BAB II LANDASAN TEORITIS A. Bank Bank merupakan jenis usaha atau lembaga yang khusus karena dalam menjelaskan kegiatan operasionalnya tergantung pada sumber dana dan masyarakat. Kelangsungan hidup suatu bank ditentukan oleh kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut, bila kepercayaan masyarakat menurun terhadap pihak bank maka akan membawa dampak yang buruk terhadap kelangsungan hidup bank yang bersangkutan dan begitupun sebaliknya. Dari hal tersebut diatas, maka timbul istilah bank sebagai lembaga kepercayaan. Selain sebagai lembaga kepercayaan, bank juga berfungsi sebagai lembaga perantara. Bank mempertemukan pihak yang kelebihan dana baik perorangan maupun badan usaha dengan pihak yang membutuhkan dana atau kredit baik perorangan maupun badan usaha. Pihak yang berkelebihan dana tersebut dapat menyimpan uang mereka dalam bentuk tabungan, giro atau deposito sesuai dengan kebutuhan mereka. Sedangkan pihak yang membutuhkan dana dapat mengajukan pinjaman atau kredit berupa kredit modal kerja, kredit investasi, atau kredit konsumsi kepada pihak bank. Bank merupakan perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dan meliputi tiga kegiatan utama yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan memberikan jasa bank lainnya merupakan pendukung dari kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat dan 9 10 penyaluran dana kepada masyarakat. Kegiatan utama bank dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 2.1 Sistem Operasional Bank (Kasmir, 2003) Sumber : www.google.com ( Diakses pada tanggal 24 mei 2013 ) 1. Pengertian Bank Pengertian bank terdapat pada pasal 1 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 yaitu : “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak “ (Kasmir, 2003). Irmayanto, 1998 mengemukakan bahwa bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti 11 memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga serta membiayai perusahaan-perusahaan. Dilain pihak, Hasibun, 2001 juga berpendapat bahwa bank selaku stabilitator moneter diartikan bahwa bank mempunyai kewajiban ikut serta menstabilkan nilai tukar uang, nilai kurs, atau harga barang-barang relatif stabil atau tetap, baik secara langsung maupun melalui mekanisme Giro Wajib Minimum. Dua dari kesimpulan di atas tersebut tidak dapat dipisahkan, sebagai badan usaha bank selalu berusaha mendapatkan keuntungan sebesarbesarnya dari usaha yang dijalankannya. Sebaliknya sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai kewajiban pokok untuk menjaga kestabilan nilai uang, mendorong kegiatan ekonomi dan perluasan kesempatan kerja. Apabila suatu sistem perbankan dalam kondisi yang tidak sehat, maka fungsi bank sebagai lembaga intermediasi atau lembaga perantara tidak akan berfungsi dengan optimal. Dengan terganggunya fungsi intermediasi tersebut, maka alokasi dan penyediaan dana dari perbankan untuk kegiatan investasi dan membiayai sektor-sektor yang produktif dalam perekonomian menjadi terbatas. Sistem perbankan yang tidak sehat juga akan mengakibatkan lalu lintas pembayaran yang dilakukan oleh sistem perbankan tidak lancar dan efisien. Selain itu, sistem perbankan yang tidak sehat juga akan menghambat efektivitas kebijakan moneter. 12 2. Sumber Dana Bank Kunci dari keberhasilan manajemen bank adalah bagaimana bank tersebut bisa merebut hati masyarakat sehingga peranannya sebagai financial intermediary dapat berjalan dengan baik. Karena kegiatan manajemen dana bank meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian terhadap penghimpunan serta pengalokasian dana dari masyarakat. Proses pengelolaan dan penghimpunan dana masyarakat ke dalam bank serta pengalokasian dana-dana tersebut bagi kepentingan bank dan masyarakat pada umumnya, secara optimal melalui penggerakkan semua sumber daya yang tersedia demi mencapai tingkat rentabilitas yang memadai sesuai dengan batas ketentuan peraturan yang berlaku. Pada era perbankan modern saat ini sangat terkait erat dengan manajemen bank dimana manajemen aktiva-pasiva bank merupakan fokus utama dalam manajemen dana bank. Sebagai lembaga keuangan, bank memiliki usaha pokok berupa menghimpun dana untuk kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat untuk jangka waktu tertentu. Dalam garis besarnya, sumber dana bagi sebuah bank ada 3 (tiga) jenis, yaitu : a) Dana yang bersumber dari bank itu sendiri b) Dana yang bersumber dari masyarakat luas c) Dana yang berasal dari lembaga keuangan, baik berbentuk bank maupun non bank ( Suyanto, 2001). Dana yang bersumber dari bank itu sendiri adalah dana berbentuk modal disetor yang berasal dari pemegang saham dan cadangan-cadangan 13 serta keuntungan bank yang belum dibagikan kepada para pemegang saham. Dana yang berasal dari masyarakat luas umumnya berbentuk simpanan yang secara umum disebut sebagai giro, deposito dan tabungan. Sedangkan dana yang berasal dari lembaga-lembaga keuangan pada umumnya diperoleh bank dalam bentuk pinjaman. Penghimpunan dana merupakan jasa utama yang ditawarkan dunia perbankan. Menurut Djumhana (2000), idealnya dana dari masyarakat ini merupakan suatu tulang punggung dari dana yang dikelola oleh bank untuk memperoleh keuntungan. Ada 3 (tiga) jenis simpanan pada bank sebagai sarana untuk memperoleh dana dari masyarakat, yaitu : 1. Giro (Demand Deposit) 2. Deposito (Time Deposit) 3. Tabungan (Saving Deposit) B. Dana Pihak Ketiga 1. Pengertian Dana Pihak Ketiga (DPK) Dana pihak ketiga (simpanan) yang dijelaskan dalam UU Perbankan RI No. 10 tahun 1998 tentang perbankan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Menurut Kasmir dalam bukunya Manajemen Perbankan (2002:64), dana pihak ketiga adalah dana yang berasal dari masyarakat luas yang merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional 14 suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasionalnya dari sumber dana ini. 2. Komponen Dana Pihak Ketiga (DPK) Komponen yang termasuk dalam dana pihak ketiga adalah sebagai berikut : a. Giro Giro adalah simpanan dari pihak lain pada bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, ATM, sarana penarikan pembayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Termasuk didalamnya giro yang diblokir untuk tujuan tertentu misalnya dalam rangka escrow account, setoran jaminan yang diblokir oleh yang berwajib karena suatu perkara, serta kredit yang bersaldo kredit. Sedangkan giro yang bersaldo debet, dilaporkan ke dalam pos kredit pada sisi aktiva neraca. Simpanan giro digolongkan sebagai sumber dana murah dan sifatnya bebas, yaitu dapat dilakukan penyetoran dan penarikan setiap waktu sepanjang jam kas bank masih buka. Bahkan dapat dilakukan penarikan kapan saja dalam jumlah terbatas melalui ATM. Dikatakan sebagai dana murah karena beban biaya relatif kecil, penyimpanan dana tidak diberikan bunga tetapi imbalan yang dinamakan jasa giro dalam presentase yang relatif rendah. Pada umumnya, simpanan giro oleh pemiliknya digunakan untuk kepentingan bisnis yaitu untuk 15 menampung hasil penerimaan dari relasi bisnisnya dan untuk pembayaran kepada para relasi bisnis. b. Tabungan Tabungan merupakan simpanan yang sifatnya bebas terbatas, artinya bebas dalam melakukan penyetoran dan terbatas dalam penarikan. Penabung dapat melakukan penyetoran sepuas-puasnya sepanjang kantor kas bank masih buka. Akan tetapi, tidak dapat melakukan penarikan sebagaimana halnya simpanan giro. Dari batasan tersebut tampak bahwa perbedaan yang sangat prinsip dengan simpanan giro terletak pada instrumen penarikan yang digunakan dan pihak yang dapat melakukan penarikan. Instrumen penarikan atas beban rekening tabungan digunakan kuitansi yang sifatnya tidak dapat dipindahtangankan. Disamping itu, kuitansi ini tidak dapat dijadikan warkat kliring. Jika pengambilan uang atau dana atas beban rekening tabungan bukan oleh pemegangnya harus dengan cara menerbitkan surat kuasa kepada pihak yang akan menerima penarikan tersebut. Dalam perkembangannya, penarikan atas beban rekening tabungan dapat dilakukan melalui anjungan tunai mandiri yang dapat dilakukan dalam waktu 24 jam setiap hari. Namun jumlah yang dapat ditarik terutama dalam bentuk tunai dibatasi dalam jumlah tertentu. Bank akan memberikan bunga dalam presentase tertentu terhadap rekening tabungan yang sistem dan besarnya berbeda pada setiap bank. 16 Dana yang berasal dari tabungan termasuk sumber dana prima dan relatif murah. Dari segi jangka waktu tabungan digolongkan sebagai simpanan yang berjangka waktu menengah panjang jika dibandingkan dengan simpanan giro. Sedangkan dari segi biaya relatif murah jika diukur dengan beban biaya simpanan berjangka. Oleh karena itu, para bankir berlomba-lomba menarik minat masyarakat untuk menabung pada banknya. c. Deposito Berjangka Simpanan dalam bentuk deposito berjangka penyetorannya dilakukan oleh nasabah sebesar nilai nominal sebagaimana yang tertulis dalam warkatnya (bilyet). Kemudian pada saat jatuh tempo, nasabah akan menerima kembali simpanannya sebesar nilai nominal ditambah bunga sesuai dengan yang diperjanjikan. Deposito berjangka ini tidak dapat dicairkan sewaktu-waktu, hanya dapat dicairkan pada saat jatuh tempo. Jika nasabah tetap ingin melakukan pencairan deposito, biasanya pihak bank akan membebankan biaya pinalti kepada nasabah yang jumlahnya sudah disepakati sebelumnya. Sesuai dengan sifatnya, deposito berjangka tidak dapat dialihkan atau dipindahtangankan. Oleh karena itu, deposito berjangka disebut sebagai surat yang berharga dan tidak dapat diperdagangkan. d. Deposito On Call Deposito ini adalah bentuk lain dari deposito berjangka, namun berbeda dalam sistem penarikannya. Dalam aplikasinya, pemilik dana 17 dapat menarik uangnya sebelum jatuh tempo. Namun dengan syarat harus memberitahukan terlebih dahulu kepada bank beberapa hari sebelumnya sebagaimana diperjanjikan. Dana yang berasal dari simpanan berjangka seperti deposito berjangka dan deposito on call termasuk dana yang relatif mahal karena beban bunganya relatif tinggi. C. BI Rate 1. Pengertian BI Rate BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau arah kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia setiap rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Bi Rate merupakan suatu tingkat suku bunga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai indikator tingkat risiko. Apabila BI Rate mengalami kenaikan maka artinya Bank Indonesia menaikkan tingkat risiko pasar karena dinilai perekonomian memburuk dan begitupun sebaliknya. BI Rate turut mempengaruhi bank umum dalam penetapan tingkat suku bunga bank. 18 2. Fungsi BI Rate Fungsi dari BI Rate adalah untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Pergerakan di suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan di suku bunga deposito dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan. Sebaliknya Bank Indonesia akan menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan. D. Kredit Perbankan 1. Pengertian Kredit Kata Kredit berasal dari bahasa latin credere yang berarti percaya atau to belive atau to trust. Dasar pemikiran persetujuan pemberian kredit oleh suatu lembaga keuangan atau bank kepada seseorang atau badan usaha berlandaskan kepercayaan. Dengan kata lain orang mendapat bantuan kredit atau yang telah mendapat kepercayaan untuk membayar lunas pinjamannya dalam jangka waktu tertentu (Tjoekam, 1999). Menurut Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998 pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan 19 dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Siamat 2004 hal 56). Sedangkan unsur-unsur di dalam suatu pokok perkreditan mengandung risiko-risiko sebagai berikut (Santoso, 1996: 10) : a. Kepercayaan, yaitu keyakinan bank atas uang yang dipinjamkan tersebut akan diterima kembali pembayaran pokok dan bunganya sesuai jangka waktu yang telah disepakati. b. Waktu, yaitu agio akan pertambahan nilai uang yang diterima saat ini dengan masa yang akan datang dimana tentunya nilai uang sekarang akan lebih tinggi dari pada nilai uang di waktu yang akan datang. c. Degree of risk, yaitu risiko yang terjadi akibat kesenjangan waktu dari pemberian pinjaman tersebut. Asuransi risiko ini didasarkan pertimbangan bahwa dengan semakin lama kredit diberikan maka akan semakin tinggi tingkat risikonya, karena kemampuan manusia untuk menerobos masa datang selalu ada unsur ketidakpastian yang tidak dapat diprediksi pada masa sekarang. Dengan adanya unsur risiko ini maka diperlukan cover jaminan yang memadai. d. Prestasi, pemberian kredit sebenarnya tidak hanya sebatas pemberian pinjaman dalam bentuk uang tetapi juga barang dan jasa atau yang sejenisnya. Namun demikian dengan kemajuan jaminan pada masa kini perwujudannya adalah dalam bentuk uang. 20 2. Jenis-jenis Kredit a. Jenis Kredit dilihat dari Tujuan 1) Kredit Konsumtif Kredit yang bertujuan untuk memperoleh barang-barang atau kebutuhan lainnya guna memenuhi keputusan dalam konsumsi. 