4292

advertisement
MANUSCRIPT
LAPORAN KASUS
PENGELOLAAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA KELUARGA Tn. W KHUSUSNYA
An. U DENGAN KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI DUSUN JATISARI DESA
PLUMUTAN KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG
Oleh :
ANDRI MAHFUDIN
0121587
AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO
UNGARAN
2015
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Pengelolaan Kebutuhan Nutrisi Pada Keluarga Tn. W Khususnya An. U
Dengan Kurang Energi proTein (KEP) di Dusun Jatisari Desa Plumutan
Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang
Andri Mahfudin*, Ana Puji Astuti **, Ahmad Kholid***
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Nutrisi yang tepat merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan normal anak. Namun, jika nutrisi yang dibutuhkan
oleh anak justru kurang dari kebutuhan anak, pertumbuhan dan perkembangan anak
pun juga akan terganggu. Anak yang tidak terpenuhi kebutuhan nutrisinya sangat
berisiko paling besar untuk mengalami kurang gizi. Kurang gizi ini akan berdampak pada
anak, dikarenakan kurang gizi dapat menghambat pertumbuhan, anak rentan terhadap
penyakit terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan
Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu kasus kurang gizi yang terbanyak
pada anak-anak dan merupakan salah satu penyebab utama kematian anak di dunia
terutama yang berusia kurang dari 5 tahun. Kekurangan Energi Protein (KEP)
merupakan keadaan tidak cukupnya masukan protein dan kalori yang dibutuhkan oleh
tubuh.
Metode yang digunakan adalah memberikan asuhan keperawatan pada
keluarga Tn. W selama 3 hari berupa pemenuhan kebutuhan nutrisi, informasi dan
pencegahan infeksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tehnik wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang.
Hasil pengelolaan didapatkan respon afektif keluarga Tn. W belum memberikan
nutrisi secara adekuat, tetapi Ny. S berjanji akan memberikan nutrisi cukup untuk An. U
secara teratur. Respon psikomotor keluarga Tn. W khususnya Ny. S yaitu telah mampu
mendemostrasikan membuat bubur tempe dan stimulasi permainan anak.
Saran bagi perawat diharapkan lebih aktif didalam memberikan informasi
mengenai kesehatan dengan penyuluhan langsung ke masyarakat dan diharapkan dapat
bekerjasama dengan setiap kader dan keluarga untuk melakukan pendeteksian lebih dini
dengan cara kontrol kesehatan setiap bulan untuk mencegah terjadinya akibat lebih
lanjut.
Kata kunci
Kepustakaan
: Kurang Energi proTein (KEP)
: 19 (2005-2014)
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
ABSTRACT
Proper nutrition is the most important in promoting growth and normal
development of children. However, if the nutrients needed by the child actually less
than the needs of children, the growth and development of children will also be
disrupted. Children who are not very risky unmet nutritional needs are greatest for
malnourished. Poor nutrition will impact on children, due to lack of nutrition can inhibit
the growth, children are vulnerable to diseases, especially infectious diseases and the
resulting low level of intelligence Protein Energy Deficiency (KEP) is one of the biggest
cases of malnutrition in children and is one of the causes The main mortality in the
world, especially children aged less than 5 years. Energy Protein deficiency (KEP) is a
state of insufficient protein intake and calories needed by the body.
The method used is to provide nursing care to the family Tn. W for 3 days in the
form of fulfilling the needs of nutrition, information and prevention of infection. The
data collection techniques with interview techniques, physical examination, observation
and investigation.
Results were obtained affective response Tn family. W not provide adequate
nutrition, but Mrs. S promises to provide sufficient nutrients to An. U regularly.
Psychomotor responses Tn family. W particularly Ny. S which has been able to
demonstrate making soybean porridge and stimulation of children's games.
Suggestions for nurses is expected to be more active in providing information
about the health of the extension directly to the public and is expected to cooperate
with each cadre and families to do early detection by means of health controls every
month to prevent further consequence.
