Latang Belakang Perlindungan Tanaman mempunyai makna yang sangat penting didalam menentukan keberhasilan tujuan membudidayakan tanaman. Secara harfiah, perlindungan adalah sesuatu yang diberikan untuk melindungi sesuatu atau seseorang yang tak kuat atau lemah terhadap suatu ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal. Sedangkan, tanaman adalah tumbuhan yang dibudidayakan atau ditanam oleh manusia untuk tujuan tertentu. Tujuan tersebut, selain untuk konsumsi, adalah untuk mencapai hasil atau produksi tanaman yang berkuantitas tinggi dan berkualitas baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi yang membudidayakan. Dengan demikian, Perlindungan Tanaman adalah usaha untuk melindungi tanaman dari ancaman atau gangguan yang dapat merusak, merugikan, atau mengganggu proses hidupnya yang normal, sejak pra-tanam sampai pasca tanam (Djafaruddin, 1996) Gangguan atau ancaman pada tanaman dapat berupa jasad penganggu atau organisme penganggu tanaman (OPT), keadaan cuaca/iklim, keadaan tanah, maupun kesalahan dalam budidaya tanaman pertanian. Akan tetapi, mata kuliah Perlindungan Tanaman hanya membahas sebatas OPT pertanian; sedangkan, pengganggu tanaman lainnya dibahas pada kuliah lain, diantaranya klimatologi, ilmu tanah, dan agronomi. http://mohammadk08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/pengertian-dan-peranan-perlindungantanaman/ HAMA hewan yg mengganggu produksi pertanian spt babi hutan, tupai, tikus, dan terutama serangga. http://www.artikata.com/arti-329499-hama.html HAMA : Setiap organisme yang mampu mengurangi produksi tanaman pertanian. http://www.authorstream.com/Presentation/fhendrayana-251973-pengedalian-hama-terpadupengendalian-ipm-pht-education-ppt-powerpoint/ Hama adalah organisme yang merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktik istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Hama tanaman adalah binatang yang merusaka tanaman yang dibudidayakan Hama juga dapat didefinisikan sebagai hewan yang mengganggu atau merusak tanaman, atau mengganggu manusia dalam proses produksi pertanian atau juga mengurangi nilai estetis (seperti menyerang tanaman hias). http://perlintan.com/smf/index.php?topic=11.0 GEJALA perihal (keadaan, peristiwa, dsb) yg tidak biasa dan patut diperhatikan (ada kalanya menandakan akan terjadi sesuatu); 2 keadaan yg menjadi tanda-tanda akan timbulnya (terjadinya, berjangkitnya) sesuatu; http://www.artikata.com/arti-328025-gejala.html TIPE MULUT b. Alat mulut serangga berdasarkan fungsi dan cara makan dapat dibedakan antara lain adalah : - Mandibulata (alat mulut menggigit-mengunyah) Contoh : Ordo Orthoptera Terdiri atas: Labrum, mandibel (untuk memotong, mengunyah, maksila (untuk melembutkan makanan), labium (membantu memegang makanan) - Haustelata (alat mulut menusuk-menghisap, merautmenghisap) • Menusuk-menghisap, contoh: ordo Hemiptera Terdiri atas labrum (cuping), rostrum (labium), dan stilet (modifikasi dari mandibel dan maksila) • Meraut-menghisap, contoh: Thrips; Alat mulut abnormal (hanya 1 stilet mandibel yang berkembang) Terdiri atas 1 stilet mandibel kiri, 2 stilet maksila, labrum, rostrum. - Alat mulut tipe khusus (alat mulut mengkait menghisap), contoh: Bactrocera dorsalis, larva ordo Diptera (lalat, nyamuk). Terdiri atas: kait mulut dan otot penggerak kait mulut [pentingnya mempelajari alat mulut karena berkaitan dengan kerusakan yang ditimbulkan pada tanaman] • Bagian mulut ini terdiri atas rahang belakang (mandibula), rahang depan (maksila), dan bibir atas (labrum) serta bibir bawah (labium) • Dada (thorax) terdiri atas tiga ruas yaitu prothorax,mesothorax dan metathorax. Pada segmen terdapat sepasang kaki. KLASIFIKASI BEKICOT Kerajaan: Animalia Filum: Kerang-kerangan Kelas: Gastropoda (Unranked): klade Heterobranchia klade Euthyneura klade Panpulmonata klade Eupulmonata klade Stylommatophora kelompok informal yang Sigmurethra Superfamili: Achatinoidea Keluarga: Achatinidae Sumber wikipedia Nama latin : Achatina fulica Phylum Molluska Kelas Gastropoda Ordo Pulmonata Famili Achanidae Genus Achatina Species Achatina fulica http://didik-abd.blogspot.com/2009/01/molusca.html contoh Penggerek Umbi Ulat Penggerek Daun/Umbi : Phthorimaea operculella Zell Famili : Gelechiidae Ordo : Lepidoptera Nama umum : Phthorimaea operculella (Zeller, 1873) Klasifikasi : Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Gelechiidae Tanaman Inang Serangga Phthorimaea opercullela atau lebih dikenal hama penggerek umbi kentang merupakan hama utama tanaman kentang. Hama ini sangat merusak terutama di daerah beriklim sedang. Hama ini tidak hanya merusak daun, melainkan juga