92 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran

advertisement
92
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
PT. Goodyear Indonesia Tbk semula didirikan dengan nama”NV The
Goodyear Tire & Rubber Company Limited” pada tanggal 26 Januari 1917
berdasarkan Akta Notaris Benjamin ter Kuile No.199, yang kemudian
berubaha nama menjadi “PT. Goodyear Indonesia” berdasarkan Akta Notaris
Eliza Pondang No. 73 tanggal 31 Oktober 1977 yang telah disahkan oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.
Y.A.5/250/7 tanggal 25 Juli 1978. Anggaran dasar perubahan telah
mengalami beberapa kali perubahan dan yang terakhir adalah pada tanggal 16
Juni 1997 berdasarkan Akta Notaris No. 48 Mudofir Hadi, SH, dalam rangka
memenuhi ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas No.1/1995 dan
Peraturan Pasar Modal. Perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman
Republik
Indonesia
dalam
Surat
Keputusan
No.
C2-
1511.HT.01.04.Th.98 tanggal 9 Maret 1998.
Perusahaan bergerak dalam bidang industri ban untuk kendaraan
bermotor, penyaluran dan ekspor ban. Perusahaan mulai beroperasi dalam
bidang usaha perdagangan ban pada tahun 1917. Pabrik perusahaan dibangun
pada tahun 1935 di Bogor sebagai pabrik ban pertama di Indonesia. Kantor
pusat perusahaan berdomisili di Bogor. Pada tanggal 10 November 1980,
perusahaan menawarkan 6.150.000 lembar sahamnya dengan nilai nominal
sebesar Rp.1000,- per lembar saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek
Jakarta (BEJ). Pada tanggal 20 Desember 2000 perusahaan mendaftarkan
34.850.000 lembar sahamnya yang dimiliki oleh The Goodyear tire & Rubber
Company (GTRC) ke BEJ. Sejak tanggal 2 Januari 2001, seluruh saham
perusahaan telah tercatat secara resmi di BEJ.
4.1.1. Visi dan Misi Perusahaan
Visi PT. Goodyear Indonesia, Tbk adalah menjadi perusahaan yang
terbaik di bidang industri ban dan karet di seluruh dunia. Misi PT. Goodyear
Indonesia, Tbk adalah Menjadi pemimpin di bidang industri ban dan
37
pemasarannya. Sedangkan untuk menjadi bagian yang terbaik di dunia,
nilai-nilai Goodyear secara keseluruhan dirangkum dalam satu kalimat
”Protect Our Good Name”.
4.1.2. Strategi Perusahaan
Strategi yang dijalankan PT. Goodyear Indonesia, Tbk dalam
menjalankan aktivitasnya dibidang produsen ban terkemuka yaitu fokus
pada strategi jangka panjang. Strategi jangka panjang tersebut adalah Fokus
pada ciri keunggulan inovasi dalam setiap produk, Peningkatan kompetensi
perseroan dalam penciptaan produk yang berwawasan lingkungan,
pengembangan keahlian dan teknologi untuk penetrasi usaha pada pasar
produk turunan karet lainnya, perluasan pangsa pasar diversifikasi target
konsumen, peningkatan pembukaan Goodyear branded outlet baru,
peningkatan penerapan Continous Improvement System di seluruh lini
produksi, memastikan penerapan tata kelola perusahaan yang baik dan
komitmen pada standar keselamatan kerja dan konsistensi peningkatan
kompetensi sumberdaya manusia.
Strategi tersebut dijalankan untuk meningkatkan kapasitas produksi
perusahaan. Dengan meningkatnya kapasitas produksi dengan kualitas yang
baik diharapkan mampu meningkatkan penjualan ekspor ke berbagai negara.
4.1.3. Struktur Organisasi
Organisasi adalah suatu kesatuan sosial dari kelompok individu
(orang), yang saling berinteraksi menurut suatu pola yang terstuktur dengan
cara tertentu sehingga setiap anggota organisasi mempunyai tujuan tertentu,
dan juga mempunyai batasan-batasan yang jelas, sehingga dapat dipisahkan
secara tegas dari lingkungannya. Struktur organisasi PT. Goodyear
Indonesia Tbk. bersifat fleksibel, karena hampir setiap tahun susunan
organisasinya mengalami perubahan, maksudnya untuk menyesuaikan
dengan keadaan, seperti kemajuan atau kemunduran yang telah dialami atau
dicapai perusahaan didalam menjalankan usahanya. Adapun bentuk struktur
organisasinya PT. Goodyear Indonesia Tbk. berbentuk Line and Staff
Organization (Gambar 3) dan uraian mengenai struktur organisasi PT.
38
Goodyear Indonesia Tbk. menurut tanggung jawab masing-masing
departemen sebagai berikut :
Gambar 3. Struktur Organisasi
4.2. Perkembangan Keuangan Perusahaan
Untuk menilai perkembangan usaha perusahaan dari tahun ke tahun
digunakan analisis trend, dengan melihat kecenderungan pergerakan pos-pos
dalam laporan keuangan jika dibandingkan dengan pos yang sama pada tahun
dasar. Periode pengamatan adalah lima tahun, yaitu tahun 2006-2010. Tahun
dasar yang digunakan adalah tahun 2006 yang merupakan tahun pertama
periode pengamatan analisa perkembangan perusahaan. Dalam penelitian ini,
analisis trend merupakan alat analisa pendukung yang dijadikan dasar dalam
mengintrepetasikan hasil dari analisis kinerja yang dihasilkan dalam analisis
rasio, baik analisis likuiditas, solvabilitas, profitabilitas maupun aktivitas.
39
Sehingga komponen-komponen yang dilihat dalam analisis trend adalah
komponen yang digunakan dalam analisis rasio. Hasil analisis trend terhadap
laporan neraca dan laporan rugi laba dapat dilihat pada Lampiran 4 dan 5.
4.2.1. Perkembangan Neraca
Struktur permodalan PT. Goodyear Indonesia,Tbk didanai oleh hutang
dan modal sendiri. Dilihat dari laporan neraca perusahaan, pendanaan
banyak dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri (ekuitas).
Komponen hutang yang ada pada perushaan meliputi hutang lancar dan
hutang tidak lancar. Komponen hutang lancar meliputi hutang usaha, uang
muka dari pihak hubungan istimewa, hutang lain-lain, biaya yang masih
harus dibayar, hutang pajak, hutang dividen, pinjaman jangka panjang yang
akan jatuh tempo, kewajiban diestimasi produk dan penyisihan imbalan
kerja. Sedangkan komponen hutang tidak lancar meliputi hutang lain-lain
dari pihak hubungan istimewa, pinjaman jangka panjang dan penyisihan
imbalan kerja. Dan komponen modal sendiri pada perusahaan terdiri dari
modal disetor yang berbentuk lembaran saham dan saldo laba.
