BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Periklanan Sebagai Proses Komunikasi Secara Etimologi, istilah komunikasi berasal dari kosakata Latin yakni Communicare yang mempunyai arti berpartisipasi ataupun memberitahu. Ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam berkomunikasi, juga dapat digambarkan dalam berbagai macam model komuniaksi.1 Sementara itu menurut Ilmuwan Himstreet dan Baty dalam karyanya Business Communications: Principles and Methods, Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu sistem yang biasa lazim baik berupa simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan.2 Para Ilmuwan seperti John R Wenburg dan Wiliam W Wilmot mengemukakan bahwa setidakanya terdapat Tiga pemahaman mengenai kontekstual komunikasi yakni komunikasi sebagai tindakan satu arah,komunikasi sebagai interaksi,dan komunikasi sebagai transaksi.3 Mengenai komunikasi sebagari tindakan yang bersifat satu arah (linier) yakni proses dimana pesan diibaratkan mengalir dari suatu sumber dengan melaui beberpa komponen menuju komunikan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat dari Ilmuwan Everett M Rodgers yang berpendapat bahwa,”Komunikasi ialah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku mereka”.4 Komunikasi juga dipahami sebagai suatu bentuk komunikasi interaksi yakni saling mempengaruhi 1 (mutual influence).Sementara itu Ilmuwan Karl Dedy Mulyana.Suatu Pengantar Ilmu Komunikasi.Bandung:Rosdakarya.2008.Hal 46 Himstreet & Baty.Buisness Communications : Principles and Methods.2006.Hal 3 3 Ibid.Hal 67 4 Hafied Cangara.Pengantar Ilmu Komunikasi.Jakarta: Rajawali Pers.1998.Hal 18 2 Erick Rosengren mendeskripsikan bahwa,”Beberapa Proses A (perilaku) berubah sebagai hasil beberapa proses B (perilaku) begitu juga sebaliknya dalam setidaknya Satu - dan sering lebih dari Satu - Putaran penuh”. Sebenarnya seperti yang dikemukakan oleh Ilmuwan Karl Erick Rosengren beginilah cara tumbuhan berinteraksi dengan tumbuhan, tumbuhan dengan hewan, dan hewan dengan hewan. Komunikasi yang dilakukan oleh seorang manusia mungkin tidak sepasif itu sebab manusia memiliki kesadaran dalam berpikir.5 Kontekstualisasi yang ketiga dalam komunikasi yakni sebagai transaksi. Dalam konteks ini komunikasi adalah proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Sehingga pada derajat tertentu para pelakunya akan sadar akan kehadiran orang lain di dekatnya dan bahwasahnya komunikasi sedang berlangsung,meskipun pelaku tidak dapat mengendalikan (control) sepenuhnya bagaimana orang lain menafsirkan perilaku dari segi verbal maupun non verbal. Lebih dari itu kita mengetahui bahwa mitra komunikasi kita megetahuinya. Kita mengetahui bahwa mereka mengetahui bahawa kita mengetahuinya begitu juga seterusnya. Komunikasi sebagai transaksi bersifat Intersubjektif yang berarti komunikasi penuh manusia.6 Komunikasi mencakup segala aspek kehidupan manusia dan menentukan kualitas hidup manusia serta mempelajari segala segi pernyataan antara manusia salah satunya komunikasi yang terjadi antara seorang individu dengan banyak individu lainnya ataupun yang lebih dalam segala aspek kehidupan dalam menjalin komunikasi yang selaras menghasilkan timbal balik yang diharapkan. Salah satu Ilmuwan Komunikasi yang mencetuskan mengenai konsep komunikasi massa yang pertama dan paling terkenal adalah Harold Lasswel dalam artikel klasiknya pada tahun 1948 mengemukakan model komunikasi yang sederhana dan sering dikutip banyak orang yakni Siapa (who), Berbicara apa (says 5 6 Karl Erick Rosegren. Communication : And Introduction. London: Sage, 2000,Hal 36 Ibid.36 what), dalam Saluran yang mana (in which channel), Kepada siapa (to whom) dan Pengaruh seperti