Laporan DPT

advertisement
Latang Belakang
Perlindungan Tanaman mempunyai makna yang sangat penting didalam menentukan
keberhasilan tujuan membudidayakan tanaman. Secara harfiah, perlindungan adalah sesuatu
yang diberikan untuk melindungi sesuatu atau seseorang yang tak kuat atau lemah terhadap
suatu ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses
hidupnya yang normal. Sedangkan, tanaman adalah tumbuhan yang dibudidayakan atau
ditanam oleh manusia untuk tujuan tertentu. Tujuan tersebut, selain untuk konsumsi, adalah
untuk mencapai hasil atau produksi tanaman yang berkuantitas tinggi dan berkualitas baik
sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi yang membudidayakan.
Dengan demikian, Perlindungan Tanaman adalah usaha untuk melindungi tanaman dari
ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya
yang normal, sejak pra-tanam sampai pasca tanam (Djafaruddin, 1996)
Gangguan atau ancaman pada tanaman dapat berupa jasad penganggu atau organisme
penganggu tanaman (OPT), keadaan cuaca/iklim, keadaan tanah, maupun kesalahan dalam
budidaya tanaman pertanian. Akan tetapi, mata kuliah Perlindungan Tanaman hanya
membahas sebatas OPT pertanian; sedangkan, pengganggu tanaman lainnya dibahas pada
kuliah lain, diantaranya klimatologi, ilmu tanah, dan agronomi.
http://mohammadk08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/pengertian-dan-peranan-perlindungantanaman/
HAMA
hewan yg mengganggu produksi pertanian spt babi hutan, tupai, tikus, dan terutama serangga.
http://www.artikata.com/arti-329499-hama.html
HAMA : Setiap organisme yang mampu mengurangi produksi tanaman pertanian.
http://www.authorstream.com/Presentation/fhendrayana-251973-pengedalian-hama-terpadupengendalian-ipm-pht-education-ppt-powerpoint/
Hama adalah organisme yang merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia.
Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai
hanya kepada hewan.
Hama tanaman adalah binatang yang merusaka tanaman yang dibudidayakan
Hama juga dapat didefinisikan sebagai hewan yang mengganggu atau merusak tanaman, atau
mengganggu manusia dalam proses produksi pertanian atau juga mengurangi nilai estetis (seperti
menyerang tanaman hias). http://perlintan.com/smf/index.php?topic=11.0
GEJALA
perihal (keadaan, peristiwa, dsb) yg tidak biasa dan patut diperhatikan (ada kalanya menandakan
akan terjadi sesuatu); 2 keadaan yg menjadi tanda-tanda akan timbulnya (terjadinya, berjangkitnya)
sesuatu; http://www.artikata.com/arti-328025-gejala.html
TIPE MULUT
b. Alat mulut serangga berdasarkan fungsi dan cara makan dapat dibedakan antara lain adalah :
- Mandibulata (alat mulut menggigit-mengunyah)
Contoh : Ordo Orthoptera
Terdiri atas: Labrum, mandibel (untuk memotong, mengunyah, maksila (untuk melembutkan
makanan), labium (membantu memegang makanan)
- Haustelata (alat mulut menusuk-menghisap, merautmenghisap)
• Menusuk-menghisap, contoh: ordo Hemiptera
Terdiri atas labrum (cuping), rostrum (labium), dan stilet (modifikasi dari mandibel dan maksila)
• Meraut-menghisap, contoh: Thrips; Alat mulut abnormal (hanya 1 stilet mandibel yang
berkembang)
Terdiri atas 1 stilet mandibel kiri, 2 stilet maksila, labrum, rostrum.
- Alat mulut tipe khusus (alat mulut mengkait menghisap), contoh: Bactrocera dorsalis, larva ordo
Diptera (lalat, nyamuk).
Terdiri atas: kait mulut dan otot penggerak kait mulut [pentingnya mempelajari alat mulut karena
berkaitan dengan kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman]
• Bagian mulut ini terdiri atas rahang belakang (mandibula), rahang depan (maksila), dan bibir atas
(labrum) serta bibir bawah (labium)
• Dada (thorax) terdiri atas tiga ruas yaitu prothorax,mesothorax dan metathorax. Pada segmen
terdapat sepasang kaki.
KLASIFIKASI
BEKICOT
Kerajaan: Animalia Filum: Kerang-kerangan Kelas: Gastropoda (Unranked): klade Heterobranchia
klade Euthyneura
klade Panpulmonata
klade Eupulmonata
klade Stylommatophora
kelompok informal yang Sigmurethra
Superfamili: Achatinoidea Keluarga: Achatinidae
Sumber wikipedia
Nama latin : Achatina fulica
Phylum Molluska
Kelas Gastropoda
Ordo Pulmonata
Famili Achanidae
Genus Achatina
Species Achatina fulica
http://didik-abd.blogspot.com/2009/01/molusca.html
contoh
Penggerek Umbi
Ulat Penggerek Daun/Umbi : Phthorimaea operculella Zell
Famili : Gelechiidae
Ordo : Lepidoptera
Nama umum : Phthorimaea operculella (Zeller, 1873)
Klasifikasi : Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Famili : Gelechiidae
Tanaman Inang
Serangga Phthorimaea opercullela atau lebih dikenal hama penggerek umbi kentang
merupakan hama utama tanaman kentang. Hama ini sangat merusak terutama di
daerah beriklim sedang. Hama ini tidak hanya merusak daun, melainkan juga
menyerang umbi baik yang di lahan maupun yang disimpan di gudang. Keberadaan
serangga ini harus kita antisipasi dan cegah agar tidak merusak lebih banyak lagi. Selain
