kapan bernilai
negative ( - ).
Salah satu pasangan perjanjian tanda adalah sebagai berikut :
1. Jika arah arus listrik pada rangkaian searah dengan arah loop maka I bernilai (+) dan
sebaliknya bernilai (-).
2. Jika selama mengelilingi rangkaian sesuai arah loop GGL naik dari (-) ke (+)sumber
tegangan, maka E bernilai (+), sebaliknya bernilai (-).
Catatan :
Jika setelah selesai dikerjakan diperoleh hasil arus listrik bernilai negatif, artinya arah arus
listrik yang sebenarnya berlawanan dengan arah arus listrik yang ditentukan sebelumnya.
Jika rangkaian terdiri lebih dari satu Loop, rangkaian ini disebut dengan “Rangkaian Majemuk”.
Penyelesaian rangkaian majemuk tetap menggunakan langkah di atas tetapi ditambah dengan Hukum
I Khirchoff sebagai alat bantu untuk menghubungkan antara loop yang satu dengan loop yang
lainnya.
Untuk menentukan tegangan antara dua titik (misal titik a dan b ) di dalam rangkaian digunakan
persamaan :
Vab   E   I.R
Catatan :
Tegangan dua titik dalam rangkaian harus menghasilkan nilai yang sama meskipun melalui jalan
yang berbeda, dimana :
1. Untuk rangkaian tidak bercabang ada dua cara yang dapat ditempuh (lewat atas dan lewat
bawah )
2. Untuk rangkaian bercabang (misal 2 loop), ada tiga cara yang dapat ditempuh, yaitu lewat
tengah, kiri dan kanan.
3. Arah loop sesuai dengan arah saat kita berjalan dari satu titik ke titik berikutnya, dengan
perjanjian tanda arus dan tegangannya sama dengan perjanjian di atas.
8
Contoh :
1. Perhatikan rangkaian berikut :
R1
R2
Jika R1 = 5 Ω, R2 = 4 Ω, R3 = 10 Ω, dan hambatan
dalam sumber tegangan masing-masing r = 1 Ω, serta
GGLnya E1 = 10 Volt dan E2 = 15 volt, tentukan
besarnya kuat arus listrik yang mengalir pada
rangkaian !
E2 , r
E1 , r
R3
2. Perhatikanrangkaianberikut :
R2
R1
R4
E2 , r
R3
E1 , r
Dari gambar di samping jika R1 = 3 Ω, R2 = 4 Ω,
R3 = 5 Ω, dan R4 = 2 Ω, serta hambatan dalam
masing-masing r = 1 Ω, serta GGL masingmasing E1 = 12 volt, E2 = 15 volt. Tentukan nilai
kuat arus listrik pada !
3. Perhatikan gambar di bawah ini !
E1= 36 V
E2= 16 V
R1= 6 Ω
B
A
r1= 2 Ω
r2= 0,5 Ω
Tentukan :
a. KuatArus yang melewati rangkaian !
b. Tegangan antara titik B danD !
R2= 6 Ω
R 5= 6 Ω
R4= 6 Ω
E4= 12 V R3= 5 Ω
E3= 20 V
r4= 0,7 Ω
r3= 0,8 Ω
D
C
4. Dari gambar di bawah ini, tentukan hambatan total antara titik A dan B !
6Ω
3Ω
A
4Ω
8Ω
2Ω
3Ω
6Ω
6Ω
B
5. Dari gambar di bawah ini, tentukan hambatan total antara titik X dan Y !
2Ω
2Ω
Y
X
2Ω
2Ω
2Ω
SUMBER ARUS SEARAH DARI PROSES KIMIAWI
Petensial Kontak adalah Potensial yang dimiliki oleh sebuah logam yang dapat menghasilkan
arus lstrik jika dihubungkan dengan logam lainnya. Potensial kontak ini disusun dari yang
paling kecil ke paling besar menurut “Deret Volta” karena yang menemukan adalah
Alexander Volta, yaitu :
Li, Ka, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn, Cr, Fe, Cd, Ni, Sn, Pb, Cu, H, Si, Ag, Hg, Pt, Au
Dengan Jembatan Keledai dapat dituliskan :
Lihatlah Kerang Bakar Campur Nanas Magelang Ala Makanan Zaman Cemerlangnya Ferancis
Cenderung Nikmat Senang Pembawa Cukup Hari hari Sibuk Agung Hangat Penting dan Autama.
