10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Pemasaran Komunikasi pada dasarnya adalah suatu proses yang dinamis yang secara berkesinambungan mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Komunikasi dapat dikatakan sebagai sebuah proses transaksi. Berdasarkan proses transaksi tersebut, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan.9 Komunikasi pemasaran adalah aspek penting dalam keseluruhan misi pemasaran serta penentu suksesnya pemasaran. Komunikasi pemasaran dapat dipahami dengan menguraikan dua unsur pokoknya yaitu komunikasi dan pemasaran. Komunikasi adalah proses dimana pemikiran dan pemahaman disampaikan antar individu, atau antar organisasi dengan individu. Pemasaran adalah sekumpulan kegiatan dimana perusahaan dan organisasi lainnya mentransfer nilai-nilai (pertukaran) antara mereka dengan pelanggannya. Sedangkan komunikasi pemasaran mempresentasikan gabungan semua unsur dalam bauran pemasaran merek yang memfasilitasi terjadinya pertukaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada pelanggan atau kliennya.10 9 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2007, hal 75 10 Philip Kotler dan Gary Amstrong, Principles of Marketing. Tenth Edition, New Jersey: Pearson Education, Inc. 2004 10 11 Adapun bentuk utama dari komunikasi pemasaran meliputi : iklan, tenaga penjualan, papan nama toko, display di tempat pembelian, kemasan produk, direct-mail, sampel produk gratis, kupon, publisitas, dan alat-alat komunikasi lainnya.11 Komunikasi pemasaran merupakan usaha untuk menyampaikan pesan kepada konsumen sasaran dengan menggunakan berbagai media, dengan harapan agar komunikasi dapat menghasilkan tiga tahap perubahan, yaitu perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan tindakan yang dikehendaki.12 Terrence A Shimp dalam bukunya yang berjudul “Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu” menyatakan bahwa komunikasi pemasaran yang sukses membutuhkan terjalinnya hubungan antara merek dengan pelanggannya. Lebih lanjut dia mengatakan bahwa pembinaan hubungan adalah kunci dari pemasaran modern. Suatu hubungan merupakan “pengait” yang tahan lama antara merek dengan konsumen. Ia membangkitkan pembelian yang berulang dan bahkan loyalitas terhadap merek. Perusahaan telah menyadari bahwa lebih mengntungkan untuk menjalin dan mempertahankan hubungan dengan pelanggan yang sudah ada, dibandingkan dengan mencari pelanggan baru.13 11 Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Erlangga. 2003, hal 4 12 John E. Kennedy dan R. Dermawan Soemarnagara, Marketing Communication: Taktik dan Strategi. Jakarta: Buana Ilmu Populer. 2006, hal 5 13 Terence A. Shimp, Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Erlangga. 2003, hal 29 12 Dalam perusahaan bisnis, kebutuhan untuk fokus terhadap konsumen merupakan hal yang terus meningkat. Dalam konteks ini, pergeseran paradigma dari pemasaran yang bersifat transaksional menjadi pemasaran yang bersifat relasional. Pemasaran yang bersifat relasional memberikan manfaat bagi konsumen dan akan membuat pesaing lebih sulit untuk mendapatkan kesetiaan dari konsumen. Perbedaan antara pemasaran transaksional dan pemasaran relasional terletak pada aspek orintasi perusahaan. Dapat dikemukakan sebagai berikut : Pada pemasaran transaksional, fokus hanya pada penjualan, karateristik produk, skala jangka pendek, kurang menekankan pelayanan pelanggan, membatasi komitmen dengan pelanggan, kontak dengan pelanggan tidak berkelanjutan, kualitas yang diperhatikan terutama yang berkaitan dengan produksi. Sedangkan pada pemasaran relasional, fokus pada pemeliharaan pelanggan, nilai-nilai pelanggan, skala jangka panjang, sangat menekankan pelayanan pelanggan, relatif