itu, tanaman inang OPT ini antara lain tomat, kecubung, bit gula, terung dan tembakau.
Gejala serangan
Daun yang terserang terlihat berwarna merah tua dan nampak adanya jalinan seperti
benang yang membungkus ulat kecil berwarna kelabu. Kadang-kadang daun kentang
menggulung yang disebabkan oleh ulat yang merusak permukaan daun sebelah atas,
bersembunyi dalam gulungan daun tersebut.
Gejala serangan pada umbi dapat dilihat dengan adanya kotoran yang berwarna coklat
tua pada kulit umbi. Apabila umbi tersebut dibelah akan kelihatan alur-alur yang dibuat
oleh ulat sewaktu memakan umbi.
Kerusakan berat pada pertanaman kentang sering terjadi pada musim kemarau. Di
dalam gudang penyimpanan, hama tersebut merusak bibit kentang yang disimpan
selama 3 – 5 bulan sebelum tanam.
Hama penggerek umbi kentang menyerang tanaman kentang dengan dua cara yaitu :
menggerek permukaan daun dan umbi kentang. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama
tersebut terjadi pada fase larva. Kerusakan pada daun yang diakibatkan oleh hama ini
ditanda dengan adanya alur-alur (gerekan) pada tulang dan batang daun oleh larva
hama tersebut. Kerusakan permukaan daun ini menyebabkan hilangnya jaringan daun
untuk proses fotosintesis, matinya titik tumbuh, lemah dan rapuhnya batang. Sedangkan
kerusakan kentang pada umbi tidak bisa dilihat langsung bila kita tidak mengambil
umbinya terlebih dahulu. Umbi yang terserang hama ini terlihat adanya permukaan umbi
yang tidak beraturan dan berlubang atau hanya menimbulkan terowongan di bawah kulit
umbi. Hama penggerek umbi ini sebenarnya tidak hanya satu spesies melainkan
bermacam-macam, namun gejala yang bisa membedakan serangan akibat serangga
Phthorimae opercullela ini adalah adanya gugus kotoran yang berwarna coklat tua pada
kulit umbi. Selain mempengaruhi kualitas umbi yang berakibat pada menurunnya harga
jual, juga bekas luka yang ditinggalkan larva pada umbi bisa menjadi biang penyakit
lainnya karena akan terjadi peningkatan proses transpirasi dan infeksi sekunder oleh
mikroorganisme lain yang turut masuk ke dalam umbi kentang. Akibatnya, umbi menjadi
menyusut dan membusuk.
Morfologi/Bioekologi
Di Jawa Barat OPT ini disebut ‘ulat taromi’ atau ‘salisip’. Selain menggerek umbi kentang
di gudang, OPT ini juga dapat merusak daun pada pertanaman kentang di lapangan.
Ngengat berwarna coklat kelabu, kecil dan aktif pada malam hari. Pada siang hari
ngengat bersembunyi di bawah helaian daun atau pada rak-rak penyimpanan umbi di
gudang. Lama hidup ngengat betina berkisar antara 7 - 16 hari, sedangkan lama hidup
ngengat jantan berkisar antara 3 - 9 hari.
Telur berukuran kecil, agak lonjong atau berbentuk bulat panjang, diletakkan pada
permukaan bawah daun atau pada permukaan umbi yang tersembul di permukaan
tanah. Di gudang, telur hampir selalu diletakkan pada permukaan atas umbi di sekitar
mata tunas.
Larva berwarna putih sampai kuning, tetapi dapat pula berwarna kehijau-hijauan. Larva
memakan daun dengan cara membuat alur-alur pada daun atau membuat lubang dan
lorong pada umbi. Panjang larva yang sudah berkembang sempurna sekitar 1 cm.
Stadium larva berkisar antara 10 - 16 hari.Pupa terdapat dalam kokon yang tertutup
oleh butiran ¬tanah. Di dalam gudang, pupa terdapat pada bagian luar umbi, biasanya
pada mata tunas atau pada rak-rak gudang penyimpanan kentang. Lama stadium pupa
adalah 6 - 9 hari.
Hama penggerek daun/umbi tersebut menyebar di daerah sentra produksi kentang,
antara lain di DI Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi
Utara. P. operculella merupakan hama sejenis serangga yang dapat beradaptasi di
daerah panas seluruh dunia. Spesies ini tidak berkembang di daerah beriklim dingin
dengan suhu rata-rata dibawah 10oC . Selain menyerang tanaman kentang, hama ini
juga bisa menyerang tanaman tomat, tembakau, terung dan bit. Perlu diketahui pula
bahwa meskipun hama penyebab gerekan pada umbi kentang lebih dari satu spesies,
namun hama P. operculella merupakan yang paling utama. Sehingga perhatian kita lebih
difokuskan pada spesies ini.
Secara umum, siklus hama P. operculella terbagi menjadi empat tahap yaitu : telur,
larva, pupa dan serangga dewasa. Setiap siklus atau keturunan secara lengkap
memakan waktu siklus selama 20 –30 hari (pada suhu 28oC). Dalam setiap tahunnya
hama ini bisa menghasilkan 2 hingga 12 generasi.
a. Telur
Serangga ini berkembang biak dengan bertelur . Telur yang dihasilkan berukuran kecil ,
berwarna putih kekuningan dan diletakkan satu per satu pada tempat yang berbedabeda. Pada tanaman kentang, hama ini akan meletakkan telur pada bagian bawah daun,
batang, ubi, (dekat mata ubi), karung atau tempat yang digunakan untuk menyimpan
umbi dan tanah atau sampah. Lalu, bagaimana caranya larva serangga ini bisa merusak
umbi? Bukankah serangga ini terbang dan tidak bisa menjangkau umbi yang tertanam
