Penanganan budidaya kentang (Solanum tuberosum l.) Di hikmah

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L.) termasuk jenis tanaman sayuran semusim,
berumur pendek, dan termasuk tanaman herbacious. Kentang merupakan tanaman
semusim karena hanya satu kali berproduksi dan setelah itu mati (Samadi, 2007).
Tanaman kentang berdaun majemuk dan berwarna hijau muda sampai hijau
gelap (Samadi, 2007). Batang berbentuk segi empat atau segi lima, tidak berkayu,
dan bertekstur agak keras (Sunarjono, 2007). Akar tanaman berwarna keputihputihan, menjalar dan berukuran sangat kecil bahkan sangat halus. Kedalaman
daya tembusnya bisa mencapai 45 cm (Setiadi dan Nurulhuda, 2008). Bunganya
bergerombol membentuk tandan simosa, memiliki lima lembar mahkota yang
menyatu, dengan warna berkisar antara putih hingga merah jambu dan keunguan
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Umbi terbentuk dari stolon. Bentuk umbi ada
yang bulat, oval agak bulat, dan bulat panjang. Warna umbi kentang ada yang
berwarna kuning, putih, dan merah (Samadi, 2007).
Kentang diklasifikasikan ke dalam kelas Dicotyledonae (berkeping dua),
Ordo Tubiflorae (berumbi), Famili Solanaceae (berbunga terompet), Genus
Solanum dan spesies Solanum tuberosum L. (Sunarjono, 2007). Varietas kentang
bermacam- macam diantaranya Granola, Nadia, Marita, Desiree, Eigenheimer,
Donate, dan lain- lain (Setiadi dan Nurulhuda, 2008).
Budidaya Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L.) menghendaki tanah yang diolah baik,
gembur, dan berporus baik sehingga air mudah diserap dan hara dapat tersimpan.
Kelembaban yang cocok untuk umbi kentang adalah 70%. Kelembaban lebih dari
itu menyebabkan penyakit busuk batang. Tanah dengan pH 5.0-6.5 (agak asam)
cocok untuk pertumbuhan kentang lokal, namun untuk kentang French fries
menghendaki pH 7 (Williams et al., 1993).
Kentang cocok ditanam pada daerah dataran tinggi atau pegunungan dengan
ketinggian lebih dari 700 m dpl. Kentang akan berproduksi lebih baik apabila
suhu di sekitar lingkungan tumbuh tidak terlalu tinggi yaitu sekitar 18o C-21oC.
5
Suhu tersebut ideal bagi kentang untuk pertumbuhan umbi, apabila suhu terlalu
tinggi kentang akan menggunakan energi hanya untuk pertumbuhan vegetatif
akibat laju respirasi yang tinggi (Samadi, 2007).
Budidaya kentang dimulai dari persiapan bibit, persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan dan panen. Jumlah bibit yang diperlukan tergantung dari jarak
tanam. Bibit yang dipersiapkan sekitar 30 000 - 40 000 tanaman per ha (Setiadi
dan Nurulhuda, 2008). Hal- hal yang berpengaruh selama kegiatan penanaman
adalah pengaturan waktu tanam, pengaturan jarak tanam dan cara menanam.
Kegiatan
pemeliharaan
meliputi
pemupukan,
pengairan,
penyiangan,
pembumbunan, pengaturan pola tanam, dan pemangkasan bunga. Pemeliharaan
tanaman diperlukan untuk menjaga agar pertumbuhan normal dan tetap sehat
(Samadi, 2007).
Kentang dipanen pada usia 90 sampai120 hari, setelah umbi benar-benar tua
dengan ciri-ciri daunnya menguning rata, kulit umbi sudah kuat dan tidak mudah
lecet (Sunarjono, 2007). Waktu pemananen sebaiknya dilakukan pada pagi atau
sore hari, saat cuaca cerah atau tidak hujan. Umbi dipanen dengan cara menggali
guludan dengan mencangkul secara hati-hati supaya tidak melukai umbinya
(Samadi, 2007).
Kegiatan-kegiatan pasca panen yang dilakukan untuk komoditas kentang
meliputi pembersihan, sortasi dan grading, penyimpanan, pengemasan, dan
pengangkutan. Frekuensi dan tingkat penyakit dan hama kentang pada pasca
panen pun memerlukan pengelolaan yang nyata dari produsen agar kualitas
kentang tetap terjaga (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Pembumbunan
Pembumbunan pada tanaman kentang dilakukan dengan mempertinggi
permukaan tanah di sekitar tanaman agar lebih tinggi dari tanah di sekelilingnya.
Manfaat pembumbunan yaitu dapat melindungi suhu tanah, berfungsi mencegah
terbukanya umbi yang menyebabkan umbi menjadi warna hijau (solanin), dan
mencegah tanaman menjadi rebah akibat penyiangan/pencabutan gulma dan
pembuangan air saat hujan (Higashiyama, 1994). Kegiatan pembumbunan dapat
6
merangsang pembentukan akar baru sehingga menambah lebih banyak tempat
bagi tumbuhnya umbi, dan membantu pembesaran umbi (Samadi, 2007).
Bumbunan yang lebar dengan puncak bumbunan yang rata lebih disarankan
dalam kegiatan budidaya karena posisi tanaman akan semakin kokoh dan tanah
tidak mudah longsor. Bumbunan dengan puncak berbukit atau miring lebih mudah
terjadi longsor sehingga kurang baik dilakukan dalam budidaya. Pembumbunan
yang memadai akan membantu pertumbuhan umbi lebih baik (Beukema dan van
der Zaag, 1990).
Kegiatan pembumbunan di Hikmah Farm dilakukan saat awal tanam dan
saat pemeliharaan. Tingginya pembumbunan berbeda-beda tergantung karyawan
yang
mengerjakannya.
Perusahaan
tidak
menetapkan
pembumbunan yang harus dilakukan oleh karyawan.
standar
tinggi
Download