tidak membatasi komitmen dengan pelanggan, kontak dengan pelanggan berkelanjutan, dan memperhatikan kulitas secara menyeluruh.14 Dapat kita katakan berdasarkan penjelasan dan definisi diatas bahwa pada era pemasaran modern saat ini, untuk menyampaikan pesan kepada konsumen atau melakukan kegiatan pemasaran, tidak cukup hanya sekedar menyampaikan pesan kepada konsumen melalui berbagai media ataupun alat komunikasi yang lain. Perlu adanya suatu kegiatan komunikasi pemasaran yang didalamnya terdapat hubungan yang terjalin, yaitu antara perusahaan yang ingin 14 Christina Whidya Utami. Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi Operasional Bisnis Ritel Modern di Indonesia, Edisi ke-2. 2001. Hal, 178-179 13 menyampaikan pesan dengan konsumen sebagai sasran atau tujuan dari komunikasi pemasaran tersebut. Suatu hubungan yang berkelanjutan secara terusmenerus dan bersifat dua arah atau disebut dengan relationship marketing. Pada relationship marketing, untuk dapat menerapkannya diperlukan suatu strategi pemasaran yang berbasis pada pelanggan. Penekanan pentingnya hubungan antara pemasar dan pelanggan merupakan hal utama dalam kegiatan pemasaran. 2.2 Customer Retention Marketing 2.2.1 Customer Retention Bagian dari Customer Relationship Management Customer Retention atau perawatan pelanggan merupakan bagian dari Customer Relationship Management. Francis Buttle dalam bukunya yang berjudul “Customer Relationship Management, Concept and Tools” mendefinisikan Customer Relationship Management sebagai strategi bisnis inti yang memadukan proses dan inti internal, jaringan eksternal untuk menciptakan dan menyampaikan nilai kepada pelanggan untuk mendapatkan keuntungan. Customer Relationship Management didasarkan pada data pelanggan yang berkualitas dan ini dimungkinkan dengan adanya teknologi informasi.15 Proses-proses inti dari Customer Relationship Management tersebut adalah pemerolehan pelanggan, perawatan pelanggan, dan pengembangan pelanggan. Secara bersama-sama, ketiga hal tersebut menyusun siklus hidup pelanggan.16 15 Francis Buttle, Customer Relationship Management (Manajemen Hubungan Pelanggan). Concept and Tools: Bayumedia Publishing. 2007, hal 55 16 Francis Buttle, Customer Relationship Management (Manajemen Hubungan Pelanggan). Concept and Tools: Bayumedia Publishing. 2007, hal 368 14 Francis Buttle membagi Customer Relationship Management menjadi tiga tatanan, yaitu Strategis, Operasional, dan Analitis. Masing-masing dari tatanan tersebut memiliki ciri yang berbeda, yakni17 : 1. Customer Relationship Management Strategis Pandangan “Top-Down” tentang Customer Relationship Management sebagai mengutamakan strategi konsumen bisnis dan paling bertujuan penting yang memikat dan mempertahankan konsumen yang menguntungkan. 2. Customer Relationship Management Operasional Pandangan tentang Customer Relationship Management yang berfokus pada proyek-proyek otomatisasi seperti otomatisasi layanan, otomatisasi armada penjualan, dan otomatisasi pemasaran. 3. Customer Relationship Management Analitis Pandangan “Bottom-Up” tentang Customer Relationship Management yang berfokus pada kegiatan penggalian data konsumen untuk tujuan-tujuan strategis dan taktis. Peran strategis dari Customer Relationship Management adalah untuk mengelola hubungan perusahaan dengan pelanggan dengan menggunakan tiga siklus tahapan hidup pelanggan, yaitu pemerolehan pelanggan, perawatan pelanggan atau Customer Retention, dan pengembangan pelanggan. Jika strategi 17 Francis Buttle, Customer Relationship Management (Manajemen Hubungan Pelanggan). Concept and Tools: Bayumedia Publishing. 