RI Berpeluang Pimpin Bank Infrastruktur Syariah

advertisement
RI Berpeluang Pimpin Bank Infrastruktur Syariah
Bisa lebih leluasa memeoleh fasilitas pembiayaan cukup besar.
Abdul Malik
PALANGKARAYA – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Muliaman D.
Hadad, menyatakan Indonesia berpeluang memimpin bank investasi infrastruktur syariah (IIIB)
yang akan dibentuk oleh Bank Pembangunan Islam (IDB), Indonesia bahkan berpeluang menjadi
kandidat kuat mengalahkan Turki karena merupakan negara Muslim dengan populasi terbesar di
dunia,
Muliaman menjelaskan, IDB tengah mempetimbangkan antara Indonesia atau Turki untuk
memimpim bank infrastruktur syariah tersebut. ”Namun IDB mempertimbangkan Indonesia
sebagai calon kuat karena pasarnya.”ujarnya, di Palangkaraya, kemarin.
Adapun Malaysia, menurut Muliaman, yang industri syariahnya lebih maju, tidak
dipertimbangkan untuk memimpn. ”Mungkin karena Malaysia sudah terlalu banyak
memanfaatkan fasilitas IDB”.
Kementrian Keuangan telah menyiapkan penyertaan modal dalam rencana pembentukan bank
infrastruktur syariah tersebut. Namun hingga kini belum jelas berapa nilai penyertaan modal yang
akan ditanamkan pemerintah.
Langkah itu dilakukan seiring target Indonesia untuk menjadi pusat keuangan syariah dunia dan
rencana pemerintah mendorong pembiayaan jumlah besar untuk merealisasi program
infrastruktur. ”Menteri Keuangan sudah siap berkontribusi di modalnya.” ujar Muliaman.
Pada Oktober tahun lalu, Cina menginisiasi terbentuknya Bank Investasi Infrastruktur Asia
(AIIB) untuk membiayai pembangunan infrastruktur di Asia tapi dengan modal konvensional.
Hampir semua negara di Asia bergabung menjadi anggota bank tersebut pada April 2015. Adapun
bank infrastruktur syariah akan menjadi alternatif pembiayaan selain AIIB.
Muliaman mengatakan bank ini tidak akan berbeda jauh dengan bank infrastrujtur Asia di Cina.
Sebagimana IDB, bank infrastruktur syariah tersebut akan beranggotakan 56 negara sebagai
pemegang saham. ”IDB itu kan seperti Bank Dunia tapi hanya untuk anggota Organisasi Kerja
Sama Islam (OKI)”, katanya.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro belum bersedia memberikan konfirmasi berapa total
dana yang disediakan dan target pemilikan salah pada bank tersebut. Tahun ini pemerintah
menganggarkan dana infrastruktur sebesar Rp. 290 triliun dan tahun depan ditagetkan naik dua
kali lipat. Langkah itu seiring target untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Pengamat ekonomi syariah, Syakir Sula mengatakan, dengan jumlah penduduk dan potensi
pertumbuhan pembagunannya, Indonesia merupakan pasar terbesar dibanding negara-negara
muslim anggota IDB lainnya. Apalagi Indonesia sebagai anggota IDB selama ini belum
memanfaatkan fasilitas kerja sama dengan IDB sebagimana negara lain, seperti Turki dan
Malaysia. ”Artinya Indonesia berpeluang memimpin dibanding Turki.” uajrnya ketika dihubungi
kemarin,
Syakir menambahkan, peroalan modal akan sangat tergantung seberapa besar IDB masuk ke
dalam bank tersebut. Dengan adanya bank ini, Indonesia akan lebih leluasa memperoleh fasililitas
pembiayaan cukup besar, bahkan bisa meninggalkan kerja sama dengan Bank Pembanguan Asia
(ADB) dan lainnya. ”Potensi dana dari Timur Tengah bank infrastruktur syariah juga bisa lebih
besar. Cina pun bisamasuk skema syariah,” katanya.
KORAN TEMPO
Selasa, 26 Mei 2015
Download