apa (what that effect).7 Model komunikasi dibuat untuk membantu dalam memberi pengertian tentang komunikasi dan juga untuk menspesifikasi bentuk-bentuk komunikasi yang ada dalam hubungan antar manusia.Komunikasi meliputi berbagai dimensi, salah satunya adalah komunikasi massa. Istilah komunikasi massa kadang telah diberi definisi dalam dua cara yakni komunikasi melalui media dan komunikasi secara umum. 2.2 Periklanan Mulai dari teori mendasar mengenai definisi periklanan menurut Ilmuwan Philip Kotler yang menyatakan bahwa Periklanan adalah segala bentuk penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Menelaah mengenai ruang lingkup periklanan yang peranannya sangat penting dari suatu perusahaan dalam memperkenalkan suatu produk maupun jasa kepada khalayak ramai. Tentunya hal ini membutuhkan aspek teoritis,tekhnis,maupun praktis dalam bahan pertimbangan baik dari pihak produsen atau perusahaan serta Advertising Agency untuk memproduksi suatu iklan yang berkualitas di suatu media tertentu untuk disajikan kepada para konsumen. 2.2.1 Fungsi Periklanan 7 Sthepen W Littlejohn.Theories of Human Communication.Edisi 5.Belmont,California: Wadsworth.1996.Hal 5 Adapun fungsi periklanan menurut Ilmuwan Terence A. Shimp dalam buku karyanya mengemukakan bahwa terdapat Lima aspek utama dalam fungsi periklanan adalah sebagai berikut8 : 1. Memberikan Informasi (informing) Iklan membuat konsumen menyadari adanya produk baru, menginformasikan mengenai ciri-ciri produk serta kegunaannya. 2. Membujuk dan mempengaruhi (persuading) yakni Iklan yang baik harus dapat membujuk konsumen untuk mencoba produk yang diiklankan. Terkadang bujukan tersebut mengambil bentuk dengan cara mempengaruhi permintaan-permintaan primer (primer demand), yaitu menciptakan permintaan bagi seluruh kategori produk. Akan tetapi yang lebih sering iklan berusaha untuk membangun Permintaan Sekunder (secondary demand), yaitu permintaan terhadap merek dari produk perusahaan. 3. Mengingatkan (reminding) Iklan juga dapat menjaga agar merek perusahaan tetap segar dalam ingatan konsumen. 4. Memberikan nilai tambah (adding value) Terdapat Tiga cara utama bagaimana perusahaan dapat menambah nilai bagi produk mereka, antara lain dengan melakukan inovasi, meningkatkan kualitas dan menambah nilai bagi produk dan merek tertentu dengan mempengaruhi persepsi konsumen. Iklan yang efektif menjadikan merek dipandang sebagai sesuatu yang elegan, lebih bergaya bahkan mungkin lebih unggul dari merek lainnya yang ditawarkan dan pada umumnya dipersepsikan memiliki kualitas yang lebih tinggi. 5. Mendampingi (assisting other company efforts) Iklan hanyalah salah satu anggota atau alat dari tim atau bauran komunikasi pemasaran. Pada saat lainnya, peran utama periklanan adalah sebagai pendamping yang memfasilitasi upaya-upaya lain dari perusahaan dalam proses komunikasi pemasaran. 8 Ibid.Hal 357 2.2.2 Tujuan Periklanan Kunci utama dalam merancang sebuah iklan yang efektif adalah menentukan tujuan dari periklanan itu sendiri. Secara umum, tujuan iklan dapat diklasifikasikan berdasarkan maksud yang diinginkan oleh suatu perusahaan atas pesan yang akan disampaikan melalui iklan kepada konsumen sasarannya. Sehingga konsumen tersebut dapat mengolah pesan tersebut dengan baik. Mission yaitu menetapkan tujuan periklanan yang merujuk pada keputusan sebelumnya mengenai pasar sasaran, penentuan pasar sasaran, penentuan posisi pasar, dan bauran promosi. Strategi penentuan posisi pemasaran dan strategi bauran pemasaran mengidentifikasikan tugas yang harus dilaksanakan periklanan dalam pelaksanaan program pemasaran secara keseluruhan. Tujuan iklan dapat digolongkan menurut apakah sasarannya untuk menginformasikan, membujuk, mengingatkan, atau menguatkan. Tujuantujuan iklan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Iklan informatif dimaksudkan untuk menciptakan kesadaran dan pengetahuan tentang produk baru atau ciri baru produk yang sudah ada. 2. Iklan persuasif dimaksudkan untuk menciptakan kesukaan, preferensi, keyakinan, dan pembelian suatu produk atau jasa. Sebagian iklan persuasif menggunakan iklan perbandingan (comparative advertising), yang melakukan perbandingan antara ciriciri dua merk atau lebih. 