Analisis trend terhadap laporan neraca dilakukan terhadap komponenkomponen yang digunakan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan,
baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kondisi keuangan jangka
pendek dilihat dari komponen yang digunakan untuk menilai likuiditas
perusahaan, yaitu hutang lancar dan aktiva lancar. Sementara, kondisi
keuangan jangka panjang dilihat dari komponen yang digunakan untuk
menilai solvabilitas perusahaan, yaitu hutang, aktiva dan modal.
Pada Gambar 4, terlihat bahwa analisa trend dengan menggunakan
tahun dasar terhadap komponen-komponen laporan neraca yang digunakan
untuk melihat likuiditas perusahaan, aktiva lancar cenderung mengalami
peningkatan, namun tidak begitu signifikan. Peningkatan yang paling besar
terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 169,31 persen, dimana peningkatan
ini disebabkan karena kas dan setara kas, piutang usaha, piutang lain-lain,
tagihan restitusi pajak serta persediaan. Pada tahun 2010 dapat dilihat bahwa
jumlah kenaikan yang terbesar terjadi pada tagihan restitusi pajak, piutang
40
usaha dan piutang lain-lain serta persediaan perusahaan yang mengalami
peningkatan 2 kali lipat, hal ini disebabkan karena penjualan barang.
Gambar 4. Perkembangan Komponen Likuiditas Terhadap Laporan
Neraca PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006 - 2010
Selama tahun 2006-2010, hutang lancar cenderung mengalami
peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun selama 5 tahun terakhir.
Peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2009 dan 2010 yaitu masing-masing
sebesar 306,20 sebesar 421,60 persen. Peningkatan ini terjadi karena hutang
usaha hutang lain-lain perusahaan yang mengalami peningkatan masingmasing 2 kali lipat dan 3 kali lipat dari tahun dasarnya. Hal ini disebabkan
karena pembelian suku cadang mesin sehubungan dengan perluasan
kapasitas produksi perusahaan. Hutang pajak perusahaan mengalami
peningkatan yang begitu besar terjadi pada tahun 2009.
Dalam jangka waktu lima tahun (2006-2010), perusahaan terus
mengalami pertambahan investasi dalam aktiva tetap yang didanai oleh
pinjaman (hutang). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5 bahwa dengan
analisis trend jumlah aktiva tetap mengalami kecenderungan meningkat,
terutama pada tahun 2009 dan 2010 yang disebabkan investasi yang
dilakukan perusahaan berupa gedung dan mesin dalam rangka perluasan
kapasitas produksi dan mendukung kelancaran kegiatan operasional
perusahaan.
41
Trend (%)
Aktiva Tetap
550,00
500,00
450,00
400,00
350,00
300,00
250,00
200,00
150,00
100,00
50,00
-
Total Hutang
Modal Sendiri
Total Aktiva
501,93
100,00
2006
2007
172,77
161,35
127,44
106,50
2008
417,93
397,13
410,25
431,08
422,70
224,76
247,91
252,90
147,69
148,07
105,51
2009
Tahun
2010
Gambar 5. Perkembangan Komponen Solvabilitas dan Aktiva Tetap
Terhadap Laporan Neraca PT. Goodyear Indonesia Tbk
Periode 2006-2010
Berdasarkan analisis trend dengan menggunkan tahun dasar terhadap
komponen-komponen laporan neraca yang
mencerminkan solvabilitas
perusahaan menunjukkan kecenderungan yang meningkat dalam dua tahun
terakhir dengan laju peningkatan terbesar terjadi dalam komponen aktiva
tetap, total hutang, total aktiva dan modal sendiri. Dalam Gambar 5, terlihat
peningkatan terbesar terjadi pada komponen aktiva tetap tahun 2009 dan
2010 yang meningkat masing-masing sebesar 501,93 persen dan 431,08
persen dari tahun dasarnya. Untuk total hutang peningkatan terbesar terjadi
dari tahun 2008-2010 yaitu sebesar 4 kali lipat dari tahun dasarnya.
Kenaikan yang besar ini dikarenakan perusahaan mempunyai hutang kepada
pihak hubungan istimewa. Selanjutnya peningkatan total aktiva terbesar
terjadi pada tahun 2009 dan 2010 masing-masing sebesar 247,91 persen dan
252,90 persen dari tahun dasarnya yang dikarenakan karena kenaikan kas
dan setara kas dan aktiva tetap. Sedangkan peningkatan komponen modal
sendiri lebih disebabkan karena peningkatan saldo laba.
4.2.2. Perkembangan Rugi Laba
Analisis trend terhadap laporan rugi laba perusahaan dilakukan pada
komponen-komponen
yang
digunakan
untuk
melihat
kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba. Komponen-komponen tersebut adalah
nilai pendapatan usaha, harga pokok penjualan, beban usaha dan laba bersih.
Trend (%)
42
Penjualan
Harga Pokok Penjualan
Beban Usaha
Laba Bersih
500,00
450,00
400,00
350,00
300,00
250,00
200,00
150,00
100,00
50,00
-
476,78
263,06
166,95
111,30
110,83
108,66
100,00
2006
2007
133,39
131,59
122,44
127,97
126,68
105,87
3,20
2008
Tahun
2009
177,36
177,32
174,59
2010
Gambar 6. Perkembangan Terhadap Laporan Rugi Laba PT. Goodyear
Indonesia Tbk Periode 2006-2010
Pada Gambar 6 terlihat bahwa penjualan cenderung mengalami
peningkatan, namun peningkatan penjualan tidak terlalu besar dari tahun
dasar. Peningkatan penjualani juga diikuti dengan peningkatan harga pokok
penjualan yang hampir sama besar dengan penjualan.
Berbeda dengan penjualan dan harga pokok penjualan yang
mengalami peningkatan, beban usaha mengalami perubahan yang fluktuatif
peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2010, hal ini disebabkan karena
peningkatan beban umum dan administrasi perusahan masing-masing
sebesar 186,72 persen dan 166,97 persen dari tahun dasarnya. Peningkatan
beban usaha tersebut disebabkan meningkatnya biaya iklan dan promosi
yang dilakukan untuk meningkatan penjualan. Terlihat pada Gambar 6,
bahwa peningkatan laba bersih juga mengalami perubahan yang fluktuatif.
