BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1962

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pada tahun 1962 menjadi tonggak pertelevisian Nasional
Indonesia dengan berdiri dan beroperasinya Televisi Republik Indonesia
(TVRI). Menurut website resminya (2009), TVRI merupakan lembaga
penyiaran yang menyandang nama negara, mengandung arti bahwa
dengan nama tersebut siarannya ditujukan untuk kepentingan negara.
Sejak berdirinya tanggal 24 Agustus 1962, TVRI mengemban tugas
sebagai
televisi
yang
mengangkat
citra
bangsa
melalui
penyelenggaraan penyiaran peristiwa yang berskala internasional,
mendorong kemajuan kehidupan masyarakat serta sebagai perekat
sosial. Tonggak kedua dunia pertelevisian adalah pada tahun 1987,
yaitu ketika diterbitkannya Keputusan Menteri (Kepmen) Penerangan RI
Nomor : 190 A/ Kep/ Menpen/ 1987 tentang siaran saluran terbatas,
yang membuka peluang bagi televisi swasta untuk beroperasi.
Seiring dengan keluarnya Kepmen tersebut, pada tanggal 24
agustus 1989, Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) sebagai stasiun
televisi swasta pertama di Indonesia mulai mengudara secara lokal di
Jakarta, menayangkan berbagai macam program acara hiburan,
informasi dan berita yang dikemas dengan menarik. RCTI tumbuh
dengan cepat menjadi agen perubahan dan pembaharu dalam dinamika
1
2
sosial masyarakat di Indonesia. Saat ini RCTI merupakan stasiun
televisi yang memiliki jaringan terluas di Indonesia (RCTI, 2008). Disusul
oleh Surya Citra Televisi (SCTV), yaitu stasiun televisi swasta yang
berasal dari Surabaya pada tahun 1990 mulai mengudara untuk wilayah
Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoardjo dan Lamongan
(Gerbang Kertosusila) dan mulai melakukan siaran nasional ke seluruh
Indonesia pada tahun 1993 dan memindahkan basis operasi siaran
nasionalnya dari Surabaya ke Jakarta (SCTV, 2008).
Selanjutnya hadirlah Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) yang
didirikan pada tahun 1990 di Jakarta oleh Mbak Tutut dan mulai
beroperasi secara komersial sejak tanggal 23 Januari 1991. TPI pada
saat itu hanya ingin menyiarkan siaran edukatif saja, namun perlahanlahan mereka mengurangi misi edukatif, dengan juga menyiarkan acaraacara lain, termasuk kuis-kuis dan sinetron sebagai selingan dan pada
bulan Juli 2006, Media Nusantara Citra (MNC) mengakuisisi 75 % saham
TPI dan kini secara resmi TPI bergabung menjadi salah satu televisi yang
dikelola MNC yang juga merupakan induk dari RCTI dan Global TV
(MNCTV, 2011). Setelah itu munculah berbagai macam stasiun televisi
swasta seperti Anteve, Indosiar, Metro TV, Trans TV, lativi (sekarang
menjadi TV One), Global TV dan TV 7 (sekarang menjadi Trans 7).
Sekarang RCTI, TPI (sekarang MNC TV), dan Global TV berada
di dalam satu grup, yaitu MNC. Perusahaan media, terutama
perusahaan besar biasanya tidak hanya memiliki satu unit usaha saja.
Berdasarkan buku laporan tahunan MNC (2010), MNC adalah salah
3
satu anak perusahaan dari PT Global Mediacom yang merupakan
perusahaan media terbesar di Indonesia. MNC didirikan pada tanggal 17
Juni 1997 untuk menaungi dan mengelola berbagai unit usaha media di
bawah satu perusahaan induk dan operasional agar dapat terbentuk
sebuah grup media yang sinergis, terintegrasi, dinamis dan kreatif dalam
menghadapi persaingan bisnis di industri media. Saat ini, MNC
merupakan perusahaan multimedia terintegrasi yang terkemuka di
Indonesia. MNC mencapai posisi tersebut melalui implementasi strategistrategi yang senantiasa berkembang dan memberikan nilai tambah
pada Perseroan dan pemegang saham. MNC memiliki berbagai macam
unit
usaha
seperti
penyiaran,
media
cetak,
agensi
periklanan,
manajemen artis, rumah produksi, situs online, saluran MNC, asuransi
dan layanan keuangan.
Dalam perkembangan dan persaingan di dunia media massa, tak
luput dari pengaruh sumber daya manusia yang ada di dalamnya.
Menurut Darmawan (2008) salah satu sumber daya yang paling
menentukan kesuksesan suatu organisasi adalah sumber daya manusia.
Organisasi harus terus mengelola dan menjaga sumber daya manusia
yang dimiliki dengan baik agar organisasi tersebut dapat terus
berkembang ke arah yang lebih baik. Keberhasilan dalam proses
operasional yang dapat dicapai organisasi sangat ditentukan oleh kualitas
sumber daya manusia, yaitu karyawan. Karyawan adalah penghasil kerja
bagi organisasi, oleh karena itu kontribusi karyawan bagi organisasi
sangat dominan. Setiap pekerjaan dalam organisasi selalu dilaksanakan
oleh karyawan, agar mereka tetap bersemangat dalam bekerja dan dapat
4
memberikan performa yang terbaik, mereka harus diperlakukan dengan
baik. Semangat inilah yang kemudian menjadi motivasi bagi karyawan
untuk semakin memberikan kinerja yang optimal dan memberi kontribusi
bagi perusahaan.
