BAB II URAIAN TEORITIS Dalam suatu penelitian teori diperlukan sebagai landasan kerangka berpikir mendukung masalah secara sistematis. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang akan memuat pokok-pokok pikiran yang akan dapat menggambarkan dari sudut mana masalah peneliti akan dibahas. Teori dalam suatu penelitian berfungsi untuk membantu peneliti menjelaskan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya. Teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantono,2010:43). Kerangka teoritis adalah suatu kumpulan teori dan model dari literatur yang menjelaskan hubungan dalam masalah tertentu. Dalam rangka teoritis, secara logis dikembangkan, digambarkan, dan dielaborasi jaringan-jaringan dari asosiasi antara variabel-variabel yang diidentifikasi melalui survey atau telaah literatur (Silalahi, 2009: 92). 2.1 Komunikasi Weekley & Devito (dalam Liliweri, 2011: 31), Kata komunikasi atau communication secara etimologis berkaitan dengan dua kata lainnya communion dan community berasal dari bahasa Latin communicare yang berarti to make common–– membuat sesuatu menjadi bersama-sama atau to share–– menjadi yang artinya diperluas menjadi, komunikasi adalah proses atau tindakan untuk mengalihkan pesan dari suatu sumber kepada penerima melalui saluran dalam situasi adanya gangguan dan interferensi. Komunikasi sebagai proses dan tindakan merupakan konsep dari kata “berkomunikasi” atau communicate juga berasal dari kata common yang artinya membagi, mempertaruhkan, mengirimkan, mengalihkan, berbicara, isyarat, menulis, mendayagunakan, menghubungkan (to share, exchange, send along, transmit, talk, gesture, write, put in use, relate). 9 Universitas Sumatera Utara 10 Carl I. Hovland mendefinisikan komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dengan symbol verbal) untuk mengubah perilaku individu lain (Effendy, 1994: 4). Menurut Effendy (dalam Liliweri, 1991: 7) dengan mendasarkan definisi dari Harold Laswell maka rumusan komunikasi adalah: siapa mengatakan apa melalui saluran apa kepada siapa dengan efek apa (Who says what in which channel to whom with what effect). Unsur-unsur definisi komunikasi yaitu: 1. Pengirim/ Sumber Orbe & Bruess (dalam Liliweri, 2011: 39), pengirim adalah orang yang membuat pesan. Sebagai pengirim pesan yang bertujuan tertentu, maka pengirim tidak selalu berada dalam posisi serba tahu atau serba kenal terhadap penerima, karena itu pengirim mentransmisi pesan untuk mendapat respons demi menyamakan persepsi terhadap pesan. 2. Penerima Penerima adalah orang yang menafsirkan pesan yang diucapkan atau ditulis. Sama seperti informasi mengenai objek atau peristiwa, maka penerima tentu pernah mempunyai pengelaman sekecil apa pun terhadap pesan-pesan tertentu, yang bisa sama atau berbeda dengan pengirim. Ketika suatu pesan diterima, maka orang yang menerima menginterpretasi pesan-pesan ini kemudian dapat dikirimkan kembali kepada pengirim. 3. Encoding dan Decoding Heath & Bryant (2000), Encoding adalah proses di mana pengirim menerjemahkan ide atau maksudnya ke dalam simbol-simbol berupa kata-kata atau nonverbal. Hasil terjemahan ide ini merupakan pesan yang akan dikirimkan kepada penerima. Sementara itu, aktivitas seorang penerima adalah decoding, yaitu menerjemahkan simbol-simbol verbal dan nonverbal tadi ke dalam pesan yang bisa saja mirip, persis sama dengan, atau sangat berbeda dari apa yang dimaksudkan oleh pengirim. Universitas Sumatera Utara 11 4. Pesan Pesan adalah gagasan, perasaan, atau pemikiran yang telah di-encode oleh pengirim atau di-decode oleh penerima. Pada umumnya pesan-pesan berbentuk signal, symbol, tanda-tanda atau kombinasi dari semuannya dan berfungsi sebagai stimulus yang akan direspons oleh penerima. 5. Saluran Saluran komunikasi merupakan sarana untuk mengangkut atau memindahkan pesan dari pengirim kepada penerima. Dalam komunikasi, semua pesan yang dikirimkan harus melalui saluran, saluran bisa tunggal namun bisa juga banyak. 6. Noise Komunikasi manusia tidaklah selalu lancar, komunikasi sering mengalami hambatan, gangguan, atau distorsi. Shannon dan Weaver mengartikan konsep noise sebagai “kebisingan”. 7. Feedback Atau yang sering disebut umpan balik adalah respons yang diberikan oleh penerima terhadap pesan yang dikirimkan oleh pengirim. 2.2 Strategi Komunikasi Pemasaran Strategi adalah rencana tindakan yang menjabarkan alokasi sumber daya dan aktifitas-aktifitas untuk menanggapi lingkungan dan membantu mencapai sasaran atau tujuan organisasi. Menurut Stoner, Freeman dan Gilbert Jr (dalam Fandy Tjiptono, 2008: 3) konsep strategi dapat didefinisikan berdasarkan dua perspektif yang berbeda yaitu: 1. Dari perspektif apa yang suatu organisasi ingin lakukan (intend to do) 2. Dari perspektif apa yang organisasi akhirnya lakukan (eventually does) Berdasarkan perspektif pertama, strategi didefinisikan sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya. Makna yang terkandung dari strategi ini adalah bahwa peran manajer memainkan peranan yang aktif, sadar dan rasional dalam merumuskan strategi organisasi. Universitas Sumatera Utara 12 Berdasarkan perspektif kedua, strategi didefinisikan sebagai pola tanggapan atau respon organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Pada definisi ini, setiap organisasi memiliki strategi. Padangan ini diterapkan para manajer yang bersifat reaktif yaitu hanya menanggapi dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan secara pasif manakala dibutuhkan. Strategi dalam suatu organisasi merupakan cara untuk mencapai tujuantujuan, mengatasi segala kesulitan dengan memanfaatkan sumber-sumber dan kemampuan yang dimilikinya. Jadi strategi merupakan suatu rencana yang ditujukan untuk mencapai tujuan tersebut. beberapa perusahaan mungkin mempunyai tujuan yang sama, tetapi strategi yang digunakan berbeda. Strategi ini berdasarkan suatu tujuan dan sebuah strategi haruslah sampai pada penerapannya, sehingga demikianlah dikatakan bahwa strategi tidak semata-mata hanya sebuah pola perencanaan saja, namun bagaimana strategi tersebut dapat dilaksanakan. Menurut Jogn A. Byrne (dalam Brannan, 2005: 2) mendefinisikan strategi sebagai sebuah pola yang mendasar dari sasaran yang berjalan dan yang direncanakan, penyebaran sumber daya dan interaksi organisasi dengan pasar, pesaing dan faktor-faktor lingkungan. Strategi komunikasi pemasaran adalah bagaimana bertahan hidup dalam dunia kompetitif, bagaimana membuat persepsi yang baik dibenak konsumen, menjadi berbeda, mengenali kekuatan dan kelemahan pesaing, menjadi spesialisasi, menguasai satu kata yang sederhana di kepala, kepemimpinan yang memberi arah dan memahami realitas pasar dengan menjadi yang pertama daripada menjadi yang lebih baik. Ketetapan strategi yang disusun ditentukan oleh bagaimana strategi dijabarkan dalam sebuah perencanaan kegiatan. Analisis yang dibutuhkan untuk membantu menyusun perencanaan marketing communication menurut Soemanagara (2008: 64) adalah: Universitas Sumatera Utara 13 1. Analisis peluang pasar Dalam beberapa aspek, analisis ini mencakup karakteristik dan kebutuhan pasar, strategi produk, tempat daya beli masyarakat yang memiliki maksud yaitu pendapatan, jika permintaan dan keinginan kuat tapi daya beli tidak ada, produk dapat diistilahkan seperti mengawang-awang. Kemudian analisis peluang pasar juga mencakup saluran distribusi dan sebagainya. Analisis peluang usaha dibutuhkan pada produk yang akan memasuki pasar baru, produk baru ke dalam pasar, atau produk baru untuk pasar baru. Peluang pasar (market oppurtunities) adalah wilayah di mana terdapat kecenderungan permintaan yang positif. Perusahaan percaya bahwa di pasar masih terdapat kebutuhan yang belum terpuaskan, yang dianggap sebagai peluang bagi produk baru untuk memenuhinya dan perusahaan berpeluang memasuki pasar juga di pasar terdapat persaingan yang efektif. Jadi dapat digambarkan bahwa peluang pasar ini tercipta jika pasar terdapat tiga hal: a. Permintaan b. Kebutuhan dan peluang yang belum terpuaskan c. Persaingan yang efektif Kita selalu berusaha mengaitkan upaya pemasaran (produk) untuk bertemu dengan kebutuhan dan kecenderungan permintaan serta segmentasi pasar yang berbeda. 