Jika dua logam yang berbeda kita pasangkan maka akan timbul beda potensial kontak yang cukup
besar. Semakin jauh urutan dalam deret volta semakin besar beda potensial kontak yang dihasilkan.
Penggabungan dua logam ini pertama kali dilakukan oleh Alexander Volta dengan menyusun logam
berbeda ( yaitu Tembaga dan Seng ) (Cu dan Zn) disekat dengan bahan kain yang dibasahi larutan
garam, sehinga disebut Elemen Volta.
Dalam perkembangannya Elemen Volta ini disusun dengan bahan pemisah larutan asam (H2SO4)
atau Asam Sulfat. Perhatikan gambar Elemen Volta di bawah ini :
9
Elemen dibedakan menjadi :
1. Elemen Primer
Elemen yang setelah dipakai energi listriknya
+
tidak dapat diperbaharui
Contohnya : Elemen Volta Basah, Elemen Volta
+
H2SO4
kering (Batteray),
2. Elemen Sekunder
+
Elemen yang setelah dipakai energi listriknya
Cu
Zn
dapat diperbaharui dengan cara mengalirkan arus
listrik dalam arah sebaliknya ( di Cas ).
Elemen adalah susunan dua logam berbeda
Contohnya : Accu, Batteray Lithium, Batheray
jenis yang dapat membangkitkan GGL yang
Charger, …
mampu menghasilkan Arus Searah (DC)
(Direct Current).
Pada penggunaan Elemen, terjadi perubahan dari energi Kimia menjadi energi listrik, dan
Pada pengisian (Cas) Elemen, terjadi perubahan energi listrik menjadi energi kimia.
+
-
Accumulator Timbal atau Accu :
+
_
+
-
+ H2SO4 +
PbO2
Pb
Bagian dari Accu :
1. Larutan elektrolit : H2SO4 (Asam Sulfat).
2. Elektroda Positif : PbO2 (Timbal Oksida)
3. Elektroda Negatif : Pb (Timbal)
Reaksi Pemakaian Accu :
Pb + PbO2 + 2.H2SO4
2.PbSO4 + 2.H2O
Reaksi Pengisian Accu :
2.PbSO4 + 2.H2O
Pb + PbO2 + 2.H2SO4
Energi dan Daya Listrik
a. Energi Listrik
Kita semua mengetahui bahwa untuk menghidupkan radio, tape, dan alat-alat elektronik
lainnya diperlukan sumber tegangan. Sumber tegangan inilah yang akan memberikan energi
kepada rangkaian sehingga dapat berfungsi untuk menghasilkan kalor, bunyi atau lainnya
sesuai dengan fungsi dari alat-alat tersebut.
Energi Listrik diartikan sebagai energi yang dihasilkan oleh aliran muatan listrik di dalam
suatu rangkain yang tertutup.
Besarnya energi listrik dipengaruhi oleh :
1. Besarnya beda potensial antara ujung-ujung alat,
2. Besarnya arus listrik yang mengalir,
3. Lamanya sumber arus listrik mengalir.
Secara matematis dirumuskan :
V = bedapotensialantaraujung-ujungalat( volt)
I =besarnyakuataruslistrik yang mengalir (Ampere)
W V .I .t
t = lamanyaaruslistrikmengalir( sekon)
W = EnergiListrik (Joulle)
Dengan menggunakan Hukum Ohm ( V = I.R ), kita dapatkan persamaan baru :
V2
W = I2.R.t
W  .t
atau
R
R = Hambatan suatu alat listrik / rangkaian (Ohm) / (Ω)
b. Daya Listrik
Jika anda perhatikan pada setiap alat listrik selalu tertulis spesifikasi alat tersebut. Misalnya
seterika listrik tertulis 350 Watt, 220 Volt.