Keywords: Protein Energy Malnutrition (PEM)
Bibliography: 19 (2005-2014)
Latar belakang
Pemerintah telah menetapkan
beberapa
kebijakan
untuk
meningkatkan status gizi balita menuju
gizi baik, yaitu melalui penyuluhan gizi,
penimbangan balita di posyandu,
pemantauan status gizi dan survei,
Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
pada balita gizi kurang (Rencana Kerja
Pembinaan Gizi Masyarakat 2013).
Selain itu dibutuhkan peranan perawat
dalam upaya promotif melalui
penyuluhan tentang gizi secara luas
perlu digerakkan bagi masyarakat guna
perubahan
perilaku
untuk
meningkatkan
kurang
gizi
dan
mencegah bertambahnya jumlah anak
yang mengalami malnutrisi, sedangkan
upaya preventif bertujuan untuk
meningkatkan kemandirian orang tua
akan
pentingnya
memeriksakan
pertumbuhan balita rutin di pusat
pelayanan kesehatan/posyandu.
Nutrisi yang tepat merupakan
hal yang paling penting dalam
meningkatkan
pertumbuhan
dan
perkembangan normal anak. Namun,
jika nutrisi yang dibutuhkan oleh anak
justru kurang dari kebutuhan anak,
pertumbuhan dan perkembangan anak
pun juga akan terganggu. Anak yang
tidak terpenuhi kebutuhan nutrisinya
sangat berisiko paling besar untuk
mengalami kurang gizi. Kurang gizi ini
akan
berdampak
pada
anak,
dikarenakan kurang gizi dapat
menghambat pertumbuhan, anak
rentan terhadap penyakit terutama
penyakit infeksi dan mengakibatkan
rendahnya
tingkat
kecerdasan
(Almatsier, 2009). Kekurangan Energi
Protein (KEP) merupakan salah satu
kasus kurang gizi yang terbanyak pada
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
anak-anak dan merupakan salah satu
penyebab utama kematian anak di
dunia terutama yang berusia kurang
dari 5 tahun. Kekurangan Energi
Protein (KEP) merupakan keadaan
tidak cukupnya masukan protein dan
kalori yang dibutuhkan oleh tubuh
(Behrman, 2010).
Masalah Kekurangan Energi
Protein (KEP) ini masih tersebar luas di
negara-negara berkembang, termasuk
di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan
Dasar
(Riskesdas)
tahun
2010
menunjukkan besaran masalah gizi di
Indonesia yaitu gizi kurang sebesar
17,9 %, pendek 35,6 %, kurus 13,3 %
dan gemuk 14,2 %. Namun, bila
dibandingkan angka prevalensi gizi
kurang tahun 2007 (18,4 %) dengan
tahun 2010, penurunan prevalensi gizi
kurang sangat kecil yaitu 0,5 %
(Rencana kerja pembinaan gizi
masyarakat, 2013).
Menurut Riskesdas, pada tahun
2013,
terdapat
19,6%
balita
kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7%
balita dengan gizi buruk dan 13,9%
berstatus gizi kurang. Sebesar 4,5%
balita dengan gizi lebih. Jika
dibandingkan dengan angka prevalensi
nasional tahun 2007 (18,4 %) dan
tahun 2010 (17,9 %), prevalensi
kekurangan gizi pada balita tahun 2013
terlihat meningkat. Balita kekurangan
gizi tahun 2010 terdiri dari 13,0% balita
berstatus gizi kurang dan 4,9%
berstatus gizi buruk. Perubahan
terutama pada prevalensi gizi buruk
yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada
tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013.
Untuk mencapai sasaran MDG
tahun 2015 yaitu 15,5% maka
prevalensi gizi buruk-kurang secara
nasional harus diturunkan sebesar 4.1
% dalam periode 2013 sampai 2015.