menyerang umbi baik yang di lahan maupun yang disimpan di gudang. Keberadaan serangga ini harus kita antisipasi dan cegah agar tidak merusak lebih banyak lagi. Selain itu, tanaman inang OPT ini antara lain tomat, kecubung, bit gula, terung dan tembakau. Gejala serangan Daun yang terserang terlihat berwarna merah tua dan nampak adanya jalinan seperti benang yang membungkus ulat kecil berwarna kelabu. Kadang-kadang daun kentang menggulung yang disebabkan oleh ulat yang merusak permukaan daun sebelah atas, bersembunyi dalam gulungan daun tersebut. Gejala serangan pada umbi dapat dilihat dengan adanya kotoran yang berwarna coklat tua pada kulit umbi. Apabila umbi tersebut dibelah akan kelihatan alur-alur yang dibuat oleh ulat sewaktu memakan umbi. Kerusakan berat pada pertanaman kentang sering terjadi pada musim kemarau. Di dalam gudang penyimpanan, hama tersebut merusak bibit kentang yang disimpan selama 3 – 5 bulan sebelum tanam. Hama penggerek umbi kentang menyerang tanaman kentang dengan dua cara yaitu : menggerek permukaan daun dan umbi kentang. Kerusakan yang diakibatkan oleh hama tersebut terjadi pada fase larva. Kerusakan pada daun yang diakibatkan oleh hama ini ditanda dengan adanya alur-alur (gerekan) pada tulang dan batang daun oleh larva hama tersebut. Kerusakan permukaan daun ini menyebabkan hilangnya jaringan daun untuk proses fotosintesis, matinya titik tumbuh, lemah dan rapuhnya batang. Sedangkan kerusakan kentang pada umbi tidak bisa dilihat langsung bila kita tidak mengambil umbinya terlebih dahulu. Umbi yang terserang hama ini terlihat adanya permukaan umbi yang tidak beraturan dan berlubang atau hanya menimbulkan terowongan di bawah kulit umbi. Hama penggerek umbi ini sebenarnya tidak hanya satu spesies melainkan bermacam-macam, namun gejala yang bisa membedakan serangan akibat serangga Phthorimae opercullela ini adalah adanya gugus kotoran yang berwarna coklat tua pada kulit umbi. Selain mempengaruhi kualitas umbi yang berakibat pada menurunnya harga jual, juga bekas luka yang ditinggalkan larva pada umbi bisa menjadi biang penyakit lainnya karena akan terjadi peningkatan proses transpirasi dan infeksi sekunder oleh mikroorganisme lain yang turut masuk ke dalam umbi kentang. Akibatnya, umbi menjadi menyusut dan membusuk. Morfologi/Bioekologi Di Jawa Barat OPT ini disebut ‘ulat taromi’ atau ‘salisip’. Selain menggerek umbi kentang di gudang, OPT ini juga dapat merusak daun pada pertanaman kentang di lapangan. Ngengat berwarna coklat kelabu, kecil dan aktif pada malam hari. Pada siang hari ngengat bersembunyi di bawah helaian daun atau pada rak-rak penyimpanan umbi di gudang. Lama hidup ngengat betina berkisar antara 7 - 16 hari, sedangkan lama hidup ngengat jantan berkisar antara 3 - 9 hari. Telur berukuran kecil, agak lonjong atau berbentuk bulat panjang, diletakkan pada permukaan bawah daun atau pada permukaan umbi yang tersembul di permukaan tanah. Di gudang, telur hampir selalu diletakkan pada permukaan atas umbi di sekitar mata tunas. Larva berwarna putih sampai kuning, tetapi dapat pula berwarna kehijau-hijauan. Larva memakan daun dengan cara membuat alur-alur pada daun atau membuat lubang dan lorong pada umbi. Panjang larva yang sudah berkembang sempurna sekitar 1 cm. Stadium larva berkisar antara 10 - 16 hari.Pupa terdapat dalam kokon yang tertutup oleh butiran ¬tanah. Di dalam gudang, pupa terdapat pada bagian luar umbi, biasanya pada mata tunas atau pada rak-rak gudang penyimpanan kentang. Lama stadium pupa adalah 6 - 9 hari. Hama penggerek daun/umbi tersebut menyebar di daerah sentra produksi kentang, antara lain di DI Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Utara. P. operculella merupakan hama sejenis serangga yang dapat beradaptasi di daerah panas seluruh dunia. Spesies ini tidak berkembang di daerah beriklim dingin dengan suhu rata-rata dibawah 10oC . Selain menyerang tanaman kentang, hama ini juga bisa menyerang tanaman tomat, tembakau, terung dan bit. Perlu diketahui pula bahwa meskipun hama penyebab gerekan pada umbi kentang lebih dari satu spesies, namun hama P. operculella merupakan yang paling utama. Sehingga perhatian kita lebih difokuskan pada spesies ini. Secara umum, siklus hama P. operculella terbagi menjadi empat tahap yaitu : telur, larva, pupa dan serangga dewasa. Setiap siklus atau keturunan secara lengkap memakan waktu siklus selama 20 –30 hari (pada suhu 28oC). Dalam setiap tahunnya hama ini bisa menghasilkan 2 hingga 12 generasi. a. Telur Serangga ini berkembang biak dengan bertelur . Telur yang dihasilkan berukuran kecil , berwarna putih kekuningan dan diletakkan satu per satu pada tempat