BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan suatu hal yang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia. Untuk melakukan aktivitas, setiap manusia tentu membutuhkan yang namanya energi. Pesatnya perkembangan teknologi dan semakin bertambahnya populasi penduduk membuat kebutuhan energi di dunia semakin meningkat. Berbagai aktifitas manusia sangat tergantung terhadap ketersediaan sumber daya energi, yaitu untuk keperluan transportasi, mendukung administrasi perkantoran, penerangan, perhotelan, mendukung keperluan pendidikan, mendukung jalannya administrasi pemerintahan, penggerak mesin-mesin di industri, dan pemenuhan bahan baku industri. Selama ini, kebanyakan kebutuhan energi dunia dipasok dari bahan bakar fosil. Sementara persediaan energi dari bahan bakar fosil yang selama ini menjadi sumber utama energi yang diandalkan jumlahnya semakin terbatas. Kondisi diatas sangat memprihatinkan karena bahan bakar fosil merupakan sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui dan suatu saat akan habis. Apabila terus menerus dilakukan eksploitasi secara besar besaran, diperkirakan sumber energi fosil akan habis dalam beberapa dekade mendatang. Energi merupakan salah satu hal penting bagi masyarakat di dunia, bisa dibayangkan bagaimana keadaan 1 Universitas Sumatera Utara masyarakat di dunia apabila sumber energi utama yaitu bahan bakar fosil habis begitu saja. Dalam satu dekade terakhir , keamanan atau ketahanan energy telah menjadi isu global dan agenda politik luar negri negara-negara dunia. International Energy Agency (IEA) mendefinisikan ketahanan energi sebagai ketersediaan sumber energi yang tidak terputus dengan harga yang terjangkau. Lebih lanjut, ukuran yang dipakai untuk menilai suatu negara dikatakan memiliki ketahanan energi apabila memiliki pasokan energi untuk 90 hari kebutuhan impor setara minyak. Ketahanan energi dianggap penting karena energi merupakan komponen penting dalam produksi barang dan jasa1. Sedangkan APERC (Asian Pasific Research Centre) mendefenisikan keamanan energi berdasarkan konsep The 4 A’s of Energy Security, yaitu energi resourch Availability, Accessibility barriers, enviromental acceptability dan investment cost Affordability. Indikator dari keamanan energi menurut kajian APERC , dilihat dari diversifikasi sumber pasokan energi (diversification of energy supply sources), kebergantungan pada impor energi (net energy impor dependency), rencana pengembangan bahan bakar nonkarbon (non-carbon based fuel portofolion) , kebergantungan pada impor minyak dan impor minyak dari 1 Riza Azmi dan Hidayat Amir. Ketahanan Energi: Konsep, Kebijakan dan Tantangan bagi Indonesia. Diambil dari website kementrian keuangan RI http://www.kemenkeu.go.id/sites/ default/files/Energy%20Security.pdf pada 24 Januari 2017 pada pukul 22.18 WIB 2 Universitas Sumatera Utara Timur-Tengah (net oil import dependency and middle east oil import dependency)2. Dengan demikian secara sederhana Ketahanan energi (energy security) dapat digambarkan dengan : bagaimana ketersediaan fisiknya (availability), bagaimana kemudahan mendapatkannya (accessibility), bagaimana keterjangkuan harganya (affordability), serta bagaimana/seberapa kualitasnya dapat diterima (acceptability). Secara umum ketahanan energi juga digambarkan melalui elemen bauran energi (energy mix) serta keberlanjutan (sustainability) dari sistem penyediaan-permintaan energi yang ada3. Di Indonesia sendiri penggunaan energi meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Energi mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional. Kesinambungan keberhasilan ekonomi, politik dan sosial sangat bergantung pada kemampuan Indonesia dalam memastikan penyediaan energi yang berkelanjutan dan cukup bagi kebutuhan konsumen. Memenuhi pertumbuhan kebutuhan dan pemeliharaan kelestarian lingkungan dari pasokan energi menjadi pilar utama dari kebijakan dan strategi ekonomi serta investasi.4 2 Atiqah Nur Alami dan Nanto Sriyanto. Politik Luar Negri Indonesia dan isu keamanan energi : Maissink Link dalam sektor energi Indonesia. LIPI . Hal 7 3 Hanan Nugroho. 