skripsi gabugan

advertisement
HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES
KERJA PADA PERAWAT BAGIAN RAWAT INAP
RSJD Dr. R. M. SOEDJARWADI KLATEN
SKRIPSI
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Rika Prabawati
R.0208078
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
commit to user
2
PERSETUJUAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul : Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja pada
Perawat Bagian Rawat Inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten
Rika Prabawati, R.0208078, Tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan
Tim Ujian Skripsi
Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada Hari: Senin, Tanggal: 25 Juni 2012
Pembimbing Utama
Nama : Hardjono, Drs., M. Si.
NIP : 19590119 198903 1002
Pembimbing Pendamping
Nama : Lusi Ismayenti, S. T., M. Kes.
NIP : 19720322 200812 2 001
Penguji Utama
Nama : Sri Hartati H., Dra., Apt., S.U.
NIP : 19490709 19703 2 001
Surakarta, …………Juli 2012
II
commit to user
3
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang
lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta, .....................2012
Rika Prabawati
NIM. R0208078
III
commit to user
4
ABSTRAK
Rika Prabawati, R0208078, 2012. HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN
STRES KERJA PADA PERAWAT BAGIAN RAWAT-INAP RSJD Dr. R. M.
SOEDJARWADI KLATEN. SKRIPSI. PROGRAM D. IV KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA, FAKULTAS KEDOKTERAN, UNIVERSITAS SEBELAS
MARET, SURAKARTA.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Latar Belakang : Rumah sakit sebagai sebuah organisasi kerja yang bergerak
di bidang
pelayanan kesehatan, perawat merupakan salah satu profesi sebagai media kerja karyawan
dalam menjalankan fungsinya di rumah sakit dan setiap pekerjaan merupakan beban bagi
yang bersangkutan. Beban kerja mental merupakan salah satu dari beban kerja yang berasal
dari faktor fisik. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa ada hubungan beban
kerja mental dengan stres kerja pada perawat di bagian rawat inap, RSJD Dr. R. M.
Soedjarwadi Klaten.
Metode : Jenis penelitian ini adalah observasi analitik dengan menggunakan pendekatan
cross sectional. Subjek penelitian adalah 42 orang tenaga perawat menggunakan teknik
sampling jenuh. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan kuesioner. Teknik
pengolahan dan analisis data dengan uji statistik Gamma and Somers’d dengan
menggunakan program komputer SPSS versi 17.
Hasil : Dari uji statistik diperoleh p 0,027 berarti terdapat hubungan yang signifikan antara
beban kerja mental dengan stres kerja. Kekuatan korelasi 0,556, menunjukkan korelasi yang
kuat antar variabel.
Simpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara beban
kerja mental dengan stres kerja pada perawat bagian rawat inap RSDJ Dr. R. M. Soedjarwadi
Klaten.
Kata Kunci : Beban Kerja Mental, Stres Kerja, Perawat.
IV
commit to user
5
ABSTRACT
Rika Prabawati, R0208078, 2012. CORELATION BETWEEN MENTAL WORKLOAD
AND WORK STRESS ON NURSE OVERNIGHT SUBDIVISION IN RSJD. Dr. R. M.
SOEDJARWADI KLATEN. MINITHESIS. D. IV OCCUPATIONAL HEALTH AND
SAFETY, MEDICAL FACULTY, SEBELAS MARET UNIVERSITY, SURAKARTA.
Background : Hospital as organitation active in field of health service, nurse is one of
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
profestion as work media of workers to do their fungction in hospital and every
work is load
to them. Mental work load is one of work load which comes from physical factor. This
research aimed to show that there was correlation between mental workload and work stress
on nurse overnight section in RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten.
Method : This research was observational analytic and used cross sectional approach. The
subject was 42 nurses used totally sampling technique. Technique of data collecting was
done by interview and questionnaire. Technique of data analysis used Gamma and Somers’d
statistic test with SPSS program version 17.
Result : The result of statistic test showed p value 0,027 there was significant correlation
between mental work load and work stress. While the correlation strength level was 0,556,
showed strong correlation between independent variable and dependent variable.
Conclusion : From the results, it was concluded that there was correlation between mental
work load and work stress on nurse overnight subdiviton in RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi
Klaten.
Keyword : Mental work load, work stress, nurse.
V
commit to user
6
PRAKATA
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik,
dan hidayahNya sehingga pelaksanaan penelitian skripsi dapat berjalan dengan lancar dan
penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada
perawat bagian rawat inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten” dapat terselesaikan dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
baik.
Penyusunan skripsi merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana sains
terapan pada Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada kesempatan ini secara khusus, perkenankan penulis untuk menyampaikan
penghargaan dan rasa terima kasih kepada :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Ibu Ipop Sjarifah, Dra, M. Si. selaku Ketua Program Studi Diploma IV
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta yang telah memberikan semangat kepada peneliti.
Bapak Hardjono, Drs., M. Si., selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi.
Ibu Lusi Ismayenti, S. T., M. Kes., selaku dosen pendamping yang telah
memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi.
Ibu Sri Hartati H., Dra., Apt., S.U., selaku dosen penguji yang telah memberikan
banyak masukan selama penyusunan skripsi.
Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan/karyawati Program Studi Diploma IV
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Karyawan dan staf RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten yang sudah memberikan
ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
Bapak Hartono selaku Pengurus Diklat RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten
atas kerjasama dan bantuannya selama penyusunan skripsi.
Seluruh Perawat bagian Rawat Inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten selaku
Responden yang sudah membantu dalam pelaksanaan kegiatan penelitian
skripsi.
Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun
Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang telah memberikan doa, semangat,
bantuan, dan motivasi kepada penulis.
10. Teman penulis, Nur Ika yang sudah banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan
penelitian skripsi.
11. Sahabat-sahabat penulis, Ratna Fajariyani, Erwin Ningsih, Nining Sri Purwanti, Nur Ika
Widiyawati, Janti Alinuari, Nurina Kusuma Wardhani, dan Oktina Maryana yang sudah
banyak mendukung penulis selama ini.
12. Semua teman angkatan 2008 Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang sudah banyak
membantu selama ini.
VI
commit to user
7
13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan
bantuannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan laporan
ini.
perpustakaan.uns.ac.id
Surakarta, digilib.uns.ac.id
Juni 2012
Penulis
Rika Prabawati
VII
commit to user
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .......................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................................
iii
ABSTRAK ....................................................................................................................
iv
ABSTRACT ..................................................................................................................
v
PRAKATA ....................................................................................................................
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI .................................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL .........................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................
xii
BAB I.
PENDAHULUAN .......................................................................................
A. Latar Belakang Masalah .........................................................................
B. Rumusan Masalah ..................................................................................
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................
1
1
4
4
4
BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................................
A. Tinjauan Pustaka ....................................................................................
B. Kerangka Pemikiran ...............................................................................
C. Hipotesis .................................................................................................
5
5
20
21
BAB III. METODE PENELITIAN ...........................................................................
A. Jenis Penelitian .......................................................................................
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................
C. Populasi Penelitian .................................................................................
D. Teknik Sampling ....................................................................................
E. Sampel Penelitian ...................................................................................
F. Rancangan Penelitian .............................................................................
G. Identifikasi Variabel Penelitian ..............................................................
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian ...............................................
I. Alat dan Bahan Penelitian ......................................................................
J. Cara Kerja Penelitian .............................................................................
K. Teknik Analisis Data ..............................................................................
22
22
22
22
22
22
23
23
24
25
25
28
BAB IV. HASIL PENELITIAN .................................................................................
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................................
B. Karakteristik Subjek Penelitian ..............................................................
C. Hasil Pengukuran Beban Kerja Mental ..................................................
D. Hasil Pengukuran Stres Kerja .................................................................
E. Uji Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja ........................
29
30
31
33
34
36
BAB V. PEMBAHASAN ..........................................................................................
38
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN .........................................................................
A. Simpulan ................................................................................................
B. Saran .......................................................................................................
47
47
47
VIII
commit to user
9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................
48
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
IX
commit to user
10
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kategori Penilaian Beban Kerja Mental ............................................................
11
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Risiko Stres Akibat Kerja...................................................
18
Tabel 3. Distribusi Umur Perawat....................................................................................
33
Tabel 4. Distribusi Masa Kerja .......................................................................................
33
Tabel 5. Distribusi Jenis Kelamin ....................................................................................
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 6. Hasil Pengukuran Beban Kerja Mental..............................................................
34
Tabel 7. Distribusi Beban Kerja Mental ..........................................................................
35
Tabel 8. Hasil Pengukuran Stress Kerja...........................................................................
36
Tabel 9. Distribusi Stres Kerja .......................................................................................
37
Tabel 10. Tabulasi Silang Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja ................................
37
Tabel 11. Hasil Uji Somers’d...........................................................................................
38
Tabel 12. Hasil Uji Gamma ...........................................................................................
