HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT BAGIAN RAWAT INAP RSJD Dr. R. M. SOEDJARWADI KLATEN SKRIPSI perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Rika Prabawati R.0208078 PROGRAM STUDI DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012 commit to user 2 PERSETUJUAN SKRIPSI Skripsi dengan judul : Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja pada Perawat Bagian Rawat Inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten Rika Prabawati, R.0208078, Tahun 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Ujian Skripsi Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Hari: Senin, Tanggal: 25 Juni 2012 Pembimbing Utama Nama : Hardjono, Drs., M. Si. NIP : 19590119 198903 1002 Pembimbing Pendamping Nama : Lusi Ismayenti, S. T., M. Kes. NIP : 19720322 200812 2 001 Penguji Utama Nama : Sri Hartati H., Dra., Apt., S.U. NIP : 19490709 19703 2 001 Surakarta, …………Juli 2012 II commit to user 3 PERNYATAAN Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Surakarta, .....................2012 Rika Prabawati NIM. R0208078 III commit to user 4 ABSTRAK Rika Prabawati, R0208078, 2012. HUBUNGAN BEBAN KERJA MENTAL DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT BAGIAN RAWAT-INAP RSJD Dr. R. M. SOEDJARWADI KLATEN. SKRIPSI. PROGRAM D. IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA, FAKULTAS KEDOKTERAN, UNIVERSITAS SEBELAS MARET, SURAKARTA. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Latar Belakang : Rumah sakit sebagai sebuah organisasi kerja yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, perawat merupakan salah satu profesi sebagai media kerja karyawan dalam menjalankan fungsinya di rumah sakit dan setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban kerja mental merupakan salah satu dari beban kerja yang berasal dari faktor fisik. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa ada hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat di bagian rawat inap, RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten. Metode : Jenis penelitian ini adalah observasi analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah 42 orang tenaga perawat menggunakan teknik sampling jenuh. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan kuesioner. Teknik pengolahan dan analisis data dengan uji statistik Gamma and Somers’d dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17. Hasil : Dari uji statistik diperoleh p 0,027 berarti terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja mental dengan stres kerja. Kekuatan korelasi 0,556, menunjukkan korelasi yang kuat antar variabel. Simpulan : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat bagian rawat inap RSDJ Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten. Kata Kunci : Beban Kerja Mental, Stres Kerja, Perawat. IV commit to user 5 ABSTRACT Rika Prabawati, R0208078, 2012. CORELATION BETWEEN MENTAL WORKLOAD AND WORK STRESS ON NURSE OVERNIGHT SUBDIVISION IN RSJD. Dr. R. M. SOEDJARWADI KLATEN. MINITHESIS. D. IV OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY, MEDICAL FACULTY, SEBELAS MARET UNIVERSITY, SURAKARTA. Background : Hospital as organitation active in field of health service, nurse is one of perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id profestion as work media of workers to do their fungction in hospital and every work is load to them. Mental work load is one of work load which comes from physical factor. This research aimed to show that there was correlation between mental workload and work stress on nurse overnight section in RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten. Method : This research was observational analytic and used cross sectional approach. The subject was 42 nurses used totally sampling technique. Technique of data collecting was done by interview and questionnaire. Technique of data analysis used Gamma and Somers’d statistic test with SPSS program version 17. Result : The result of statistic test showed p value 0,027 there was significant correlation between mental work load and work stress. While the correlation strength level was 0,556, showed strong correlation between independent variable and dependent variable. Conclusion : From the results, it was concluded that there was correlation between mental work load and work stress on nurse overnight subdiviton in RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten. Keyword : Mental work load, work stress, nurse. V commit to user 6 PRAKATA Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayahNya sehingga pelaksanaan penelitian skripsi dapat berjalan dengan lancar dan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat bagian rawat inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten” dapat terselesaikan dengan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id baik. Penyusunan skripsi merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana sains terapan pada Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini secara khusus, perkenankan penulis untuk menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Ibu Ipop Sjarifah, Dra, M. Si. selaku Ketua Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan semangat kepada peneliti. Bapak Hardjono, Drs., M. Si., selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi. Ibu Lusi Ismayenti, S. T., M. Kes., selaku dosen pendamping yang telah memberikan bimbingan selama penyusunan skripsi. Ibu Sri Hartati H., Dra., Apt., S.U., selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan selama penyusunan skripsi. Bapak dan Ibu staf pengajar dan karyawan/karyawati Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Karyawan dan staf RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten yang sudah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Bapak Hartono selaku Pengurus Diklat RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten atas kerjasama dan bantuannya selama penyusunan skripsi. Seluruh Perawat bagian Rawat Inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten selaku Responden yang sudah membantu dalam pelaksanaan kegiatan penelitian skripsi. Bapak, Ibu, Mas Eka Prajayadi, Adik Sahid Prastowo, Keluarga Besar Mangun Rejo, dan Keluarga Besar Cipto Dihardjo yang telah memberikan doa, semangat, bantuan, dan motivasi kepada penulis. 10. Teman penulis, Nur Ika yang sudah banyak membantu dalam pelaksanaan kegiatan penelitian skripsi. 11. Sahabat-sahabat penulis, Ratna Fajariyani, Erwin Ningsih, Nining Sri Purwanti, Nur Ika Widiyawati, Janti Alinuari, Nurina Kusuma Wardhani, dan Oktina Maryana yang sudah banyak mendukung penulis selama ini. 12. Semua teman angkatan 2008 Program Studi Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang sudah banyak membantu selama ini. VI commit to user 7 13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan bantuannya. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini. perpustakaan.uns.ac.id Surakarta, digilib.uns.ac.id Juni 2012 Penulis Rika Prabawati VII commit to user 8 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ....................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................................... iii ABSTRAK .................................................................................................................... iv ABSTRACT .................................................................................................................. v PRAKATA .................................................................................................................... vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI ................................................................................................................. viii DAFTAR TABEL ......................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................. xii BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................................. C. Tujuan Penelitian .................................................................................... D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 1 1 4 4 4 BAB II. LANDASAN TEORI .................................................................................. A. Tinjauan Pustaka .................................................................................... B. Kerangka Pemikiran ............................................................................... C. Hipotesis ................................................................................................. 