dalam tanah? Ada dua kemungkinan yang bisa menyebabkan rusaknya umbi kentang ini
pertama : serangga tersebut jauh-jauh hari sebelum tanah diolah sudah meletakkan
telurnya pada tanah tempat umbi tersebut ditanam. Kedua adalah pada saat
penyimpanan terutama sebagai bibit, hama tersebut sudah menyimpan telur-telurnya
pada umbi. Akibatnya pada saat penanaman, umbi tersebut terinfeksi. Telur-telur yang
diletakkan tersebut dapat menetas dalam waktu 5 hari.
b. Larva
Fase larva merupakan fase dimana serangga ini menjadi perusak. Hal ini karena larva
berupa ulat membutuhkan banyak cadangan makanan dan energi untuk pembentukan
metamorfosisnya menjadi ngengat. Wajar seandainya kelakuannya seperti itu, namun
justru karena kewajarannya inilah yang merugikan petani kentang. Keberadaan larva
yang berasal dari telur yang ditinggalkan serangga P. operculella bisa merusak umbi.
Panjang larva bisa mencapai 10 mm, berwarna putih kekuningan,dengan kepala
berwarna coklat tua. Permukaan dorsal nya memiliki bayangan hijau terang atau merah
muda. Pada kondisi yang optimal, perkembangan larva menjadi pupa (kepompong)
memakan waktu 14 hari.
c. Pupa
Larva yang berkembang kurang lebih 8 hari akan berubah menjadi pupa (kepompong).
Pupa berwarna kecoklatan dengan panjang + 6 mm, dan ditutupi benang halus
menyerupai kepompong. Pupa tersebut biasanya berada di beberapa tempat seperti
tanaman yang daunnya kering, tumpukan tanah, mata umbi, dinding gudang, goni,
sampah maupun umbi yang sudah tua dan rusak. Pupa akan segera menetas pada
kondisi optimal setelah + 8 hari .
d. Serangga dewasa
Pupa akan berubah menjadi serangga yang berupa ngengat kecil yang memiliki tubuh
berwarna perak dan jarak antara kedua ujung sayap sekitar 15 mm. Sayap depan
berwarna coklat kelabu dengan sedikit bercak dan berumbai rambut halus. Sedangkan
sayap belakang terlihat putih agak kusam.
Serangga dewasa hidup sampai 15 hari. Ngengat ini aktif pada malam hari, sedangkan
pada siang hari bersembunyi di bawah daun yang sulit dideteksi.
Note :
Senin, 25 Januari 2010
Jenis Hama & Penyakit Yang Menyerang Sayuran
Nama jenis hama beserta Ujud hama dan tanaman yang diserang.
1. Agromyza phaseoli
Lalat kacang, ulatnya merupakan daun dan batang muda kacang-kacangan.
2. Agrotis segetum
Ulat tanah yang memotong batang kobis yang masih muda.
3. Aphis craccivora
Kutu daun pada kacang-kacangan.
4. Chromatomyia horticola
Lalat daun kapri.
5. Crocidolomia binotalis
Ulat daun kubis.
6. Cyclopelta obscura
Kepik yang menyerang cabang kacang panjang.
7. Dacus dorsalis
Lalat buah cabe.
8. Dacus cucurbitae
Lalat pada buah ketimun.
9. Epilachna sparsa
Oteng-oteng yang menyerang daun terong, kentang, labu, pare.
10. Helopeltis antonii
Mikung yang menyerang cabe rawit.
11. Myzus persicae
Kutu daun kentang dan kacang-kacangan.
12. Phthorimaea operculella
Ulat penggulung daun kentang.
13. Plutella maculipennis
Ulat yang memakan daun muda pada kubis dan petai.
14. Polyphagotarsonemuslatus
Tungau yang menyerang tunas dau tomat dan cabe.
15. Spodoptera exigua
Ulat daun bawang merah.
16. Tetranychus cinnabarinus
Tungau merah pada daun buncis, kacang panjang dan tomat.
17. Thrips tabaci
Tungau yang menyerang daun bawang, lombok, tomat, waluh, bayam.
http://biosaefful.blogspot.com/2010/01/jenis-hama-penyakit-yang-menyerang.html
Aphid
Nama umum: Aphis sp. Nama ilmiah: Aphis sp. Denmark Nama: Aphis sp. Author: Linnaeus,
1758 Kerajaan: Animalia Kelas: Insecta Urutan: Hemiptera Keluarga: Aphididae
http://www.fugleognatur.dk/wildaboutdenmark/speciesintro.asp?ID=9341
Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Arthropoda Kelas: Insecta Urutan: Hemiptera Superfamili:
Aphidoidea Keluarga: Aphididae Subfamili: Aphidinae Genus: Aphis
sumber Wikipedia
Oxyza
Kingdom Animalia Linnaeus, 1758 – kerajaan binatang (animals)
Phylum Arthropoda Latreille, 1829 – filum hewan beruas (arthropods)
Class Insecta Linnaeus, 1758 – kelas serangga (insects)
Order Orthoptera Latreille, 1793 – bangsa belalang dan jangkrik (grasshoppers, crickets,
locusts)
Family Acrididae MacLeay, 1821 – keluarga belalang (grasshoppers, locusts)
Genus Oxya Serville, 1831 – marga
Species Oxya chinensis (Thunberg, 1815) – jenis
http://jujujitu.blogspot.com/2011/07/grasshopper-oxya-chinensis-mating.html
Kerajaan Animalia C. Linnaeus, 1758 - hewan
Filum Arthropoda Latreille, 1829 - arthropoda
Kelas Insecta C. Linnaeus, 1758 - serangga
Orde Orthoptera Latreille, 1793 - belalang, katydids, jangkrik, belalang
Subordo Caelifera Ander, 1939 - bertanduk pendek belalang
Superfamili Acridoidea (Macleay, 1821) Burmeister, 1839
Keluarga Acrididae Macleay, 1821 - belalang
Subfamili Oxyinae Brunner von Wattenwyl, 1893
Suku Oxyini von Wattenwyl Brunner, 1893
Genus Oxya Serville, 1831
Spesies Oxya chinensis (Thunberg, 1815)
http://life-in-the-backyard.blogspot.com/2011/04/grasshopper-belalang-oxya-chinensis.html
OXYA Chinensis

