BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Manajemen Pemasaran
1.1 Pengertian Manajemen
Menurut Robbins dan Coulter (2007) manajemen adalah proses
pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut
terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.
Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input terkecil;
digambarkan sebagai “melakukan segala sesuatu secara benar”.Sedangkan
efektivitas mengacu pada menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga
sasaran organisasi dapat tercapai; digambarkan sebagai “melakukan segala
sesuatu yang benar”.
1.2 Pengertian Pemasaran
Asosiasi Pemasaran Amerika menawarkan definisi formal berikut:
Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk
menciptakan,
mengomunikasikan,
dan
menyerahkan
nilai
kepada
pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang
menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Kotler dan Keller
(2009).
Kotler dan Keller (2009) melihat manajemen pemasaran sebagai seni
dan ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga, dan
11
menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan,
menyerahkan dan
mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.
Definisi sosialnya adalah: Pemasaran adalah suatu proses sosial
yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara
bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Kotler dan
Keller (2009).
1.3 Pengertian Manajemen Pemasaran
Kotler dan Keller (2009)mendefinisikan manajemen pemasaran adalah
sebagai berikut: “Seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih,
mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan,
menghantarkan, dan mengomunikasikan nilai pelanggan yang unggul.
2. Pengertian Lokasi
Citra Mall dibentuk mulai dari lokasinya dari banguann karakter
bangunan di dekatnya, jalan-jalan, dan bisnis yang mempengaruhi persepsi
orang tentang sebuat Mall.Pemilihan lokasi sangat penting dimiliki oleh
sebuah Mall besar. Hal ini akan mempengaruhi minat beli pengunjung
untuk datang dan memutuskan untuk kembali datang pada waktu yang
akan datang sehingga tujuan dari Mall tersebut tercapai. Lokasi adalah
letak atau took pengecer pada daerah yang strategis sehingga dapat
memaksimumkan laba (Swasta dan Irawan, 2003).
12
Sedangkan itu teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang
(spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi
geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan
atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan
lain baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2006).
Teori lokasi adalah suatu penjelasan teoretis yang dikaitkan dengan
tata ruang dari kegiatan ekonomi. Hal ini selalu dikaitkan pula dengan
alokasi geografis dari sumber daya yang terbatas yang pada gilirannya
akan berpengaruh dan berdampak terhadap lokasi berbagai aktivitas baik
ekonomi maupun sosial (Sirojuzilam, 2006).Pemilihan lokasi untuk
berbisnis harus dilakukan secara hati-hati, meskipun kesuksesan tidak
hanya bergantung pada lokasi bisnis.Maka dari itu para pelaku bisnis harus
mempertimbangkan hal-hal strategis dalam menentukan lokasi. Menurut
Tjiptono dan Chandra (2005), pemilihan lokasi fisik memerlukan
pertimbangan cermat terhadap faktor-faktor berikut:
1. Akses yaitu lokasi dilalui dan mudah dijangkau sarana transportasi
umum..
2. Visibilitas yaitu kemudahan untuk dilihat.
3. Lalu lintas, ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu banyaknya orang
yang lalulalang bisa memberikan peluang yang besar terjadinya impuls
buying dan kepadatan serta kemacetan bisa menjadi hambatan.
4. Tempat parker yang luas, nyaman dan aman.
13
5. Ekspansi yaitu tersedianya tempat yang luas untuk perluasan
dikemudian hari.
6. Lingkungan yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang di
tawarkan.
7. Kompetisi yaitu lokasi pesaing.
Pemilihan lokasi yang baik dapat menarik minat beli pengunjung
untuk datang dan memutuskan untuk kembali datang dikemudian hari.
Dengan memperhatikan faktor-faktor dalam memilih lokasi fisik
seperti yang disebutkan diatas akan memudahkan para pengunjung
untuk menemukan lokasi dari pada Mall tersebut. Dengan demikian
maka perusahaan dalam hal ini harus memperhatikan faktor-faktor
tersebut guna menarik minat beli pengunjung.