5 5 20 21 BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................................... A. Jenis Penelitian ....................................................................................... B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. C. Populasi Penelitian ................................................................................. D. Teknik Sampling .................................................................................... E. Sampel Penelitian ................................................................................... F. Rancangan Penelitian ............................................................................. G. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. H. Definisi Operasional Variabel Penelitian ............................................... I. Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... J. Cara Kerja Penelitian ............................................................................. K. Teknik Analisis Data .............................................................................. 22 22 22 22 22 22 23 23 24 25 25 28 BAB IV. HASIL PENELITIAN ................................................................................. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................... B. Karakteristik Subjek Penelitian .............................................................. C. Hasil Pengukuran Beban Kerja Mental .................................................. D. Hasil Pengukuran Stres Kerja ................................................................. E. Uji Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja ........................ 29 30 31 33 34 36 BAB V. PEMBAHASAN .......................................................................................... 38 BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... A. Simpulan ................................................................................................ B. Saran ....................................................................................................... 47 47 47 VIII commit to user 9 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 48 LAMPIRAN perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id IX commit to user 10 DAFTAR TABEL Tabel 1. Kategori Penilaian Beban Kerja Mental ............................................................ 11 Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Risiko Stres Akibat Kerja................................................... 18 Tabel 3. Distribusi Umur Perawat.................................................................................... 33 Tabel 4. Distribusi Masa Kerja ....................................................................................... 33 Tabel 5. Distribusi Jenis Kelamin .................................................................................... 34 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel 6. Hasil Pengukuran Beban Kerja Mental.............................................................. 34 Tabel 7. Distribusi Beban Kerja Mental .......................................................................... 35 Tabel 8. Hasil Pengukuran Stress Kerja........................................................................... 36 Tabel 9. Distribusi Stres Kerja ....................................................................................... 37 Tabel 10. Tabulasi Silang Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja ................................ 37 Tabel 11. Hasil Uji Somers’d........................................................................................... 38 Tabel 12. Hasil Uji Gamma ........................................................................................... 39 X commit to user 11 DAFTAR BAGAN Bagan 1. Kerangka Pemikiran ....................................................................................... Bagan 2. Rancangan Penelitian ..................................................................................... Bagan 3. Contoh Pemasangan Deskriptor...................................................................... Bagan 4. Contoh Pemberian Peringkat ......................................................................... perpustakaan.uns.ac.id 21 24 28 29 digilib.uns.ac.id XI commit to user 12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Keterangan Survei Awal Penelitian Kampus Lampiran 2. Surat Balasan Promohonan Survei Awal Penelitian Dari Rumah Sakit Lampiran 3. Surat Pemberitahuan Penelitian Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 5. Kuesioner Beban Kerja Mental perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Lampiran 6. Kuesioner Stres Kerja Lampiran 7. Hasil Pengukuran Beban Kerja Mental Lampiran 8. Hasil Pengukuran Stres Kerja Lampiran 9. Uji Statistik Gamma And Somers’d Lampiran 10. Foto Tenaga Perawat Dengan Pasien XII commit to user 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan sampai saat ini telah menghasilkan banyak perubahan dan kemajuan di berbagai bidang dan sektor kehidupan. Selain itu, pembangunan tersebut telah memunculkan banyak fenomena baru. Salah satu pengaruh dari kemajuan teknologi adalah kepentingan-kepentingan ekonomi atau meningkatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan 24 jam, antara lain adalah adanya kebutuhan untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan kerja shift. (Djoko Wardono dan Setia Hermawati, 2004) Keselamatan pada dasarnya adalah kebutuhan setiap manusia dan menjadi naluri setiap makhluk hidup. Sejak manusia bermukim di muka bumi, secara tidak sadar mereka telah mengenal aspek kesehatan dan keselamatan untuk mengantisipasi berbagai bahaya yang dihadapi dalam lingkungan hidup. (Soehatman Ramli, 2009) Pekerjaan di satu sisi mempunyai arti penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi, sehingga dapat mencapai kehidupan yang produktif sebagai salah satu tujuan hidup. Di sisi lain, bahwa setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun beban mental. (Tarwaka, 2010) Stres adalah sesuatu kekuatan yang memaksa seseorang untuk berubah, bertumbuh, berjuang, beradaptasi atau mendapatkan keuntungan. Semua kejadian dalam kehidupan, bahkan yang bersifat positif juga menyebabkan stres. Sebagai 13 commit to user 14 contoh : kenaikan pangkat merupakan perubahan yang positif, namun tanggung jawab yang baru menyebabkan stres. Tidak semua stres bersifat merusak, karena rangsangan, tanggapan, dan perubahan akan memberikan keuntungan bagi kehidupan seseorang; meskipun demikian sebagian besar penderita stres berlebih dan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id kemampuan untuk mengatasinya terbatas. (Swatrh, 2004) Rumah sakit sebagai sebuah organisasi kerja yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan, di dalamnya terdapat berbagai profesi sebagai media kerja dari karyawan dalam menjalankan fungsinya. Di antara sekian banyak profesi yang ada di rumah sakit, profesi perawat merupakan profesi yang banyak berperan dalam pelayanan kesehatan, dilihat dari sisi kuantitas, umumnya jumlah tenaga perawat adalah yang terbanyak dibandingkan dengan profesi lainnya, mengingat keberadaan perawat cukup strategis di dunia pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit. Perawat adalah profesi yang sangat dekat dengan individu, keluarga, dan masyarakat. Untuk dapat memenuhi harapan individu, keluarga, dan masyarakat tersebut, perawat perlu mempunyai efek penyembuhan pada pasien. (Intansari Nurjannah, 2001) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2006) menunjukkan bahwa perawat mengalami stres kerja, untuk menyatakan keluhan sering merasa pusing, lelah, tidak ada istirahat, antara lain karena beban kerja yang tinggi dan pekerjaan yang menyita waktu. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi adalah rumah sakit jiwa yang berdaya saing tinggi melalui pelayanan yang profesional, dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan jiwa terpadu dan komprehensif dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat, meningkatkan kualitas sumber daya manusia commit to user 15 secara berkesinambungan, mengembangkan pelayanan unggul, dan menciptakan kesejahteraan semua pihak terkait. Dari hasil survei awal di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi, bagian rawat-inap bangsal jiwa terdiri atas 4 bangsal yaitu bangsal Wijaya Kusuma, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id bangsal Arimbi, bangsal Arjuna, bangsal Abimanyu; dengan jumlah tenaga perawat 42 orang, di rumah sakit tersebut setiap tenaga kerja perawat bekerja 7,5 jam/hari dan terdapat 3 shift kerja dalam 24 jam. Beban kerja perawat di rumah sakit meliputi beban kerja fisik dan mental. Beban kerja yang bersifat fisik meliputi mengangkat pasien, memandikan pasien, membantu pasien ke kamar mandi, mendorong peralatan kesehatan, merapikan tempat tidur pasien, mendorong kursi roda pasien, sedangkan beban kerja yang bersifat mental dapat berupa bekerja dengan shift atau bergilir, kompleksitas pekerjaan (mempersiapkan mental dan rohani pasien serta keluarga, terutama bagi pasien yang sedang mengalami keadaan kritis dan guncangan kejiwaannya), bekerja dengan ketrampilan khusus dalam merawat pasien, tanggung jawab terhadap kesembuhan, serta harus menjalin komunikasi dengan pasien. Berdasarkan kenyataan di atas, perawat dikhawatirkan akan mengalami pembebanan berlebih dan timbulnya stres kerja, sehingga peneliti ingin mengadakan penelitian mengenai hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat di bagian rawat-inap, RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi, Klaten. commit to user 16 B. Rumusan Masalah Adakah hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat di bagian rawat-inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi, Klaten ? perpustakaan.uns.ac.id C. Tujuan Penelitian digilib.uns.ac.id Untuk mengetahui hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat di bagian rawat-inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten. D. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis Diharapkan sebagai pembuktian bahwa ada pengaruh beban kerja mental terhadap stres kerja pada perawat di bagian rawat inap, RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten. 2. Manfaat aplikatif a. Diharapkan mampu memberikan informasi pada rumah sakit bahwa ada pengaruh beban kerja mental terhadap stres kerja pada tenaga perawat. b. Diharapkan para tenaga medis sadar akan pentingnya menjaga kesehatan dengan cara mengurangi beban kerja mental dan mengatasi stres sesuai tingkat keparahannya. commit to user 17 BAB II LANDASAN TEORI A. Tiunjauan Pustaka perpustakaan.uns.ac.id 1. Beban Kerja Mental digilib.uns.ac.id a. Pengertian Beban Kerja Mental Menurut Meshkati (dalam Tarwaka, 2010), beban kerja (work load) dapat didefinisikan sebagai suatu perbedaan antara kapasitas atau kemampuan pekerjaan dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi. Mengingat kerja manusia bersifat mental dan fisik, maka masing-masing mempunyai tingkat pembebanan yang berbeda-beda. Tingkat pembebanan yang terlalu tinggi memungkinkan pemakaian energi yang berlebih dan terjadi “over stress”, sebaliknya intensitas pembebanan yang terlalu rendah memungkinkan rasa bosan dan kejenuhan atau “understress”. Oleh karena itu, perlu diupayakan tingkat intensitas pembebanan yang optimum di antara kedua batas yang ekstrim tadi dan tentunya berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Menurut Depkes RI (2003), beban kerja adalah beban yang diterima pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya, seperti mengangkat, berlari, dan lain-lain. Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya, beban tersebut dapat berupa fisik, mental atau sosial. Beban kerja yang sering dijumpai merupakan kombinasi antara beban kerja fisik dan beban kerja mental. Hal ini mudah dipahami karena pada dasarnya semua aktivitas merupakan kombinasi 17 commit to user 18 dari aktivitas fisik dan mental dengan salah satu aktivitas yang lebih dominan dibandingkan dengan aktivitas yang lainnya. Suparjono (2008) menyatakan bahwa beban kerja mental adalah suatu konsep yang tidak memisahkan faktor fisik dan faktor psikologis yang saling perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berpengaruh dalam diri manusia. Grandjean (1993) menyatakan, bahwa setiap aktivitas mental akan selalu melibatkan unsur persepsi, interpretasi, dan proses mental dari suatu informasi yang diterima oleh organ sensoris untuk diambil suatu keputusan atau mengingat informasi yang disimpan. Jadi beban kerja mental adalah beban yang diterima pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan melibatkan aktivitas mental, seperti : pengambilan keputusan dengan tanggung jawab yang lebih besar, pekerjaan di bidang teknik informasi, pekerjaan dengan menggunakan teknologi tinggi, pekerjaan dengan kesiapsiagaan tinggi, dan pekerjaan yang bersifat monotoni. b. Faktor yang Mempengaruhi Beban Kerja Mental. Menurut Manuaba (2000), secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat kompleks. Faktor yang mempengaruhi beban kerja tersebut antara lain adalah : 1) Beban kerja karena faktor eksternal Beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Beban kerja eksternal yaitu tugas (task) itu sendiri, organisasi, dan lingkungan kerja. Ketiga aspek ini biasanya disebut stressor. 2) Beban kerja karena faktor internal commit to user 19 Faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut disebut strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif. Penilaian secara objektif, yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis, sedangkan penilaian perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id subjektif berkaitan dengan harapan, keinginan, kepuasan, dan penilaian subjektif lainnya. Selanjutnya, menurut Hart dan Staveland (1988), ada 3 faktor utama yang menentukan beban kerja mental : 1) Faktor tuntutan tugas (task demands) Beban kerja dapat ditentukan dari analisis tugas-tugas yang dilakukan oleh pekerja. Bagaimanapun juga, perbedaan-perbedaan secara individu harus selalu diperhitungkan. 2) Usaha atau tenaga (effort) Jumlah effort yang dikeluarkan pada suatu pekerjaan mungkin merupakan suatu bentuk intuitif secara alamiah terhadap beban kerja. Bagaimanapun juga, sejak terjadinya peningkatan tuntutan tugas, secara individu mungkin tidak dapat meningkatkan tingkat effort. 3) Performansi Sebagian besar studi tentang beban kerja mempunyai perhatian dengan tingkat performansi yang akan dicapai. Sebagai contoh, secara individu seseorang mungkin akan dapat mengimbangi tuntutan tugas yang meningkat dengan meningkatkan tingkat effort untuk mempertahankan performansi. commit to user 20 Beban kerja mental dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 1) Hubungan antara tuntutan tugas (task demand) dengan performansi tugas (task performance). 2) Kewaspadaan (vigilance) yaitu kemampuan seseorang untuk tetap fokus perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pada perhatian dan tetap siapsiaga terhadap stimuli pada target untuk periode waktu yang cukup lama. Faktor lain yang mempengaruhi beban kerja mental seseorang dalam suatu pekerjaan antara lain adalah jenis pekerjaan, situasi pekerjaan waktu respons, waktu penyelesaian yang tersedia dan faktor individu seperti : tingkat motivasi, keahlian, kelelahan, kejenuhan, serta toleransi performansi yang diijinkan. (Risma, 2010) Dalam psikologi kerja, dibahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kejiwaan yang dijumpai pada tempat kerja, yaitu yang menyangkut faktor-faktor diri. Yang termasuk faktor diri antara lain attitude, jenis kelamin, usia, sifat atau kepribadian, sistem nilai, karakteristik fisik, motivasi, minat, pendidikan, dan pengalaman. Masalah faktor diri ini dikaji dalam ergonomi karena pada setiap orang ada. (Risma, 2010) c. Akibat Beban Kerja Mental Ada beberapa akibat dari beban kerja mental, yaitu : 1) Akibat beban kerja yang terlalu berat sedangkan kemampuan fisik yang lemah, maka dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja (Lilis, 2007). 2) Kelelahan kerja (Rinda I., Zarni A., dan Danardi S., 2011). commit to user 21 3) Stres psikologis (Rinda I., Zarni A., dan Danardi S., 2011). 4) Ketegangan yang tinggi/tertekan (Rinda I., Zarni A., dan Danardi S., 2011). 5) Apabila beban kerja lebih besar dari kemampuan tubuh, maka akan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terjadi rasa tidak nyaman (paling awal), kelelahan (overstres), kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit, dan produktivitas menurun (palingakhir). Sebaliknya, jika beban kerja lebih kecil dari kemampuan tubuh, maka akan terjadi understres, kejenuhan, kebosanan, kelesuan, kurang produktif, dan sakit (Lilis, 2007). 6) Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan, baik fisik atau mental, dan reaksi-reaksi emosional seperti : sakit kepala, gangguanan pencernaan dan mudah marah. Sedangkan beban kerja yang terlalu sedikit, yaitu pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerakan akan menimbulkan kebosanan, rasa monoton, kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan, sehingga secara potensial membahayakan pekerja. Beban kerja yang berlebih atau rendah dapat menimbulkan stres kerja (Lilis, 2007). d. Penilaian Beban Kerja Mental Metode pengukuran beban kerja mental dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu metode pengukuran secara subyektif, pengukuran secara fisiologis atau biomekanis, dan metode pengukuran berdasarkan performansi. Pengukuran beban kerja mental dengan metode subyektif lebih didasarkan commit to user 22 pada persepsi subyektif responden atau pekerja yang diukur. Menurut Tarwaka (2010), metode pengukuran beban kerja mental secara subyektif yang telah banyak digunakan adalah : 1) Metode dengan menggunakan teknik pengukuran beban kerja subyektif perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (Subjective Workload Assessment Technique – SWAT) 2) Metode dengan menggunakan skala rating/skor dari pekerjaan mental (Rating Scale Mental Effort- RSME) 3) Metode dengan menggunakan indeks beban tugas dari National Aeronautics dan Space Administration NASA –TLX (NASA – Task Load Index – TLX), dengan tahap pemberian bobot (weights) dan tahap pemberian peringkat (ratings) (Sandara dalam Risma, 2010). 