yang berbedabeda. Pada tanaman kentang, hama ini akan meletakkan telur pada bagian bawah daun, batang, ubi, (dekat mata ubi), karung atau tempat yang digunakan untuk menyimpan umbi dan tanah atau sampah. Lalu, bagaimana caranya larva serangga ini bisa merusak umbi? Bukankah serangga ini terbang dan tidak bisa menjangkau umbi yang tertanam dalam tanah? Ada dua kemungkinan yang bisa menyebabkan rusaknya umbi kentang ini pertama : serangga tersebut jauh-jauh hari sebelum tanah diolah sudah meletakkan telurnya pada tanah tempat umbi tersebut ditanam. Kedua adalah pada saat penyimpanan terutama sebagai bibit, hama tersebut sudah menyimpan telur-telurnya pada umbi. Akibatnya pada saat penanaman, umbi tersebut terinfeksi. Telur-telur yang diletakkan tersebut dapat menetas dalam waktu 5 hari. b. Larva Fase larva merupakan fase dimana serangga ini menjadi perusak. Hal ini karena larva berupa ulat membutuhkan banyak cadangan makanan dan energi untuk pembentukan metamorfosisnya menjadi ngengat. Wajar seandainya kelakuannya seperti itu, namun justru karena kewajarannya inilah yang merugikan petani kentang. Keberadaan larva yang berasal dari telur yang ditinggalkan serangga P. operculella bisa merusak umbi. Panjang larva bisa mencapai 10 mm, berwarna putih kekuningan,dengan kepala berwarna coklat tua. Permukaan dorsal nya memiliki bayangan hijau terang atau merah muda. Pada kondisi yang optimal, perkembangan larva menjadi pupa (kepompong) memakan waktu 14 hari. c. Pupa Larva yang berkembang kurang lebih 8 hari akan berubah menjadi pupa (kepompong). Pupa berwarna kecoklatan dengan panjang + 6 mm, dan ditutupi benang halus menyerupai kepompong. Pupa tersebut biasanya berada di beberapa tempat seperti tanaman yang daunnya kering, tumpukan tanah, mata umbi, dinding gudang, goni, sampah maupun umbi yang sudah tua dan rusak. Pupa akan segera menetas pada kondisi optimal setelah + 8 hari . d. Serangga dewasa Pupa akan berubah menjadi serangga yang berupa ngengat kecil yang memiliki tubuh berwarna perak dan jarak antara kedua ujung sayap sekitar 15 mm. Sayap depan berwarna coklat kelabu dengan sedikit bercak dan berumbai rambut halus. Sedangkan sayap belakang terlihat putih agak kusam. Serangga dewasa hidup sampai 15 hari. Ngengat ini aktif pada malam hari, sedangkan pada siang hari bersembunyi di bawah daun yang sulit dideteksi. Note : Senin, 25 Januari 2010 Jenis Hama & Penyakit Yang Menyerang Sayuran Nama jenis hama beserta Ujud hama dan tanaman yang diserang. 1. Agromyza phaseoli Lalat kacang, ulatnya merupakan daun dan batang muda kacang-kacangan. 2. Agrotis segetum Ulat tanah yang memotong batang kobis yang masih muda. 3. Aphis craccivora Kutu daun pada kacang-kacangan. 4. Chromatomyia horticola Lalat daun kapri. 5. Crocidolomia binotalis Ulat daun kubis. 6. Cyclopelta obscura Kepik yang menyerang cabang kacang panjang. 7. Dacus dorsalis Lalat buah cabe. 8. Dacus cucurbitae Lalat pada buah ketimun. 9. Epilachna sparsa Oteng-oteng yang menyerang daun terong, kentang, labu, pare. 10. Helopeltis antonii Mikung yang menyerang cabe rawit. 11. Myzus persicae Kutu daun kentang dan kacang-kacangan. 12. Phthorimaea operculella Ulat penggulung daun kentang. 13. Plutella maculipennis Ulat yang memakan daun muda pada kubis dan petai. 14. Polyphagotarsonemuslatus Tungau yang menyerang tunas dau tomat dan cabe. 15. Spodoptera exigua Ulat daun bawang merah. 16. Tetranychus cinnabarinus Tungau merah pada daun buncis, kacang panjang dan tomat. 17. Thrips tabaci Tungau yang menyerang daun bawang, lombok, tomat, waluh, bayam. http://biosaefful.blogspot.com/2010/01/jenis-hama-penyakit-yang-menyerang.html Aphid Nama umum: Aphis sp. Nama ilmiah: Aphis sp. Denmark Nama: Aphis sp. Author: Linnaeus, 1758 Kerajaan: Animalia Kelas: Insecta Urutan: Hemiptera Keluarga: Aphididae http://www.fugleognatur.dk/wildaboutdenmark/speciesintro.asp?ID=9341 Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Arthropoda Kelas: Insecta Urutan: Hemiptera Superfamili: Aphidoidea Keluarga: Aphididae Subfamili: Aphidinae Genus: Aphis sumber Wikipedia Oxyza Kingdom Animalia Linnaeus, 1758 – kerajaan binatang (animals) Phylum Arthropoda Latreille, 1829 – filum hewan beruas (arthropods) Class Insecta Linnaeus, 1758 – kelas serangga (insects) Order Orthoptera Latreille, 1793 – bangsa belalang dan jangkrik (grasshoppers, crickets, locusts) Family Acrididae MacLeay, 1821 – keluarga belalang (grasshoppers, locusts) Genus Oxya Serville, 1831 – marga Species Oxya chinensis (Thunberg, 1815) – jenis http://jujujitu.blogspot.com/2011/07/grasshopper-oxya-chinensis-mating.html Kerajaan Animalia C. Linnaeus, 1758 - hewan