Dapat terlihat bahwa pada tahun 2008 perusahaan mengalami penurunan
laba bersih dan hanya memperoleh laba bersih sebesar 3,20 persen. Hal ini
disebabkan karena peningkatan penjualan yang dilakukan perusahaan juga
diikuti oleh peningkatan harga pokok penjualan dan beban usaha
perusahaan. Selain itu pada tahun 2008 perusahaan mengalami kerugian
selisih kurs yang sangat besar. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2008
Indonesia mengalami krisis ekonomi hingga melemahnya Rupiah (Rp)
terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) dan kurs yang berlaku pada tahun
2008 adalah 1$ = Rp 11.050. Pada tahun 2009 kembali memperoleh laba
43
bersih masing-masing sebesar 476,78 persen. Pada tahun ini perusahaan
memperoleh keuntungan selisih kurs yang sangat besar dengan kurs yang
berlaku 1$ = Rp 9.400,-.
4.3. Proyeksi Keuangan Perusahaan
Analisis peramalan digunakan dalam menentukan proyeksi keuangan
perusahaan untuk tahun 2011. Dilihat dari uji pola data yang dilakukan
dengan Time Series Out untuk komponen neraca dan rugi laba menunjukkan
bahwa pola data untuk komponen neraca dan rugi laba tidak stasioner.
Diketahui bahwa adanya trend pada data, maka penggunaan peramalan yang
tepat untuk data yang tidak stasioner akan lebih tepat jika menggunakan
metode Double Exponential Smoothing. Hasil uji pola data neraca dan rugi
laba dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7. Sedangkan untuk peramalan
kebutuhan
keuangan yang digunakan dengan metode double exponential
smoothing untuk neraca dan rugi laba tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada
lampiran 8 dan 9.
4.3.1. Neraca
Analisis forecasting atau peramalan terhadap komponen neraca
dilakukan untuk melihat kondisi keuangan di masa yang akan datang, yaitu
untuk periode 2011 dan 2012. Komponen tersebut adalah aktiva lancar,
aktiva tetap, hutang lancar, hutang tidak lancar dan ekuitas perusahaan.
Analisis terhadap komponen neraca ini bertujuan untuk mengetahui
kebutuhan dana untuk masing-masing komponen.
1. Aktiva Lancar
Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka
dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3
untuk memprediksi aktiva lancar di masa mendatang. Hasil tingkat
akurasi yang dihasilkan sebagai berikut :
44
Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa
tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan
dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan
dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling
kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi aktiva lancar
untuk tahun 2011 adalah Rp 550.950.000.000 dan untuk tahun 2012
sebesar Rp 600.878.000.000. Berikut ini adalah grafik peningkatan aktiva
lancar periode 2011 dan 2012:
Gambar 7. Proyeksi Aktiva Lancar Tahun 2011 dan 2012
2. Aktiva Tetap
Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka
dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3
untuk memprediksi aktiva tetap di masa mendatang. Hasil tingkat akurasi
yang dihasilkan sebagai berikut :
Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa
tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan
dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan
dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling
kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi aktiva tetap
untuk tahun 2011 adalah Rp 898.759.000.000 dan untuk tahun 2012
45
sebesar Rp 1.042.491.000.000. Berikut ini adalah grafik peningkatan
aktiva tetap tahun 2011 dan 2012:
Gambar 8. Proyeksi Aktiva Tetap Tahun 2011 dan 2012
3. Hutang Lancar
Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka
dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3
untuk memprediksi hutang lancar di masa mendatang. Hasil tingkat
akurasi yang dihasilkan sebagai berikut :
Gambar 9. Proyeksi Hutang Lancar Tahun 2011 dan 2012
Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa
tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan
46
dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan
dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling
kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi hutang lancar
untuk tahun 2011 adalah Rp 683.180.000.000 dan untuk tahun 2012
sebesar Rp 795.567.000.000.
4. Hutang Tidak Lancar
Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka
dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3
untuk memprediksi hutang tidak lancar di masa mendatang. Hasil tingkat
akurasi yang dihasilkan sebagai berikut :
Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa
tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan
dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan
dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling
kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi hutang tidak
lancar untuk tahun 2011 adalah Rp 308.920.000.000 dan untuk tahun
2012 sebesar Rp 351.527.000.000.
Gambar 10. Proyeksi Hutang Tidak Lancar Tahun 2011 dan 2012
47
5. Ekuitas
Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka
dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3
untuk memprediksi ekuitas di masa mendatang. Hasil tingkat akurasi
yang dihasilkan sebagai berikut :
Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa
tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan
dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan
dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling
kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi ekuitas untuk
tahun 2011 adalah Rp 457.609.000.000 dan untuk tahun 2012 sebesar Rp
496.275.000.000.
Gambar 11. Proyeksi Ekuitas Tahun 2011 dan 2012
4.3.2. Rugi Laba
Analisis forecasting atau peramalan terhadap komponen rugi laba
dilakukan untuk mengetahui komponen rugi laba periode 2011 dan 2012.
Adapun komponen yang akan di ramal adalah penjualan, harga pokok
penjualan, biaya usaha serta laba bersih. Analisis terhadap komponen neraca
48
ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan dana untuk masing-masing
komponen.
1. Penjualan
Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka
dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3
untuk memprediksi penjualan di masa mendatang. Hasil tingkat akurasi
yang dihasilkan sebagai berikut :
Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa
tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan
dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan
dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling
kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi penjualan
untuk tahun 2011 adalah Rp 1.785.990.000.000 dan untuk tahun 2012
sebesar Rp 1.958.563.000.000.
Gambar 12. Proyeksi Penjualan Tahun 2011 dan 2012
2. Harga Pokok Penjualan
Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka
dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3
untuk memprediksi harga pokok penjualan di masa mendatang. Hasil
tingkat akurasi yang dihasilkan sebagai berikut :
49
Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa
tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan
dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan
dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling
kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi harga pokok
penjualan tahun 2011 adalah Rp 1.577.028.000.000 dan untuk tahun 2012
sebesar Rp 1.723.699.000.000.
Gambar 13. Proyeksi HPP Tahun 2011 dan 2012
3. Biaya Usaha
Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka
dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3
untuk memprediksi biaya usaha di masa mendatang. Hasil tingkat akurasi
yang dihasilkan sebagai berikut :
Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa
tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan
dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan
dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling
50
kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi biaya usaha
tahun 2011 adalah Rp 86.228.000.000 dan untuk tahun 2012 sebesar Rp
94.793.000.000.