2. Stres Kerja Manusia adalah sesuatu yang paling kompleks. Manusia memiliki rasa suka dan benci, gembira dan sedih, berani dan takut, dan lain sebagainya. Manusia mempunyai kehendak, kemauan, angan-angan, dan cita-cita. Manusia memiliki dorongan-dorongan hidup tertentu. Selain itu, manusia mempunyai pikiran-pikiran dan pertimbangan-pertimbangan yang menentukan sikap dan pendiriannya. Juga, manusia mempunyai pergaulan hidup, baik di rumah ataupun di tempat kerja serta di masyarakat luas, sehingga manusia cenderung mendapat stres fisik dan psikologis. Udara dingin menyebabkan stres fisik pada tubuh sehingga timbul respons perubahan sirkulasi, pernapasan dan denyut jantung. Paparan terhadap virus, penyakit, serta udara berasap dan berkabut semuanya menyebabkan stres fisik (faktor lingkungan). Batasan waktu suatu commit to user 23 pekerjaan, kecemasan akan acara sosial khusus, atau kehilangan teman dekat adalah salah satu contoh stres psikologis. (Swarth, 2004) a. Pengertian Stres Kerja Terdapat beberapa pengertian tentang stres yang dapat dimaknai dari perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id beberapa sudut pandang keilmuan. Levi (dalam Tarwaka, 2010) mendefinisikan stres sebagai berikut : 1) Dalam bahasa teknik, stres dapat diartikan sebagai kekuatan dari bagianbagian dalam tubuh. 2) Dalam bahasa biologi dan kedokteran, stres dapat diartikan sebagai proses tubuh untuk beradaptasi terhadap pengaruh luar dan perubahan lingkungan terhadap tubuh. 3) Secara umum, stres dapat diartikan sebagai tekanan psikologis yang dapat menimbulkan penyakit baik fisik maupun penyakit jiwa. Menurut Manuaba (2000), stres adalah segala rangsangan atau aksi dari tubuh manusia baik yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri yang dapat menimbulkan bermacam-macam dampak yang merugikan mulai dari menurunkan kesehatan sampai kepada dideritanya suatu penyakit. Stres akibat kerja adalah respons emosional dan fisik yang bersifat mengganggu atau merugikan yang terjadi pada saat tuntutan tugas tidak sesuai dengan kapasitas, sumber daya, atau keinginan pekerja (NIOSH, 1999). Adapun menurut European Commission (1999), stres akibat kerja adalah suatu bentuk emosi, kognitif, perilaku, dan reaksi fisiologis berhadap commit to user 24 aspek-aspek pekerjaan, organisasi kerja, dan lingkungan kerja yang bersifat merugikan. Menurut Tarwaka (2010), stres merupakan tekanan psikologis yang dapat menyebabkan berbagai bentuk penyakit, baik penyakit secara fisik maupun perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mental (kejiwaan), dan secara konsep stres dapat didefinisikan menurut variabel kajian berikut ini : 1) Stres sebagai stimulus, 2) Stres sebagai respons, 3) Stres sebagai interaksi antara individu dan lingkungannya. Menurut Pandji Anoraga (2001), stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkunganya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Jadi, stres kerja adalah segala rangsangan atau respons emosional dan fisik yang mengganggu dan merugikan yang dapat menyebabkan berbagai penyakit baik fisik maupun psikis serta dapat mengakibatkan dirinya terancam. commit to user 25 b. Gejala Stres Kerja Menurut Agus M. Hardjana (2004) tanda dan gejala stres yang berpengaruh pada keadaan seseorang antara lain sebagai berikut : 1) Mata melotot, perpustakaan.uns.ac.id 2) Muka merah, 11) Menggesek-gesek gigi, digilib.uns.ac.id 12) Mangatupkan rahang kuat- 3) Leher dan bahu kaku, 4) Berkeringat banyak, 13) Tekanan darah tinggi, 5) Nyeri dada, 14) Palpitasi, 6) Rasa tidak enak pada lambung, 15) Sesak napas, 7) Konstipasi, 16) Telapak 8) Diare, 9) Kedutan-kedutan pada wajah, kuat, tangan yang basah/lembap, 17) Jari kaki mengerut. 10) Sakit kepala, c. Faktor Penyebab Stres Kerja Suatu keadaan yang dapat menimbulkan stres pada seseorang tetapi belum tentu akan menimbulkan hal yang sama terhadap orang lain. Menurut Patton (dalam Tarwaka, 2010) bahwa perbedaan reaksi antara individu tersebut sering disebabkan oleh faktor psikologis dan sosial yang dapat mengubah dampak stresor bagi individu. Faktor-faktor tersebut antara lain : 1) Kondisi individu, seperti : umur, jenis kelamin, temperamental, genetik, inteligensi, pendidikan, kebudayaan, dan lain-lain. commit to user 26 2) Ciri kepribadian, seperti : introvert atau ekstrovert, tingkat emosional, kepasrahan, kepercayaan diri, dan lain-lain. 3) Sosial-kognitif, seperti dukungan social dan hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya. perpustakaan.uns.ac.id 4) Strategi untuk menghadapi setiap stres yang muncul. digilib.uns.ac.id Selanjutnya Cartwright, et. al. (1995) mencoba mengelompokkan penyebab stres akibat kerja menjadi 6 kelompok penyebab : 1) Faktor intrinsik pekerjaan, 2) Faktor peran individu dalam organisasi kerja, 3) Faktor hubungan kerja, 4) Faktor pengembangan karir, 5) Faktor struktur organisasi dan suasana kerja, 6) Faktor dari luar pekerjaan. Faktor lain yang mungkin dapat menyebabkan stres akibat kerja antara lain sebagai berikut : 1) Ancaman pemutusan hubungan kerja, 2) Perubahan politik nasional, 3) Krisis ekonomi nasional. Berdasarkan reverensi diatas secara singkat, dapat disimpulkan bahwa pekerjaan sebagai penyebab stres ditandai dengan adanya : 1) Tingkat tuntutan tugas yang tinggi (beban kerja), 2) Tingkat kontrol tugas yang rendah (pembuat keputusan), commit to user 27 3) Tingkat pelaksanaan tugas tidak menentu (kemampuan kerja dan ketrampilan teknis), 4) Dukungan organisasi rendah (pengakuan dan penghargaan terhadap individu pekerja). perpustakaan.uns.ac.id d. Pengaruh Stres Kerja pada Kesehatan digilib.uns.ac.id Perbedaan reaksi tubuh disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor psikologis dan faktor sosial-budaya seseorang. Adapun menurut Mathews (dalam Tarwaka, 2010) pengaruh stres akibat kerja yaitu: 1) Pengaruh psikologis. Stres biasanya merupakan perasaan subyektif sebagai bentuk kelelahan, kegelisahan, dan depresi. Reaksi psikologis kepada stres dapat dievaluasi dalam bentuk beban mental, kelelahan, dan perilaku. 2) Pengaruh sosial. Setelah lama mengalami stres di tempat kerja, kegelisahan, depresi, maka pengaruhnya akan dibawa ke dalam lingkungan sosial. 3) Pengaruh kesehatan atau fisiologis. Bila tubuh mengalami stres, maka akan terjadi perubahan fisiologis sebagai jawaban atas terjadinya stres. Adapun sistem di dalam tubuh yang mengadakan respons diperantarai oleh saraf otonom, hypothalamic-pituitari axis, dan pengeluaran katekolamin yang akan mempengaruhi fungsi-fungsi organ seperti sistem kardiovaskuler, sistem gastro intestinal, dan gangguan penyakit lain. 4) Pengaruh individu. Individu dengan kepribadian introvert akan bereaksi lebih negatif dan menderita ketegangan lebih besar dibandingkan dengan mereka yang berkepribadian ekstrovert. Begitu juga dengan orang dengan commit to user 28 berkepribadian luwes akan mengalami ketegangan yang lebih besar daripada yang berkepribadian rigrid. Laurentius Panggabean (dalam Tarwaka, 2010), menyatakan stres kerja dapat mengakibatkan hal- hal sebagai berikut: perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1) Penyakit fisik yang diinduksi oleh stres, yaitu penyakit jantung koroner, hipertensi, gangguan menstruasi, gangguan pencernaan, mual, muntah, dan sebagainya. 2) Kecelakaan kerja, terutama pada pekerjaan yang menuntut kinerja yang tinggi, bekerja bergiliran (shift), penyalahgunaan zat adiktif. 3) Absen, pegawai yang sulit menyelesaikan pekerjaan disebabkan tidak hadir karena pilek, sakit kepala. 4) Lesu kerja, pegawai kehilangan motivasi bekerja. 