2014. Ketahanan Energi Indonesia : Gambaran Permasalahan dan Strategi Memperbaikinya. BAPPENAS Hal 3 4 Pusat Teknologi Sumber Daya Energi dan Industri Kimia. Loc cit 3 Universitas Sumatera Utara Walaupun Indonesia masih dikenal sebagai negara pengekspor energi, namun kita juga telah berkembang menjadi pengimpor energi yang cukup besar. Meningkatnya permintaan/konsumsi serta menurunnya kapasitas produksi energi seperti disebutkan tadi telah menyebabkan impor energi Indonesia meningkat cepat. Ini perkembangan yang mengkhawatirkan. Dulu Indonesia termasuk negara pengekspor minyak bumi utama, satu-satunya wakil OPEC dari Asia. Namun tahun 2006 mulai menjadi pengimpor neto minyak bumi, bahkan melepaskan keanggautaan di OPEC tahun 20085. Sampai saat ini, Indonesia masih menghadapi persoalan dalam mencapai target pembangunan bidang energi, karena indonesia masih sangat bergantung kepada energi fosil. Ketergantungan terhadap energi fosil terutama minyak bumi dalam pemenuhan konsumsi di dalam negeri masih tinggi yaitu sebesar 96% (minyak bumi 48%, gas 18% dan batubara 30%) dari total konsumsi. Tingginya konsumsi energi fosil tersebut diakibatkan oleh subsidi sehingga harga energi menjadi murah (jika dibandingkan dengan harga minyak di negara lain) dan masyarakat cenderung boros dalam menggunakan energi6. Penggunaan BBM meningkat pesat, terutama untuk transportasi, yang sulit digantikan oleh jenis energi lainnya. Kebutuhan energi dalam negeri selama ini dipasok dari produksi dalam negeri dan sebagian dari impor, yang pangsanya cenderung meningkat. Komponen terbesar dari impor energi adalah minyak bumi 5 Hanan Nugroho. 2014. Ketahanan Energi Indonesia : Gambaran Permasalahan dan Strategi Memperbaikinya. BAPPENAS Hal 5 6 Dewan Energi Nasional RI. 2014. Outlook Energi Indonesia 2014. Jakarta 4 Universitas Sumatera Utara dan BBM. Kemampuan produksi lapangan minyak bumi semakin menurun sehingga membatasi tingkat produksinya. Dalam satu dekade terakhir, kapasitas produksi kilang BBM dalam negeri tidak bertambah, sedangkan permintaan BBM di dalam negeri meningkat dengan cepat. Ekspor minyak dan kondensat cenderung semakin menurun sejalan dengan produksi minyak dalam negeri yang cenderung terus menurun karena penuaan sumur yang ada dan juga keterlambatan investasi untuk eksplorasi dan eksploitasi sumber minyak baru. Bilamana tidak segera ditemukan sumber minyak baru, Indonesia akan semakin menjadi negara “net oil importer country” seperti yang sudah terjadi saat ini7. Suatu gejala yang cukup merisaukan bagi keberlanjutan penyediaan energi jangka panjang, apalagi di tengah harga minyak internasional yang semakin tinggi seperti sekarang ini. Di sisi lain, Indonesia menghadapi penurunan cadangan energi fosil yang terus terjadi. Sedangkan keterbatasan infrastruktur energi yang tersedia juga membatasi akses masyarakat terhadap energi. Kondisi ini menyebabkan Indonesia rentan terhadap gangguan yang terjadi di pasar energi global karena sebagian dari konsumsi tersebut, terutama produk minyak bumi, dipenuhi dari impor8. Tanpa ketahanan energi yang baik, pertumbuhan ekonomi bahkan ketahanan nasional dapat terganggu. Kondisi ketahanan energi Indonesia yang kondisinya masih “rentan/kurang” sebagaimana digambarkan di atas masi sangat perlu diperbaiki. Kebutuhan akan energi yang terus meningkat dan semakin 7 Kementrian Negara Riset dan Teknologi. 2006 . Buku Putih Penelitian, Pengembangan Dan Penerapan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Energi Baru Dan Terbarukan Untuk Mendukung Keamanan Ketersediaan Energi Tahun 2005 - 2025 . Jakarta. Hal 3 8 Dewan Energi Nasional RI. Op cit 5 Universitas Sumatera Utara menipisnya cadangan minyak bumi memaksa manusia untuk mencari sumbersumber energi alternatif. Negara-negara maju juga telah bersaing dan berlomba membuat terobosan-terobosan baru untuk mencari dan menggali serta menciptakan teknologi baru yang dapat menggantikan minyak bumi sebagai sumber energi. Sumber energi baru yang dimaksud sebaiknya memenuhi persyaratan menghasilkan jumlah energi yang cukup besar, ekonomis dan tidak berdampak negatif terhadap lingkungan. Kita tentunya harus bersyukur karena negara kita dikaruniai dengan berbagai jenis sumber energi. Karena apabila diperhatikan dan dimanfaatkan dengan sebaiknya maka sumber energi tersebut dapat memberikan manfaat cukup besar. Oleh karena itu kita harus cermat dalam mengelola sumber energi tersebut. Menimbang bahwa cadangan sumber daya energi tak terbarukan terbatas, maka perlu adanya kegiatan diversifikasi atau keanekaragaman sumber daya energi agar ketersediaan energi terjamin. Diversifikasi energi dilakukan melalui upaya pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT), seperti Panas Bumi, Energi Air, Energi Surya, Energi Angin, Bioenergi, dan Energi Nuklir. Dengan memanfaatkan EBT, ketergantungan akan penggunaan bahan bakar fosil di dalam sistem penyediaan energi nasional dapat menurun. Selain itu, isi pemanasan global yang dikaitkan dengan penggunaan bahan bakar fosil merupakan salah alasan untuk menurunkan tingkat konsumsi bahan bakar fosil. Bagaimanapun, ketersediaan energi yang berkelanjutan memerlukan upaya diversifikasi konsisten dan ter arah. Upaya-upaya