2. Analisis pesaing Dalam penyusunan strategi perencanaan marketing communication bagi produk dan layanan, dibutuhkan analisis tentang kondisi persaingan atau pasar sasaran tiap-tiap pesaing akan membantu dalam melihat sejauh mana peluang pangsa pasar yang dapat dipengaruhi, berapa harga yang mereka tetapkan untuk produk yang sejenis dengan produk yang dimiliki, bagaimana mereka memberikan layanan terbaik pada tamu, dan kemampuan financial (ekuitas) mereka. Adapun dalam menganalisis pesaing, pesaing produk dibagi menjadi dua bagian (Soemanagara, 2008: 64) sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 14 a. Pesaing langsung (direct competitor) Adalah pesaing yang memiliki hubungan langsung dengan produk kita, di mana produknya dapat beragam, yang disajikan untuk memenuhi kebutuhan tertentu. b. Pesaing tidak langsung (indirect competitor) Adalah perusahaan yang memiliki produk berbeda dengan produk kita, tetapi keberadaan produk ini bersifar substitutive (produk pengganti), yang disajikan untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang sama. Analisis menyangkut pesaing usaha ini perlu untuk melihat sejauh mana kemampuan dalam memposisikan produk di pasar. Dengan melihat kondisi persaingan yang ada, dapat diputuskan strategi marketing communication yang akan disusun. 3. Menetapkan pasar sasaran Setelah melakukan analisis terhadap peluang pasar dan pesaing, selanjutnya memilih satu atau lebih pasar sasaran. Langkah ini menjadi focus dari hasil, tujuan dan pencapaian yang merupakan harapan perusahaan terhadap pasar. Strategi promosi yang disusun akan berbeda dari strategi perusahaan lain. Perbedaan strategi antara perusahaan satu dengan yang lainnya ditentukan oleh pasar apa yang digunakan, pencapaian yang diharapkan, dan kemampuan keuangan yang dimiliki. Proses ini dapat kita tentukan melalui langkah-langkah dasar, yaitu indentifikasi pasar tentang kebutuhan yang belum terpuaskan, menentukan segmentasi pasar, menyeleksi pasar sasaran, dan pemosisian perusahaan melalui strategi pemasaran. Untuk mengembangkan strategi pemasaran, para manajer melakukan studi analisis lingkungan guna mengantisipasi kemungkinan adanya dampak dari pengaruh lingkungan dan menggunakan riset pasar untuk mendapatkan informasi tentang masing-masing konsumen berdasarkan analisis dan riset, sehingga Universitas Sumatera Utara 15 menciptakan strategi positioning dan segmentasi serta mengimplementasikannya melalui bauran pemasaran. Titik awal untuk menentukan strategi komunikasi pemasaran perusahaan haruslah secara komprehensif melakukan analisis situasi. Hal ini penting agar strategi yang digunakan dapat berjalan efektif dan efisien. Sangatlah penting bagi perusahaan untuk mengamati dan beradaptasi dengan lingkungan yang berubah secara terus menerus (Soemanagara, 2008: 65). 2.3 Komunikasi Pemasaran 2.2.1 Pengertian Komunikasi Pemasaran Pemasaran dikatakan sebagai manajemen program yang dikerjakan oleh sejumlah orang untuk menjual produk berupa barang atau jasa demi meraih keuntungan tertentu. Kotler (2001) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi, serta distribusi sejumlah barang dan jasa, untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi (Rangkuti, 2009: 18). Menurut Tjiptono (2008: 219) “Komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempengaruhi, membujuk dan atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan jasanya bersedia meminta, membeli, dan loyal pada jasa yang ditawarkan perusahaan yang bersangkutan.” Pemasaran memfasilitasi proses pertukaran dan pengembangan hubungan dengan konsumen dengan cara mengamati secara cermat kebutuhan dan keinginan konsumen yang dilanjutkan dengan mengembangkan suatu produk (product) yang memuaskan kebutuhan konsumen dan menawarkan produk tersebut pada harga (price) tertentu serta mendistribusikannya agar tersedia di tempat-tempat (place) yang menjadi pasar bagi produk yang bersangkutan. Untuk itu perlu dilaksanakan promosi (promotion) atau komunikasi guna menciptakan kesadaran dan ketertarikan konsumen kepada produk bersangkutan. Proses ini disebut marketing mix atau bauran pemasaran yang disingkat dengan ‘empat P’ (Morissan, 2010: 5). Universitas Sumatera Utara 16 Komunikasi pemasaran adalah proses penyebaran informasi tentang perusahaan dan apa yang hendak ditawarkannya (offering) pada pasar sasaran. Perannya sangat vital mengingat peran komunikasi dalam memfasilitasi hubungan saling menguntungkan antara perusahaan dengan pembeli prospektif. Tujuan komunikasi tidak lagi terbatas untuk mendorong pembelian pertama, namun juga memastikan kepuasan paska pembelian sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya pembelian berulang dan pembeli tersebut menjadi pelanggan yang loyal. Komunikasi diperlukan untuk memberitahu konsumen akan hal-hal berikut: tersedianya suatu penawaran (offering), benefit unik dari penawaran tersebut, di mana dan kapan dapat diperoleh dan digunakan penawaran di atas (Sulaksana, 2003: 23). William G. Nickels dalam bukunya Marketing Communication and Promotion (1984) mendefinisikan komunikasi pemasaran sebagai berikut: proses pertukaran informasi yang dilakukan secara persuasif sehingga proses pemasaran dapat berjalan secara efektif dan efisien (Purba, dkk, 2006: 126). Purba, dkk, (2006: 126) mendefinisikan kegiatan komunikasi pemasaran merupakan rangkaian kegiatan untuk mewujudkan suatu produk, jasa, ide, dengan menggunakan bauran pemasaran (promotion mix) yaitu: iklan (advertising), penjualan tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity) serta pemasaran langsung (direct marketing). Pertukaran yang terjadi baik langsung maupun tidak langsung memerlukan komunikasi yang membawa peran. Dengan demikian komunikasi memegang peranan penting dalam proses pertukaran. Pada tingkat dasar komunikasi dapat menginformasikan dan membuat konsumen potensial menyadari akan produk yang ditawarkan. Komunikasi dapat berusaha membujuk konsumen agar berhasrat masuk dalam hubungan pertukaran (exchange relationship) pada pemasaran. Peran lain dari komunikasi adalah untuk membedakan (differenting) produk yang ditawarkan oleh satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Upaya ini dilakukan dengan mengkomunikasikan kepada konsumen bahwa produk yang ditawarkan berbeda dengan produk lainnya yang sejenisnya. Universitas Sumatera Utara 17 Hubungan antara pemasaran dengan komunikasi merupakan hubungan yang erat. Komunikasi merupakan proses pengoperan lambang-lambang yang diartikan sama antara individu kepada individu, individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok dan kelompok kepada massa. Komunikasi dalam pemasaran bersifat kompleks. Bentuk komunikasi yang lebih rumit mendorong penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dilakukan melalui sejumlah strategi komunikasi yang canggih, setelah melewati perencanaan yang matang (Soemanangara, 2006: 3). 