Menurut Hasibuan (2000) organisasi bukan saja mengharapkan
karyawan yang mampu, cakap, dan terampil, namun yang lebih penting
adalah mereka bersedia bekerja dengan giat dan berkeinginan untuk
mencapai hasil kerja yang optimal. Tanpa adanya niat dan kemauan
untuk bekerja membuat kemampuan, kecakapan dan ketrampilan
tersebut
tidak
bernilai.
Pernyataan
tersebut
menjelaskan
bahwa
semangat kerja karyawan sangat penting dalam menunjang tercapainya
tujuan organisasi. Menurut Nitisemito (2000) semangat dan gairah kerja
adalah
perwujudan
moral kerja
yang
tinggi,
bahkan
ada
yang
mengidentifikasikan secara bebas, moral kerja yang tinggi adalah
semangat dan kegairahan kerja. Semangat kerja adalah induk dari segala
sukses yang menghubungkan semua potensi unggul untuk menghasilkan
kinerja optimal. Tanpa semangat kerja, karyawan akan merasa tidak
efektif untuk melangkah ke arah kerja yang harus diselesaikan.
Melihat pentingnya manusia dalam pencapaian tujuan perusahaan
maka diperlukan adanya penanganan sendiri terhadap sumber daya ini
agar mereka dapat bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
pimpinan
perusahaan
dan
terus
bersemangat. Dengan
demikian
pemeliharaan tenaga kerja mutlak diperlukan baik moral maupun fisik,
dengan adanya lingkungan kerja yang baik dan dapat memenuhi
5
kebutuhan karyawan dengan sendirinya karyawan akan menyadari
tanggung jawabnya terhadap perusahaan. Hal ini dapat digunakan
sebagai
faktor
untuk meningkatkan
semangat
kerja
karyawan.
Lingkungan kerja yang baik dapat berguna untuk mencegah kejenuhan
kerja dan kerugian pada perusahaan, sehingga dengan lingkungan kerja
yang
mendukung
meningkatkan
dan
kegairahan
memenuhi
kerja
kebutuhan
karyawan.
karyawan
Newstrom
dapat
(2007)
mengemukakan bahwa lingkungan kerja mempengaruhi kebosanan
dalam pekerjaan, kelelahan dalam bekerja dan pekerjaan yang monoton.
Hal ini harus diperhatikan agar karyawan dapat merasa nyaman sehingga
tidak merasa bosan dalam bekerja dan pekerjaannya tidak monoton,
sehingga dapat meningkatkan semangat dalam bekerja.
Menurut Sedarmayati (2009) lingkungan kerja adalah keseluruhan
alat perkakas dan bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di mana
seseorang bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik
sebagai perseorangan maupun sebagai kelompok. Menurut Ahyari
(dalam Lewa dan Subowo, 2005) lingkungan kerja terdiri dari lingkungan
kerja non fisik yang meliputi lingkungan sosial, status sosial, hubungan
kerja dalam kantor, sistem informasi, dan kesempatan; dan lingkungan
kerja fisik, namun lingkungan kerja sendiri lebih dititik beratkan pada
keadaan fisik tempat kerja. Dengan lingkungan kerja fisik yang baik tanpa
adanya gangguan misalnya temperatur yang tidak tepat, kebisingan,
penerangan yang kurang, peralatan kerja yang tidak mendukung dan
gangguan lainnya, para karyawan akan dapat bekerja dengan baik, aman
dan nyaman. Oleh karenanya, perusahaan wajib menyediakan
6
lingkungan kerja fisik yang baik untuk karyawan agar mereka dapat
bekerja sesuai dengan keinginan organisasi untuk mencapai tujuannya.
Lingkungan
kerja
yang
kondusif
memberikan
rasa
aman
dan
memungkinkan para pegawai untuk dapat berkerja optimal. Menurut
Kussriyanto (dalam Lewa dan Subowo, 2005) jika seorang karyawan
bekerja dalam lingkungan kerja fisik yang tidak memadai dan tidak
mendukung untuk bekerja secara optimal akan membuat karyawan yang
bersangkutan menjadi malas dan cepat lelah, sehingga kinerjanya akan
turun.
Perusahaan media, terutama perusahaan besar biasanya tidak
hanya memiliki satu unit usaha saja. Pada MNC, mereka memiliki
berbagai macam unit usaha seperti penyiaran, media cetak, agensi
periklanan, manajemen artis, rumah produksi, situs online, saluran MNC,
asuransi dan layanan keuangan. Didalamnya terdapat departemendepartemen seperti Human Resources, Account Service, Creative dan
lain lain sebagai penggerak utama bisnis tiap unit usaha. Standar fasilitas
dan pengupahan yang di dapat tiap pekerja antar departemen juga
berbeda-beda. Diluar departemen yang melibatkan kreativitas tersebut,
standar upah, kepangkatan dan fasilitas sudah tertata dengan baik. Untuk
departemen yang melibatkan kreatifitas seperti di MNC Promo (MNCP),
dalam proses kerjanya, pengupahan dan fasilitas sangat bergantung
pada portofolio atas hasil kerja meskipun taraf kreatif pada dasarnya
sangat subjektif. Agar dapat menghasilkan pekerjaan yang optimal harus
didukung dengan peralatan dan keadaan ruangan yang memadai.