39
X
commit to user
11
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Kerangka Pemikiran .......................................................................................
Bagan 2. Rancangan Penelitian .....................................................................................
Bagan 3. Contoh Pemasangan Deskriptor......................................................................
Bagan 4. Contoh Pemberian Peringkat .........................................................................
perpustakaan.uns.ac.id
21
24
28
29
digilib.uns.ac.id
XI
commit to user
12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Survei Awal Penelitian Kampus
Lampiran 2. Surat Balasan Promohonan Survei Awal Penelitian Dari Rumah Sakit
Lampiran 3. Surat Pemberitahuan Penelitian
Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian
Lampiran 5. Kuesioner Beban Kerja Mental
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 6. Kuesioner Stres Kerja
Lampiran 7. Hasil Pengukuran Beban Kerja Mental
Lampiran 8. Hasil Pengukuran Stres Kerja
Lampiran 9. Uji Statistik Gamma And Somers’d
Lampiran 10. Foto Tenaga Perawat Dengan Pasien
XII
commit to user
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan sampai saat ini telah
menghasilkan banyak perubahan dan kemajuan di berbagai bidang dan sektor
kehidupan. Selain itu, pembangunan tersebut telah memunculkan banyak fenomena
baru. Salah satu pengaruh dari kemajuan teknologi adalah kepentingan-kepentingan
ekonomi atau meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan 24 jam, antara lain
adalah adanya kebutuhan untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan kerja shift.
(Djoko Wardono dan Setia Hermawati, 2004)
Keselamatan pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan menjadi
naluri setiap makhluk hidup. Sejak manusia bermukim di muka bumi, secara tidak
sadar mereka telah mengenal aspek kesehatan dan keselamatan untuk mengantisipasi
berbagai bahaya yang dihadapi dalam lingkungan hidup. (Soehatman Ramli, 2009)
Pekerjaan di satu sisi mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan
prestasi, sehingga dapat mencapai kehidupan yang produktif sebagai salah satu
tujuan hidup. Di sisi lain, bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang
bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun beban mental.
(Tarwaka, 2010)
Stres adalah sesuatu kekuatan yang memaksa seseorang untuk berubah,
bertumbuh, berjuang, beradaptasi atau mendapatkan keuntungan. Semua kejadian
dalam kehidupan, bahkan yang bersifat positif juga menyebabkan stres. Sebagai
13
commit to user
14
contoh : kenaikan pangkat merupakan perubahan yang positif, namun tanggung
jawab yang baru menyebabkan stres. Tidak semua stres bersifat merusak, karena
rangsangan, tanggapan, dan perubahan akan memberikan keuntungan bagi kehidupan
seseorang; meskipun demikian sebagian besar penderita stres berlebih dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kemampuan untuk mengatasinya terbatas. (Swatrh, 2004)
Rumah sakit sebagai sebuah organisasi kerja yang bergerak di bidang
pelayanan kesehatan, di dalamnya terdapat berbagai profesi sebagai media kerja dari
karyawan dalam menjalankan fungsinya. Di antara sekian banyak profesi yang ada di
rumah sakit, profesi perawat merupakan profesi yang banyak berperan dalam
pelayanan kesehatan, dilihat dari sisi kuantitas, umumnya jumlah tenaga perawat
adalah yang terbanyak dibandingkan dengan profesi lainnya, mengingat keberadaan
perawat cukup strategis di dunia pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit.
Perawat adalah profesi yang sangat dekat dengan individu, keluarga, dan masyarakat.
Untuk dapat memenuhi harapan individu, keluarga, dan masyarakat tersebut, perawat
perlu mempunyai efek penyembuhan pada pasien. (Intansari Nurjannah, 2001)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia
(2006) menunjukkan bahwa perawat mengalami stres kerja, untuk menyatakan
keluhan sering merasa pusing, lelah, tidak ada istirahat, antara lain karena beban
kerja yang tinggi dan pekerjaan yang menyita waktu.
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi adalah rumah sakit jiwa
yang berdaya saing tinggi melalui pelayanan yang profesional, dengan tujuan untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa terpadu dan komprehensif dengan biaya
yang terjangkau oleh masyarakat, meningkatkan kualitas sumber daya manusia
commit to user
15
secara berkesinambungan, mengembangkan pelayanan unggul, dan menciptakan
kesejahteraan semua pihak terkait.
Dari hasil survei awal di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi,
bagian rawat-inap bangsal jiwa terdiri atas 4 bangsal yaitu bangsal Wijaya Kusuma,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bangsal Arimbi, bangsal Arjuna, bangsal Abimanyu; dengan jumlah tenaga perawat
42 orang, di rumah sakit tersebut setiap tenaga kerja perawat bekerja 7,5 jam/hari dan
terdapat 3 shift kerja dalam 24 jam.
Beban kerja perawat di rumah sakit meliputi beban kerja fisik dan mental.
Beban kerja yang bersifat fisik meliputi mengangkat pasien, memandikan pasien,
membantu pasien ke kamar mandi, mendorong peralatan kesehatan, merapikan
tempat tidur pasien, mendorong kursi roda pasien, sedangkan beban kerja yang
bersifat mental dapat berupa bekerja dengan shift atau bergilir, kompleksitas
pekerjaan (mempersiapkan mental dan rohani pasien serta keluarga, terutama bagi
pasien yang sedang mengalami keadaan kritis dan guncangan kejiwaannya), bekerja
dengan ketrampilan khusus dalam merawat pasien, tanggung jawab terhadap
kesembuhan, serta harus menjalin komunikasi dengan pasien.
Berdasarkan kenyataan di atas, perawat dikhawatirkan akan mengalami
pembebanan berlebih dan timbulnya stres kerja, sehingga peneliti ingin mengadakan
penelitian mengenai hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat di
bagian rawat-inap, RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi, Klaten.
commit to user
16
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat di
bagian rawat-inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi, Klaten ?
perpustakaan.uns.ac.id
C. Tujuan Penelitian
digilib.uns.ac.id
Untuk mengetahui hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada
perawat di bagian rawat-inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten.
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
Diharapkan sebagai pembuktian bahwa ada pengaruh beban kerja mental terhadap
stres kerja pada perawat di bagian rawat inap, RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi
Klaten.
2. Manfaat aplikatif
a. Diharapkan mampu memberikan informasi pada rumah sakit bahwa ada
pengaruh beban kerja mental terhadap stres kerja pada tenaga perawat.
b. Diharapkan para tenaga medis sadar akan pentingnya menjaga kesehatan
dengan cara mengurangi beban kerja mental dan mengatasi stres sesuai tingkat
keparahannya.
commit to user
17
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tiunjauan Pustaka
perpustakaan.uns.ac.id
1. Beban Kerja Mental
digilib.uns.ac.id
a. Pengertian Beban Kerja Mental
Menurut Meshkati (dalam Tarwaka, 2010), beban kerja (work load)
dapat didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan
pekerjaan dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi. Mengingat kerja
manusia bersifat mental dan fisik, maka masing-masing mempunyai tingkat
pembebanan yang berbeda-beda. Tingkat pembebanan yang terlalu tinggi
memungkinkan pemakaian energi yang berlebih dan terjadi “over stress”,
sebaliknya intensitas pembebanan yang terlalu rendah memungkinkan rasa
bosan dan kejenuhan atau “understress”. Oleh karena itu, perlu diupayakan
tingkat intensitas pembebanan yang optimum di antara kedua batas yang
ekstrim tadi dan tentunya berbeda antara individu yang satu dengan yang
lainnya.
Menurut Depkes RI (2003), beban kerja adalah beban yang diterima
pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya, seperti mengangkat, berlari, dan
lain-lain. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban tersebut
dapat berupa fisik, mental atau sosial. Beban kerja yang sering dijumpai
merupakan kombinasi antara beban kerja fisik dan beban kerja mental. Hal ini
mudah dipahami karena pada dasarnya semua aktivitas merupakan kombinasi
17
commit to user
18
dari aktivitas fisik dan mental dengan salah satu aktivitas yang lebih dominan
dibandingkan dengan aktivitas yang lainnya.
Suparjono (2008) menyatakan bahwa beban kerja mental adalah suatu
konsep yang tidak memisahkan faktor fisik dan faktor psikologis yang saling
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berpengaruh dalam diri manusia. Grandjean (1993) menyatakan, bahwa setiap
aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi, interpretasi, dan
proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensoris untuk
diambil suatu keputusan atau mengingat informasi yang disimpan.
Jadi beban kerja mental adalah beban yang diterima pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaannya dengan melibatkan aktivitas mental, seperti :
pengambilan keputusan dengan tanggung jawab yang lebih besar, pekerjaan
di bidang teknik informasi, pekerjaan dengan menggunakan teknologi tinggi,
pekerjaan dengan kesiapsiagaan tinggi, dan pekerjaan yang bersifat monotoni.
b. Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja Mental.
