ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK Perang Sipil Angola telah terjadi sejak tahun 1975, dan mencapai kesepakatan damai antara pihak-pihak yang bertikai yaitu UNITA dan MPLA pada tahun 1990 yang tertulis dalam perjanjian Bicesse Accord. Di dalam perjanjian Bicesse Accord mengatur mengenai perencanaan pelaksanaan program Demiliterisasi, Demobilisasi, dan Reintegrasi. Untuk memperlancar program DDR UNITA dan MPLA, pemerintah Angola mencari bantuan internasional dan menjadi rent-seeker. De Beers yang merupakan perusahaan kartel dengan peran dominatif 80% didunia menjadi salah satu klien pemerintah Angola. Pada tahun 1990 De Beers melalui Governing Agreement menjadi penyewa lahan berlian aluvial dengan tingkat konsentrasi tertinggi di Angola yaitu di Lunda Norte bersama Endiama, perusahaan berlian nasional Angola. Tujuan investasi berlian De Beers di Lunda Norte adalah untuk membantu kelancaran proses DDR. Namun yang terjadi adalah eskalasi konflik perang sipil Angola tahun 1992-2002 terus meningkat, dan proses DDR gagal untuk dilakukan. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah mengapa investasi perusahaan De Beers yang seharusnya membantu proses DDR, justru menjadi pihak yang memperbesar peluang kegagalan proses DDR UNITA dan MPLA tahun 1992-2002?. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, dalam penelitian ini penulis menggunakan teori ekonomi politik perang, greedy theory, dan konsep DDR. Hipotesis dari penulis adalah Investasi berlian De Beers memperbesar peluang kegagalan proses DDR karena adanya motivasi ekonomi dari UNITA sebagai pemberontak yang menguasai Lunda Norte, wilayah investasi De Beers. Jangkauan penelitian adalah perang sipil Angola yang terjadi sejak tahun 1992 hingga tahun 2002. Kata kunci : De Beers, demobilisasi, demiliterisasi, reintegrasi,pemberontak, intensitas, perang,kekerasan, UNITA,MPLA xv SKRIPSI TASHA KHARISMAPUTRI PENGARUH PERUSAHAAN BERLIAN INTERNASIONAL DE BEERS TERHADAP KEGAGALAN PROSES DEMILITERISASI, DEMOBILISASI, DAN REINTEGRASI UNITA DAN MPLA TAHUN 1992-2002