2007, hal 4 15 pemerolehan pelanggan bertujuan untuk meningkatkan jumlah pelanggan dalam basis pelanggan, maka strategi perawatan pelanggan atau Customer Retention bertujuan untuk mempertahankan proporsi pelanggan dengan mengurangi penyebrangan pelanggan. Ketika pemerolehan pelanggan dijadikan fokus utama, maka demikian pula dengan perawatan pelanggan, karena tidak semua pelanggan layak untuk dipertahankan.18 Karena tidak semua pelanggan layak untuk dipertahankan, sebelum melakukan Customer Retention, perusahaan harus tahu betul mana pelanggan yang layak dan mana yang tidak layak untuk dijadikan target dari perawatan pelanggan. Perlu pertimbangan dan program yang tepat serta cermat dalam suatu rencana perawatan pelanggan. 2.2.2 Strategi Customer Retention Marketing Customer Retention Marketing dalam loyalty marketing merupakan hal yang krusial, khususnya dalam membantu perusahaan menciptakan produk dan jasa yang customized dan personalized. Esensi dari implementasi Customer Retention Marketing yaitu One to One Marketing. Pendekatan One to One Marketing memperlakukan setiap pelanggan terpilih secara individu, mengerti kebutuhan unik pelanggan, membangun dialog yang personal, dan menciptakan solusi yang personal untuk mereka, kemudian menetapkan harga dan memperoleh loyalitas mereka.19 18 Francis Buttle, Customer Relationship Management (Manajemen Hubungan Pelanggan). Concept and Tools: Bayumedia Publishing. 2007, hal 369 19 James G. Barnes, The Role of Customer Insight in Buliding Your CRM Strategy, a Customer Think White Paper. CRMguru.com Publisher. 2003, hal 79 16 Francis Buttle membagi dua strategi dalam mengunci pelanggan. Pertama strategi negatif yaitu strategi yang mengunci pelanggan dengan menghukum mereka jika melepaskan hubungan. Di mana akan dikenakan biaya perpindahan yang biasanya sangat tinggi bagi pelanggan yang pindah. Biasanya disebut juga dengan istilah biaya penebusan atau penalti karena berhenti. Kedua strategi positif yaitu strategi yang memberikan penghargaan kepada pelanggan karena mereka bisa dan mau mempertahankan hubungan dengan perusahaan. Untuk strategi yang kedua ini, Francis Buttle menyebutkan sejumlah strategi yang termasuk dalam strategi perawatan secara positif, yaitu20: 1. Memenuhi dan Melampaui Harapan21 Membina hubungan jangka panjang dengan pelanggan akan sulit dilakukan jika kebutuhan dan harapan mereka tidak dipahami dan dipenuhi secara benar. Sesuai dengan persepsi tentang manajemen pelanggan modern maka perusahaan harus memahami pelanggan, kemudian memperoleh dan menggunakan sumber daya perusahaan untuk memastikan kepuasan dan perawatan pelanggan. Itulah alasan mengapa Customer Retention Management didasarkan pada pengetahuan pelanggan, pelanggan yang tidak dilayani dengan baik mungkin saja bisa terlayani oleh perusahaan pesaing yang berakibat buruk bagi keuntungan perusahaan. 20 Francis Buttle, Customer Relationship Management (Manajemen Hubungan Pelanggan). Concept and Tools: Bayumedia Publishing. 2007, hal 377-378 21 Francis Buttle, Customer Relationship Management (Manajemen Hubungan Pelanggan). Concept and Tools: Bayumedia Publishing. 2007, hal 378-379 17 Melampaui harapan pelanggan berarti akan memberikan sesuatu yang lebih dari apa yang biasanya bisa memuaskan pelanggan. Melampaui harapan pelanggan tidak selalu menjadi kelas dunia atau terbaik dalam kelasnya. Maksud dari melampaui harapan pelanggan adalah menyadari dan memahami apa yang diperlukan untuk memuaskan pelanggan dan apa yang dapat membuat mereka senang. Pelanggan mempunyai harapan dari banyak atribut contohnya kualitas produk, ketangkasan pelayanan, stabilitas harga. Semua itu tidak mungkin mempunyai bobot yang sama, oleh karena itu harus ada upaya dari perusahaan untuk memenuhi harapan pelanggan pada atribut-atribut yang paling penting. 