Menurut Manuaba (2000), secara umum hubungan antara beban kerja
dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks.
Faktor yang mempengaruhi beban kerja tersebut antara lain adalah :
1) Beban kerja karena faktor eksternal
Beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Beban kerja eksternal
yaitu tugas (task) itu sendiri, organisasi, dan lingkungan kerja. Ketiga
aspek ini biasanya disebut stressor.
2) Beban kerja karena faktor internal
commit to user
19
Faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya
reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut disebut strain
dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Penilaian secara
objektif, yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis, sedangkan penilaian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
subjektif berkaitan dengan harapan, keinginan, kepuasan, dan penilaian
subjektif lainnya.
Selanjutnya, menurut Hart dan Staveland (1988), ada 3 faktor utama yang
menentukan beban kerja mental :
1) Faktor tuntutan tugas (task demands)
Beban kerja dapat ditentukan dari analisis tugas-tugas yang dilakukan
oleh pekerja. Bagaimanapun juga, perbedaan-perbedaan secara individu
harus selalu diperhitungkan.
2) Usaha atau tenaga (effort)
Jumlah effort yang dikeluarkan pada suatu pekerjaan mungkin
merupakan suatu bentuk intuitif secara alamiah terhadap beban kerja.
Bagaimanapun juga, sejak terjadinya peningkatan tuntutan tugas, secara
individu mungkin tidak dapat meningkatkan tingkat effort.
3) Performansi
Sebagian besar studi tentang beban kerja mempunyai perhatian dengan
tingkat performansi yang akan dicapai. Sebagai contoh, secara individu
seseorang mungkin akan dapat mengimbangi tuntutan tugas yang
meningkat dengan meningkatkan tingkat effort untuk mempertahankan
performansi.
commit to user
20
Beban kerja mental dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1) Hubungan antara tuntutan tugas (task demand) dengan performansi tugas
(task performance).
2) Kewaspadaan (vigilance) yaitu kemampuan seseorang untuk tetap fokus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pada perhatian dan tetap siapsiaga terhadap stimuli pada target untuk
periode waktu yang cukup lama.
Faktor lain yang mempengaruhi beban kerja mental seseorang dalam
suatu pekerjaan antara lain adalah jenis pekerjaan, situasi pekerjaan waktu
respons, waktu penyelesaian yang tersedia dan faktor individu seperti :
tingkat motivasi, keahlian, kelelahan, kejenuhan, serta toleransi performansi
yang diijinkan. (Risma, 2010)
Dalam psikologi kerja, dibahas masalah-masalah yang berkaitan
dengan kejiwaan yang dijumpai pada tempat kerja, yaitu yang menyangkut
faktor-faktor diri. Yang termasuk faktor diri antara lain attitude, jenis
kelamin, usia, sifat atau kepribadian, sistem nilai, karakteristik fisik, motivasi,
minat, pendidikan, dan pengalaman. Masalah faktor diri ini dikaji dalam
ergonomi karena pada setiap orang ada. (Risma, 2010)
c. Akibat Beban Kerja Mental
Ada beberapa akibat dari beban kerja mental, yaitu :
1) Akibat beban kerja yang terlalu berat sedangkan kemampuan fisik yang
lemah, maka dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan
atau penyakit akibat kerja (Lilis, 2007).
2) Kelelahan kerja (Rinda I., Zarni A., dan Danardi S., 2011).
commit to user
21
3) Stres psikologis (Rinda I., Zarni A., dan Danardi S., 2011).
4) Ketegangan yang tinggi/tertekan (Rinda I., Zarni A., dan Danardi S.,
2011).
5) Apabila beban kerja lebih besar dari kemampuan tubuh, maka akan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terjadi rasa tidak nyaman (paling awal), kelelahan (overstres),
kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit, dan produktivitas menurun
(palingakhir). Sebaliknya, jika beban kerja lebih kecil dari kemampuan
tubuh, maka akan terjadi understres, kejenuhan, kebosanan, kelesuan,
kurang produktif, dan sakit (Lilis, 2007).
6) Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan, baik
fisik atau mental, dan reaksi-reaksi emosional seperti : sakit kepala,
gangguanan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan beban kerja yang
terlalu sedikit, yaitu pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerakan
akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton, kebosanan dalam kerja
rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit
mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan, sehingga secara
potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebih atau rendah
dapat menimbulkan stres kerja (Lilis, 2007).
d. Penilaian Beban Kerja Mental
Metode pengukuran beban kerja mental dikelompokkan menjadi 3
kategori, yaitu metode pengukuran secara subyektif, pengukuran secara
fisiologis atau biomekanis, dan metode pengukuran berdasarkan performansi.
Pengukuran beban kerja mental dengan metode subyektif lebih didasarkan
commit to user
22
pada persepsi subyektif responden atau pekerja yang diukur. Menurut
Tarwaka (2010), metode pengukuran beban kerja mental secara subyektif
yang telah banyak digunakan adalah :
1) Metode dengan menggunakan teknik pengukuran beban kerja subyektif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(Subjective Workload Assessment Technique – SWAT)
2) Metode dengan menggunakan skala rating/skor dari pekerjaan mental
(Rating Scale Mental Effort- RSME)
3) Metode dengan menggunakan indeks beban tugas dari National
Aeronautics dan Space Administration NASA –TLX (NASA – Task Load
Index – TLX), dengan tahap pemberian bobot (weights) dan tahap
pemberian peringkat (ratings) (Sandara dalam Risma, 2010).
2.
Stres Kerja
Manusia adalah sesuatu yang paling kompleks. Manusia memiliki rasa
suka dan benci, gembira dan sedih, berani dan takut, dan lain sebagainya.
Manusia mempunyai kehendak, kemauan, angan-angan, dan cita-cita. Manusia
memiliki dorongan-dorongan hidup tertentu. Selain itu, manusia mempunyai
pikiran-pikiran dan pertimbangan-pertimbangan yang menentukan sikap dan
pendiriannya. Juga, manusia mempunyai pergaulan hidup, baik di rumah
ataupun di tempat kerja serta di masyarakat luas, sehingga manusia cenderung
mendapat stres fisik dan psikologis. Udara dingin menyebabkan stres fisik pada
tubuh sehingga timbul respons perubahan sirkulasi, pernapasan dan denyut
jantung. Paparan terhadap virus, penyakit, serta udara berasap dan berkabut
semuanya menyebabkan stres fisik (faktor lingkungan). Batasan waktu suatu
commit to user
23
pekerjaan, kecemasan akan acara sosial khusus, atau kehilangan teman dekat
adalah salah satu contoh stres psikologis. (Swarth, 2004)
a. Pengertian Stres Kerja
Terdapat beberapa pengertian tentang stres yang dapat dimaknai dari
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
beberapa sudut pandang keilmuan. Levi (dalam Tarwaka, 2010)
mendefinisikan stres sebagai berikut :
1) Dalam bahasa teknik, stres dapat diartikan sebagai kekuatan dari bagianbagian dalam tubuh.
2) Dalam bahasa biologi dan kedokteran, stres dapat diartikan sebagai proses
tubuh untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar dan perubahan lingkungan
terhadap tubuh.
3) Secara umum, stres dapat diartikan sebagai tekanan psikologis yang dapat
menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa.
Menurut Manuaba (2000), stres adalah segala rangsangan atau aksi dari
tubuh manusia baik yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh itu
sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam dampak yang merugikan
mulai dari menurunkan kesehatan sampai kepada dideritanya suatu penyakit.
Stres akibat kerja adalah respons emosional dan fisik yang bersifat
mengganggu atau merugikan yang terjadi pada saat tuntutan tugas tidak
sesuai dengan kapasitas, sumber daya, atau keinginan pekerja (NIOSH,
1999). Adapun menurut European Commission (1999), stres akibat kerja
adalah suatu bentuk emosi, kognitif, perilaku, dan reaksi fisiologis berhadap
commit to user
24
aspek-aspek pekerjaan, organisasi kerja, dan lingkungan kerja yang bersifat
merugikan.
Menurut Tarwaka (2010), stres merupakan tekanan psikologis yang dapat
menyebabkan berbagai bentuk penyakit, baik penyakit secara fisik maupun
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mental (kejiwaan), dan secara konsep stres dapat didefinisikan menurut
variabel kajian berikut ini :
1) Stres sebagai stimulus,
2) Stres sebagai respons,
3) Stres sebagai interaksi antara individu dan lingkungannya.
Menurut Pandji Anoraga (2001), stres kerja adalah suatu bentuk
tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di
lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya
terancam.