Kingdom: Animalia ( ) - animals
o Phylum: Arthropoda ( ) - Arthropods
 Class: Insecta ( ) - Insects
 Order: Orthoptera ( )
 Family: Acridoidea ( )
 Genus: Oxya ( ) - Zheng & Jiang, 2002
 Specific name: chinensis - (Thunberg 1815)
 Scientific name: - Oxya chinensis
(Thunberg 1815)
http://zipcodezoo.com/Animals/O/Oxya_chinensis/
Classification Grasshopper Green Oxya chinensis
Natura - nature
Mundus Pliny - the physical world
Naturalia
Biota
Domain
Eukaryota - eukaryotes
Kingdom
Animalia C. Linnaeus, 1758 - Animals
Subkingdom
Bilateria (Hatschek, 1888) Cavalier-Smith, 1983 bilaterians
Branch
Protostomia Grobben, 1908 - protostomes
Infrakingdom
Ecdysozoa Aguinaldo et al., 1997 ex Cavalier-Smith,
1998 - ecdysozoans
Superphylum
Panarthropoda
Phylum
Arthropods Latreille, 1829 - arthropods
Subphylum
Mandibulata Snodgrass, 1938
Infraphylum
Atelocerata
Superclass
Panhexapoda
Epiclass
Class
Hexapoda
Insecta C. Linnaeus, 1758 - Insects
Subclass
Dicondylia
Infraclass
Pterygota
Division
Neoptera
Superorder
Orthopterida
Order
Orthoptera ™ Latreille, 1793 - Locusts, katydids,
crickets, Grasshoppers
Suborder
Caelifera Ander, 1939
Infraorder
Acrididea
Acridomorpha ™
Superfamily
group
Superfamily
Acridoidea ™ (Macleay, 1821) Burmeister, 1839
Family
Acrididae ™ Macleay, 1821 - Grasshoppers
Subfamily
Oxyinae Brunner von Wattenwyl, 1893
Tribe
Oxyini ™ Brunner von Wattenwyl, 1893
Genus
Oxya ™ Serville, 1831
Species
Oxya chinensis (Thunberg, 1815)
Subspecies
Oxya chinensis chinensis ™ (Thunberg, 1815)
http://networkedblogs.com/ewDlT
a. Belalang Oxia sp.
Belalang ini menyerang pada daun talas. Biasanya yang menyerang merupakan belalang pada instar
1. Daun menjadi berlubang-lubang karena gigitan belalang ini.
http://hendirawan.wordpress.com/2011/01/20/hama-tumbuhan-daerah-cikampak-bogor/
Valanga nigricornis
Valanga nigricornis (Belalang)
Daur hidup Valanga nigricornis termasuk pada kelompok metamorfosis tidak sempurna.
Pada kondisi laboratorium (temperatur 28 °C dan kelembapan 80 % RH) daur hidup dapat mencapai
6,5 bulan sampai 8,5 bulan. Fekunditas rata-ratanya mencapai 158 butir. Keadaan yang ramai dan
padat akan memperlambat proses kematangan gonad dan akan mengurangi fekunditas (Kok, 1971).
Metamorfosa sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur,
nimfa, dan dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran
sayap serta ukuran tubuhnya.
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene,
serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada
thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang
disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap
segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen
(segmen terakhir abdomen) (Kalshoven, 1981).
Pengendalian populasi hama ini dapat dengan menggunakan ekstrak daun dan biji nimba
(Azadirachta indica). Pengujian ekstrak ini terhadap hambatan makan belalang, menunjukkan
adanya kenaikan sejalan dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak nimba (Dahelmi, 2008).
http://avrypribadi.wordpress.com/
g. Belalang ( Valanga nigricornis )
Biasanya belalang yang menyerang merupakan belalang pada instar 1, 2, atau 3. Daun padi yang
terserang terlihat bekas gigitan belalang.
d. Valanga nigricornis
Sangat merusak tanaman jagung apabila menyerang secara bergerombol. Daun jagung sangat
dirusak oleh hama ini. http://hendirawan.wordpress.com/2011/01/20/hama-tumbuhan-daerahcikampak-bogor/
2. Gejala serangan akibat hama disebabkan karena adanya gangguan hewan atau
serangga, contoh hama dan gejala serangannya yaitu :
a. Thrips (Famili Thripidae : Ordo Thysanoptera)
Gejala serangan Karena serangga ini mengisap cairan daun yang masih muda, kerusakan yang
ditimbulkan berupa daun-daun jarak menjadi keriting dan berkerut.Lama-kelamaan daun menjadi
kuning dan gugur.
b. Tungau (Famili Eriophydae dan famili Tarsonemidae : Ordo Acarina)
Gejala serangan daun menjadi berwarna kekuning-kuningan kemudian Karat, kemudian daun