2) Kredit Produktif Kredit yang bertujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi, mulai dari saat pengumpulan bahan mentah, pengolahan sampai pada proses penjualan barang-barang yang sudah jadi. b. Jenis Kredit dilihat dari Jangka Waktu 1) Short Term Credit (kredit jangka pendek) Adalah kredit yang berjangka waktu maksimum satu tahun 2) Intermediate Term Credit (kredit jangka waktu menengah) Adalah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu dari satu sampai tiga tahun 3) Long Term Credit (kredit jangka Panjang) Adalah suatu bentuk kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun 4) Demand loan atau call loan Suatu bentuk kredit yang setiap waktu dapat diminta kembali c. Jenis Kredit dilihat dari Tujuan Penggunaan 1) Kredit Modal Kerja atau Kredit Eksploitasi 21 kredit modal kerja yaitu kredit jangka pendek yang diberikan untuk membiayai kebutuhan modal kerja dari suatu perusahaan (working capital loan). 2) Kredit Investasi kredit investasi yaitu kredit jangka menengah dan panjang yang diberikan untuk membiayai proyek baru ataupun proyek perluasan suatu perusahaan (investment loan). 3) Kredit Konsumsi kredit yang diberikan oleh bank atau lembaga keuangan lainnya kepada pihak perseorangan, termasuk pegawai bank pelapor, untuk keperluan konsumsi dengan cara membeli, menyewa, atau dengan cara lain; kredit perseorangan; kredit konsumtif (consumer credit; personal credit; consumer loan). d. Jenis Kredit Menurut Sektor Ekonomi 1) sektor Pertanian, Perburuhan, dan Sarana Pertanian 2) sektor Pertambangan 3) sektor Perindustrian 4) sektor Listrik, Gas, dan Air 5) sektor Konstruksi 6) sektor Perdagangan, Restoran, dan Hotel 7) sektor Jasa-jasa Sosial Masyarakat 8) sektor lain-lain 22 e. Jenis Kredit Menurut Sifat 1) Kredit atas dasar Transaksi satu kali (Eenmalig) Kredit jangka pendek untuk pembiayaan suatu transaksi tertentu dengan sistem sekali tarik, penarikan kredit hanya satu kali selama jangka waktu kredit sehingga harus lunas dan berakhir secara otomatis pada saat transaksi selesai. 2) Kredit atas dasar Transaksi Berulang (Revolving) Kredit jangka pendek untuk usaha yang merupakan suatu seri transaksi yang sejenis. 3) Kredit atas dasar Plafon Terikat Kredit diberikan dengan jumlah dan jangka waktu tertentu dengan tujuan untuk tambahan modal kerja bagi unit produksi atas dasar penilaian kapasitas produksi atau kebutuhan modal kerja. 4) Kredit atas dasar Plafon Terbuka Kredit untuk kebutuhan modal kerja, maksimum kredit yang diberikan tidak terikat pada kapasitas produksi normal ataupun realisasi penjualan (omzet). Selama jangka waktu kredit masih berlaku, nasabah dapat melakukan penarikan dan penyetoran sehingga posisi baki debet dapat menunjukkan jumlah yang naik atau turun. 5) Kredit atas dasar Penurunan Plafon secara Berangsur 23 Kredit diberikan kepada nasabah yang pelunasannya harus dilaksanakan secara berangsur sesuai dengan jadwal pelunasan yang telah ditentukan oleh bank. f. Jenis Kredit yang Disalurkan dalam Bentuk : 1) Cash Loan Pinjaman uang tunai yang diberikan bank kepada nasabahnya. Dalam pemberian cash loan ini bank telah menyediakan dana (fresh money) yang dapat digunakan oleh nasabah berdasarkan ketentuan tertentu yang ada dalam perjanjian kreditnya. 2) Non Cash Loan Fasilitas yang diberikan bank kepada nasabahnya, tetapi atas fasilitas tersebut bank belum mengeluarkan uang tunai. Dalam fasilitas ini bank baru menyatakan kesanggupan untuk menjamin pembayaran kewajiban nasabah kepada pihak lain atau pihak ketiga. g. Jenis Kredit Konsorsium dan Joint Financing 1) Konsorsium Fasilitas kredit yang diberikan kepada nasabah bank yang pembiayaannya dilakukan secara bersama, bisa antar sesama bank pemerintah, meskipun tidak tertutup kemungkinan dengan bank swasta besar. 