Persentase balita dengan gizi kurang
(BB/U) Provinsi Jawa Tengah tahun
2012 sebesar 4,88%. Persentase balita
dengan gizi kurang tertinggi di Kota
Tegal (13,83%) dan terendah di
Kabupaten Pekalongan (0,06%). Balita
gizi buruk tahun 2010 berjumlah 3,514,
tahun 2011 berjumlah 3,187, tahun
2011 sejumlah 1,131 dan tahun 2012
berjumlah 1.131 (0,06%) menurun
apabila
dibandingkan
tahun
sebelumnya. Sementara persentase
balita gizi buruk mendapatkan
perawatan tahun 2012 sebesar 100%.
Sedangkan di Kabupaten Semarang
kasus gizi buruk sebanyak 21 dan
semuanya mendapatkan perawatan.
Data di Puskesmas Bancak kasus gizi
buruk pada bulan Maret 2015
didapatkan sebanyak 21 kasus.
Kekurangan Energi Protein
(KEP) dapat terjadi secara primer
maupun sekunder. Kekurangan Energi
Protein (KEP) primer disebabkan oleh
faktor sosial atau ekonomi yang
mengakibatkan kekurangan makanan,
namun pada era globalisasi ini
masyarakat perekonomian menengah
ke atas juga dapat mengalami kurang
gizi akibat pembiasaan (pola hidup)
anak
oleh
keluarga
untuk
mengkonsumsi makanan ringan (junk
food) yang merupakan makanan yang
kurang bernutrisi. Kekurangan Energi
Protein (KEP) sekunder terjadi pada
anak dengan berbagai keadaan yang
disebabkan
oleh
meningkatnya
kebutuhan kalori (misalnya, adanya
infeksi, trauma, dan penyakit kanker),
peningkatan
kehilangan
kalori
(misalnya,
malabsorpsi/gangguan
penyerapan nutrien dari saluran
cerna), penurunan asupan kalori
(misalnya,
tidak
nafsu
makan
(anorexia),
kanker,
pembatasan
asupan oral, dan faktor sosial), atau
kombinasi dari ketiga variabel ini
(Behrman, 2010).
Menghadapi
anak
dengan
Kekurangan Energi Protein (KEP),
perawat dituntut untuk
mampu
berpikir kritis dalam melakukan asuhan
keperawatan yang komprehensif serta
mampu mengidentifikasi masalahmasalah klien yang dirumuskan
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
sebagai
diagnosa
keperawatan,
mampu mengambil keputusan yang
tepat dalam mengatasi masalah
keperawatan yang dialami oleh klien,
asuhan keperawatan yang diberikan
secara holistik yaitu dilihat dari segi
biopsikososial dan spiritual, serta
mampu berkolaborasi dengan tim
kesehatan lain untuk memberi asuhan
keperawatan yang optimal. Kurang
Energi Protein (KEP) pada anak di
negara berkembang terutama pada
kawasan pedesaan menjadikan penulis
tertarik untuk melakukan “Asuhan
Keperawatan pada Anak dengan
Kurang Energi Protein (KEP)”.
Metode Pengelolaan
Metode pengumpulan data yang
dilakukan adalah dengan wawancara,
pemeriksaan fisik, observasi dan
pemeriksaan penunjang. Teknik yang
digunakan
adalah
memberikan
pengelolaan
berupa
melakukan
tindakan kepada pasien dengan
pendidikan kesehatan tentang gizi,
mengajarkan membuat bubur tempe
dan amengajarkan cara menstimulasi
tumbuh kembang anak.
Hasil Pengelolaan
Hasil pengelolaan didapatkan
kekurangan nutrisi teratasi sebagian
dan tidak ada komplikasi lain akibat dari
kekurangan nutrisi. Keluarga pasien
mengatakan senang setelah melakukan
tindakan pendidikan kesehatan tentang
tumbuh kembang anak dan bermain.
Keluarga mengatakan sudah mengerti
apa itu gizi buruk dan bersedia
mempertahankan intervensi.
Pembahasan dan Simpulan
Pengkajian pada keluarga Tn. W
didapatkan hasil yaitu An. U mengalami
KEP sudah lama, dan keluarga tidak bisa
memberikan nutrisi sesuai dengan
kebutuhan serta bingung dengan
kondisi penyakit klien. Oleh karena itu,
penulis
mengangkat
masalah
keperawatan
ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan
keluarga
berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan.
