Nama : zidni karimatan nisa` Nim : 14121026 Prodi : system informasi

advertisement
Nama : zidni karimatan nisa’
Nim : 14121026
Prodi : system informasi
1. Perilaku individu dalam organisasi adalah bentuk interaksi antara karakteristik individu
dengan karakteristik organisasi. Setiap individu dalam organisasi, semuanya akan
berperilaku berbeda satu sama lain, dan perilakunya adalah ditentukan oleh masingmasing lingkungannya yang memang berbeda. Individu membawa ke dalam tatanan
organisasi kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan dan pengalaman
masa lalunya. Karakteristik yang dipunyai individu ini akan dibawanya manakala
memasuki lingkungan baru yaitu oraganisasi atau yg lainnya. Organisasi juga merupakan
suatu lingkungan yang mempunyai karakteristik seperti keteraturan yang diwujudkan
dalam susunan hirarki, pekerjaan, tugas, wewenang, tanggung jawab, sistem penggajian,
sistem pengendalian, dan sebagainya.
Perilaku individu juga dapat dipahami dengan mempelajari karakteristik individu.
Nimran dalam Sopiah (2008) menjelaskan karakteristik yang melekat pada individu
terdiri dari ciri-ciri biografis, kepribadian, persepsi dan sikap. Berikut adalah penjelasan
dari masing-masing karakteristik tersebut.
2. Faktor – faktornya adalah sebagai berikut :
- Strategi Organisasi untuk mencapai tujuannya. Strategi akan menjelaskan
bagaimana aliran wewenang dan saluran komunikasi dapat disusun di antara para
manajer dan bawahan. Aliran kerja sangat dipengaruhi strategi, sehingga bila
strategi berubah maka struktur organisasi juga berubah.
- Teknologi yang digunakan. Perbedaan teknologi yang digunakan untuk
memproduksi barang-barang atau jasa akan membedakan bentuk struktur
organisasi, sebagai contoh perusahaan mobil yang mempergunakan teknologi
industri massal akan memerlukan tingkat standarisasi dan spesialisasi yang lebih
tinggi dibandingkan perusahaan industri pakaian jadi yang mengutamakan
perubahan mode.
- Anggota (karyawan) dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi. Kemampuan
mereka untuk bekerjasama harus diperhatikan dalam merancang struktur
organisasi. Kebutuhan manajer dalam pembuatan keputusan juga akan
mempengaruhi saluran komunikasi, wewenang dan hubungan di antara satuansatuan kerja pada rancangan struktur organisasi seperti pelanggan, supplier dan
sebagainya perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur.
- Ukuran organisasi besarnya organisasi secara keseluruhan maupun satuan-satuan
kerjanya akan sangat mempengaruhi struktur organisasi akan semakin kompleks
dan harus dipilih bentuk struktur yang tepat.
-
Kemampuan dan cara berpikir para anggota serta kebutuhan mereka juga lingkungan
sekitarnya perlu dipertimbangkan dalam penyusunan struktur perusahaan.
3. Faktor2nya adalah sebagai berikut :
Faktor Lingkungan
- Ketidakpastian ekonomi, misalnya orang merasa cemas terhadap kelangsungan
pekerjaan mereka.
- Ketidakpastian politik, misalnya adanya peperangan akibat perebutan kekuasaan.
- Perubahan teknologi, misalnya dengan adanya alat-alat elektronik dll, munculnya
bom dimana-mana.
Faktor Organisasional
- Tuntutan tugas, misalnya desain pekerjaan individual, kondisi pekerjaan, dan tata
letak fisik pekerjaan.
Tuntutan peran, misalnya ada peran beban yang berlebihan dalam organisasi.
- Tuntutan antarpersonal, misalnya tidak adanya dukungan dari pihak tertentu atau
terjalin hubungan yang buruk.
Faktor Personal
- Persoalan keluarga, misalnya kesulitan dalam mencari nafkah dan retaknya
hubungan keluarga.
- Persoalan ekonomi, misalnya apa yang dimilikinya tidak memenuhi apa yang
didambakan.
- Berasal dari kepribadiannya sendiri.
Cara mengatasi stress :
-
Merumuskan kebijaksanaan manajemen dalam membantu para karyawan menghadapi
berbagai stres.
-
Menyampaikan kebijaksanaan tersebut kepada seluruh karyawan sehingga mereka
mengetahui kepada siapa mereka dapat meminta bantuan dan dalam bentuk apa jika
mereka menghadapi stres.
-
Melatih para manajer dengan tujuan agar mereka peka terhadap timbulnya gejalagejala stres di kalangan para bawahannya dan dapat mengambil langkah-langkah
tertentu sebelum stres itu berdampak negatif terhadap prestasi kerja para bawahannya
itu.
-
Melatih para karyawan mengenali dan menghilangkan sumber-sumber stres.
- Terus membuka jalur komunikasi dengan para karyawan sehingga mereka benar-benar
diikutsertakan untuk mengatasi stres yang dihadapinya.
4. Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat dihadapi tanpa memperoleh
dampaknya yang negatif. Manajemen stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yakni
betajar menanggulanginya secara adaplif dan efektif. Hampir sama pentingnya untuk
mengetahui apa yang tidak boleh dilakukan dan apa yang harus dicoba. Sebagian para
pengidap stres di tempat kerja akibat persaingan, sering melampiaskan dengan cara
bekerja lebih keras yang berlebihan. Ini bukanlah cara efektif yang bahkan tidak
menghasilkan apa-apa untuk memecahkan sebab dari stres, justru akan menambah
masalah lebih jauh. Sebelum masuk ke cara-cara yang lebih spesifik untuk mengatasi
stressor tertentu, harus diperhitungkan beberapa pedoman umum untuk memacu
perubahan dan penaggulangan. Pemahaman prinsip dasar, menjadi bagian penting agar
seseorang mampu merancang solusi terhadap masalah yang muncul terutama yang
berkait dengan penyebab stres dalam hubungannya di tempat kerja. Dalam hubungannya
dengan tempat kerja, stres dapat timbul pada beberapa tingkat, berjajar dari
ketidakmampuan bekerja dengan baik dalam peranan tertentu karena kesalahpahaman
atasan atau bawahan. Atau bahkan dari sebab tidak adanya ketrampilan (khususnya
ketrampilan manajemen) hingga sekedar tidak menyukai seseorang dengan siapa harus
bekerja secara dekat (Margiati, 1999:76).
Dari sudut pandang organisasi, manajemen mungkin tidak khawatir jika karyawannya
mengalami stres yang ringan. Karena pada tingkat stres tertentu akan memberikan akibat positif,
hal ini akan mendesak mereka untuk melakukan tugas lebih baik. Tetapi pada tingkat stres yang
tinggi atau ringan yang berkepanjangan akan membuat menurunnya kinerja karyawan.
Stres ringan mungkin akan memberikan keuntungan bagi organisasi, tetapi dari sudut
pandang individu hal tersebut bukan merupakan hal yang diinginkan. Maka manajemen mungkin
akan berpikir untuk memberikan tugas yang menyertakan stres ringan bagi karyawan untuk
memberikan dorongan bagi karyawan, namun sebaliknya itu akan dirasakan sebagai tekanan oleh
karyawan. Maka diperlukan pendekatan yang tepat dalam mengelola stres, ada dua pendekatan
yaitu pendekatan individu dan pendekatan organisasi.
Dalam pendekatan individual seorang karyawan dapat berusaha sendiri untuk
mengurangi level stresnya. Strategi yang bersifat individual yang cukup efektif yaitu:
pengelolaan waktu, latihan fisik, latihan relaksasi dan dukungan sosial. Dengan pengelolaan
waktu yang baik maka seorang karyawan dapat menyelesaikan tugas dengan baik, tanpa adanya
tuntutan kerja yang tergesa-gesa. Dengan latihan fisik dapat meningkatkan kondisi tubuh agar
lebih prima sehingga mampu menghadapi tuntutan tugas yang berat. Selain itu untuk mengurangi
stres yang dihadapi pekerja perlu dilakukan kegiatan-kegiatan santai. Dan sebagai strategi
terakhir untuk mengurangi stres adalah dengan mengumpulkan sahabat, kolega, keluarga yang
akan dapat memberikan dukungan dan saran-saran bagi dirinya.
Dari pendekatan organisasional dapat dilihat bahwa beberapa penyebab stres adalah
tuntutan dari tugas dan peran serta struktur organisasi yang semuanya dikendalikan oleh
manajemen, sehingga faktor-faktor itu dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang
mungkin digunakan oleh manajemen untuk mengatasi stres karyawannya adalah melalui seleksi
dan penempatan, penetapan tujuan, redesain pekerjaan, pengambilan keputusan partisipatif,
komunikasi organisasional dan program kesejahteraan. Melalui strategi tersebut akan
menyebabkan karyawan memperoleh pekerjaan sesuai dengan kemampuannya dan mereka
bekerja untuk tujuan yang mereka inginkan serta adanya hbungan interpersonal yang sehat serta
perawatan terhadap kondisi fisik dan mental
Berikut gambar strategi menejemen stres :
Dan maksud dari gambar diatas adalah semua komponen- komponen yang ada pada strategi
menejemen stres harus ada dan tidak boleh tertinggal satu saja karena antara komponen satu
dengan yang laennya memiliki ikatan erat yang tak boleh terpisahkan untuk mencapai suatu
tujuan dari menghilangkan stressor dengan menghindari stressor dan merubah berbagai persepsi
terhadap stress dan juga pastinya kita harus mengendalikan dampak stres dan kita juga perlu
membuka diri dan menerima dukungan dari lingkungan karena lingkungan memiliki pengaruh
yang sangatlah penting bagi kehidupan kita.
5.ya benar sekali bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan
Kepuasan kerja staf dapat mempengaruhi hasil pasien. Semua penyedia pelayanan
menunjukkan pelayanan yang lebih baik ketika mereka puas dengan pekerjaannya dan
ketika mereka merasa berkomitmen dengan organisasinya (McNeese-Smith, 1996). AlAhmadi
(2009) melakukan studi terhadap 923 perawat pada rumah sakit di Riyadh,
kinerja karyawan ditemukan berhubungan positif dengan kepuasan kerja secara
keseluruhan (segi kepuasan meliputi kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri, supervisi,
hubungan dalam kerja, pembayaran, kesempatan promosi, dan kondisi kerja).
Beberapa peneliti tidak menemukan hubungan antara kinerja karyawan dan
kepuasan kerja. Crossman & Zaki (2003) mengadakan penelitian dan menyatakan tidak
ada hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dan kinerja karyawan. Packard &
Motowidlo (1987 dalam Al-Ahmadi, 2009) mempelajari hubungan stres subjektif,
kepuasan kerja, dan kinerja karyawan di antara perawat rumah sakit, dan mendapatkan
hasil bahwa kepuasan kerja tidak berhubungan dengan kinerja karyawan.
Download