BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Laju Korosi Stainless Steel AISI 304 Pengujian Analisa tafel dilakukan untuk mengetahui prilaku korosi dan laju korosi pada stainless steel dalam suatu larutan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan software 342 Sotcorr Corrosion Meansurement software. Dari pengujian yang dilakukan akan diperoleh kurva tafel dari setiap sampel uji. Kurva yang didapat dari hasil penelitian menggunakan potensiostat dengan software 342 Sotcorr Corrosion Meansurement software. akan di analisis, potensial korosi, arus korosi dan laju korosi sehingga dapat dibandingkan sejauh mana pengaruh inhibitor NaNO2. Dapat memproteksi logam stainless stell AISI 304. 4.2 Pengujian Laju Korosi Polarisasi Resistence Untuk mengetahui perhitungan laju korosi maka digunakan metode polarisasi resistence atau tahanan polarisasi. Polarisasi resistan adalah ketahanan suatu sampel terhadap oksidasi selama diberi potensial luar dan digunakan untuk menghitung kecepatan korosi. Tetapi sebelum menghitung kecepatan korosi harus 44 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 ditentukan terlebih dahulu I corr (arus korosi) dari nilai polarisasi yang didapat. rumus dibawah ini menerangkan hubungan antara polarisasi dan I corr. οπΈ οπΌ = π π = π½π΄ ο· π½πΆ …………….(4.1) π½π΄ + π½πΆ (2,3 ο· π ππππ ) dimana: I corr = Arus korosi (mA) Rp = Tahanan polarisasi atau polarisasi resistan βA = Konstanta tafel anodic βC = Konstanta tafel katodik Besaran Rp dihitung secara analitik melalui hubungan antara arus dan tegangan seperti pada Gambar 4.1 Gambar 4.1. Kurva Polarisasi resistan Selanjutnya nilai I corr yang di dapat dimasukan kedalam rumus berikut: ππππ’ πππππ π πΆπππ π ππ‘π πππ¦ = 0,13 π ππππ πΈπ π΄.π· ……….…(4.2) dimana: Laporan Tugas Akhir Program Studi Teknik Mesin http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 I corr = Arus korosi (mA) EW = Berat ekivalen (g) A = Luas permukaan sample (Cm2) D = Densita massa (g/Cm2) mpy = Mili-inchi per tahun (mils per year) Teknik Polarisasi Resistance digunakan untuk mengamati pola linear kurva polarisasi katoda atau anoda antara – 20 mV sampai dengan 20 mV pada daerah Ecorr (pertemuan kurva anodik dan katodik). Maka dari penelitian logam stainless steel aisi 304 dilingkungan air laut tanpa dan dengan inhibitor NaNO2 akan didapatkan hasil data sebagai berikut. Tabel 4.1. Data hasil pengujian dengan metode polarisasi resistance pada sampel Stainless steel AISI 304 dilingkungan air laut. Media Air Laut Keterangan Inhibitor Inhibitor Inhibitor NaNO2 Na2NO2 Na2NO 1% 2% 3% pH media 7,35 6,60 6,50 6,60 E corr (mV) -333,79 -286,20 -294,04 -329,53 Chatodic Tafel (mV) 18,32 25,27 19.88 11 Anodic Tafel (mV) 22,01 57,79 40,51 66,76 I corr (μA/Cm2) 0,56 0,47 0,39 0,42 Corr Rate (mpy) 0,2319 0,1946 0,1592 0,1723 Laporan Tugas Akhir Program Studi Teknik Mesin http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 Berdasarkan tabel 4.1 hasil pengujian stainless steel AISI 304 dilingkungan air laut tanpa inhibitor dengan teknik polarisasi resistance diperoleh nilai pH 7,35 berarti berada dilingkungan netral. Sedangkan potensial korosi (Ecorr) -333,79 MV, dengan arus korosi ( Icorr ) yaitu 0,56 μA/Cm2 dari hasil perhitungan yang menggunakan software 342 Sotcorr Corrosion Meansurement software didapatkan laju korosi sebesar yaitu 0,2319 mpy. Dengan penambahan inhibitor 1% NaNO2 pada stainless steel AISI 304 dilingkungan air