Gambar 14. Proyeksi Biaya Usaha Tahun 2011 dan 2012
4. Laba Bersih
Untuk mengetahui parameter yang akan digunakan, maka
dilakukan pengujian dengan α = 0,2 dan β = 0,2 serta α = 0,4 dan β = 0,3
untuk memprediksi laba bersih di masa mendatang. Hasil tingkat akurasi
yang dihasilkan sebagai berikut :
Gambar 15. Proyeksi Laba Bersih Tahun 2011 dan 2012
51
Berdasarkan tingkat perbandingan akurasi, dapat dilihat bahwa
tingkat akurasi menggunakan α = 0,2 dan β = 0,2 lebih tepat digunakan
dibandingkan dengan α sebesar 0,4 dan β sebesar 0,3. Hal ini dibuktikan
dengan forecast errornya, dimana MAPE, MAD dan MSD nya paling
kecil. Dengan demikian diperoleh data mengenai proyeksi laba bersih
tahun 2011 adalah Rp 99.766.000.000 dan untuk tahun 2012 sebesar Rp
115.931.000.000.
4.4. Komposisi Keuangan Perusahaan
Analisis persentase per komponen atau analisis vertikal adalah analisis
yang digunakan untuk mengetahui proporsi investasi pada masing-masing
aktiva terhadap total aktivanya. Selain itu, untuk mengetahui struktur
permodalan dan komposisi biaya yang terjadi dihubungkan dengan jumlah
pendapatan perusahaan. Dalam penelitian ini, analisis persentase per
komponen juga merupakan analisis pendukung dari analisis rasio yang
digunakan dalam mengintrepetasikan hasil analisis rasio. Hasil analisis
persentase per komponen terhadap laporan neraca dan rugi laba dilihat pada
lampiran 10 dan 11.
4.4.1. Komposisi Neraca
Analisis persentase per komponen terhadap laporan neraca dilakukan
terhadap komponen-komponen yang digunakan dalam analisis rasio untuk
melihat kondisi likuiditas dan solvabilitas perusahaan. Komponen tersebut
adalah total aktiva, total hutang dan modal sendiri. Analisis ini bertujuan
untuk memberikan gambaran bagaimana perubahan yang terjadi pada tiaptiap pos dalam laporan neraca dan juga untuk melihat struktur permodalan
perusahaan serta proporsi investasi pada aktiva perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis persentase per komponen terhadap laporan
neraca menunjukkan bahwa pada sisi aktiva, komponen aktiva tetap
memiliki proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar
untuk periode 2008-2010. Hal ini disebabkan karena menurunnya
persediaan yang dimiliki perusahaan dan piutang. Berbeda dengan aktiva
lancar, aktiva tetap terus mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar
terjadi pada tahun 2008-2010. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan
52
selama periode 2008-2010 lebih banyak mengalokasikan dananya untuk
melakukan investasi jangka panjang, dalam hal ini adalah gedung dan mesin
untuk perluasan produksi. Perkembangan dalam lima tahun terakhir dapat
dilihat pada Gambar 16.
Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
Proporsi Terhadap
Total Aktiva (%)
100,00
80,00
68,07
60,00
40,00
56,71
43,29
31,93
64,65
56,42
43,58
54,43
45,57
35,35
20,00
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Gambar 16. Perkembangan Proporsi Komponen Aktiva Terhadap Total
Aktiva PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010
Sedangkan untuk komponen passiva selama lima tahun terakhir
(2006-2010), sumber dana untuk membiayai kegiatan operasional
perusahaan berasal dari hutang, baik hutang jangka pendek maupun hutang
jangka panjang serta modal. Proporsi hutang rata-rata adalah sebesar 56,89
persen, sedangkan rata-rata untuk modal adalah sebesar 43,11 persen,
sedikit lebih kecil dari hutangnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa dalam 3
tahun terakhir perusahaan lebih banyak menggunakan hutang untuk
mendanai kegiatan operasional perusahaan dibandingkan dengan modal
sendiri perusahaan. Perkembangan proporsi passiva dapat dilihat pada
Gambar 17.
53
Proporsi Terhadap
Total Aktiva (%)
Total Hutang
100,00
90,00
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
-
70,98
61,83
63,17
63,80
36,83
36,20
51,67
48,33
38,17
2006
Total Modal Sendiri
29,02
2007
2008
Tahun
2009
2010
Gambar 17. Perkembangan Proporsi Komponen Passiva Terhadap Total
Passiva PT. Goodyear Indonesia Tbk Periode 2006-2010
4.4.2. Komposisi Rugi Laba
Dalam analisis persentase per komponen terhadap laporan rugi laba,
komponen yang dilihat adalah komponen yang digunakan untuk menilai
kondisi profitabilitas perusahaan. Analisis ini bertujuan untuk melihat
proporsi biaya yang terjadi dihubungkan dengan nilai pendapatan
(penjualan) perusahaan.
Beban Usaha
Harga Pokok Penjualan
laba Kotor
Laba Bersih
Proporsi Terhadap
Pendapatan (%)
Pendapatan/Beban Lain-lain
100
80
91,47
89,68
92,4
10,32
4,94
3,89
0,23
2007
7,6
4,11
0,07
2008
Tahun
85,1
90,06
60
40
20
0
8,53
4,92
2,59
0,12
2006
14,9
9,37
4,99
3,19
2009
9,94
4,92
3,84
2010
Gambar 18. Perkembangan Proporsi Komponen Rugi Laba Terhadap
Pendapatan Usaha (Penjualan) PT. Goodyear Indonesia Tbk
Periode 2006-2010
Pada Gambar 18, dapat dilihat bahwa komponen harga pokok
penjualan merupakan komponen dengan proporsi pengurang terbesar
terhadap total penjualan. Terlihat bahwa proporsi harga pokok penjualan
54
terhadap penjualan yang rata-ratanya sebesar 89,74 persen. Hal ini
menunjukkan besarnya proporsi penjualan yang terserap ke dalam
komponen harga pokok penjualan. Hal itu tentu akan menyebabkan proporsi
laba kotor mengikuti arah yang berlawanan.
Selain komponen harga pokok penjualan, komponen biaya yang
memiliki proporsi terbesar kedua terhadap penjualan adalah beban usaha
dengan nilai rata-rata sebesar 4,77 persen. Pada pos beban usaha
menunjukkan proporsi yang cenderung sama, walaupun di tahun 2008
perusahaan
mampu
menekan
beban
usaha
perusahaan.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa perusahaan berupaya untuk terus menjaga dan
melakukan efisiensi biaya dalam kegiatan operasionalnya.
