BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurkumin merupakan polifenol hidrofobik yang berasal dari rimpang tumbuhan kunyit curcuma longa. Kurkumin memiliki aktivitas biologi dan farmakologi yang luas dan secara tradisional telah dimanfaatkan dalam penyembuhan berbagai macam penyakit (Anand et al., 2007). Penelitian beberapa dekade terakhir menunjukkan bahwa kurkumin memiliki aktivitas antioksidan, antikanker, anti-inflamasi dan antitumor (Shishodia et al., 2007). Pemanfaatan kurkumin sebagai bahan aktif obat sangat berkhasiat namun kurkumin mempunyai beberapa sifat yang kurang menguntungkan, seperti kelarutan rendah dalam air, terdegradasi dalam pH basa, kemampuan absorpsi rendah dan metabolisme serta proses eliminasinya cepat sehingga menyebabkan bioavalaibilitasnya rendah. Beberapa strategi dilakukan untuk mengatasi masalah kelarutan, stabilitas dan bioavalaibiltas ini, diantaranya pembuatan bahan hantar nanopartikel, pengunaan bahan hantar liposom, penggunaan kompleks fosfolipid atau dengan strategi formulasi lain yang dapat menyediakan waktu sirkulasi yang lebih lama, permeabilitas yang lebih baik dan resisten terhadap proses metabolisme (Anand et al., 2007). Pembuatan bahan hantar nanopartikel kurkumin telah banyak diteliti dan terbukti dapat meningkatkan kelarutan, stabilitas dan bioavalaibilitas kurkumin. Bahan hantar berbasis nanopartikel mempunyai ukuran yang relatif kecil dan mobilitas yang baik sehingga dapat mencapai dan menembus organ target serta mampu melindungi kurkumin dari metabolisme cepat (Mohanraj dan Chen, 2006). Dalam pembuatan nanopartikel sebagai bahan hantar kurkumin, ada hal penting yang harus diperhatikan yaitu kestabilan sistem nanopartikel karena terkait dengan tingkat agegrasi nanopartikel tersebut. Pemilihan polimer sebagai bahan hantar merupakan faktor penting untuk menghasilkan sistem nanopartikel yang stabil yang mampu mencegah agregasi sistem nanopartikel. Salah satu 1 2 polimer yang potensial yang dapat digunakan sebagai bahan hantar kurkumin adalah kitosan. Kitosan merupakan polimer kationik (bermuatan positif) turunan dari poli-N-asetil-D-glukosamin yang biodegradabel, biokompatibel, tidak beracun dan sering digunakan secara meluas dalam bidang biomedis (Ilium, 1994). Muatan positif kitosan ini sangat penting dalam sistem penghantaran obat karena berperan dalam interaksi dengan obat yang dihantarkannya. Interaksi kitosan dengan obat dapat meningkatkan kelarutan, kestabilan dan bioavalaibilitas obat yang terenkapsulasi didalamnya (Moris et al., 2010). Penggunaan kitosan sebagai bahan hantar obat oral perlu dimodifikasi karena sifatnya yang tidak stabil dalam media asam. Modifikasi dapat dilakukan dengan cara dipadukan dengan polimer atau agen taut silang tertentu agar kitosan lebih inert dan resisten dalam media asam (Beppu et al., 2007). Glutaraldehida merupakan salah satu agen taut silang kitosan yang banyak digunakan karena telah terbukti dapat meningkatkan stabilitas kitosan dalam asam, dapat meningkatkan fiksasi dan harganya murah (Sugita et al., 2009). Dengan demikian, glutaraldehida dapat digunakan sebagai senyawa pengikat kitosan yang efektif dan menjadikannya sebagai matriks pengemban obat yang tahan dalam media asam sehingga dapat digunakan sebagai bahan hantar obat oral (Gupta dan Jabrail, 2006). Pembuatan nanopartikel kitosan hidrofilik dilakukan dengan metode koaservasi. Metode ini menggunakan pencampuran dua fasa larutan yang berbeda muatan pada temperatur kamar, fasa larutan yang satu mengandung polisakarida kitosan dan fasa yang lain mengandung polianion natrium tripolifosfat (TPP). Dalam metode ini, muatan positif gugus amina kitosan berinteraksi dengan gugus negatif tripolifosfat untuk menjadi koaservat berukuran nanometer (Calvo et al., 1997). Penggunaan bahan yang biokompatibel dan biodegradabel menjadi bagian penting dalam pembuatan matriks sebagai bahan hantar obat. Pektin merupakan kandidat yang bagus sebagai bahan hantar menggantikan polianion tripoliposfat karena sifatnya yang lebih biodegradabel, biokompatibel dan tidak beracun. Pektin merupakan polisakarida yang terdiri dari asam D-galakturonik dan metil ester yang terhubung melalui ikatan 1-4 glikosidik dan memiliki muatan negatif 3 karena adanya gugus karboksil (Luppi et al., 2010). Muatan negatif gugus karboksil pektin dapat berinteraksi dengan muatan positif gugus amina kitosan sehingga menghasilkan interaksi elektrostatis akibat adanya perbedaan muatan permukaan tersebut. Besarnya muatan permukaan dapat diatur dengan memvariasikan konsentrasi kitosan-pektin (Mishra et al., 2012) Kekuatan interaksi elektrostatis kitosan-pektin berpengaruh terhadap kestabilan sistem nanopartikel dan kekuatan interaksi elektrostatis tersebut berimbas terhadap laju pelepasan kurkumin dari matriksnya. Laju pelepasan tersebut dapat dikaji dengan pendekatan model kinetika. Penggunaan model kinetika merupakan pendekatan yang sangat berguna untuk memprediksi kinetika dan mekanisme pelepasan obat dari suatu matriks sebelum sistem tersebut diimplementasikan (Dash et al., 2010). Model kinetika yang digunakan untuk mengkaji pelepasan kurkumin adalah persamaan model orde nol, model orde satu, model Higuchi dan model Korsmeyer-Peppas. Model kinetika ini telah banyak digunakan untuk menguji karakteristik pelepasan obat dari matriks polimer karena sifatnya sederhana dan aplikabilitas (Ravi et al., 2007). Berdasarkan kajian kinetika ini dapat diperoleh komposisi matriks optimum yang melepaskan kurkumin paling optimum (jumlah kurkumin yang dilepaskan paling sedikit dan laju pelepasan kurkumin paling lambat). 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah: a. Melakukan sintesis nanopartikel kurkumin terenkapsulasi dalam kitosanpektin tertaut silang glutaraldehida. b. Melakukan karakterisasi nanopartikel kurkumin terenkapsulasi dalam kitosanpektin tertaut silang glutaraldehida. c. Menentukan komposisi optimum nanopartikel kurkumin terenkapsulasi dalam kitosan-pektin tertaut silang glutaraldehida. d. Mempelajari kinetika pelepasan nanopartikel kurkumin terenkapsulasi dalam kitosan-pektin tertaut silang glutaraldehida. 4 1.3 Manfaat penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini meliputi : a. Pengembangan matriks kitosan-pektin tertaut silang glutaraldehida sebagai bahan hantar obat kurkumin. b. Memberikan informasi mengenai pemanfaatan kitosan, pektin serta glutaraldehida sebagai bahan hantar untuk mengontrol laju pelepasan kurkumin. c. Menghasilkan nanopartikel kurkumin terenkapsulasi dalam matriks kitosanpektin tertaut silang oleh glutaraldehida.