Jadi, stres kerja adalah segala rangsangan atau respons emosional dan
fisik yang mengganggu dan merugikan yang dapat menyebabkan berbagai
penyakit baik fisik maupun psikis serta dapat mengakibatkan dirinya
terancam.
commit to user
25
b. Gejala Stres Kerja
Menurut Agus M. Hardjana (2004) tanda dan gejala stres yang berpengaruh
pada keadaan seseorang antara lain sebagai berikut :
1) Mata melotot,
perpustakaan.uns.ac.id
2) Muka merah,
11) Menggesek-gesek gigi,
digilib.uns.ac.id
12) Mangatupkan rahang kuat-
3)
Leher dan bahu kaku,
4)
Berkeringat banyak,
13) Tekanan darah tinggi,
5)
Nyeri dada,
14) Palpitasi,
6)
Rasa tidak enak pada lambung,
15) Sesak napas,
7)
Konstipasi,
16) Telapak
8)
Diare,
9)
Kedutan-kedutan pada wajah,
kuat,
tangan
yang
basah/lembap,
17) Jari kaki mengerut.
10) Sakit kepala,
c. Faktor Penyebab Stres Kerja
Suatu keadaan yang dapat menimbulkan stres pada seseorang tetapi
belum tentu akan menimbulkan hal yang sama terhadap orang lain. Menurut
Patton (dalam Tarwaka, 2010) bahwa perbedaan reaksi antara individu
tersebut sering disebabkan oleh faktor psikologis dan sosial yang dapat
mengubah dampak stresor bagi individu.
Faktor-faktor tersebut antara lain :
1) Kondisi individu, seperti : umur, jenis kelamin, temperamental, genetik,
inteligensi, pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain.
commit to user
26
2) Ciri kepribadian, seperti : introvert atau ekstrovert, tingkat emosional,
kepasrahan, kepercayaan diri, dan lain-lain.
3) Sosial-kognitif, seperti dukungan social dan hubungan sosial dengan
lingkungan sekitarnya.
perpustakaan.uns.ac.id
4) Strategi untuk menghadapi setiap stres yang muncul.
digilib.uns.ac.id
Selanjutnya Cartwright, et. al. (1995) mencoba mengelompokkan penyebab
stres akibat kerja menjadi 6 kelompok penyebab :
1) Faktor intrinsik pekerjaan,
2) Faktor peran individu dalam organisasi kerja,
3) Faktor hubungan kerja,
4) Faktor pengembangan karir,
5) Faktor struktur organisasi dan suasana kerja,
6) Faktor dari luar pekerjaan.
Faktor lain yang mungkin dapat menyebabkan stres akibat kerja antara lain
sebagai berikut :
1) Ancaman pemutusan hubungan kerja,
2) Perubahan politik nasional,
3) Krisis ekonomi nasional.
Berdasarkan reverensi diatas secara singkat, dapat disimpulkan bahwa
pekerjaan sebagai penyebab stres ditandai dengan adanya :
1) Tingkat tuntutan tugas yang tinggi (beban kerja),
2) Tingkat kontrol tugas yang rendah (pembuat keputusan),
commit to user
27
3) Tingkat pelaksanaan tugas tidak menentu (kemampuan kerja dan
ketrampilan teknis),
4) Dukungan organisasi rendah (pengakuan dan penghargaan terhadap
individu pekerja).
perpustakaan.uns.ac.id
d. Pengaruh Stres Kerja pada Kesehatan
digilib.uns.ac.id
Perbedaan reaksi tubuh disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain
faktor psikologis dan faktor sosial-budaya seseorang. Adapun menurut
Mathews (dalam Tarwaka, 2010) pengaruh stres akibat kerja yaitu:
1) Pengaruh psikologis. Stres biasanya merupakan perasaan subyektif sebagai
bentuk kelelahan, kegelisahan, dan depresi. Reaksi psikologis kepada stres
dapat dievaluasi dalam bentuk beban mental, kelelahan, dan perilaku.
2) Pengaruh sosial. Setelah lama mengalami stres di tempat kerja,
kegelisahan, depresi, maka pengaruhnya akan dibawa ke dalam lingkungan
sosial.
3) Pengaruh kesehatan atau fisiologis. Bila tubuh mengalami stres, maka
akan terjadi perubahan fisiologis sebagai jawaban atas terjadinya stres.
Adapun sistem di dalam tubuh yang mengadakan respons diperantarai oleh
saraf otonom, hypothalamic-pituitari axis, dan pengeluaran katekolamin
yang
akan
mempengaruhi
fungsi-fungsi
organ
seperti
sistem
kardiovaskuler, sistem gastro intestinal, dan gangguan penyakit lain.
4) Pengaruh individu. Individu dengan kepribadian introvert akan bereaksi
lebih negatif dan menderita ketegangan lebih besar dibandingkan dengan
mereka yang berkepribadian ekstrovert. Begitu juga dengan orang dengan
commit to user
28
berkepribadian luwes akan mengalami ketegangan yang lebih besar
daripada yang berkepribadian rigrid.
Laurentius Panggabean (dalam Tarwaka, 2010), menyatakan stres kerja dapat
mengakibatkan hal- hal sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Penyakit fisik yang diinduksi oleh stres, yaitu penyakit jantung koroner,
hipertensi, gangguan menstruasi, gangguan pencernaan, mual, muntah, dan
sebagainya.
2) Kecelakaan kerja, terutama pada pekerjaan yang menuntut kinerja yang
tinggi, bekerja bergiliran (shift), penyalahgunaan zat adiktif.
3) Absen, pegawai yang sulit menyelesaikan pekerjaan disebabkan tidak
hadir karena pilek, sakit kepala.
4) Lesu kerja, pegawai kehilangan motivasi bekerja.
5) Gangguan jiwa, mulai dari gangguan yang mempunyai efek ringan dalam
kehidupan sehari-hari sampai pada gangguan yang mengakibatkan
ketidakmampuan yang berat. Gangguan jiwa ringan seperti mudah gugup,
tegang, marah-marah, mudah tersinggung, kurang berkonsentrasi, apatis,
dan depresi. Perubahan perilaku berupa kurang partisipasi dalam
pekerjaan, mudah bertengkar, terlalu mudah mengambil risiko. Gangguan
yang lebih jelas lagi dapat berupa depresi, gangguan cemas.
Stres dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerja, gangguan di
tempat kerja, masyarakat, dan keluarga (Lientje, 2011). Stres dapat
mengakibatkan penyakit secara langsung, karena stres mendatangkan banyak
commit to user
29
perubahan pada sistem fisik tubuh manusia yang dapat mengakibatkan
penyakit.
e. Pencegahan Stres Kerja
Untuk mencegah datangnya stres yang tak perlu, maka haruslah dibuat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
antara lain : mengatur waktu, menghindari penundaan tugas dan kerja tanpa
alasan, cakap dan berani berkata tidak, ketangguhan pribadi dan sikap siap
menghadapi hal, peristiwa, serta keadaan yang dapat mendatangkan stres (Agus
M. H., 2004).
Sauter, et al. (1990) dikutip dari National Institute for Occupational Safety
and Health (NIOSH) memberikan rekomendasi tentang bagaimana cara untuk
mengurangi atau meminimalisasi stres akibat kerja sebagai berikut :
1) Beban kerja baik fisik maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan
atau kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan menghindari adanya
beban berlebih maupun beban yang terlalu ringan.
2) Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung
jawab di luar pekerja.
3) Setiap pekerja harus diberi kesempatan untuk mengembangkan karir,
mendapatkan promosi, dan pengembangan kemampuan keahlian.
4) Membentuk lingkungan sosial yang sehat, hubungan antara tenaga kerja yang
satu dengan yang lain, tenaga kerja-supervisor yang baik dan sehat dalam
organisasi, akan membuat situasi yang nyaman.
commit to user
30
5) Tugas-tugas pekerjaan harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan
kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya. Rotasi tugas
dapat dilakukan untuk meningkatkan karir dan pengembangan usaha.
Secara ringkas, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengurangi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
terjadinya stres di tempat kerja adalah sebagai berikut :
1) Memposisikan pekerja pada posisi yang seharusnya (the right man on the
right place)
2) Mengembangkan struktur organisas sesuai dengan kultur dan tradisi
masyarakat pekerjanya.
3) Menjamin perasaan aman setiap pekerja.
4) Menghilangkan faktor penyebab stres, khususnya yang berasal dari tasks,
organisasi kerja, dan lingkungan kerja.
3. Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja
Setiap tenaga kerja pernah mengalami beban kerja mental. Beban kerja
mental sering membuat tarikan napas menjadi pendek sehingga asupan oksigen ke
otak berkurang, darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbon
dioksida dari seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena kava menuju ke arteri kanan
dan dipompa melalui katup pulmer ke dalam arteri pulmonalis menuju paru-paru
darah yang mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang
mengelilingi kantong udara di paru menyerap oksigen dan melepas karbon
dioksida yang akan dihembuskan ke udara kembali. Kekurangan asupan oksigen
tersebut menyebabkan tubuh akan merespons denyut jantung dan sistem saraf
pusat, sehingga timbul gejala stres. (Ganong, 2002 )
commit to user
31
Bila beban kerja mental lebih besar daripada kemampuan tubuh, maka akan
terjadi rasa tidak nyaman (paling awal), kelelahan (overstress), kecelakaan,
cedera, rasa sakit, penyakit dan produktivitas menurun (paling akhir). Sebaliknya,
jika beban kerja lebih kecil daripada kemampuan tubuh, maka akan terjadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(understress), kejenuhan, kebosanan, kelesuan, kurang produktif, dan sakit.
