BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak ratusan tahun

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang kita telah memanfaatkan
tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang
sekarang ada. Ramuan tanaman obat yang kemudian dikenal sebutan herbal itu
terbukti mujarab dalam mengobati berbagai penyakit. Merebaknya kecenderungan
atau tren hidup kembali kealam ‘(back to nature)’ semakin menambah
keingintahuan masyarakat tentang khasiat tanaman obat (Sudewo, 2005).
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya akan tumbuh-tumbuhan dan
merupakan sumber bahan obat tradisional yang banyak digunakan sejak dahulu
secara turun-temurun. Salah satu diantaranya adalah sirih, yang telah lama
digunakan dan diketahui masyarakat khasiatnya untuk menyembuhkan berbagai
macam penyakit yaitu memiliki sifat menahan pendarahan, penyembuh luka pada
kulit, obat saluran cerna, menguatkan gigi, antioksidan dan fungisida (Depkes,
1980).
Penggunaaan sirih merah semakin disukai karena pada umumnya
mempunyai efek samping yang kecil, tidak seperti obat-obatan dari bahan kimia.
Khasiat dari tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional diketahui
dari penuturan orang tua atau dari pengalaman (Tampubolon, 1995).
Munculnya sirih merah dalam khasanah pengobatan herbal sudah
selayaknya disambut positif. Tanaman merambat yang sebelumnya kurang
mendapat perhatian itu kini menjadi rebutan pecinta tanaman obat. Selain cantik
dipandang mata sebagai tanaman hias juga bermanfaat sebagai tanaman obat
Universitas Sumatera Utara
berbagai jenis penyakit. Karenanya, terlepas dari pro dan kontra mengenai
keberadaannya, sosok sirih merah cukup menarik untuk dikaji dan diteliti lebih
jauh (Sudewo, 2005).
Salah satu kandungan sirih merah yaitu flavonoid. Flavonoid merupakan
salah satu golongan fenol alam yang tersebar jumlahnya. Tumbuhan yang
mengandung flavonoid dapat digunakan untuk pengobatan sitotoksis, gangguan
fungsi hati, menghambat pendarahan, antioksidan, antihipertensi dan antiinflamasi
(Farnsworth, 1996; Robinson, 1995).
Berdasarkan hal diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan skrining
fitokimia dan isolasi senyawa flavonoid dari daun sirih merah (Piper
porphyrophyllum N.E.Br.) dengan alasan karena adanya kandungan flavonoid
serta keanekaragaman aktivitas biologis yang dimiliki oleh flavonoid. Selain itu
untuk melakukan identifikasi terhadap senyawa flavonoid hasil isolasi secara
spektrofotometri ultraviolet menggunakan pereaksi geser.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil perumusan masalah yaitu:
1. Apa saja senyawa kimia yang dikandung dalam daun sirih merah (Piper
porphyrophyllum N.E.Br.)?
2. Apakah senyawa flavonoid dari daun sirih merah (Piper porphyrophyllum
N.E.Br.)
dapat
diidentifikasi
secara
spektrofotometri
ultraviolet
menggunakan pereaksi geser?
Universitas Sumatera Utara
1.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka dibuat hipotesis yaitu:
1. Diduga daun sirih merah (Piper porphyrophyllum N.E.Br.) mempunyai
kandungan kimia yang dapat diketahui dengan melakukan skrining
fitokimia.
2. Diduga senyawa flavonoid dari daun sirih merah (Piper porphyrophyllum
N.E.Br.)
dapat
diidentifikasi
secara
spektrofotometri
ultraviolet
menggunakan pereaksi geser.
1.4 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui kandungan kimia yang terdapat dalam daun sirih merah (Piper
porphyrophyllum N.E.Br.).
2. Melakukan isolasi dan karakterisasi senyawa flavonoid dari daun sirih
merah
(Piper
porphyrophyllum
N.E.Br.)
secara
spektrofotometri
ultraviolet menggunakan pereaksi geser.
Universitas Sumatera Utara
Download