Definisi
ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan
menurut
(Carpenito, 2013: 255) adalah keadaan
ketika
individu
atau
kelompok
mengalami atau beresiko mengalami
gangguan kesehatan karena gaya hidup
yang tidak sehat atau kurangnya
pengetahuan tentang cara mengatasi
gangguan. Terjadinya ketidakefektifan
pemeliharaan
kesehatan
tersebut
dikarenakan KEP yang dialami oleh An.
U sudah sangat lama dan tanpa adanya
pertolongan dan perawatan dari
keluarga. Ketika klien mengalami nutrisi
kurang dari kebutuhan keluarga
bingung apa yang harus dilakukan dan
sering membiarkan bila anak tidak mau
makan. Selain itu, dari hasil pengkajian
didapatkan data bahwa keluarga Tn. W
tidak mengetahui apa penyebab dari
penyakit yang dialami An. U dan
keluarga bingung tindakan apa yang
harus dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah tersebut. Keluarga
hanya membiarkan saja klien makan
seadanya dan kapan dia mau tanpa
adanya dorongan. Dari data tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
permasalahan keperawatan yang timbul
didalam keluarga Tn. W dikarenakan
oleh ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan.
Mengenal masalah kesehatan
atau gangguan kesehatan keluarga
merupakan kebutuhan keluarga yang
perlu mendapatkan perhatian. Orang
tua perlu mengenal keadaan kesehatan
dan perubahan yang dialami anggota
keluarganya terutama berkaitan dengan
kesehatan. Alasannya ialah ketika
terjadi perubahan sekecil apapun yang
dialami keluarga, maka secara tidak
langsung akan menjadi perhatian orang
tua atau keluarga. Sehingga segala
kekuatan sumber daya, pikiran, waktu,
tenaga, dan bahkan harta keluarga akan
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
digunakan
untuk
mengatasi
permasalhan
tersebut
(Friedman,
2010). Selain itu penyebab dari
ketidakmampuan
keluarga
dalam
mengenal masalah kesehatan dapat
dikaitkan dengan tingkat pendidikan
keluarga yang hanya sampai pada
jenjang sekolah dasar. Lingkungan
pedesaan dan kurangnya informasi yang
diperoleh
sangat
mendukung
permasalahan tersebut. Hal ini sesuai
dengan pendapat Widyanto (2014: 128)
kurang pengetahuan ditandai dengan
kondisi individu atau kelompok yang
mengalami defisiensi informasi atau
pengetahuan kognitif, kemampuan
motorik menyangkut kondisi dan
rencana pengobatan.
Penulis mengangkat masalah
tersebut menjadi prioritas utama, hal ini
didukung dengan hasil (skoring)
masalah keperawatan yaitu diantaranya
sifat masalah yakni potensial masalah
kesehatan,
mengapa
merupakan
potensial, karena apabila ketidaktahuan
keluarga Tn. W dalam mengenal dan
melakukan perawatan pada An. U
dengan KEP berlanjut maka akan
mempengaruhi tingkat dan derajat
kesehatan keluarga khususnya An. U
yang memiliki kecenderungan untuk
kambuh setiap saat. Hal ini sesuai
dengan pendapat Depkes (2008)
penatalaksanaan KEP dilaksanakan
secara holistik dimana untuk memenuhi
kebutuhan khusus dan tidak hanya
untuk mengatasi tetapi juga mencegah
infeksi. Penatalaksanaan berbeda dari
satu pasien dengan pasien lain karena
beberapa bentuk KEP yang muncul
akibat kekurangan energi atau protein
dan selain itu bergantung pada berapa
lama terjadinya. Selain secara holistik
pendekatan keluarga juga tidak dapat
dilewatkan begitu saja. Penderita dan
keluarga perlu memahami diet dan
perawatan
anak
dengan
KEP.