laut terjadi perubahan harga pH semula 7.35 menjadi 6.60 hai ini menunjukkan terjadi penurunan pH yang tidak terlalu besar diikuti dengan terjadinya penurunan harga potensial (Ecorr) – 286,20 sesuai dengan gambar 4.2 dan 4.3 kemudian terjadi penurunan juga arus korosi ( Icorr ) yaitu 0,56 μA/Cm2 menjadi 0,47 disini terjadi penurunan arus sebesar 1,19%. Laju korosi stainless steel AISI 304 dilingkungan air laut laju korosi 0,2319 mpy sedangkan pada penambahan inhibitor NaNO2, 1% mengalami sebesar 0,1946 mpy jelas terlihat adanya penurunan laju korosi sebesar 1,19%. Dari gambar 4.4 terlihat adanya penambahan inhibitor NaNO2, sebesar 2% pada logam stainless steel AISI 304 dilingkungan air laut telihat pH terjadi penurunan dari 7,5 menjadi 6,5 sedangkan potensial korosi (Ecorr) -333,79 mv menjadi -294,04 mV hal ini terjadi menunjukkan adanya penurunan potensial kedaerah yang bersifat katodik, sedangkan arus korosi ( Icorr ) semula yaitu 0,56 μA/Cm2 menjadi 0,39 μA/Cm2 artinya arus korosi ( Icorr ) mengami penurunan sebesar 1,43%. Laju korosi mengalami penurunan 0.2319 mpy menjadi 0,1592 mpy hal ini menunjukkan adanya penurunan laju korosi sebesar 1,45%. Laporan Tugas Akhir Program Studi Teknik Mesin http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 Jika membandingkan gambar 4.3 dan gambar 4.6 dimana harga pH dari 7.35 menjadi 6,60. Potensia korosi semula (Ecorr) -333,79 mv menjadi -329, 53 mV terjadi penurunaan sebesar 1.01%. arus korosi, 56 μA/Cm2 menjadi 0,42 μA/Cm2 terjadi penurunan 1.33%. dalam hal ini Laju korosi terjadi penurunan dari 0.2319 mpy menjadi 0,1723 mpy hal ini terjadi menunjukkan adanya penurunan laju korosi sebesar 1,34%. Dari analisa pembahasan diatas dapat dilihat bahwa stainless steel AISI 304 dilingkungan air laut akan mengalami laju korosi yang terkecil berada di inhibitor 2% sebesar 0,1592 mpy artinya Inhibitor NaNO2 lebih efektif dapat digunakan untuk memproteksi pipa pendingin stainless steel AISI 304 yang menggunakan air laut. 4.2.1 Kurva Laju Korosi Polalirasi Resistance Media Air Laut Dengan Larutan NaNO2 Dari proses pengujian korosi menggunakan polarisasi resistance maka diperoleh data berupa kurva tafel yaitu kurva potensial lawan log arus. Kurva tafel untuk sampel Stainless Steel AISI 304 dengan media air laut variasi media NaNO2 yaitu 1%, 2%, dan 3% disajikan pada gambar. Gambar 4.2 : kurva polarisasi resistence media air laut tanpa inhibitor Laporan Tugas Akhir Program Studi Teknik Mesin http://digilib.mercubuana.ac.id/ 49 Gambar 4.3: kurva polarisasi resistence media air laut dengan penambahan inhibitor 1% Gambar 4.4: kurva polarisasi resistence media air laut dengan penambahan inhibitor 2% Laporan Tugas Akhir Program Studi Teknik Mesin http://digilib.mercubuana.ac.id/ 50 Gambar 4.5: kurva polarisasi resistence media air laut dengan penambahan inhibitor 3% 4.3 Pengujian Potensiodinamik Pengujian Potensiodinamik dilakukan berdasarkan analisa tafel dan memperlihatkan bahwa spesimen Stainless steel AISI 304 pada media air laut dengan variasi kandungan Inhibitor NaNO2 yaitu 1%, 2%, dan 3% dengan konsentrasi yang berbeda sehingga akan mempengaruhi laju korosinya. Pada pengujian digunakan untuk mendapatkan Potensial korosi ( Ecorr) yang digunakan adalah -100 MV hingga 800. Pengujian ini menggunakan software 342 Sotcorr Corrosion Meansurement software. Pada pengujian menggunakan metode potensiodinamik akan mendapatkan kurva tafel. Laporan Tugas