5) Gangguan jiwa, mulai dari gangguan yang mempunyai efek ringan dalam kehidupan sehari-hari sampai pada gangguan yang mengakibatkan ketidakmampuan yang berat. Gangguan jiwa ringan seperti mudah gugup, tegang, marah-marah, mudah tersinggung, kurang berkonsentrasi, apatis, dan depresi. Perubahan perilaku berupa kurang partisipasi dalam pekerjaan, mudah bertengkar, terlalu mudah mengambil risiko. Gangguan yang lebih jelas lagi dapat berupa depresi, gangguan cemas. Stres dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerja, gangguan di tempat kerja, masyarakat, dan keluarga (Lientje, 2011). Stres dapat mengakibatkan penyakit secara langsung, karena stres mendatangkan banyak commit to user 29 perubahan pada sistem fisik tubuh manusia yang dapat mengakibatkan penyakit. e. Pencegahan Stres Kerja Untuk mencegah datangnya stres yang tak perlu, maka haruslah dibuat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id antara lain : mengatur waktu, menghindari penundaan tugas dan kerja tanpa alasan, cakap dan berani berkata tidak, ketangguhan pribadi dan sikap siap menghadapi hal, peristiwa, serta keadaan yang dapat mendatangkan stres (Agus M. H., 2004). Sauter, et al. (1990) dikutip dari National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) memberikan rekomendasi tentang bagaimana cara untuk mengurangi atau meminimalisasi stres akibat kerja sebagai berikut : 1) Beban kerja baik fisik maupun mental harus disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas kerja pekerja yang bersangkutan dengan menghindari adanya beban berlebih maupun beban yang terlalu ringan. 2) Jam kerja harus disesuaikan baik terhadap tuntutan tugas maupun tanggung jawab di luar pekerja. 3) Setiap pekerja harus diberi kesempatan untuk mengembangkan karir, mendapatkan promosi, dan pengembangan kemampuan keahlian. 4) Membentuk lingkungan sosial yang sehat, hubungan antara tenaga kerja yang satu dengan yang lain, tenaga kerja-supervisor yang baik dan sehat dalam organisasi, akan membuat situasi yang nyaman. commit to user 30 5) Tugas-tugas pekerjaan harus didesain untuk dapat menyediakan stimulasi dan kesempatan agar pekerja dapat menggunakan keterampilannya. Rotasi tugas dapat dilakukan untuk meningkatkan karir dan pengembangan usaha. Secara ringkas, langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mengurangi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id terjadinya stres di tempat kerja adalah sebagai berikut : 1) Memposisikan pekerja pada posisi yang seharusnya (the right man on the right place) 2) Mengembangkan struktur organisas sesuai dengan kultur dan tradisi masyarakat pekerjanya. 3) Menjamin perasaan aman setiap pekerja. 4) Menghilangkan faktor penyebab stres, khususnya yang berasal dari tasks, organisasi kerja, dan lingkungan kerja. 3. Hubungan Beban Kerja Mental dengan Stres Kerja Setiap tenaga kerja pernah mengalami beban kerja mental. Beban kerja mental sering membuat tarikan napas menjadi pendek sehingga asupan oksigen ke otak berkurang, darah yang kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbon dioksida dari seluruh tubuh mengalir melalui 2 vena kava menuju ke arteri kanan dan dipompa melalui katup pulmer ke dalam arteri pulmonalis menuju paru-paru darah yang mengalir melalui pembuluh yang sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru menyerap oksigen dan melepas karbon dioksida yang akan dihembuskan ke udara kembali. Kekurangan asupan oksigen tersebut menyebabkan tubuh akan merespons denyut jantung dan sistem saraf pusat, sehingga timbul gejala stres. (Ganong, 2002 ) commit to user 31 Bila beban kerja mental lebih besar daripada kemampuan tubuh, maka akan terjadi rasa tidak nyaman (paling awal), kelelahan (overstress), kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit dan produktivitas menurun (paling akhir). Sebaliknya, jika beban kerja lebih kecil daripada kemampuan tubuh, maka akan terjadi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id (understress), kejenuhan, kebosanan, kelesuan, kurang produktif, dan sakit. (Gempur Santoso, 2004) Beban kerja mental penting menjadi perhatian untuk mengindentifikasi penyebab stres yang potensial di rumah sakit, karena stres akan selalu menimpa perawat. Setiap perawat mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan stres, hal tersebut bergantung pada jenis, lama dan frekuensi stres yang dialami perawat. (Lilis, 2008) commit to user 32 B. Kerangka Pemikiran Beban kerja mental Tarikan napas pendek perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Asupan O2 ke otak berkurang Denyut jantung meningkat Gejala stres secara fisik Faktor internal : Faktor eksternal : a. Hubungan pekerja Stres kerja a. Usia b. Jenis kelamin dengan atasan c. Lama kerja b. Tekanan bekerja dalam waktu yang d. Masa kerja lama/lembur e. Riwayat penyakit : Diteliti : Tidak diteliti Bagan 1. Kerangka Pemikiran commit to user 33 C. Hipotesis Ada hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat di bagian rawat inap, RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi, Klaten. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian perpustakaan.uns.ac.id Jenis penelitian ini adalah observasional digilib.uns.ac.id analitik, pendekatan pendekatannya, penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi, Klaten pada bulan April sampai dengan Mei 2012. C. Populasi Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah perawat di bagian rawat-inap bangsal jiwa RSJD Dr. Soedjarwadi, Klaten dengan total populasi sebanyak 42 orang, yaitu di ruang Arimbi 10 orang, ruang Wijaya Kusuma 10 orang, ruang Abimanyu 10 orang, ruang Arjuna12 orang. D. Teknik Sampling Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh. E. Sampel Penelitian Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja di bagian rawat inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi, Klaten, yang berjumlah 42 orang tenaga kerja. 34 commit to user 35 F. Rancangan Penelitian Populasi (N) Sampling jenuh perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sampel (n) Beban kerja mental rendah Beban kerja mental sedang Stres kerja Stres kerja Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Beban kerja mental tinggi Stres kerja Tinggi Rendah Sedang Uji Gamma and Somers’d Bagan 2. Desain Penelitian G. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas : Beban kerja mental. 2. Variabel Terikat : Stres kerja. 3. Variabel Pengganggu tidak terkendali : riwayat penyakit, usia, masa kerja, lama kerja dalam satu hari, hubungan pekerja dengan atasan, tekanan untuk bekerja dalam waktu yang lama/lembur. commit to user Tinggi 36 H. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Beban Kerja Mental Beban kerja mental adalah beban yang diterima tenaga perawat untuk menyelesaikan pekerjaan setiap harinya, seperti : merawat lebih dari satu perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pasien dalam waktu bersamaan mengalami kritis, kejang, dan guncangan jiwa/mengamuk, menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, mengatur jadwal minum dan makan pasien, menghafal nama pasien, mengingat penyebab dan hal-hal yang memicu kambuhnya gangguan jiwa, membantu memandikan dan mengganti baju pasien setiap waktu pasien buang hajat, medengarkan caci dan makian dari pasien-pasien gangguan jiwa, dan lainlain. Alat ukur : Kuesioner beban kerja mental dengan metode NASA-Task Load Index. Skala pengukuran : Ordinal, karena data berasal dari kategori (rendah dan tinggi). 2. Stres Kerja Stres kerja dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu keadaan dari perasaan yang menekan atau rasa tertekan yang dialami tenaga perawat dalam menghadapi pekerjaannya. Alat ukur : Kuesioner stres kerja. Skala pengukuran : Ordinal, karena data berasal dari kategori (rendah, sedang dan tinggi). commit to user 37 I. Alat dan Bahan Penelitian 1. Pengukuran terhadap beban kerja mental menggunakan Kuesioner NASA – TLX (Task Load Index), data ini menggambarkan tinggi-rendahnya beban kerja mental. Instrumen ini diadopsi dari Human Performance Research perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Goup, NASA Ames Research Center’ Moffett Field, California. Kuesioner beban kerja mental telah banyak digunakan dan telah mengalami validitas serta uji reabilitas dengan uji Pearson (α = 0,781, r hitung = 0, 734, p = 0,00). 2. Untuk mengukur stres kerja digunakan kuesioner stres kerja. Instrumen stres kerja menggunakan kuesioner dari HSE (2003). Kuesioner stres kerja telah banyak digunakan dan telah mengalami uji validitas serta uji reliabilitas dengan uji Keandalan Cronbach (α = 5% atau taraf kepercayaan 95%, r tabel = 0,361, p = 0,02). (Lilis, 2007) 3. Dokumentasi tentang riwayat pekerjaan responden, serta keluhan penyakit yang sering dirasakan pada saat selesai bekerja/pulang, misalnya : sakit kepala, selera makan berubah, gelisah, sedih, cemas,keringat berlebih, dan darah tinggi. J. Cara Kerja Penelitian 1. Tahap persiapan penelitian, yaitu dengan melakukan survei awal pada lokasi penelitian dan menentukan kuesioner yang akan digunakan untuk beban kerja mental serta stres kerja. commit to user 38 2. Pelaksanaan penelitian, meliputi beberapa tahap : a. Menyusun proposal penelitian dan melaksanakan validasi proposal. b. Melakukan pengambilan data dengan menggunakan kuesioner beban kerja mental dengan metode NASA-TLX, terdiri atas dua tahap : perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1) Tahap pemberian bobot (weights), dipilih satu deskriptor untuk masing-masing pasangan deskriptor (ada 15 pasang deskriptor yang menurut responden lebih dominan dalam pekerjaannya). Data berupa pilihan-pilihan deskriptor tersebut kemudian diolah untuk menghasilkan bobot tiap-taip deskriptor yang akan digunakan pada tahap kedua. Tingkat usaha (EF) atau performasi (OP) Tuntutan waktu (TD) atau tingkat frekuensi (FR) Tuntutan waktu (TD) atau tingkat usaha (EF) Tuntutan fisik (PD) atau tingkat frekueinsi (ER) Performansi (OP) atau tingkat frekuensi (ER) Tuntutan fisik (PD) atau tuntutan waktu (TD) Tuntutan fisik (PD) atau performansi (OP) Tuntutan waktu (TD) atau tuntutan mental (MD) Tingkat frekuensi (ER) atau tingkat usaha (EF) Performansi (OP) atau tuntutan mental (MD) Performansi (OP) atau tuntutan waktu (TD) Tuntutan mental (MD) atau tingkat usaha (EF) Tuntutan mental (MD) atau tuntutan fisik (PD) Tingkat usaha (EF) atau tuntutan fisik (PD) Tingkat frekuensi (EF) atau tuntutan mental (MD) Bagan 3. Contoh pemasangan descriptor. 