Proporsi laba bersih cenderung mengalami peningkatan walaupun
tidak begitu besar. Perusahaan mengalami penurunan laba bersih pada tahun
2008 yaitu sebesar 0,07 persen, hal ini disebabkan karena tingginya harga
pokok penjualan dan terjadi kerugian atas selisih kurs. Laba bersih kembali
mengalami peningkatan terbesar yaitu pada tahun 2009 yaitu sebesar 9,37
persen. Peningkatan ini lebih disebabkan karena rendahnya proporsi beban
usaha dan harga pokok penjualan di tahun tersebut. Sedangkan di tahun
2010 laba bersih yang diperoleh perusahaan kembali menurun yaitu sebesar
3,84 persen.
4.5. Kinerja Perusahaan PT. Goodyear Indonesia, Tbk
Analisis rasio digunakan untuk menilai tingkat likuiditas, solvabilitas,
profitabilitas dan aktivitas
PT. Goodyear Indonesia Tbk. Melalui hasil
analisis ini aka diperoleh gambaran mengenai kondisi keuangan dan
perkembangan perusahaan pada tahun 2006-2010. Dalam mengintrepetasikan
angka rasio, dipergunakan hasil yang diperoleh dari analisis trend dan analisis
persentase per komponen. Hasil analisis rasio terhadap laporan neraca dan
rugi laba dapat dilihat pada lampiran 12.
4.5.1. Rasio Likuiditas
Analisis rasio likuiditas akan menunjukkan posisi keuangan jangka
pendek perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan untuk
55
memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih atau jatuh tempo.
Hubungan antara pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar dalam neraca
merupalkan komponen yang penting dalam menentukan tingkat likuiditas
perusahaan. Perkembangan rasio likuiditas aktual perusahaan dengan
standard yang ditetapkan perusahaan dapat dilihat pada Tabel 2:
Tabel 2. Perkembangan Rasio Likuiditas Tahun 2006-2010
Tahun
RataKondisi Rasio
rata
2006 2007 2008 2009 2010
Lancar
Aktual
215,19
135,24
148,79
90,48
86,42
135,22
144,71
84,45
98,38
49,55
51,32
85,68
Lancar 201,00 123,00 110,00
77,00
86,00
119,40
-
-
-
Cepat
Standard
Cepat
-
-
-
Dilihat dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa perkembangan rasio likuiditas
perusahaan semakin menurun. Hal ini juga terlihat pada Grafik trend
perkembangan nilai rasio likuiditas pada Gambar 19.
Current ratio
Quick ratio
Persentase (%)
250,00
215,19
200,00
144,71
150,00
100,00
135,24
84,45
148,79
98,38
90,48
86,42
51,32
49,55
50,00
2006
2007
2008
2009
2010
Tahun
Gambar 19. Perkembangan Rasio Likuiditas PT. Goodyear Indonesia Tbk
Periode 2006-2010
Bila dilihat perkembangannya, secara umum rasio likuiditas PT.
Goodyear Indonesia Tbk mengalami perubahan secara fluktuatif setiap
tahunnya.
Analisis
likuiditas
dengan
menggunakan
rasio
diatas
menunjukkan bahwa perusahaan mempunyai kemampuan sedikit kurang
56
baik dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini dapat dilihat
perkembangan yang cenderung menurun.
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
membayar semua kewajiban jangka pendeknya. Dilihat dari lima tahun
terakhir
(2006-2010),
rasio
lancar
perusahaan
menunjukkan
perkembangan yang semakin menurun. Rata-rata rasio lancar PT.
Goodyear Indonesia Tbk adalah 135,22 persen. Angka ini berada diatas
standar rata-rata rasio lancar yang ditetapkan perusahaan yaitu sebesar
119,40 persen. Angka ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1,00,- hutang
lancar dijamin dengan aktiva lancar sebesar Rp. 1,35,-. Dapat dikatakan
bahwa kemampuan perusahaan cukup baik dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya dibandingkan dengan rata-rata standar perusahaan
sebesar Rp. 1,19,-.
Perkembangan nilai rasio ini dipengaruhi oleh perkembangan
aktiva lancar dan hutang lancar perusahaan. Jumlah hutang lancar selama
lima tahun pengamatan menunjukkan nilai yang lebih kecil dari nilai
aktiva lancar perusahaan. Pada periode 2010, nilai hutang lancar
mendekati nilai aktiva lancarnya sehingga didapatkan nilai rasio
lancarnya paling kecil daripada tahun-tahun lainnya yaitu sebesar 86,42
persen.
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan
dalam
memenuhi
kewajibannya
dengan
tidak
memperhitungkan
persediaan. Dalam rasio ini persediaan tidak diperhitungkan dengan
anggapan bahwa persediaan merupakan aktiva lancar yang iliquid atau
lambat untuk dicairkan menjadi uang kas.
Dapat dilihat bahwa rasio cepat mengalami kecenderungan yang
semakin menurun. Penurunan ini terjadi karena perusahaan mengalami
kenaikan total kewajiban lancar perusahaan yang disebabkan hutang
usaha, hutang lain-lain dan hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo
dan harus segera dipenuhi perusahaan. Begitu juga dengan aktiva lancar
57
tanpa persediaan yang mengalami peningkatan sebanding dengan
kenaikan hutang lancar. Sehingga rasio ini cenderung mengalami
penurunan karena peningkatan aktiva juga diikuti dengan peningkatan
hutang lancar perusahaan.
Dari hasil analisis rasio ini, rata-rata rasio cepat PT. Goodyear
Indonesia Tbk adalah 85,68 persen yang berarti bahwa setiap Rp. 1,00,hutang lancar dijamin dengan Rp. 0,85,- aktiva lancar tanpa persediaan.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan kurang mampu mendanai hutang
lancar nya kepada kreditur.
4.5.2. Rasio Solvabilitas
Analisis rasio solvabilitas dilakukan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajiban keuangannya, baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang atau memenuhi kewajibankewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.
Tabel 3. Perkembangan Rasio Solvabilitas Tahun 2006-2010
Tahun
Kondisi
Rasio
2006 2007 2008 2009 2010
Hutang
Aktual
Hutang thp
Ekuitas
Hutang Jk
Panjang thp
Ekuitas
Ekuitas thp
Total
Aktiva
Hutang
Standard
Hutang thp
Ekuitas
Hutang Jk
Panjang thp
Ekuitas
Ekuitas thp
Total
Aktiva
Ratarata
38,17
48,33
70,98
63,17
63,80
56,89
61,73
93,53
244,53
171,49
176,23
149,50
10,57
12,37
143,62
65,42
30,57
52,51
61,83
51,67
29,02
36,83
36,20
43,11
38,00
48,00
71,00
66,00
64,00
57,40
62,00
94,00
245,00
191,00
176,00
153,60
-
-
112,00
66,00
45,00
44,60
-
-
-
-
-
-
Bagi para pemegang saham dan kreditur, tingkat solvabilitas ini
sangat penting karena akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menanggung seluruh beban hutang dan jaminan untuk para pemegang
58
saham jika perusahaan dilikuidasi. Data-data pada pos aktiva, hutang serta
ekuitas digunakan untuk mengetahui tingkat stabilitas keuangan untuk
jangka panjang.
