MANUSCRIPT LAPORAN KASUS PENGELOLAAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA KELUARGA Tn. W KHUSUSNYA An. U DENGAN KURANG ENERGI PROTEIN (KEP) DI DUSUN JATISARI DESA PLUMUTAN KECAMATAN BANCAK KABUPATEN SEMARANG Oleh : ANDRI MAHFUDIN 0121587 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2015 Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Pengelolaan Kebutuhan Nutrisi Pada Keluarga Tn. W Khususnya An. U Dengan Kurang Energi proTein (KEP) di Dusun Jatisari Desa Plumutan Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang Andri Mahfudin*, Ana Puji Astuti **, Ahmad Kholid*** Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Nutrisi yang tepat merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan normal anak. Namun, jika nutrisi yang dibutuhkan oleh anak justru kurang dari kebutuhan anak, pertumbuhan dan perkembangan anak pun juga akan terganggu. Anak yang tidak terpenuhi kebutuhan nutrisinya sangat berisiko paling besar untuk mengalami kurang gizi. Kurang gizi ini akan berdampak pada anak, dikarenakan kurang gizi dapat menghambat pertumbuhan, anak rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu kasus kurang gizi yang terbanyak pada anak-anak dan merupakan salah satu penyebab utama kematian anak di dunia terutama yang berusia kurang dari 5 tahun. Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan keadaan tidak cukupnya masukan protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. Metode yang digunakan adalah memberikan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. W selama 3 hari berupa pemenuhan kebutuhan nutrisi, informasi dan pencegahan infeksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tehnik wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang. Hasil pengelolaan didapatkan respon afektif keluarga Tn. W belum memberikan nutrisi secara adekuat, tetapi Ny. S berjanji akan memberikan nutrisi cukup untuk An. U secara teratur. Respon psikomotor keluarga Tn. W khususnya Ny. S yaitu telah mampu mendemostrasikan membuat bubur tempe dan stimulasi permainan anak. Saran bagi perawat diharapkan lebih aktif didalam memberikan informasi mengenai kesehatan dengan penyuluhan langsung ke masyarakat dan diharapkan dapat bekerjasama dengan setiap kader dan keluarga untuk melakukan pendeteksian lebih dini dengan cara kontrol kesehatan setiap bulan untuk mencegah terjadinya akibat lebih lanjut. Kata kunci Kepustakaan : Kurang Energi proTein (KEP) : 19 (2005-2014) Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo ABSTRACT Proper nutrition is the most important in promoting growth and normal development of children. However, if the nutrients needed by the child actually less than the needs of children, the growth and development of children will also be disrupted. Children who are not very risky unmet nutritional needs are greatest for malnourished. Poor nutrition will impact on children, due to lack of nutrition can inhibit the growth, children are vulnerable to diseases, especially infectious diseases and the resulting low level of intelligence Protein Energy Deficiency (KEP) is one of the biggest cases of malnutrition in children and is one of the causes The main mortality in the world, especially children aged less than 5 years. Energy Protein deficiency (KEP) is a state of insufficient protein intake and calories needed by the body. The method used is to provide nursing care to the family Tn. W for 3 days in the form of fulfilling the needs of nutrition, information and prevention of infection. The data collection techniques with interview techniques, physical examination, observation and investigation. Results were obtained affective response Tn family. W not provide adequate nutrition, but Mrs. S promises to provide sufficient nutrients to An. U regularly. Psychomotor responses Tn family. W particularly Ny. S which has been able to demonstrate making soybean porridge and stimulation of children's games. Suggestions for nurses is expected to be more active in providing information about the health of the extension directly to the public and is expected to cooperate with each cadre and families to do early detection by means of health controls every month to prevent further consequence. Keywords: Protein Energy Malnutrition (PEM) Bibliography: 19 (2005-2014) Latar belakang Pemerintah telah menetapkan beberapa kebijakan untuk meningkatkan status gizi balita menuju gizi baik, yaitu melalui penyuluhan gizi, penimbangan balita di posyandu, pemantauan status gizi dan