2.2.2 Tujuan Komunikasi Pemasaran Marketing communication atau komunikasi pemasaran bertujuan untuk mencapai tiga tahap perubahan yang ditujukan bagi konsumen. Tahapan pertama yang ingin dicapai dari strategi marketing communication adalah tahap perubahan pengetahuan. Dalam perubahan ini, konsumen mengetahui keberadaan sebuah produk, untuk apa produk diciptakan, dan ditujukan pada siapa. Dengan demikian, pesan yang disampaikan menunjukkan informasi penting dari produk itu. Tahap kedua adalah tahapan perubahan sikap, yang ditentukan oleh tiga unsur oleh Schiffman dan Kanuk (1994: 242) disebut sebagai tricomponent attitude change yang menunjukkan bahwa tahap perubahan sikap ditentukan oleh tiga komponen yaitu cognition (pengetahuan), affection (perasaan), dan conation (perilaku). Jika ketiga komponen ini menunjukkan adanya kecenderungan perubahan (cognition, affection, dan conation) maka akan mungkin sekali akan terjadi perubahan sikap berupa keinginan mencoba produk. Pada tahap yang ketiga, yaitu tahap perubahan, dimaksudkan agar konsumen tidak beralih pada produk lain, dan terbiasa menggunakannya atau yang biasa disebut dengan loyalitas pelanggan (Soemanagara, 2006: 63). Kennedy dan Soemanagara (2006: 63) mengatakan komunikasi pemasaran bertujuan untuk mencapai tiga tahap perubahan yang ditujukan kepada konsumen, yaitu: Universitas Sumatera Utara 18 1) Tahap Perubahan Pengetahuan Perubahan pengetahuan menunjukkan bahwa konsumen mengetahui adanya keberadaan sebuah produk, untuk apa produk itu diciptakan, dan ditujukan kepada siapa produk tersebut, dengan demikian pesan yang disampaikan tidak lebih menunjukkan informasi penting dari produk. 2) Tahap Perubahan Sikap Sikap (attitude) menggambarkan penilaian, perasaan, dan kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang atas sebuah objek atau gagasan. Adapun tahap perubahan sikap yang dimaksud berkaitan dengan pengaruh komunikasi pemasaran terhadap penilaian konsumen atas suatu produk. Dalam faktor sikap terdapat tiga komponen, yaitu (a) cognitive component (kepercayaan terhadap merek): kepercayaan konsumen dan pengetahuan tentang obyek, (b) affective component: emosional yang merefleksikan perasaan seseorang terhadap suatu obyek (evaluasi merek), apakah obyek tersebut diinginkan atau disukai, (c) behavioral component (maksud untuk membeli): merefleksikan kecenderungan dan perilaku aktual terhadap suatu obyek, yang mana komponen ini menunjukkan kecenderungan melakukan suatu tindakan (Simamora, 2002: 14). 3) Tahap Perubahan Perilaku Perubahan Perilaku ditujukan agar konsumen tidak beralih kepada produk lain, dan terbiasa untuk menggunakannya. Pemasaran merupakan serangkaian aktivitas untuk memasarkan produk kepada para pembeli. Cara yang paling efektif bagi para pembeli untuk mengetahui informasi tersebut dapat dilayani produsen melalui iklan, karena itu maka berbagai perusahaan periklanan mengambil bagian dari peran ini. Tujuan pemasaran adalah untuk meningkatkan penjualan suatu produk karena itu pesan-pesan iklan biasanya memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh, seperti harga, kualitas, produk, distribusi produk sehingga para pembeli dapat mengakses informasi dengan mudah. Dengan semakin luasnya Universitas Sumatera Utara 19 geografis yang menampung persebaran konsumen maka iklan ditata untuk menjangkau, merekam, dan cara termudah adalah memakai jasa media massa (Liliweri, 2011: 557). 2.2.3 Bauran Komunikasi pemasaran a. Bauran Pemasaran Bauran pemasaran atau strategi pemasaran merupakan kombinasi dari berbagai tahapan atau elemen yang diperlukan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan eksekusi atau pelaksanaan keseluruhan operasi pemasaran (Jefkins, 1997:8). Konsep dasar 4P dalam bauran pemasaran untuk pertama kalinya diperkenalkan E.Jerome Mc.Carthy (dalam Winardi, 1989: 346), yang kemudian dikembangkan oleh Philip Kotler. Prinsip 4P ini pada dasarnya membagi bauran pemasaran menjadi empat bagian utama yakni product (produk), place (tempat), price (harga), promotion (promosi). 1. Produk (Product) Menurut Rewoldt & Scott sebuah produk yaitu sesuatu hal (baik yang disukai maupun yang tidak disukai) yang diterima orang pada sesuatu pertukaran; ia merupakan suatu kompleks sifat-sifat yang berwujud atau tidak berwujud dan di dalamnya termasuk manfaat fungsional, sosial dan psikologikal (Winardi, 1989:346). Sebuah produk dapat berupa: ide, service, barang, kombinasi ketiga macam hal yang dikemukakan. Di dalam definisi tersebut tercakup: servis bantuan yang berkaitan dengan barang-barang, seperti misalnya: instalasi, jaminan-jaminan, informasi tentang produk, janji untuk menyelenggarakan perbaikan-perbaikan atau pemeliharaan (Winardi, 1989:346). Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan (Tjiptono, 1997:95). Universitas Sumatera Utara 20 Produk adalah suatu sifat yang kompleks baik yang dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan dan pengecer, pelayanan perusahaan dan pengecer, yang diterima oleh pembeli untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya (Swastha, 1997:165). Produk mengandung unsur-unsur meliputi merek, kemasan, jaminan (garansi), pelayanan, dan sebagainya. Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol/barang, desain, warna, gerak, atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk asing (Tjiptono, 1997:106). Dalam kegiatan pemasaran, keberadaan produk juga harus didukung oleh kemasan (packaging). Unsur lain dalam sebuah produk adalah label dan layanan pelengkap (supplementary services) yang dapat berupa informasi, konsultasi, order taking (meliputi aplikasi keanggotaan pada program tertentu,jasa langganan), hospitality (di antaranya sambutan, fasilitas menunggu, transportasi,dll ), caretaking (terdiri dari perhatian dan perlindungan atas barang milik pelanggan yang mereka bawa misalnya penanganan bagasi, penitipan tas,dll), exceptions (meliputi permintaan khusus sebelumnya penyampaian produk), billing (laporan verbal mengenai jumlah rekening-rekening mesin yang memperlihatkan jumlah rekening, self billing), pembayaran (pengurangan otomatis atas rekening nasabah, kontrol,dll). Unsur berikutnya adalah jaminan yakni janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya kepada konsumen, di mana para konsumen akan diberi ganti rugi bila produk ternyata tidak bisa berfungsi sebagaimana yang diharapakan atau dijanjikan. 