Hubungan lokasi dengan minat beli.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi berpengaruh signifikan
terhadap minat beli konsumen.Pemilihan lokasi mempunyai fungsi yang
strategis karena dapat ikut menentukan tercapainya tujuan badan
usaha.Lokasi lebih tegas berarti tempat secara fisik (Bayu 2010).Lokasi
adalah letak atau toko pengecer pada daerah yang strategis sehingga dapat
memaksimumkan laba. Perusahaan sebaiknya perlu secara matang
mempertimbangkan pemilihan lokasi usaha untuk pengembangan di masa
depan(Kotler 2005). Dari penelitian yang dilakukan (Raharjani 2005)
strategi lokasi adalah salah satu determinan yang paling penting dalam
perilaku pembelian konsumen, pengecer harus memilh lokasi yang
14
strategis dalam menempatkan tokonya.Dapat disimpulkan bahwa variablel
lokasi adalah hal yang dipertimbangkan oleh konsumen.
3. Pengertian Keberagaman Produk
Keberagaman produk merupakan salah satu unsur yang harus
diperhatikan oleh suatu bisnis ritel.Dengan adanya keberagaman produk
yang baik, perusahaan dapat menarik konsumen untuk berkunjung dan
melakukan
pembelian.Menurut
Kotler
(2003)
kelengkapan
produk/keragaman barang adalah tersedianya semua jenis produk yang
ditawarkan untuk dimiliki, dipakai atau dikonsumsi oleh konsumen yang
dihasilkan oleh suatu produsen.
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan adalah
bagaimana membuat berbagai keputusan tentang bauran produk yang
dihasilkan pada saat ini meupun untuk masa mendatang. Menurut Kotler
dan Keller (2007) mendefinisikan keragaman produk sebagai berikut
:“Keragaman produk adalah kumpulan seluruh produk dan barang yang
ditawarkan penjual tertentu kepada pembeli” Sedangkan menurut Henry
Simamora (2000) mendifinisikan keragaman produk sebagai berikut :
“Keragaman produk (produk assortment) ialah seperangkat lini produk dan
unsur yang ditawarkan oleh penjual tertentu pada para pembeli”.
15
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keragaman produk
adalah kumpulan seluruh produk dan barang yang ditawarkan penjual
tertentu pada pembeli.
Ada 6 hierarki produk Menurut Kotler dan Keller (2007) yaitu :
1. Keluarga kebutuhan (need family) adalah kebutuhan inti yang
mendasari keberadaan suatu kelompok produk.
2. Keluarga produk (product family) adalah semua kelas produk yang
dapat memenuhi kebutuhan dengan lumayan efektif.
3. Kelas produk (product class) adalah sekelompok produk dalam
keluarga produk yang diakui mempunyai ikatan fungsional tertentu.
4. Lini produk (product line) adalah sekelompok produk dalam kelas
produk yang saling terkait erat karena produk tersebut melakukan
fungsi yang sama, dijual kepada kelompok pelanggan yang sama, dan
dipasarkan melalui saluran yang sama, atau masuk ke dalam rentang
harga tertentu.
5. Jenis produk (producy type) adalah sekelompok barang dalam lini
produk yang sama-sama memiliki salah satu dari beberapa
kemungkinan bentuk produk tersebut.
6. Barang (item) adalah unit tersendiri dalam suatu merek atau lini
produk yang dapat dibedakan berdasarkan ukuran, harga, penampilan,
atau suatu ciri lain.
16
Dalam sebuah perusahaan, tentunya perusahaan ingin memperluas
bisnis mereka dengan menciptakan beberapa produk baru yang dapat
menyentuh konsumen pasar. Dimensi Bauran Produk yang salah satu
tujuannya
adalah
untuk
memudahkan
perusahaan
dalam
mengembangkan bisnis perusahaan.