mengeriput dan kemerah-merahan lalu gugur jan pada akhirnya tanaman akan mengalami
hambatan dalam pertumbuhan.
c. Belalang (FamiliAerididae: Ordo Orthoptera)
Gejala serangan yaitu Adanya bekas gerekan belalang pada daun atau bagian tanaman muda.
Sedangkan timbulnya gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan
petogen. Dalam hubungan ini untuk penamaan penyakit dapat didasarkan pada struktur patogen
yang terlihat:
1. Mildew : merupakan penyakit tanaman dimana patogen terlihat sebagai pertumbuhan pada
permukaan luar dari bagian tanaman yang terserang. Biasanya tampak dalam bentuk yang berwarna
keputih-putihan pada daun, cabang atau buahnya.
 Downy Mildew : merupakan pertumbuhan yang ditandai dengan lapisan seperti bulu-bulu kapas.
 Powdery Mildew: merupakan bentuk yang terdapat pada permukaan tanaman yang tampak
sebagai lapisan pupur.
2. Karat : Gejala pada permukaan tanaman seperti karat. Hal ini karena adanya kumpulan spora yang
keluar dari stomata dengan warna seperti karat (merah kecoklat-coklatan).
3. Smut (Gosong): Gejala ini menyerupai tepung berwarna kehitam-hitaman dan terdapat pada
organ perbungaan, batang, daun dan sebagainya.
4. Kudis: Patogen (tubuh buah) yang muncul pada permukaan bagian yang terserang berbentuk agak
kasar seperti kudis.
5. Cacar : Bagian tanaman biasanya daun muda yang terserang mengelupuh (seperti cacar) dan pada
bagian yang menonjol terbentuk lapisaan tubuh buah.
6. Bercak ter (Tarspot) : Bagian yarig terserang agak menonjol dan berwarna hitatr. Bagian yang
hitam tersebut terdiri dari tubuh buah cendawan.
http://andiariewijakusuma.blogspot.com/2011/04/hama-penyakit-patogen-pada-tanaman.html
a. Penyakit Antraknose ( jamur Colletotricum lindemuthianum )
Gejala serangan dapat diamati pada bibit yang baru berkecamabah, semacam kanker berwarna
coklat pada bagian batang dan keping biji. Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perlakuan benih
sebelum ditanam dengan Natural GLIO dan POC NASA dan membuang rumput-rumput dari sekitar
tanaman. http://andiariewijakusuma.blogspot.com/2011/04/hama-penyakit-patogen-padatanaman.html
Penyebab penyakit antraknosa yang menyerang tanaman cabe ini adalah cendawan terutama
cendawan Colletotrichum capsici Butl dan Gloesporium piperatum Ell.et Ev. Penyakit
antraknosa ini biasanya menyerang tanaman cabe pada saat kondisi kelembaban yang tinggi
(95%) pada suhu yang rendah berkisar 32 derajat celcius. Penyakit antraknosa juga
menyerang tanaman cabe yang ditanam pada lahan dengan drainase yang tidak dikelola
dengan baik, sehingga banyak genangan air di sekitar tanaman.
Biasanya cendawan C. capsici menyerang tanaman dengan menginfeksi jaringan buah dan
membentuk bercak cokelat kehitaman yang kemudian meluas menjadi busuk lunak.
Serangan yang berat menyebabkan buah mengering dan keriput seperti jerami. Pada bagian
tengah bercak yang mengering terlihat kumpulan titik-titik hitam dari koloni cendawan.
Sedangkan cendawan G. piperatum menyerang tanaman cabe pada saat buah masih
berwarna hijau dan menyebabkan mati ujung (die back). Ciri-ciri yang dapat dikenali akibat
serangan cendawan ini adalah buah yang terserang terlihat bintik-bintik kecil berwarna
kehitaman dan berlekuk. Bintik-bintik ini pada bagian tepi berwarna kuning, membesar dan
memanjang. Pada kondisi lembab, cendawan memiliki lingkaran memusat berwarna merah
jambu. http://www.penyuluhpertanian.com/pengendalian-penyakit-antraknosa-pada-tanamancabe
A.Materi Pokok
Penyakit Patek (antraknosa) pada tanaman cabai sangatlah sulit untuk dikendalikan apabila sudah
menyerang, diantaranya disebabkan oleh benih yang kurang sehat.
Gejalanya ada dua macam yaitu:
1.Colletrotichum sp
Jamur ini menyerang pada bagian tengah buah cabai serta serangannya pada buah cabai yang tua.
2.Glocosporium sp
Sedangkan Glocosporium sp menyerang pada bagian ujung atau pucuk buah cabai serta serangannya
pada buah cabai mudah maupun tua.
http://bystrekermraanjogjacity.blogspot.com/2009/01/pengendalian-penyakit-patekantraknosa.html