2. Harga (Price) a. Definisi harga Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya (Swastha, 1997:241). Universitas Sumatera Utara 21 Secara sederhana, istilah harga dapat diartikan sebagai jumlah uang (satuan moneter) dan/atau aspek lain (non moneter) yang mengandung utilitas/ kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu produk (Tjiptono, 2008:465). b. Dimensi Harga Harga merupakan pernyataan nilai dari suatu produk. Nilai adalah rasio atau perbandingan antara persepsi terhadap manfaat dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk. Produk tertentu yang memiliki tipe danjumlah manfaat potensial (seperti kualitas, citra dan kenyamanan berbelanja) yang diharapkan konsumen pada tingkat harga tertentu. Harga merupakan aspek yang tampak jelas bagi para pembeli. Bagi konsumen yang tidak terlalu paham hal-hal teknis pada pembelian produk otomotif dan elektronik, kerap kali harga menjadi satu-satunya faktor yang dapat mereka mengerti. Harga adalah determinan utama permintaan. Sesuai dengan hukum permintaan, semakin mahal harga, semakin sedikit jumlah permintaan atas produk. Meskipun demikian, itu tidak berlaku pada semua situasi. Harga berkaitan langsung dengan pendapatan dan laba. Harga adalah satusatunya unsur bauran pemasaran yang mendatangkan pemasukan bagi perusahaan yang pada gilirannya berpengaruh pada besar kecilnya laba dan pangsa pasar yang diperoleh. Harga bersifat fleksibel, artinya dapat disesuaikan dengan cepat. Harga adalah elemen yang paling mudah diubah dan diadaptasikan dengan dinamika pasar. Harga juga mempengaruhi citra dan strategi positioning. Konsumen cenderung mengasosiasikan harga dengan tingkat kualitas produk. Harga yang mahal dipersepsikan mencerminkan kualitas yang tinggi dan sebaliknya. Universitas Sumatera Utara 22 3. Promosi (Promotion) a) Definisi Promosi Promosi yakni arus informasi atau persuasi satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran (Swastha, 1996:237). Promosi adalah semua jenis kegiatan pemasaran yang ditujukan untuk mendorong permintaan (Swastha, 1997:349). Kedua definisi tersebut pada pokoknya sama meskipun titik beratnya berbeda. Definisi pertama lebih menitikberatkan pada penciptaan pertukaran, sedangkan definisi kedua lebih menitikberatkan pada dorongan permintaan. Kita telah mengetahui bahwa pertukaran itu akan terjadi karena adanya permintaan (dan juga penawaran); dan dari segi lain, permintaan itu akan mendorong terjadinya pertukaran. b) Tujuan promosi Tujuan utama dari promosi adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk, serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya. Secara rinci ketiga tujuan promosi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: • Menginformasikan (informing), dapat berupa: - Menginformasikan pasar mengenai keberadaan suatu produk baru - Memperkenalkan cara pemakaian yang baru dari suatu produk - Menyampaikan perubahan harga kepada pasar - Menjelaskan cara kerja suatu produk - Menginformasikan jasa-jasa yang disediakan oleh perusahaan - Meluruskan kesan yang keliru - Mengurangi ketakutan atau kekhawatiran pembeli Universitas Sumatera Utara 23 - Membangun citra perusahaan • Membujuk pelanggan sasaran untuk: - Membentuk pilihan merek - Mengalihkan pilihan ke merek tertentu, - Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk, Mendorong pembeli untuk belanja saat itu juga - Mendorong pembeli untuk menerima kunjungan wiraniaga • Mengingatkan dapat terdiri atas: - Mengingatkan pembeli bahwa produk yang bersangkutan dibutuhkan dalam waktu dekat - Mengingatkan pembeli akan tempat-tempat yang menjual produk perusahaan - Membuat pembeli tetap ingat walaupun tidak adanya kampanye iklan - Menjaga agar ingatan pertama pembeli jatuh pada produk perusahaan. 4. Distribusi/Tempat (Place) a. Definisi Distribusiuntuk suatu barang adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai ke konsumen atau pemakai industri (Swastha, 1996: 190). Adapun lembaga-lembaga yang ikut ambil bagian dalam penyaluran barang adalah: produsen, perantara (pedagang dan agen), dan konsumen akhir atau pemakai industri. Secara garis besar, pendistribusian dapat diartikan sebagai Universitas Sumatera Utara 24 kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, sehingga penggunaanya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga, tempat, dan saat dibutuhkan). Dengan kata lain, proses distribusi merupakan aktivitas pemasaran yang mampu: • Menciptakan nilai tambah produk melalui fungsi-fungsi pemasaran yang dapat meralisasikan kegunaan bentuk, tempat, waktu dan kepemilikian. • Memperlancar arus saluran pemasaran (marketing channel flow) secara fisik dan non fisik. Yang dimaksud dengan arus pemasaran adalah aliran kegiatan yang terjadi di antara lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat di dalam proses pemasaran. Arus pemasaran tersebut meliputi arus barang fisik, arus kepemilikan, arus informasi, arus promosi, arus negoisasi, arus pembayaran, arus pendanaan, arus penanggungan risiko, dan arus pemesanan (Tjiptono, 1997:185). b. Fungsi Saluran Distribusi Saluran distribusi menggerakkan barang dan jasa dari produsen kepada konsumen, mereka memecahkan kesenjangan utama seperti waktu, tempat, pemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari mereka yang ingin menggunakannya. Anggota saluran distribusi melakukan beberapa fungsi kunci: 1. Informasi: mengumpulkan dan mendistribusikan riset pemasaran dan informasi intelijen tentang faktor-faktor dan kekuatan-kekuatan dalam lingkungan pemasaran yang dibutuhkan untuk merencanakan dan membantu terjadinya pertukaran. 2. Promosi: mengembangkan dan menyebarluaskan komunikasi persuasif berkenaan dengan suatu penawaran. 3. Kontak: menemukan dan berkomunikasi dengan pembeli perspektif. 4. Mencocokkan: membentuk dan menyesuaikan penawaran terhadap kebutuhan pembeli, termasuk kegiatan seperti manufaktur, memilah, merakit, dan mengemas. Universitas Sumatera Utara 25 b. Bauran Komunikasi Pemasaran Sarana untuk melakukan komunikasi pemasaran adalah bauran komunikasipemasaran (marketing communication mix) total sebuah perusahaan disebut juga bauran promosinya (promotion mix) merupakan perpaduan khusus antara iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan, dan hubungan masyarakat yang digunakan perusahaan untuk meraih tujuan iklan dan pemasarannya (Sunarto, 2004:261). Pada dasarnya, marketing communication mix terdiri atas empat elemen dasar, kata De Loizer, yang dilanjutkan oleh Kotler, yang kemudian bentuknya dimodifikasi oleh Crosier dan Shimp. Kemudian, konsepsi tersebut dirumuskan oleh Belch tahun 1995 menjadi marketing communication mix, yang terdiri atas empat kegiatan dasar, yaitu: 1. Iklan Iklan atau periklanan (advertising) adalah media komunikasi pemasaran yang sudah menjadi bagian integral dari masyarakat dan sistem ekonomi manusia. Dalam kehidupan masyarakat yang sudah maju dan kompleks, iklan berevolusi ke dalam sistem komunikasi vital masyarakat, terutama dunia bisnis. Beriklan perlu metode promosi yang seakurat mungkinkarena imbasnya sedemikian dahsyat kepada khalayak, baik dalam hal isi pesan maupun penyampaian (Prisgunanto, 2006:73). Proses komunikasi periklanan adalah urutan peristiwa yang terjadi dalam komunikasi periklanan. Dalam proses komunikasi ini terdapat unsur-unsur komunikasi sebagai berikut (Liliweri, 2011: 551): Universitas Sumatera Utara 26 SUMBER PESAN SALURAN AUDIENS source message channel receiver IKLAN MEDIA PRODUSEN EFEK TINDAKAN KONSUMEN membeli Gambar 2.1: Unsur-Unsur Komunikasi Sumber: Alo Liliweri2011 a. Source (Produk) Sumber produk/jasa/ide komunikasi yang akan adalah produsen ditawarkan. yang Produsen menjadi pemilik bermaksud supaya produk/jasa/ide digunakan oleh konsumen. Produk/jasa/ide merupakan sesuatu yang ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan memuaskan konsumen (Liliweri, 2011: 551). 