Perencanaan keragaman produk pada perusahaan harus dilakukan
dengan sangat hati-hati, dalam merencanakan keragaman produk ada
hal-hal yang harus dipertimbangkan. Utami (2006:16) mengungkapan
bahwa dalam keragaman produk hal-hal yang harus dipertimbangkan
meliputi :
1. Variasi kelengkapan produk
Variasi kelengkapan produk adalah sejumlah kategori barangbarang yang berbeda didalam toko atau department store.Toko
dengan banyak jenis atau tipe produk barang yang dijual dapat
dikatakan mempunyai banyak ragam katagori produk yang
ditawarkan.
2. Variasi merek produk
Variasi merek produk merupakan banyaknya jenis merek
produk yang ditawarkan, dapat didefinisikan sebagai presentase
permintaan untuk beberapa standar kualitas umum yang
memuaskan.
17
3. Variasi ukuran produk
Variasi
ukuran
produk
atau
keberagaman
(assortmen)
merupakan sejumlah standar kualitas umum dalam kategori
toko
dengan keberagaman
yang
luas dapat
dikatakan
mempunyai kedalam (depth) yang baik.
4. Variasi kualitas produk
Kualitas produk merupakan standar kualitas umum dalam
katagori barang berkaitan dengan kemasan, lebel, ketahanan
suatu produk, jaminan, bagaimana produk dapat memberikan
manfaat.
Melalui pertimbangan beberapa variasi diantaranya variasi
kelengkapan produk, variasi merek produk, variasi ukuran
produk dan variasi kualitas produk yang baik maka akan
menimbulkan minat untuk membeli terhadap produk tersebut.
Keragaman produk yang dihasilkan suatu perusahaan memiliki
lebar, panjang, kedalaman dan konsistensi tertentu. Gambaran menurut
Kotler dan Keller (2007) adalah sebagai berikut :
1. Lebar : bauran produk mengacu pada berapa banyak lini produk
berbeda yang dijual di perusahaan.
18
2. Panjang : bauran produk mengacu pada jumlah total produk dalam
bauran.
3. Kedalaman : bauran produk mengacu pada banyaknya varian yang
ditawarkan.
4. Konsistensi : seberapa dekat hubungan dari berbagai lini produk
pada pengguna akhir, persyaratan produksi, saluran distribusi, atau
dengan cara lain.
Produk yang lengkap dan bervariasi yang ditawarkan dalam
sebuah Mall akan meningkatkan minat beli pengunjung. Hal ini
dapat dilihat dari kebutuhan pengunjung yang beraneka ragam.
Dengan adanya keberagaman produk yang ditawarkan dalam
sebuah Mall maka pengunjung tidak akan sulit untuk menemukan
produk yang dibutuhkannya. Sehingga pengunjung tidak harus
mencari produk yang diingikannya di Mall lain. Oleh karena itu
keberagaman produk dalam sebuah Mall akan meningkatkan minat
beli pengunjung.
Hubungan keberagaman produk dengan minat beli.
Hasil
penelitian
menunjukan
bahwa
keberagaman
produk
berpengaruh terhadap minat beli.Produk dibeli oleh konsumen karena
dapat memenuhi kebutuhan tertentu atau memberi manfaat tertentu.
Dalam hal ini keberagaman produk dapat dilihat dari kategori produk
yang tersedia di suatu perusahaan retail atau swalayan, dimana
19
pemasar membagi produk berdasarkan proses pembelian dan
penggunaannya menjadi produk konsumsi dan produk industri.Produk
dalam istilah pemasaran (Marketing) adalah bentuk fisik barang yang
di tawarkan dengan seperangkat citra (Image) dan jasa (service) yang
di gunakan untuk memuaskan kebutuhan konsumen (Kismono 2001).
