37 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Pada kuasi eksperimen subjek tidak dikelompokkan secara acak tetapi peneliti menerima keadaan subjek seadanya (Ruseffendi, 1998). Terdapat dua kelompok sampel pada penelitian ini yaitu kelompok eksperimen melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran matematika tipe group investigation dan kelompok kontrol melakukan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Kedua kelompok diberikan pre-test dan post-test, dengan menggunakan instrumen tes yang sama. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel tidak bebas. Variabel bebas yaitu model pembelajaran matematika tipe group investigation, sedangkan variabel tidak bebasnya yaitu kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-concept siswa. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang pemecahan masalah matematis siswa. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain ”Nonekuivalen Control-Group Design”, dimana kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diseleksi tanpa prosedur acak (without random assignment). Pada dua kelompok tersebut sama-sama diberikan pre-test dan posttest. Hanya kelompok eksperimen saja yang diberikan treatment, dengan rancangan sebagai berikut (Creswell, 2010: 242). Kelompok eksperimen O Kelompok kontrol O X O O dengan: O = Pre-test dan Post-test kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-concept siswa X = Pembelajaran matematika dengan model group investigation. Riki Musriandi, 2013 Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 38 B. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu (Sugiyono, 2011: 215). Penelitian ini dilakukan di salah satu MTsN yang ada di Banda Aceh, dengan pertimbangan karena fasilitas yang tersedia termasuk lengkap baik itu buku bacaan, alat peraga dan laboratorium matematika yang dapat membantu siswa untuk mendapatkan informasi yang mereka perlukan dalam proses pembelajaran. Sebagai populasi dari penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII pada tahun ajaran 2012/2013yang berjumlah 11 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-10 dan VIII-11 berdasrkan hasil pertimbangan yang disampaikan kepala sekolah dan guru bidang studi matematika di sekolah tersebut. Kelas yang terdapat di MTsN tersebut berjumlah 33 Kelas dengan rincian kelas VII terdiri dari 11 kelas, kelas VIII terdiri dari 11 kelas dan kelas IX terdiri dari 11 kelas. Pendistribusian siswa pada kelas VIII dilakukan secara merata pada seluruh kelas dengan jumlah siswa berkisar antara 30-31 orang siswa. Pemilihan kelas kontrol dan eksperimen akan ditentukan dengan random terhadap kelas VIII-10 dan VIII-11. C. Instrumen Penelitian Data dalam penelitian ini diperoleh dari instrumen yang digunakan yaitu instrument yang disusun dalam bentuk kuesioner/angket dan tes yang dijawab oleh responden secara tertulis. Instrumen tersebut terdiri dari tiga macam instrumen, yaitu: (a) tes kemampuan pemecahan masalah matematis; (b) lembar observasi selama pembelajaran dan (c) skala self-concept siswa tentang matematika. Instrumen ini dikembangkan melalui beberapa tahap, yaitu: tahap pembuatan instrumen, tahap penyaringan dan tahap uji coba instrumen (tes kemampuan pemecahan masalah matematis). Uji coba instrumen dilakukan untuk Riki Musriandi, 2013 Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 39 melihat validitas butir tes, reliabilitas tes, daya pembeda butir tes, dan tingkat kesukaran butir tes. 1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Tes kemampuan pemecahan masalah matematis dibuat dalam bentuk uraian. Tes tertulis ini terdiri dari tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Tes diberikan pada semua siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol. Soal-soal pre-test dan post-test dibuat ekuivalen/relatif sama. Pemberian pre-test dimaksud untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran dengan model yang diterapkan, sedangkan post-test dilakukan untuk mengetahui perolehan hasil belajar setelah pembelajaran dilakukan