Kebijakan Ekonomi - Universitas Mercu Buana

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Kebijakan Ekonomi
FAKULTAS
Bidang Studi
ILMU KOMUNIKASI
Public relations/
Humas
Tatap Muka
10
Abstract
Kode MK
Disusun Oleh
MK 42005
Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom.
Kompetensi
Dalam pokok bahasan ini adalah Setelah
memperkenalkan
dan membahas
mengenai Kebijakan Ekonomi
membaca
mengikuti
mata
modul
dan
kuliah
diharapkan mahasiswa :
 Memahami Kebijakan Ekonomi
ini
Pendahuluan
Kebijakan ekonomi suatu negara tidak bisa lepas dari keterlibatan pemerintah karena
pemerintah memegang kendali atas segala sesuatu, menyangkut semua kebijakan yang
bermuara kepada keberlangsungan negara itu sendiri. Setiap pemerintahan yang sedang
memimpin suatu negara tentu saja memiliki kebijakan ekonomi andalan untuk menjamin
perekonomian negara yang baik dan stabil demi tercapainya kemakmuran dan
kesejahteraan, karena sudah menjadi kewajiban pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi agar tercapainya kehidupan yang makmur dan sejahtera bagi rakyatnya.
Kebijakan ekonomi suatu negara juga tidak bisa dilepaskan dari paham atau sistem
ekonomi yang dipegang oleh pemerintahan suatu negara, seperti sistem ekonomi
Kapitalisme, Sosialisme, Campuran, maupun sistem ekonomi Islam. Tentu saja pemerintah,
sebagai pengendali perekonomian suatu negara, menganut salah satu sistem ekonomi
sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan ekonomi. Apapun sistem ekonomi yang
dipegang oleh suatu pemerintahan, sistem ekonomi itulah yang diyakini sebagai sistem
ekonomi terbaik bagi perekonomian negara yang dipimpin oleh suatu pemerintahan tersebut
walaupun nantinya dalam sistem ekonomi yang dipegang memiliki berbagai kelemahan.
Definisi Kebijakan Ekonomi
Kebijakan ekonomi adalah suatu pernyataan tujuan dan metode untuk mencapai
tujuan (instrumen kebijakan) yang dilakukan oleh pemerintah, partai politik, badan usaha,
dan lain-lain. Beberapa contoh tujuan pemerintah dalam ekonomi adalah memberikan
lapangan kerja secara optimal, Hal itu dilakukan untuk mencapai tingkat pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan optimal, Mengurangi kesenjangan pembangunan daerah, dan
menjaga stabilitas harga. Instrumen Kebijakan meliputi kebijakan fiskal, kebijakan moneter
dan
keuangan,
dan kontrol
legislatif
(misalnya,
harga
dan
pengendalian
upah.
Pendapatan Nasional
pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang
berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya(Inggris) pada tahun 1665. Dalam
perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan
penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak
disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi
modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional.
Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk
Nasional Bruto (Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang
dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada
suatu negara. Kebijakan ekonomi adalah mengacu pada tindakan sebuah kebijakan
pemerintah dalam mengambil kebijakan atau keputusan di bidang ekonomi, kebijakan ini
dapat pula mencakup didalamnya sistem untuk menetapkan sistem perpajakan,suku
‘13
2
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
bunga dan anggaran pemerintah
serta pasar tenaga
kerja,
kepemilikan
nasional,
dan otonomi daerah dari intervensi pemerintah ke dalam perekonomian. Kadang kala
kebijakan semacam ini sering terpengaruh juga oleh lembaga-lembaga internasional
seperti International Monetary Fund atau Bank Dunia serta keyakinan politik dari pihak-pihak
yang memegang kekuasaan negara saat itu.