2. Mencari Cara untuk Menambah Nilai22 Perusahaan dapat mencari cara untuk menciptakan nilai tambah bagi pelanggan. Idealnya, menambah nilai pelanggan tanpa menciptakan biaya tambahan bagi perusahaan. Jika biaya harus dikeluarkan maka nilai tambah tersebut harus dapat memulihkan biaya-biaya yang ditanggung tadi. Secara umum ada 3 bentuk program penambahan nilai yaitu : a. Skema Loyalitas Skema loyalitas memberikan penghargaan kepada pelanggan karena langganannya. Semakin besar pembelian atau pembelanjaan pelanggan maka semakin besar pula penghargaannya. 22 Francis Buttle, Customer Relationship Management (Manajemen Hubungan Pelanggan). Concept and Tools: Bayumedia Publishing. 2007, hal 383-390 18 b. Klub Pelanggan Klub pelanggan adalah organisasi yang didirikan oleh pelanggan untuk memberikan berbagai manfaat kepada para anggotanya. c. Promosi Penjualan Jika skema loyalitas dan klub cenderung memiliki usia yang panjang, promosi penjualan hanya menawarkan keuntungan sementara kepada nilai pelanggan. Promosi penjualan juga dapat digunakan sebagai alat pemerolehan pelanggan. 3. Pengikatan23 Strategi CRM berikutnya adalah bonding (pengikatan). Para peneliti telah mengidentifikasikan banyak sekali bentuk ikatan antara pelanggan dan supplier. Ikatan dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu a. Ikatan sosial Ikatan sosial ditemukan di dalam hubungan interpersonal yang positif antara orang-orang dari kedua sisi pasangan pelanggansupplier. Hubungan interpersonal positif dicirikan dengan tingkat kepercayaan dan komitmen yang tinggi. Hubungan interpersonal yang baik membutuhkan waktu yang lama untuk berkembang. Ikatan sosial yang dicirikan dengan kepercayaan biasanya mendahului perkembangan ikatan struktural. Investasi timbal balik di dalam sebuah joint venture adalah ikatan struktural. Perusahaan 23 Francis Buttle, Customer Relationship Management (Manajemen Hubungan Pelanggan). Concept and Tools: Bayumedia Publishing. 2007, hal 390-391 19 perusahaan tidak mungkin memberikan sumber daya jika tingkat kepercayaan terhadap integritas dan kompetensi terhadap mitranya rendah. b. Ikatan Struktural Ikatan struktural tercipta ketika perusahaan dan pelanggan memberikan sumber daya kepada hubungan tersebut. Secara umum sumber daya ini menghasilkan manfaat timbal balik bagi para partisipannya. Beberapa jenis ikatan struktur yang ada telah dapat diidentifikasi. Semuanya dicirikan oleh investasi dari satu atau kedua pihak pada beberapa ikatan adalah diantaranya ikatan keuangan, ikatan hukum, ikatan kesamaan, ikatan berbasis pengetahuan, ikatan tekhnologi dan ikatan proses. 4. Membangun Komitmen24 Strategi terakhir untuk membangun Customer Retention Marketing adalah menciptakan komitmen pelanggan. Berbagai studi telah menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan tidak cukup untuk menjamin kelanggengan pelanggan. Beberapa pihak yang berwenang telah mendorong perusahaan untuk bekerja sama dalam mengembangkan komitmen pelanggan. Pelanggan yang berkomitmen mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Mereka adalah pelanggan yang sangat puas. 24 Francis Buttle, Customer Relationship Management (Manajemen Hubungan Pelanggan). Concept and Tools: Bayumedia Publishing. 