3 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Esherichia coli Escherichia coli adalah bakteri gram negatif, family enterobakter, berbentuk batang, motil, fakultatif anaerob. Ciri koloni Escherichia coli yang tumbuh pada media Eosin Methylene agar adalah berwarna kilau metalik hijau. Disamping itu akan menghasilkan reaksi indol (+), Metil red (+), Voges Proskauer (-) dan Indol (-) (Cowan dan Steel 1981; FDA 1998). Escherichia coli merupakan salah satu bakteri penghuni saluran pencernaan dan tidak berbahaya pada inangnya, namun kelompok tertentu dari Escherichia coli patogen dapat muncul dan menyebabkan gangguan pada ternak. Jenis Escherichia coli yang menyebabkan diare pada pedet dapat terdiri dari Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC), Enteropatogenic Escherichia coli (EPEC) dan Enterohemorrage Escherichia coli (EHEC) (Scott et al. 2004). Pedet diare yang disebabkan oleh Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC) adalah penyakit akibat infeksi bakteri (Acre 1985). ETEC memiliki atribut virulensi khusus sehingga dapat berkoloni pada usus halus. ETEC menghasilkan enterotoxin yang menyebabkan hipersekresi cairan kedalam lumen usus. ETEC menyebabkan penyakit coliseptisemia dengan menyerang sistem sirkulasi darah dan organ-organ dalam (Nagy dan Fekete 1999). Selain itu ETEC menyebabkan colibasillosis yaitu bakteri menempel permukaan mukosa usus halus dan masuk kedalam sirkulasi darah (Acre 1985). ETEC yang ditemui pada pedet diare umumnya adalah memiliki antigen ETEC K99 dan ETEC 41 dengan jenis toksin yang dihasilkan adalah molekul protein berukuran kecil STa (Heat stable) dan STb (Heat labile) (Dreyfus et al. 1983). Enteropatogenic Escherichia coli (EPEC) menyebabkan diare yang juga ditandai dengan adanya demam dan muntah pada ternak (Scott et al. 2004). EPEC tidak menghasilkan enterotoksin seperti ETEC namun memiliki penempelan karakteristik yang menyebabkan perlukaan dan pemendekan mikrovili usus (Dreyfus et al. 1983). EPEC menyebabkan vili kehilangan kemampuan dalam menyerap air, menggangu permeabilitas paraseluler dan merusak transport ion. Enterohemorrage Escherichia coli (EHEC) disebut juga dengan Escherichia coli yang menghasilkan shiga toxin. EHEC menempel pada sel-sel epitel dengan mengekspresikan gen T3SS dan menyebabkan perlukaan seperti EPEC. EHEC menyebabkan gejala-gejala parah seperti diare yang bercampur darah dan sindrom uremik hemolitik (Scott et al. 2004). 2.2 Salmonella Salmonella adalah bakteri gram negatif, family enterobakteria, berbentuk batang dan tidak membentuk spora. Salmonella bersifat motil dengan flagella peritikat, menghasilkan asam dari fermentasi glukosa, maltosa, manitol, sorbitol dan sitrat. Ciri koloni tumbuh Salmonella pada media Salmonella Shigella agar adalah tidak berwarna (colorless) disertai bintik hitam pada sentral koloni. Disamping itu pada uji biokimia Salmonella akan menghasilkan reaksi indol (-), 4 Metil red (+), Voges Proskauer (-) dan Indol (+) serta menggunakan glukosa sebagai sumber karbonnya dan disertai dengan produksi H2S pada media Triple Sugar Iron Agar. (Cowan dan Steel 1981; FDA 1998). Penyakit klinis akibat infeksi Salmonella dikenal dengan salmonellosis (Jones et al. 2004). Spesies Salmonella yang sering menyebabkan penyakit pada pedet adalah Salmonella enterica, Salmonella dublin dan Salmonella typhimurium (Gardner et al. 2004). Salmonella sering menyebabkan peristiwa gangguan pernafasan dan kematian mendadak. Kasus Salmonelosis sering ditemui dengan tingkat kontaminasi tinggi dari lingkungan. Salmonella menyebabkan enteritis dengan masa inkubasi satu sampai empat hari (Gardner et al, 2004). 