Kebijakan Ekonomi
Kebijakan ekonomi adalah beberapa peraturan atau batasan-batasan di bidang ekonomi
yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tujuan dibuatnya kebijakan ekonomi adalah untuk
meningkatkan taraf hidup atau tingkat kesejahteraan masyarakat. Selain kebijakan ekonomi
diperlukan juga kebijakan nonekonmi, seperti kebijakan sosial yang menyangkut masalah
pendidikan dan kesehatan. Kebijakan ekonomi dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Kebijakan ekonomi Mikro : kebijakan pemerintah yang ditujukan pada semua
perusahaan tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan perusahaan tersebut.
Kebijakan mikro adalah kebiakan pemerintah yang ditunjukan pada semua
perusahaan tanpa melihat jenis kegiatan yang dilakukan atau sektor mana dan di
wilayah mana perusahaan bersangkutan beroperasi. Kebijakan ekonomi mikro lebih
didominasi oleh pembangunan infrakstruktur. Dengan infrastruktur yang baik, maka
arus modal dan barang pasti akan lancar.
2. Kebijakan ekonomi makro, adalah kebijakan ekonomi yang mencakup semua aspek
tingkat nasional. Kebijakan makro adalah kebijakan pemerintah yang mencakup
semua aspek ekonomi pada tingkat nasional. Ada beberapa contoh kebijakan
ekonomi makro yaitu kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan kebijakan
perdagangan luar negeri. Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan untuk
menjaga stabilitas harga di dalam negeri dan nilai tukar mata uang dalam negeri
terhadap mata uang asing. Sedangkan kebijakan fiskal adalah kebijakan untuk
mengurangi tingkat inflasi yang cenderung meningkat.
3. Kebijakan ekonomi meso, adalah kebijakan ekonomi yang khusus ditujukan pada
wilayah tertentu atau pada sector-sektor tertentu.
Kebijakan Harga dan Peranan Pemerintah
.
Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi (rumah tangga pemerintah), memiliki fungsi
penting dalam perekonomian yaitu berfungsi sebagai stabilitas, alokasi, dan distribusi.
Adapun penjelasan dari fungsi tersebut adalah:
1. Fungsi Stabilitas : Adalah fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilitasa
ekonomi, sosial, politik, hukum, pertahanan dan keamanan.
2. Fungsi Alokasi : Adalah fungsi pemerintah sebagai penyedia barang dan jasa publik
seperti pembangunan jalan raya, gedung sekolah, penyediaan fasilitas penerangan,
dan telepon.
‘13
3
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Fungsi Distribusi : Adalah fungsi pemerintah dalam pemerataan atau distribusi
pendapatan masyarakat.
Peran dan fungsi pemerintah dalam perekonomian di Indonesia, yaitu sebagai berikut:
a. Pembangunan ekonomi dibanyak negara umumnya terjadi akibat intervensi
pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung. Intervensi pemerintah
diperlukan dalam perekonomian untuk mengurangi dari kegagalan pasar (market
failure) seperti kekakuan harga monopoli dan dampak negatif kegiatan usaha swasta
contoh pencemaran lingkungan.
b. Mekanisme pasar berfungsi tanpa keberadaan aturan yang dibuat pemerintah.
Aturan ini memberikan landasan bagi penerapan aturan main, termasuk pemberian
sanksi bagi pelaku ekonomi yang melanggar. Peranan pemerintah menjadi lebih
penting karena mekasnisme pasar saja tidak dapat menyelesaikan semua persoalan
ekonomi. Untuk menjamin efisiensi, pemerataan dan stabilitas ekonomi, peran dan
fungsi pemerintah mutlak diperlukan dalam perekonomian sebagai pengendalian
mekanisme pasar.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah suatu usaha dalam mengendalikan keadaan ekonomi
makro agar dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan melalui pengaturan jumlah uang
yang beredar dalam perekonomian. Usaha tersebut di lakukan agar terjadi kestabilan harga
dan inflasi serta terjadinya peningkatan output keseimbangan.