ini memerlukan dana investasi 6 Universitas Sumatera Utara yang besar, teknologi yang menunjang dan sumber daya manusia yang terampil dan berpengetahuan tinggi. Arah yang jelas dan kebijakan yang konsisten amat diperlukan agar upaya berbagai pihak tersebut dapat efektif. Dalam konteks energi baru dan terbarukan , pengembangan energi lokal setempat penting di imbangi dengan keberpihakan bagi pengembangan kapasitas industri dalam negri dengan pengembangan pola kemitraan antara pemerintah dan swasta, serta antara sumber daya dalam negeri dengan dana, teknologi dan keahlian dari luar negeri9. Selama ini peranan energi fosil masih mendominasi dalam pemanfaatan energi, sedangkan peran energi baru dan terbarukan hanya sebagai alternatif. Oleh karena itu, diperlukan adanya perubahan paradigma pengelolaan energi yang mengedepankan diversifikasi energi dan konservasi energi sehingga peran energi baru terbarukan akan lebih maksimal dan energi fosil hanya berperan sebagai penyeimbang. Salah satu upaya untuk mewujudkan paradigma baru di sektor energi tersebut adalah dengan dibentuknya Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. Mengacu pada hal tersebut pemerintah menetapkan regulasi tentang kewajiban pelaku energi untuk menggunakan energi terbarukan (renewable energy obligation) dalam jumlah tertentu10. Bahkan dalam konsiderannya Kepmen ESDM nomor 082 tahun 2004 menyebutkan bahwa untuk mendorong kegiatan konsumsi energi serta meningkatkan pemanfaatan sumber energi terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik dan non listrik perlu menetapkan kebijakan 9 Kementrian ESDM, 2014. Potensi dan Peluang Investasi : Energi Baru dan Terbarukan. Hal 1 10 Peraturan Mentri ESDM No 82 Tahun 2004 7 Universitas Sumatera Utara pengembangan energi terbarukan dan konservasi energi11. Ada banyak alasan mengapa energi terbarukan menjadi pilihan, diantaranya; relatif tidak mahal, bersifat netral karbon, kebanyakan tidak menimbulkan polusi untuk menggantikan solusi energi tidak terbarukan berbasis bahan bakar minyak. Pemanfaatan energi baru dan terbarukan sebagaimana paradigma pengelolaan energi ke depan merupakan penopang penyediaan energi nasional, sementara energi fosil hanya sebagai faktor penyeimbang. Berdasarkan UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi yang dimaksud energi baru adalah energi yang berasal dari sumber enrgi baru dan yang dimaksud dengan energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber energi terbarukan. Sumber energi baaru adalah sumber energi yang dapat dihasilkan oleh teknologi baru baik yang berasal dari sumber energi terbarukan maupun energi tak terbarukan, antara lain nuklir , hidrogen, gas metana batu bara, gas alam yang berasal dari serpihan bebatuan, dan batu bara tergaskan (UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi). Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut. (UU No. 30 Tahun 2007 tentang Energi)12. Sumber energi terbarukan adalah sumber energi ramah lingkungan yang tidak mencemari lingkungan dan tidak memberikan kontribusi terhadap perubahan iklim dan pemanasan global seperti pada sumber-sumber tradisional lain. Ini 11 Departemen ESDM, 2003. Pengembangan Energi Hijau 12 Kementrian ESDM, Opcit 2 8 Universitas Sumatera Utara adalah alasan utama mengapa energi terbarukan sangat terkait dengan masalah lingkungan dan ekologi di mata banyak orang. Selain dapat dipulihkan kembali, energi terbarukan diyakini lebih bersih (ramah lingkungan), aman, dan terjangkau masyarakat. Penggunaan energi terbarukan lebih ramah lingkungan karena mampu mengurangi pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan di banding energi non-terbarukan. Adapun contoh dari energi terbarukan ini adalah sebagai berikut: 1. Angin 2. Matahari 3. Air Laut Pasang 4. Panas Bumi 5. Tumbuhan 6. Biofuel 7. Air Selain air laut pasang 8. Biomassa13 Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Energi panas bumi merupakan energi panas yang terdapat dan terbentuk di dalam kerak bumi. Energi panas bumi ini sebenarnya mempunyai banyak kelebihan antara lain bersifat 13 Diambil dari website http://benergi.com/macam-macam-sumber-energi-terbarukan-dan-tak-terbarukan diakses pada 26/01/2017 pada 14.27 wib 9 Universitas Sumatera Utara ramah lingkungan bila dibandingkan dengan jenis energi lainnya terutama yang berasal dari hasil pembakaran bahan bakar fosil (fossil fuel), emisi gas CO2 yang dihasilkan dari panas bumi jauh lebih kecil, sehingga bila dikembangkan akan mengurangi bahaya efek rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global14. Sumber energi panas bumi ini juga cenderung tidak akan habis, karena proses pembentukannya yang terus menerus selama kondisi lingkungannya (geologi dan hidrologi) dapat terjaga keseimbangannya. Mengingat energi panas bumi ini tidak dapat diekspor, maka pemanfaatannya diarahkan untuk mencukupi kebutuhan energi domestik, dengan demikian energi panas bumi akan menjadi energi alternatif andalan dan vital karena dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap sumber energi fosil yang kian menipis dan dapat memberikan nilai tambah dalam rangka optimalisasi pemanfaatan aneka ragam sumber energi di Indonesia15. Sumatera Utara merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang dianugrahi kekayaan alam yang berlimpah. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat pengembangan perkebunan dan hortikultura di satu sisi, sekaligus merupakan salah satu pusat perkembangan industri dan pintu gerbang pariwisata di Indonesia melalui selat Malaka. Pertumbuhan ekonomi juga terjadi di beberapa sektor potensial yang ada seperti sektor pertanian, perkebunan, perikanan, 14 Kasbani. Tipe Sistem Panas Bumi Di Indonesia Dan Estimasi Potensi Energinya. Kelompok Program Penelian Panas Bumi, PMG –Badan Geologi. Jurnal Badan Geologi. Hal 64 15 Kasbani. Loc it 10 Universitas Sumatera Utara kehutanan dan peternakan. Selain itu juga, salah satu sektor yang mendukung laju pertumbuhan ekonomi berasal dari sektor pertambangan Di Provinsi Sumatera Utara sendiri penggunaan listrik mengalami pertumbuhan sejalan dengan pertumbuhan ekonominya. Pertambahan jumlah penduduk dan meningkatnya industrialisasi di daerah Sumatera Utara akan diikuti dengan peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap energi listrik yang sangat besar. Kota Medan merupakan pusat beban terbesar di Sumatera Utara (hampir 60% dari seluruh demand di Provinsi ini) dengan tingkat pertumbuhan beban yang tinggi16. Hal ini menyebabkan Sumatera Utara masih mengalami defisit energi yang tinggi. Untuk itu, perlu adanya pembangkit pembangkit listrik guna memenuhi energi listrik bagi masyarakat yang saat ini hanya bergantung pada suplai dari PLN. Energi listrik merupakan energi sekunder yang sangat diperlukan oleh masyarakat. Namun pasokan tenaga listrik (pembangkitan) mengalami penurunan daya mampu ( derating capacity ) karena umur pembangkit yang semakin tua dan penambahan kapasitas pembangkit baru yang relatif kecil. Penyediaan Energi merupakan prasarana yang sangan mutlak bagi penyelenggaraan pembangunan dalam rangka menggerakkan perekonomian di Provinsi Sumatera Utara guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, ketersediaan energi dalam jumlh yang cukup perlu terus di penuhi. Disamping peningkatan jumlah yang cukup, juga perlu dijaga 16 Adhietya Saputra, Studi Awal: Penggunaan Dan Proyeksi Kebutuhan Energi Listrik Di Provinsi Sumatera Utara Sampai Dengan Tahun 2019. Di ambil dari https://www.academia.edu/10483379/studi_awal_penggunaan_dan_proyeksi_kebutuhke_energi_listrik_di_pr ovinsi_sumatera_utara_sampai_dengan_tahun_2019 pada 07 februari 2017 pukul 10:52 wib 11 Universitas Sumatera Utara penyebarannya secara merata, serta dengan tingkat harga yang bisa dijangkau oleh masyarakat. Sesuai dengan Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 yang berbunyi “ Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Sehingga berdasarkan pasal tersebut, penggunaan sumber daya yang ada harus dimanfaatkan sebaik mungkin dan tidak ada yang dapat memilikinya secara perseorangan. Sumatera Utara adalah salah satu daerah di Indonesia yang memiki banyak sekali potensi dari energi baru dan terbarukan. Sumber energi yang cukup besar tersedia di Sumatera Utara untuk membangkitkan energi listrik adalah tenaga air dan panas bumi. Potensi panas bumi di Sumatera Utara sebesar 2076 MW17. Hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi kita semua apabila potensi tersebut dimanfaatkan dengan sebaik baiknya mengingat energi panas bumi merupakan energi yang tidak dapat di ekspor. Walaupun Sumatera Utara kaya akan sumber energi, tetapi pemanfaatannya perlu diseimbangkan sehingga ketergantungan terhadap salah satu sumber energi seperti hasil olahan minyak bumi secara berangsur-angsur dapat dikurangi. Dalam kaitan ini, ketergantungan akan sumber energi tak terbarukan yang suatu saat pasti akan habis tidak dapat dibiarkan secara terus 17 Materi Acara Sosialisasi Rencana Umum Energi Nasional (Ruen) 2016 oleh Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara . diambil dari http://bahanrapat.den.go.id/index.php/kegiatan/downloaddokumen/20 pada 07 februari 2017 pukul 11:05 wib 12 Universitas Sumatera Utara menerus, dan sedikit demi sedikit dapat dialihkan ke sumber energi potensial lain seperti tenaga air, panas bumi, biomassa, tenaga surya dan lain-lain. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka penulis meberikan judul “Ketahanan Energi Indonesia (Studi Analisis : Optimalisasi Pemanfaatan Panas Bumi Sebagai Alternatif Energi Baru Dan Terbarukan di Sumatera Utara) 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka muncul pertanyaan utama dalam penelitian ini, yaitu : “Bagaimana Panas Bumi Sebagai Alternatif Energi Baru dan Terbarukan dalam Menyokong Ketahanan Energi di Sumatera Utara?” 1.3. Batasan Masalah Dari latar belakang serta rumusan masalah yang telah peneliti uraikan sebelumnya, maka batasan masalah dari penelitian ini hanya sebatas seberapa besar pemanfaatan panas bumi sebagai penyolong ketahanan energi di Sumatera Utara. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah Untuk mendeskripsikan pemanfaatan Panas Bumi dan untuk melihat seberapa besar peran panas bumi sebagai penyokong ketahanan energi di Sumatera Utara. 13 Universitas Sumatera Utara 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Secara teoritis, penelitian ini merupakan salah satu kajian ilmu politik yang membahas mengenai energi baru dan terbarukan sebagai penopang ketahanan energi Indonesia, sehingga dapat memberi kontribusi terhadap kajian Politik Lingkungan. 2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan dalam bidang Ilmu Politik serta menambahkan referensi kepustakaan terhadap departemen Ilmu Politik Fisip USU. 3. Secara praksis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan masyarakat umum yang memiliki ketertarikan mengenai politik lingkungan serta panas bumi sebagai salah satu energi baru dan terbarukan sebagai penopang ketahanan energi di Indonesia. 1.6. Kerangka Teori 1.6.1. Teori Ketahanan Nasional Ketahanan Nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa berisi keuletan dan ketangguhan nasional di dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan dan ancaman, hambatan serta gangguan baik yang datang dari luar maupun dari dalam negeri yang langsung maupun tidak langsung membahayakan 14 Universitas Sumatera Utara integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan nasional18. Unsur – unsur atau aspek aspek dalam ketahanan nasional : Aspek alamiah adalah : a) Posisi dan lokasi geografi negara b) Keadaan dan kekayaan alam c) Keadaan dan kemampuan penduduk Aspek sosial/kemasyarakatan adalah : a) Ideologi b) Politik c) Sosial d) Budaya e) Pertahanan dan Keamanan Aspek alamiah bersifat statis dan sering disebut dengan istilah Trigatra, sedangkan aspek sosial/kemasyarakatan bersifat dinamis disebut juga dengan istilah Pancagatra. Kedua aspek itu biasanya disebut dengan Astagatra. Aspekaspek di atas mempunyai hubungan timbal balik antargatra yang sangat erat yang disebut dengan istilah keterhubungan (korelasi) dan ketergantungan (interdependensi)19. 18 Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd. Ketahanan Nasional. Diambil dari file.upi.edu pada 08 februari 2017 wib 19 Gatot. Ketahanan Nasional .hal 3-4 dikutip dari http://gatot_sby.staff.gunadarma.ac.id pada 08 februari 2017 wib 15 Universitas Sumatera Utara Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketahanan Nasional di bidang ekonomi a) bumi dan sumber alam b) jumlah dan kemampuan penduduk c) modal d) teknologi e) hubungan luar negeri f) infera struktur (prasarana) g) manajemen Faktor-faktor yang mempengaruhi Ketahanan Nasional di bidang pertahanan dan keamanan a) Doktrin b) Wawasan nasional c) Sistem hankam d) Kondisi geografis negara e) Manusia Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan dan kekayaan alam sebagai ketahanan nasional a) Distribusi dan lokasi kekayaan alam tidak merata b) Sifat kekayaan alam saling bergantung dan saling mempengaruhi 16 Universitas Sumatera Utara c) Untuk mendapatkannya diperlukan modal, ilmu pengetahuan atau teknnologi dan tenaga kerja yang terampil20 a. Konsep Ketahanan Energi International Energy Agency (IEA) mendefinisikan ketahanan energi sebagai ketersediaan sumber energi yang tidak terputus dengan harga yang terjangkau. Lebih lanjut, ukuran yang dipakai untuk menilai suatu negara dikatakan memiliki ketahanan energi apabila memiliki pasokan energi untuk 90 hari kebutuhan impor setara minyak. Ketahanan energi dianggap penting karena energi merupakan komponen penting dalam produksi barang dan jasa. Segala bentuk gangguan yang dapat menghambat ketersediaan pasokan energi dalam bentuk bahan bakar primer (BBM, gas dan batubara) maupun kelistrikan dapat menurunkan produktivitas ekonomi suatu wilayah dan jika magnitude gangguan sampai pada tingkat nasional dapat membuat target pertumbuhan ekonomi meleset dari yang ditetapkan21. Dasar pemikiran ketahanan energi / energy security sudah dicantumkan di dalam Undang-Undang No.30 Tahun 2007 tentang energi. Di dalam UU No. 30 Tahun 2007, pada pasal 2 menyatakan bahwa “energi dikelola berdasarkan asas kemanfaatan, rasionalitas, efisiensi, berkeadilan, peningkatan nilai tambah, keberlanjutan, kesejahteraan masyarakat, pelestarian fungsi lingkungan hidup, 20 Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, op cit 21 Riza Azmi dan Hidayat Amir . 