1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu bidang usaha yang memiliki nilai strategis dalam
perekonomian nasional adalah sektor konstruksi. Sektor ini, berkontribusi
untuk menghasilkan produk-produk bangunan (infrastruktur), yang termasuk
dalam public goods maupu private goods. Aktivitasnya mewujudkan
pembangunan infrastruktur berkontribusi pada penambahan besaran PDB
yang diterima negara. Pada tahun 2014 sampai dengan triwulan IV atas dasar
harga berlaku diketahui PDB yang diperoleh dari lapangan usaha ini memiliki
nilai sebesar 282,5 triliun rupiah (Badan Pusat Statistik, Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia Triwulan I tahun 2015, 2015).
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terjadi pada tahun 2015
triwulan I, sektor konstruksi memiliki sumbangan sebagai berikut.
Grafik 1.1
Sumber Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha
Sumber: Badan Pusat Statistik, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Triwulan I Tahun 2015
1
Jika dilihat berdasarkan grafik 1.1 diketahui sumber pertumbuhan ekomomi
Indonesia triwulan I tahun 2015 (year on year). Menurut informasi resmi
Badan Pusat Statistik yang dipublikasikan “Industri Pengolahan memiliki
sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 0,85 persen, diikuti Konstruksi sebesar
0,57 persen, serta Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Perdagangan BesarEceran, Reparasi Mobil-Sepeda Motor masing-masing sebesar 0,50 persen”.1
Hal ini membuktikan bahwa ketersediaan lingkungan pendukung
(enabling environment) yang memfasilitasi efisiensi dan peningkatan
produktivitas
perekonomiaan
dunia
akan
usaha
serta
penguatan
mempengaruhi
pilar-pilar
pertumbuhan
fundamental
ekonomi
yang
berkesinambungan. Terkait masalah ini maka sangat penting untuk
memperkuat ketersediaan modal-modal dasar yang digunakan pada proses
pembangunan yang dapat menopang ketersediaan lingkungan pendukung
tersebut (Bank Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia, 2014). Dalam
konteks Indonesia sebagai negara yang sedang bermigrasi ke Negara
berpendapatan lebih tinggi modal dasar yang utama salah satunya adalah
infrastruktur.2
Untuk memperkuat pembiayaan pembangunan infrastruktur, maka
dibutuhkan kerjasama dengan investor dari dalam negeri dan luar negeri.
Berdasarkan katalog yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik yang
1
Badan Pusat Statistik, Berita Resmi Statistik: “Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I2015”, Halaman 2, Tahun 2015.
2
Bank Indonesia, Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2014: “Memperkokoh Stabilitas,
Mempercepat Reformasi Struktural untuk Memperkuat Fundamental Ekonomi”, Halaman 254,
Tahun 2015.
2
berjudul “Konstruksi Dalam Angka 2014”, diperoleh data mengenai
Perkembangan Realisasi Investasi PMDN dan PMA untuk Sektor Konstruksi,
2011 - Triwulan III/2014 sebagai berikut.
Tabel 1.1.
Perkembangan Realisasi Investasi PMDN dan PMA
Sektor Konstruksi, Tahun 2011 - Triwulan III/2014
2014
Uraian
Satuan
2012
2013
Triwulan
Triwulan
Triwulan
I
II
III
Jumlah
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
Proyek
Paket
Investasi
Rp. Miliar
17
33
9
5
10
24
4.586,62
6.033,18
2.298,40
2.588,89
2.749,48
7.636,77
Penanaman Modal Asing (PMA)
Proyek
Paket
Investasi
US $ Juta
77
146
39
58
37
134
239,57
526,81
74,85
312,96
230,9
618,71
Sumber: BKPM Indonesia Investment Coordinating Board yang diambil dari Badan Pusat
Statistik, Konstruksi Dalam Angka 2014
Gambar 1.1 yang diambil dari laporan Badan Pusat Statistik (2014),
diperoleh informasi bahwa realisasi investasi PMDN (Penanaman Modal
Dalam Negeri) dan PMA (Penanaman Modal Asing) mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Pada tahun 2014 sampai dengan triwulan III mengalami
peningkatan sebesar 26,58 persen dibandingkan dengan tahun 2013, yakni
7.636,77 (dalam miliaran rupiah). Sedangkan untuk PMA (Penanaman Modal
Asing) realisasi investasi mengalami peningkatan sebesar 17,44 persen, yakni
618,71 (dalam jutaan dolar). Hal ini menunjukkan bahwa investor dari dalam
maupun luar negeri masih percaya untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
3
Kinerja perusahaan sangat berpengaruh bagi investor domestik
ataupun asing untuk menanamkan modalnya dalam bentuk saham. Karena
mereka berharap tanggung jawab dari manajemen kepada mereka untuk
memaksimalkan kekayaannya sebagai pemegang saham (stockholder wealth
maximization) perusahaan tersebut (Brigham, Eugene F., & Houston, 2010).