Pengaturan jumlah uang beredar pada masyarakat diatur dengan cara menambah
atau mengurangi jumlah uang yang beredar. Kebijakan moneter dapat di golongkan menjadi
dua, yaitu :
1. Kebijakan Moneter Ekspansif / Monetary Expansive Policy : Adalah suatu
kebijakan dalam rangka menambah jumlah uang yang edar.
2. Kebijakan Moneter Kontraktif / Monetary Contractive Policy : Adalah suatu
kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang yang edar. Disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy). Kebijakan moneter dapat
dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter, yaitu antara lain:
a. Operasi Pasar Terbuka (Open Market Operation) : Operasi pasar terbuka
adalah cara mengendalikan uang yang beredar dengan menjual atau
membeli surat berharga pemerintah (government securities). Jika ingin
menambah jumlah uang beredar, pemerintah akan membeli surat berharga
pemerintah. Namun, bila ingin jumlah uang yang beredar berkurang, maka
pemerintah akan menjual surat berharga pemerintah kepada masyarakat.
Surat berharga pemerintah antara lain diantaranya adalah SBI atau singkatan
dari Sertifikat Bank Indonesia dan SBPU atau singkatan atas Surat Berharga
Pasar Uang.
b. Fasilitas Diskonto (Discount Rate) : Fasilitas diskonto adalah pengaturan
jumlah uang yang beredar dengan memainkan tingkat bunga bank sentral
pada bank umum. Untuk membuat jumlah uang bertambah, pemerintah
menurunkan tingkat bunga bank sentral, serta sebaliknya menaikkan tingkat
bunga demi membuat uang yang beredar berkurang.
‘13
4
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio) : Rasio cadangan wajib
adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah dana
cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemerintah. Untuk
menambah jumlah uang, pemerintah menurunkan rasio cadangan wajib.
Untuk menurunkan jumlah uang beredar, pemerintah menaikkan rasio.
d. Himbauan Moral (Moral Persuasion) : Himbauan moral adalah kebijakan
moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan jalan memberi
imbauan kepada pelaku ekonomi. Contohnya seperti menghimbau perbankan
pemberi kredit untuk berhati-hati dalam mengeluarkan kredit untuk
mengurangi jumlah uang beredar dan menghimbau agar bank meminjam
uang lebih ke bank sentral untuk memperbanyak jumlah uang beredar pada
perekonomian.
Kebijakan Fiskal
Kebijakan Fiskal adalah suatu kebijakan ekonomi dalam rangka mengarahkan
kondisi perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah. Kebijakan ini mirip dengan kebijakan moneter untuk mengatur
jumlah uang beredar, namun kebijakan fiskal lebih menekankan pada pengaturan
pendapatan dan belanja pemerintah.
Kebijakan fiskal berhubungan erat dengan kegiatan pemerintah sebagai pelaku
sektor publik. Kebijakan fiskal dalam penerimaan pemerintah dianggap sebagai suatu cara
untuk mengatur mobilisasi dana domestik, denagn instrumen utamanya perpajakan. Di
negara yang sedang berkembang seperti di Indonesia, kebijakan moneter dan kebijakan luar
negeri belum berjalan seperti yang diharapkan. Dengan demikian, peranan kebijakan fisikal
dalam bidang perekonomian menjadi semakin penting.
Instrumen kebijakan fiskal adalah penerimaan dan pengeluaran pemerintah yang
berhubungan erat dengan pajak. Dari sisi pajak jelas jika mengubah tarif pajak yang berlaku
akan berpengaruh pada ekonomi. Jika pajak diturunkan maka kemampuan daya beli
masyarakat akan meningkat dan industri akan dapat meningkatkan jumlah output. Dan
sebaliknya kenaikan pajak akan menurunkan daya beli masyarakat serta menurunkan
output industri secara umum.