2.3 Dinding Sel Bakteri Gram Negatif Bakteri memiliki dinding sel untuk melindungi kerusakan sel dari lingkungan terhadap terkanan osmotik dan memelihara bentuk sel. Hal ini dapat diperlihatkan melalui plasmolisis, dengan mengisolasi partikel selubung sel setelah sel bakteri mengalami kerusakan secara mekanik, atau dengan penghancuran oleh lisozim (Fardiaz 1992). Membran sel bakteri yang tersusun oleh asam lipoteikoat (LTAs) merupakan polimer gliserolfosfat yang menembus membrane sitoplasma (Matsumoto et al. 2006). Asam teikuronat (TAs) adalah polimer terdiri dari Nasetylgalaktosamine (galNac) dan glucoronic acid (GlcUA) dan terikat sebagai unit pengulangan disakarida. Sementara itu asam teikuronat tidak mengandung fosfat tetapi terdapat sebagai polimer polianionik bersifat asam yang disebabkan oleh karboksil dari asam uronat. Asam teikuronat berikatan melalui Nasetilglukosamin-1- fosfodiester kepada grup hidroksil C-6 asam muramat (Alakomi 2007). Dinding sel bakteri Gram-negatif memiliki tiga lapis pembungkus, yaitu : membran terluar (outer membran) yang menyelimuti periplasma, lapisan tengah yang merupakan dinding sel atau lapisan murein yang terdapat ruang periplasma, dan membran plasma (Matsumoto et al. 2006). Membrane terluar dan peptidoglikan terhubung satu sama lain dengan lipoprotein-lipoprotein dan membran terluar termasuk porin-porin yang mengijinkan masukknya molekulmolekul kecil hidrofobik (Alakomi 2007). 2.4 Bakteri Asam Laktat BAL adalah bakteri gram positif, coccus yang tidak membentuk spora, fakultatif anaerob (Cowan dan Steel 1981). BAL umumnya tumbuh dalam kondisi anaerob akan tetapi BAL juga merupakan bakteri yang dapat tumbuh dengan adanya oksigen sehingga BAL juga disebut bakteri aerotolerant (Lin et al. 1992). Metabolisme karbohidrat pada bakteri asam laktat (BAL) terdiri atas homofermentatif dan heterofermentatif (Cowan dan Steel 1981). BAL tipe homofermentatif sangat efisien dalam mentrasformasi semua gula-gula menjadi asam laktat. Jalur BAL homofermentatif adalah melalui reaksi glikolisis yang 5 menyebabkan heksosa menjadi piruvat. Terminal elektron akseptor dalam jalur glikolisis adalah piruvat yang dikurangi menjadi laktat (McDonald 1991). BAL tipe heterofermentatif menggunakan jalur fosfat pentosa (Pentose Phosphate Pathway) dalam menggunakan glukosa sehingga NADPH dihasilkan akibat glukosa dioksida menjadi ribose 5-fosfat. Jalur fosfat pentose terjadi dalam sitosol sel. Setelah diangkut kedalam sel, glukokinase memfosforilase glukosa menjadi 6-P (glukosa 6-fosfat) (McDonald 1991). 2.4.1 Antibakteri Bakteri Asam Laktat (BAL) BAL merupakan agen biopreservasi yang banyak digunakan dalam industri makanan untuk mencegah kerusakan bahan selama penyimpanan. Applikasi BAL juga dapat mencegah terjadinya penyebaran bakteri patogen dalam bahan (food borne pathogen) (Bach et al. 2002; Duniere et al. 201). BAL dapat mengahasilkan senyawa-senyawa bersifat antimikroba seperti: laktat, asetat, format (Short Chain Fatty Acids), Hidrogen peroksida (H2O2), bakteriosin, asetoin, 2-3-butanadiol dan asetaledhida (Piard dan Desmazeaud 1991 dan 1992). Produk asam organik seperti asam-asam lemak rantai pendek (Short Chain Fatty Acids) yang dihasilkan oleh fermentasi BAL mencegah timbulnya kontaminasi oleh bakteri Salmonella (Brook et al. 2001; Van Winsen et al. 2002). Mekanisme kerja antimikroba asam-asam lemak rantai pendek terutama disebabkan oleh banyaknya senyawa-senyawa asam yang tidak berdissosiasi. Asam-asam lemak rantai pendek dalam bentuk tidak berdissosiasi bersifat lipofilik dan mampu menembus membrane sel dan merusak aktivitas metabolit sel bakteri gram negatif (Mroz et al. 2006; Russel 1992). Selain menghasilkan produk asam hasil fermentasi, BAL dalam menghambat bakteri gram negatif juga dapat menghasilkan senyawa antimikroba hidrogen peroksida (H2O2) (Piard dan Desmazeaud 1991). BAL