2.Faktor Penyebab Penyakit Patek (Antaknosa)
a.Penggunaan pupuk N yang terlalu banyak, menyebabkan tanaman menjadi rimbun dan
kelembaban meningkat akhirnya timbul jamur. Dengan demikian pupuk N harus dikurangi.
b.Kelembaban iklim mikro, dimana kelembaban ini timbul akibat jarak tanam yang terlalu rapat serta
pemangkasan yang tidak dilakukan.
c.Percikan air hujan atau air siraman yang mengenai buah cabai. Akibatnya buah cabai diselimuti air
hujan atau air siraman tersebut menimbulkan jamur. Maka untuk pengendaliannya harus
menggunakan MPHP atau penutup tanah.
http://bystrekermraanjogjacity.blogspot.com/2009/01/pengendalian-penyakit-patekantraknosa.html
Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides), gejala serangan mulamula bercak atau totol-totol pada buah yang membusuk melebar dan berkembang menjadi
warna orange, abu-abu atau hitam. Bagian tengah bercak terlihat garis-garis melingkar penuh
titik spora berwarna hitam. Serangan berat menyebabkan seluruh bagian buah mengering.
Pengamatan dilakukan pada buah merah dan hijau tua. Buah terserang dikumpulkan dan
dimusnahkan pada waktu panen dipisahkan. (Abror. 2007)
Penyakit antraknose yang disebabkan oleh jamur C. capsici merupakan penyakit penting
yang menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas buah cabai merah di tempat
penyimpanan, terutama pada saat kelembapan tinggi. Apabila tidak dilakukan pengendalian
penyakit ini maka buah cabai merah akan mengalami kerusakan yang sangat berat. Oleh
karenanya, perlu dilakukan upaya preventif agar kerusakan buah cabai merah oleh penyakit
ini dapat dikurangi seminimal mungkin. Upaya preventif yang relatif murah dan ramah
lingkungan diantaranya dengan pencucian dan perendaman dalam ekstrak beberapa
tumbuhan. (Berry.2004 )
B. Pembahasan
Penyebab penyakit antraknosa yang menyerang tanaman cabai dan tomat
ini adalah
cendawan terutama cendawan Colletotrichum capsici Butl dan Gloesporium piperatum Ell.et
Ev. Penyakit antraknosa ini biasanya menyerang tanaman cabai dan tomatpada saat kondisi
kelembaban yang tinggi (95%) pada suhu yang rendah berkisar 32 derajat celcius. Penyakit
antraknosa juga menyerang tanaman cabai dan tomat yang ditanam pada lahan dengan
drainase yang tidak dikelola dengan baik, sehingga banyak genangan air di sekitar tanaman.
Biasanya cendawan C. capsici menyerang tanaman dengan menginfeksi jaringan buah dan
membentuk bercak cokelat kehitaman yang kemudian meluas menjadi busuk lunak.
Serangan yang berat menyebabkan buah mengering dan keriput seperti jerami. Pada bagian
tengah bercak yang mengering terlihat kumpulan titik-titik hitam dari koloni cendawan.
Sedangkan cendawan G. piperatum menyerang tanaman cabai dan tomat pada saat buah
masih berwarna hijau dan menyebabkan mati ujung (die back). Ciri-ciri yang dapat dikenali
akibat serangan cendawan ini adalah buah yang terserang terlihat bintik-bintik kecil
berwarna kehitaman dan berlekuk. Bintik-bintik ini pada bagian tepi berwarna kuning,
membesar dan memanjang. Pada kondisi lembab, cendawan memiliki lingkaran memusat
berwarna merah jambu.
Penyakit antraknosa atau yang biasanya dikenal dengan nama penyakit patek ini sangat
menakutkan karena daya rusaknya yang sangat tinggi dan dapat menggagalkan pertanaman
secara keseluruhan. Seluruh pertanaman pada satu lokasi bisa hancur karena serangan
antraknosa yang ganas ini.
Oleh karena itu penyakit antraknosa ini harus dikendalikan dengan tepat mulai sebelum
tanam sampai dengan tanaman berbuah. Tindakan pengendalian sebelum tanam dapat
dilakukan dengan pembuatan sistem drainase yang baik sehingga nantinya lokasi pertanaman
akan terbebas dari genangan air yang tidak diperlukan. Selain itu benih cabai dan tomatyang
akan ditanam harus kita perhatikan betul-betul, belilah benih yang terbebas dari patogen dan
tanyakan dengan penjualnya / sumbernya mengenai patogen ini.
Pengendalian penyakit ini adalah sebagai berikut :