2) Tahap memberian peringkat (rating), pemberian peringkat pada skala 10 – 100 untuk tiap-tiap deskriptor sesuai dengan beban kerja mental yang dialami responden dalam melakukan pekerjaannya. commit to user 39 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Bagan 4. Contoh tahap pemberian peringkat. 3) Tahap penyekoran beban kerja mental yaitu dengan melihat hasil dibandingkan dengan tabel. Tabel 1. Kategori penilaian beban kerja mental adalah : No. Range Beban Kerja Mental 1 0-33 Rendah 2 34-67 Sedang 3 68-100 Tinggi Sumber : Risma, 2010 c. Pengambilan data stres kerja menggunakan kuesioner stres kerja dengan mengisi kuesioner dengan 5 skala Likert dari 35 daftar pertanyaan. Penempatan skor tergantung dari setiap pernyataan yang dianjurkan. Rentang jawaban dimulai dari “tidak pernah, jarang, agak sering, sering, dan selalu”. commit to user 40 Tabel 2. Klasifikasi tingkat risiko stres akibat kerja berdasarkan total skor Individu : Tingat risiko stres 1 perpustakaan.uns.ac.id Total skor stres individu Klasifikasi stres 140-175 Rendah 2 105-139 Sedang 3 35-104 Tinggi Tingkat perbaikan Belum diperlukandigilib.uns.ac.id adanya kontrol untuk perbaikan. Mungkin diperlukan kontrol terhadap gejala stres dikemudian hari. Diperlukan kontrol terhadap stres secara menyeluruh sesegera mungkin. Sumber : HSE, 2003 3. Tahap penyelesaian, setelah data terkumpul peneliti melakukan pemeriksaan terhadap jawaban pada kuesioner beban kerja mental dan stres kerja, apakah semua pertanyaan sudah diisi; kemudian data dientri. Data pengukuran beban kerja mental dan stres kerja dihuting rata-ratanya, dan disesuaikan dengan klasifikasi skor, untuk beban kerja mental yaitu rendah : 0-49 dan tinggi : 50100 (Risma, 2010), adapun klasifikasi stres kerja yaitu rendah : 140-175, sedang : 105-135, dan tinggi : 35-104 (HSE, 2003). K. Teknik Analisis Data Analisis data penelitian ini menggunakan uji Gamma and Somers’d (M. Sopiyudin D., 2012) yang diolah dengan program SPSS versi 17. Interpetasi hasil sebagai berikut : 1. Jika p ≤ 0,05 maka Ho ditolak. 2. Jika p > 0,05, maka Ho diterima. commit to user 41 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit Jiwa Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah berdiri pada tanggal 23 Agustus 1953 sebagai Koloni Orang Sakit Jiwa (KOSJ) Klaten terletak di Jl. Ki Pandanaran Km. 2 Desa Danguran, Kecamatan Klaten Selatan, Kabupaten Klaten. Tempat ini semula digunakan sebagai tempat penampungan orang sakit jiwa yang dikirim dari Rumah Sakit Jiwa Mangunjayan dan Rumah Sakit Jiwa Kramat Magelang. Fasilitas pelayanan Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi antara lain adalah : 1. Pelayanan rawat-inap, meliputi : perawatan intensif psikiater, bangsal jiwa, bangsal gangguan fisik, instalasi rehabilitasi. 2. Pelayanan rawat jalan, meliputi : poliklinik spesialis jiwa, poliklinik umum, poliklinik spesialis saraf, poliklinik psikologi, poliklinik gigi dan mulut, poliklinik kesehatan jiwa anak dan remaja/TKA, IGD. 3. Pelayanan penunjang, seperti : instalasi laboratorium, farmasi, radiologi, dapur gizi, laundry, fisioterapi, pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit. 4. Ketenagakerjaan Tenaga kerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi berjumlah 229 pegawai, 101 orang sebagai perawat (42 orang sebagai tenaga medis 41 commit to user 42 yang bekerja di bagian rawat-inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi) Waktu kerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. R. M. Soedjarwadi dibagi menjadi 3 sifh yaitu pagi 07.00 - 14.00 WIB, siang 14.00 - 21.00 WIB, malam perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 21.00 - 07.00 WIB. Tugas perawat bagian rawat-inap antara lain adalah merawat lebih dari satu pasien dalam waktu bersamaan mengalami kritis, kejang, dan guncangan jiwa/mengamuk, menjalin komunikasi yang baik dengan pasien, mengatur jadwal minum dan makan pasien, menghafal nama pasien, mengingat penyebab dan hal-hal yang memicu kambuhnya gangguan jiwa, membantu memandikan dan mengganti baju pasien setiap waktu pasien buang hajat, mendengarkan caci dan makian dari pasien-pasien, tuntutan ramah dan sabar, serta tuntutan membuat laporan bulanan yang diserahkan pada atasan dalam waktu singkat. B. Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik perawat bagian rawat-inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten antara lain sebagai berikut : 1. Umur Dari hasil pendataan umur tenaga perawat, dapat dilihat pada tabel di bawah ini : commit to user 43 Tabel 3. Distribusi Umur Perawat Bagian Rawat Inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012 Umur Frekuensi Persentase (%) 21 - 30 12 28,6 31 - 40 16 38,1 41 - 50 9 21,4 51 - 60 5 11,9 42 100 Jumlah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012 Dari tabel 3 diketahui bahwa umur tenaga kerja paling banyak 31-40 tahun (38,1%), sedangkan umur tenaga kerja yang paling sedikit 51-60 tahun (11,9%). 2. Masa Kerja Dari hasil pendataan masa kerja tenaga perawat diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4. Distribusi Masa Kerja Perawat Bagian Rawat Inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012 Masa Kerja (tahun) Frekuensi Persentase (%) 0-5 13 30,9 6 - 10 2 4,7 11 - 15 11 26,2 16 - 20 9 21,4 > 21 7 16,7 42 100 Jumlah Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012 Dari tabel 4 diketahui bahwa tenaga kerja di bagian rawat-inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten yang terbanyak masa kerjanya 0-5 tahun yaitu 13 orang (30,9%), dan yang terendah masa kerjanya 6-10 tahun yaitu 2 orang (4,7%). commit to user 44 3. Jenis kelamin Hasil pendataan jenis kelamin tenaga perawat dapat dilihat pada tabel 5. Perawat yang bekerja dirumah sakit tersebut adalah laki-laki dan perempuan, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id untuk data distribusinya sebagai berikut : Tabel 5. Distribusi Jenis Kelamin Perawat Bagian Rawat Inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012 Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%) Laki-laki 17 40,5 Perempuan 25 59,5 42 100 Jumlah Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012 Dari tabel 5 diketahui bahwa jumlah tenaga kerja perawat di bagian rawat-inap lebih banyak pada perempuan yaitu 25 orang (59,5%), sedangakan tenaga perawat laki-laki lebih sedikit yaitu 17 orang (40,5%). C. Hasil Pengukuran Beban Kerja Mental Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil perhitungan beban kerja mental pada perawat adalah sebagai berikut : Tabel 6. Hasil Pengukuran Beban Kerja Mental Perawat Bagian Rawat Inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012. 