Kinerja perusahaan dapat diukur dengan laproan yang dikeluarkan
perusahaan setiap tahunnya. Laporan tahunan (annual report) merupakan
laporan yang paling penting bagi para pemegang saham. Dalam laporan ini
terdapat dua jenis informasi yang diberikan. Pertama, informasi verbal yang
disampaikan oleh direktur utama mengenai laba operasi perusahaan tahun
sebelumnya dan rencana perusahaan yang akan mempengaruhi kegiatan
operasional perusahaan di masa yang akan datang. Kedua, laporan keuangan
yang menyajikan data neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan
laporan arus kas perusahaan (Brigham, Eugene F., & Houston, 2010).
Laporan keuangan digunakan untuk menganalisis posisi dan kinerja
keuangan perusahaan.3 Jadi selain digunakan oleh pemegang saham, laporan
ini juga digunakan oleh perusahaan untuk memperbaiki kinerja perusahaan,
dan sebagai alat analisis kreditur untuk mengetahui kemungkinan tak
tertagihnya pinjaman (Brigham, Eugene F., & Houston, 2010).
Rasio keuangan merupakan alat analisis yang dirancang untuk
mebantu pihak yang memiliki kepentingan dalam mengevaluasi laporan
3
Subramanyam, K.R., & John J. Wild, “Analisis Laporan Keuangan”, Edisi Kesepuiluh, Jilid I,
Salemba Empat, tahun 2013, halaman 16.
4
keuangan (Brigham, Eugene F., & Houston, 2010). Analisis rasio keuangan
juga digunakan sebagai dasar penyusunan perencanaan dan pengendalian
keuangan (Sartono, 2009).
Analisis laporan keuangan dibagi menjadi tiga bagian, yakni analisis
profitabilitas (profitability analysis) yang digunakan untuk mengevaluasi
tingkat pengembalian investasi perusahaan. Analisis risiko (Risk Analysis)
yang digunakan untuk mengevaluasi kemampuan perusahaan untuk
memenuhi komitmennya dengan menggunakan penilaian solvabilitas dan
likuiditas yang dimiliki oleh perusahaan. Analisis arus kas digunakan untuk
mengevaluasi cara perusahaan dalam meperoleh sumber dan menggunakan
dananya (Subramanyam, K.R. & John J. Wild, 2013). Sartono (2009)
mengatakan bahwa analisis rasio keuangan terdiri dari, rasio likuiditas untuk
mengukur kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek.
Pada penulisan ini hal yang ingin diketahui adalah kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan jangka panjang,
maka diperlukan analisis dari rasio likuiditas (liquidity raito) dan rasio
solvabilitas (solvency ratio). Kemudian rasio profitabilitas (profitability
ratio), yakni kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan pada
tingkat penjualan aset, dan modal saham tertentu (Hanafi, 2004).
Angka-angka dari rasio yang berdiri sendiri akan mempunyai arti
yang kecil jika diteliti. Jadi diperlukan angka pembanding untuk melakukan
5
penelitian dengan menggunakan data historis atau tahun-tahun sebelumnya
dan angka pembanding dari perusahaan lain yang sejenis (Hanafi, 2004).
Sektor konstruksi merupakan sektor yang memiliki pengaruh besar
bagi perekonomian Indonesia. Selain itu pada tahun 2014, sektor ini
merupakan sektor yang paling menguntukngkan di pasar modal. Salah satu
perusahaan yang menghasilkan return tertinggi adalah PT Waskita Karya
(Persero) Tbk (Brusa Efek Indonesia, IDX LQ 45 Februrary 2015, 2015). Hal
ini dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 1.2.