Kemungkinan masalah dapat diatasi
yaitu mudah, hal ini dikarenakan
dengan adanya kemauan keluarga
untuk menerima informasi terkait
dengan masalah kesehatan keluarga,
serta pendidikan kesehatan yang
difokuskan
pada
penanganan
pemenuhan kebutuhan nutrisi anak.
Widyanto (2014: 70) pendidikan
kesehatan merupakan salah satu
bentuk strategi intervensi atau upaya
yang dilakukan dalam pelayanan
keperawatan komunitas. Pendidikan
kesehatan
mencakup
pemberian
informasi yang sesuai, spesifik, diulang,
terus menerus,
sehingga
dapat
memfasilitasi
perubahan
perilaku
kesehatan. Potensial masalah untuk
dicegah yaitu cukup karena jumlah
anggota keluarga Tn. W yang sedikit dan
kemauan
besar
keluarga
mengakibatkan masalah cukup bisa
teratasi. Menonjolkan masalah yaitu
masalah tidak dirasakan keluarga.
Keluarga Tn. W tidak tahu akan masalah
keluarga yang dihadapi dan tidak
merasakan akan akibat jika masalah
tersebut tidak mendapat penanganan.
Data yang didapatkan pada data
subyektif Ny S mengatakan bahwa tidak
tahu tentang kondisi anak dan Ny S
selalu menanyakan tentang kondisi
anak dengan data obyektif An. U agak
kurus, BB : 11 kg, TB : 89 cm, dengan
LILA 11,5.
Dari hasil pengkajian diatas
yang didapat, penulis mengangkat
masalah
keperawatan
“Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengenal masalah
kesehatan”
penyebab
ketidak
seimbangan nutrisi karena An. U
mengalami kekurangan energi protein.
Menurut Supariasa, (2012)
Kurang Energi Protein (KEP) adalah
seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan
sehari-hari dan atau gangguan penyakit
tertentu.
Munculnya
diagnose
ini
didukung data subyektif Ny S
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
mengatakan bahwa tidak tahu tentang
kondisi anak dan Ny S selalu
menanyakan tentang kondisi anak
dengan data obyektif An. U agak kurus,
BB : 11 kg, TB : 89 cm, dengan LILA 11,5
cm.
Data tersebut sesuai dengan
Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan
oleh kekurangan makanan sumber
energi secara umum dan kekurangan
sumber protein (Almatsier, 2009).
Penyebab kurang gizi dapat bersifat
primer, yaitu apabila kebutuhan
individu yang sehat akan protein,
energi, atau keduanya, tidak dipenuhi
oleh makanan yang adekuat, atau
sekunder, akibat adanya penyakit yang
dapat menyebabkan asupan kurang
optimal, gangguan penyerapan, dan
peningkatan kebutuhan karena terjadi
kehilangan zat gizi atau keadaan stres
(Alpers, 2006).
Rencana tindakan keperawatan
pada tanggal 16 Maret 2015 yang akan
diberikan kepada keluarga Tn. W
khususnya An. U yaitu: kaji tingkat
pengetahuan keluarga tentang cara
memelihara kesehatan keluarga, sesuai
dengan Mubarak (2007: 30-31) bahwa
perbedaan tingkat pengetahuan antara
satu orang dengan orang lain
diperangaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya yaitu pendidikan formal,
pekerjaan, umur, pengalaman hidup
serta lingkungan dan informasi yang
didapat oleh orang tersebut sangat
penting. Selain itu menurut penelitian
yang dilakukan oleh Atak (2010)
menegaskan
bahwa
semakin
meningkatnya pendidikan seseorang
atau informasi yang didapatkan oleh
seseorang, maka orang tersebut akan
lebih bisa mengenal masalah kesehatan
dan pemeliharaan kesehatan keluarga,
selain itu keluarga Tn. W belum
mengetahui tentang bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh situasi ini, keluarga
juga belum paham dengan apa yang
disebut masalah kesehatan keluarga,
dan juga jelaskan tentang pentingnya
pengambilan keputusan yang tepat
akan masalah kesehatan keluarga yang
dihadapi.