3. Iklan pengingat dimaksudkan untuk merangsang pembelian produk dan jasa kembali. 4. Iklan penguatan dimaksudkan untuk meyakinkan pembeli sekarang bahwa mereka telah melakukan pilihan yang tepat. Tujuan iklan seharusnya muncul dari analisis mendalam mengenai situasi pemasaran sekarang. Jika kelas produk tersebut sudah matang, perusahaan itu adalah pemimpin pasar apabila penggunaan merk ternyata rendah tujuan yang tepat seharusnya adalah merangsang penggunaan yang lebih tinggi. Apabila kelas produk tersebut masih baru, perusahaan itu bukanlah pemimpin pasar tetapi merk tersebut lebih unggul dibandingkan dengan pemimpin pasar tadi. Dengan demikian tujuan yang tepat adalah meyakinkan pasar tentang keunggulan Merk tersebut. Dibutuhkan perspektif yang baik dalam menentukan tujuan suatu kegiatan dalam perusahaan, karena pada umumnya tujuan kampanye dalam periklanan bersumber pada tujuan perusahaan atau organisasi secara keseluruhan.9 2.2.3 Sifat Periklanan Dengan sangat beranekaragamnya bentuk dan penggunaan periklanan, maka sulit dalam membuat suatu generalisasi tentang sifat-sifat khusus mengenai periklanan yang merupakan suatu komponen dari bauran promosi. Namun sifat-sifat periklanan tersebut dapat diperhatikan seperti yang di kemukakan oleh Philip Kotler dalam buku karyanya mengemukakan bahwa sifat-sifat iklan terdapat Empat aspek sebagai berikut10 : 1. Persentasi umum Periklanan adalah suatu cara komunikasi yang bersifat sangat umum sifat yang umum ini semacam keabsahan produk dan penawarannya yang terstandarisasi dikarenakan banyak orang menerima pesan yang sama pembeli tahu bahwa motif mereka untuk membeli produk tersebut akan dimaklumi oleh umum. 9 Ibid.Hal 360-361 Philip Kotler.Manajemen Pemasaran.Edisi 11 : Jilid 1.PT.Indeks Kelompok Gramedia.Jakarta.2004.Hal 243 10 2. Tersebar luas Periklanan adalah medium berdaya sebar luas yang memungkinkan penjual mengulang suatu pesan berkali-kali. Iklan juga memungkinkan pembeli menerima dan membandingkan pesan yang sama dari para pesaing. Periklanan f berskala besar oleh penjual menunjukkan suatu yang positif tentang ukuran, kekuatan, dan keberhasilan penjualan. 3. Ekspansi yang lebih kuat Periklanan membuat peluang untuk mendramatisasi perusahaan dari produknya melalui penggunaan cetakan, suara, dan warna yang penuh seni. Namun kadang-kadang kemampuan berekspresi yang terlalu berhasil dari iklan dapat meremehkan pesan atau mengalihkan perhatian dari pesan. 4. Tidak bersifat pribadi Periklanan tidak memiliki kemampuan memaksa seperti wira niaga perusahaan, audiens tidak merasa wajib memperhatikan atau menanggapi. Iklan hanya mampu melakukan monolog bukan dialog dengan audiens. 