Filum Arthropoda Latreille, 1829 - arthropoda Kelas Insecta C. Linnaeus, 1758 - serangga Orde Orthoptera Latreille, 1793 - belalang, katydids, jangkrik, belalang Subordo Caelifera Ander, 1939 - bertanduk pendek belalang Superfamili Acridoidea (Macleay, 1821) Burmeister, 1839 Keluarga Acrididae Macleay, 1821 - belalang Subfamili Oxyinae Brunner von Wattenwyl, 1893 Suku Oxyini von Wattenwyl Brunner, 1893 Genus Oxya Serville, 1831 Spesies Oxya chinensis (Thunberg, 1815) http://life-in-the-backyard.blogspot.com/2011/04/grasshopper-belalang-oxya-chinensis.html OXYA Chinensis Kingdom: Animalia ( ) - animals o Phylum: Arthropoda ( ) - Arthropods Class: Insecta ( ) - Insects Order: Orthoptera ( ) Family: Acridoidea ( ) Genus: Oxya ( ) - Zheng & Jiang, 2002 Specific name: chinensis - (Thunberg 1815) Scientific name: - Oxya chinensis (Thunberg 1815) http://zipcodezoo.com/Animals/O/Oxya_chinensis/ Classification Grasshopper Green Oxya chinensis Natura - nature Mundus Pliny - the physical world Naturalia Biota Domain Eukaryota - eukaryotes Kingdom Animalia C. Linnaeus, 1758 - Animals Subkingdom Bilateria (Hatschek, 1888) Cavalier-Smith, 1983 bilaterians Branch Protostomia Grobben, 1908 - protostomes Infrakingdom Ecdysozoa Aguinaldo et al., 1997 ex Cavalier-Smith, 1998 - ecdysozoans Superphylum Panarthropoda Phylum Arthropods Latreille, 1829 - arthropods Subphylum Mandibulata Snodgrass, 1938 Infraphylum Atelocerata Superclass Panhexapoda Epiclass Class Hexapoda Insecta C. Linnaeus, 1758 - Insects Subclass Dicondylia Infraclass Pterygota Division Neoptera Superorder Orthopterida Order Orthoptera ™ Latreille, 1793 - Locusts, katydids, crickets, Grasshoppers Suborder Caelifera Ander, 1939 Infraorder Acrididea Acridomorpha ™ Superfamily group Superfamily Acridoidea ™ (Macleay, 1821) Burmeister, 1839 Family Acrididae ™ Macleay, 1821 - Grasshoppers Subfamily Oxyinae Brunner von Wattenwyl, 1893 Tribe Oxyini ™ Brunner von Wattenwyl, 1893 Genus Oxya ™ Serville, 1831 Species Oxya chinensis (Thunberg, 1815) Subspecies Oxya chinensis chinensis ™ (Thunberg, 1815) http://networkedblogs.com/ewDlT a. Belalang Oxia sp. Belalang ini menyerang pada daun talas. Biasanya yang menyerang merupakan belalang pada instar 1. Daun menjadi berlubang-lubang karena gigitan belalang ini. http://hendirawan.wordpress.com/2011/01/20/hama-tumbuhan-daerah-cikampak-bogor/ Valanga nigricornis Valanga nigricornis (Belalang) Daur hidup Valanga nigricornis termasuk pada kelompok metamorfosis tidak sempurna. Pada kondisi laboratorium (temperatur 28 °C dan kelembapan 80 % RH) daur hidup dapat mencapai 6,5 bulan sampai 8,5 bulan. Fekunditas rata-ratanya mencapai 158 butir. Keadaan yang ramai dan padat akan memperlambat proses kematangan gonad dan akan mengurangi fekunditas (Kok, 1971). Metamorfosa sederhana (paurometabola) dengan perkembangan melalui tiga stadia yaitu telur, nimfa, dan dewasa (imago). Bentuk nimfa dan dewasa terutama dibedakan pada bentuk dan ukuran sayap serta ukuran tubuhnya. Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen) (Kalshoven, 1981). Pengendalian populasi hama ini dapat dengan menggunakan ekstrak daun dan biji nimba (Azadirachta indica). Pengujian ekstrak ini terhadap hambatan makan belalang, menunjukkan adanya kenaikan sejalan dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak nimba (Dahelmi, 2008). http://avrypribadi.wordpress.com/ g. Belalang ( Valanga nigricornis ) Biasanya belalang yang menyerang merupakan belalang pada instar 1, 2, atau 3. Daun padi yang terserang terlihat bekas gigitan belalang. d. Valanga nigricornis Sangat merusak tanaman jagung apabila menyerang secara bergerombol. Daun jagung sangat dirusak oleh hama ini. http://hendirawan.wordpress.com/2011/01/20/hama-tumbuhan-daerahcikampak-bogor/ 2. Gejala serangan akibat hama disebabkan karena adanya gangguan hewan atau serangga, contoh hama dan gejala serangannya yaitu : a. Thrips (Famili Thripidae : Ordo Thysanoptera) Gejala serangan Karena serangga ini mengisap cairan daun yang masih muda, kerusakan yang ditimbulkan berupa daun-daun jarak menjadi keriting dan berkerut.Lama-kelamaan daun menjadi kuning dan gugur. b. Tungau (Famili Eriophydae dan famili Tarsonemidae : Ordo Acarina) Gejala serangan daun menjadi berwarna kekuning-kuningan kemudian Karat, kemudian daun mengeriput dan kemerah-merahan lalu gugur jan pada akhirnya tanaman akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan. c. Belalang (FamiliAerididae: Ordo Orthoptera) Gejala serangan yaitu Adanya bekas gerekan belalang pada daun atau bagian tanaman muda. Sedangkan timbulnya gejala penyakit disebabkan karena adanya interaksi antara tanaman inang dan petogen. Dalam hubungan ini untuk penamaan penyakit dapat didasarkan pada struktur patogen yang terlihat: 1. Mildew : merupakan penyakit tanaman dimana patogen terlihat sebagai pertumbuhan pada permukaan luar dari bagian tanaman yang terserang. Biasanya tampak dalam bentuk yang berwarna keputih-putihan pada daun, cabang atau buahnya. Downy Mildew : merupakan pertumbuhan yang ditandai dengan lapisan seperti bulu-bulu kapas. Powdery Mildew: merupakan bentuk yang terdapat pada permukaan tanaman yang tampak sebagai lapisan pupur. 