2007, hal 393-390 20 b. Mereka percaya bahwa merek, tawaran, dan perusahaan anda lebih unggul daripada pesaing lain. c. Mereka terlibat dalam merek, tawaran, dan perusahaan anda. d. Mereka mempunyai niat membeli yang sangat kuat dan mengalahkan tawaran promosi dari perusahaan pesaing. Loyalitas pelanggan merupakan tujuan dari dilakukannya Customer Retention Marketing. Suatu perusahaan harus mendapatkan loyalitas dari konsumennya dan dapat mempertahankan mereka, karena hal tersebut akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. Mengenai loyalitas pelanggan, Carleton menjelaskan bahwa loyalitas jangka panjang akan terwujud ketika kebutuhan yang teridentifikasi melalui suatu hubungan dapat ditangani secara menyeluruh. Semakin banyak kebutuhan terpenuhi, maka semakin besar tingkat ketergantungan dan kesetiaan pelanggan terhadap perusahaan.25 Dari penjelasan Carleton tersebut, dapat kita katakan bahwa penting untuk memenuhi segala sesuatu yang menjadi kebutuhan pelanggan, dan perusahaan memenuhi tiap-tiap kebutuhan pelanggan secara personal seperti apa yang diharapkan oleh pelanggan. Sebelum memenuhi kebutuhan pelanggan, penting bagi perusahaan untuk terlebih dahulu mengenal pelanggan secara individu. Untuk dapat mengenal setiap pelanggan, perlu adanya data serta informasi yang 25 Carleton, Enabling The Customer Relationship Revolution, Carleton Corporation, Minnentonka, USA. 2000, hal 6 21 penting dan tepat tentang mereka. Inilah mengapa Customer Retention sangat berkaitan erat dengan data pelanggan. Hal ini didukung oleh pernyataan Syafruddin Chan dalam bukunya yang berjudul “Relationship Marketing”. Syafruddin menjelaskan bahwa pemasar harus tahu benar siapa pelanggannya satu persatu. Dalam keadaan demikian, tidak ada pilihan lain kecuali membuat suatu marketing database yang menyimpan semua informasi tentang pelanggan. Baik data demografinya, lifestyle, hobi, dan historical transaction-nya.26 Setelah perusahaan memiliki database dari setiap pelanggannya, selanjutnya dapat dilakukan proses identifikasi pelanggan, lalu mengelompokkan pelanggan yang kemudian dapat menemukan layanan yang sesuai dan diberikan kepada pelanggan melalui interaksi. Sehingga rangkaian aktifitas dari Customer Retention Marketing adalah identifikasi, diferensiasi, interaksi, dan pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan. 2.2.3 Identification – Differentiation – Interaction – Customization (IDIC) Hermawan Kartajaya menjelaskan, Don Peppers dan Martha Rogers dalam bukunya One to One Marketing mengenalkan konsep IDIC. Mereka menjelaskan sebagai berikut27 : 1. Identification (Identifikasi Pelanggan) Langkah pertama yang harus dilakukan oleh setiap perusahaan yang ingin meluncurkan program loyalitas pelanggan adalah 26 Chan Syafruddin, Relationship Marketing : Inovasi Pemasaran yang Membuat Pelanggan Bertekuk Lutut, Gramedia Pustaka Umum. 2003, hal 58 27 Don Poppers dan Martha Rogers, One to One Marketing. dalam buku Hermawan Kartajaya, Boosting Loyalty Marketing Performance. 2007, hal 122 22 mengidentifikasi pelanggan satu persatu melalui berbagai sumber baik informasi dari dalam maupun luar perusahaan. Perusahaan dapat memulainya dengan mengumpulkan contact list yang berisi : nama, alamat, nomor telepon, alamat e-mail, dan sebagainya. Tujuan dari pengumpulan data tersebut adalah untuk memetakan interaksi hubungan yang harus dilakukan oleh perusahaan agar tercipta prospek yang baik bagi perusahaan. 2. Differentation (Diferensiasi Pelanggan) Setelah informasi dikelola secara baik dan rapi, langkah selanjutnya adalah membedakan atau mengkategorisasikan pelanggan menurut nilai dan kebutuhannya. Jika proses ini telah dilakukan, hasil yang akan didapatkan oleh perusahaan adalah pelanggan mana yang patut untuk dipertahankan karena termasuk pelanggan yang potensial sehingga menjadi prioritas perusahaan. Sedangkan pelanggan yang tidak patut untuk dipertahankan karena termasuk ke dalam pelanggan yang potensial, tidak menjadi prioritas perusahaan. 