1. Produk adalah barang yang bernilai ekonomis yang diperlukan oleh konsumen. 2. Jasa adalah layanan yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen. Misalnya jasa angkutan transportasi, jasa pendidikan, dan jasa perbankan. Jasa sering disebut sebagai produk tidak berwujud (intangible). 3. Ide adalah hasil pemikiran yang dapat memuaskan kebutuhan konsumen. b. Message (Iklan) Iklan adalah pesan-pesan penawaran yang dibuat untuk membantu menjual produk/jasa/ide yang dimaksud. Proses perumusan pesan yang dapat membantu penjualan meliputi isi, struktur, dan format yang paling baik untuk kondisi produk/jasa/ide yang ditawarkan. Universitas Sumatera Utara 27 c. Channel (Saluran) 1. Media adalah alat perantara yang digunakan dalam menyalurkan pesan penawaran kepada konsumen. Misalnya surat kabar, majalah, radio, televisi, internet, billboard, bioskop, VCD/DVD, dan mobile. 2. Di sini terjadi proses pemilihan media yang kuat pengaruhnya untuk membantu menyalurkan pesan-pesan iklan. d. Receiver (Audiens) 1. Audiens orang yang menjadi sasaran penyampaian iklan. 2. Komunikasi dalam komunikasi periklanan sering disebut khalayak konsumen atau calon konsumen yang menjadi pengguna mengolahnya sehingga produk/jasa/ide yang ditawarkan. 3. Komunikasi menerima iklan dan menghasilkan efek. e. Effect (Efek) Efek adalah tujuan yang diharapkan oleh komunikasi periklanan dapat berupa: 1. Kognitif: pengetahuan terhadap produk 2. Afektif: menyukai. 3. Konatif: tindakan pembelian. Tahap mencapai efek menurut Liliweri (2011: 552) terdapat 3 tahap, yaitu: a. Exposure.Proses pertama yang dialami konsumen yaitu diterpa atau tersentuh oleh pesan iklan. b. Processing. Iklan yang disampaikan kepada konsumen akan diolah atau diproses dalam memori konsumen. Konsumen coba memahami isi iklan dan membandingkan dengan nilai-nilai yang ada dalam memori. c. Communication effect. Informasi yang diolah dalam memori mengakibatkan terjadinya pengaruh dalam diri konsumen berupa: 1. Kesadaran terhadap produk. Universitas Sumatera Utara 28 2. Pengetahuan terhadap produk. 3. Menyukai produk. 4. Mengutamakan merek. 5. Yakin akan produk. d. Target audience action.Konsumen membeli produk yang ditawarkan (Liliweri, 2011: 552). 2. Personal Selling Sarana personal selling memiliki efek langsung pada proses penjualan berdasarkan sales forces. Memang keandalan personal selling yang paling utama adalah mampu mendekatkan pelanggan dengan penjualan lewat penggunaan jalurjalur distribusi barang dan produk yang ada. Lewat personal selling ini pelanggan akan tanpa sungkan-sungkan menanyakan dan mencari tahu kemampuan produk tersebut dengan leluasa. Mereka juga akan bisa mendapatkan informasi akurat, sisi kebaikan dan keburukan dari produk secara langsung dari konsumen (Prisgunanto, 2006:74). 3. Sales Promotion dan Pameran Pada sarana komunikasi pemasaran, sales promotion dan pameran adalah memiliki efek yang singkat sebagai upaya menstimulasi tekanan pada sikap pembelian. Asumsi ini berangkat dari kebiasaan orang yang akan membeli sesuatu barang tidak akan merencanakan sesuatu itu secara mendadak, hal inilah yang akan terjadi pada penjualan lewat sarana ini. Mungkin saja penjualan pada saat promosi atau pameran akan sangat tinggi karena faktor-faktor lain, bukan pada kesadaran pelanggan atau konsumen akan produk tersebut, seperti kebanyakan pengunjung pameran memerlukan barang yang ada demi satu kegunaan, tetapi bukan pada merek yang ditawarkan dalam komunikasi pemasaran (Prisgunanto, 2006:75). Universitas Sumatera Utara 29 4. Public Relations Sarana komunikasi pemasaran ini bisa dikatakan bersifat konstan. Sarana ini akan membangun efek pemasaran yang sangat lambat sebagai pendukung fungsi-fungsi komunikasi yang lain kepada pelanggan sebagai reinforce kredibilitas produk. Misalnya, perusahaan memberikan bantuan kepada masyarakat sekitar lingkungan perusahaan dengan ikut membantu kesejahteraan mereka dengan kegiatan kemanusiaan dan lain-lain. Membina hubungan baik dengan menciptakan pengembangan komunitas (community development) adalah strategi yang sangat jitu dan baik karena sifatnya yang berkelanjutan bagi perusahaan. Walau efeknya lambat, namun proses kenaikan kepercayaan dan penyaluran pesan akan semakin meningkat secara ajek dan konstan. Keandalannya adalah promosi ini tidak keropos, tidak seperti penciptaan kepercayaan lewat iklan, promosi langsung dan pameran (Prisgunanto, 2006: 75). 2.2.4 Perencanaan Pemasaran Kesuksesan pemasaran bergantung pada perencanaan yang seksama. Ini juga menunjukkan bahwa suksesnya rencana pemasaran membutuhkan bantuan periklanan. Dan dengan demikian makna periklanan adalah bagian dalam upaya pemasaran total (Lee Monle&Carla, 2007: 150). Tiga langkah yang dirinci dalam perencanaan pemasaran: a. Melaksanakan sebuah analisis situasi Analisis situasi menyajikan seluruh fakta relevan tentang sejarah, pertumbuhan, produk dan jasa, volume penjualan, pangsa pasar, status kompetitif, kekuatan dan kelemahan, serta informasi relevan lain tentang perusahaan. Analisis situasi juga melibatkan informasi faktor-faktor kunci yang di luar kendali perusahaan (lingkungan sosial, teknologi, ekonomi, politik, atau legal) di mana perusahaan beroperasi. Universitas Sumatera Utara 30 b. Mengembangkan tujuan-tujuan pemasaran Tujuan-tujuan pemasaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga pencapaian-pencapaian mereka akan berkontribusi pada strategi korporasi dan dapat dilaksanakan melalui penggunaan sumber daya-sumber daya perusahaan secara efektif. c. Mengembangkan strategi pemasaran Dalam pengertian pemasaran, tujuan-tujuan adalah apa yang ingin perusahaan raih, dan strategi adalah cara peraihan tujuan-tujuan tersebut. Tahap pertama pengembangan strategi adalah memilih pasar sasaran. Para manajer menggunakan proses-proses segmentasi dan riset pasar untuk mendefinisikan pada sasaran mereka. Tahap kedua dalam mengembangkan strategi pemasaran adalah menentukan sebuah bauran pemasaran (produk, harga, tempat, dan promosi) bagi setiap pasar sasaran yang dikejar perusahaan. Sebuah strategi pemasaran perusahaan memiliki dampak dramatis pada sebuah periklanannya. Meskipun perusahaan mungkin memiliki produk terbaik, harga rendah, dan saluran distribusi yang tepat, kesuksesan sepertinya sulit diraih tanpa komunikasi efektif dengan khalayak sasaran. d. Pendekatan perencanaan luar-ke-dalam Menurut Don E. Schultz dan Beth E. Barnes dalam strategic advertising campaigns (Lee Monle&Carla, 2007: 155), langkah-langkahnya termasuk sebagai berikut: 1. Ulasan bisnis. Serupa dengan analisis situasi dalam pengujianpengujian internal dan eksternal, ulasan bisnis menyertakan analisis tentang seperti apa organisasi akan menjadi. 2. Analisis konsumen. Proses ini menggunakan informasi database konsumen-konsumen individual. Universitas Sumatera Utara 31 3. Segmentasi perilaku. Inilah wilayah yang paling berbeda dari proses tradisional. Ini melibatkan pembagian kelompok-kelompok yang tampaknya homogen berdasarkan informasi demografis seperti jender, usia, dan pendapatan. 