Akhir Program Studi Teknik Mesin http://digilib.mercubuana.ac.id/ 51 Gambar 4.6: kurva potensiodinamik pada media Air laut tanpa Inhibitor Gambar 4.6 menunjukkan bahwa material stainless steel AISI 304, mulai bereaksi sangat reaktif terhadap ion-ion pembentuk larutan, melapisi permukaan dengan lapisan-lapisan mineral. Kondisi ini terjadi saat material mengalami korosi pada potensial ( Ecorr ) dengan rapat arus tertentu ( icorr). Pada pengujian metode potensiodinamik tanpa inhibitor potensial korosi pada titik sekitar -300 dan arus mulai pasif 101 Pada kurva terjadi reaksi oksidasi yang cukup reaktif, ditandai dengan kurva yang landai atau pergeseran arus yang semakin membesar. kurva tafel dari pengujian potensiodinamik dengan penambahan inhibotor terlihat pada gambar 4.2, 4.3, dan 4.4 Laporan Tugas Akhir Program Studi Teknik Mesin http://digilib.mercubuana.ac.id/ 52 Gambar 4.7: kurva potensiodinamik pada media Air laut dengan penambahan Inhibitor 1% Gambar 4.8: kurva potensiodinamik pada media Air laut dengan menggunakan Inhibitor 2% Laporan Tugas Akhir Program Studi Teknik Mesin http://digilib.mercubuana.ac.id/ 53 Gambar 4.9: kurva potensiodinamik pada media Air laut dengan menggunakan Inhibitor 3% Gambar 4.2, 4.3 dan 4.4 merupakan grafik potensiodinamik pada media air laut dengan menggunakan inhibitor. Dari gambar 4.2 terlihat bahwa sempel belum menunjukkan perilaku pasif, hal ini menunjukkann sampel dalam media air laut yang ditambahkan inhibitor 1% masih bersifat aktif walaupun laju korosinya rendah. Pada gambar 4.2 terlihat adanya pada grafik lapisan pasif monolayer atau satu lapisan. Dari gambar 4.3 kurva potensiodinamik dengan media air laut dengan penambahan inhibitor 2%, menunjukkan sampel masih bersifat aktif namun pada titik potensial sekitar 400 mV mengalami pasivasi. Pasivasi adalah pembentukan Laporan Tugas Akhir Program Studi Teknik Mesin http://digilib.mercubuana.ac.id/ 54 lapisan film permukaan dari oksida logam hasil oksidasi yang tahan terhadap korosi sehingga dapat mencegah korosi lebih lanjut. Dari gambar 4.4 kurva potensiodinamik dengan media air laut dengan penambahan inhibitor 3%, menunjukkan perilaku pasif dan mengalami pasivasi sehingga laju korosinya lebih kecil. Banyaknya lapisan passive akan mudah merusak, hal ini disebabkan banyaknya zat kimia yang berlebih 4.4 Efisiensi Inhibisi Korosi Pemberian inhibitor dapat mengurangi laju korosi dan dapat menaikkan nilai inhibi. Kemampuan untuk mengukur menginhibi diukur dari efisiensinya. Nilai efisiensinya bergantung kepada konsentrasi inhibitor yang digunakan. semakin besar konsentrasi inhibitor yang digunakan maka akan besar pula efisiensi yang akan didapatkannnya. Adanya inhibitor pada permukaan stainless Steel AISI 304 akibat adanya adsorbsi. Adsorbsi timbul dikarenakan adanya gaya adhesi antara inhibitor dengan permukaan Stainless Steel AISI 304. Adsorbsi molekul inhibitor pada permukaan Stainless Steel AISI 304 akan menghasilkan semacam lapisan tipis (film) pada Stainless steel yang dapat menghambat laju korosi. 