31 Beban Kerja Mental 75,3 49,3 32 63,3 18 75,0 33 76,0 76,0 19 62,6 34 59,3 59,3 20 79,3 35 83,3 16 Beban Kerja Mental 66,0 75,3 17 3 63,3 4 5 1 Beban Kerja Mental 83,3 2 No. Responden No. Responden No. Responden Bersambung commit to user 45 Sambungan 6 Beban Kerja Mental 48,0 7 72,7 No. Responden No. Responden 21 Beban Kerja Mental 40,6 36 Beban Kerja Mental 75,3 No. Responden 47,3 37 63,3 72,7 22 23 47,3 38 9 79,3 24 62,6 39 76,0 digilib.uns.ac.id 59,3 10 47,3 25 72,7 40 48,0 11 36,7 26 79,3 41 72,7 12 65,3 27 47,3 42 72,7 13 81,3 28 83,3 14 62,6 29 83,3 perpustakaan.uns.ac.id 8 43,0 30 15 Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012 83,3 Hasil pengukuran beban kerja mental perawat menunjukan skor beban kerja mental tertinggi skor 83, sedangkan skor beban kerja mental terendah skor 40,6. Dari data hasil pengukuran beban kerja mental di atas, maka diperoleh data distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 7. Distribusi Beban Kerja Mental Perawat Bagian Rawat Inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012 Beban kerja mental Frekuensi Persentase (%) Rendah 0 0 Sedang 21 50 Tinggi 21 50 Jumlah 42 100 Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012 Berdasarkan tabel 7, beban kerja mental rendah 0 orang (0%), untuk beban kerja mental sedang yaitu 21 orang (50%), dan untuk beban kerja mental tinggi yaitu 21orang (50%). . commit to user 46 D. Hasil Pengukuran Stres Kerja Hasil perhitungan stres kerja pada perawat adalah sebagai berikut : Tabel 8. Hasil Pengukuran Stres Kerja Pada Perawat Bagian Rawat Inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id No. Responden Kategori Stres No. Responden Kategori Stres No. Responden Kategori Stres 1 104 15 100 29 101 2 102 16 104 30 102 3 139 17 93 31 99 4 134 18 104 32 120 5 156 19 100 33 104 6 100 20 101 34 100 7 104 21 138 35 102 8 103 22 103 36 100 9 99 23 100 37 100 10 158 24 120 38 98 11 140 25 130 39 170 12 101 26 140 40 130 13 146 27 135 41 100 99 42 130 14 143 28 Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012 Berdasarkan data pada tabel 8, diketahui skor stres kerja perawat tertinggi adalah 93, sedangan skor stres kerja terendah 170. commit to user 47 Dari hasil pengukuran stres kerja di atas, diperoleh distribusi frekuensi stres kerja berdasarkan tingkat risiko stres kerja sebagai berikut : Tabel 9. Distribusi Stres Kerja Pada Perawat Bagian Rawat Inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten tahun 2012 Stres kerja Frekuensi Presentase (%) Rendah 6 14,3 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sedang 10 23,8 Tinggi 26 61,9 Jumlah 42 100 Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012 Dari tabel di atas dapat diketahui, bahwa perawat di bagian rawat-inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten yang mengalami stres kerja rendah 6 orang (14,3%), stres kerja sedang 10 orang (23,8%), sedangkan untuk stres kerja tinggi 26 orang (61,9%). E. Hasil Uji Hubungan Beban Kerja mental dengan Stres Kerja Hasil perhitungan silang beban kerja mental dengan stres kerja perawat bagian rawat inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten yang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 10. Tabulasi Silang Antara Beban Kerja Mental Dan Stres Kerja. Rendah Rendah 0 Stres kerja Sedang 0 Tinggi 0 ∑ 0 Sedang 5 6 10 21 Tinggi 1 4 16 21 ∑ 6 10 26 42 Beban kerja Sumber : Hasil Pendataan, Mei 2012 Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 42 tenaga perawat bagian rawat inap RSJD. Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten memiliki beban kerja mental sedang commit to user 48 dan tinggi. Dari 21 responden yang mengalami beban kerja mental sedang dengan stres kerja rendah 5 responden, dengan stres kerja sedang 6 responden, dan dengan stres kerja tinggi sebanyak 10 responden. Sedangkan dari 21 responden yang dengan beban kerja mental tinggi mengalami stres kerja rendah perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1 responden, dengan stres kerja sedang 4 responden, dan terdapat 16 responden yang mengalami stres kerja tinggi. Hasil analisis hubungan beban kerja mental dengan stres kerja dengan menggunakan uji statistik Gamma and Somers’d sebagai berikut : Tabel 11. Hasil Tabulasi Silang Menggunakan Uji Statistik Somers’d. Directional Measures Approx. Asymp. Std. Value Ordinal by Ordinal Somers' d Symmetric BKM Errora Approx. Tb Sig. .305 .135 2.207 .027 .294 .129 2.207 .027 .317 .144 2.207 .027 Dependent SK Dependent Directional measures menyajikan hasil uji Somers’d, menunjukkan hasil r variabel bebas (beban kerja mental) adalah 0,294 sedangkan r variabel terikat (stres kerja) adalah 0,317 yang sama-sama menunjukkan korelasi yang lemah, commit to user 49 Tabel 12. Hasil Uji Statistik Gamma Symmetric Measures Approx. Asymp. Std. Value perpustakaan.uns.ac.id Ordinal by .556 Gamma Errora .214 Sig. Approx. Tb digilib.uns.ac.id 2.207 .027 Ordinal 42 N of Valid Cases Symmetric measures menyajikan hasil uji Gamma, kedua variabel setara (tidak ada variabel bebas dan tergantung). Pada uji Gamma diperoleh nilai r sebesar 0,556 yang menunjukkan bahwa kekuatan korelasi sedang (0,40 < r < 0,599). Dari hasil uji Gamma tersebut diperoleh nilai p = 0.027 (p ≤ 0,05) berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini arti terdapat hubungan antara beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat bagian rawat-inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten. Berdasarkan tabel 12, besarnya beban kerja mental yang berhubungan dengan stres kerja adalah 55,6% dan sisanya 44,4% dipengaruhi oleh faktorfaktor yang tidak terkendalikan. commit to user 50 BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian perpustakaan.uns.ac.id 1. Umur digilib.uns.ac.id Dalam penelitian ini umur responden mulai dari 21 tahun sampai 55 tahun. Rentang usia 40 – 60 tahun termasuk pada tingkat perkembangan masa paruh baya dan mengalami tingkat resiko stres akibat kerja yang tinggi (Hidayat, 2006). Berdasarkan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa umur berpengaruh terhadap tingkat risiko stres kerja karena tenaga perawat yang menjadi subjek penelitian berumur 21 - 55 tahun, usia ≥ 40 tahun berpotensi mengalami stres kerja lebih tinggi dari pada usia yang berada di bawah 40 tahun. Hasil uji Pearson Correlation didapatkan nilai p = 0,074 (p ≥ 0,05), berarti bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Hal ini berarti tidak berhubungan dengan stres kerja. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa variabel pengganggu dari faktor internal yang dapat mempengaruhi stres kerja dapat dikendalikan. Jadi, stres kerja yang timbul bukan dikarenakan oleh faktor umur. 2. Masa Kerja Dari penelitian terhadap masa kerja, diperoleh hasil bahwa masa kerja tenaga kerja 0 - 5 tahun yaitu 13 orang (30,9%), 6 - 10 tahun yaitu 2 orang 50 commit to user 51 (4,7%), masa kerja 11 - 15 yaitu 11 orang (26,2%), masa kerja 16 - 20 yaitu 9 orang (21,4%), dan masa kerja > 21 orang (16,7%). Hasil uji Pearson Correlation didapatkan nilai p = 0,057 (p ≥ 0,05), berarti bahwa Ha ditolak dan Ho diterima. Hal ini berarti masa kerja tidak perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berhubungan dengan stres kerja. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa variabel pengganggu dari faktor internal yang dapat mempengaruhi stres kerja dapat dikendalikan. Jadi, stres kerja yang timbul bukan dikarenakan oleh faktor masa kerja. 3. Jenis kelamin Sampel penelitian adalah semua tenaga perawat baik yag berjenis kelamin laki-laki (17 orang), maupun yang berjenis kelamin perempuan (25 orang). Menurut Astrand dan Rodahl (dalam Tarwaka, 2010), ukuran dan daya tahan tubuh laki-laki berbeda dengan wanita, laki-laki lebih sanggup menyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak dapat dikerjakan wanita, hal ini karena kemampuan otot pria memang lebih besar daripada wanita. Berdasarkan referensi tersebut responden dipengaruhi dengan jenis kelamin tetapi dapat dikendalikan dengan penyesuaian jenis pekerjaan dari perawat tersebut, misalnya pada perawat laki-laki lebih banyak bekerja dengan fisik seperti : mengangkat pasien, sedangkan perawat perempuan lebih ringan seperti : memandikan pasien. 4. Lama Kerja Lama kerja perawat di bagian rawat-inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten adalah 8 jam sehari dengan waktu istirahat selama 1 jam, termasuk commit to user 52 tenaga kerja yang menjadi sampel penelitian. Oleh karena semua sampel mempunyai lama kerja yang sama, maka lama kerja dianggap tidak berpengaruh terhadap hasil penelitian. 5. Riwayat Penyakit perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Riwayat pekerjaan sampel sudah dikendalikan oleh peneliti. Hal ini dapat dilihat dari sampel yang semuanya tidak mempunyai riwayat gangguan jiwa, sehingga kemungkinan riwayat penyakit dari sampel tidak berpengaruh terhadap hasil penelitian. 6. Hubungan pekerja dengan atasan Hubungan pekerja dengan atasan tidak dapat dikendalikan oleh peneliti, sehingga dimungkinkan hubungan pekerja dengan atasan mempengaruhi hasil penelitian. 7. Tekanan bekerja dalam waktu yang lama/lembur Tekanan bekerja dalam waktu yang lama/lembur tidak dapat dikendalikan oleh peneliti, sehingga kemungkinan tekanan bekerja dalam waktu lama/lembur mempengaruhi hasil penelitian. B. Analisis Univariat Analisis univariat dimaksudkan untuk menjelaskan/mendeskripsikan karakteristik setiap variabel pelitian yang diperoleh secara kuantitatif. 