Perubahan tingkat dan komposisi pajak dan pengeluaran pemerintah dapat
memengaruhi variabel-variabel berikut:

Permintaan agregat dan tingkat aktivitas ekonomi

Pola persebaran sumber daya

Distribusi pendapatan
Dengan kebijaksanaan fiskalnya pemerintah dapat mengusahakan terhindarnya
perekonomian dari keadaan-keadaan yang tidak diinginkan seperti keadaan dimana banyak
penganggura, inflasi, neraca pembayaran internasional yang terus menerus defisit dan
sebagainya. Ada analisis yang dipakai dalam kebijakan fiskal, yaitu:
1. Analisis kebijaksanaan fiskal dalam sistem perpajakan yang sederhana :
Dengan adanya tindakan fiskal pemerintah, pengeluaran masyarakata untuk
konsumsi tidak lagi secara langsung ditentukan oleh tinggi rendahnya
pendapatan nasional, akan tetapi oleh tinggi rendahnya pendapatan yang
siap untuk di belanjakan atau disposable income.
‘13
5
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2.
Analisis kebijaksanaan fiskal dalam system perpajakan yang Built-in Flexible
: Yang dimaksud dengan system perpajakan yang built-in flexible adalah
system pemungutan pajak pendapatan, maksudnya adalah untuk meratakan
distribusi pendapatan agar tidak terjadi ketegangan – ketegangan social.
Dikatakan flexible karena mengikuti pendapatan, apabila pendapatan besar
maka jumlah pajak yang di bayar besar dan begitu sebaliknya.
Kebijakan fiskal pemerintah dapat bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan
yang bersifat ekspansif maupun kontraktif. Kebijakan yang bersifat ekspansif dilakukan pada
saat perekonomian sedang menghadapi masalah pengangguran yang tinggi. Tindakan yang
diakukan pemerintah adalah dengan memperbesar pengeluaran pemerintah (misalnya
menambah subsidi kepada rakyat kecil) atau mengurangi tingkat pajak. Adapun kebijakan
fiskal kontraktif adalah bentuk kebijakan fiskal yang dilakukan pada saat perekonomian
mencapai kesempatan kerja penuh atau menghadapai inflasi. Tindakan yang dilakukan
adalah mengurangi pengeluaran pemerintah atau memperbesar tingkat pajak. Kebijakan
Anggaran atau Politik Anggaran :
1.
Anggaran Defisit (Defisit Budget) / Kebijakan Fiskal Ekspansif : Anggaran
defisit adalah kebijakan pemerintah untu membuat pengeluaran lebih besar
dari pemasukan negara guna memberi stimulus pada perekonomian.
Umumnya sangat baik digunakan jika keadaan ekonomi sedang resesif.
2.
Anggaran Surplus (Surplus Budget) / Kebijakan Fiskal Kontraktif : Anggaran
surplus adalah kebijakan pemerintah untuk membuat pemasukannya lebih
besar daripada pengeluarannya. Baiknya politik anggaran surplus
dilaksanakan ketika perekonomian pada kondisi yang ekspansi yang mulai
memanas (overheating) untuk menurunkan tekanan permintaan.
3.
Anggaran Berimbang (Balanced Budget) : Anggaran berimbang terjadi
ketika pemerintah menetapkan pengeluaran sama besar dengan pemasukan.
Tujuan politik anggaran berimbang yakni terjadinya kepastian anggaran serta
meningkatkan disiplin.
Kebijakan Luar Negeri
Kebijakan perdagangan luar negeri telah mengalami 2 strategi yang sangat berbeda,
strategi pertama substitusi impor. Pada awalnya Indonesia cenderung memproduksi semua
jenis barang yang selama ini diimpor tanpa memperhitungkan apakah Indonesia memiliki
keunggulan komparatif atau tidak untuk setiap jenis barang yang akan dibuat sendiri di
dalam negeri. Kebijakan ini dilaksanakan dengan cara pemerintah memberi perlindungan
dengan tarif yang tinggi, hambatan-hambatan nontarif, subsidi, dan fasilitas kemudahan
lainnya terhadap sejumlah industri di dalam negeri yang diberi tugas untuk memproduksi
barang-barang impor.