24 2) Joint Financing Cara pembiayaan kredit yang dilaksanakan secara bersama-sama antara bank-bank nasional (bank pemerintah atau bank pemerintah daerah, atau bank swasta) dengan bank-bank asing. h. Jenis Kredit Sindikasi Sindikasi adalah suatu pembiayaan bersama terhadap suatu objek kredit oleh beberapa bank atau lembaga pembiayaan, baik pembiayaan jangka pendek, menengah, maupun panjang dimana resiko kredit ditanggung bersama oleh bank atau lembaga pembiayaan pemberi kredit. i. Jenis Kredit Two Step Loan ( TSL ), Buyer’s Credit (Export Credit), Onshore Loan, dan Offshore Loan 1) Two Step Loan ( TSL ) Suatu pinjaman yang diperoleh pemerintah dari lender (lembaga keuangan) di luar negeri yang selanjutnya oleh pemerintah dipinjamkan kepada Participating Financial Institution (PFI atau Bank) untuk digunakan sebagai pinjaman Kepada berbagai proyek atau perusahaan yang memenuhisyarat-syarat yang ditetapkan oleh peminjam. 2) Buyer’s Credit (Export Credit) Fasilitas yang diberikan kepada importer (buyers) yang disediakan oleh bank-bank di luar negeri untuk pembiayaan impor atau 25 pembelian barang (khususnya barang modal) yang berasal dari negara bank pemberi fasilitas di luar negeri. 3) Onshore Loan Pemberian kredit dalam valuta asing yang pada beberapa bank dananya dikelola oleh Divisi Treasury. 4) Offshore Loan Pemberian kredit dalam valuta asing oleh kantor bank yang ada diluar negeri kepada nasabah-nasabah dalam negeri sehingga menimbulkan kewajiban membayar kembali terhadap luar negeri. 3. Fungsi Kredit Kredit mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian. Secara garis besar fungsi kredit di dalam perekonomian, perdagangan, dan keuangan dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Meningkatkan Utility (daya guna) dari modal atau uang Para pengusaha menikmati kredit dari bank untuk memperluas atau memperbesar usahanya, baik untuk meningkatkan produksi, perdagangan, maupun usaha-usaha rehabilitasi. b. Meningkatkan Utility (daya guna) suatu barang Produsen dengan bantuan kredit dari bank dapat memproduksi bahan jadi, sehingga utility dari bahan tersebut meningkat. 26 c. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Kredit yang disalurkan melalui rekening koran, mendorong pengusaha untuk menciptakan pertambahan peredaran mata uang giral dan sejenisnya, seperti cek, bilyet giro, wesel, promise, dan sebagainya melalui kredit. Peredaran uang kartal maupun giral akan lebih berkembang karena kredit menciptakan suatu kegairahan berusaha. Dengan demikian, penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif. d. Menambah gairah berusaha masyarakat, manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi dengan selalu berusaha memenuhi kebutuhannya, sehingga diperlukan uang untuk dapat mewujudkan kebutuhan tersebut. Kredit adalah salah satu cara untuk dapat memperoleh uang dan kemudian oleh pelaku ekonomi dapat dipergunakan untuk meningkatkan usahanya. e. Stabilitas ekonomi Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat langkah-langkah stabilisasi harus dilakukan untuk : 1) Pengendalian inflasi 2) Peningkatan ekspor 3) Rehabilitasi sarana f. Jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional Pengusaha yang memperoleh kredit, uangnya akan dipakai untuk meningkatkan usahanya, yang berarti akan meningkatkan profit. Bila 27 keuntungan secara kumulatif dikembangkan lagi, dalam artian dikembalikan kedalam struktur permodalan, peningkatan akan berlangsung terus-menerus. Jadi secara langsung maupun tidak langsung, melalui kredit pendapatan nasional akan bertambah. g. Sebagai alat meningkatkan hubungan ekonomi internasional Melalui bantuan kredit antarnegara atau G to G (Government to Government) hubungan antar pemberi dan penerima kredit akan bertambah erat terutama untuk hubungan perekonomian dan perdagangan. E. Hubungan Dana Pihak Ketiga (DPK), BI Rate dan Penyaluran Kredit Perbankan Dana pihak ketiga mempunyai pengaruh terhadap penyaluran kredit perbankan. Penghimpunan dana pihak ketiga tersebut bisa berupa tabungan, deposito dan giro yang merupakan sumber dana bagi penyaluran kredit yang dilaksanakan oleh bank (IKPI Jilid II, 1992). Masing-masing dari komponen dana pihak ketiga tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dalam cara penyimpanan maupun pengambilannya. Selain dana pihak ketiga, Bi Rate juga mempengaruhi dalam penghimpunan dana pihak ketiga dan penyaluran kredit. Dengan penetapan BI Rate yang dilakukan, dapat merangsang para calon kreditur maupun kreditur untuk menyimpan dananya di bank sehingga dapat menambah dana pihak ketiga bank. Di sisi lain, penetapan BI Rate yang dilakukan juga 28 mempengaruhi bank umum dalam menetapkan suku bunga kredit. Jika BI Rate meningkat, maka suku bunga kredit akan turut menyesuaikan peningkatan kenaikannya dan hal ini juga akan berpengaruh terhadap jumlah penyaluran kredit yang diberikan. 1. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian terdahulu No 1 Nama dan Tahun Renawati (1994) Judul Penelitian Upaya Penghimpunan Dana Masyarakat Sebagai Sumber Pelepasan Kredit Pada Bank Umum Swasta Nasional Di Daerah Tingkat I Jawa Timur Variabel Penelitian Variabel independen : Penghimpunan dana masyarakat Variabel dependen : Pelepasan kredit Hasil Penelitian Penghimpunan dana masyarakat memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan pelepasan kredit 2 Nurhasniya (2004) Analisis Peranan Perkembangan Jumlah Giro, Tabungan dan Deposito Masyarakat Terhadap Perkembangan Jumlah Kredit (Studi Kasus Pada 10 Bank Umum Devisa Nasional) Variabel independen : Giro, tabungan dan deposito Variabel dependen : Perkembangan jumlah kredit Perkembangan jumlah tabungan, deposito dan giro berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan jumlah kredit 3 Beriman (2009) Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga Terhadap Jumlah Kredit Pada PT. Bank Mandiri, Tbk Periode Januari 2004 Desember 2008 Variabel independen : DPK (tabungan deposito dan giro) Variabel dependen : Jumlah kredit Secara parsial tabungan dan deposito berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah kredit bank, sedangkan giro tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah kredit. 29 4. Sri Hariyati (2009) Pertumbuhan Kredit Perbankan Di Indonesia : Intermediasi Dan Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Variabel independen : Makro ekonomi (suku bunga BI, tingkat inflasi, nilai tukar), likuiditas, DPK, pinjaman diterima, dan modal Variabel dependen : Pertumbuhan kredit perbankan : Intermediasi (LDR) Terbukti adanya hubungan yang secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel dependen. Secara parsial, DPK, tingkat inflasi, pinjaman diterima dan modal berpengaruh positif signifikan, sedangkan likuiditas, suku bunga BI, nilai tukar berpengaruh negatif signifikan terhadap intermediasi baik pada perbankan nasional maupun asing. 2. Kerangka Pemikiran Mengacu pada telaah teori dan penelitian terdahulu maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dan dijelaskan sebagai berikut : Dana Pihak Ketiga (X1) Ha1 Kredit Perbankan (Y) Ha2 BI Rate (X2) Gambar 2.2 Kerangka Pikir Penelitian 30 Kerangka pikir penelitian ini di fokuskan pada pengaruh dana pihak ketiga dan BI Rate terhadap penyaluran kredit perbankan (studi kasus : PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk). Seberapa besar dana pihak ketiga (DPK) dan BI Rate mempengaruhi dalam penyaluran kredit pada dunia perbankan. 3. Pengembangan Hipotesis Hipotesis merupakan suatu pernyataan atau dugaan sementara mengenai hal yang harus di uji kebenarannya yang mempunyai sifat sementara. a. Dana Pihak Ketiga (DPK) Dari penelitian terdahulu yang diperoleh penulis, maka dapat diketahui bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh dana pihak ketiga (DPK) terhadap penyaluran kredit pada industri perbankan khususnya pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, maka hipotesis ini dapat dikembangkan dan dirumuskan sebagai berikut : Ha1 : Dana pihak ketiga (DPK) mempengaruhi penyaluran kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. 31 b. BI Rate Dari penelitian terdahulu yang diperoleh penulis, maka dapat diketahui bahwa BI Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh BI Rate terhadap penyaluran kredit pada industri perbankan khususnya pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, maka hipotesis ini dapat dikembangkan dan dirumuskan sebagai berikut : Ha2 : BI Rate mempengaruhi penyaluran kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.