Penilaian tingkat solvabilitas PT. Goodyear Indonesia, Tbk
dilakukan dengan menggunakan rasio hutang, rasio hutang terhadap
ekuitas, rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas dan rasio ekuitas
terhadap total aktiva. Data perkembangan rasio solvabilitas dapat dilihat
pada Tabel 3 diatas.
Sedangkan trend grafik perkembangan rasio solvabilitas
PT.
Goodyear Indonesia Tbk dapat dilihat pada Gambar 20.
Rasio Hutang
Rasio Hutang thp Ekuitas
Rasio Hutang Jk Panjang thp Ekuitas
Rasio Ekuitas thp Total Aktiva
300,00
244,53
Persentase (%)
250,00
200,00
143,62
150,00
93,53
100,00
61,83
61,73
38,17
10,57
50,00
2006
51,67
48,33
12,37
2007
70,98
29,02
2008
Tahun
2009
171,49
176,23
65,42
63,17
36,83
63,80
36,20
30,57
2010
Gambar 20. Perkembangan Rasio Solvabilitas PT. Goodyear Indonesia
Tbk Periode 2006-2010
a.
Rasio Hutang (Debt Ratio)
Rasio hutang digunakan untuk menunjukkan banyaknya jumlah
aktiva yang dibiayai dengan menggunakan pinjaman (hutang). Selama
periode 2006-2010 nilai rata-rata rasio ini sebesar 56,89 persen. Yang
artinya aktiva yang dibiayai oleh pinjaman adalah sebesar 56,89 persen
sedangkan 43,11 persen dibiayai oleh modal. Rasio ini lebih rendah
dibandingkan dengan rata-rata standar rasio hutang yang ditetapkan
perusahaan yaitu sebesar 57,40 persen. Kondisi ini menunjukkan resiko
yang tidak terlalu besar ditanggung perusahaan. Karena perbedaan
59
aktiva yang dibiayai hutang dan aktiva yang dibiayai modal tidak terlalu
jauh bedanya.
Dilihat dari Gambar 20, terlihat adanya fluktuasi dengan
kecenderungan yang meningkat di tahun 2007-2008. Hal ini
mengindikasikan bahwa perusahaan berani mengambil resiko dengan
melakukan pinjaman yang lebih besar untuk membiayai aktivanya
karena adanya perluasan kapasitas produksi, sedangkan di tahun 20092010 relatif menurun dan stabil.
b. Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt/Equity ratio)
Rasio hutang terhadap ekuitas menunjukkan proporsi hutang
yang dapat dijamin dengan modal sendiri. Perkembangan rasio ini
menunjukkan trend yang berfluktuatif setiap tahunnya.
Nilai rata-rata untuk rasio ini selama lima tahun terakhir adalah
149,50 persen, yang artinya setiap Rp. 1,00,- modal perusahaan
digunakan untuk menjamin Rp. 1,49,-. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan
memiliki
kemampuan
untuk
menjamin
kewajiban
perusahaan dengan modal sendiri apabila perusahaan dilikuidasi,
walaupun rata-rata rasio ini berada dibawah standard yang ditetapkan
oleh perusahaan. Dilihat dari Gambar 20, rasio ini terus mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan karena komponen hutang mengalami
peningkatan yang dikarenakan adanya pinjaman jangka panjang yang
dilakukan perusahaan untuk membiayai perluasan kapasitas produksi.
c.
Rasio Hutang Jangka Panjang terhadap Ekuitas
Rasio hutang jangka panjang terhadap ekuitas menunjukkan
proporsi hutang jangka panjang dan modal sendiri dalam pembiayaan
aktiva dan juga merupakan jaminan modal sendiri terhadap hutang
jangka panjang. Nilai rata-rata rasio ini selama periode 2006-2010
adalah sebesar 52,51 persen, yang berarti bahwa perusahaan mampu
menjamin Rp. 0,52,- hutang jangka panjangnya dengan Rp. 1.00,modal sendiri.
60
Rasio ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan
peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2008 yakni sebesar 143,62
persen jauh diatas standar rasio perusahaan yaitu sebesar 112 persen.
Kenaikan ini terjadi karena hutang jangka panjang perusahaan
mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan
kenaikan modal. Peningkatan hutang jangka panjang perusahaan
disebabkan karena adanya pinjaman jangka panjang yang dilakukan
perusahaan yang sebagian besarnya digunakan untuk membiayai
pengembangan kapasitas produksi perusahaan.
d. Rasio Ekuitas terhadap Total Aktiva
Rasio perbandingan antara modal sendiri dengan total aktiva
mencerminkan besarnya proporsi jumlah aktiva yang dibiayai dari
pinjaman dan modal sendiri, disamping menunjukkan tingkat keamanan
bagi kreditur. Nilai rasio modal sendiri terhadap total aktiva perusahaan
menunjukkan penurunan selama lima periode analisa. Rata-rata nilai
rasio ini adalah 43,11 persen. Angka ini berarti bahwa selama lima
tahun pengamatan 43,11 persen aktiva dibiayai dari modal sendiri,
sedangkan 56,89 persen dibiayai dari pinjaman.
4.5.3. Rasio Profitabilitas
Analisis profitabilitas bertujuan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu. Selain itu
juga dapat mengetahui efisiensi perusahaan dalam penggunaan atau
pengelolaan modal yang dimiliki. Profitabilitas yang baik akan dapat
meningkatkan
posisi
perusahaan
serta
memperkecil
kemungkinan
kebangkrutan.
Analisis profitabilitas PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan
dengan menggunakan rasio marjin laba kotor, marjin laba bersih, rasio
tingkat pengembalian investasi dan rasio tingkat pengembalian ekuitas.
Perkembangan rasio profitabilitas dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini:
61
Tabel 4. Perkembangan Rasio Profitabilitas Tahun 2006-2010
Tahun
RataKondisi
Rasio
rata
2006 2007 2008 2009 2010
Aktual
Standard
Gross
Profit
8,53
10,32
7,60
14,90
9,94
10,26
Net Profit
2,59
3,89
0,07
9,37
3,84
3,95
ROE
9,03
14,16
0,27
29,15
16,04
13,73
ROI
5,58
7,31
0,08
10,74
5,81
5,90
Gross
Profit
9,00
10,00
8,00
16,00
10,00
10,60
Net Profit
3,00
4,00
-
9,00
4,00
4,00
ROE
9,00
14,00
-
29,00
16,00
13,60
ROI
-
-
-
-
-
-
Sedangkan Grafik trend perkembangan nilai rasio profitabilitas dapat
Persentase (%)
dilihat pada Gambar 21.