Melakukan prendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit atau
perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin (0.05-0.1%)
sebelum ditanam atau menggunakan agen hayati.

Penyiraman fungisida atau agen hayati yang tepat pada umur 5 sebelum pindah tanam.

Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan
pemusnahan, tangan yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan tidak menyentuh) luka
pada tanaman tidak menyentuh tanaman/buah yang sehat, dan sebaiknya dilakukan
menjelang pulang sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan dengan tanaman/buah
yang masih sehat.

Penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili solanaceae(terong,
tomat dll) atau tanaman inang lainnya misal pepaya karena berdasarkan penelitian IPB
patogen antraknosa pada pepaya dapat menyerang cabai pada pertanaman.

Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode
pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi.. Fungisida diberikan secara
bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan
fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya.

Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa hitam perak sinar
matahari dapat dipantukan pada bagian bawah permukaan daun/tanaman sehingga
kelembaban tidak begitu tinggi.

Menggunakan jarak tanam yang lebar yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang 70 cm) dan
ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara
cukup lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh
lebih besar.

Jangan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea, Za, ataupun pupuk
daun dengan kandungan N yang tinggi.

Penyiangan / sanitasi gulma atau rumput-rumputan agar kelembaban berkurang dan tanaman
semakin sehat.

Jangan menanam cabai dekat dengan tanaman cabai yang sudah terkena lebih dahulu oleh
antraknosa / patek, ataupun tanaman inang lain yang telah terinfeksi.

Pengelolaan drainase yang baik di musim penghujan.

Penggunaan agen hayati. Agen hayati yang sering digunakan dalam pengendalian antraknosa
adalah :Actinoplanes, Alcaligenes, Agrobacterium Amorphospongarium, athrobacter dll, dan
ini biasanya bisa didapat di balai perlindungan tanaman Deptan. Namun perlu diperhatikan
bila kita menggunakan agen hayati sebaiknya kita tidak menggunakan
pestisida kimia,
karena akan menyebabkan kematian pada agen hayati tersebut.
http://armanmarch.blogspot.com/2011/06/penyakit-antraknosa-pada-tanaman-cabai.html
2. Antraknosa Cabai (Gloeosporium piperatum Ell. Et Ev dan Colletotrichum capsici
(Syd.)Butl. Et Bisby
Gejala
Gloeosporium piperatum





Dapat menyerang buah yang masih hijau dan menyebabkan mati ujung (die back)
Mula-mula berupa bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk, pada buah
yang masih hijau atau yang sudah masak.
Bintik-bintik ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian
tengahnya menjadi semakin gelap.
Dalam cuaca lembab jamur membentuk badan buah dalam lingkaran-lingkaran
sepusat, yang membentuk masa spora (konidium) berwarna merah jambu.
Penyakit masih berkembang terus pada waktu buah cabai disimpan atau diangkut.
Colletotrichum capsici





Mula-mula membentuk becak coklat kehitaman, yang meluas menjadi busuk lunak.
Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok seta
dan konidium jamur.
Serangan berat menyebabkan seluruh buah mengering dan mengerut (keriput).
Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami.
Jika cuaca kering jamur hanya membentuk becak kecil yang tidak meluas. Tetapi
kelak setelah buah dipetik, karena kelembaban udara yang tinggi selama disimpan dan
diangkut, jamur akan berkembang dengan cepat.
Penyebab Penyakit :
Gloeosporium piperatum Ell. Et Ev.


Aservulus dalam sel-sel epidermal atau subepidermal terbuka, bulat atau panjang,
berwarna kuning jingga atau merah jambu.
Konidium bersel satu, 15,5-18,6 x 5,4-6,2 µm, hialin, berbentuk batang dengan ujung
membulat.
Colletotrichum capsici (Syd.)Butl. Et Bisb.




Mempunyai banyak aservulus, tersebar, di bawah kutikula atau pada permukaan, garis
tenganya samapi 100 µm, hitam dengan banyak seta.
Seta coklat tua, bersekat, kaku, meruncing ke atas, 75-100 x 2-6,2 µm.
Konidium hialin, berbentuk tabung (selindris), 18,6-25,0 x 3,5-5,3 µm, ujungujungnya tumpul, atau bengkok seperti sabit.
Jamur membentuk banyak sklerotium dalam jaringan tanaman sakit atau dalam
medium biakan.
Daur Hidup



Bertahan pada biji yang sakit.
Bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin.
C. capsici hanya terjadi melalui luka-luka.
Faktor2 Yang Mempengaruhi