Intervensi selanjutnya yakni
memberi pendidikan kesehatan pada
keluarga Tn. W yakni tentang
pengertian KEP, penyebab, tanda dan
gejala, komplikasi, serta penanganan
KEP.
Sesuai dengan teori yang
dilkemukakan oleh Widyanto (2014: 72)
yang menyatakan bahwa pendidikan
kesehatan merupakan upaya yang
dilakukan
untuk
memberikan
pengetahuan sebagai dasar perubahan
perilaku yang dapat meningkatkan
status kesehatan individu, keluarga,
kelompok, maupun masyarakat melalui
aktivitas belajar. Kegiatan pendidikan
kesehatan diharapkan dapat membantu
tercapainya program pengobatan,
rehabilitasi, pencegahan penyakit dan
peningkatan kesehatan.
Intervensi selanjutnya yaitu
jelaskan
pentingnya
pengambilan
keputusan pemeliharaan kesehatan
keluarga dalam mengenal masalah
kesehatan, sesuai dengan Susi (2010)
dalam Widyanto (2014: 74) yaitu
menjelaskan bahwa dalam keluarga
harus segera mengambil keputusan
yang sesuai dan tepat agar tidak terjadi
masalah baru seperti terjadinya
komplikasi penyakit akibat kurangnya
pemeliharaan kesehatan keluarga,
selain itu juga dengan adanya
pengambilan keputusan maka masalah
yang ada dalam keluarga akan lebih
mudah untuk ditangani karena adanya
persamaan persepsi dalam keluarga
untuk mengoptimalkan pemeliharaan
kesehatan.
Intervensi
terakhir
yaitu
memberikan pengetahuan perawatan
KEP, sesuai dengan Supariasa (2012),
pada tingkat puskesmas penentuan
Kekurangan Energi Protein (KEP) yang
dilakukan dengan menimbang berat
badan anak dibandingkan dengan umur
dan menggunakan Kartu Menuju Sehat
(KMS) dan tabel berat badan per umur
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
baku median NHCS (National Centre
Health Statistic-USA).
Pada penatalaksanaan pasien
dengan KEP ada beberapa hal yang
harus dilakukan yakni, agar tetap
mempertahankan nutrisi anak agar
tidak terjadi kondisi yang lebih buruk
dan penurunan daya tahan anak yang
dapat menyebabkan infeksi. Menurut
MTBS (Depkes, 2008) penatalaksanaan
KEP pada anak kurus adalah lakukan
penilaian pemberian makan pada anak,
bila ada masalah pemberian makan,
lakukan konseling gizi di puskesmas
dan kunjungan ulang 5 hari, bila tidak
ada masalah pemberian makan, nasihati
sesuai “Anjuran Makan Untuk Anak
Sehat Maupun Sakit” dan kunjungan
ulang 14 hari dan nasihati kapan
kembali segera
Implementasi yang diberikan
kepada keluarga Tn. W khususnya An. U
pada hari Senin pada tanggal 16 Maret
2015
yaitu:
mengkaji
tingkat
pengetahuan keluarga tentang KEP,
pada saat dilakukan implementasi tidak
terjadi hambatan dalam proses
tersebut, keluarga dapat memahami
apa yang dijelaskan oleh penulis yaitu
tentang penyakit epilepsi itu seperti
pengertian, etiologi, tanda gejala,
hingga ke perawatan pada epilepsi
secara baik mampu dijelaskan kembali
oleh keluarga Tn. W, selanjutnya
menjelaskan
tentang
pentingnya
pengambilan keputusan untuk masalah
kesehatan keluarga, dalam menjelaskan
tentang pengambilan keputusan ini, Tn.
W mengaku selalu berusaha untuk
mengambil keputusan terbaik untuk
kesehatan putrinya, serta seluruh
keluarga menyimak dengan baik dan
antusias untuk mendukung pengobatan
An. U agar cepat sembuh dan bisa
beraktivitas seperti biasa.