survei, Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pada balita gizi kurang (Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat 2013). Selain itu dibutuhkan peranan perawat dalam upaya promotif melalui penyuluhan tentang gizi secara luas perlu digerakkan bagi masyarakat guna perubahan perilaku untuk meningkatkan kurang gizi dan mencegah bertambahnya jumlah anak yang mengalami malnutrisi, sedangkan upaya preventif bertujuan untuk meningkatkan kemandirian orang tua akan pentingnya memeriksakan pertumbuhan balita rutin di pusat pelayanan kesehatan/posyandu. Nutrisi yang tepat merupakan hal yang paling penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan normal anak. Namun, jika nutrisi yang dibutuhkan oleh anak justru kurang dari kebutuhan anak, pertumbuhan dan perkembangan anak pun juga akan terganggu. Anak yang tidak terpenuhi kebutuhan nutrisinya sangat berisiko paling besar untuk mengalami kurang gizi. Kurang gizi ini akan berdampak pada anak, dikarenakan kurang gizi dapat menghambat pertumbuhan, anak rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan (Almatsier, 2009). Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan salah satu kasus kurang gizi yang terbanyak pada Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo anak-anak dan merupakan salah satu penyebab utama kematian anak di dunia terutama yang berusia kurang dari 5 tahun. Kekurangan Energi Protein (KEP) merupakan keadaan tidak cukupnya masukan protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh (Behrman, 2010). Masalah Kekurangan Energi Protein (KEP) ini masih tersebar luas di negara-negara berkembang, termasuk di Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menunjukkan besaran masalah gizi di Indonesia yaitu gizi kurang sebesar 17,9 %, pendek 35,6 %, kurus 13,3 % dan gemuk 14,2 %. Namun, bila dibandingkan angka prevalensi gizi kurang tahun 2007 (18,4 %) dengan tahun 2010, penurunan prevalensi gizi kurang sangat kecil yaitu 0,5 % (Rencana kerja pembinaan gizi masyarakat, 2013). Menurut Riskesdas, pada tahun 2013, terdapat 19,6% balita kekurangan gizi yang terdiri dari 5,7% balita dengan gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi kurang. Sebesar 4,5% balita dengan gizi lebih. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %), prevalensi kekurangan gizi pada balita tahun 2013 terlihat meningkat. Balita kekurangan gizi tahun 2010 terdiri dari 13,0% balita berstatus gizi kurang dan 4,9% berstatus gizi buruk. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4% tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010, dan 5,7% tahun 2013. Untuk mencapai sasaran MDG tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi gizi buruk-kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4.1 % dalam periode 2013 sampai 2015. Persentase balita dengan gizi kurang (BB/U) Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 4,88%. Persentase balita dengan gizi kurang tertinggi di Kota Tegal (13,83%) dan terendah di Kabupaten Pekalongan (0,06%). Balita gizi buruk tahun 2010 berjumlah 3,514, tahun 2011 berjumlah 3,187, tahun 2011 sejumlah 1,131 dan tahun 2012 berjumlah 1.131 (0,06%) menurun apabila dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara persentase balita gizi buruk mendapatkan perawatan tahun 2012 sebesar 100%. Sedangkan di Kabupaten Semarang kasus gizi buruk sebanyak 21 dan semuanya mendapatkan perawatan. Data di Puskesmas Bancak kasus gizi buruk pada bulan Maret 2015 didapatkan sebanyak 21 kasus. Kekurangan Energi Protein (KEP) dapat terjadi secara primer maupun sekunder. Kekurangan Energi Protein (KEP) primer disebabkan oleh faktor sosial atau ekonomi yang mengakibatkan kekurangan makanan, namun pada era globalisasi ini masyarakat perekonomian menengah ke atas juga dapat mengalami kurang gizi akibat pembiasaan (pola hidup) anak oleh keluarga untuk mengkonsumsi makanan ringan (junk food) yang merupakan makanan yang kurang bernutrisi. Kekurangan Energi Protein (KEP) sekunder terjadi pada anak dengan berbagai keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan kalori (misalnya, adanya infeksi, trauma, dan penyakit kanker), peningkatan kehilangan kalori (misalnya, malabsorpsi/gangguan penyerapan nutrien dari saluran cerna), penurunan asupan kalori (misalnya, tidak nafsu makan (anorexia), kanker, pembatasan asupan oral, dan faktor sosial), atau kombinasi dari ketiga variabel ini (Behrman, 2010). Menghadapi anak dengan Kekurangan Energi Protein (KEP), perawat dituntut untuk mampu berpikir kritis dalam melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif serta mampu mengidentifikasi masalahmasalah klien yang dirumuskan Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo sebagai diagnosa keperawatan, mampu mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah keperawatan yang dialami oleh klien, asuhan keperawatan yang diberikan secara holistik yaitu dilihat dari segi biopsikososial dan spiritual, serta mampu berkolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk memberi asuhan keperawatan yang optimal. Kurang Energi Protein (KEP) pada anak di negara berkembang terutama pada kawasan pedesaan menjadikan penulis tertarik untuk melakukan “Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Kurang Energi Protein (KEP)”. Metode Pengelolaan Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan wawancara, pemeriksaan fisik, observasi dan pemeriksaan penunjang. Teknik yang digunakan adalah memberikan pengelolaan berupa melakukan tindakan kepada pasien dengan pendidikan kesehatan tentang gizi, mengajarkan membuat bubur tempe dan amengajarkan cara menstimulasi tumbuh kembang anak. Hasil Pengelolaan Hasil pengelolaan didapatkan kekurangan nutrisi teratasi sebagian dan tidak ada komplikasi lain akibat dari kekurangan nutrisi. Keluarga pasien mengatakan senang setelah melakukan tindakan pendidikan kesehatan tentang tumbuh kembang anak dan bermain. Keluarga mengatakan sudah mengerti apa itu gizi buruk dan bersedia mempertahankan intervensi. Pembahasan dan Simpulan Pengkajian pada keluarga Tn. W didapatkan hasil yaitu An. U mengalami KEP sudah lama, dan keluarga tidak bisa memberikan nutrisi sesuai dengan kebutuhan serta bingung dengan kondisi penyakit klien. Oleh karena itu, penulis mengangkat masalah keperawatan ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. Definisi ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan menurut (Carpenito, 2013: 255) adalah keadaan ketika individu atau kelompok mengalami atau beresiko mengalami gangguan kesehatan karena gaya hidup yang tidak sehat atau kurangnya pengetahuan tentang cara mengatasi gangguan. Terjadinya ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan tersebut dikarenakan KEP yang dialami oleh An. U sudah sangat lama dan tanpa adanya pertolongan dan perawatan dari keluarga. Ketika klien mengalami nutrisi kurang dari kebutuhan keluarga bingung apa yang harus dilakukan dan sering membiarkan bila anak tidak mau makan. Selain itu, dari hasil pengkajian didapatkan data bahwa keluarga Tn. W tidak mengetahui apa penyebab dari penyakit yang dialami An. U dan keluarga bingung tindakan apa yang harus dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah tersebut. Keluarga hanya membiarkan saja klien makan seadanya dan kapan dia mau tanpa adanya dorongan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa permasalahan keperawatan yang timbul didalam keluarga Tn. W dikarenakan oleh ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan. Mengenal masalah kesehatan atau gangguan kesehatan keluarga merupakan kebutuhan keluarga yang perlu mendapatkan perhatian. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan yang dialami anggota keluarganya terutama berkaitan dengan kesehatan. Alasannya ialah ketika terjadi perubahan sekecil apapun yang dialami keluarga, maka secara tidak langsung akan menjadi perhatian orang tua atau keluarga. Sehingga segala kekuatan sumber daya, pikiran, waktu, tenaga, dan bahkan harta keluarga akan Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo digunakan untuk mengatasi permasalhan tersebut (Friedman, 2010). Selain itu penyebab dari ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan dapat dikaitkan dengan tingkat pendidikan keluarga yang hanya sampai pada jenjang sekolah dasar. Lingkungan pedesaan dan kurangnya informasi yang diperoleh sangat mendukung permasalahan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Widyanto (2014: 128) kurang pengetahuan ditandai dengan kondisi individu atau kelompok yang mengalami defisiensi informasi atau pengetahuan kognitif, kemampuan motorik menyangkut kondisi dan rencana pengobatan. Penulis mengangkat masalah tersebut menjadi prioritas utama, hal ini didukung dengan hasil (skoring) masalah keperawatan yaitu diantaranya sifat masalah yakni potensial masalah kesehatan, mengapa merupakan potensial, karena apabila ketidaktahuan keluarga Tn. W dalam mengenal dan melakukan perawatan pada An. U dengan KEP berlanjut maka akan mempengaruhi tingkat dan derajat kesehatan keluarga khususnya An. U yang memiliki kecenderungan untuk kambuh setiap saat. Hal ini