1. Beban Kerja Mental Dari 42 responden, diperoleh hasil tenaga kerja yang mengalami beban kerja mental rendah 0 orang (0%), beban kerja sedang 21 orang (50%), dan untuk beban kerja mental tinggi sebesar 21 orang (50%). commit to user 53 Berdasarkan hasil wawancara dan perhitungan beban kerja mental dengan menggunakan metode NASA-TLX pada perawat khususnya pada bagian rawat-inap bahwa dari ke 6 skala, tuntutan mental dan tuntutan fisik menempati posisi yang tertinggi dari skala lainnya. Beban kerja mental perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id setiap jenis pekerjaan berbeda–beda bergantung pada jenis dan lama pekerjaannya. Setiap pekerjaan apa pun jenisnya yang memerlukan aktivitas mental atau pemikiran merupakan beban bagi yang melakukan. Tiap-tiap orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam hubungannya dengan beban kerja mental atau sosial (Soekidjo Notoatmodjo, 1997). Hal ini berarti bahwa jenis pekerjaan yang penuh tuntutan mental dan tuntutan fisik akan mempengaruhi tingkat beban kerja mental tenaga kerja. Separuh dari tenaga kerja mengalami beban kerja mental yang terlalu tinggi sehingga menyebabkan timbul rangsangan dari sistem saraf pusat yang dapat menimbulkan rasa sakit atau penyakit akibat kerja. Bila beban kerja mental lebih besar daripada kemampuan tubuh, maka akan terjadi rasa tidak nyaman (paling awal), kelelahan (overstress), kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit dan produktivitas menurun (paling akhir). Sebaliknya, jika beban kerja lebih kecil dari kemampuan, tubuh maka akan terjadi (understress), kejenuhan, kebosanan, kelesuan, kurang produktif, dan sakit (Gempur Santoso, 2004). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi beban kerja mental pada perawat, maka semakin besar tingkat risiko stres kerja. commit to user 54 2. Stres kerja Dari hasil pengukuran stres kerja,didapat mengalami stres kerja rendah yaitu 6 responden (14,3%), stres kerja sedang 10 responden (23,8%), dan stres kerja tinggi 26 responden (61,9%). perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Stres kerja sering dialami oleh perawat RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten stres ini ditunjukkan dengan perubahan ekspresi wajah dan keluhan rasa sakit. Hal ini sesuai dengan pendapat Pandji Anoraga (2001) yang menyatakan stres kerja adalah suatu bentuk tanggapan seseorang, baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam. Pengukuran stres kerja dengan kuesioner untuk menilai tingkat keparahan stres individu dalam kelompok kerja yang cukup banyak atau keseluruhan, jika penilaian stres kerja dengan metode skoring dilakukan hanya untuk beberapa orang pekerja dalam kelompok populasi yang besar, maka hasilnya tidak akan valid dan reliabel (Tarwaka, 2010). Oleh karena itu penggambilan sampel dalam penelitian dilakukan secara jenuh, sebanyak 42 responden untuk memperoleh hasil yang valid dan reliabel. Di setiap ruang rawat-inap terdapat perbedaan karakteristik/sifat pasien yang berdampak pada kondisi dan beban kerja yang berbeda pula. Oleh karena itu, perawat harus berperan aktif sebagai tenaga serba bisa, memiliki insiatif, berperilaku kreatif, serta memiliki wawasan yang luas dengan motivasi kerja keras, cerdas, ikhlas dan berkualitas tinggi. Jenis pasien yang dirawat di ruang rawat-inap rumah sakit dapat dipandang sebagai tuntutan commit to user 55 terhadap pelayanan kesehatan ; jika tidak dikelola dengan baik, maka akan berakibat terjadinya stres kerja (Ed Boenisch dkk, 2004). Dari hasil pengukuran didapatkan adanya stres kerja yang tinggi dan dengan tingkat skoring yang rendah hal ini disebabkan adanya faktor-faktor perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id lain yang tidak dikendalikan, seperti umur, jenis kelamin, dan masa kerja. Hal ini telah sesuai dengan Patton (dalam Tarwaka, 2010) bahwa perbedaan reaksi antara individu tersebut sering disebabkan karena faktor psikologis dan sosial yang dapat merubah dampak stresor bagi individu. C. Analisis Bivariat Dari hasil penelitian pada 42 tenaga perawat terdapat 21 responden mengalami beban kerja mental sedang dengan stres kerja rendah 5 responden, dengan stres kerja sedang 6 responden, dan dengan stres kerja tinggi sebanyak 10 responden. Sedangkan dari 21 responden yang mengalami beban kerja mental tinggi, yang mengalami stres kerja rendah 1 responden, dengan stres kerja sedang 4 responden, dan dengan stres kerja tinggi 16 responden. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa perawat yang mengalami beban kerja mental sedang sebagian besar mengalami stres kerja rendah sedangkan perawat yang mengalami beban kerja mental tinggi sebagian besar mengalami stres kerja yang tinggi pula. Berdasarkan hasil analisis dengan uji Gamma and Somers’d pada tingkat kepercayaan 95% dan tingkat kesalahan (α) 0,05, diketahui bahwa ada hubungan beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat bagian rawat inap RSJD Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten dengan nilai p 0,027. Hubungan antarvariabel dalam commit to user 56 penelitian ini adalah hubungan sebab-akibat. Hubungan sebab-akibat, yaitu hubungan yang salah satu bagiannya menjawab pertanyaan : ”Mengapa sampai terjadi begini?”. Koherensi ini dinyatakan dengan bagian pertama menyatakan sebab, sedangkan bagian berikutnya menyatakan akibat (Bambang Hartono, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2000). Dalam penelitian ini yang menjadi penyebab adalah beban kerja mental dan akibatnya adalah stres kerja. Gempur Santoso (2004) menyatakan bahwa setiap beban kerja mental harus disesuaikan dengan kemampuan tubuh seseorang. Apabila beban kerja mental lebih besar daripada kemampuan tubuh maka akan terjadi rasa tidak nyaman, kelelahan, stres, kecelakaan, cedera, rasa sakit, penyakit dan produktivitas menurun. Dari hasil analisis diketahui tingkat kekuatan korelasi r sebesar 0,556. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antarvariabel dengan ketelitian sedang, karena nilai tersebut berada pada interval 0,40 - 0,599. Besarnya beban kerja mental yang berhubungan dengan stres kerja adalah 55,6% dan sisanya 44,4% berhubungan oleh faktor-faktor yang tidak terkendalikan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi beban kerja mental seseorang dalam suatu pekerjaan antara lain adalah jenis pekerjaan, situasi pekerjaan, waktu respons, waktu penyelesaian yang tersedia dan faktor individu seperti: tingkat motivasi, keahlian, kelelahan, kejenuhan, serta toleransi performansi yang diijinkan. (Risma, 2010) Dalam psikologi kerja, dibahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kejiwaan yang dijumpai pada tempat kerja, yaitu yang menyangkut faktor-faktor commit to user 57 diri. Yang termasuk faktor diri antara lain attitude, jenis kelamin, usia, sifat atau kepribadian, sistem nilai, karakteristik fisik, motivasi, minat, pendidikan, dan pengalaman. Masalah faktor diri ini dikaji dalam ergonomi karena pada setiap orang ada. (Risma, 2010) perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Berdasarkan referensi tersebut, dari faktor-faktor yang tidak terkendali sebesar 44,4% kemungkinan berasal dari hubungan tenaga perawat dengan atasan yang kurang harmonis, dan tekanan bekerja dalam waktu yang lama/lembur yang lebih dari 3 jam dalam satu hari. Akibat buruk yang disebabkan oleh beban kerja mental, yaitu terjadinya stres kerja. Hal ini dapat dicegah dengan adanya kesadaran dari tenaga perawat itu sendiri dan kerjasama dari pihak rumah sakit, misalnya saja tenaga perawat agar dibiasakan untuk berolah raga ringan seperti stretching atau menggerakkan kepala, tangan dan kakinya di sela–sela pekerjaanya ataupun saat istirahat. Olahraga dapat membuat aliran darah dalam tubuh menjadi lancar sehingga pikiran menjadi lebih segar dan ketegangan otot-otot pun menjadi renggang serta tenaga perawat tidak merasa bahwa beban kerjanya saat itu lebih berat, selanjutnya dapat mengurangi tekanan atau stres. Tenaga kerja sebaiknya membiasakan diri untuk mempergunakan waktu istirahat yang telah diberikan perusahaan, yaitu 1 jam dengan sebaik–baiknya. Saat istirahat, waktu yang telah disediakan jangan hanya untuk mengobrol namun harus betul–betul digunakan untuk beristirahat. commit to user 58 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulan, ada hubungan positif antara beban kerja mental dengan stres kerja pada perawat bagian rawatinap RSDJ Dr. R. M. Soedjarwadi Klaten (p = 0,027; r = 0,556). Hubungan beban kerja mental dengan stres kerja sebesar 55,6% sedangkan faktor-faktor lain yang tidak terkendali sebesar 44,4%. B. SARAN 1. Sebaiknya hasil pengukuran beban kerja mental disosialisasikan kepada seluruh tenaga perawat serta memberikan pengetahuan tentang dampak yang akan terjadi, seperti stres kerja. 2. Sebaiknya melakukan giliran atau rolling kerja khususnya untuk perawat di bagian rawat inap. 3. Perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan penambahan jumlah sampel penelitian dan waktu yang lebih lama serta perlu memperhatikan faktor-faktor lain yang kemungkinan dapat mempengaruhi variabel terikat sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. 58 commit to user