Angka 350 watt menunjukkan Daya yang dimiliki oleh seterika, dan 220 volt menunjukkan
tegangan yang harus dipasang pada alat, agar bekerja secara normal.
Daya Listrik diartikan sebagai Energi yang dihasilkan / diberikan pada alat listrik tiap satuan
waktu.
10
W
t
Bentuk lain dari persamaan di atas adalah :
W V.I.t
P 
sehingga P = V.I
t
t
Atau, dengan menggunakan hukum Ohm (V = I.R) diperoleh persamaan baru :
V2
2
P

atau
P = I .R
R
rt
P = Daya Listrik dengan satuan (J/s) atau Watt.
Secara matematis dirumuskan :
P
Perhatikan :
 Setiap bulan di setiap rumah yang menggunakan listrik PLN / Listrik bolak balik, selalu
membayar biaya pemakaian energi listrik tersebut sesuai dengan angka yang tertera pada
alat ukur KWh-meter yang terpasang di setiap rumah.
1 angka pada alat ukur KWh-meter = 1 KWh
KWh = Kilo Watt hour (Kilo Watt Jam)
1 KWh sama dengan berapa Joulle ?!
Jawabnya :
1 KWh = 1x103x60x60 (J/s).s
1 KWh = 3,6 x 105 J
Soal-soal :
1. Sebuah alat listrik memerlukan tegangan sebesar 220 volt agar bekerja dengan normal. Jika arus
yang mengalir sebesar 2,5 Ampere, tentukan :
a. Energi yang terpakai selama 4 jam !
b. Hambatan yang dimiliki alat listrik tersebut !
c. Daya yang dimiliki alat listrik tersebut !
2. Sebuah seterika listrik tertulis spesifikasi 300 Watt, 200 volt. Seterika tersebut setiap minggu
dipakai 3 kali. Setiap pemakaian lamanya 2 jam. Jika nilai rupiah yang harus dibayar setiap Kwh
sebesar Rp. 500,- dan pemakaian terjadi selama 4 minggu dalam satu bulan. Tentukan :
a. Banyaknya energi yang terpakai selama sebulan !
b. Biaya yang dikeluarkan selama sebulan !
3. Sebuah lampu memiliki daya 100 watt dengan tegangan normal 200 volt. Jika lampu tersebut
dipasang pada tegangan 100 volt, berapakah dayanya sekarang ?
Penerapan Listrik DC dan AC
Arus listrik yang kita pelajari di atas adalah arus listrik yang dihasilkan oleh sumber tegangan searah,
sehingga disebut dengan arus listrik DC (Direct Current), dimana arus listrik ini mengalir hanya dari satu arah.
Contoh sumber tegangan searah (DC) adalah : Accu (Accumulator) batu batterey (batterey jam, HP, calculator,
dll).
Pada dasarnya semua komponen elektronika hanya dapat berfungsi jika disuplai oleh sumber tegangan searah
(DC), karena dalam rangkaian elektronika pasti ada komponen yang hanya bisa dialiri arus listrik dari satu
arah agar dapat bekerja. Jika dialiri arus listrik dari arah yang sebaliknya komponen ini akan rusak / tidak
dapat bekerja.
Untuk membuat sumber tegangan yang menghasilkan arus searah (Sumber tegangan DC) memerlukan
biaya dan konstruksi yang lebih rumit, sehingga sebagai penggantinya dibuatlah sumber tegangan AC
(Alternating Current) yang menghasilkan arus listrik bolak balik. Untuk mengubah dari tegangan bolak balik
menjadi tegangan searah diperlukan rangkaian penyearah (dibahas pada materi tersendiri).
