I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka didefinisikan sebagai keadaan rusak atau terganggunya struktur dan fungsi anatomi normal, akibat teriris, lecet, memar, terbakar, terkena tusuk, terbakar, terpotong, maupun tertikam (Sjamsuhidajat dan de Jong, 2004). Luka pada mukosa merupakan keadaan yang sering terjadi di kedokteran gigi. Keadaan ini disebabkan oleh bekas pencabutan gigi, sayatan pisau bedah, scaling maupun luka akibat trauma (Sussman dan Barbara, 2007). Kondisi ini menjadi keluhan pasien karena menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien. Luka akan mengalami proses penyembuhan secara fisiologis yang terdiri dari empat fase yang saling tumpang tindih yaitu fase hemostasis, fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase remodelling atau maturasi (Corwin, 2008). Respon fisiologis tubuh pada saat terjadi luka adalah meningkatnya infiltrasi leukosit polimorfonuklear (PMN) yang terjadi pada fase inflamasi (Mescher, 2010). Peningkatan infiltrasi leukosit PMN pada area luka bertujuan untuk mendekontaminasi area luka dari debris-debris patogen dan mikroorganisme seperti bakteri, virus dan jamur (Sloane, 1994). Leukosit PMN juga akan menarik sel-sel lain yang berperan sebagai mediator inflamasi dalam penyembuhan luka (Morison, 1995). Luka yang terjadi di dalam rongga mulut pada umumnya bersifat akut. Luka akut akan mengalami proses penyembuhan tepat pada waktunya dan tahapan yang sesuai (Sussman dan Barbara, 2007). Akan tetapi tidak tertutup kemungkinan suatu luka akut dapat berkembang menjadi luka kronis yang patologis (Sussman 1 2 dan Barbara, 2007). Infiltrasi leukosit PMN yang berkepanjangan disebabkan oleh jaringan yang terus menerus mengalami devitalisasi, keberadaan benda asing, pengelupasan jaringan yang luas, trauma kambuhan, atau penggunaan obat topikal yang berkepanjangan diketahui sebagai penyebab lambatnya penyembuhan dan granulasi yang berlebihan (Morison, 1995). Gagalnya penyembuhan luka akut dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita yang diakibatkan oleh komplikasikomplikasi seperti rasa nyeri, infeksi, pembentukan abses, keloid, dan hemorargi (Jacob, 2009). Perlukaan yang terjadi di rongga mulut dapat diatasi dengan aplikasi agen-agen penyembuhan luka mukosa seperti betadine®, aloclair®, abothyl®, povidone iodine, dan larutan antiseptik peroksida 3% (Rahardja dan Tan, 2010). Bahanbahan ini mengandung senyawa kimia yang dapat merusak jaringan dan ujungujung saraf halus, serta bahan-bahannya yang reaktif dapat menimbulkan reaksi alergi maupun iritasi (Pruss dkk., 2002). Saat ini obat-obatan yang berasal dari bahan alami dengan efek samping yang relatif sedikit, efektif pada kondisi kronis, serta biaya yang lebih murah mulai dikembangkan (Harmanto dan Subroto, 2007). Kekayaan komoditas alam Indonesia merupakan potensi yang sangat menguntungkan dalam mengembangkan obat-obatan herbal (Dalimartha, 2008). Salah satunya yang sedang banyak dikembangkan saat ini adalah daun sirih merah (Piper crocatum). Daun sirih merah diketahui memiliki efek farmakologis sebagai antibakteri, antioksidan, antiinflamasi, dan astringen (Dewi dkk., 2013). Manfaat lainnya 3 adalah dapat mengurangi pembengkakan dalam mulut, menghentikan perdarahan, dan membersihkan luka bekas pencabutan gigi (Moeljanto dan Mulyono, 2003). Perlu dilakukan suatu penelitian mengenai pengaruh ekstrak daun sirih merah dalam sediaan gel terhadap luka di rongga mulut dengan mengamati salah satu respon fisiologis proses penyembuhan luka yaitu jumlah leukosit polimorfonuklear (PMN). Melalui penelitian tersebut akan diketahui pemberian gel ekstrak daun sirih merah dapat mempersingkat keadaan fisiologis luka dan bahkan menekan suatu kondisi yang patologis, sehingga daun sirih merah dapat dimanfaatkan sebagai agen penyembuh luka yang berasal dari bahan alami. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan adalah mengenai pengaruh ekstrak daun sirih merah pada perlukaan dengan berbagai konsentrasi, dan diduga konsentrasi 40% memiliki efek paling optimal sebagai penyembuh luka. B. Rumusan Masalah Berdasar paparan di atas dapat timbul masalah sebagai berikut: Apakah terdapat pengaruh pemberian gel ekstrak daun sirih merah konsentrasi 40% terhadap jumlah leukosit PMN (neutrofil) pada luka gingiva tikus Sprague Dawley? C. Keaslian Penelitian Pengaruh ekstrak daun sirih merah terhadap perhitungan jumlah sel leukosit PMN (neutrofil) pada penyembuhan luka yang diungkapkan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Mun’im dkk. (2011) dengan judul “Pengaruh Pemberian Infusa Daun Sirih Merah (Piper cf.fragile, Benth) Secara 4 Topikal Terhadap Penyembuhan Luka pada Tikus Putih Diabet”. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah perlukaan di punggung tikus yang dibuat diabetes, sedangkan pada penelitian ini tikus normal dengan perlukaan di gingiva. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengamati pengaruh pemberian gel ekstrak daun sirih merah konsentrasi 40% terhadap jumlah leukosit polimorfonuklear (PMN) pada luka gingiva tikus Sprague Dawley. E. 1. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh informasi ilmiah mengenai pengaruh atau manfaat dari ekstrak daun sirih merah terhadap penyembuhan luka sehingga ditemukan obat alami dan alternatif baru untuk mempercepat penyembuhan luka di gingiva. 2. Penelitian ini juga akan berguna di Bidang Kedokteran Gigi sebagai bahan medikasi yang berasal dari bahan alami membantu penyembuhan luka di dalam rongga mulut.