4. Pengertian Kelas Sosial Ekonomi
Di masyarakat adanya pengklasifikasi anggota masyarakat ke
dalam kelompok-kelompok (kelas sosial) tertentu, merupakan hal yang
lumrah.Secara umum klasifikasi tingkatan kelas sosial di masyarakat
secara ekonomi ada tiga yaitu mempunyai pendapatan sangat tinggi,
ada yang menengah dan dan sebaliknya pendapatan rendah.
Tinjauan tentang kelas sosial umumnya mengatakan, kedudukan
seseorang dalam kelas sosial mempengaruhi kemampuannya berakses
pada sumber-sumber daya (access to resources). Lloyd Warner (1941)
dalam buku Rhenald Kasali (2000) membagi pasar ke dalam enam
kelas sosial, yaitu :
1. Kelas atas-atas
2. Kelas atas bagian bawah
3. Kelas menengah atas
4. Kelas menengah bawah
5. Kelas bawah bagian atas
6. Kelas bawah bagian bawah
20
Di
Indonesia
pembagian
kelas
sosial
ekonomi
itu
sendiri
dikelompokan secara abstrak sebagai berikut:
1. Kelas A+ (Kelas atas-atas)
2. Kelas A (Kelas atas bagian bawah)
3. Kelas B+ (Kelas menengah bagian atas)
4. Kelas B (Kelas menengah bawah)
5. Kelas C+ (Kelas bawah bagian atas)
6. Kelas C (Kelas bawah bagian bawah)
Pembagian
kelas
sosial
ini
biasanya
disertai
dengan
pengelompokan berdasarkan daya beli (penghasilan) individu yang
disandang masing-masing kelas. Pembagian menurut penghasilan ini
harus disesuaikan dengan variabel-variabel lain seperti tingkat
pendidikan, prestise pekerjaan, dan usia seseorang.
Tabel 2.1
Kelas sosial dan penghasilan di kota metropolitan
Penghasilan Keluarga/bulan
Kelas
Pandangan Mewah
Pandangan Sederhana
A+
 Rp. 8 juta
 Rp. 2 juta
A
 Rp. 6-8 juta
 Rp. 1-2 juta
B+
 Rp. 4-6 juta
 Rp. 0,7-1 juta
B
 Rp.0,7-4 juta
 Rp. 0,3-0,7 juta
C+
 Rp. 0,3-0,7 juta
 Rp. 0,1-0,3
C
 < Rp. 0,3 juta
 < Rp. 100.000
Sumber : Rhenald Kasali
21
Menurut Suryani (2008) ada 2 sifat kelas sosial yaitu :
a. Hirarkis
Artinya bahwa kelas sosial itu bersifat berjenjang, ada yang paling
rendah, menegah dan tinggi.
b. Dinamis
Artinya bahwa kelas sosial seorang konsumen dapat berubah menjadi
lebih tinggi (naik) atau sebaliknya dapat mengalami penurunan.
Pengukuran kelas sosial adalah upaya untuk mengetahui posisi
individu dalam kelas sosial yang dilakukan dalam metodologi yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Menurut Suryani (2008) terdapat tiga pendekatan untuk mengukur
kelas sosial :
1. Pengukuran Subyektif
Pengukuran ini dilakukan secara langsung kepada masyarakat
dengan cara memberikan pertanyaan kepada konsumen tentang
kelas sosialnya. Sehingga konsumen sendirilah yang menempatkan
dirinya sendiri termasuk kedalam kelompok kelas sosialnya.
2. Pengukuran Reputasi
Pengukuran ini dilakukan dengan cara menanyakan kepada orang
lain yang mengenal tentang lingkungan sosial yang terkait dengan
konsumen yang akan diukur.
22
3. Pengukuran Obyektif
Pengukuran ini sedikit agak rumit karena kita tidak bisa bertanya
secara langsung kepada konsumen dan kemudan dapat langsung
menentukan
kelas
sosial
seseorang.Pada
pengukuran
ini
dibutuhkan indikator untuk mengukur kelas sosial.