2. Karat : Gejala pada permukaan tanaman seperti karat. Hal ini karena adanya kumpulan spora yang keluar dari stomata dengan warna seperti karat (merah kecoklat-coklatan). 3. Smut (Gosong): Gejala ini menyerupai tepung berwarna kehitam-hitaman dan terdapat pada organ perbungaan, batang, daun dan sebagainya. 4. Kudis: Patogen (tubuh buah) yang muncul pada permukaan bagian yang terserang berbentuk agak kasar seperti kudis. 5. Cacar : Bagian tanaman biasanya daun muda yang terserang mengelupuh (seperti cacar) dan pada bagian yang menonjol terbentuk lapisaan tubuh buah. 6. Bercak ter (Tarspot) : Bagian yarig terserang agak menonjol dan berwarna hitatr. Bagian yang hitam tersebut terdiri dari tubuh buah cendawan. http://andiariewijakusuma.blogspot.com/2011/04/hama-penyakit-patogen-pada-tanaman.html a. Penyakit Antraknose ( jamur Colletotricum lindemuthianum ) Gejala serangan dapat diamati pada bibit yang baru berkecamabah, semacam kanker berwarna coklat pada bagian batang dan keping biji. Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perlakuan benih sebelum ditanam dengan Natural GLIO dan POC NASA dan membuang rumput-rumput dari sekitar tanaman. http://andiariewijakusuma.blogspot.com/2011/04/hama-penyakit-patogen-padatanaman.html Penyebab penyakit antraknosa yang menyerang tanaman cabe ini adalah cendawan terutama cendawan Colletotrichum capsici Butl dan Gloesporium piperatum Ell.et Ev. Penyakit antraknosa ini biasanya menyerang tanaman cabe pada saat kondisi kelembaban yang tinggi (95%) pada suhu yang rendah berkisar 32 derajat celcius. Penyakit antraknosa juga menyerang tanaman cabe yang ditanam pada lahan dengan drainase yang tidak dikelola dengan baik, sehingga banyak genangan air di sekitar tanaman. Biasanya cendawan C. capsici menyerang tanaman dengan menginfeksi jaringan buah dan membentuk bercak cokelat kehitaman yang kemudian meluas menjadi busuk lunak. Serangan yang berat menyebabkan buah mengering dan keriput seperti jerami. Pada bagian tengah bercak yang mengering terlihat kumpulan titik-titik hitam dari koloni cendawan. Sedangkan cendawan G. piperatum menyerang tanaman cabe pada saat buah masih berwarna hijau dan menyebabkan mati ujung (die back). Ciri-ciri yang dapat dikenali akibat serangan cendawan ini adalah buah yang terserang terlihat bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk. Bintik-bintik ini pada bagian tepi berwarna kuning, membesar dan memanjang. Pada kondisi lembab, cendawan memiliki lingkaran memusat berwarna merah jambu. http://www.penyuluhpertanian.com/pengendalian-penyakit-antraknosa-pada-tanamancabe A.Materi Pokok Penyakit Patek (antraknosa) pada tanaman cabai sangatlah sulit untuk dikendalikan apabila sudah menyerang, diantaranya disebabkan oleh benih yang kurang sehat. Gejalanya ada dua macam yaitu: 1.Colletrotichum sp Jamur ini menyerang pada bagian tengah buah cabai serta serangannya pada buah cabai yang tua. 2.Glocosporium sp Sedangkan Glocosporium sp menyerang pada bagian ujung atau pucuk buah cabai serta serangannya pada buah cabai mudah maupun tua. http://bystrekermraanjogjacity.blogspot.com/2009/01/pengendalian-penyakit-patekantraknosa.html 2.Faktor Penyebab Penyakit Patek (Antaknosa) a.Penggunaan pupuk N yang terlalu banyak, menyebabkan tanaman menjadi rimbun dan kelembaban meningkat akhirnya timbul jamur. Dengan demikian pupuk N harus dikurangi. b.Kelembaban iklim mikro, dimana kelembaban ini timbul akibat jarak tanam yang terlalu rapat serta pemangkasan yang tidak dilakukan. c.Percikan air hujan atau air siraman yang mengenai buah cabai. Akibatnya buah cabai diselimuti air hujan atau air siraman tersebut menimbulkan jamur. Maka untuk pengendaliannya harus menggunakan MPHP atau penutup tanah. http://bystrekermraanjogjacity.blogspot.com/2009/01/pengendalian-penyakit-patekantraknosa.html Penyakit Busuk Buah Antraknosa (Colletotrichum gloeosporioides), gejala serangan mulamula bercak atau totol-totol pada buah yang membusuk melebar dan berkembang menjadi warna orange, abu-abu atau hitam. Bagian tengah bercak terlihat garis-garis melingkar penuh titik spora berwarna hitam. Serangan berat menyebabkan seluruh bagian buah mengering. Pengamatan dilakukan pada buah merah dan hijau tua. Buah terserang dikumpulkan dan dimusnahkan pada waktu panen dipisahkan. (Abror. 