(Gempur Santoso, 2004)
Beban kerja mental penting menjadi perhatian untuk mengindentifikasi
penyebab stres yang potensial di rumah sakit, karena stres akan selalu menimpa
perawat. Setiap perawat mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam
menahan stres, hal tersebut bergantung pada jenis, lama dan frekuensi stres yang
dialami perawat. (Lilis, 2008)
commit to user
32
B. Kerangka Pemikiran
Beban kerja mental
Tarikan napas pendek
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Asupan O2 ke otak berkurang
Denyut jantung meningkat
Gejala stres secara fisik
Faktor internal :
Faktor eksternal :
a. Hubungan pekerja
Stres kerja
a. Usia
b. Jenis kelamin
dengan atasan
c. Lama kerja
b. Tekanan bekerja
dalam waktu yang
d. Masa kerja
lama/lembur
e. Riwayat penyakit
: Diteliti
: Tidak diteliti
Bagan 1. Kerangka Pemikiran
commit to user
33
C. Hipotesis
Ada hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat di bagian rawat
inap, RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi, Klaten.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
Jenis penelitian
ini
adalah
observasional
digilib.uns.ac.id
analitik, pendekatan
pendekatannya, penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional.
B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi, Klaten pada bulan
April sampai dengan Mei 2012.
C. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah perawat di bagian rawat-inap bangsal jiwa
RSJD Dr. Soedjarwadi, Klaten dengan total populasi sebanyak 42 orang, yaitu di
ruang Arimbi 10 orang, ruang Wijaya Kusuma 10 orang, ruang Abimanyu 10
orang, ruang Arjuna12 orang.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh.
E. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja di
bagian rawat inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi, Klaten, yang berjumlah 42
orang tenaga kerja.
34
commit to user
35
F. Rancangan Penelitian
Populasi (N)
Sampling jenuh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sampel (n)
Beban kerja mental rendah
Beban kerja mental sedang
Stres kerja
Stres kerja
Rendah
Sedang
Tinggi
Rendah
Sedang
Beban kerja mental tinggi
Stres kerja
Tinggi
Rendah
Sedang
Uji Gamma and Somers’d
Bagan 2. Desain Penelitian
G. Identifikasi Variabel Penelitian
1.
Variabel Bebas : Beban kerja mental.
2.
Variabel Terikat : Stres kerja.
3. Variabel Pengganggu tidak terkendali : riwayat penyakit, usia, masa kerja,
lama kerja dalam satu hari, hubungan pekerja dengan atasan, tekanan untuk
bekerja dalam waktu yang lama/lembur.
commit to user
Tinggi
36
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Beban Kerja Mental
Beban kerja mental adalah beban yang diterima tenaga perawat untuk
menyelesaikan pekerjaan setiap harinya, seperti : merawat lebih dari satu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pasien dalam waktu bersamaan mengalami kritis, kejang, dan guncangan
jiwa/mengamuk, menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, mengatur
jadwal minum dan makan pasien, menghafal nama pasien, mengingat
penyebab dan hal-hal yang memicu kambuhnya gangguan jiwa, membantu
memandikan dan mengganti baju pasien setiap waktu pasien buang hajat,
medengarkan caci dan makian dari pasien-pasien gangguan jiwa, dan lainlain.
Alat ukur : Kuesioner beban kerja mental dengan metode NASA-Task
Load
Index.
Skala pengukuran : Ordinal, karena data berasal dari kategori (rendah dan
tinggi).
2. Stres Kerja
Stres kerja dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu keadaan dari
perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami tenaga perawat dalam
menghadapi pekerjaannya.
Alat ukur : Kuesioner stres kerja.
Skala pengukuran : Ordinal, karena data berasal dari kategori (rendah, sedang
dan tinggi).
commit to user
37
I.
Alat dan Bahan Penelitian
1. Pengukuran terhadap beban kerja mental menggunakan Kuesioner NASA –
TLX (Task Load Index), data ini menggambarkan tinggi-rendahnya beban
kerja mental. Instrumen ini diadopsi dari Human Performance Research
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Goup, NASA Ames Research Center’ Moffett Field, California. Kuesioner
beban kerja mental telah banyak digunakan dan telah mengalami validitas
serta uji reabilitas dengan uji Pearson (α = 0,781, r hitung = 0, 734, p = 0,00).
2. Untuk mengukur stres kerja digunakan kuesioner stres kerja. Instrumen stres
kerja menggunakan kuesioner dari HSE (2003). Kuesioner stres kerja telah
banyak digunakan dan telah mengalami uji validitas serta uji reliabilitas
dengan uji Keandalan Cronbach (α = 5% atau taraf kepercayaan 95%, r tabel =
0,361, p = 0,02). (Lilis, 2007)
3. Dokumentasi tentang riwayat pekerjaan responden, serta keluhan penyakit
yang sering dirasakan pada saat selesai bekerja/pulang, misalnya : sakit
kepala, selera makan berubah, gelisah, sedih, cemas,keringat berlebih, dan
darah tinggi.
J.
Cara Kerja Penelitian
1. Tahap persiapan penelitian, yaitu dengan melakukan survei awal pada lokasi
penelitian dan menentukan kuesioner yang akan digunakan untuk beban kerja
mental serta stres kerja.
commit to user
38
2. Pelaksanaan penelitian, meliputi beberapa tahap :
a.
Menyusun proposal penelitian dan melaksanakan validasi proposal.
b.
Melakukan pengambilan data dengan menggunakan kuesioner beban
kerja mental dengan metode NASA-TLX, terdiri atas dua tahap :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1) Tahap pemberian bobot (weights), dipilih satu deskriptor untuk
masing-masing pasangan deskriptor (ada 15 pasang deskriptor yang
menurut responden lebih dominan dalam pekerjaannya). Data berupa
pilihan-pilihan
deskriptor
tersebut
kemudian
diolah
untuk
menghasilkan bobot tiap-taip deskriptor yang akan digunakan pada
tahap kedua.
Tingkat usaha (EF) atau performasi (OP)
Tuntutan waktu (TD) atau tingkat frekuensi (FR)
Tuntutan waktu (TD) atau tingkat usaha (EF)
Tuntutan fisik (PD) atau tingkat frekueinsi (ER)
Performansi (OP) atau tingkat frekuensi (ER)
Tuntutan fisik (PD) atau tuntutan waktu (TD)
Tuntutan fisik (PD) atau performansi (OP)
Tuntutan waktu (TD) atau tuntutan mental (MD)
Tingkat frekuensi (ER) atau tingkat usaha (EF)
Performansi (OP) atau tuntutan mental (MD)
Performansi (OP) atau tuntutan waktu (TD)
Tuntutan mental (MD) atau tingkat usaha (EF)
Tuntutan mental (MD) atau tuntutan fisik (PD)
Tingkat usaha (EF) atau tuntutan fisik (PD)
Tingkat frekuensi (EF) atau tuntutan mental (MD)
Bagan 3. Contoh pemasangan descriptor.
2) Tahap memberian peringkat (rating), pemberian peringkat pada skala
10 – 100 untuk tiap-tiap deskriptor sesuai dengan beban kerja mental
yang dialami responden dalam melakukan pekerjaannya.
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bagan 4. Contoh tahap pemberian peringkat.
3) Tahap penyekoran beban kerja mental yaitu dengan melihat hasil
dibandingkan dengan tabel.
Tabel 1. Kategori penilaian beban kerja mental adalah :
No.
Range
Beban Kerja Mental
1
0-33
Rendah
2
34-67
Sedang
3
68-100
Tinggi
Sumber : Risma, 2010
c.
Pengambilan data stres kerja menggunakan kuesioner stres kerja dengan
mengisi kuesioner dengan 5 skala Likert dari 35 daftar pertanyaan.
Penempatan skor tergantung dari setiap pernyataan yang dianjurkan.
Rentang jawaban dimulai dari “tidak pernah, jarang, agak sering, sering,
dan selalu”.
commit to user
40
Tabel 2. Klasifikasi tingkat risiko stres akibat kerja berdasarkan total skor
Individu :
Tingat
risiko
stres
1
perpustakaan.uns.ac.id
Total skor
stres individu
Klasifikasi
stres
140-175
Rendah
2
105-139
Sedang
3
35-104
Tinggi
Tingkat perbaikan
Belum diperlukandigilib.uns.ac.id
adanya kontrol untuk
perbaikan.