7
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan Peneliti di tempat
kerja MNC Promo, keadaan lingkungan kerja fisik disana hampir seperti
suasana kantoran pada umumnya dimana antar meja karyawan diberi
pembatas berupa papan triplek sebatas bahu dalam posisi duduk,
sehingga para karyawan masih bisa berinteraksi secara berhadapan. Hal
yang membedakan adalah di sudut dinding tertentu terdapat berbagai
macam poster baik hasil kerja mereka maupun poster-poster lain yang
mereka anggap bagus dan dapat dijadikan sumber inspirasi. Ruangan
kerja MNC Promo terkesan sedikit berantakan karena poster-poster
tersebut dan terkadang terdapat model contoh (dummy) atas pekerjaan
yang akan diproduksi sehingga banyak potongan kertas dimana-mana.
Peralatan kerja yang sangat sering mereka gunakan adalah komputer,
printer, kertas gambar dan alat tulis. Terdapat televisi dengan volume
kecil
yang
terus
dinyalakan
walaupun
tidak
semua
karyawan
menontonnya.
Penelitian yang dilakukan Kariyanto (2011) didapatkan bahwa
terdapat hubungan antara lingkungan kerja dengan semangat kerja, hal
ini berarti semakin baik keadaan lingkungan kerja, maka akan semakin
tinggi pula semangat kerjanya. Penelitian Sanjaya dan Lasmini, (2007)
mendapat hasil bahwa lingkungan kerja berpengaruh signifikan terhadap
semangat dan kegairahan kerja. Dan menurut penelitian Lewa dan
Subowo (2005) yang menitikberatkan pada kinerja karyawan dengan
melihat pengaruh dari kepemimpinan, lingkungan kerja fisik dan
kompensasi pada karyawan, didapat hasil bahwa pengaruh lingkungan
kerja fisik berada diurutan kedua terhadap kinerja. Kondisi lingkungan
8
kerja mempengaruhi semangat kerja juga dikemukakan oleh Manullang
(dalam Sinaga, 2001) yang menyatakan bahwa kondisi-kondisi yang
menyenangkan, seperti peralatan kerja yang baik, ruang yang nyaman,
perlindungan keamanan, penerangan yang cukup dan kebersihan terjaga
terutama dalam waktu jam kerja akan memperbaiki moral pegawai dan
kesungguhan kerja.
Dengan memperhatikan pemaparan diatas dan mengingat betapa
pentingnya masalah lingkungan kerja fisik bagi perusahaan, maka Peneliti
tertarik untuk
meneliti
masalah
yang
ada
hubungannya
dengan
lingkungan kerja, khususnya pada lingkungan kerja secara fisik di bisnis
unit MNC Promo. Tingginya persaingan media membutuhkan karyawan
dengan kreativitas dan kinerja yang tinggi. Untuk itu diperlukan
lingkungan kerja fisik yang nyaman dan memadai, karena dengan
lingkungan kerja fisik yang memenuhi syarat dan memenuhi kebutuhan
karyawan, mereka akan sadar dengan pekerjaannya serta akan merasa
aman dan nyaman, sehingga dapat meningkatkan kegairahan kerja
karyawan agar dapat bekerja dengan baik dan sesuai dengan yang
diharapkan pimpinan perusahaan. Untuk itulah dari uraian di atas maka
Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan
Antara Lingkungan Kerja Fisik terhadap Semangat Kerja Karyawan”
9
1.2
Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini
dikemukakan perumusan masalah, yaitu :
1.
Adakah hubungan antara lingkungan kerja fisik secara dengan
semangat kerja karyawan pada MNC Promo.
1.3
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dibuat oleh Peneliti yaitu
sebagai berikut :
1.
Melihat hubungan antara lingkungan kerja fisik dengan semangat
kerja karyawan MNC Promo.
1.4
Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.
Manfaat Teoritis
•
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
ilmu kepada masyarakat khususnya di perusahaan media
MNC pada bagian MNC Promo dan para mahasiswa/i
Fakultas Psikologi khususnya di BiNus University pada bidang
industri dan organisasi terhadap teori-teori yang berkaitan
dengan lingkungan kerja fisik dan semangat kerja.
•
Memberikan sumbangan ilmu yang dapat dijadikan sebagai
bahan referensi teoritis dan empiris yang dapat menjadi
penunjang untuk penelitian di masa yang akan datang.
10
2.
Manfaat Praktis
•
Memberi informasi kepada dunia kerja khususnya di dunia
media mengenai hubungan antara lingkungan kerja fisik
dengan semangat kerja karyawan kreatif khususnya di MNC
Promo.
Download