2.3 Endorser Dalam suatu iklan peranan Celebrity Endorser sangat begitu vital dan fundamental dalam menciptakan suatu iklan yang berkualitas dalam pandangan para khalayak. Maka dari itu apa sebenarnya definisi dari Endorser tersebut terdapat definisi yang telah di kemukakan oleh Ilmuwan Terence A Shimp yang mengungkapkan bahwa, “Endorser adalah pendukung iklan atau yang dikenal juga sebagai bintang iklan dalam mendukung iklan pro dukungan”.11 Selain itu juga Terence A Shimp berpendapat dalam buku karyanya mengemukakan terdapat Dua tipe dari seorang Endorser yaitu Celebrity Endorser dan Typical Person Endorser dimana pada dasarnya kedua Endorser tersebut memiliki atribut dan karakteristik yang sama namun dibedakan hanya dalam penggunaan orang pendukung iklannya apakah tokoh terkenal maupun tidak terkenal.12 2.3.1 Karakteristik Celebrity Endorser Suatu iklan yang di sajikan secara artistik,atraktif,serta menghibur (entertaining) merupakan kekuatan Iklan di Media Televisi dalam mempengaruhi sikap dan perilaku para khlayak. Saat ini pembuat iklan lebih kreatif dimana iklan yang disajikan kepada para khalayak selain pesan yang disampaikan begitu menarik, juga ditambah dengan daya tarik seorang Public Figure yang mampu menyihir konsumen agar berhasrat mencoba serta mengkonsumsi produk yang ditawarkan. Hal ini di karenakan seorang konsumen sering menganggap bahwa seorang Public Figure yang ditampilkan merupakan pahlawan atas prestasi yang telah mereka capai ataupun idola atas kepribadian dan daya tarik mereka yang menonjol. Ilmuwan Terence A. Shimp mengungkapkan karakteristik seorang Celebrity Endorser mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan Celebrity Endorser adalah iklan yang menggunakan orang atau tokoh 11 Terence A Shimp dan Don E Schultz.Aspek .Periklanan Promosi dan Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu.Edisi 5 : Jilid 1.Erlangga.2003.Hal 329 12 Ibid.Hal 329 terkenal (public figure) dalam mendongkrak suatu iklan di ranah publik. Selain itu selebriti digunakan karena atribut kepopulerannya termasuk ketampanan ataupun kecantikan, keberanian, talenta, keanggunan, kekuatan, dan daya tarik seksualnya yang sering mewakili daya tarik yang diinginkan oleh merek yang mereka iklankan.13 Menurut Terence A. Shimp berdalih dalam buku karyanya Typical Person Endorser adalah orang biasa atau orang yang tidak terkenal untuk mendukung atau mengiklankan suatu produk. Pada dasarnya mereka memiliki atribut yang sama dengan Celebrity Endorser hanya saja pengenalan masyarakat terhadap dirinya kurang jika dibandingkan dengan seorang Celebrity Endorser. Namun banyak perusahaan atau merek suatu produk menggunakan orang yang tidak terkenal karena image dari produknya mungkin sesuai dengan bintang iklannya serta mereka telah memiliki kekuatan merek di karenakan biaya iklan yang mereka miliki tidak banyak. Akan tetapi semuanya itu tergantung dari target pasarnya itu sendiri sebagai pemimpin pasar dan memiliki kekuatan citra merk (brand image) di benak para konsumen.14 2.3.2 Atribut Celebrity Endorser Berbicara mengenai Atribut (Performance) dari seorang Celebrity Endorser menurut Terence. A Shimp mengungkapkan bahwa atribut Celebrity Endorser terbagi menjadi Dua aspek yakni sebagai berikut : 1. Attractiveness (Kemenarikan) Kemenarikan tidak hanya berkaitan dengan daya tarik fisik tetapi juga termasuk karakter yang luhur yang dipersepsikan oleh konsumen dalam diri Celebrity Endorser seperti kemampuan intelektual, kepribadian, karakteristik, gaya hidup, dan keahlian dalam bidang 13 14 Ibid Ibid.Hal 329 atletik. Konsep umum kemenarikan terdiri dari Tiga gagasan yang berhubungan dengan Kesamaan (similarity), Keakraban (familiarity), dan Perasan Menyukai (liking), dengan catatan apabila konsumen terdapat kemenarikan. Pada saat konsumen menemukan sesuatu yang mereka menganggap menarik dalam diri Celebrity Endorser hal tersebut terjadi melalui proses identifikasi yakni ketika konsumen mempersepsikan Endorser tersebut menarik, konsumen akan memihak kepada (identify with) Celebrity Endorser. Akan tetapi seorang Celebrity Endorser yang menarik akan lebih efektif apabila dari serorang Celebrity Endorser sesuai dengan sifat dari produk yang diiklankan. 