Mungkin diperlukan kontrol terhadap
gejala stres dikemudian hari.
Diperlukan kontrol terhadap stres secara
menyeluruh sesegera mungkin.
Sumber : HSE, 2003
3. Tahap penyelesaian, setelah data terkumpul peneliti melakukan pemeriksaan
terhadap jawaban pada kuesioner beban kerja mental dan stres kerja, apakah
semua pertanyaan sudah diisi; kemudian data dientri. Data pengukuran beban
kerja mental dan stres kerja dihuting rata-ratanya, dan disesuaikan dengan
klasifikasi skor, untuk beban kerja mental yaitu rendah : 0-49 dan tinggi : 50100 (Risma, 2010), adapun klasifikasi stres kerja yaitu rendah : 140-175,
sedang : 105-135, dan tinggi : 35-104 (HSE, 2003).
K. Teknik Analisis Data
Analisis data penelitian ini menggunakan uji Gamma and Somers’d (M.
Sopiyudin D., 2012) yang diolah dengan program SPSS versi 17. Interpetasi
hasil sebagai berikut :
1. Jika p ≤ 0,05 maka Ho ditolak.
2. Jika p > 0,05, maka Ho diterima.
commit to user
41
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Rumah Sakit Jiwa Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah
berdiri pada tanggal 23 Agustus 1953 sebagai Koloni Orang Sakit Jiwa (KOSJ)
Klaten terletak di Jl. Ki Pandanaran Km. 2 Desa Danguran, Kecamatan Klaten
Selatan, Kabupaten Klaten. Tempat ini semula digunakan sebagai tempat
penampungan orang sakit jiwa yang dikirim dari Rumah Sakit Jiwa
Mangunjayan dan Rumah Sakit Jiwa Kramat Magelang.
Fasilitas pelayanan Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi
antara lain adalah :
1. Pelayanan rawat-inap, meliputi : perawatan intensif psikiater, bangsal jiwa,
bangsal gangguan fisik, instalasi rehabilitasi.
2. Pelayanan rawat jalan, meliputi : poliklinik spesialis jiwa, poliklinik umum,
poliklinik spesialis saraf, poliklinik psikologi, poliklinik gigi dan mulut,
poliklinik kesehatan jiwa anak dan remaja/TKA, IGD.
3. Pelayanan penunjang, seperti : instalasi laboratorium, farmasi, radiologi,
dapur gizi, laundry, fisioterapi, pemeliharaan sarana dan prasarana rumah
sakit.
4. Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi berjumlah
229 pegawai, 101 orang sebagai perawat (42 orang sebagai tenaga medis
41
commit to user
42
yang bekerja di bagian rawat-inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M.
Soedjarwadi)
Waktu kerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi dibagi
menjadi 3 sifh yaitu pagi 07.00 - 14.00 WIB, siang 14.00 - 21.00 WIB, malam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21.00 - 07.00 WIB. Tugas perawat bagian rawat-inap antara lain adalah merawat
lebih dari satu pasien dalam waktu bersamaan mengalami kritis, kejang, dan
guncangan jiwa/mengamuk, menjalin komunikasi yang baik dengan pasien,
mengatur jadwal minum dan makan pasien, menghafal nama pasien, mengingat
penyebab dan hal-hal yang memicu kambuhnya gangguan jiwa,
membantu
memandikan dan mengganti baju pasien setiap waktu pasien buang hajat,
mendengarkan caci dan makian dari pasien-pasien, tuntutan ramah dan sabar,
serta tuntutan membuat laporan bulanan yang diserahkan pada atasan dalam
waktu singkat.
B. Karakteristik Subjek Penelitian
Karakteristik perawat bagian rawat-inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi
Klaten antara lain sebagai berikut :
1. Umur
Dari hasil pendataan umur tenaga perawat, dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
commit to user
43
Tabel 3. Distribusi Umur Perawat Bagian Rawat Inap RSJD Dr. R. M.
Soedjarwadi Klaten tahun 2012
Umur
Frekuensi
Persentase (%)
21 - 30
12
28,6
31 - 40
16
38,1
41 - 50
9
21,4
51 - 60
5
11,9
42
100
Jumlah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012
Dari tabel 3 diketahui bahwa umur tenaga kerja paling banyak 31-40
tahun (38,1%), sedangkan umur tenaga kerja yang paling sedikit 51-60 tahun
(11,9%).
2. Masa Kerja
Dari hasil pendataan masa kerja tenaga perawat diperoleh data sebagai
berikut :
Tabel 4. Distribusi Masa Kerja Perawat Bagian Rawat Inap RSJD Dr. R. M.
Soedjarwadi Klaten tahun 2012
Masa Kerja (tahun)
Frekuensi
Persentase (%)
0-5
13
30,9
6 - 10
2
4,7
11 - 15
11
26,2
16 - 20
9
21,4
> 21
7
16,7
42
100
Jumlah
Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012
Dari tabel 4 diketahui bahwa tenaga kerja di bagian rawat-inap RSJD Dr.
R. M. Soedjarwadi Klaten yang terbanyak masa kerjanya 0-5 tahun yaitu 13
orang (30,9%), dan yang terendah masa kerjanya 6-10 tahun yaitu 2 orang
(4,7%).
commit to user
44
3. Jenis kelamin
Hasil pendataan jenis kelamin tenaga perawat dapat dilihat pada tabel 5.
Perawat yang bekerja dirumah sakit tersebut adalah laki-laki dan perempuan,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
untuk data distribusinya sebagai berikut :
Tabel 5. Distribusi Jenis Kelamin Perawat Bagian Rawat Inap RSJD Dr. R.
M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012
Jenis kelamin
Frekuensi
Persentase (%)
Laki-laki
17
40,5
Perempuan
25
59,5
42
100
Jumlah
Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012
Dari tabel 5 diketahui bahwa jumlah tenaga kerja perawat di bagian
rawat-inap lebih banyak pada perempuan yaitu 25 orang (59,5%),
sedangakan tenaga perawat laki-laki lebih sedikit yaitu 17 orang (40,5%).
C. Hasil Pengukuran Beban Kerja Mental
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil
perhitungan beban kerja mental pada perawat adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Hasil Pengukuran Beban Kerja Mental Perawat Bagian Rawat Inap
RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012.
31
Beban
Kerja
Mental
75,3
49,3
32
63,3
18
75,0
33
76,0
76,0
19
62,6
34
59,3
59,3
20
79,3
35
83,3
16
Beban
Kerja
Mental
66,0
75,3
17
3
63,3
4
5
1
Beban
Kerja
Mental
83,3
2
No.
Responden
No.
Responden
No.
Responden
Bersambung
commit to user
45
Sambungan
6
Beban
Kerja
Mental
48,0
7
72,7
No.
Responden
No.
Responden
21
Beban
Kerja
Mental
40,6
36
Beban
Kerja
Mental
75,3
No.
Responden
47,3
37
63,3
72,7
22
23
47,3
38
9
79,3
24
62,6
39
76,0
digilib.uns.ac.id
59,3
10
47,3
25
72,7
40
48,0
11
36,7
26
79,3
41
72,7
12
65,3
27
47,3
42
72,7
13
81,3
28
83,3
14
62,6
29
83,3
perpustakaan.uns.ac.id
8
43,0
30
15
Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012
83,3
Hasil pengukuran beban kerja mental perawat menunjukan skor beban kerja
mental tertinggi skor 83, sedangkan skor beban kerja mental terendah skor 40,6.
Dari data hasil pengukuran beban kerja mental di atas, maka diperoleh data
distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 7. Distribusi Beban Kerja Mental Perawat Bagian Rawat Inap RSJD. Dr.
R. M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012
Beban kerja mental
Frekuensi
Persentase (%)
Rendah
0
0
Sedang
21
50
Tinggi
21
50
Jumlah
42
100
Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012
Berdasarkan tabel 7, beban kerja mental rendah 0 orang (0%), untuk beban
kerja mental sedang yaitu 21 orang (50%), dan untuk beban kerja mental tinggi
yaitu 21orang (50%).
.
commit to user
46
D. Hasil Pengukuran Stres Kerja
Hasil perhitungan stres kerja pada perawat adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Hasil Pengukuran Stres Kerja Pada Perawat Bagian Rawat Inap RSJD.
Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
No.
Responden
Kategori
Stres
No.
Responden
Kategori
Stres
No.
Responden
Kategori
Stres
1
104
15
100
29
101
2
102
16
104
30
102
3
139
17
93
31
99
4
134
18
104
32
120
5
156
19
100
33
104
6
100
20
101
34
100
7
104
21
138
35
102
8
103
22
103
36
100
9
99
23
100
37
100
10
158
24
120
38
98
11
140
25
130
39
170
12
101
26
140
40
130
13
146
27
135
41
100
99
42
130
14
143
28
Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012
Berdasarkan data pada tabel 8, diketahui skor stres kerja perawat tertinggi
adalah 93, sedangan skor stres kerja terendah 170.
commit to user
47
Dari hasil pengukuran stres kerja di atas, diperoleh distribusi frekuensi stres
kerja berdasarkan tingkat risiko stres kerja sebagai berikut :
Tabel 9. Distribusi Stres Kerja Pada Perawat Bagian Rawat Inap RSJD. Dr. R.