Pada pertengahan tahun 1980-an, ternyata setelah harga minyak di pasar
internasional merosot dengan tajam, akhirnya pemerintah mengubah kebjakan perdagangan
‘13
6
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
luar negerinya menjadi kebijakan promosi ekspor non migas, khususnya barang-barang
industri. Efektifitas kebijakan perdagangan luar negeri untuk meningkatkan daya saing
ekspor Indonesia, khususnya barang-barang manufaktur dan sekaligus mengurangi defisit
atau meningkatkan surplus, sangat tergantung pada dua hal utama. Pertama isi paket
deregulasi selama ini dan yang akan dikeluarkan di sektor perdagangan luar negeri. Kedua,
harmonisasi antara kebijakan perdagangan luar negeri dan kebijakan makro lainnya,
terutama
kebijakan
moneter,
kebijakan
fiskal,
kebijakan
investasi,
kebijakan
jetenagakerjaan, dan kebijakan industri
Tujuan Kebijakan
1. Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan ini dapat dicapai dengan
bertambahnya kuantitas dan kualitas factor-faktor produksi dalam jangka panjang
sepertitenaga kerja, modal dan teknologi, sehingga kapasitas produksi nasional terus
dapat ditingkatkan.
2. Mewujudkan keadaan ekonomi yang stabil.Keadaan ekonomi yang stabil dapat
dicapai dengan kestabilan tingkat pendapatan dan penggunaan tenaga kerja yang
penuh. Kekurangan pengeluaran agregat merupakan faktor yang terpenting yang
menimbulkan keadaan tersebut. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang berusaha
menambah pengeluaran agregat biasanya hanya mampu mengurangi pengangguran
tetapi tidak selalu dapat mencapai kegiatan perekonomian pada penggunaan tenaga
kerja.
3. Menghindari inflasi.Tingkat inflasi dapat dikendalikan dengan menjaga kestabilan
dalam tingkat harga, kestabilan ekspor dan impor yang menjamin keamanan neraca
pembayaran.
4. Penggunaan tenaga kerja penuh tanpa inflasi. Dua tujuan ini sulit diciptakan
sekaligus karena bagaikan dua sisi mata uang, apabila kebijakan pemerintah
meningkatkan pengeluaran mungkin dapat meningkatkan kesempatan kerja tetapi
tidak dapat menjamin stabilnya harga-harga. Sebaliknya, jika kebijakan pemerintah
mengurangi pengeluaran memang dapat menekan inflasi tetapi tidak dapat
mengatasi masalah pengangguran.
5. Neraca pembayaran yang tidak defisit. Sumber defisit neraca pembayaran Indonesia
adalah pada neraca transaksi berjalan dari jasa dan lalu lintas modalnya minus. Oleh
karena itu, diperlukan kebijakan pemerintah di sektor keuangan dan perdagangan
yang dapat menggairahkan ekspor dan investasi luar negeri.
6. Mewujudkan pemerataan dan keadilan pembangunan. Jika pembangunan ekonomi
dan hasil-hasilnya terdistribusi secara adil ke semua golongan masyarakat maka
‘13
7
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
kemakmuran dapat dicapai. Namun jika tidak tercapai keadilan, maka akan muncul
berbagai gejolak seperti tuntutan pelaksanaan otonomi khusus dan keinginan
sebagian daerah untuk merdeka.
‘13
8
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Boediono. Kebijakan Fisikal: Pemikiran, Konsep, dan Implementasi, Jakarta: Kompas, 2003.
M.L Jhingan. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta: Rajawali Pers, 2003.
Nopirin. Ekonomi Moneter, Yogyakarta: BPFE, 1987.
‘13
9
Kapita Selekta Ilmu Sosial
Yuni Tresnawati, S.Sos., M.Ikom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download