dan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan signifikan setelah mendapat pembelajaran dengan model yang diterapkan. Soal tes yang baik harus melalui beberapa tahap penilaian, diantaranya harus dinilai terlebih dahulu validitas, reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Untuk mendapatkan validitas, reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran maka soal tes harus diujicobakan pada kelas lain di sekolah pada tingkat yang sama. a. Analisis Validitas 1) Validitas Muka dan Isi Untuk mendapatkan soal yang memenuhi syarat validitas muka, validitas isi dan validitas konstruk maka pembuatan soal dilakukan dengan meminta pertimbangan dan saran dari ahli (expert), dosen pembimbing, guru-guru senior bidang studi matematika serta mahasiswa pascasarjana program studi pendidikan matematika. Validitas muka disebut pula validitas bentuk soal (pertanyaan, pernyataan, suruhan) atau validitas tampilan, yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal sehingga jelas pengertiannya dan tidak menimbulkan tafsiran lain (Suherman.dkk, 2003:106). Sedangkan validitas isi berarti ketepatan tes tersebut ditinjau dari segi materi yang diajukan, yaitu materi (bahan) yang dipakai sebagai tes tersebut merupakan sampel yang representatif dari pengetahuan yang harus Riki Musriandi, 2013 Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 40 dikuasai, termasuk kesesuaian antara indikator dan butir soal, kesesuaian soal dengan tingkat kemampuan siswa dan kesesuaian materi serta tujuan yang ingin dicapai. 2) Validitas Butir Soal Arikunto (Sundayana, 2010) validitas butir soal tes adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya suatu validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gamabaran tentang variabel yang dimaksud. Adapun langkah-langkah untuk menguji validitas butir soal tes (Sundayana, 2010)adalah sebagai berikut: 1. Menghitung harga korelasi setiap butir soal dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment, yaitu: π πππ = π ππ − π 2 − ( π) π 2 π π π 2 − ( π) 2 Keterangan : πππ : koefisien korelasi π : jumlah responden π : skor item butir soal π : skor total tiap soal 2. Melakukan perhitungan uji t dengan rumus: π‘βππ‘π’ππ = π π−2 1 − π2 Keterangan: r = koefisien korelasi hasil r hitung n = jumlah responden 3. Mencari π‘π‘ππππ dengan π‘π‘ππππ = π‘πΌ (ππ = π − 2), dengan πΌ = 0,05. 4. Membuat kesimpulan, dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Riki Musriandi, 2013 Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 41 Jika π‘βππ‘π’ππ > π‘π‘ππππ , berarti valid, atau Jika π‘βππ‘π’ππ ≤ π‘π‘ππππ , berarti tidak valid. Rincian uji validitas tes kemampuan pemecahan masalah matematis disajikan pada Table 3.1 berikut ini. Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Nomor Soal t.Hitung t.Tabel Keterangan 1 7,309 2,048 Valid 2 9,517 2,048 Valid 3 1,256 2,048 Tidak Valid 4 2,003 2,048 Tidak Valid 5 3,595 2,048 Valid 6 8,574 2,048 Valid 7 5,981 2,048 Valid 8 6,959 2,048 Valid Berdasarkan hasil dari tabel di atas terlihat bahwa terdapat dua soal yang tidak valid dikarenakan hasil thitung lebih kecil dari ttabel. Jadi, dari delapan soal yang diuji cobakan, hanya 6 soal yang dapat digunakan dalam penelitian ini, yaitu soal nomor 1, 2, 5, 6, 7, dan 8. b. Reliabilitas Butir Soal Reliabilitas instrumen penelitian adalah suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten). Hasil pengukuran itu harus tetap sama jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang yang berbeda, waktu yang berlainan, dan tempat yang berbeda pula, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi. Alat ukur yang reliabilitasnya tinggi disebut alat ukur yang reliabel (Sundayana, 2010). Butir soal yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tipe soal uraian. Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas tipe soal uraian adalah rumus Cronbach’s Alpha (Suherman, 2003: 154) yaitu sebagai berikut : Riki Musriandi, 2013 Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 42 π π−1 π= 1− ππ2 ππ‘2 Keterangan: π : koefisien reliabilitas soal π : banyak butir soal ππ2 : variansi item ππ‘2 : variansi total Hasil interpretasi reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan kriteria dari Guilford (Sundayana, 2010), yaitu: Tabel 3.2 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Koefisien Reliabilitas (r) Interpretasi 0,00 ≤ r < 0,20 Sangat rendah 0,20 ≤ r < 0,40 Rendah 0,40 ≤ r < 0,60 Sedang/cukup 0,60 ≤ r < 0,80 Tinggi 0,80 ≤ r ≤ 1,00 Sangat tinggi Berdasarkan hasil analisis menggunakan program Microsoft Office Excel 2007 didapat hasil reliabilitas tes adalah 0,875 yaitu mempunyai interpretasi yang tinggi. Dengan demikian tes kemampuan pemecahan masalah matematis memiliki konsistensi yang bagus walaupun dikerjakan oleh siapa saja dalam level kemampuan akademik yang sama. c. Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran digunakan untuk mengklasifikasikan setiap item instrumen tes kedalam tiga kelompok tingkat kesukaran untuk mengetahui apakah sebuah instrumen tergolong mudah, sedang atau sukar. Tingkat kesukaran tes dihitung dengan rumus (Sundayana, 2010): ππ΄ = ππ΄ + ππ΅ πΌπ΄ + πΌπ΅ Keterangan: TK : tingkat kesukaran SA : jumlah skor kelompok atas SB : jumlah skor kelompok bawah IA : jumlah skor ideal kelompok atas Riki Musriandi, 2013 Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 43 IB : jumlah skor ideal kelompok bawah Tabel 3.3 Interpretasi Tingkat Kesukaran Indeks Kesukaran Interpretasi TK= 0,00 Terlalu Sukar 0,000 < TK < 0,03 Sukar 0,03 < TK < 0,07 Sedang 0,70 < TK < 1,00 Mudah TK= 1,00 Terlalu Mudah Rangkuman hasil perhitungan uji tingkat kesukaran untuk setiap butir soal tes kemampuan komunikasi matematis siwa dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.4 Hasil Uji Tingkat kesukaran Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Nomor Soal Koefisien Tingkat Kesukaran Interpretasi 1 0,657 Sedang 2 0,550 Sedang 5 0,287 Sukar 6 0,203 Sukar 7 0,150 Sukar 8 0,333 Sedang Hasil uji tingkat kesukaran soal tes kemampuan pemecahan masalah matematis pada Tabel 3.4 di atas bahwa kelima soal tergolong baik karena tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah untuk diberikan kepada siswa. d. Daya Pembeda Daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai atau antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda tes dihitung dengan rumus (Sundayana, 2010): π·π = ππ΄ − ππ΅ πΌπ΄ Keterangan: DP : daya pembeda SA : jumlah skor kelompok atas SB : jumlah skor kelompok bawah IA : jumlah skor ideal kelompok atas Riki Musriandi, 2013 Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 44 Interpretasi perhitungan daya pembeda dengan klasifikasi yang dikemukakan oleh Suherman (2003: 161) adalah sebagai berikut: Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda Daya Pembeda Interpretasi Sangat jelek π·π ≤ 0,00 Jelek 0,00 < π·π ≤ 0,20 Cukup 0,20 < π·π ≤ 0,40 Baik 0,40 < π·π ≤ 0,70 Sangat baik 0,70 < π·π ≤ 1,00 Data dalam jumlah yang banyak (kelas besar) dengan n > 30, maka sebanyak 27% siswa yang memperoleh skor tertinggi dikategorikan ke dalam kelompok atas (higher group) dan sebanyak 27% siswa yang memperoleh skor terendah dikategorikan kelompok bawah (lower group). Untuk data di bawah n ≤ 30 maka siswa akan dibagi jadi dua kelompok sama besar (Sundayana, 2010). Rincian hasil uji daya pembeda tes kemampuan komunikasi matematis dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.6 Hasil Uji Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Nomor Soal Koefisien Daya Pembeda Interpretasi 1 0,367 Cukup 2 0,260 Cukup 5 0,227 Cukup 6 0,367 Cukup 7 0,207 Cukup 8 0,213 Cukup 2. Skala Self-Concept Siswa tentang Matematika Self-concept yang menjadi fokus pada penelitian ini ada pada tiga dimensi seperti yang dikemukakan Calhoun yaitu, pengetahuan, harapan, dan penilaian. Self-concept siswa tentang matematika adalah total skor yang diperoleh dari jawaban responden yaitu siswa yang mengukur: aspek kognitif yaitu pengetahuan siswa tentang keadaan dirinya, dan aspek afektif yaitu penilaian siswa tentang dirinya. Self-concept ini diukur setelah pembelajaran dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Riki Musriandi, 2013 Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 45 Skala self-concept yang digunakan adalah skala likert untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang. Dalam skala likert, responden (subjek) diminta untuk membaca secara seksama setiap pernyataan yang diberikan, kemudian subjek diminta untuk menjawab (mengrespon) pernyataan-pernyataan tersebut. Penilaian atau respon yang diberikan bersifat subjektif, tergantung dari kondisi sikap masing-masing individu (Suherman, 2003: 189). Variabel yang akan diukur dengan skala likert dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai pernyataan atau pertanyaan. Jawaban atau respon dari setiap pernyataan yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata (Suherman, 2003: 189) antara lain: Sangat Setuju (ST), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk menguji validitas skala self-concept digunakan uji validitas isi (content validity). Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2006). Instrument dinyatakan valid apabila sesuai dengan apa yang hendak diukur. 3. Lembar Observasi Menurut Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2011) bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalh proses pengamatan dan ingatan. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas selama pembelajaran. Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas guru sebagai pengajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Observasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa sebelum pembelajaran dan jalannya proses belajar mengajar di dalam kelas. Lembar observasi disusun berdasarkan penerapan model pembelajaran matematika tipe group investigation. Lembar observasi diharapkan dapat Riki Musriandi, 2013 Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 46 mengukur hasil pembelajaran, seperti tingkah laku siswa, kegiatan diskusi, cara bertanya dan lain-lain. D. Teknik Pengumpulan Data Data penelitian diperoleh melalui tes, lembar observasi, dan angket skala self-concept siswa. Data yang berkaitan dengan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa diperoleh melalui tes (pre-test dan post-test). Sedangkan data yang berkaitan dengan self-concept siswa tentang matematika diperoleh melalui angket skala self-concept siswa yang diberikan sebelum diberikan perlakuan dan sesudah perlakuan diberikan. E. Teknik Analisis Data Data yang akan dianalisa adalah data kuantitatif berupa hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, dan data deskriptif berupa hasil observasi dan angket skala self-concept siswa. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software SPSS 16 dan Microsoft Office Excel 2007. 1. Analisis Skor Hasil Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dalam melakukan pengolahan terhadap hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa digunakan bantuan SPSS 16 dan Microsoft Office Excel 2007. Hal pertama yang dilakukan adalah melakukan analisis deskriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran umum pencapaian kemampuan pemecahan masalah matematis yang terdiri dari skor rata-rata dan simpangan baku. Kemudian dilakukan analisis terhadap perbedaan dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dengan uji kesamaan dua rata-rata parametrik atau nonparametrik. Uji kesamaan dua rata-rata dipakai untuk membandingkan antara dua keadaan, yaitu keadaan nilai rata-rata pre-test siswa pada kelas eksperimen dengan siswa pada kelas kontrol, keadaan nilai rata-rata post-test siswa pada kelas eksperimen dengan siswa pada kelas kontrol, dan rata-rata N-gain pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Riki Musriandi, 2013 Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 47 Sebelum data hasil penelitian dianalisis, terlebih dahulu dipersiapkan beberapa hal, antara lain: 1. Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan alternatif jawaban dan sistem penskoran yang digunakan. 2. Membuat tabel skor pret-test dan post-test siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Menghitung rata-rata skor tes tiap kelas. 