4. Kelayakan konsumen. Informasi tentang loyalitas pembelian, pembeli insidentil, para pembeli barang diskon, dan sebagainya, memungkinkan para pemasar menentukan konsumen mana yang paling menguntungkan. 5. Tujuan-tujuan perilaku. Ketika para pemasar mengetahui apa yang konsumen lakukan dan konsumen mana yang layak, selanjutnya mereka dapat bekerja untuk mengubah perilaku yang ada untuk menjadi lebih menguntungkan. 6. Tujuan-tujuan komunikasi. Inilah pesan, insentif, atau kegiatan yang dibutuhkan utuk mempertahankan atau mengubah perilaku konsumen. 7. Taktik. Ini membandingkan langkah-langkah dalam model tradisional di mana keputusan-keputusan tentang pesan, distribusi, dan sebagainya diambil. Kebutuhan dan keinginan para konsumen terus berubah. Agar berhasil, para pemasar perlu bersungguh-sungguh berupaya untuk menentukan kebutuhan konsumen mereka sekarang. Dengan cara ini, dapat menangkap perilaku-perilaku pembelian konsumen mereka dengan lebih baik. Memahami kebutuhan produk para konsumen individual akan menjadi semakin penting pada abad ke-21. Pemasaran melibatkan pengembangan dan pengelolaan sebuah produk yang akan memenuhi kebutuhan tertentu. Ini juga berfokus pada penyediaan produk di tempat dan dengan harga yang dapat diterima para konsumen. Dengan mengetahui perilaku pembelian konsumen, para pemasar dapat menciptakan bauran pemasaran yang memuaskan konsumen dan bermuara pada kesuksesan di pasar. Tujuan periklanan adalah membujuk konsumen untuk melakukan sesuatu, biasanya untuk membeli sebuah produk. Agar periklanan dapat menarik dan Universitas Sumatera Utara 32 berkomunikasi dengan khalayaknya dalam cara tertentu sehingga membuahkan hasil yang diinginkan, para pengiklan pertama-tama harus memahami khalayak mereka. Mereka harus mengakrabkan diri dengan cara berpikir para konsumen, dengan faktor-faktor yang memotivasi mereka, serta dengan lingkungan di mana mereka hidup (Lee Monle&Carla, 2007: 108). Berikut faktor-faktornya: a. Proses Keputusan Pembelian Proses keputusan pembelian baik pada pasar konsumen maupun pasar organisasi dipandang sebagai serangkaian tahap yang dilalui pembeli dalam membeli sebuah produk atau jasa. Prosesnya menyertakan lima tahap: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternative, pembelian, dan evaluasi pasca-pembelian (Lee Monle&Carla, 2007: 110). 1. Pengenalan Kebutuhan Langkah pertama pembeli menuju keputusan pembelian adalah pengenalan kebutuhan, yang berarti bahwa pembelian membayangkan kesenjangan di antara keadaan aktual dan keadaan yang diharapkan. Pada tahap ini dalam proses pembuatan keputusan, pengiklan dapat mencoba memengaruhi para pembeli dengan membantu mereka mengenali kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh produk pengiklan. 2. Pencarian Informasi Ketika para pembeli telah mengidentifikasi satu kebutuhan, mereka mungkin mencari informasi tentang cara memenuhi kebutuhan tersebut. pencarian informasi ini bersifat internal maupun eksternal, dan ingatan pembeli dapat menjadi aspek kunci dalam proses ini. Seadainya pembeli pernah memenuhi kebutuhan serupa di masa lalu, pembeli akan mengawali pencarian informasi dengan mengingat-ingat bagaimana kebutuhan tersebut pernah terpenuhi. Sering kali pembeli berkonsultasi dengan orang lain dalam kelompok rujukannya. Para pembeli juga mendapatkan informasi dari para pemasar melalui iklan, paket, tenaga penjualan, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 33 3. Evaluasi Alternatif Berdasarkan informasi yang terkumpul, pembeli mengidentifikasi dan mengevaluasi cara-cara untuk memenuhi kebutuhan dirinya atau organisasinya, mencari pilihan terbaik menyangkut kualitas, harga, waktu pengiriman, dan faktor-faktor lain yang dianggap penting. Dalam tahap ini, seruan-seruan periklanan yang rasional dan emosional memainkan peran penting. 4. Pembelian Setelah mempertimbangkan berbagai pilihan yang mungkin, pembeli membuat keputusan pembelian. Tahap ini termasuk penentuan jadi tidaknya membeli, dan jika ya, apa yang dibeli, di mana dibeli, dan kapan dibeli. Pada tahap ini, periklanan tetap memainkan peran penting mencegah pembeli mengubah pikirannya. 5. Evaluasi Pasca-Pembelian Setelah membeli sebuah produk, para konsumen secara resmi atau tak resmi mengevaluasi hasil pembelian. Meskipun para konsumen cenderung untuk tidak begitu resmi dalam mengevaluasi mereka, dalam artian bahwa mereka tidak akan menentukan kriteria untuk mengevaluasi pembelian mereka secara tepat. b. Faktor yang Mempengaruhi Pasar Konsumen Lee Monle & Carla (2007: 113) menjelaskan bahwa proses keputusan pembelian dalam pasar konsumen kebanyakan dipengaruhi oleh faktor-faktor pribadi, psikologis, dan sosial. 1. Faktor-faktor Pribadi Faktor-faktor pribadi adalah hal-hal unik pada seseorang. Banyak faktor pribadi yang mempengaruhi keputusan pembelian. Faktorfaktor demografis berupa karakteristik-karakteristik individual seperti usia, jender, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan. Universitas Sumatera Utara 34 2. Faktor-faktor Psikologis Faktor psikologis beroperasi dalam diri individu ikut menentukan perilaku umum orang banyak dan dengan demikian memengaruhi perilaku pembelian. Setiap individual dipengaruhi oleh persepsi, motif, sikap, dan kepribadiannya. a. Persepsi Satu alasan mengapa para konsumen memberikan tanggapan secara berbeda pada situasi yang sama adalah karena membayangkan situasi tersebut secara berbeda. Persepsi merujuk pada cara orang mengumpulkan dan mencatat informasi. Meskipun para pemasar tidak dapat mengendalikan persepsi orang, pemasar sering kali mencoba memengaruhinya. b. Motivasi Dorongan dalam diri yang menggerakkan para konsumen memenuhi bayangan akan sebuah kebutuhan disebut motivasi. Para pengiklan ingin mengetahui apa yang memotivasi para konsumen sehingga pemasar menuruti motif tersebut. c. Sikap Ketika orang-orang kebutuhan, termotivasi untuk cara mereka memenuhi memenuhi kebutuhan satu tersebut bergantung pada sikap mereka terhadap berbagai alternatif. Sikap adalah evaluasi berkelanjutan, perasaan, dan kecenderungan perilaku individu terhadap sebuah objek atau gagasan. Sikap konsumen terhadap sebuah perusahaan dan produk-produknya sangat memengaruhi kesuksesan atau kegagalan strategi pemasaran/periklanan perusahaan. Oleh karenanya, para pemasar hendaknya secara seksama mengukur sikap konsumen terhadap iklan, desain kemasan, harga, dan ciri produk lain untuk memastikan kesuksesan di pasar. d. Gaya Hidup Sikap para konsumen dapat memengaruhi gaya hidup yang mereka adopsi. Gaya hidup dapat didefinisikan sebagai Universitas Sumatera Utara 35 kegiatan, minat, opini, dan pola konsumsi seseorang. Para pemasar biasanya menggunakan informasi gaya hidup untuk menyesuaikan bauran pemasaran agar memenuhi kebutuhan konsumen. e. Kepribadian Satu elemen psikologis lain yang telah menarik perhatian para peneliti periklanan adalah kepribadian, karakteristik, dan polapola perilaku konsisten seseorang. Sejumlah pemasar yakin bahwa kepribadian para konsumen sungguh memengaruhi tipe dan merek produk yang dibeli. 