Price Earning Ratio PT Waskita Karya (Persero) Tbk Tahun 2012-2015
SHARES TRADED
2012
2013
2014
Jan-01
PER (X)
17,04
10,6
84,55
98,64
PER Industry (X)
17,34
9,57
16,29
17,39
*Adjusted price after corporate action
Sumber: Bursa Efek Indonesia, IDX LQ 45 February 2015
PER perusahaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata
industri menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tingkat perutumbuhan
yang tinggi yang berarti prospek perusahaan baik. Hal ini tentu akan
membuat investor tertarik untuk menanamkan modalnya pada perusahaan.
Oleh karena itu, perusahaan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
PT Waskita Karya (Persero) Tbk yang telah berdiri sejak tahun 1961.
Data historis yang digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini
adalah data laporan keuangan yang sudah diaudit dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2014. Data laporan keuangan untuk tahun 2009 sampai dengan
6
tahun 2011 merupakan data laporan sebelum PT Waskita Karya (Persero)
Tbk melakukan IPO (Initial Public Offering). Untuk laporan tahu 2012
sampai dengan tahu 2014 merupakan data laporan keuangan setelah listing di
Bursa Efek Indonesia (PT Waskita Karya (Persero) Tbk, Laporan Tahunan,
2014).
Untuk data pembanding dari perusahaan sejenis. Penelitian ini akan
menggunakan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Hal ini dikarenakan,
perusahaan telah melakukan IPO terlebih dahulu dibandingkan dengan PT
Waskita Karya (Persero) Tbk, yakni pada tahun 2007 (PT Wijaya Karya
(Persero) Tbk , Laporan Tahunan, 2014) .
Berdasarkan informasi tersebut, analisis rasio likuiditas, solvabilitas,
dan profitabilitas dari PT Waskita Karya (Persero) Tbk dapat dijadikan
sebagai objek penelitian. Kemudian dilakukan analisis perbandingan
berdasarkan data historis perusahaan dan perusahaan dari sektor industri
sejenis yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Oleh karena itu, penelitian ini
diberi judul, yaitu “RASIO LIKUIDITAS, PROFITABILITAS,DAN
SOLVALBILITAS
PERUSAHAAN
SEKTOR
KONSTRUKSI
(Perbandingan antara PT Waskita Karya (Persero) Tbk dengan PT Wijaya
Karya (Persero) Tbk)”.
7
1.2. Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini merupakan rumusan penelitian
komparatif, dan berdasarkan latar belakang penelitian diatas. Maka rumusan
masalah dalam penelitian ini berkaitan dengan:
1. Bagaimana rasio likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas PT
Waskita Karya (Persero) Tbk periode 2009-2014?
2. Bagaimana perbandingan antara rasio likuiditas, solvabilitas dan
profitabilitas PT Waskita Karya (Persero) Tbk dengan PT Wiijaya
Karya (Persero) Tbk peridoe 2009-2014?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini untuk mengetahui rasio
likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas PT Waskita Karya (Persero) Tbk
menurut data time series dan jika dibandingkan dengan perusahaan industri
sejenis yakni PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
1.4. Kerangka Penulisan
Pada Tugas Akhir ini, sistematika penulisan disusun berdasarkan
urutan bab yang terdiri dari 4 bab dengan sistematika sebagai berikut.
BAB 1
Pendahuluan
Latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penulisan,
dan kerangaka penulisan. Pembaca akan lebih mudah untuk memahami isi
dari penelitian yang dilakukan hanya dengan membaca bab pendahuluan
pada Tugas Akhir ini.
8
BAB 2
Gambaran Umum
Uraian pada bab ini akan berisi mengenai kondisi umum dari topik
penulisan seperti gambaran perusahaan yang diperoleh dari annual report
perusahaan pada tahun 2014, tinjauan kepustakaan (berisikan: teori mengenai
rasio likuiditas, solvabilitas, dan profitabilitas beserta alat ukurnya) serta
kajian sebelumnya, metodologi penelitian (berisikan: obyek dan variabel
penelitian, sumber pengumpulan data, alat ukur dan cara perhitungan data,
dan metode analisa data), dan jenis dan/atau sumber data penelitian.
BAB 3
Analisis dan Pembahasan
Proses dan pembahasan hasil pengolahan data statistik deskriptif
berupa tabel dan grafik.
BAB 4
Kesimpulan dan Saran
Penyampaian tentang penelitian dan saran hasil penelitian.
Daftar Pustaka
Lampiran
9
Download