Rasio Marjin Laba Kotor
Rasio Marjin Laba Bersih
ROE
ROI
35,00
30,00
25,00
20,00
15,00
10,00
5,00
-
29,15
14,16
10,32
7,31
3,89
9,03
8,53
5,58
2,59
2006
2007
7,60
0,27
0,08
0,07
2008
16,04
9,94
5,81
3,84
14,90
10,74
9,37
2009
2010
Tahun
Gambar 21. Perkembangan Rasio Profitabilitas PT. Goodyear Indonesia
Tbk Periode 2006-2010
a. Rasio Marjin Laba Kotor (Gross Profit Margin Ratio)
Rasio marjin laba kotor (Gross Profit Margin Ratio)
memberikan informasi mengenai laba kotor yang dapat dicapai dari
setiap rupiah penjualan yang dilakukan. Perkembangan rasio marjin
laba kotor PT. Goodyear Indonesia Tbk menunjukkan nilai yang
berfluktuatif. Dilihat dari Gambar 21 tren rasio menunjukkan
kecenderungan meningkat. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun
62
2009 yaitu sebesar 14,90 persen. Sedangkan rata-rata rasio marjin laba
kotor PT. Goodyear Indonesia Tbk adalah 10,26 persen, yang artinya
setiap Rp. 1,00,- penjualan yang dilakukan perusahaan akan
menghasilkan laba kotor sebanyak Rp. 0,1026,-.
Rata-rata rasio marjin laba kotor yang diperoleh perusahaan
periode 2006-2010 sedikit lebih rendah dari standar rasio yang
ditetapkan perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan terus
melakukan efisiensi operasi perusahaan dan penetapan harga jual untuk
mendapatkan laba kotor.
b. Rasio Marjin Laba Bersih (Net Profit Margin Ratio)
Rasio marjin laba bersih (net profit margin ratio) menunjukkan
tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan yang
dilakukan perusahaan. Selama lima tahun pengamatan, nilai rasio ini
menunjukkan nilai yang berbeda-beda. Rata-rata rasio ini selama lima
tahun pengamatan adalah sebesar 3,95 persen, artinya setiap Rp. 1,00,penjualan perusahaan akan menghasilkan keuntungan bersih sebesar
Rp. 0,0395,-. Pada tahun 2008, rasio ini menunjukkan nilai yang sangat
jauh dibawah nilai rata-rata yaitu sebesar 0,07 persen. Hal ini
disebabkan karena pada tahun tersebut pereusahaan mengalami
kerugian selisih kurs dalam kegiatan operasional perusahaan.
Pada tahun 2009, rasio ini mengalami peningkatan yang paling
besar, yaitu sebesar 9,37 persen. Kondisi peningkatan tersebut
menunjukkan
meningkatnya
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan laba bersih. Peningkatan yang terjadi pada nilai penjualan
belum tentu dapat meningkatkan marjin laba bersih karena harus
memperhitungkan
faktor-faktor pengurang
yang biasanya turut
mengalami kenaikan seiring dengan naiknya nilai penjualan. Bila
efisiensi dalam harga pokok penjualan maupun beban usaha tidak
ditingkatkan, maka kenaikan pendapatan justru akan memperbesar
beban atau biaya yang timbul.
63
c. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas (ROE)
Rasio tingkat pengembalian ekuitas mengukur seberapa besar
laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan atas modal sendiri yang
ditanamkan untuk pembiayaan usaha. Dalam lima tahun pengamatan,
nilai rasio ini berfluktuasi dengan nilai rata-rata 13,73 berada diatas
standar perusahaan yang hanya 13,60 persen.
setiap Rp. 1,00,-
Yang artinya dalam
modal sendiri yang ditanamkan, perusahaan
menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 0,136,-.
Pada rasio ini peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu
sebesar 29,15 persen. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya
kemampuan modal sendiri perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
sehingga pendapatan yang diterima pemilik perusahaan meningkat.
Peningkatan nilai rasio ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih
yang lebih besar dibandingkan peningkatan modal sendiri.
d. Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (ROI)
Rasio tingkat pengembalian investasi menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atas investasi yang
ditanamkan ke dalam perusahaan dan juga untuk melihat bagaimana
efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Nilai rasio ini
berfluktuasi dengan nilai rata-rata 5,90 persen, yang berarti dalam
setiap Rp. 1,00,- aktiva yang diinvestasikan akan menghasilkan
keuntungan sebesar Rp. 0,0590,-.
Rasio ini mengalami peningkatan terbesar pada tahun 2009 yaitu
sebesar 10,74 persen, hal ini disebabkan oleh peningkatan laba bersih
yang berkaitan dengan nilai pendapatan usaha dan pendapatan lainnlain. ROI merupakan rasio yang umumnya ingin diketahui oleh para
investor sehingga besar kecilnya nilai ROI merupakan daya tarik bagi
investor untuk menanam investasi dalam usaha.
4.5.4. Rasio Aktivitas
Analisis rasio aktivitas dilakukan untuk mengukur tingkat efisiensi
perusahaan
dalam
mengelola
sumber
daya
yang
dimiliki
untuk
melaksanakan kegiatan operasional perusahaan. Pengukuran tingkat
64
aktivitas perusahaan dilakukan dengan menilai tingkat perputaran total
aktiva, perputaran aktiva tetap, rasio perputaran piutang dan periode
pengumpulan piutang.
Perkembangan rasio aktivitas dapat dilihat pada
Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Perkembangan Rasio Aktivitas Tahun 2006-2010
Tahun
Kondisi
Rasio
2006 2007 2008 2009 2010
Aktual
Standard
Perputaran
Total Aktiva
Perputaran
Aktiva Tetap
Perputaran
Piutang
Periode
PengplnPiutang
Perputaran
Total Aktiva
Perputaran
Aktiva Tetap
Perputaran
Piutang
Periode
Pengumpulan
Piutang
Ratarata
2,16
1,88
1,22
1,15
1,51
1,58
6,76
4,34
2,16
1,77
2,78
3,56
7,60
8,22
11,80
11,54
10,16
9,86
47,35
43,82
30,51
31,20
35,42
37,66
2,16
1,88
1,22
1,09
1,51
1,57
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Sedangkan grafik trend perkembangan nilai rasio aktivitas ini dapat
dilihat pada Gambar 22. Pada gambar 22 menunjukkan kondisi rasio
aktivitas perusahaan berdasarkan data aktual.