3. Interaction (Interaksi Pelanggan) Setelah melakukan pendefinisian pelanggan dan membedakan pelanggan, maka akan mendapatkan hasil akhir yaitu mengetahui pelanggan yang bernilai dan pelanggan yang tidak bernilai. Pelanggan yang menguntungkan dikelola secara jangka panjang dan meningkatkan interaksi dengan mereka. Metode lazim yang dipakai adalah pertemuan konvensional yang mengutamakan pertemuan fisik tatap muka. Untuk 23 meningkatkan kadar interaksi menggunakan metode konvensional, biaya yang harus dikeluarkan perusahaan cukup besar karena membutuhkan tempat yang lebih luas, undangan yang banyak, dan makanan minuman yang banyak. 4. Customization (Penyesuaian Produk dan Sevis) Puncak dari Customer Retention Marketing adalah mengantarkan produk dan servis yang beragam atau bahkan yang personal. Tanpa bisa menawarkan produk dan servis yang unik, tentu loyalitas akan sulit terwujud. Kemampuan yang diperlukan untuk bisa menciptakan produk dan servis yang unik dan cocok dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan secara individu adalah kemampuan untuk “mendengar” kemauan pelanggan. Untuk dapat mendengar kemauan pelanggan, perusahaan tidak perlu bertanya langsung, tetapi cukup dengan mengamati dari titik netral dan menjadi pelanggan sebagai objek yang bebas. Melalui proses IDIC di atas, suatu perusahaan akan mampu mengenali karateristik pelanggannya secara detail, dan pada akhirnya perusahaan dapat menyesuaikan produk maupun layanan yang sesuai dengan kebutuhan pelanggannya. Pada akhirnya jika pelanggan merasa puas dan nyaman dengan produk atau jasa dari perusahaan, maka loyalitas pelanggan dan pembelian berulang seperti yang diharapkan oleh perusahaan akan terjadi. 2.3 24 Customer Retention Marketing Menciptakan Loyalitas Pelanggan Menurut Francis Buttle, tujuan Customer Retention Marketing adalah mencari dan menjaga agar konsumen selalu dipertahankan sehingga terus berkembang menjadi pelanggan yang profitable. Perlu adanya suatu fokus yang jelas terhadap atribut suatu jasa yang dapat menghasilkan nilai yang mengesankan bagi konsumen, sehingga mereka akan menjadi pelanggan yang loyal nantinya.28 Hal ini akan semakin meningkat karena adanya peningkatan Emotional Value pada pelanggan. Pelanggan tidak hanya memiliki Rational Value, tetapi juga memiliki Emotional Value. Kombinasi antara kedua value ini akan menghasilkan Customer Loyalty.29 Loyalitas pelanggan memiliki arti bahwa pelanggan bersedia untuk berbelanja secara kontiniu di suatu perusahaan. Mempunyai pelanggan yang loyal adalah metode yang sangat penting dalam mempertahankan keuntungan. Dapat dikatakan juga, loyalitas pelanggan adalah ketika pelanggan merasa enggan untuk berlangganan di perusahaan lain dan tetap setia berbelanja di perusahaan pilihannya. Beberapa cara dalam membangun loyalitas yaitu dengan mengembangkan strategi-strategi yang jelas, tepat, dan menciptakan hubungan emosional dengan para konsumen melalui program loyalitas.30 28 Francis Buttle, Customer Relationship Management (Manajemen Hubungan Pelanggan). Concept and Tools: Bayumedia Publishing. 2007, hal 393 29 Prof. DR. H. Buchari Alma, Manajemen Pemasaran & Pemasaran Jasa, 7th ed. Alfabeta. 2005, hal 271 30 Christina Whidya Utami, Manajemen Ritel: Strategi dan Implementasi Operasional Bisnis Ritel Modern di Indonesia, Edisi ke 2. 2001, hal 91 25 Oliver memberikan definisi loyalitas pelanggan sebagai berikut “Customer loyalty is deefly held commitment to rebuy repatronize a preferred product or service consistenly in the future, despite situasional influences and marketing efforts having the potential to cause switching behaviour.”31 Loyalitas adalah komitmen pelanggan bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk atau jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usahausaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. Inti loyalitas pelanggan adalah bersifat emosional, yakni seberapa dalam pelanggan merasakan koneksi dengan produk. Sepanjang koneksi itu masih ada di hati, meskipun produk sudah tidak dipakai, maka sepanjang itu pelanggan termasuk pelanggan yang loyal. 