menghasilkan hidrogen peroksida (H2O2) akibat adanya oksigen yang menyebabkan terjadinya reaksi flavoprotein oksidasi atau nicotinamida adenin hidroxy dinucleotida (NADH) peroksida. Sifat antimikroba hidrogen peroksida berasal dari okidasi sulfhydril yang menyebabkan denaturasi dari sejumlah enzim. Selain itu hidrogen peroksida adalah senyawa antimikroba berbobot molekul kecil yang dengan mudah dapat menembus membrane sel sehingga meningkat permeabilitas membrane, bereaksi dengan komponen internal sel, pelepasan komponenkomponen intraseluler dan menyebabkan kematian sel (Finnegan et al. 2010). Reuterin merupakan antimikroba terhadap bakteri gram negatif yang dihasilkan dari gliserol dehidratase yang mengkonversi gliserol menjadi reuterin. Reuterin diidentifikasi sebagai β-hydroxypropioanaldehida dan bersifat larut pada pH netral (Piard dan Desmazeaud 1992). Antimikroba reuterin bekerja dengan memodifikasi thiol group (RSH) pada molekul kecil dan protein sehingga menyebabkan stress oksidatif dalam sel (Schaefer et al. 2010). BAL dapat memproduksi antimikroba turunan protein berupa bakteriosin (Piard dan Desmazeaud 1992). Bakteriosin merupakan peptida-peptida bermolekul kecil yang mengadung asam-asam dehydroamino dan asam-asam amino thioether dan 3-methyllanthionine bersifat hidrofobik dan ampifilik (Piard dan Desmazeaud 1992). Peptida-peptida ini menempel pada membrane sel-sel target yang menyebabkan peningkatan permeabilitas dan merusak potensial membrane. Antimikroba-antimikroba turunan bakteriosin adalah nisin, diplococin, 6 acidophilin, bulgarican, helveticins, lactacins dan plantaricins. Nisin merupakan senyawa seperti antibiotik yang memiliki aktivitas luas terhadap bakteri gram positif dan gram negatif seperti: Listeria, Staphylococcus and Clostridium (Abee et al. 1995). 2.5 Fermentasi Silase Silase merupakan bahan pakan berkadar air tinggi yang dihasilkan melalui fermentasi asam laktat secara alamiah. Tujuan bahan pakan dijadikan silase adalah untuk mengawetkan bahan pakan agar ketersediaanya dapat terjaga. Bahan pakan yang disilasekan dengan baik adalah dapat menghambat aktivitas organismeorganisme yang tidak berguna seperti organisme aerob dan family enterobacteriae (McDonald 1991). Terdapat beberapa jenis mikroorganisme yang terlibat dalam proses fermentasi silase (ensilase). Organisme efifit yang terdapat dalam bahan pakan silase dapat berupa Fungi (Yeast dan Mold), Clostridia, Listeria dan bakteri asam laktat (BAL). Genus BAL yang sering ditemukan dalam silase terdiri atas jenis Lactobacilli, Lactococci, Enterococci, Pediococci, Streptococci dan Leuconostocs (Lin et al. 1992). Prinsip pembuatan silase adalah pencapain kondisi anaerob dengan cara pencacahan, pemasukan dan pemadatan bahan kedalam silo dan penutupan silo untuk mencegah masuknya kembali udara. Prinsip selanjutnya adalah menghambat aktivitas mikroorganisme yang tidak berguna baik dengan mempercepat perkembanangan BAL maupun penambahan senyawa kimia (McDonald 1991). BAL merupakan agen biopreservasi yang bertanggung jawab dalam ensilase. Selama ensilase BAL akan mengkonversi senyawa karbohidrat menjadi produk asam-asam organik hasil fermentasi terutama asam laktat dan asetat. Pencapaian kondisi anaerob yang diikuti dengan peningkatan produk asam hasil fermentasi terutama asam laktat akan menurunkan pH dan menyebabkan aktivitas bakteribakteri lain terhambat dan bahan dalam keaadaan awet (Gollop et al 2005). BAL adalah bakteri fakultatif anaerob dimana dapat tumbuh dalam kondisi aerob akan tetapi bermultiplikasi dengan cepat dalam kondisi anaerob. Pertumbuhan dan perkembangan BAL dalam ensilase sangat dipengaruhi oleh beberepa faktor, diantaranya: karbohidrat larut air (KLA), kadar air, kapasitas buffer, suhu, pH (McDonald 1991).