Ada beberapa indikator yang sering digunakan untuk mengukur
kelas sosial:
1. Pekerjaan
Pekerjaan merupakan hal yang terkait langsung dengan
kedudukan seseorang di masyarakat.
2. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin
tinggi pula pendapatan yang akan diterima.
3. Pendapatan
Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin
makmur dan sejahtera serta dihargai di masyarakat.
Kelas sosial seseorang dapat dilihat dari beberapa faktor,
diantaranya pekerjaan, pendidikan dan pendapatan. Apabila
semakin tinggi pendapatan sesorang maka akan semakin tinggi
pula minat beli terhadap suatu produk.
Hubungan kelas sosial ekonomi dengan minat beli.
Setiap
masyarakat
memiliki
pengelompokan
status
terutama berdasarkan kesamaan dalam pendapatan, pendidikan dan
23
pekerjaan dari kesaman-kesamaan inilah muncul sikap sosial yang
mencirikan kelastertentu.Para peneliti telah mendokumentasikan
nilai-nilai dari kelas sosial yang berbeda yang berkaitan dengan
mengetahui kelas sosial pembeli maka dapat membantu penjual
membedakan perilaku tertentu yang relevan terhadap pemasaran
dari produk tertentu. Dan faktor-faktor sosial ini terdiri dari
kelompok referensi, keluarga serta peran dan status (Setiadi,2003)
5. Pengertian Minat Beli
Menurut Kotler & Keller (2012),customer buying decision all
their experience is learning choosing, using even disposing of
product. Yang memiliki arti minat beli konsumen adalah sebuah
prilaku konsumen dimana konsumen mempunyai keinginan dalam
membeli dan memilih suatu produk, berdasarkan pengalaman
dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan
menginginkan suatu produk.
Minat beli (purchase intention) merupakan sesuatu yang
berhubungan
dengan
rencana
konsumen
untuk
membeli
produk/jasa tertentu, serta berapa banyak unit produk/ jasa yang
dibutuhkan pada periode tertentu (Kumala, 2012). Rossiter dan
Percy dalam Prawira dan Yasa (2012) mengemukakan bahwa
minat beli merupakan instruksi diri konsumen untuk melakukan
pembelian atas suatu produk, melakukan perencanaan, mengambil
24
tindakan-tindakan yang relevan seperti mengusulkan, dan akhirnya
mengambil keputusan untuk melakukan pembelian.
Minat beli diperoleh dari suatu proses belajar dan proses
pemikiran yang membentuk suatu persepsi. Minat beli ini
menciptakan suatu motivasi yang terus terekam dalam benaknya
dan menjadi suatu keinginan yang sangat kuat yang pada akhirnya
ketika seorang konsumen harus memenuhi kebutuhannya akan
mengaktualisasikan apa yang ada didalam benaknya itu. Kotler dan
Amstrong dalam Vernandy (2013) mengatakan bahwa pada tahap
evaluasi konsumen membentuk preferensi diantara pilihan brand
dan mungkin akan membentuk minat beli terhadap brand yang
paling mereka suka.
Minat beli merupakan suatu proses yang mendorong
seseorang untuk yakin dalam melakukan pembelian. Munculnya
minat beli berasal dari pencarian informasi terkait pengetahuan dan
manfaat produk.Intensitas pencarian informasi membuat orang
selalu mencari informasi mengenai suatu produk, hal ini
merupakan pertanda bahwa orang itu memiliki minat beli yang
tinggi. Selanjutnya orang yang tidak intensif dalam dalam mencari
informasi menandakan bahwa ia memiliki minat beli yang rendah
(Indriani dan Hendiarti dalam Norfiyanti, 2009)
25
Menurut Ferdinand dalam Vernandy (2013), minat beli dapat
didefinisikan melalui indikator-indikator sebagai berikut:
a.
Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk
membeli produk.
b.
Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk
mereferensikan produk kepada orang lain.
c.
Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan
perilaku seseorang yang memiliki preferensi utama pada
produk tersebut. Preferensi ini hanya dapat diganti jika
terjadi sesuatu dengan produk preferensinya.
d.
Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku
seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk
yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung
sifat-sifat positif dari produk tersebut.
Sedangkan menurut Assael(2002)minat beli Konsumen adalah
tahap timbulnya hasrat atau minat konsumen untuk membeli
produk.
Dalam tahap-tahap minat beli konsumen terdapat suatu konsep
yaitu konsep AIDA diantaranya :
1).
Perhatian (Attention). Merupakan tahap awal dalam menilai
suatu produk atau jasanya yang dibutuhkan calon
26
pelanggan, dimana dalam tahap ini calon pelanggan nilai
mempelajari produk / jasa yang ditawarkan.
2).
Ketertarikan (Interest). Minat calon pelanggan timbul
setelah mendapatkan informasi yang lebih terperinci
mengamati produk / jasa.
3).
Keinginan (Desire). Calon pelanggan memikirkan serta
berdiskusi yang menyebabkan keinginan dan hasrat untuk
membeli produk / jasa yang ditawarkan. Dalam tahapan ini
calon pelanggan harus maju serta tingkat dari sekedar
tertarik akan produk. Tahap ini ditandai dengan hasrat yang
kuat dari calon pelanggan untuk membeli dan mencoba
produk.
4).
Tindakan (Action). Melakukan pengambilan keputusan
yang pasif atas penawaran. Pada tahap ini calon pelanggan
yang telah mengunjungi perusahaan akan mempunyai
tingkat kemantapan akan membeli atau menggunakan suatu
produk yang ditawarkan.
Sebelum seseorang minat untuk membeli suatu produk ada
beberapa tahapan yang dilalui, diantara tentang memperhatikan
produk
tersebut
kemudian
menimbulkan
ketertarikan
dan
keinginan yang berujung pada suatu tindakan untuk menggunakan
produk yang ditawarkan tersebut.
27
Dimensi minat beli menurut Cardova & Leppe (1996), Renninger
& Hidi (2002), Wolters (1998), Renninger (2002) sebagai berikut :
1.
Situasi Pemicu Ketertarikan
2.
Situasi Pemeliharaan Ketertarikan
3.
Munculnya Ketertarikan Individu
4.
Ketertarikan individu yang dikembangkan dengan baik.
B. Peneliti Terdahulu
Tabel 2.2 Peneliti Terdahulu
No. Judul
Peneliti
Hasil
1.
Analisis Pengaruh
Suasana Restoran
(Restaurant
Atmosphere) Dan
Lokasi
Terhadap
Minat
Beli
Konsumen
Di
Bakso
Mataram
Garuda
Sakti
Panam. 2015
Melva Juliardi.
Fakultas Ekonomi
Dan Ilmu Sosial
Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif
Kasim Pekanbaru
Riau
Dari Uji Secara Parsial ( Uji
T ) di ketahui bahwa
variabel Lokasi secara
parsial
berpengaruh
signifikan terhadap Minat
Beli Konsumen Di Bakso
Maataram Garuda Sakti
Panam
sedangkan
berdasarkan
berdasarkan
hasil uji secara simultan (
Uji F ) diketahui bahwa
Variabel
Suasana
Dan
Lokasi secara bersamasama
berpengaruh
signifikan terhadap Minat
Beli Konsumen Di Bakso
Mataram Garuda Sakti
Panam.
2.
Pengaruh Selebriti
Endorser
Dan
Keberagaman
Produk Terhadap
Minat Beli (Studi
[1] Rofiqo, [2] Eko
Agus Alfinto.
Fakultas Ilmu Sosial
Ilmu
Politik,
Jurusan
Hasil penelitian uji t
menunjukkan
bahwa
variabel selebriti endorser
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap minat
28
3.
4.