Rasio Perputaran Total Aktiva
Rasio Perputaran Piutang
Rasio Perputaran Aktiva Tetap
Periode Pengumpulan Piutang
Persentase (%)
60
50
40
47,35
43,82
30
30,51
31,2
11,8
11,54
35,42
20
10
0
7,6
6,76
2,16
2006
8,22
4,34
1,88
2007
2,16
1,22
2008
Tahun
1,77
1,15
2009
10,16
2,78
1,51
2010
Gambar 22. Perkembangan Rasio Aktivitas PT. Goodyear Indonesia Tbk
Periode 2006-2010
65
a. Rasio Perputaran Total Aktiva
Rasio perputaran total aktiva menunjukkan tingkat efektivitas
perusahaan dalam menggunakan seluruh aktivanya untuk menciptakan
penjualan (pendapatan) dan memperoleh laba. Rasio perputaran total
aktiva dapat menunjukkan apakah suatu perusahaan sudah dapat
menghasilkan nilai penjualan sesuai dengan total aktiva yang dimilikinya.
Perkembangan nilai perputaran total aktiva selama lima tahun pengamatan
menunjukkan perubahan secara fluktuatif setiap tahunnya.
Nilai rata-rata perputaran total aktiva selama lima tahun periode
pengamatan adalah sebesar 1,58 kali, artinya setiap Rp. 1,00,- total aktiva
yang dimanfaatkan akan menghasilkan penjualan sebesar Rp. 1,58,-. Nilai
ini sedikit lebih baik jika dibandingkan dengan standar yang ditetapkan
perusahaan yaitu sebanyak 1,57 kali. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan sudah memanfaatkan aktivanya dengan baik dalam rangka
menghasilkan pendapatan.
b. Rasio Perputaran Aktiva Tetap
Rasio perputaran aktiva tetap menunjukkan tingkat efisiensi
penggunaan aktiva tetap dalam usaha memperoleh penjualan. Selama lima
tahun pengamatan (2006-2010), nilai rasio ini mengalami kecenderungan
yang menurun dengan nilai rata-rata sebesar 3,56 kali. Artinya dana yang
tertanam dalam aktiva tetap selama satu periode (1 tahun) berputar 3,56
kali atau setiap Rp. 1,00,- aktiva tetap yang dimanfaatkan perusahaan
menghasilkan Rp. 3,56,- pendapatan usaha.
c. Rasio Perputaran Piutang
Rasio perputaran piutang menunjukkan berapa kali perusahaan
melakukan penagihan terhadap piutangnya dalam satu periode.
PT.
Goodyear Indonesia Tbk mengeluarkan kebijakan penjualan kepada pihak
ketiga dengan jaminan termin pembayaran antara 15 hari sampai 4 bulan.
Sedangkan untuk pihak hubungan istimewa dengan termin 30 hari sampai
180 hari. Secara umum, nilai rata-rapa periode pengumpulan piutang ini
adalah 9,86 kali atau sebanding dengan periode pengumpulan piutang
37,66 hari. Hal ini berarti dalam satu periode perusahaan mampu
66
melakukan kegiatan penagihan piutang sebanyak kurang lebih 9 kali.
Keadaan tersebut masih dapat dikatakan baik karena pembayaran piutang
masih berada pada batas waktu yang ditentukan perusahaan.
4.6. Analisis Du Pont
Analisis Du Pont menunjukkan bagaimana rasio aktivitas dan profit
marjin berinteraksi untuk menentukan profitabilitas aktiva-aktiva yang
dimiliki perusahaan serta tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yang
dihasilkan. ROE digunakan untuk menganalisis cara meningkatkan prestasi
perusahaan dan untuk melihat efektifitas pengelolaan sumber daya untuk
memaksimumkan tingkat pengembalian yang diharapkan bagi pemegang
saham. Hasil analisis Du Pont PT. Goodyear Indonesia Tbk periode 20062010 dapat dilihat pada Lampiran 13. Grafik trend perkembangan nilai ROE
dan komponen yang mempengaruhinya dapat dilihat pada Gambar 23.
Pada Gambar 23 terlihat bahwa perkembangan nilai ROE selama
lima Tahun pengamatan pada PT. Goodyear Indonesia Tbk cenderung
berfluktuasi dengan nilai rata-rata 13,73 persen. Pada tahun 2009 nilai ROE
mengalami peningkatan terbesar, ini menunjukkan kinerja perusahaan yang
meningkat. Hal ini disebabkan karena ROA mengalami peningkatan sebesar
10,74 persen dan proporsi hutang yang digunakan (rasio hutang) juga
meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap
ROE dan proporsi hutang juga memberikan pengaruh positif terhadap
tingkat pengembalian modal perusahaan. Keadaan ROA yang meningkat
pada tahun 2009 ini disebabkan karena peningkatan marjin laba bersih 9,37
persen dan perputaran total aktiva sebesar 1,15. Peningkatan laba bersih
yang lebih besar dari pada peningkatan pendapatan ini meyebabkan marjin
laba bersih meningkat. Peningkatan laba bersih disebabkan karena
perusahaan melakukan efisiensi dalam penekanan biaya harga pokok
penjualan dan beban-beban usaha.
67
Persentase (%)
Return On Equity (ROE)
35
30
25
20
15
10
5
0
Gambar
Return On Asset (ROA)
1- Rasio Hutang
29,15
9,03
5,58
0,62
2006
14,16
10,74
7,31
0,52
2007
0,29
0,27
0,08
2008
Tahun
0,37
2009
16,04
5,81
0,36
2010
23.Perkembangan Nilai ROE dan Komponen yang
Mempengaruhinya Pada PT.Goodyear Indonesia Tbk Periode
2006-2010
4.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan
Berdasarkan analisis trend, persentase per komponen, analisis rasio,
serta analisis Du Pont selama lima periode pengamatan (2006-2010)
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan menunjukkan bahwa kinerja
perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu biaya harga pokok
penjualan dan total hutang perusahaan. Selain itu ketergantungan perusahaan
terhadap kreditur juga tinggi menyebabkan aktiva banyak dibiayai dari
pinjaman. Selain itu kurs mata uang asing juga mempengaruhi kinerja
keuangan perusahaan karena dalam kegiatan operasionalnya perusahaan lebih
banyak menggunakan kurs mata uang asing khususnya dollar.
Download