2.4 Karateristik Pelanggan Loyal Kesetiaan pelanggan tidak terbentuk dalam waktu singkat tetapi melalui proses belajar dan berdasarkan hasil pengalaman dari pelanggan itu sendiri dari pembelian konsisten sepanjang waktu. Bila yang didapat sudah sesuai dengan harapan, maka proses pembelian ini terus berulang. Hal ini dapat dikatakan bahwa telah timbul adanya kesetiaan pelanggan. Bila dari pengalamannya, pelanggan tidak mendapatkan merek yang memuaskan maka ia tidak akan berhenti untuk 31 Oliver ,Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Bandung : CV. Alfabeta, 2008 hal 128 26 mencoba merek-merek yang lain sampai ia mendapatkan produk atau jasa yang memenuhi kriteria mereka. Loyalitas merupakan besarnya konsumsi dan frekuensi pembelian dilakukan oleh seorang pelanggan terhadap suatu perusahaan. Dan mereka berhasil menemukan bahwa kualitas keterhubungan yang terdiri dari kepuasan, kepercayaan, dan komitmen mempunyai hubungan yang positif dengan loyalitas. Loyalitas memberi pengertian yang sama atas loyalitas merek dan loyalitas pelanggan. Memang benar bahwa loyalitas merek mencerminkan loyalitas pelanggan terhadap merek tertentu, tetapi apabila pelanggan dimengerti dan diberikan perhatian khusus maka loyalitas pelanggan lebih luas cakupannya daripada loyalitas merek, karena loyalitas pelanggan mencakup loyalitas terhadap merek. Loyalitas adalah tentang presentase dari orang yang pernah membeli dalam kerangka waktu tertentu dan melakukan pembelian ulang sejak pembelian yang pertama. Pemahaman loyalitas pelanggan sebenarnya tidak hanya dilihat dari transaksinya saja atau pembelian berulang (repeat customer). Ada beberapa ciri sebuah pelanggan bisa dianggap loyal. Antara lain32 : 1. Pelanggan yang melakukan pembelian ulang secara teratur 2. Pelanggan yang membeli untuk produk yang lain ditempat yang sama 3. Pelanggan yang mereferensikan kepada orang lain 4. Pelanggan yang tidak dapat dipengaruhi oleh pesaing untuk pindah 32 Oliver dalam Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Bandung : CV. Alfabeta. 2008. Hal 45 27 Pelanggan memiliki sifat individual, dan setiap orang akan memandang sesuatu secara berbeda dari orang lain, meskipun dalam situasi yang sama. Dalam sebuah survei yang diadakan oleh Retail Advertising dan Pemasaran Association Internasional, 42,7% pelanggan di Amerika mengatakan bahwa sejak mereka bergabung dalam klub belanja yang memberi hadiah pada anggota-anggotanya, mereka membelanjakan lebih banyak uang di toko tersebut, dan 16,4% mengatakan bahwa program berhadiah tersebut membuat mereka lebih banyak dan berhubungan secara eksklusif dengan toko tersebut.33 Dalam konsep life time value (LTV) yang digagas oleh Hermawan Kartajaya pelanggan digolongkan berdasarkan daya tarik finansialnya (profit margin) dan keinginan menjalin hubungan dengan perusahaan (relationship). Tingkat profit margin dan keinginan pelanggan menjalin hubungan dengan perusahaan mempengaruhui nilainya. Semakin besar profit margin yang disumbangkan pelanggan terhadap perusahaan dan semakin dekat hubungan yang telah terjalin antara perusahaan, maka semakin tinggi pula nilai pelanggan bagi perusahaan. Terdapat 4 tipe pelanggan menurut urutan nilainya yakni34 : 1. Pelanggan bintang (stars customers) Pelanggan ini adalah yang paling menguntungkan karena memberikan profit margin paing besar. 