Pada
Konsumen
Larutan Penyegar
Cap Kaki Tiga Di
Mini Market Joni
Jaya Prigen). 2015
Analisis
Faktor
Budaya, Kualitas
Produk Dan Kelas
Sosial
Terhadap
Minat
Beli
Konsumen Bubuk
Kopi Ulee Kareeng
(Studi Kasus Di
Warung Kopi Jasa
Ayah (Solong) Ulee
Kreeng
Banda
Aceh). 2010
Pengaruh Lokasi,
Keberagaman
Produk, Harga, Dan
Kualitas Pelayanan
Pengaruhnya
Terhadap
Minat
Beli Pada Pasar
Tradisional
Bersehati Calaca.
2013
Administrasi Niaga beli,
sedangkan
Universitas
keberagaman produk tidak.
Yudharta Pasuruan
ZIJLFIKAR Dosen
Jurusan Tata Niaga
Politeknik Negeri
Lhokseumawe
Hendra
Fure
Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis, Jurusan
Manajemen
Universitas
Sam
Ratulangi Manado
Dari hasil penelitian, maka
dapat disimpulkan bahwa di
Aceh
khususnya
Kota
Banda
Aceh
pengaruh
budaya, kualitas poduk dan
kelas
sosial
sangat
mempengaruhi minat beli
bubuk kopi Ulee Kareeng
Jasa Ayah (Solong). lni
terlihat dari nilai sig t yang
diperoleh dari masingmasing
variabel
yang
berada di bawah 5% sebagai
batas penerimaan hipotesis.
Dari hasil penelitian maka
dapat disimpulkan bahwa
Lokasi,
Keberagaman
Produk,
Harga,
Dan
Kualitas Pelayanan Secara
Bersama
Berpengaruh
Signifikan Terhadap Minat
Beli Pada Pasar Tradisional
Bersehati
Calaca.Lokasi
Secara Parsial Berpengaruh
Signifikan Terhadap Minat
Beli Pada Pasar Tradisional
Bersehati,
Keberagaman
Produk
Berpengaruh
Signifikan Terhadap Minat
Beli Pada Pasar Tradisional
Bersehati,
Harga
Berpengaruh
Signifikan
Terhadap Minat Beli Pada
Pasar Tradisional Bersehati,
Dan Kualitas Pelayanan
29
5.
Pengaruh
Keberagaman
Produk Dan Etika
Bisnis
Islam
Terhadap
Minat
Pembelian
Konsumen (Studi
Di Baitul Muslim
Assidiqi
Yogyakarta) 2015
Berpengaruh
Signifikan
Terhadap Minat Beli Pada
Pasar Tradisional Bersehati
.
Ardian Cahyono
Berdasarkan hasil penelitian
Universitas Islam dapat disimpulkan bahwa
Negeri
Sunan ada pengaruh yang positif
dan
signifikan
antara
Kalijaga
Keragaman Produk di Toko
Yogyakarta
Baitul Muslim Assidiq
Yogyakarta terhadap Minat
Pembelian Konsumen.
30
C. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penelitian terdahulu dan
mendasarkan tinjaun teori maka
dikembangkan kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini model yang
dikonstruksikan sebagai berikut:
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran Teoritis
Lokasi (X1)
H1
Keberagaman
Produk (X2)
H1
Minat Beli (Y)
H3
Kelas Sosial
Ekonomi (X3)
H4
31
D. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun
dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan pada permasalahan dan
tujuan penelitian yang diuraikan sebelumnya maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah :
H1
:Lokasi berpengaruh positif dan sigifikan terhadap minat beli
pengunjung ke Mall Metropolis Town Square Tangerang.
H2
: Keberagaman produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap
minat beli pengunjung ke Mall Metropolis Town Square
Tangerang.
H3
: Kelas sosial ekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap
minat beli pengunjung ke Mall Metropolis Town Square
Tangerang.
H4
:Lokasi,
Keberagaman
Produk
dan
Kelas
Sosial
Ekonomiberpengaruh positif dan signifikan terhadap Minat Beli
Pengunjung ke Mall Metropolis Town Square.
Download