BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki gunung merapi cukup banyak yang tersebar di seluruh penjuru nusantara meliputi Sumatera, Jawa, dan Irian Jaya. Di Sumatera Utara terdapat beberapa gunung api yang masih aktif, di antaranya Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak. Gunung Sinabung merupakan sebuah gunung di dataran tinggi Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Ketinggian gunung Sinabung lebih kurang 2.460 meter. Gunung Sinabung ini menjadi puncak tertinggi di Sumatera Utara. Ketinggian Gunung Sinabung dapat dilihat dari berbagai arah di sekitar gunung tersebut meliputi dari Kecamatan Tiga Pancur, Kecamatan Simpang Empat, Kecamatan Naman Teran, dan terlihat juga dari kota Berastagi. Awal September 2013, Gunung Sinabung mengeluarkan awan panas yang bercampur dengan gas, saat itu tanda-tanda Gunung Sinabung akan meletus semakin kuat setelah adanya gejala-gejala yang meliputi gempa tremor disekitar kawah, awan panas yang semakin banyak, serta adanya debu vulkanik yang terlontar ke udara bersamaan dengan awan panasnya. Erupsi Gunung Sinabung di kecamatan Karo menyebabkan gangguan yang signifikan dan perhatian yang menarik mengenai efek debu yang dikeluarkan dari erupsi gunung pada sumber alam, contohnya pada air sungai. Terbukti dalam sejarah ketergantungan skala erupsi dan pola perpindahan abu dalam beberapa hari, minggu dan bulan, gunung merupakan suatu indikator keseimbangan antara bumi dan gravitasi di alam semesta ini. Proses dalam Universitas Sumatera Utara keseimbangan tersebut dikarenakan adanya sistem yang bekerja dalam inti bumi, sehingga sewaktu-waktu gunung dapat mengeluarkan lahar panas dan debu awan panas akibat tidak ada keseimbangan antara gunung dan inti bumi. Apabila gunung berapi meletus, magma yang terdapat dibawah gunung berapi akan keluar sebagai lahar atau lava. Selain aliran lava, material lain yang juga berbahaya dari gunung berapi yang sedang meletus adalah aliran lumpur, abu dan gas beracun. Hujan abu lebat terjadi ketika letusan gunug api sedang berlangsung. Material berukuran halus (abu dan pasir halus) yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu. Karena ukurannya yang sangat halus, material ini akan sangat berbahaya bagi pernapasan, mata, pencemaran air, dan pengerusakkan tumbuh-tumbuhan (Hartuti,2009). Seperti halnya erupsi vulkanik Gunung Sinabung ini yang menghasilkan emisi gas dan partikel halus, mempuyai pengaruh pada sumber air di daerah tersebut. Kandungan ion yang dikeluarkan oleh abu dari Gunung Sinabung telah diasosiasikan dengan bertambahnya konsentrasi ion yang telah dijatuhkan secara langsung ke permukaan air dan dialirkan secara cepat ke sungai dan danau. Hal ini menyebabkan penggunaan air sungai untuk masyarakat dalam jarak aman dari pusat erupsi sangat terbatas. Air sungai tersebut telah terkontaminasi oleh dampak erupsi Gunung Sinabung karena adanya aliran lahar dingin dan material debu dari gunung secara langsung. Akan tetapi, hal ini masih mendapat perhatian yang kurang dari masyarakat. Terbatasnya pengetahuan akan dampak erupsi Gunung Sinabung pada aliran sungai, membuat masyarakat masih tetap menggunakan air sungai tersebut untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, memasak, mandi dan aktivitas lainnya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, penentuan kadar ion besi (Fe 3+ ), kadmium (Cd 2+), dan seng (Zn2+) pada air minum dari desa Sukatendel, Surbakti, dan desa Ndokum Siroga Kabupaten Karo Sumatera Utara oleh Anita, I. H. (2015) yang menjelaskan bahwasanya dampak erupsi gunung sinabung telah mencemari sumber air minum di Desa Sukatendel yang dibuktikan dengan tidak memenuhi persyaratan Universitas Sumatera Utara menurut PERMENKES RI nomor 492/MenKes/per/VI/2010 untuk kadar ion Cd2+. Hal ini penulis ingin menganalisis dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap kontaminasi ion terhadap aliran air Sungai Lau Borus, dengan cara mengambil sampel air Sungai Lau Borus dengan jarak radius + 3 km dari pusat meletusnya Gunung Sinabung yang diwakilkan oleh beberapa titik di aliran sungai yaitu di hulu (Desa Sigarang-garang) , di tengah (Desa Naman ), dan di hilir (Desa Simpang Empat). Air sungai yang diperoleh dianalisa kandungan ion besi (Fe 2+ 3+ ), kadmium 2+ (Cd ), dan kobal (Co ) dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). 1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah aliran air Sungai Lau Borus yang berada di tiga titik yaitu di hulu (Desa Sigarang-garang), di tengah (Desa Naman ), dan di hilir (Desa Simpang Empat) kawasan Gunung Sinabung layak untuk dipergunakan untuk kebutuhan rumah tangga sesuai dengan peraturan pemerintah dan SNI? 2. Bagaimana dampak erupsi Gunung Sinabung terhadap kualitas air sungai? 3. Berapa kadar ion besi (Fe3+), kadmium (Cd2+), kobalt (Co2+) yang diperoleh terhadap sampel air Sungai Lau Borus ? 1.3 Pembatasan Masalah Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: - Sampel yang digunakan berasal dari aliran Sungai Lau Borus yang mengaliri tiga desa yaitu Desa Sigarang-garang, Desa Naman, Desa Simpang Empat, Kabupaten Karo. Dengan jarak + 3 km dari pusat erupsi berdasarkan pemetaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di kabupaten Karo. - Ion yang dianalisis adalah besi (Fe3+), kadmium (Cd2+), dan kobal (Co2+). - Karakterisasi dilakukan dengan menggunakan SSA. Universitas Sumatera Utara 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kadar ion besi (Fe3+), kadmium (Cd2+), dan kobal (Co2+) dari sampel air Sungai Lau Borus, Kabupaten Karo. 2. Untuk mengetahui perbandingan kadar ion sampel air Sungai Lau Borus terhadap tiga desa yang dialiri air sungai Lau Borus . 3. Untuk mengetahui kelayakan air Sungai Lau Borus untuk dipergunakan berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 dan SNI. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi kepada pembaca dan warga masyarakat mengenai kelayakan air Sungai Lau Borus terhadap tiga desa yang diamati. 2. Memberikan informasi dampak pencemaran air Sungai Lau Borus dari erupsi Gunung Sinabung. 3. Sebagai bahan pengembangan dari penelitian sebelumnya mengenai debu yang masuk ke badan permukaan air sungai. 1.6 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu Dasar (LIDA) USU, Medan dan Laboratorium PT. Sinarmas Oleochemical, Mabar, Medan. 1.7 Metodologi Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimen laboratorium. Ada beberapa tahap dalam penelitian ini, yaitu: Universitas Sumatera Utara Tahap pertama adalah teknik pengambilan sampel (teknik sampling) dengan mengambil sampel air berdasarkan jarak dan kedalaman. Sampel diambil dengan 3 titik hulu, tengah, dan hilir. Tahap kedua adalah preparasi sampel, dimana sampel dan bahan kontrol air di preparasi sesuai standar laboratorium, pereaksi yang digunakan adalah asam nitrat pekat (HNO3(p)). Tahap ketiga adalah analisis kadar ion besi (Fe3+), kadmium (Cd2+) dan kobal (Co2+) dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom ( SSA). Universitas Sumatera Utara