2. Pelanggan pencetak laba (profit making customers) 33 34 Rayna Skolnik, IMC Article network 2002 Hermawan Kartajasa. Boosting Loyalty Marketing, Jakarta: MarkPlus, Inc. 2007, hal 77 28 Diprediksi akan menjalin hubungan lama dengan perusahaan meskipun profit marginnya kecil. 3. Pelanggan tanda tanya (question mark customers) Menyumbang profit margin yang tinggi meskipun jangka waktu hubungan dengan perusahaan lebih singkat. 4. Pelanggan pencabut laba (profit taking customers) Hubungan dengan perusahaan diprediksi lebih pendek. 2.5 Klasifikasi Pelanggan Hermawan Kertajaya dalam bukunya yang berjudul “Boosting Loyalty Maeketing”, menganalisis pelanggan menjadi dua jenis yaitu RFS (Recency, Frequency, Spending) dan LTV (Life Time Value). 35 Untuk perusahaan yang bergerak di industri bisnis ke konsumen (B2C) menggunakan RFS, dan untuk perusahaan yang bergerak di industri bisnin ke bisnis (B2B) menggunakan LTV. Berikut ini penjelasan tentang RFS dan LTV : 2.5.1 Analisis Pelanggan dengan Recency, Frequency, Spending (RFS) RFS merupakan salah satu peralatan yang sangat ampuh dan banyak digunakan oleh praktisi pemasaran untuk memandu dalam efektifitas komunikasi pemasaran dengan biaya yang lebih murah dan profit yang lebih banyak. Analisis dengan RFS hanya memberikan informasi tentang potensi atau pendapatan yang akan diperoleh perusahaan jika dapat mendorong pelanggan untuk berbelanja lebih banyak dan lebih sering. Dalam menjalankan industri 35 Hermawan Kartajasa. Boosting Loyalty Marketing, Jakarta: MarkPlus, Inc. 2007, hal 60 29 bisnis ke konsumen (B2C), tantangan terbesar dalam melakukan analisis pelanggan adalah jumlah data pelanggan yang sangat besar. Oleh karena itu, perlu diketahui konsumsi dari pelanggan sehingga dari strata-strata tersebut perusahaan dapat menetapkan jenis kampanye seperti apa yang paling cocok untuk dapat mendorong peningkatan konsumsi dan loyalitas pelanggan.36 Pengelompokan pelanggan dalam RFS dibagi berdasarkan 3 klasifikasi, yaitu : kapan terakhir membeli (Recency), berapa kali membeli (Frequency), dan berapa banyak pembelian (Spending).37 1. Recency Recency adalah mengukur nilai pelanggan dengan melihat perilakunya yang berkenaan dengan pembelian yang dilakukannya paling akhir. Informasi terpenting yang tidak boleh terlewatkan berkenaan dengan recency adalah tanggal pembelian terakhir yang merupakan barometer pengukuran recency. 2. Frequency Berbeda dengan recency yang menempatkan pelanggan kedalam kelompok berdasarkan tanggal pembelian dari yang terbaru sampai yang paling lama, frekuensi menggunakan dasar seberapa sering seseorang melakukan pembelian dalam kurun waktu tertentu. 3. Spending 36 37 Hermawan Kartajaya. Boosting Loyalty Marketing, Jakarta: MarkPlus, Inc. 2007, hal 59 Hermawan Kartajaya. Boosting Loyalty Marketing, Jakarta: MarkPlus, Inc. 2007, hal 60 30 Spending berpatokan kepada nilai uang atau nilai transaksi yang dibelanjakan oleh pelanggan terhadap produk atau jasa yang perusahaan tawarkan pada jangka waktu tertentu. Perlunya RFS bagi tiap-tiap pelanggan adalah karena dengan semakin sering dan banyak pelanggan melakukan pembelian produk, maka mereka akan cenderung responsif terhadap kampanye pemasaran dan dapat lebih membangkitkan pembelian kembali dengan program retensi pelanggan. 2.5.2 Analisis Pelanggan dengan Life Time Value (LTV) Pada perusahaan yang memiliki jumlah pelanggan ribuan, penerapan LTV tidak efektif untuk diaplikasikan. Penerapan LTV hanya cocok bagi perusahaan yang bergerak di industri bisnis ke bisnis (B2B). Penggolongan pelanggan dalam konsep LTV terbagi menjadi dua, yaitu : berdasarkan daya tarik finansialnya (profit margin), dan berdasarkan keinginan pelanggan menjalin hubungan dengan perusahaan (relationship).38 38 Hermawan Kartajaya. Boosting Loyalty Marketing, Jakarta: MarkPlus, Inc. 2007, hal 74