2. Citra Diri (image) Perusahaan yang memutuskan untuk menggunakan selebriti sebagai penyampai pesan iklannya dan mempromosikannya memiliki beberapa peran antara lain : 1. Testimonial (kesaksian) yaitu jika seorang selebriti secara pribadi telah menggunakan produk atau jasa tertentu dalam posisi untuk membuktikan kualitas produk tersebut. 2. Endorsement (dukungan) Selebriti yang sering diminta untuk meminjamkan nama untuk mengiklankan produk atau jasa suatu perusahaan. 3. Actor (aktor) Seorang selebriti diminta untuk menggunakan produk atau jasa sebagai bagian dari suatu akting. 4. Spokes Person Seorang selebriti yang mewakili suatu merek atau perusahaan dalam periode tertentu. 5. Credibility (kepercayaan) Pada pengertian yang paling mendasar, kredibilitas mengarah kepada kecenderungan untuk meyakini dan mempercayai seseorang. Pada saat sumber informasi, seperti seseorang endorser dipersepsikan kredibel, sumber tersebut dapat mengubah sikap melalui proses psikologis yang dinamakan interbalisasi. Terdapat Lima peran penting dari kredibilitas seorang Celebrity Endorser yang terkenal dengan aspek TEARS yakni sebagai berikut : 1. Layak dipercaya (Trustworthiness) Hal ini berhubungan dengan kejujuran, integritas, dan kepercayaan atas diri Celebrity Endorser. Kelayakan dapat dipercaya pada Endorser tergantung kepada persepsi konsumen atas motivasi sang Endorser. 2. Keahlian (Expertise) Keahlian mengarah kepada pengetahuan, pengalaman atau keahlian yang dimiliki oleh seorang endorser yang dihubungkan dengan topik yang dikomunikasikan fenomena yang absolut. 3. Daya tarik fisik (Attractiveness) mengacu pada diri yang sering dianggap sebagai suatu yang menarik untuk dilihat dalam keterkaitannya dengan konsep kelompok tertentu dengan daya tarik fisik dari seorang Endorser tersebut.15 4. Kualitas dihargai (Respect) yakni kualitas yang dihargai atau digemari sebagai akibat dari kualitas pencapaian personal. Selebritas dihargai karena kemampuan berakting,keterampilan berolahraga atau kepribadiannya,dan kualitas argumentasi politiknya.16 5. Kesamaan dengan audience yang dituju (Similarity) yakni seorang Endorser dianggap menarik oleh khalayak bila mereka bisa membagi rasa similarity atau familiarity 15 16 Terence A Shimp,loc.cit Terence A Shimp.6 th edition.Op.cit. 298 dengannya ataupun bila mereka hanya menyukai sang Endorser tanpa melihat apakah keduanya serupa didalam segala hal.17 2.4 Minat Beli Konsumen Secara umum definisi dari keputusan pembelian merupakan serangkaian elemen yang saling berhubungan satu dengan yang lain untuk membentuk suatu tindakan pembelian konsumen. Sedangkan menurut Para Ilmuwan seperti Menurut Philip Kotler dan Gary Amstrong pada umumnya keputusan pembelian (Purchase Decision) konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi Dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor faktor seperti pendapatan, harga dan manfaat produk yang diharapkan. Namun kejadian tak terduga bisa mengubah niat pembelian.18 2.4.1 Tipe-Tipe Perilaku Pembelian Pembuatan keputusan yang dilakukan konsumen berbeda-beda sesuai dengan tipe keputusan membeli konsumen. Seorang Ilmuwan Philip Kotler membedakan Empat tipe dalam tipe perilaku pembelian konsumen terhadap suatu produk. Keempat tipe tersebut dijelaskan dalam tabel berikut ini : 17 18 Terence A Shimp.5 th Edition.Op.cit.468 Philip Kotler dan Gary Amstrong.Dasar-dasar Pemasaran.Jilid 1.Jakarta : Erlangga.2008. Hal 181 Tabel 2.1 Empat Tipe Perilaku Pembelian Perbedaan Merek yang signifikan Keterlibatan Tinggi Keterlibatan rendah Perilaku Pembelian Perilaku pembelian Kompleks mencari variasi Sedikit perbedaan Perilaku pembelian Perilaku pembelian Merek mengurangi