Implementasi selanjutnya yaitu
menjelaskan pentingnya peran keluarga
dalam
mendukung
penyelesaian
masalah keluarga, pada saat dijelaskan
tentang materi tersebut penulis tidak
mendapat
hambataan
dalam
penyampaian dimana keluarga sangat
antusias dalam mengikuti proses
tersebut yang ditunjukan dengan
kemauan keluarga dalam mengawasi
klien agar tidak terjadi segala resiko
yang membahayakan klien. Kemudian
mendemonstrasikan pembuatan diit
dengan bubur tempe. Dalam jalannya
demonstrasi keluarga sangat antusias
dalam memperhatikan dan menyimak
materi yang disajikan penulis, hal ini
dibuktikan dengan keluarga mampu
menjawab
bagaimana
memenuhi
kebutuhan nutrisi anak. Keluarga
mengungkapkan bahwa selama ini telah
keliru hanya mendiamkan klien saat
tidak mau makan dan akan melakukan
penambahan nutrisi seperti yang telah
didemonstrasikan.
Tahap terakhir yaitu tahap
Evaluasi adalah tahap dimana penulis
dapat melihat kemampuan keluarga
terhadap tindakan apa yang diberikan
kepada keluarga Setiadi (2008 : 45-46).
Pada tahap evaluasi didapatkan hasil
bahwa keluarga Tn. W sudah paham
dengan materi yang diberikan oleh
keluarga Tn. W dan mampu melakukan
ataupun mengulang tindakan yang telah
diajarkan diataranya ditunjukan oleh
kemampuan keluarga untuk menjawab
pertanyaan yang diajukan oleh penulis,
dimana keluarga mampu menjawab
hampir semua pertanyaan sekilas
materi yang diberikan dan juga keluarga
mampu untuk melakukan penanganan
KEP. Selain itu dari data subyektif juga
didapatkan
bahwa
keluarga
mengatakan paham dengan materi yang
diberikan oleh penulis pada saat
implementasi.
Sesuai dengan hasil evaluasi
diatas baik subyektif maupun obyektif
setelah dilakukan penatalaksanaan
dapat disimpulkan bahwa keluarga Tn.
W sudah paham dan mengerti tentang
mengenal masalah kesehatan keluarga
serta pemeliharaan kesehatan keluarga
sehingga keluarga mampu untuk
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
memberikan penatalaksanaan pada
keluarga yang mengalami KEP sehingga
diharapkan dapat melakukan peawatan
pada klien dengan KEPi secara mandiri.
pengelolaan respon afektif
keluarga Tn. W belum memberikan
nutrisi secara adekuat, tetapi Ny. S
berjanji akan memberikan nutrisi cukup
untuk An. U secara teratur. Respon
psikomotor keluarga Tn. W khususnya
Ny.
S
yaitu
telah
mampu
mendemostrasikan membuat bubur
tempe dan stimulasi permainan anak.
Implementasi
dilakukan
dengan
menggunakan bahasa yang mudah
dapat dimengerti oleh keluarga,
menggunakan alat bantu peraga leaflet
sehingga keluarga dapat menjelaskan
apa yang telah disampaikan untuk
mencapai
hasil
yang maksimal,
memberi kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya dan memberi pujian
positif saat keluarga berespon pada saat
memberikan penyuluhan.
Simpulan
Dalam melakukan asuhan Pada
pengkajian didapatkan data subyektif
Ny S mengatakan bahwa tidak tahu
tentang kondisi anak dan Ny S selalu
menanyakan tentang kondisi anak
dengan data obyektif An. U agak kurus,
BB : 11 kg, TB : 89 cm, dengan LILA 11,5.
Diagnosa yang muncul pada
keluarga
Tn.
W
yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan mengenal masalah
kesehatan,
kurangnya
informasi
berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga merawat anggota yang sakit
dan Resiko infeksi berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan. Diagnose yang
muncul sesuai data pada pengkajian.