M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012
Stres kerja
Frekuensi
Presentase (%)
Rendah
6
14,3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sedang
10
23,8
Tinggi
26
61,9
Jumlah
42
100
Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012
Dari tabel di atas dapat diketahui, bahwa perawat di bagian rawat-inap
RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten yang mengalami stres kerja rendah 6 orang
(14,3%), stres kerja sedang 10 orang (23,8%), sedangkan untuk stres kerja tinggi
26 orang (61,9%).
E. Hasil Uji Hubungan Beban Kerja mental dengan Stres Kerja
Hasil perhitungan silang beban kerja mental dengan stres kerja perawat
bagian rawat inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten yang dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 10. Tabulasi Silang Antara Beban Kerja Mental Dan Stres Kerja.
Rendah
Rendah
0
Stres kerja
Sedang
0
Tinggi
0
∑
0
Sedang
5
6
10
21
Tinggi
1
4
16
21
∑
6
10
26
42
Beban kerja
Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 42 tenaga perawat bagian rawat
inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten memiliki beban kerja mental sedang
commit to user
48
dan tinggi. Dari 21 responden yang mengalami beban kerja mental sedang
dengan stres kerja rendah 5 responden, dengan stres kerja sedang 6 responden,
dan dengan stres kerja tinggi sebanyak 10 responden. Sedangkan dari 21
responden yang dengan beban kerja mental tinggi mengalami stres kerja rendah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1 responden, dengan stres kerja sedang 4 responden, dan terdapat 16 responden
yang mengalami stres kerja tinggi.
Hasil analisis hubungan beban kerja mental dengan stres kerja dengan
menggunakan uji statistik Gamma and Somers’d sebagai berikut :
Tabel 11. Hasil Tabulasi Silang Menggunakan Uji Statistik Somers’d.
Directional Measures
Approx.
Asymp. Std.
Value
Ordinal by
Ordinal
Somers' d Symmetric
BKM
Errora
Approx. Tb
Sig.
.305
.135
2.207
.027
.294
.129
2.207
.027
.317
.144
2.207
.027
Dependent
SK Dependent
Directional measures menyajikan hasil uji Somers’d, menunjukkan hasil r
variabel bebas (beban kerja mental) adalah 0,294 sedangkan r variabel terikat
(stres kerja) adalah 0,317 yang sama-sama menunjukkan korelasi yang lemah,
commit to user
49
Tabel 12. Hasil Uji Statistik Gamma
Symmetric Measures
Approx.
Asymp. Std.
Value
perpustakaan.uns.ac.id
Ordinal by
.556
Gamma
Errora
.214
Sig.
Approx. Tb
digilib.uns.ac.id
2.207
.027
Ordinal
42
N of Valid Cases
Symmetric measures menyajikan hasil uji Gamma, kedua variabel setara
(tidak ada variabel bebas dan tergantung). Pada uji Gamma diperoleh nilai r
sebesar 0,556 yang menunjukkan bahwa kekuatan korelasi sedang (0,40 < r <
0,599).
Dari hasil uji Gamma tersebut diperoleh nilai p = 0.027 (p ≤ 0,05) berarti
Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini arti terdapat hubungan antara beban kerja
mental dengan stres kerja pada perawat bagian rawat-inap RSJD Dr. R. M.
Soedjarwadi Klaten.
Berdasarkan tabel 12, besarnya beban kerja mental yang berhubungan
dengan stres kerja adalah 55,6% dan sisanya 44,4% dipengaruhi oleh faktorfaktor yang tidak terkendalikan.
commit to user
50
BAB V
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subjek Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id
1. Umur
digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian ini umur responden mulai dari 21 tahun sampai 55
tahun. Rentang usia 40 – 60 tahun termasuk pada tingkat perkembangan masa
paruh baya dan mengalami tingkat resiko stres akibat kerja yang tinggi
(Hidayat, 2006). Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa umur
berpengaruh terhadap tingkat risiko stres kerja karena tenaga perawat yang
menjadi subjek penelitian berumur 21 - 55 tahun, usia ≥ 40 tahun berpotensi
mengalami stres kerja lebih tinggi dari pada usia yang berada di bawah 40
tahun.
Hasil uji Pearson Correlation didapatkan nilai p = 0,074 (p ≥ 0,05),
berarti bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Hal ini berarti tidak berhubungan
dengan stres kerja. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa variabel
pengganggu dari faktor internal yang dapat mempengaruhi stres kerja dapat
dikendalikan. Jadi, stres kerja yang timbul bukan dikarenakan oleh faktor
umur.
2. Masa Kerja
Dari penelitian terhadap masa kerja, diperoleh hasil bahwa masa kerja
tenaga kerja 0 - 5 tahun yaitu 13 orang (30,9%), 6 - 10 tahun yaitu 2 orang
50
commit to user
51
(4,7%), masa kerja 11 - 15 yaitu 11 orang (26,2%), masa kerja 16 - 20 yaitu 9
orang (21,4%), dan masa kerja > 21 orang (16,7%).
Hasil uji Pearson Correlation didapatkan nilai p = 0,057 (p ≥ 0,05),
berarti bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Hal ini berarti masa kerja tidak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berhubungan dengan stres kerja. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa
variabel pengganggu dari faktor internal yang dapat mempengaruhi stres kerja
dapat dikendalikan. Jadi, stres kerja yang timbul bukan dikarenakan oleh
faktor masa kerja.
3. Jenis kelamin
Sampel penelitian adalah semua tenaga perawat baik yag berjenis
kelamin laki-laki (17 orang), maupun yang berjenis kelamin perempuan (25
orang). Menurut Astrand dan Rodahl (dalam Tarwaka, 2010), ukuran dan
daya tahan tubuh laki-laki berbeda dengan wanita, laki-laki lebih sanggup
menyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak dapat dikerjakan wanita,
hal ini karena kemampuan otot pria memang lebih besar daripada wanita.
Berdasarkan referensi tersebut responden dipengaruhi dengan jenis
kelamin tetapi dapat dikendalikan dengan penyesuaian jenis pekerjaan dari
perawat tersebut, misalnya pada perawat laki-laki lebih banyak bekerja
dengan fisik seperti : mengangkat pasien, sedangkan perawat perempuan
lebih ringan seperti : memandikan pasien.
4. Lama Kerja
Lama kerja perawat di bagian rawat-inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi
Klaten adalah 8 jam sehari dengan waktu istirahat selama 1 jam, termasuk
commit to user
52
tenaga kerja yang menjadi sampel penelitian. Oleh karena semua sampel
mempunyai lama kerja yang sama, maka lama kerja dianggap tidak
berpengaruh terhadap hasil penelitian.
5. Riwayat Penyakit
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Riwayat pekerjaan sampel sudah dikendalikan oleh peneliti. Hal ini
dapat dilihat dari sampel yang semuanya tidak mempunyai riwayat gangguan
jiwa, sehingga kemungkinan riwayat penyakit dari sampel tidak berpengaruh
terhadap hasil penelitian.
6. Hubungan pekerja dengan atasan
Hubungan pekerja dengan atasan tidak dapat dikendalikan oleh peneliti,
sehingga dimungkinkan hubungan pekerja dengan atasan mempengaruhi hasil
penelitian.
7. Tekanan bekerja dalam waktu yang lama/lembur
Tekanan bekerja dalam waktu yang lama/lembur tidak dapat
dikendalikan oleh peneliti, sehingga kemungkinan tekanan bekerja dalam
waktu lama/lembur mempengaruhi hasil penelitian.
B. Analisis Univariat
Analisis univariat dimaksudkan untuk menjelaskan/mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel pelitian yang diperoleh secara kuantitatif.
1. Beban Kerja Mental
Dari 42 responden, diperoleh hasil tenaga kerja yang mengalami beban
kerja mental rendah 0 orang (0%), beban kerja sedang 21 orang (50%), dan
untuk beban kerja mental tinggi sebesar 21 orang (50%).
commit to user
53
Berdasarkan hasil wawancara dan perhitungan beban kerja mental
dengan menggunakan metode NASA-TLX pada perawat khususnya pada
bagian rawat-inap bahwa dari ke 6 skala, tuntutan mental dan tuntutan fisik
menempati posisi yang tertinggi dari skala lainnya. Beban kerja mental
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
setiap jenis pekerjaan berbeda–beda bergantung pada jenis dan lama
pekerjaannya. Setiap pekerjaan apa pun jenisnya yang memerlukan aktivitas
mental atau pemikiran merupakan beban bagi yang melakukan. Tiap-tiap
orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam hubungannya dengan
beban kerja mental atau sosial (Soekidjo Notoatmodjo, 1997). Hal ini berarti
bahwa jenis pekerjaan yang penuh tuntutan mental dan tuntutan fisik akan
mempengaruhi tingkat beban kerja mental tenaga kerja.