2007) Penyakit antraknose yang disebabkan oleh jamur C. capsici merupakan penyakit penting yang menyebabkan penurunan kuantitas dan kualitas buah cabai merah di tempat penyimpanan, terutama pada saat kelembapan tinggi. Apabila tidak dilakukan pengendalian penyakit ini maka buah cabai merah akan mengalami kerusakan yang sangat berat. Oleh karenanya, perlu dilakukan upaya preventif agar kerusakan buah cabai merah oleh penyakit ini dapat dikurangi seminimal mungkin. Upaya preventif yang relatif murah dan ramah lingkungan diantaranya dengan pencucian dan perendaman dalam ekstrak beberapa tumbuhan. (Berry.2004 ) B. Pembahasan Penyebab penyakit antraknosa yang menyerang tanaman cabai dan tomat ini adalah cendawan terutama cendawan Colletotrichum capsici Butl dan Gloesporium piperatum Ell.et Ev. Penyakit antraknosa ini biasanya menyerang tanaman cabai dan tomatpada saat kondisi kelembaban yang tinggi (95%) pada suhu yang rendah berkisar 32 derajat celcius. Penyakit antraknosa juga menyerang tanaman cabai dan tomat yang ditanam pada lahan dengan drainase yang tidak dikelola dengan baik, sehingga banyak genangan air di sekitar tanaman. Biasanya cendawan C. capsici menyerang tanaman dengan menginfeksi jaringan buah dan membentuk bercak cokelat kehitaman yang kemudian meluas menjadi busuk lunak. Serangan yang berat menyebabkan buah mengering dan keriput seperti jerami. Pada bagian tengah bercak yang mengering terlihat kumpulan titik-titik hitam dari koloni cendawan. Sedangkan cendawan G. piperatum menyerang tanaman cabai dan tomat pada saat buah masih berwarna hijau dan menyebabkan mati ujung (die back). Ciri-ciri yang dapat dikenali akibat serangan cendawan ini adalah buah yang terserang terlihat bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk. Bintik-bintik ini pada bagian tepi berwarna kuning, membesar dan memanjang. Pada kondisi lembab, cendawan memiliki lingkaran memusat berwarna merah jambu. Penyakit antraknosa atau yang biasanya dikenal dengan nama penyakit patek ini sangat menakutkan karena daya rusaknya yang sangat tinggi dan dapat menggagalkan pertanaman secara keseluruhan. Seluruh pertanaman pada satu lokasi bisa hancur karena serangan antraknosa yang ganas ini. Oleh karena itu penyakit antraknosa ini harus dikendalikan dengan tepat mulai sebelum tanam sampai dengan tanaman berbuah. Tindakan pengendalian sebelum tanam dapat dilakukan dengan pembuatan sistem drainase yang baik sehingga nantinya lokasi pertanaman akan terbebas dari genangan air yang tidak diperlukan. Selain itu benih cabai dan tomatyang akan ditanam harus kita perhatikan betul-betul, belilah benih yang terbebas dari patogen dan tanyakan dengan penjualnya / sumbernya mengenai patogen ini. Pengendalian penyakit ini adalah sebagai berikut : Melakukan prendaman biji dalam air panas (sekitar 55 derajat Celcius) selama 30 menit atau perlakuan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin (0.05-0.1%) sebelum ditanam atau menggunakan agen hayati. Penyiraman fungisida atau agen hayati yang tepat pada umur 5 sebelum pindah tanam. Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan pemusnahan, tangan yang telah menyentuh (sebaiknya diusahakan tidak menyentuh) luka pada tanaman tidak menyentuh tanaman/buah yang sehat, dan sebaiknya dilakukan menjelang pulang sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan dengan tanaman/buah yang masih sehat. Penggiliran (rotasi) tanaman dengan tanaman lain yang bukan famili solanaceae(terong, tomat dll) atau tanaman inang lainnya misal pepaya karena berdasarkan penelitian IPB patogen antraknosa pada pepaya dapat menyerang cabai pada pertanaman. Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorotalonil, dll. khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi.. Fungisida diberikan secara bergilir untuk satu penyemprotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik atau kontak atau bisa juga gabungan keduanya. Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa hitam perak sinar matahari dapat dipantukan pada bagian bawah permukaan daun/tanaman sehingga kelembaban tidak begitu tinggi. Menggunakan jarak tanam yang lebar yaitu sekitar 65-70 cm (lebih baik yang 70 cm) dan ditanam secara zig-zag ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah akan tumbuh lebih besar. Jangan gunakan pupuk nitrogen (N) terlalu tinggi, misal pupuk Urea, Za, ataupun pupuk daun dengan kandungan N yang tinggi. Penyiangan / sanitasi gulma atau rumput-rumputan agar kelembaban berkurang dan tanaman semakin sehat. Jangan menanam cabai dekat dengan tanaman cabai yang sudah terkena lebih dahulu oleh antraknosa / patek, ataupun tanaman inang lain yang telah terinfeksi. Pengelolaan drainase yang baik di musim penghujan. Penggunaan agen hayati. Agen hayati yang sering digunakan dalam pengendalian antraknosa adalah :Actinoplanes, Alcaligenes, Agrobacterium Amorphospongarium, athrobacter dll, dan ini biasanya bisa didapat di balai perlindungan tanaman Deptan. Namun perlu diperhatikan bila kita menggunakan agen hayati sebaiknya kita tidak menggunakan pestisida kimia, karena akan menyebabkan kematian pada agen hayati tersebut. http://armanmarch.blogspot.com/2011/06/penyakit-antraknosa-pada-tanaman-cabai.html 2. Antraknosa Cabai (Gloeosporium piperatum Ell. Et Ev dan Colletotrichum capsici (Syd.)Butl. Et Bisby Gejala Gloeosporium piperatum Dapat menyerang buah yang masih hijau dan menyebabkan mati ujung (die back) Mula-mula berupa bintik-bintik kecil berwarna kehitaman dan berlekuk, pada buah yang masih hijau atau yang sudah masak. Bintik-bintik ini tepinya berwarna kuning, membesar dan memanjang. Bagian tengahnya menjadi semakin gelap. Dalam cuaca lembab jamur membentuk badan buah dalam lingkaran-lingkaran sepusat, yang membentuk masa spora (konidium) berwarna merah jambu. Penyakit masih berkembang terus pada waktu buah cabai disimpan atau diangkut. Colletotrichum capsici Mula-mula membentuk becak coklat kehitaman, yang meluas menjadi busuk lunak. Pada tengah bercak terdapat kumpulan titik-titik hitam yang terdiri dari kelompok seta dan konidium jamur. Serangan berat menyebabkan seluruh buah mengering dan mengerut (keriput). Buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti jerami. Jika cuaca kering jamur hanya membentuk becak kecil yang tidak meluas. Tetapi kelak setelah buah dipetik, karena kelembaban udara yang tinggi selama disimpan dan diangkut, jamur akan berkembang dengan cepat. Penyebab Penyakit : Gloeosporium piperatum Ell. Et Ev. Aservulus dalam sel-sel epidermal atau subepidermal terbuka, bulat atau panjang, berwarna kuning jingga atau merah jambu. Konidium bersel satu, 15,5-18,6 x 5,4-6,2 µm, hialin, berbentuk batang dengan ujung membulat. Colletotrichum capsici (Syd.)Butl. Et Bisb. Mempunyai banyak aservulus, tersebar, di bawah kutikula atau pada permukaan, garis tenganya samapi 100 µm, hitam dengan banyak seta. Seta coklat tua, bersekat, kaku, meruncing ke atas, 75-100 x 2-6,2 µm. Konidium hialin, berbentuk tabung (selindris), 18,6-25,0 x 3,5-5,3 µm, ujungujungnya tumpul, atau bengkok seperti sabit. Jamur membentuk banyak sklerotium dalam jaringan tanaman sakit atau dalam medium biakan. Daur Hidup Bertahan pada biji yang sakit. Bertahan pada sisa-sisa tanaman sakit. Seterusnya konidium disebarkan oleh angin. C. capsici hanya terjadi melalui luka-luka. Faktor2 Yang Mempengaruhi Kurang terdapat pada musim kemarau, di lahan yang mempunyai drainase baik dan gulmanya terkendali dengan baik. Perkembangan jamur ini paling baik pada suhu 20oC, sedangkan sporulasi G. piperatum pada suhu 23oC dan C. capsici pada suhu 30oC. Buah yang mudah cenderung lebih rentan daripada yang setengah masak. http://cabeputih.wordpress.com/category/hamapenyakit/ II. 2 PENYAKIT 1. Embun Jelaga (Capnodium sp., Meliola spp.) Tanaman inang : melati, jeruk, mangga, belimbing, mengkudu, jambu biji. Embun jelaga menutupi permukaan atas daun. Apabila patogen tersebut membentuk lapisan merata adalah Capnodium sp., sedang yang membentuk kelompok-kelompok hitam berbulu adalah Meliola sp. Miselium cendawan ini hanya terdapat di permukaan daun dan tidak masuk ke dalam jaringan. Untuk pertumbuhannya cendawan hanya memakan embun madu yang melekat pada daun. Selaput hitam tipis pada permukaan daun tersebut terbentuk dari hifa yang menjalin dan menenun. Apabila udara kering selaput dapat lepas dari daun dan pecah menjadi bagian-bagian kecil yang terhembus angin dan beterbangan kemana-mana. Cendawan ini berkembang biak pada musim kemarau, sedang pada musim hujan berkurang, karena embun madunya tidak banyak. Tanaman di bawah naungan intensitas serangannya cenderung lebih besar. 