sesuai dengan pendapat Depkes (2008) penatalaksanaan KEP dilaksanakan secara holistik dimana untuk memenuhi kebutuhan khusus dan tidak hanya untuk mengatasi tetapi juga mencegah infeksi. Penatalaksanaan berbeda dari satu pasien dengan pasien lain karena beberapa bentuk KEP yang muncul akibat kekurangan energi atau protein dan selain itu bergantung pada berapa lama terjadinya. Selain secara holistik pendekatan keluarga juga tidak dapat dilewatkan begitu saja. Penderita dan keluarga perlu memahami diet dan perawatan anak dengan KEP. Kemungkinan masalah dapat diatasi yaitu mudah, hal ini dikarenakan dengan adanya kemauan keluarga untuk menerima informasi terkait dengan masalah kesehatan keluarga, serta pendidikan kesehatan yang difokuskan pada penanganan pemenuhan kebutuhan nutrisi anak. Widyanto (2014: 70) pendidikan kesehatan merupakan salah satu bentuk strategi intervensi atau upaya yang dilakukan dalam pelayanan keperawatan komunitas. Pendidikan kesehatan mencakup pemberian informasi yang sesuai, spesifik, diulang, terus menerus, sehingga dapat memfasilitasi perubahan perilaku kesehatan. Potensial masalah untuk dicegah yaitu cukup karena jumlah anggota keluarga Tn. W yang sedikit dan kemauan besar keluarga mengakibatkan masalah cukup bisa teratasi. Menonjolkan masalah yaitu masalah tidak dirasakan keluarga. Keluarga Tn. W tidak tahu akan masalah keluarga yang dihadapi dan tidak merasakan akan akibat jika masalah tersebut tidak mendapat penanganan. Data yang didapatkan pada data subyektif Ny S mengatakan bahwa tidak tahu tentang kondisi anak dan Ny S selalu menanyakan tentang kondisi anak dengan data obyektif An. U agak kurus, BB : 11 kg, TB : 89 cm, dengan LILA 11,5. Dari hasil pengkajian diatas yang didapat, penulis mengangkat masalah keperawatan “Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan” penyebab ketidak seimbangan nutrisi karena An. U mengalami kekurangan energi protein. Menurut Supariasa, (2012) Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari dan atau gangguan penyakit tertentu. Munculnya diagnose ini didukung data subyektif Ny S Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo mengatakan bahwa tidak tahu tentang kondisi anak dan Ny S selalu menanyakan tentang kondisi anak dengan data obyektif An. U agak kurus, BB : 11 kg, TB : 89 cm, dengan LILA 11,5 cm. Data tersebut sesuai dengan Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makanan sumber energi secara umum dan kekurangan sumber protein (Almatsier, 2009). Penyebab kurang gizi dapat bersifat primer, yaitu apabila kebutuhan individu yang sehat akan protein, energi, atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan yang adekuat, atau sekunder, akibat adanya penyakit yang dapat menyebabkan asupan kurang optimal, gangguan penyerapan, dan peningkatan kebutuhan karena terjadi kehilangan zat gizi atau keadaan stres (Alpers, 2006). Rencana tindakan keperawatan pada tanggal 16 Maret 2015 yang akan diberikan kepada keluarga Tn. W khususnya An. U yaitu: kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang cara memelihara kesehatan keluarga, sesuai dengan Mubarak (2007: 30-31) bahwa perbedaan tingkat pengetahuan antara satu orang dengan orang lain diperangaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu pendidikan formal, pekerjaan, umur, pengalaman hidup serta lingkungan dan informasi yang didapat oleh orang tersebut sangat penting. Selain itu menurut penelitian yang dilakukan oleh Atak (2010) menegaskan bahwa semakin meningkatnya pendidikan seseorang atau informasi yang didapatkan oleh seseorang, maka orang tersebut akan lebih bisa mengenal masalah kesehatan dan pemeliharaan kesehatan keluarga, selain itu keluarga Tn. W belum mengetahui tentang bahaya yang dapat ditimbulkan oleh situasi ini, keluarga juga belum paham dengan apa yang disebut masalah kesehatan keluarga, dan juga jelaskan tentang pentingnya pengambilan keputusan yang tepat akan masalah kesehatan keluarga yang dihadapi. Intervensi selanjutnya yakni memberi pendidikan kesehatan pada keluarga Tn. W yakni tentang pengertian KEP, penyebab, tanda dan gejala, komplikasi, serta penanganan KEP. Sesuai dengan teori yang dilkemukakan oleh Widyanto (2014: 72) yang menyatakan bahwa pendidikan kesehatan merupakan upaya yang dilakukan untuk memberikan pengetahuan sebagai dasar perubahan perilaku yang dapat meningkatkan status kesehatan individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat melalui aktivitas belajar. Kegiatan pendidikan kesehatan diharapkan dapat membantu tercapainya program