Separuh dari tenaga kerja mengalami beban kerja mental yang terlalu
tinggi sehingga menyebabkan timbul rangsangan dari sistem saraf pusat yang
dapat menimbulkan rasa sakit atau penyakit akibat kerja. Bila beban kerja
mental lebih besar daripada kemampuan tubuh, maka akan terjadi rasa tidak
nyaman (paling awal), kelelahan (overstress), kecelakaan, cedera, rasa sakit,
penyakit dan produktivitas menurun (paling akhir). Sebaliknya, jika beban
kerja lebih kecil dari kemampuan, tubuh maka akan terjadi (understress),
kejenuhan, kebosanan, kelesuan, kurang produktif, dan sakit (Gempur
Santoso, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi beban kerja
mental pada perawat, maka semakin besar tingkat risiko stres kerja.
commit to user
54
2. Stres kerja
Dari hasil pengukuran stres kerja,didapat mengalami stres kerja rendah
yaitu 6 responden (14,3%), stres kerja sedang 10 responden (23,8%), dan
stres kerja tinggi 26 responden (61,9%).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Stres kerja sering dialami oleh perawat RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi
Klaten stres ini ditunjukkan dengan perubahan ekspresi wajah dan keluhan
rasa sakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Pandji Anoraga (2001) yang
menyatakan stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik
maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan
mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam.
Pengukuran stres kerja dengan kuesioner untuk menilai tingkat
keparahan stres individu dalam kelompok kerja yang cukup banyak atau
keseluruhan, jika penilaian stres kerja dengan metode skoring dilakukan
hanya untuk beberapa orang pekerja dalam kelompok populasi yang besar,
maka hasilnya tidak akan valid dan reliabel (Tarwaka, 2010). Oleh karena
itu penggambilan sampel dalam penelitian dilakukan secara jenuh, sebanyak
42 responden untuk memperoleh hasil yang valid dan reliabel.
Di setiap ruang rawat-inap terdapat perbedaan karakteristik/sifat pasien
yang berdampak pada kondisi dan beban kerja yang berbeda pula. Oleh
karena itu, perawat harus berperan aktif sebagai tenaga serba bisa, memiliki
insiatif, berperilaku kreatif, serta memiliki wawasan yang luas dengan
motivasi kerja keras, cerdas, ikhlas dan berkualitas tinggi. Jenis pasien yang
dirawat di ruang rawat-inap rumah sakit dapat dipandang sebagai tuntutan
commit to user
55
terhadap pelayanan kesehatan ; jika tidak dikelola dengan baik, maka akan
berakibat terjadinya stres kerja (Ed Boenisch dkk, 2004).
Dari hasil pengukuran didapatkan adanya stres kerja yang tinggi dan
dengan tingkat skoring yang rendah hal ini disebabkan adanya faktor-faktor
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lain yang tidak dikendalikan, seperti umur, jenis kelamin, dan masa kerja.
Hal ini telah sesuai dengan Patton (dalam Tarwaka, 2010) bahwa perbedaan
reaksi antara individu tersebut sering disebabkan karena faktor psikologis
dan sosial yang dapat merubah dampak stresor bagi individu.
C. Analisis Bivariat
Dari hasil penelitian pada 42 tenaga perawat terdapat 21 responden
mengalami beban kerja mental sedang dengan stres kerja rendah 5 responden,
dengan stres kerja sedang 6 responden, dan dengan stres kerja tinggi sebanyak
10 responden. Sedangkan dari 21 responden yang mengalami beban kerja mental
tinggi, yang mengalami stres kerja rendah 1 responden, dengan stres kerja
sedang 4 responden, dan dengan stres kerja tinggi 16 responden. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa perawat yang mengalami beban kerja mental sedang
sebagian besar mengalami stres kerja rendah sedangkan perawat yang
mengalami beban kerja mental tinggi sebagian besar mengalami stres kerja yang
tinggi pula.
Berdasarkan hasil analisis dengan uji Gamma and Somers’d pada tingkat
kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan (α) 0,05, diketahui bahwa ada hubungan
beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat bagian rawat inap RSJD Dr.
R. M. Soedjarwadi Klaten dengan nilai p 0,027. Hubungan antarvariabel dalam
commit to user
56
penelitian ini adalah hubungan sebab-akibat. Hubungan sebab-akibat, yaitu
hubungan yang salah satu bagiannya menjawab pertanyaan : ”Mengapa sampai
terjadi begini?”. Koherensi ini dinyatakan dengan bagian pertama menyatakan
sebab, sedangkan bagian berikutnya menyatakan akibat (Bambang Hartono,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2000). Dalam penelitian ini yang menjadi penyebab adalah beban kerja mental
dan akibatnya adalah stres kerja.
Gempur Santoso (2004) menyatakan bahwa setiap beban kerja mental
harus disesuaikan dengan kemampuan tubuh seseorang. Apabila beban kerja
mental lebih besar daripada kemampuan tubuh maka akan terjadi rasa tidak
nyaman, kelelahan, stres, kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit dan
produktivitas menurun.
Dari hasil analisis diketahui tingkat kekuatan korelasi r sebesar 0,556. Hal
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antarvariabel dengan ketelitian
sedang, karena nilai tersebut berada pada interval 0,40 - 0,599. Besarnya beban
kerja mental yang berhubungan dengan stres kerja adalah 55,6% dan sisanya
44,4% berhubungan oleh faktor-faktor yang tidak terkendalikan.
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi beban kerja mental seseorang dalam
suatu pekerjaan antara lain adalah jenis pekerjaan, situasi pekerjaan, waktu
respons, waktu penyelesaian yang tersedia dan faktor individu seperti: tingkat
motivasi, keahlian, kelelahan, kejenuhan, serta toleransi performansi yang
diijinkan. (Risma, 2010)
Dalam psikologi kerja, dibahas masalah-masalah yang berkaitan dengan
kejiwaan yang dijumpai pada tempat kerja, yaitu yang menyangkut faktor-faktor
commit to user
57
diri. Yang termasuk faktor diri antara lain attitude, jenis kelamin, usia, sifat atau
kepribadian, sistem nilai, karakteristik fisik, motivasi, minat, pendidikan, dan
pengalaman. Masalah faktor diri ini dikaji dalam ergonomi karena pada setiap
orang ada. (Risma, 2010)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan referensi tersebut, dari faktor-faktor yang tidak terkendali
sebesar 44,4% kemungkinan berasal dari hubungan tenaga perawat dengan
atasan yang kurang harmonis, dan tekanan bekerja dalam waktu yang
lama/lembur yang lebih dari 3 jam dalam satu hari.
Akibat buruk yang disebabkan oleh beban kerja mental, yaitu terjadinya
stres kerja. Hal ini dapat dicegah dengan adanya kesadaran dari tenaga perawat
itu sendiri dan kerjasama dari pihak rumah sakit, misalnya saja tenaga perawat
agar dibiasakan untuk berolah raga ringan seperti stretching atau menggerakkan
kepala, tangan dan kakinya di sela–sela pekerjaanya ataupun saat istirahat.
Olahraga dapat membuat aliran darah dalam tubuh menjadi lancar sehingga
pikiran menjadi lebih segar dan ketegangan otot-otot pun menjadi renggang serta
tenaga perawat tidak merasa bahwa beban kerjanya saat itu lebih berat,
selanjutnya dapat mengurangi tekanan atau stres. Tenaga kerja sebaiknya
membiasakan diri untuk mempergunakan waktu istirahat yang telah diberikan
perusahaan, yaitu 1 jam dengan sebaik–baiknya. Saat istirahat, waktu yang telah
disediakan jangan hanya untuk mengobrol namun harus betul–betul digunakan
untuk beristirahat.
commit to user
58
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulan, ada hubungan
positif antara beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat bagian rawatinap RSDJ Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten (p = 0,027; r = 0,556).
Hubungan beban kerja mental dengan stres kerja sebesar 55,6% sedangkan
faktor-faktor lain yang tidak terkendali sebesar 44,4%.
B. SARAN
1. Sebaiknya hasil pengukuran beban kerja mental disosialisasikan kepada
seluruh tenaga perawat serta memberikan pengetahuan tentang dampak yang
akan terjadi, seperti stres kerja.
2. Sebaiknya melakukan giliran atau rolling kerja khususnya untuk perawat di
bagian rawat inap.
3. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan penambahan jumlah
sampel penelitian dan waktu yang lebih lama serta perlu memperhatikan
faktor-faktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi variabel terikat
sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.
58
commit to user
Download