disonansi menurut kebiasaan Sumber : Henry Assael.Consumer Behavior and Marketing Action .Boston: Kent Publishing Company.1987.Hal 87 Perilaku membeli yang kompleks yakni para konsumen menjalani atau menempuh suatu perilaku membeli yang kompleks bila mereka semakin terlibat dalam kegiatan membeli dan menyadari perbedaan penting diantara beberapa merek produk yang ada. Pembeli ini akan melalui proses belajar kognitif yang ditandai pertama-tama pengembangan kepercayaan mengenai produk, kemudian sikap kearah produk, dan akhirnya melakukan pemilihan yang seksama untuk membeli. Perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan yakni para konsumen menjalani atau menempuh suatu perilaku membeli yang mengurangi ketidakcocokan apabila konsumen terlibat dalam kegiatan membeli sesuatu, tetapi ia hanya sedikit menyadari perbedaan dalam merek. Pembeli melalui proses keadaan perilaku, menyadari perbedaan dalam merek. Pembeli ini melalui proses keadaan perilaku, kemudian memiliki beberapa kepercayaan baru dan berakhir dengan pilihan yang dirasakan olehnya tepat. Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan yakni para konsumen menjalani atau menempuh suatu perilaku berdasarkan kebiasan apabila konsumen kurang terlibat, dan tidak terdapat perbedaan nyata diantara merek. Perilaku konsumen dalam hal ini tidak melakukan pencarian informasi yang luas tentang berbagai merek untuk mengambil keputusan. Perilaku membeli yang mencari keragaman yakni keterlibatan konsumen rendah tetapi kesadaran konsumen akan merek nyata.19 2.4.2 Proses Keputusan Pembelian Dalam berbicara kekuatan yang mempengaruhi pembeli kita akan siap untuk melihat bagaimana konsumen membuat keputusan pembelian. Secara umum proses keputusan pembelian terdiri dari lima tahap yakni pengenalan kebutuhan,pencarian informasi,evaluasi alternatif,keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Hal tersebut jelas terlihat dari proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian sesungguhnya dan berlanjut dalam jangka waktu yang lama setelah pembelian. Pemasar harus memusatkan perhatian pada keseluruhan proses pembelian dan bukan hanya pada keputusan pembelian. Mengenai penjelasan mengenai Lima aspek proses kepuasan pembelian yakni sebagai berikut20 : 1. Pengenalan kebutuhan yakni proses pembelian dimulai dengan pengenalan kebutuhan (need recognition) pembeli menyadari akan suatu masalah atau kebutuhan. Kebutuhan dapat dipicu oleh rangsangan internal ketika salah satu kebuthan normal seseorang 19 Philip Kotler.Manajemen Pemasaran.Edisi 11 : Jilid 1. PT.Indeks Kelompok Gramedia.Jakarta.2001.Hal 247 Philip Kotler dan Gary Amstrong.Prinsip-prinsip Pemasaran.Edisi 12 :Jilid 1.Penerbit Erlangga.Jakarta.2006.Hal 179-181 20 rasa lapar,haus,seks timbul pada tingkat yang cukup tinggi sehingga menjadi dorongan. Kebutuhan juga bisa dirangsang oleh rangsangan eksternal. Pada tahap ini pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan ataupun masalah apa yang timbul,apa yang menyebabkannya,dan bagaimana masalah itu bisa mengarahkan konsumen pada produk tertentu ini. 2. Pencarian informasi yakni konsumen yang tertarik mungkin mecari lebih banyak informasi atau mungkin tidak. Jika dorongan konsumen itu kuat dan produk yang memuaskan ada di dekat konsumen itu konsumen mungkin akan membelinya kemudian jika tidak konsumen bisa bhmenyimpan kebutuhan tersebut dalam ingatannya ataupun melakukan pencarian informasi (information search) yang berhubungan dengan kebutuhan. 3. Evaluasi alternatif yakni bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai pada pilihan merk. Akan tetapi, konsumen tidak menggunakan proses evaluasi yaang sederhana dan tunggal dalam semua situasi pembelian. Sebagai penggantinya beberapa proses evaluasi dilaksanakan. 