pengobatan, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Intervensi selanjutnya yaitu jelaskan pentingnya pengambilan keputusan pemeliharaan kesehatan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan, sesuai dengan Susi (2010) dalam Widyanto (2014: 74) yaitu menjelaskan bahwa dalam keluarga harus segera mengambil keputusan yang sesuai dan tepat agar tidak terjadi masalah baru seperti terjadinya komplikasi penyakit akibat kurangnya pemeliharaan kesehatan keluarga, selain itu juga dengan adanya pengambilan keputusan maka masalah yang ada dalam keluarga akan lebih mudah untuk ditangani karena adanya persamaan persepsi dalam keluarga untuk mengoptimalkan pemeliharaan kesehatan. Intervensi terakhir yaitu memberikan pengetahuan perawatan KEP, sesuai dengan Supariasa (2012), pada tingkat puskesmas penentuan Kekurangan Energi Protein (KEP) yang dilakukan dengan menimbang berat badan anak dibandingkan dengan umur dan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan tabel berat badan per umur Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo baku median NHCS (National Centre Health Statistic-USA). Pada penatalaksanaan pasien dengan KEP ada beberapa hal yang harus dilakukan yakni, agar tetap mempertahankan nutrisi anak agar tidak terjadi kondisi yang lebih buruk dan penurunan daya tahan anak yang dapat menyebabkan infeksi. Menurut MTBS (Depkes, 2008) penatalaksanaan KEP pada anak kurus adalah lakukan penilaian pemberian makan pada anak, bila ada masalah pemberian makan, lakukan konseling gizi di puskesmas dan kunjungan ulang 5 hari, bila tidak ada masalah pemberian makan, nasihati sesuai “Anjuran Makan Untuk Anak Sehat Maupun Sakit” dan kunjungan ulang 14 hari dan nasihati kapan kembali segera Implementasi yang diberikan kepada keluarga Tn. W khususnya An. U pada hari Senin pada tanggal 16 Maret 2015 yaitu: mengkaji tingkat pengetahuan keluarga tentang KEP, pada saat dilakukan implementasi tidak terjadi hambatan dalam proses tersebut, keluarga dapat memahami apa yang dijelaskan oleh penulis yaitu tentang penyakit epilepsi itu seperti pengertian, etiologi, tanda gejala, hingga ke perawatan pada epilepsi secara baik mampu dijelaskan kembali oleh keluarga Tn. W, selanjutnya menjelaskan tentang pentingnya pengambilan keputusan untuk masalah kesehatan keluarga, dalam menjelaskan tentang pengambilan keputusan ini, Tn. W mengaku selalu berusaha untuk mengambil keputusan terbaik untuk kesehatan putrinya, serta seluruh keluarga menyimak dengan baik dan antusias untuk mendukung pengobatan An. U agar cepat sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasa. Implementasi selanjutnya yaitu menjelaskan pentingnya peran keluarga dalam mendukung penyelesaian masalah keluarga, pada saat dijelaskan tentang materi tersebut penulis tidak mendapat hambataan dalam penyampaian dimana keluarga sangat antusias dalam mengikuti proses tersebut yang ditunjukan dengan kemauan keluarga dalam mengawasi klien agar tidak terjadi segala resiko yang membahayakan klien. Kemudian mendemonstrasikan pembuatan diit dengan bubur tempe. Dalam jalannya demonstrasi keluarga sangat antusias dalam memperhatikan dan menyimak materi yang disajikan penulis, hal ini dibuktikan dengan keluarga mampu menjawab bagaimana memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Keluarga mengungkapkan bahwa selama ini telah keliru hanya mendiamkan klien saat tidak mau makan dan akan melakukan penambahan nutrisi seperti yang telah didemonstrasikan. Tahap terakhir yaitu tahap Evaluasi adalah tahap dimana penulis dapat melihat kemampuan keluarga terhadap tindakan apa yang diberikan kepada keluarga Setiadi (2008 : 45-46). Pada tahap evaluasi didapatkan hasil bahwa keluarga Tn. W sudah paham dengan materi yang diberikan oleh keluarga Tn. W dan mampu melakukan ataupun mengulang tindakan yang telah diajarkan diataranya ditunjukan oleh kemampuan keluarga untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penulis, dimana keluarga mampu menjawab hampir semua pertanyaan sekilas materi yang diberikan dan juga keluarga mampu untuk melakukan penanganan KEP. Selain itu dari data subyektif juga didapatkan bahwa keluarga mengatakan paham dengan materi yang diberikan oleh penulis pada saat implementasi. Sesuai dengan hasil evaluasi diatas baik subyektif maupun obyektif setelah dilakukan penatalaksanaan dapat disimpulkan bahwa keluarga Tn. W sudah paham dan mengerti tentang mengenal masalah kesehatan keluarga serta pemeliharaan kesehatan keluarga sehingga keluarga mampu untuk Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo memberikan penatalaksanaan pada keluarga yang mengalami KEP sehingga diharapkan dapat melakukan peawatan pada klien dengan KEPi secara mandiri. pengelolaan respon afektif keluarga Tn. W belum memberikan nutrisi secara adekuat, tetapi Ny. S berjanji akan memberikan nutrisi cukup untuk An. U secara teratur. Respon psikomotor keluarga Tn. W khususnya Ny. S yaitu telah mampu mendemostrasikan membuat bubur tempe dan stimulasi permainan anak. Implementasi dilakukan dengan menggunakan bahasa yang mudah dapat dimengerti oleh keluarga, menggunakan alat bantu peraga leaflet sehingga keluarga dapat menjelaskan apa yang telah disampaikan untuk mencapai hasil yang maksimal, memberi kesempatan kepada keluarga untuk bertanya dan memberi pujian positif saat keluarga berespon pada saat memberikan penyuluhan. Simpulan Dalam melakukan asuhan Pada pengkajian didapatkan data subyektif Ny S mengatakan bahwa tidak tahu tentang kondisi anak dan Ny S selalu menanyakan tentang kondisi anak dengan data obyektif An. U agak kurus, BB : 11 kg, TB : 89 cm, dengan LILA 11,5. Diagnosa yang muncul pada keluarga Tn. W yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengenal masalah kesehatan, kurangnya informasi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit dan Resiko infeksi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. Diagnose yang muncul sesuai data pada pengkajian. Intervensi yang disusun penulis diantaranya dengan memberikan tindakan keperawatan diantaranya yang pertama mengkajii tingkat pengetahuan keluarga tentang masalah KEP baik definisi, etiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan serta pentingnya pengambilan keputusan untuk mengatasi ketidakmampuan mengenal masalah keluarga, melibatkan keluarga dalam pengambilan keputusan, dan demonstrasi pembuatan diit KEP Pada implementasi keperawatan yang dilakukan penulis, penulis menemukan faktor penghambat disebabkan pendidikan yang kurang sehingga dalam menyerap informasi kurang maksimal. Faktor pendukungnya keluarga saat kooperatif dalam setiap kegiatan dalam penanganan dan pemeliharaan An. U. Evaluasi dari proses pengelolaan menunjukkan setelah keluarga Tn. W diberikan tindakan keperawatan keluarga mampu memahami masalah KEP yang diderita An. U dan keluarga juga bersedia mengawasi dan melakukan perawatan pada keluarga dengan KEP agar menghindari terjadinya resiko bertambah parahnya penyakit. Selain itu keluarga juga memahami materi yang diberikan oleh penulis pada saat dilakukan intervensi didalam keluarga tersebut. DAFTAR PUSTAKA Almatsier. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Alpers. (2006). Buku ajar pediatri Rudolph. Jakarta : EGC. Ayu. (2010). Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan. Keluarga Cetakan I. Jakarta : Sagung Seto. Behrman. (2010). Esensi Nelson. Jakarta: EGC. Pediatri Berman. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta: EGC. Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo Carpenito. (2006). Buku saku diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC. Depkes. (2008). Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS ). Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat. (2011). Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers. Direktorat Bina Gizi. (2013). Rencana Kerja Bina Gizi Masyarakat Tahun 2013. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Efendi & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Hastuti. (2012). Konsep Dasar Asuhan Keperawatan. http://apriyanipujihastuti.word press.com/2012/07/09/konsepdasar-asuhan-keperawatan/. Hidayat. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Hidayat. (2012). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika. Nanda. Diagnosa Medis. Jilid I. Jakarta: EGC. Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC. Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jogjakarta : Nuha Medika. Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta: EGC. Sumanto. (2009). Tetap Langsing dan Sehat dengan Terapi Diet. Jakarta: ArgoMedia Pustaka Sudiharto, (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC Supariasa. (2012). Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Graha Ilmu Soetjiningsih. (2012). Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto Wijaya, A. S & Putri, Y. M.(2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika. Widyanto. (2014). Keperawatan Komunitas Dengan Pendekatan Praktis. Yogyakarta: Nuha Medika 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Akademi Keperawatan Ngudi Waluyo