3. Faktor Sosial Kekuatan-kekuatan eksternal yang memengaruhi perilaku pembelian individu disebut faktor-faktor sosial. Yang paling menonjol adalah pengelompokan besar kekuatan yang ditumbuhkan oleh budaya, kelompok-kelompok rujukan, dan status sosial. a. Budaya Keyakinan, nilai, dan simbol yang dibagi bersama oleh masyarakat dan diteruskan dari satu generasi ke generasi selanjutnya membentuk sebuah budaya. Perbedaan-perbedaan nilai dalam berbagai budaya secara khusus bisa menentukan pemasaran dan periklanan internasional. b. Kelompok-kelompok Rujukan Sebagai tambahan bagi budaya, perilaku pembeli dapat dipengaruhi oleh sebuah kelompok rujukan, termasuk keluarga, teman, dan organisasi-organisasi profesional. Kelompok ini bisa terdiri dari satu atau lebih orang yang memberikan pengaruh langsung terhadap pengambilan keputusan pembeli. Kelompok rujukan memengaruhi keputusan orang lewat pemberian informasi atau lewat penekanan untuk mengikuti norma-norma kelompok. Para pengiklan perlu menemukan cara Universitas Sumatera Utara 36 untuk mendapatkan dukungan dari berbagai kelompok rujukan dalam upaya menjual produk-produk ke para konsumen. c. Status Sosial Status sosial adalah satu faktor penting lain dalam perilaku membeli. Para konsumen di setiap negara terdiri dari berbagai kelas sosial yang berbeda. Kelas sosial adalah sebuah kelompok individu dengan peringkat sosial yang serupa. Kelas sosial hingga batas-batas tertentu menentukan tipe, kuantitas, dan kualitas produk yang dibeli dan digunakan seorang konsumen. 2.3 AIDA Dalam komunikasi pemasaran perlu dirumuskan tujuan yang ingin dicapai dari proses komunikasi pemasaran yang akan dilakukan. Setelah menentukan khalayak sasaran dengan persepsinya, pemasar harus memutuskan respon yang terjadi. Respon khalayak tersebut dapat berupa cognitive (tahap kesadaran), affective (tahap pengaruh), behavioral/conative (tahap tindakan pembelian). Model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) adalah salah satu model hirarki respon yang cukup popular bagi pemasar sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pemasaran. Menurut model ini, alat promosi harus menarik perhatian, mendapatkan dan mendorong minat, membangkitkan keinginan, dan menghasilkan tindakan. Menurut Belch dalam membangun program komunikasi yang efektif, aspek terpenting adalah memahami proses terjadinya respon dari konsumen, misalnya dalam hal konsumen melakukan pembelian suatu produk, maka diperlukan pemahaman mengenai usaha promosi yang dapat mempengaruhi respon konsumen tersebut (Nurbenny, 2005: 38). Universitas Sumatera Utara 37 Sedangkan menurut Tjetjep Djatnika (2007: 52) menjelaskan: “Teori AIDA merupakan pengambilan keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis yang dilalui oleh konsumen atau pembeli, prosesnya yang diawali dengan tahap menaruh perhatian (Attention) terhadap barang atau jasa yang kemudian jika berkesan dia akan melangkah ke tahap ketertarikan (Interest) untuk mengetahui lebih jauh tentang keistimewaan produk atau jasa tersebut yang jika intensitas ketertarikannya kuat berlanjut ke tahap berhasrat/berminat (Desire) karena barang atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhankebutuhan-nya. Jika hasrat dan minatnya begitu kuat baik karena dorongan dari dalam atau rangsangan persuasif dari luar maka konsumen atau pembeli tersebut akan mengambil keputusan membeli (Action to buy) barang atau jasa yang di tawarkan.” Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa AIDA merupakan alat penyampaian suatu pesan yang ideal kepada konsumen dimana melalui suatu tahapan yang terdiri dari perhatian (Attention/Awareness), ketertarikan (Interest), minat (Desire), dan mengambil tindakan (Action). Di mana seorang pemasar harus menyadari bahwa pesan yang disajikan terdapat tentang AIDA (Tjetjep, 2007:52), yaitu: 1) Attention (Perhatian) Menimbulkan perhatian pelanggan berarti sebuah pesan harus dapat menimbulkan perhatian baik dalam bentuk dan media yang disampaikan. Di mana perhatian itu bertujuan secara umum atau khusus kepada calon konsumen atau konsumen yang akan dijadikan target sasaran. Hal tersebut dapat ditemukan lewat tulisan dan gambar yang menonjol dan jelas, perkataan yang menarik atau mudah diingat, dan mempunyai karakteristik tersendiri. Pesan yang menarik perhatian merupakan suatu langkah awal bagi perusahaan dimana pesan tersebut akan dikenal, diketahui, dan diingat oleh konsumen. Proses tersebut bisa dikatakan sebagai proses awareness / kesadaran akan adanya produk yang disampaikan ke konsumen. Universitas Sumatera Utara 38 2) Interest (Ketertarikan) Tertarik berarti pesan yang disampaikan menimbulkan perasaan ingin tahu, ingin mengamati, dan ingin mendengarkan serta melihat lebih seksama. Hal tersebut terjadi karena adanya minat yang menarik perhatian konsumen akan pesan yang ditunjukan. 3) Desire (Keinginan) Pemikiran terjadi dari adanya keinginan. Hal ini berkaitan dengan motif dan motivasi konsumen dalam membeli suatu produk. Motif pembelian dibedakan menjadi 2, yaitu motif rasional dan emosional. Di mana motif rasional mempertimbangkan konsumen akan keuntungan dan kerugian yang didapatkan. Sedangkan motif emosional terjadi akibat emosi akan pembelian produk. 4) Action (Tindakan) Tindakan terjadi dengan adanya keinginan kuat konsumen sehingga terjadi pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian produk yang ditawarkan. 2.4 Pelanggan Pelanggan adalah aset keuangan dari perusahaan atau organisasi yang harus diukur, dijaga dan dimaksimalkan seperti aset-aset yang lainnya (Blattberg, Getz&Thomas, 2001: 3). Menurut Harvey Thompson (2000: 42) pelanggan yaitu: • Seorang pelanggan atau konsumen adalah orang atau organisasi yang berinteraksi dengan produk, jasa, atau proses dan kemungkinan merupakan pengguna akhir • Seorang pelanggan atau channel adalah orang atau organisasi yang membeli atau menangani produk atau jasa, biasanya sebagai intermediary pengguna lain • Pelanggan atau proses internal adalah bagian dari rantai proses perusahaan yang menyediakan produk atau jasa kepada pelanggan eksternal. Universitas Sumatera Utara 39 Pelanggan adalah fokus dari aktivitas bisnis perusahaan apa pun. Pelanggan adalah sumber keuntungan, seperti ungkapan yang sudah popular, “Customer is the profit, everything else is overhead.” Segala sesuatu harus dipandang dari sudut pelanggan. Keingintahuan tentang pelanggan hendaknya terfokus pada apa yang sebenarnya mereka inginkan serta mengantisipasi apa yang mereka inginkan esok. Dalam usaha memuaskan, bahkan menyenangkan pelanggan, informasi haruslah benar, akurat, dan lengkap, sehingga penawaran produk dilakukan dengan tepat. Kepuasan dapat diartikan sebagai persepsi terhadap produk atau jasa yang telah memenuhi harapan, atau cerminan nilai yang dipersepsikan oleh pelanggan terhadap produk yang di terima. Pelanggan yang puas cenderung akan menggunakan kembali berulangulang, bahkan mungkin menjadi loyal. Menurut Philip Kotler (dalam Soedjas&Bayu, 2006: 55) menyatakan bahwa pada dasarnya penjualan berasal dari kelompok pelanggan baru dan pembeli ulang (repeat customer). Lebih mahal untuk menarik pelanggan baru, daripada mempertahankan pelanggan lama. Oleh karena itu, mempertahankan pelanggan lebih penting daripada memikat pelanggan. Kunci untuk mempertahankan pelanggan adalah kepuasan pelanggan. Selanjutnya, Philip Kotler (dalam Soedjas & Bayu, 2006: 55) disebutkan bahwa seorang pelanggan yang puas akan: Membeli lagi Mengatakan hal-hal yang baik tentang perusahaan kepada orang lain Kurang memperhatikan merek dan iklan produk pesaing Membeli produk lain dari perusahaan yang sama Seorang pelanggan dikatakan setia atau loyal apabila pelanggan tersebut menunjukan perilaku pembelian secara teratur atau terdapat suatu kondisi dimana memwajibkan pelanggan membeli paling sedikit dua kali dalam selang waktu tertentu (Thompson, 2000: 42). Universitas Sumatera Utara 40 2.5 Kepercayaan Pelanggan Kepercayaan (trust) merupakan pondasi dari bisnis. Membangun kepercayaan dalam hubungan jangka panjang dengan pelanggan adalah suatu faktor yang penting untuk menciptakan loyalitas pelanggan. Kepercayaan ini tidak begitu saja dapat diakui oleh pihak lain/ mitra bisnis, melainkan harus dibangun mulai dari awal dan dapat dibuktikan. Menurut Prasaranphanich (2007:231), ketika konsumen mempercayai sebuah perusahaan, mereka akan lebih suka melakukan pembelian ulang dan membagi informasi pribadi yang berharga kepada perusahaan tersebut. Menurut Hunt (dalam Tjiptono&Anastasia, 2000: 118), terdapat lima perspektif mengenai definisi kepuasan pelanggan: normative deficit, equity, normative standard, procedural fairness, dan attributional. Meskipun demikian, rumusan yang dominan dan paling banyak dijadikan acuan dalam literatur pemasaran dan perilaku konsumen adalah paradigma diskonfirmasi. Berdasarkan paradigma ini, kepuasan pelanggan diartikan sebagai evaluasi purnabeli, di mana persepsi terhadap kinerja produk/jasa yang dipilih sekurang-kurangnya memenuhi atau bahkan melebihi harapan prapembelian. Jika persepsi terhadap kinerja tidak sesuai dengan harapan, maka yang terjadi adalah ketidakpuasan. Kepuasan hanyalah salah satu di antara sekian banyak tipe emosi konsumen. Kepuasan pelanggan saja tidak cukup untuk dijadikan ukuran pengalaman konsumen. Oleh sebab itu, pelaku bisnis perlu memahami emosi pelanggannya secara efektif dan mengkombinasikan faktor rasional dan emosional konsumen dalam merancang strategi pemasarannya (Tjiptono&Anastasia, 2000: 124). Ekuitas merek menjadi jaminan kepercayaan konsumen untuk terus mengkonsumsinya. Citra korporat atau reputasi bisa menjadi payung bagi merek yang dibangun dengan investasi waktu dan biaya yang besar. Dengan reputasi, merek akan lebih terlindungi dan aman, sekaligus menjadi mother of brand, yang dapat melahirkan brand baru dengan biaya lebih kecil dengan kemampuan yang setara dengan merek sebelumnya (Sulaksana, 2003:30). Universitas Sumatera Utara 41 2.6 Kerangka Pemikiran Berdasarkan teori yang dijabarkan di atas, maka kerangka pemikiran yang dihasilkan peneliti adalah sebagai berikut: Strategi Komunikasi Pemasaran Sales The Body Shop Kepercayaan Pelanggan Gambar 2.2: Kerangka Pemikiran Universitas Sumatera Utara 42 2.7 Variabel Penelitian Variabel Teoritis Variabel Operasional Strategi Komunikasi Pemasaran The a. Produk Body Shop b. Harga c. Promosi d. Distribusi / Tempat e. Iklan f. Personal Selling g. Sales Promotion dan Pameran h. Public Relations Kepercayaan Pelanggan a. Attention (Perhatian) b. Interest (Ketertarikan) c. Desire (Keinginan) d. Action (Tindakan) Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin b. Usia c. Status d. Pekerjaan e. Tingkat Penghasilan f. Terdaftar Menjadi Member g. Frekuensi Membeli Produk Tabel 2.1: Variabel Penelitian Universitas Sumatera Utara 43 2.8 Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabelvariabel. 1. Strategi Komunikasi Pemasaran The Body Shop a. Produk Jenis produk menjadi pilihan konsumen/ responden untuk memenuhi kebutuhan yang akan dikonsumsi. Bagaimana pemilihan jenis produk The Body Shop pada konsumen/ responden. b. Harga Harga dari sebuah produk dapat mempengaruhi konsumen/ responden dalam memilih suatu produk. Harga menjadi salah satu perbandingan konsumen untuk memilih suatu produk. Harga produk The Body Shop yang menjadi pilihan responden. c. Promosi Promosi merupakan pengenalan serta ajakan perusahaan The Body Shop untuk menarik responden melakukan transaksi dan mengkonsumsi produk secara loyal. d. Distribusi/ Tempat Saluran produk The Body Shop dalam menjangkau konsumen/ responden. e. Iklan Apakah iklan atau advertising produk The Body Shop mempengaruhi konsumen/ responden untuk melakukan pembelian terhadap produk. Apakah informasi atau pesan dari iklan tersampaikan kepada konsumen. f. Personal Selling Penjualan langsung produk The Body Shop yang dilakukan oleh sales dalam memikat atau mempengaruhi konsumen dalam melakukan transaksi dengan mencakoki konsumen kelebihan dari produk The Body Shop. Universitas Sumatera Utara 44 g. Sales Promotion dan Pameran Apakah sales promotion serta pameran dari produk The Body Shop dapat memikat konsumen/ responden untuk membeli produk. h. Public Relations Membangun kepercayaan konsumen/ responden terhadap produk The Body Shop dengan menggelar acara yang menarik perhatian konsumen. 2. Kepercayaan Pelanggan a. Attention (Perhatian) Frekuensi pembelian konsumen, frekuensi konsumen melakukan transaksi atau pembelian di gerai The Body Shop merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat perhatian yang diberikan konsumen terhadap produk The Body Shop. b. Interest (Ketertarikan) Ketertarikan konsumen terhadap produk The Body Shop, ketika konsumen telah memberikan suatu perhatian kepada produk, itu berarti bahwa konsumen tersebut sudah memiliki ketertarikan tersendiri terhadap produk The Body Shop. c. Desire (Keinginan) Hasrat konsumen untuk menggunakan produk The Body Shop, tahapan selanjutnya dari rasa ketertarikan yang dimiliki konsumen terhadap produk tersebut adalah hasrat atau adanya dorongan yang menggerakkan konsumen untuk menggunakan atau menikmati produk The Body Shop tersebut. d. Action (tindakan) Melakukan pembelian, setelah mendapatkan informasi mengenai produk, memberikan perhatian khusus, memiliki ketertarikan tersendiri, berhasrat terhadap produk, berniat untuk mengambil tindakan, dan memutuskan sikap apakah akan menggunakan produk tersebut atau tidak, maka jawaban dari sikap tersebut adalah melakukan pembelian terhadap produk The Body Shop tersebut. Universitas Sumatera Utara 45 Memutuskan untuk terus menggunakan produk, melakukan pembelian terhadap produk merupakan harapan produsen dengan dipasangnya iklan produk The Body Shop, sama seperti tindakan konsumen yang memutuskan untuk terus menggunakan produk The Body Shop secara loyal. 3. Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin Dilihat dari jenis kelamin pelanggan yang menjadi responden dalam penelitian ini, apakah laki-laki atau perempuan. b. Usia Usia pelanggan yang datang mengisi kuesioner c. Status Status responden, apakah sudah menikah atau belum menikah d. Pekerjaan Pekerjaan atau profesi responden dalam penelitian e. Tingkat Penghasilan Penghasilan responden dalam penelitian f. Terdaftar Menjadi Member Sudah berapa lama pelanggan/ konsumen bergabung sebagai member dari produk The Body Shop g. Frekuensi membeli Produk Pelanggan/ Konsumen dalam membeli produk The Body Shop Universitas Sumatera Utara