Perbedaan tegangan DC dengan tegangan AC dapat dilihat dengan menggunakan alat “Osiloskope”. Dari
tampilan layar Osiloskope dapat dibedakan sebagai berikut :
Tegangan DC
Tegangan AC V
V
I
I
Dilambangkan : + –
Keterangan :
Dilambangkan :

Jika kurva yang dihasilkan osiloskope selalu di atas atau di bawah terus, maka tegangannya adalah DC
dan jika kurva yang dihasilkan kadang di atas kadang di bawah secara bergantian , maka tegangannya
adalah AC.
11
Arus AC adalah arus listrik yang arahnya selalu berbalik secara periodic setiap setengah perioda. Sumber
tegangan AC tidak memiliki kutub + dan kutub – , yang tetap tetapi kutub + dan kutub – nya berubah secara
periodik.
Perhatikan gambar :
Saat polaritas di atas tinggi, maka bagian atas menjadi kutub + dan bagian
bawah menjadi kutub – sehingga arus listrik mengalir dari atas ke bawah
(garis tebal).
–+
Setengah putaran berikutnya, saat polaritas bagian bawah tinggi, maka bagian
R

bawah menjadi kutub + dan bagian atas menjadi kutub – sehingga arus listrik
+–
mengalir dari bawah ke atas ( garis terputus).
Penggunaan tegangan AC dalam kehidupan sehari-hari : Kulkas, TV, Tape, CD, Pemanas Air listrik, Ketel
listrik. Microwave, Pendingin Ruangan, lampu-lampu penerangan, dll).
Keuntungan tegangan AC dibandingkan tegangan DC
1. Tegangan AC lebih mudah untuk diperbesar atau diperkecil hanya dengan menggunakan trafo,
sehingga transmisi / pemindahan energi pada jarak jauh menjadi lebih ekonomis.
2. Motor penggerak AC lebih mudah dan lebih murah dibandingkan motor DC.
3. Switcher (saklar-saklar) pada AC lebih sederhana dari pada pada system DC
Spesifikasi alat alat listrik yang menggunakan tegangan AC selalu dinyatakan dengan nilai tegangan dan arus
listriknya. Dalam merangkaikan dengan jaringan, alat-alat listrik yang menggunakan tegangan AC dirangkai
secara Paralel.
Jembatan Wheatstone (Wheatstone Bridge)
Dalam suatu rangkaian terkadang kita temukan rangkaian yang tidak bisa diselesaikan dengan
menggunakan Rumus Seri dan atau Paralel langsung. Untuk menyelesaikan ranmgkaian seperti ini
digunakan Rumus “Jembatan Wheatstone” rumus ini ditemukan oleh Samuel Hunter Cristie, yang
kemudian di populerkan oleh Sir Charles Wheatstone, sehingga disebut dengan “Jembatan
Wheatstone”. Bentuk rangkaiannya adalah sebagai berikut :
R2
R2
R1
R1
R2
X R1
R4
Y
R5
R5
R5
R3
R4
R3
R3
R4
Tiga rangkaian di atas pada dasarnya adalah sama (coba perhatikan dengan seksama).
Untuk menyelesaikan rangkaian di atas dapat dilakukan dengan dua cara :
Cara 1
Jika Kuat arus listrik yang melewati hambatan R5 adalah nol (I5 = 0), maka akan berlaku persamaan :
“Hasil kali silang hambatan hambatannya adalah sama”
Dari gambar :
R1 x R3 = R2 x R4
Cara 2
Jika kuat arus listrik yang melewati hambatan R5 adalah tidak sama dengan nol (I5  0), maka kita
gunakan rumus pengganti hambatan pada segitiga berlaku persamaan :
hasil kali R yang mengapit
R1
R2
RPengganti 
Jumlah R Pada Segitiga
Rb
Maka berdasarkan gambar :
Ra
R5
R1 x R4
R1 x R5
Ra 
Rb 
Rc
R1  R4  R5
R1  R4  R5
R4
R3
R4 x R5
Rc 
R1  R4  R5
Rangkaian akan berubah menjadi :
Atau berubah menjadi :
R2
Rb
Rb
R2
Rc
R3
Ra
Ra
Rc
R3
Selanjutnya dapat diselesaikan dengan rangakian Seri dan
atau Paralel
12
Download