4. Keputusan pembelian yakni dalam tahap evaluasi, konsumen menentukan peringkat merk dan membentuk niat pembelian. Pada umumnya keputusan pembelian (purchase decision) konsumen adalah membeli merk yang paling disukai tetapi dua faktor bisa berada antara niat pembelian dan keputusan pembelian individu yakni faktor sikap orang lain dan faktor situasional yang tidak diharapkan. 5. Perilaku Pasca pembelian yakni pekerjaan pemasar tidak berakhir ketika produk telah dibeli saja. Setelah pembelian suatu produk, konsumen akan merasa puas ataupun tidak dan terlibat dalam perilaku pasca pembelian (postpurchase behavior) yang harus diperhatikan oleh pemasar. 2.5 Model AIDA Dalam komunikasi pemasaran perlu dirumuskan tujuan yang ingin dicapai dari proses komunikasi pemasaran yang akan dilakukan. Setelah menentukan khalayak sasaran dengan persepsinya, pemasar harus memutuskan respon yang terjadi. Respon khalayak tersebut dapat berupa Aspek Kognitif (tahap kesadaran),Aspek Afektif (tahap pengaruh), dan Aspek Konatif (tahap tindakan pembelian). Model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) adalah salah satu model hirarki respon yang cukup popular bagi pemasar sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pemasaran. Menurut model ini, alat promosi harus menarik perhatian, mendapatkan dan mendorong minat, membangkitkan keinginan, dan menghasilkan tindakan. Dalam membangun program komunikasi yang efektif, aspek terpenting adalah memahami proses terjadinya respon dari konsumen.21 Teori keputusan pembelian dalm model AIDA dijelaskan dalam empat tahap sebagai berikut : 1. Tahap Menaruh Perhatian (Attention) 2. Tahap Ketertarikan (Interest) 3. Tahap Berhasrat (Desire ) 4. Tahap Memutuskan untuk aksi pembelian (Action) Teori AIDA yang mendalilkan bahwa pengambilan keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis yang dilalui oleh Konsumen, prosesnya yang diawali dengan tahap menaruh perhatian (Attention) terhadap barang atau jasa yang kemudian jika berkesan dia 21 George E Belch & Michael A Belch.Advertising and Promotion : An Integrated Marketing Communication Perspective.New York : Mcgraw Hill Companies.1995.Hal 163 akan melangkah ke tahap ketertarikan (Interest) untuk mengetahui lebih jauh tentang keistimewaan produk atau jasa tersebut yang jika intensitas ketertarikannya kuat berlanjut ke tahap berhasrat (Desire) karena barang atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan berbagai kebutuhannya. Jika hasrat dan minatnya begitu kuat baik karena dorongan dari dalam atau rangsangan persuasif dari luar maka konsumen atau pembeli tersebut akan mengambil keputusan membeli (Action to buy) barang atau jasa yang di tawarkan.22 2.6 Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan dugaan sementara yang akan dibuktikan kebenarannya setelah data lapangan (empiris) dapat diperoleh. Berdasarkan kerangka berpikir diata maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : 1. Diduga variabel Celebrity Endorser Raisa Adriana (Ha) berpengaruh signifikan terhadap minat beli Produk Magnum Classic. 2. Diduga variabel Celebrity Endorser Raisa Adriana (Ho) tidak berpengaruh signifikan terhadap minat beli Produk Magnum Classic. Dalam mengetahui kebebnaran uji hipotesis yang diperoleh dengan adanya Pengaruh Celebrity Endorser Raisa pada Iklan TVC Magnum Classic terhadap Minat Beli Konsumen Mahasiswa/i Marketing Communication and Advertising Universitas Mercu Buana maka dilakukan pengujian data T melalui referensi statistik sebagai berikut : 1. t hitung > t tabel (Ho) ditolak dan (Ha) diterima 2. t hitung < t hitung (Ho) diterima dan (Ha) ditolak 22 Ibid