4. Menghitung standar deviasi untuk mengetahui penyebaran kelompok dan menunjukkan tingkat variansi kelompok data. 5. Membandingkan skor pre-test dan post-test untuk mencari peningkatan (gain) yang terjadi sesudah pembelajaran pada masing-masing kelompok yang dihitung dengan rumus gain ternormalisasi Hake (Meltzer dan David, 2002) yaitu: π= ππππ π‘ −ππππ πππππ − ππππ Keterangan: Spost : Skor post-test Spre : Skor pre-test Smaks : Skor maksimum Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi sebagai berikut (Hake,1999): Tabel 3.7. Kriteria N-Gain N-Gain Interpretasi π ≥ 0,7 Tinggi 0,3 ≤ π < 0,7 Sedang π ≤ 0,3 Rendah 6. Menetapkan tingkat kesalahan atau tingkat signifikansi yaitu 5% (πΌ = 0,05). Riki Musriandi, 2013 Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 48 Sebelum dilakukan uji hipotesis menggunakan uji kesamaan rata-rata (ujit), terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. a. Uji Normalitas Menguji normalitas distribusi skor tes awal (pretes) dan tes akhir (postes) dengan menggunakan bantuan program SPSS 16. Penerimaan normalitas data didasarkan pada hipotesis berikut: H0 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal H1 : Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal Setelah dilakukan perhitungan, dibandingkan nilai signifikansi dengan πΌ. Jika Nilai signifikansi > πΌ, maka H0 diterima. Bila tidak berdistribusi normal, dapat dilakukan dengan pengujian nonparametrik. b. Uji Homogenitas Pengujian homogenitas variansi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah variansi kedua kelommpok sama atau berbeda. Proses perhitungan dilakukan denagn bantuan program SPSS 16. Hipotesis yang akan diuji dapat juga dinyatakan sebagai berikut. H0 : π12 = π22 H1 : π12 ≠ π22 Keterangan: π1 = variansi kelas eksperimen , π2 = variansi kelas kontrol Kriteria pengujian adalah terima H0 jika nilai signifikansi > πΌ, dan tolak H0 jika nilai signifikansi < πΌ. c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata Untuk menguji apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dan self-concept siswa yang mendapat pembelajaran group investigation bila dibandingkan dengan siswa yang Riki Musriandi, 2013 Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 49 mendapatkan pembelajaran konvensional, maka dilakukan pengujian perbedaan dua rata-rata dengan taraf signifikansi πΌ = 0,05. Adapun hipotesisnya adalah Hipotesis 1 H0: Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran matematika tipe group investigation sama dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional H1: Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran matematika tipe group investigation lebih baih daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional Hipotesis 2 H0: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran matematika tipe group investigation sama dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional H1: Peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran matematika tipe group investigation lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional Hipotesis 3 H0: Self-concept siswa yang memperoleh model pembelajaran matematika tipe group investigation sama dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional H1: Self-concetp siswa yang memperoleh model pembelajaran matematika tipe group investigation lebih baih daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional Hipotesis 4 H0: Peningkatan self-concept siswa yang memperoleh model pembelajaran matematika tipe group investigation sama dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional Riki Musriandi, 2013 Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 50 H1: Peningkatan self-concept siswa yang memperoleh model pembelajaran matematika tipe group investigation lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 : π1 = π2 Ha : π1 > π2 Keterangan: π1 = rata-rata skor kelas eksperimen π2 = rata-rata skor kelas kontrol Jika kedua rata-rata skor berdistribusi normal dan variansinya homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t dan jika variansinya tidak homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah uji-t’ dengan menggunakan bantuan program SPSS 16. Bila tidak berdistribusi normal, dapat dilakukan dengan pengujian nonparametrik, yaitu uji Mann-Withney. Pengujian nonparametrik berlaku untuk populasi yang tidak beristribusi normal. Uji Mann-Withney (Uji-U) adalah uji nonparametrik yang cukup kuat sebagai pengganti uji-t, dalam hal asumsi distribusi uju-t tidak terpenuhi, seperti distribusinya tidak normal dan uji selisih rerata yang variansinya tidak homogen (Ruseffendi, 1998). 