79 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5. 1 Simpulan 1

advertisement
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5. 1 Simpulan
1.
Berdasarkan klasifikasi tipologi kabupaten/kota dan analisis autokorelasi
spasial maka yang menjadi kutub pertumbuhan adalah Kota Medan.
Karakteristik utama yang dimiliki Kota Medan, sehingga disebut menjadi
kutub pertumbuhan adalah posisi sebagai ibukota provinsi menjadikan Kota
Medan menjadi pusat beberapa kegiatan ekonomi yaitu dilihat dari sektor
perdagangan, terdapat banyak pasar tradisional dan modern, hotel dan
restoran. Sumbangan sektor tersebut merupakan yang terbesar bagi PDRB
Kota Medan yaitu sebesar 27 persen pada tahun 2012. Kondisi ini didukung
oleh keberadaan Kawasan Industri Medan (KIM) di Kota Medan yang juga
dianggap mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah wilayah
sekitarnya.
2.
Berdasarkan analisis Moran‟s I dan LISA disimpulkan terdapat konsentrasi
pertumbuhan ekonomi secara spasial di wilayah Provinsi Sumatera Utara
yaitu hot spot artinya sebuah kabupaten/kota memiliki PDRB per kapita yang
tinggi begitu juga dengan daerah di sekitarnya antara lain: Kabupaten Deli
Serdang, Kabupaten Asahan dan Kabupaten Serdang Bedagai. Sektor andalan
Kabupaten Deli Serdang adalah sektor industri dan pertanian. Kabupaten
Serdang Berdagai berkembang selain karena sektor pertanian juga didukung
oleh sektor industri, ditunjukkan oleh keberadaaan kawasan industri dan
perdagangan makanan pasar bengkel di Kecamatan Perbaungan. Kabupaten
79
Asahan didukung oleh sektor pertanian terutama sub sektor perkebunan
kelapa sawit yaitu sebesar 35 persen pada tahun 2012. Kabupaten/kota yang
memiliki konsentrasi pertumbuhan yang cold spot, artinya kabupaten/kota
memiliki PDRB per kapita yang rendah, merupakan kabupaten/kota yang
terletak di wilayah pantai barat yaitu Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Utara,
Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kota Gunung Sitoli,
Kabupaten Tapanuli Selatan dan Kota Padang Sidempuan. Rendahnya PDRB
per kapita dipengaruhi oleh keadaan topografi di wilayah tersebut yaitu
memiliki banyak dataran tinggi, membuat Kepulauan Nias memiliki sarana
infrastruktur yang kurang memadai.
3.
Berdasarkan perhitungan spillover effect, Kabupaten Deli Serdang merupakan
daerah yang memiliki spillover effect terbesar, karena merupakan kawasan
industri dan memiliki sarana infrastruktur yang memadai seperti jalan tol dan
bandara udara Kualanamu. Kabupaten Batubara sebagai kawasan industri dan
daerah yang memiliki PDRB per kapita terbesar, juga memberikan spillover
effect bagi kabupaten/kota yang menjadi tetangganya, tetapi tidak sebesar
yang dimiliki Kabupaten Deli Serdang. Hal ini dimungkinkan karena
Kabupaten Batubara masih merupakan daerah yang tergolong belum lama
dimekarkan.
4.
Tingkat ketimpangan di Provinsi Sumatera Utara dipengaruhi oleh tingkat
aglomerasi, artinya semakin besar share PDRB tiap kabupaten/kota terhadap
PDRB provinsi, maka tingkat ketimpangan daerah tersebut semakin besar.
Tingkat ketimpangan di Provinsi Sumatera Utara juga dipengaruhi oleh
80
tingkat investasi. Semakin besar kredit yang dikucurkan oleh lembaga
keuangan untuk tujuan investasi maka semakin besar tingkat ketimpangan.
Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang
mengucurkan banyak kredit untuk tujuan investasi. Terciptanya investasi
mendukung pertumbuhan kegiatan perekonomian sehingga mendorong
terjadinya urbanisasi dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan.
Tidak
sebandingnya jumlah penduduk dengan lapangan pekerjaan yang tersedia
mendorong terciptanya tingkat pengangguran dan kemiskinan yang tinggi.
Variabel dummy kutub pertumbuhan juga signifikan mempengaruhi tingkat
ketimpangan. Kota Medan sebagai kutub pertumbuhan memiliki tingkat
ketimpangan yang tinggi, hal ini diduga disebabkan oleh penerimaan
keuntungan investasi dan aglomerasi yang tinggi tetapi tidak merata.
5.2 Implikasi
1.
Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang memiliki tingkat aglomerasi yang
tinggi, sehingga mengakibatkan ketimpangan. Ada baiknya pemerintah
membatasi terjadinya aglomerasi di kawasan tersebut dengan melakukan
kebijaksanaan negatif, yaitu membatasi pemberian izin industri.
2.
Daerah Pantai Barat merupakan wilayah yang paling diharapkan dapat
menarik perhatian para investor. Upaya yang dapat dilakukan pemerintah
adalah melakukan perangsang fiskal dengan melakukan pembebasan pajak
selama beberapa tahun, memberi pinjaman lunak atau memberikan
kemudahan dalam memperoleh kredit perbankan.
3.
Kabupaten Simalungun merupakan daerah tetangga Kabupaten Batubara
81
tetapi memiliki penghasilan yang rendah. Ada baiknya pemerintah lebih
menggali potensi ekonomi yang dapat dikembangkan dari kabupaten tersebut,
seperti perkebunan kelapa sawit, agar menciptakan forward dan backward
linkage dengan sektor industri di Kabupaten Batubara, serta meningkatkan
kualitas SDM masyarakat Kabupaten Simalungun agar dapat bersaing untuk
mendapatkan pekerjaan di sektor industri.
4.
Daerah yang terdapat di wilayah pantai barat pada umumnya adalah daerah
memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang rendah. Dari letak geografis,
kabupaten/kota di wilayah pantai barat memiliki banyak dataran tinggi dan
akses transportasi menuju ke sana masih sangat minim, khususnya daerah
yang terletak di Kepulauan Nias. untuk itu diperlukan investasi dari
pemerintah khususnya untuk membangun infrastruktur jalan, sarana listrik
dan air bersih, sehingga dapat mendorong minat para investor swasta agar
kondisi perekonomian di Kepulauan Nias dan sekitarnya menjadi lebih baik.
5.
Menurut Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra), Provinsi
Sumatera Utara merupakan peringkat pertama untuk tingkat korupsi pada
tahun 2013, dengan jumlah dana yang dikorupsi sekitar 400 miliar rupiah.
Menurut Mauro (1995) adanya pola hubungan terbalik antara korupsi dan
investasi. Tingkat korupsi yang besar pada suatu daerah akan mengurangi
minat investasi. Perbailan iklim investasi dapat dilakukan melalui penciptaan
good governance dan melonggarkan pemberian hak kepemilikan kepada
pihak swasta.
82
6.
Berdasarkan data PDRB masih banyak kabupaten/kota yang bertumpu pada
sektor pertanian dengan sumbungan terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara
sebesar 23 persen. Mayoritas penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara
bekerja di sektor pertanian. Mempertimbangkan hal tersebut, perlu dilakukan
upaya transformasi struktural dengan memprioritaskan pada strategi
pengembangan keterkaitan antarsektor, terutama keterkaitan antara sektor
pertanian dan industri dengan mengembangkan strategi agroindustri, yaitu
industri penyedia input pertanian dan industri pengolah hasil pertanian
(Kuncoro, 2010: 288-297).
5.3 Keterbatasan
Penulis menyadari banyak sekali kekurangan dalam penulisan tesis ini.
Keterbatasan peneliti adalah penggunaan data variabel investasi. Data investasi
yang dibutuhkan peneliti seharusnya adalah investasi PMA dan PMDN tiap
kabupaten/kota. Tetapi peneliti tidak berhasil menemukan data tersebut di BPS
maupun di instansi terkait. Peneliti juga tidak mampu meneliti kebenaran data
indeks Williamson yang dikeluarkan Bank Indonesia karena tidak berhasil
menemukan data PDRB tiap kabupaten/kota.
5.4 Saran
Penelitian ini menemukan banyak terdapat kabupaten/kota yang memiliki
konsentrasi pertumbuhan yang rendah, paling menonjol adalah Kabupaten
Simalungun
yang
memiliki
konsentrasi
rendah
tetapi
dikeliingi
oleh
kabupaten/kota yang memiliki konsentrasi pertumbuhan tinggi, dengan kata lain
83
Kabupaten Simalungun merupakan backwash effect dari pembangunan ekonomi.
Mempertimbangkan hal tersebut, ada baiknya bagi peneliti selanjutnya
mengidentifikasi potensi unggulan tiap kabupaten/kota, sehingga memberi
masukan bagi pembuat kebijakan agar dalam melakukan pengembangan suatu
daerah hendaknya mengupayakan terciptanya keterkaitan ekonomi antardaerah
melalui potensi unggulan tiap kabupaten/kota.
84
Download