Intervensi yang disusun penulis
diantaranya
dengan
memberikan
tindakan keperawatan diantaranya yang
pertama mengkajii tingkat pengetahuan
keluarga tentang masalah KEP baik
definisi, etiologi, manifestasi klinis, dan
penatalaksanaan serta pentingnya
pengambilan
keputusan
untuk
mengatasi ketidakmampuan mengenal
masalah keluarga, melibatkan keluarga
dalam pengambilan keputusan, dan
demonstrasi pembuatan diit KEP
Pada implementasi keperawatan
yang dilakukan penulis, penulis
menemukan
faktor
penghambat
disebabkan pendidikan yang kurang
sehingga dalam menyerap informasi
kurang maksimal. Faktor pendukungnya
keluarga saat kooperatif dalam setiap
kegiatan dalam penanganan dan
pemeliharaan An. U.
Evaluasi dari proses pengelolaan
menunjukkan setelah keluarga Tn. W
diberikan
tindakan
keperawatan
keluarga mampu memahami masalah
KEP yang diderita An. U dan keluarga
juga
bersedia
mengawasi
dan
melakukan perawatan pada keluarga
dengan
KEP
agar
menghindari
terjadinya resiko bertambah parahnya
penyakit. Selain itu keluarga juga
memahami materi yang diberikan oleh
penulis pada saat dilakukan intervensi
didalam keluarga tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. (2009). Prinsip Dasar Ilmu
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Alpers. (2006). Buku ajar pediatri
Rudolph. Jakarta : EGC.
Ayu. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan
Keperawatan. Keluarga Cetakan
I. Jakarta : Sagung Seto.
Behrman. (2010). Esensi
Nelson. Jakarta: EGC.
Pediatri
Berman. (2009). Buku Ajar Praktik
Keperawatan Klinis. Jakarta:
EGC.
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Carpenito. (2006). Buku saku diagnosis
keperawatan. Jakarta: EGC.
Depkes.
(2008).
Buku
Bagan
Manajemen Terpadu Balita
Sakit (MTBS ). Jakarta :
Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia
Departemen Gizi dan Kesehatan
Masyarakat. (2011). Gizi dan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
Rajawali Pers.
Direktorat Bina Gizi. (2013). Rencana
Kerja Bina Gizi Masyarakat
Tahun
2013.
Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Efendi
&
Makhfudli.
(2009).
Keperawatan
Kesehatan
Komunitas : Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta :
Salemba Medika.
Hastuti. (2012). Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan.
http://apriyanipujihastuti.word
press.com/2012/07/09/konsepdasar-asuhan-keperawatan/.
Hidayat. (2008). Pengantar Ilmu
Kesehatan
Anak
untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.
Hidayat. (2009). Pengantar Kebutuhan
Dasar
Manusia.
Jakarta:
Salemba Medika.
Hidayat. (2012). Pengantar Ilmu
Keperawatan Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Nanda.
Diagnosa Medis. Jilid I. Jakarta:
EGC.
Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak
Sakit. Jakarta: EGC.
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan
Keluarga. Jogjakarta : Nuha
Medika.
Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses,
dan Praktik. Jakarta: EGC.
Sumanto. (2009). Tetap Langsing dan
Sehat dengan Terapi Diet.
Jakarta: ArgoMedia Pustaka
Sudiharto, (2007). Asuhan Keperawatan
Keluarga Dengan Pendekatan
Keperawatan
Transkultural.
Jakarta: EGC
Supariasa. (2012). Penilaian Status Gizi.
Jakarta: EGC.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses
Keperawatan
Keluarga.
Yogyakarta : Graha Ilmu
Soetjiningsih. (2012). Buku Ajar Tumbuh
Kembang
Remaja
dan
Permasalahannya. Jakarta :
Sagung Seto
Wijaya, A. S & Putri, Y. M.(2013).
Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Widyanto.
(2014).
Keperawatan
Komunitas Dengan Pendekatan
Praktis.
Yogyakarta:
Nuha
Medika
2013.
Aplikasi
Asuhan
Keperawatan
Berdasarkan
Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo
Download