2014. Ketahanan Energi: Konsep, Kebijakan dan Tantangan bagi Indonesia . Pusat Pengelolaan Risiko Fiskal Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan. Hal 1 17 Universitas Sumatera Utara ketahanan nasional dan keterpaduan dengan mengutamakan kemampuan nasional”. Kemudian dalam UU No. 30 Tahun 2007, pada pasal 3 ayat 2 menyatakan bahwa “dalam rangka mendukung pembangunan nasional secara berkelanjutan dan meningkatkan ketahanan nasional, tujuan pengelolaan energi antara lain untuk kemandirian, penyediaan, pengelolaan, pemanfaatan energi, efisiensi, akses masyarakat, industri energi dan lingkungan hidup”. Dari kedua pasal tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa ketahanan energi bukan hanya meliputi upaya pemenuhan kebutuhan energi saja tetapi juga merupakan kemampuan masyarakat untuk memperoleh dan memanfaatkan energi serta mempertimbangkan aspek pengelolaan energi termasuk aspek lingkungan hidup22. APERC (Asian Pasific Research Centre) mendefenisikan keamanan energi berdasarkan konsep The 4 A’s of Energy Security, yaitu energi resourch Availability, Accessibility barriers, enviromental acceptability dan investment cost Affordability. Indikator dari keamanan energi menurut kajian APERC , dilihat dari diversifikasi sumber pasokan energi (diversification of energy supply sources), kebergantungan pada impor energi (net energy impor dependency), rencana pengembangan bahan bakar nonkarbon (non-carbon based fuel portofolion) , kebergantungan pada impor minyak dan impor minyak dari TimurTengah (net oil import dependency and middle east oil import dependency)23. 22 Sopana. Definisi Ketahanan Energi . diambil dari http://www.ketahananenergi.com/2016/05/definisi- ketahanan-energi/ pada 07 Maret 2017 pada 20:05 23 Atiqah Nur Alami dan Nanto Sriyanto. Op Cit. Hal 7 18 Universitas Sumatera Utara Dengan demikian secara sederhana Ketahanan energi (energy security) dapat digambarkan dengan : bagaimana ketersediaan fisiknya (availability), bagaimana kemudahan mendapatkannya (accessibility), bagaimana keterjangkuan harganya (aff ordability), serta bagaimana/seberapa kualitasnya dapat diterima (acceptability). Secara umum ketahanan energi juga digambarkan melalui elemen bauran energi (energy mix) serta keberlanjutan (sustainability) dari sistem penyediaan-permintaan energi yang ada24 1.6.2. Konsep Pembangunan Berkelanjutan Perbincangan tentang “Pembangunan Berkelanjutan” atau “suistainable development” sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru baik lihat secara global maupun nasional. Namun dalam pelaksanaannya masih belum dipahami dengan baik dan oleh karenanya masih menunjukkan banyak kerancuan pada tingkat kebijakan dan pengaturan dan mempunyai banyak gejala pada tatanan implementasi atau pelaksana. Sebagai sebuah konsep, pembangunan yang berkelanjutan yang mengandung pengertian sebagai pembangunan yang “memperhatikan” dan “mempertimbangkan” dimensi lingkungan hidup dalam pelaksanaannya sudah menjadi topik pembicaraan dalam konferensi Stockholm (UN Conference on the Human Environment) tahun 1972 yang menganjurkan agar pembangunan dilaksanakan dengan memperhatikan faktor lingkungan25. 24 Hanan Nugroho. Op Cit Hal 3 25 Moehamad Soerjani, 1977. Pembangunan dan Lingkungan : Meniti gagasan dan pelaksanaan Suistinable Development . Jakarta:IPPL Hal 66 19 Universitas Sumatera Utara Konsep pembangunan berkelanjutan sebenarnya sudah lama menjadi perhatian para ahli. Namun istilah keberlajutan (sustainability) sendiri baru muncul sejak beberapa dekade yang lalu, walaupun perhatian terhadap keberlanjutan sudah dimulai sejak Malthus pada tahun 1798. Tujuan pembangunan pada hakekatnya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Sedangkan “Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan strategi pelaksanaannya, diantaranya ada empat hal yang perlu diperhatikan yaitu; pemerataan, partisipasi, keanekaragaman, integrasi, dan perspektif jangka panjang yang diikuti pendekatan secara ideal. Pembangunan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan yaitu; keberlanjutan ekologis, ekonomi, sosial budaya, politik, serta pertahanan dan keamanan. Pembangunan berkelanjutan (Emil Salim,1990) bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia. Pembangunan yang berkelanjutan pada hekekatnya ditujukan untuk mencari pemerataan pembangunan antar generasi pada masa kini maupun masa mendatang. Menurut KLH (1990) pembangunan (yang pada dasarnya lebih berorientasi ekonomi) dapat diukur keberlanjutannya berdasarkan tiga kriteria yaitu : 20 Universitas Sumatera Utara 1. Tidak ada pemborosan penggunaan sumber daya alam atau depletion of natural resources; 2. Tidak ada polusi dan dampak lingkungan lainnya; 3. Kegiatannya harus dapat meningkatkan useable resources ataupun replaceable resource Senada dengan konsep diatas, Sutamihardja (2004), menyatakan sasaran pembangunan berkelanjutan mencakup pada upaya untuk mewujudkan terjadinya: a. Pemerataan manfaat hasil-hasil pembangunan antar generasi (intergenaration sumberdaya equity) alam untuk yang berarti kepentingan bahwa pemanfaatan pertumbuhan perlu memperhatikan batas-batas yang wajar dalam kendali ekosistem atau sistem lingkungan serta diarahkan pada sumberdaya alam yang replaceable dan menekankan serendah mungkin eksploitasi sumber daya alam yang unreplaceable. b. Safeguarding atau pengamanan terhadap kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup yang ada dan pencegahan terjadi gangguan ekosistem dalam rangka menjamin kualitas kehidupan yang tetap baik bagi generasi yang akan datang. c. Pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam semata untuk kepentingan mengejar pertumbuhan ekonomi demi kepentingan pemerataan pemanfaatan sumberdaya alam yang berkelanjutan antar generasi. 21 Universitas Sumatera Utara d. Mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan baik masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal). e. Mempertahankan manfaat pembangunan ataupun pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang mempunyai dampak manfaat jangka panjang ataupun lestari antar generasi. f. Menjaga mutu ataupun kualitas kehidupan manusia antar generasi sesuai dengan habitatnya 26. Menurut Emil Salim yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan atau suistainable development adalah suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam sumber daya manusia, dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan27. Pada tulisannya yang lain, Emil Salim mengemukakan ada beberapa asumsi dasar serta ide pokok yang mendasari konsep pembangunan berlanjut ini, yaitu : Pertama, proses pembangunan itu mesti berlangsung secara berlanjut, terus menerus di topang oleh sumber alam, kualitas lingkungan dan manusia yang berkembang secara berlanjut, 26 Askar Jaya, 2004. Konsep Pembangunan Berkelanjutan. Diambil dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195207251978031ACE_SURYADI/askar_jaya.pdf pada 11 Juli 2017 14.31 WIB 27 Yayasan SPES.1992. Pembangunan berkelanjutan : mencari format politik . PT.Gramedia Pustaka Utama. Hal 3 22 Universitas Sumatera Utara Kedua, sumber alam terutama udara, air dan tanah memiliki ambang batas, diatas mana penggunaannya akan menciutkan kualitas dan kuantitasnya. Penciutan itu berarti berkurangnya kemampuan sumber alam tersebut untuk menopang pembangunan secara berlanjut, sehingga menimbulkan gangguan pada keserasian sumber alam dengan daya manusia. Ketiga, kualitas lingkungan berkolerasi langsung dengan kualitas hidup. Semakin baik kualitas lingkungan, semakin posistif pengaruhnya pada kualitas hidup, yang antara lain tercermin pada meningkatnya kualitas fisik, pada harapan usia hidup, pada turunnya tingkat kematian dan lain sebagainya. Oleh karena itu pembangunan berkelanjutan, supaya memberi pengaruh positif terhadap kualitas hidup. Keempat, pembangunan berkelanjutan mengadaikan solidaritas transgenerasi, dimana pembangunan ini memungkinkan generasi sekarang untuk meningkatkan kesejahteraannya, tanpa mengurangi kemungkinan bagi generasi masa depan untuk meningkatkan kesejahteraannya28. 28 Abdurrahman. 2003. Pembangunan Berkelanjutan Dalam Pengelolahan Sumber Daya Alam Indonesia (dalam Seminar Pembangunan Hukum Nasional Viii Tema Penegakan Hukum Dalam Era Pembangunan Berkelanjutan) . Diambil dari http://www.lfip.org/english/pdf/bali-seminar/pembangunan%20berkelanjutan%20%20Abdurrahman.pdf pada 11 Juni 2017 14.55 wib 23 Universitas Sumatera Utara 1.7. Metodologi Penelitian Berdasarkan uraian dan penjelasan dari sub bab sebelumnya, maka penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata kata lisan maupun tertuliss, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang orang yang diteliti29. 1.7.1. Metode Penelitian Dalam hal melakukan penelitian , peneliti menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif diuraikan dengan kata kata menurut responden , apa adanya sesuai dengan pertanyaan penelitiannya, kemudian dianalisis dengan kata –kata apa yang melatarbelakangi responden berperilaku (berpikir,berperasaan,dan bertindak)30. Penelitian deskriptif (descriptive research) dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi atau area populasi tertentu yang bersifat faktual secara sistematis dan akurat. Penelitian desriptif dapat pula diartikan sebagai penelitian yang dimaksudkan untuk memotret fenomena individual, situasi, atau kelompok tertentu yang terjadi secara kekinian. Penelitian deskriptif juga berarti penelitian yang dimaksudkan untuk menjelaskan fenomena atau karakteristik individual, situasi, atau kelompok tertentu secara akurat. Dengan kata lain, tujuan 29 Bagong suyanto, Sutinah. 2005. Metode penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta:Prenamedia Group. Hal 166 30 Husaini usman, Purnomo Setiadi Akbar. 2009. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta:Bumi Aksara. Hal 130 24 Universitas Sumatera Utara penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan seperangkat peristiwa atau kondisi populasi saat ini31. 1.7.2. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, lokasi yang menjadi sumber penelitan ini adalah di kota Medan Provinsi Sumatera Utara 1.7.3. Teknik Pengumpulan Data Ada beberapa teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan dalam melakukan penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut : a. Data Primer Data Primer merupakan data utama yang di peroleh dari narasumbernarasumber yang memiliki keterkaitan dengan panas bumi sebagai salah satu dari energi baru dan terbarukan dalam menopang ketahanan energi di Sumatera Utara. Dalam penelitian ini data primer dilakukan melalu metode wawancara yang akan dilakukan di Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara. b. Data Skunder Data sekunder dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka (library research) . Studi pustaka adalah penelitian yang dilakukan dengan cara 31 Sudarwan Danim. 2002. Menjadi Penelitian Kualitatif:Ancangan metodologi, presentasi, dan publikasi hasil penelitian untuk mahasiswa dan peneliti pemula bidang ilmu-ilmu sosial, pendidikan dan humaniora. Bandung:CV.Pustaka Setia. Hal 41 25 Universitas Sumatera Utara mengumpulkan segala bentuk informasi tertulis seperti buku-buku, jurnal, suratsurat, catatan, website, dan sebagainya mengenai ketahanan energi sumatera utara dan panas bumi sebagai salah satu energi baru dan terbarukan. 1.7.4. Teknik Analisis Data Dalam menganalisis penulis menggunakan teknik analisis kualitatifvMiles dan Hubernas. Dalam hal ini, data kualitatif dianalisis dengan cara reduksi data, display data, dan conclusion drawing (verifikasi). Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Setelah mereduksi kata, dilanjutkan dengan display data yaitu dengan mengklasifikasikan dan menyajikan data sesuai dengan pokok permasalahan yang diawali dengan pengkodean pada setiap sub pokok permasalahan. Lalu, untuk penarikan kesimpulan (conclusion) atau verifikasi data kualitatif dilakukan dengan cara trigulasi. Trigulasi dalam penelitian adalah dengan membandingkan informasi dari informan yang satu dengan yang lain. Kemudian selanjutnya dengan cara member check yang berguna untuk memeriksa keabsahan data32 1.8. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan penjabaran dari rencana penelitian untuk membuat penyusunan skripsi ini menjadi lebih terarah. Agar mendapatkan 32 Matthew B Milles & A.Michael Huberman. 1994. Qualitative Data Analisys, dalam Barrowi & Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:PT.Rinneka Cipta Hal 209-210. 26 Universitas Sumatera Utara gambaran yang jelas dan terperinci, peneliti membagi penyusunan skripsi ini ke dalam empat bab. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab satu terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian , kerangka penelitian, metodologi penelitian, dan sistematikan penulisan BAB II PROFIL ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Bab dua terdiri dari penjelasan mengenai Profil energi dan Sumber Daya Mineral di Sumatera Utara serta penjelasan mengenai Energi Baru dan Terbarukan khususnya Panas Bumi BAB III ANALISIS PEMANFAATAN PANAS BUMI SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN ENERGI DI SUMATERA UTARA Bab tiga akan menguraikan mengenai pengelolaan serta pemanfaatan panas bumi sebagai penopang ketahanan energi di Indonesia khususnya di Sumatera Utara . BAB IV PENUTUP Bab ini akan berisi mengenai kesimpulan dan saran saran yang diperoleh dari penelitian ini 27 Universitas Sumatera Utara