4.5 Foto Optik Morfologi Permukaan Untuk dapat mengetahui kondisi material setelah pengujian laju korosi maka perlu dilakukan pengujian foto optik. Dari pengujian foto optik akan tampak kerusakan yang terjadi pada sempel uji setelah mengalami pengujian laju korosi. Berikut merupakan hasil pengujian foto Optik pada material. Adanya Pitting Laporan Tugas Akhir Program Studi Teknik Mesin http://digilib.mercubuana.ac.id/ 55 corrosion, yaitu korosi lokal yang menyerang permukaan logam, hasil dari korosi jenis ini adalah lubang di permukaan logam. Lubang yang terjadi memilik diameter yang berbeda mulai dari kecil sampai besar, tetapi pada kebanyakan kasus diameter yang terjadi akibat pitting corrosion relatif kecil. Foto Morfologi Permukaan sampel diperoleh dengan menggunakan alat mokroskop optik tipe olympus BX 51,dengan perbesaran 100 kali Gambar 4.10: Mikroskop optik 4.4.1 Analisa Foto Optik permukaan pada sampel A. Foto Optik Permukaan dari sempel awal Gambar 4.11 : Foto optik permukaan sampel awal. Laporan Tugas Akhir Program Studi Teknik Mesin http://digilib.mercubuana.ac.id/ 56 Foto optik permukaan sampel awal dapat dilihat pada gambar, pada gambar terlihat adanya garis-garis halus dan relatif tipis merupakan pengaruh dari pengamplasan permukaan stainless steel AISI 304. Terlihat juga bahwa permukaan masih rata, bersih, belum mengalami cacat ( belum terkorosi). Hal ini berarti stainless steel belum menunjukan reaksi korosi karena belum ada pengaruh dari lingkungan air laut yang bersifat korosif. B. Foto optik permukaan Stainless stell AISI 304 dilingkungan air laut tanpa menggunakan inhibitor. Gambar 4.12 : Foto optik permukaan Stainless stell AISI 304 dilingkungan air laut tanpa menggunakan inhibitor Gambar 4.12 yang merupakan hasil foto optik permukaan sempel stainless steel AISI 304 setelah melakukan uji korosi dalam media air laut tanpa penambahan inhibitor terlihat bahwa stainless steel mengalami proses korosi yang sangat cepat yang ditandai lubang-lubang kecil pada lokal tertentu permukaan stainless steel akibat reaksi kimia dan diprediksi mengalami pitting corrosion (korosi sumuran). Terlihat jelas bahwa stainless steel tersebut telah mengalami korosi dan terjadi kerusakan pada permukaan stainless steel. Permukaan stainless stell mengalami perubahan struktur dan Laporan Tugas Akhir Program Studi Teknik Mesin http://digilib.mercubuana.ac.id/ 57 terbentuk pori dimana logam teroksidasi, dilingkungan yang korosif air laut stainless steel akan lebih cepat berkorosi. C. Foto optik permukaan Stainless stell tanpa menggunakan inhibitor Konsent rasi 1% Konsent rasi 2% Konsent rasi 3% Gambar 4.13 : Foto optik permukaan Stainless stell menggunakan inhibitor NaNO2 konsentrasi 1%, 2%, 3% Dari Gambar 4.8 terlihat adanya perbedaan yang cukup signifikan yang terjadi pada permukaan stainless steel akibat reaksi yag terjadi pada media air laut. Dengan penambahan inhibitor yang diberikan terlihat penurunan seranganan laju korosi dimana terbukti terlihat hasil foto optik dengan perbesaran 100 kali permukaan logam semakin pasif. Secara teoritis peranan dari inhibitor katodik NaNO2 terhadap logam stainless steel, dimana inhibitor akan teradsorbi pada permukaan logam sehingga secara reaksi kimia akan kebentuk seyawa komplekyang sangat sulit larut, hal ini yang membuat logam akan terproteksisehingga logam stainless steel akan bersifat pasif, akibatnya laju korosi akan semakin menurun, tetapi sifat inhibitor ini konsentrasinya harus tetap. Laporan Tugas Akhir Program Studi Teknik Mesin http://digilib.mercubuana.ac.id/ 58 sesuai hasil penelitian dan analisa yang didapatkan inhibitor yang tepat adalah 2% NaNO2, jika hanya 1% belum bereaksi dengan baik, tapi jika berlebih 3% maka lapisan pasif akan rusak. Laporan Tugas Akhir Program Studi Teknik Mesin http://digilib.mercubuana.ac.id/