2. Busuk Lunak ( Erwina Cartovora ) Kingdom : Bacteria Phylum : Proteobacteria Class : Gammaproteobacteria Order : Enterobacteriales Family : Enterobacteriaceae Genus : Erwinia Species : E. carotovora Busuk lunak adalah penyakit yang merugikan pada tanaman-tanaman sayuran, termasuk kubis-kubisan, baik di lapangan maupun dalam penyimpanan dan pengangkutan sebagai penyakit pasca panen. Penyakit tersebar umum di seluruh dunia. Meskipun di Indonesia belum pernah di teliti secara khusus, namun penyakit sering ditemukan di pertanaman maupun di pasar- pasar. Kemajuan teknologi yang dicapai ilmuan pada akhir dekade ini untuk menekan penyebaran patogen Erwinia carotovora melalui molekul signal pada pathogen dikuatirkan akan manciptakan galur yang resisten. Teknik perbanyakan secara tradisional tidak dapat digunakan sebagai senjat ayang ampuh karena kurangnya sifat resisten. Penelitian lebih lanjut masih di kebangkan untuk menangani masalah ini. Gejala yang umum pada tanaman wortel adalah busuk lunak, berwarna coklat atau kehitaman, pada daun, batang, dan umbi. Pada bagian yang terinfeksi mula-mula terjadi bercak kebasahan. Bercak membesar dan mengendap (melekuk), bentuknya tidak teratur, berwarna coklat tua kehitaman. Jika kelembaban tinggi jaringan yang sakit tampak kebasahan, berwarna krem atau kecoklatan, dan tampak agak berbutui-butir halus. Disekitar bagian yang sakit terjadi pembentukan pigmen coklat tua atau hitam. 3. Layu pusarium Kingdom : Mycetae, (fungi), Divisio : Eumycota , Subdivision : Deuteromycotina (The imperfect fungi) , Kelas : Hyphomycetes, Ordo : Hyphales (Moniliales), Genus : Fusarium, Spesies : Fusarium spp Layu Fusarium disebabkan oleh jamur Fusarium Oxysporium. Layu Fusarium terjadi karena media tanaman terlalu masam dan basah/lembab berlebihan. Gejala serangan ditandai dengan memucatnya tulang daun sampai berubah menjadi coklat keabu-abuan, kemudian diikuti dengan menunduknya tangkai yang membusuk. Apabila perbatasan antara akar dan batang dipotong, maka akan terlihat cincin cokelat kehitaman diikuti busuk basah pada berkas pembuluh. 4. Puru akar Kingdom : Animalia Phylum : Nematoda Class : Secernentea Subclass : Diplogasteria Order : Tylenchida Superfamily : Tylenchoidea Family : Heteroderidae Subfamily : Meloidogyninae Genus : Meloidogyne Species : Meloidogyne sp. Siklus hidupnya melalui tahapan stadium telur, larva, dan dewasa berlangsung selama 38 48 hari. Daur hidup antara 5-7 minggu tergantung kondisi lingkungan. Produksi telur 200-500 butir. Kemampuan hidup di dalam tanah pada kondisi lingkungan kurang menguntungkan (tidak ada inang, suhu sangat rendah atau sangat tinggi dan kekeringan) dapat membentuk sista yang dapat bertahan hidup sampai 10 tahun. Sista berisi telur yang belum menetas dengan kisaran jumlah telur dalam sista 326 – 493 dari 10 sista yang dipecahkan. Nematoda aktif kembali setelah kondisi lingkungan sesuai, terutama adanya eksudat akar tanaman inang. Larva stadium dua aktif pada suhu 10C. Kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembang biakannya antara 15 - 21C. Sejak introduksi sampai ”establish” pada tingkat yang dapat dideteksi di areal yang sudah terinfeksi keberadaannya secara permanen diperlukan waktu 7-8 tahun. Pada awal infeksi gejala serangan pada tanaman belum terlihat, setelah mencapai populasi “tertentu” akan tampak. Berdasarkan hasil penelitian di Jepang, jumlah populasi awal G. rostochiensis yang dapat menimbulkan kerugian adalah 31 sista hidup per 100 gram tanah. 5. Busuk buah hitam tomat (Blossom End Rot) Busuk Ujung Buah atau Blossom End Rot juga termasuk penyakit penting pada tanaman tomat terutama di musim hujan. Penyakit ini ditandai dengan adanya luka berwarna kecoklatan sampai coklat tua pada bagian ujung buah yang nampak cekung. Luka tersebut membesar dan menjadi lebih cekung dan kulit mengelupas, kemudian diikuti oleh busuk kering. Jamur berwarna hitam tumbuh pada permukaan yang luka. Busuk ujung buah bukanlah disebabkan oleh penyakit namun lebih disebabkan oleh kekurangan unsur kalsium. Kondisi musim hujan yang ada berdampak pada berkurangnya serapan unsur kalsium pada tanaman tomat antara lain sehingga menimbulkan fluktuasi kelembaban tanah maupun kemasaman tanah, penggunaan nitrogen dalam bentuk ammonium, pemupukan nitrogen yang berlebihan, kelembaban relatif yang tinggi dan kerusakan akar. Yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan. Agar tidak terjadi hal seperti ini maka dianjurkan : menggunakan varietas yang lebih tahan terhadap penyakit ini. Jika perlu, berikan kapur atau pemupukan kalsium sebelum tanam. Irigasi selama cuaca kering dan gunakan mulsa agar kelembaban tanah tempat tumbuh tanaman konstan. Perawatan tanaman harus hati-hati untuk mengurangi resiko kerusakan akar. Hindari penggunaan pupuk nitrogen yang berlebihan, khususnya dalam bentuk ammonium. Hindari pula lahan yang sulit diairi atau yang mempunyai tingkat kemasaman tinggi. Penyemprotan pupuk mikro FItomic setiap minggu mulai awal pembentukan buah sangat mengurangi timbulnya penyakit ini. http://ewientonagayo.blogspot.com/