Kurang terdapat pada musim kemarau, di lahan yang mempunyai drainase baik dan
gulmanya terkendali dengan baik.
Perkembangan jamur ini paling baik pada suhu 20oC, sedangkan sporulasi G.
piperatum pada suhu 23oC dan C. capsici pada suhu 30oC.
Buah yang mudah cenderung lebih rentan daripada yang setengah masak.
http://cabeputih.wordpress.com/category/hamapenyakit/
II. 2 PENYAKIT
1. Embun Jelaga (Capnodium sp., Meliola spp.)
Tanaman inang : melati, jeruk, mangga, belimbing, mengkudu, jambu biji. Embun jelaga
menutupi permukaan atas daun. Apabila patogen tersebut membentuk lapisan merata adalah
Capnodium sp., sedang yang membentuk kelompok-kelompok hitam berbulu adalah Meliola sp.
Miselium cendawan ini hanya terdapat di permukaan daun dan tidak masuk ke dalam
jaringan. Untuk pertumbuhannya cendawan hanya memakan embun madu yang melekat pada daun.
Selaput hitam tipis pada permukaan daun tersebut terbentuk dari hifa yang menjalin dan
menenun. Apabila udara kering selaput dapat lepas dari daun dan pecah menjadi bagian-bagian kecil
yang terhembus angin dan beterbangan kemana-mana. Cendawan ini berkembang biak pada musim
kemarau, sedang pada musim hujan berkurang, karena embun madunya tidak banyak. Tanaman di
bawah naungan intensitas serangannya cenderung lebih besar.
2. Busuk Lunak ( Erwina Cartovora )
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Order : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Erwinia
Species : E. carotovora
Busuk lunak adalah penyakit yang merugikan pada tanaman-tanaman sayuran, termasuk
kubis-kubisan, baik di lapangan maupun dalam penyimpanan dan pengangkutan sebagai penyakit
pasca panen. Penyakit tersebar umum di seluruh dunia. Meskipun di Indonesia belum pernah di teliti
secara khusus, namun penyakit sering ditemukan di pertanaman maupun di pasar- pasar.
Kemajuan teknologi yang dicapai ilmuan pada akhir dekade ini untuk menekan penyebaran
patogen Erwinia carotovora melalui molekul signal pada pathogen dikuatirkan akan manciptakan
galur yang resisten. Teknik perbanyakan secara tradisional tidak dapat digunakan sebagai senjat
ayang ampuh karena kurangnya sifat resisten. Penelitian lebih lanjut masih di kebangkan untuk
menangani masalah ini.
Gejala yang umum pada tanaman wortel adalah busuk lunak, berwarna coklat atau
kehitaman, pada daun, batang, dan umbi. Pada bagian yang terinfeksi mula-mula terjadi bercak
kebasahan. Bercak membesar dan mengendap (melekuk), bentuknya tidak teratur, berwarna coklat
tua kehitaman. Jika kelembaban tinggi jaringan yang sakit tampak kebasahan, berwarna krem atau
kecoklatan, dan tampak agak berbutui-butir halus. Disekitar bagian yang sakit terjadi pembentukan
pigmen coklat tua atau hitam.
3. Layu pusarium
Kingdom : Mycetae, (fungi),
Divisio : Eumycota ,
Subdivision : Deuteromycotina (The imperfect fungi) ,
Kelas : Hyphomycetes,
Ordo : Hyphales (Moniliales),
Genus : Fusarium,
Spesies : Fusarium spp
Layu Fusarium disebabkan oleh jamur Fusarium Oxysporium. Layu Fusarium terjadi karena
media tanaman terlalu masam dan basah/lembab berlebihan. Gejala serangan ditandai dengan
memucatnya tulang daun sampai berubah menjadi coklat keabu-abuan, kemudian diikuti dengan
menunduknya tangkai yang membusuk. Apabila perbatasan antara akar dan batang dipotong, maka
akan terlihat cincin cokelat kehitaman diikuti busuk basah pada berkas pembuluh.
4. Puru akar
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Class : Secernentea
Subclass : Diplogasteria
Order : Tylenchida
Superfamily : Tylenchoidea
Family : Heteroderidae
Subfamily : Meloidogyninae
Genus : Meloidogyne
Species : Meloidogyne sp.
Siklus hidupnya melalui tahapan stadium telur, larva, dan dewasa berlangsung selama 38 48 hari. Daur hidup antara 5-7 minggu tergantung kondisi lingkungan. Produksi telur 200-500 butir.
Kemampuan hidup di dalam tanah pada kondisi lingkungan kurang menguntungkan (tidak ada inang,
suhu sangat rendah atau sangat tinggi dan kekeringan) dapat membentuk sista yang dapat bertahan
hidup sampai 10 tahun. Sista berisi telur yang belum menetas dengan kisaran jumlah telur dalam
sista 326 – 493 dari 10 sista yang dipecahkan.
Nematoda aktif kembali setelah kondisi lingkungan sesuai, terutama adanya eksudat akar
tanaman inang. Larva stadium dua aktif pada suhu 10C. Kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan
dan perkembang biakannya antara 15 - 21C. Sejak introduksi sampai ”establish” pada tingkat yang
dapat dideteksi di areal yang sudah terinfeksi keberadaannya secara permanen diperlukan waktu 7-8
tahun. Pada awal infeksi gejala serangan pada tanaman belum terlihat, setelah mencapai populasi
“tertentu” akan tampak. Berdasarkan hasil penelitian di Jepang, jumlah populasi awal G.
rostochiensis yang dapat menimbulkan kerugian adalah 31 sista hidup per 100 gram tanah.
5. Busuk buah hitam tomat (Blossom End Rot)
Busuk Ujung Buah atau Blossom End Rot juga termasuk penyakit penting pada tanaman
tomat terutama di musim hujan. Penyakit ini ditandai dengan adanya luka berwarna kecoklatan
sampai coklat tua pada bagian ujung buah yang nampak cekung. Luka tersebut membesar dan
menjadi lebih cekung dan kulit mengelupas, kemudian diikuti oleh busuk kering. Jamur berwarna
hitam tumbuh pada permukaan yang luka. Busuk ujung buah bukanlah disebabkan oleh penyakit
namun lebih disebabkan oleh kekurangan unsur kalsium. Kondisi musim hujan yang ada berdampak
pada berkurangnya serapan unsur kalsium pada tanaman tomat antara lain sehingga menimbulkan
fluktuasi kelembaban tanah maupun kemasaman tanah, penggunaan nitrogen dalam bentuk
ammonium, pemupukan nitrogen yang berlebihan, kelembaban relatif yang tinggi dan kerusakan
akar. Yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan. Agar tidak terjadi hal seperti ini maka dianjurkan
: menggunakan varietas yang lebih tahan terhadap penyakit ini. Jika perlu, berikan kapur atau
pemupukan kalsium sebelum tanam. Irigasi selama cuaca kering dan gunakan mulsa agar
kelembaban tanah tempat tumbuh tanaman konstan. Perawatan tanaman harus hati-hati untuk
mengurangi resiko kerusakan akar. Hindari penggunaan pupuk nitrogen yang berlebihan, khususnya
dalam bentuk ammonium. Hindari pula lahan yang sulit diairi atau yang mempunyai tingkat
kemasaman tinggi. Penyemprotan pupuk mikro FItomic setiap minggu mulai awal pembentukan
buah sangat mengurangi timbulnya penyakit ini.
http://ewientonagayo.blogspot.com/
Download