2. Analisis Skala Self-concept Siswa Data self-concept siswa diperoleh dari pemberian angket skala yang tersusun atas 35 pernyataan yang terdiri dari 18 pernyataan positif dan 17 pertanyaan negatif. Skala yang digunakan mewakili tiga dimensi yaitu (a) Pengetahuan (b) Pengharapan (c) Penilaian. Angket skala self-concept diberikan pada kelas eksperimen dan kontrol sebelum pembelajaran dan sesudah pembelajaran. Data angket self-concept yang diperoleh berupa data ordinal yang selanjutnya dikonversi ke data interval dengan menggunakan Methode of Riki Musriandi, 2013 Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 51 Successive Interval (MSI) dengan lengkah-langkah (Sundayana, 2010) sebagai berikut: a. Menentukan frekuensi responden yang mendapatkan skor 4, 3, 2, dan 1; b. Membuat proporsi dari setiap jumlahfrekuensi; c. Menentukan nialai proporsi kumulatif; d. Menentukan luas z tabel; e. Menentukan nilai setiap nilai z; f. Menentukan scale value (SV) dengan menggunakan rumus; ππ = π·πππ ππ‘π¦ ππ‘ πΏππ€ππ πΏππππ‘ − π·πππ ππ‘π¦ ππ‘ πππππ πΏππππ‘ π΄πππ π΅ππππ€ πππππ πΏππππ‘ − π΄πππ π΅πππππ€ πΏππ€ππ πΏππππ‘ g. Menentukan nilai transformasi dengan rumus; π = ππ + [1 + πππππ ] 3. Menghitung Effect Size Effec size dihitung untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran matematika tipe group investigation terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis dengan menggunakan rumus sebagai berikut. π= dengan, ππππ = π₯1 − π₯2 ππππ π 1 −1 π12 +(π 2 −1)π22 π 1 +π 2 −2 Keterangan: d = Effec size π₯1 = Rata-rata skor eksperimen π₯2 = Rata-rata skor kontrol, (Thalheimer & Samantha, 2002). F. Prosedur Penelitian Riki Musriandi, 2013 Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 52 Prosedur pada penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap analisis data. Uraian dari kedua tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut: (a) Observasi tempat penelitian; (b) Menetapkan materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian; (c) Pembuatan perangkat bahan ajar, seperti RPP dan instrumen penelitian yang terlebih dahulu dinilai oleh para ahli; (d) Melakukan uji coba instrumen yang akan digunakan untuk mengetahui kualitasnya; (e) Merevisi instrumen penelitian (jika diperlukan); (f) Melakukan uji coba instrumen penelitian hasil revisi (jika diperlukan); 2. Tahap Pelaksanaan Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam tahap ini, sebagai berikut. a. Memberikan tes awal pada kelas kontrol dan kelas eksperimen; b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran. Pada kelas kontrol dilakukan pembelajaran biasa (konvensional) dan kelas eksperimen dilakukan model pembelajaran matemetike tipe group investigation; c. Mengisi lembar observasi disetiap pertemuan oleh observer; d. Memberikan tes akhir pada kelas kontrol dan eksperimen untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis; e. Memberikan skala self-concept siswa tentang matematika pada kelas kontrol dan eksperimen; f. 3. Pengolahan data hasil pre-test dan post-test. Tahap Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil tes, baik pre-test maupun post-test serta angket respon siswa dianalisis secara statistik dengan menggunakan bantuan SPSS 16 dan Microsoft Office Excel 2007. Riki Musriandi, 2013 Model Pembelajaran Matematika Tipe Group Investigation Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Dan Self-Concept Siswa MTs Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu