bab i pendahuluan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cokelat secara umum adalah hasil olahan makanan atau minuman
dari biji kakao (Theobroma cacao). Ada berbagai macam bentuk cokelat
diantaranya cokelat bubuk, cokelat pasta, dan cokelat batang. Cokelat batang
merupakan bentuk cokelat padat yang paling di sering ditemui baik di minimarket
maupun toko makanan. Pengertian lain dari cokelat adalah gula-gula yang dibuat
dari bubuk cokelat (KBBI, 2016).
Di Indonesia terdapat beberapa macam merk cokelat batang yang terkenal,
diantaranya Silverqueen, Cadbury, Delfi. Tabel 1.1 adalah daftar Top Brand merk
cokelat pada bidang makanan tahun 2015.
Tabel 1.1 Top Brand Indonesia Produk Cokelat Batang
Merek
TBI*)
Top
Silverqueen
70.4%
Top
Delfi
10.2%
Top
Cadbury
8.2%
Toblerone
2.7%
*) Top Brand Index
Sumber : topbrand-award
Cokelat kini menjadi industri yang mulai berkembang. Perkembangan
indutri cokelat terbukti dengan semakin banyak munculnya usaha kecil dengan
merk dan brand lokal antara lain Coklat Joyo, Cokelat Ndalem, Chocolate
Monggo, Coklat Jogja, Cokoten, Efy Choco dan Cokelat Hobi. Perkembangan
pasar makanan ringan khususnya industri cokelat yang semakin bertumbuh,
1
2
memicu persaingan perusahaan untuk menciptakan produk yang sesuai dengan
harapan konsumen. Dalam persaingan usaha, produsen dituntut untuk terus
meningkatkan daya saing produknya. Selain harga, aspek kualitas produk
merupakan salah satu aspek yang menentukan daya saing suatu produk di pasaran
(Cohen, 1995).
Gambar 1.1 Logo Produk Cokelat Lokal
Sumber : Google Picture
Perusahaan harus selalu mengembangkan produk yang cocok dengan
kepribadian pelanggan dan mengintensifkan strategi komunikasi pemasaran untuk
terus menciptakan persepsi abadi produk mereka di benak target pelanggan
(Gonewa & Adiele. 2012)
Cokelat Hobi merupakan makanan ringan berupa cokelat batangan
berbahan dasar cokelat compound dengan tambahan beberapa variasi bahan
pendukung seperti abon atau kacang. Cokelat Hobi dikemas dalam bentuk padatan
dengan kemasan primer aluminium foil dan kemasan sekunder berupa kertas
yang dilengkapi dengan desain gambar. Salah satu keunikan Cokelat Hobi adalah
rasa yang orisinil dan tempat penjualan/ gerai yang hanya berada di wilayah Jogja
sehingga cocok sebagai oleh-oleh. Cokelat Hobi memiliki dua variasi, yaitu
3
cokelat dengan tambahan abon (Chocobon) dan Cokelat dengan tambahan kacang
oven (Chococang). Gambar 1.2 dan 1.3 merupakan gambar produk Cokelat Hobi
Gambar 1.2 Produk Chococang (Cokelat Kacang)
Gambar 1.3 Chocobon (Cokelat Abon)
Dari data penjualan selama tahun 2015 dapat diketahui bahwa terjadi
penurunan tingkat penjualan. Tingkat return yang tinggi yakni diatas 25 % dengan
waktu lebih dari satu bulan menjadi alasan utama perbaikan produk Cokelat Hobi.
Hasil studi pendahuluan tentang permasalahan UKM Cokelat Hobi terlampir pada
Lampiran 1. Tingkat penjualan dapat dilihat pada Gambar 1.4 grafik penjualan
tahun 2015 .
4
Jumlah dalam pack
Grafik Penjualan Cokelat Hobi Tahun 2015
250
200
150
100
Pengiriman
50
Produk terjual
0
Bulan Penjualan
Gambar 1.4 Grafik Penjualan Cokelat Hobi Tahun 2015
Sumber : UKM Cokelat Hobi
Berdasarkan hasil kuisioner terbuka kepada konsumen dan calon
konsumen sebelum penelitian dilakukan yang terlampir pada Lampiran 2, ada
beberapa hal perbaikan yang kurang sesuai dengan selera responden. Menurut
responden hal yang harus ada dalam pada atribut produk cokelat diantaranya
adalah tekstur yang lembut, rasa cokelat yang dominan, kemasan yang menarik,
dan harga yang sesuai. Adapun kelemahan Cokelat Hobi menurut responden
adalah resep dan komposisi yang terbilang baru, dimana belum pernah ada
sebelumnya sehingga dirasa kurang pas bagi konsumen, ukuran produk yang
kurang optimal, serta desain kemasan yang kurang menarik perhatian (Eye
Catching). Kelemahan tersebut menjadi faktor yang perlu diperbaiki. Adapun
kelebihan dari Cokelat Hobi, yaitu memiliki resep yang tidak biasa sehingga
terlihat unik, inovatif, dan bercita rasa khas.
Dengan latar belakang demikian maka muncul sebuah ide untuk
menciptakan produk cokelat batangan variasi baru hasil evaluasi dari Chocobon
dan Chococang. Penentuan kebutuhan teknis yang dibutuhkan dilakukan dengan
metode Quality Function Deployment. Metode ini dipilih karena memiliki
5
beberapa manfaat, diantaranya mengurangi biaya start-up, memperpendek siklus
desain, penyediaan dokumentasi, dan meningkatkan kerjasama dalam tim
perusahaan (Irawati, dkk. 2014).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah
A. Apa saja kriteria kualitas produk cokelat yang sesuai dengan keinginan
konsumen ?
B. Apa kebutuhan teknis yang diperlukan dalam membuat variasi baru
produk cokelat batangan ?
1.3 Batasan Penelitian
Penelitian dilakukan di UKM Cokelat Hobi. Batasan yang tetapkan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
A. Produk yang digunakan sebagai objek penelitian adalah Chocobon dan
Chococang.
B. Pengambilan sampel dilakukan secara langsung di Sleman dan kota
Yogyakarta sebagai presentasi berkumpulnya target pasar.
C. Perbaikan dan pengembangan produk difokuskan pada desain kemasan
dengan evaluasi konsumen, penampilan kemasan, ukuran produk, serta
komposisi bahan yang sesuai dengan selera konsumen.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
A. Mengetahui atribut-atribut yang menjadi kelemahan produk Cokelat Hobi
seperti komposisi bahan, ukuran produk, serta desain kemasan.
6
B. Menentukan kebutuhan teknis yang diperlukan untuk membuat produk
cokelat batangan khas Cokelat Hobi yang sesuai dengan harapan target
pelanggan.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini bagi UKM Cokelat Hobi yaitu, sebagai
evaluasi terhadap hal-hal yang perlu diperbaiki. Evaluasi tersebut menjadi dasar
penentuan kebutuhan teknis untuk menciptakan variasi produk cokelat batangan
baru. Bagi konsumen, penelitian ini menjawab harapan konsumen atas produk
cokelat batangan yang diinginkan.
Download