BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pemasaran 2.1.1.1 Pengertian Pemasaran Istilah pemasaran berasal dari bahasa Inggris dikenal dengan marketing. Pemasaran, lebih dari fungsi bisnis lainnya, berhubungan dengan pelanggan. Dua sasaran pemasaran adalah menarik pelanggan baru, dengan menjanjikan keunggulan nilai serta menjaga dan memudahkan pelanggan yang ada dengan memberikan kepuasan. Menurut Kotler dan Armstrong (2008:6) pemasaran adalah proses di mana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya. Asosiasi Pemasaran Amerika dalam Kotler dan Keller (2009:6) mengemukakan definisi formal pemasaran yaitu satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnnya. Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian pemasaran adalah organisasi atau perusahaan menciptakan suatu nilai untuk membangun hubungan timbal balik yang menguntungkan antara organisasi atau perusahaan dengan pelanggan. 2.1.1.2 Proses Pemasaran Terdapat lima langkah proses pemasaran menurut Kotler dan Amstrong (2008). Dalam empat langkah pertama, perusahaan bekerja untuk memahami pelanggan, menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan. Dalam langkah terakhir, perusahaan menuai hasil dari menciptakan nilai unggul dari pelanggan. Dengan menciptakan nilai bagi pelanggan, 7 8 sebagai imbalannya mereka menangkap nilai dari pelanggannya dalam bentuk penjualan, laba dan ekuitas pelanggan dalam jangka panjang. Model sederhana yang menggambarkan tentang proses pemasaran dapat dilihat di Gambar 2.1 berikut : Sumber : Kotler dan Amstrong (2008:6) Gambar 2.1 Proses Pemasaran 2.1.2 Jasa 2.1.2.1 Pengertian Jasa Menurut Kotler dan Amstrong (2008:266), jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh salah satu pihak ke pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud (intangibles) dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Menurut Kotler dan Keller (2009:386) mendefinisikan jasa sebagai berikut: “A service is any act performance that one perti can offer that is essentially intangibles and does not result in the ownership of anything, its production may or may be tied to a physical product“. Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka jasa pada dasarnya adalah sesuatu yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) Sesuatu yang tidak berwujud, tetapi dapat memenuhi kebutuhan konsumen 2) Jasa tidak mengakibatkan peralihan hak atau kepemilikan 3) Proses produksi jasa dapat menggunakan atau tidak menggunakan bantuan suatu produk fisik 4) Terdapat interaksi antara penyedia jasa dengan pengguna jasa 2.1.2.2 Sifat dan Karakteristik Jasa Terdapat empat karaktiristik jasa yang perlu diperhatikan ketika merancang program pemasaran. Empat karakteristik jasa dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong (2008:292), yang dapat dilihat dalam Gambar 2.2 berikut : 9 Sumber : Kotler dan Amstrong (2008:292) Gambar 2.2 Karakteristik Jasa Jasa tak berwujud berarti bahwa jasa tidak dapat dilihat, dirasakan, diraba, didengar, atau dibaui sebelum jasa itu dibeli. Jasa tak terpisahkan berarti bahwa jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedianya, tanpa mempedulikan apakah penyedia jasa itu orang atau mesin. Variabilitas jasa berarti bahwa kualitas jasa bergantung pada siapa yang menyediakan jasa itu dan kapan, di mana, dan bagaimana jasa itu disediakan. Jasa dapat musnah berarti bahwa jasa tidak dapat disimpan untuk dijual atau digunakan beberapa saat kemudian. 2.1.3 Kualitas Pelayanan 2.1.3.1 Definisi Kualitas Pelayanan Menurut Olsen dan Wyckoff yang dikutip dalam Zulian Yamit (2010:22), definisi secara umum dari kualitas jasa pelayanan adalah perbandingan antara harapan konsumen dengan kinerja kualitas pelayanan. Sedangkan Collier yang dikutip dalam Zulian Yamit (2010:22), memiliki pandangan lain mengenai kualitas pelayanan, di mana Collier lebih menekankan pada kata pelanggan, pelayanan, kualitas dan level atau tingkat. Pelayanan terbaik pada pelanggan dan tingkat kualitas pelayanan merupakan cara terbaik yang 10 konsisten untuk dapat mempertemukan harapan konsumen (standar pelayanan eksternal dan biaya) dan sistem kinerja cara pelayanan (standar pelayanan internal, biaya dan keuntungan). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan adalah nilai yang timbul dari adanya upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen. 2.1.3.2 Dimensi Kualitas Pelayanan Menurut Zeitham, Berry dan Parasuraman yang dikutip dari Yamit (2010:10) telah melakukan penelitian terhadap beberapa jenis jasa, dan berhasil mengindentifikasi dimensi karakteristik yang digunakan oleh pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayanan. Kelima karakteristik kualitas pelayanan tersebut adalah : 1) Tangibles / Bukti langsung Tangibles merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian yang diberikan oleh penyedia pelayanan kepada konsumen. Pentingnya dimensi tangibles ini akan menumbuhkan image penyedia jasa terutama bagi konsumen baru dalam mengevaluasi kualitas pelayanan. Perusahaan yang tidak memperhatikan fasilitas fisiknya akan menumbuhkan kebingungan atau bahkan merusak image perusahaan. 2) Reliability / Keandalan Reliability atau keandalan merupakan kemampuan perusahaan untuk melaksanakan jasa sesuai dengan apa yang telah dijanjikan secara tepat waktu. Pentingnya dimensi ini adalah kepuasan konsumen akan menurun bila jasa yang diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Jadi komponen atau unsure dimensi keandalan ini merupakan kemampuan perusahaan dalam menyampaikan jasa secara tepat dan pembebanan biaya secara tepat. 3) Responsiveness / Ketanggapan Responsiveness atau daya tanggap merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan oleh langsung karyawan untuk memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap. Daya tanggap dapat menumbuhkan persepsi yang positif terhadap kualitas jasa yang diberikan. Termasuk didalamnya jika terjadi kegagalan atau keterlambatan dalam penyampaian 11 jasa, pihak penyedia jasa berusaha memperbaiki atau meminimalkan kerugian konsumen dengan segera. Dimensi ini menekankan pada perhatian dan kecepatan karyawan yang terlibat untuk menanggapi permintaan, pertanyaan, dan keluhan konsumen. Jadi komponen atau unsur dari dimensi ini terdiri dari kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam melayani pelanggan, dan penanganan keluhan pelanggan. 4) Assurance / Jaminan Assurance atau jaminan merupakan pengetahuan dan perilaku employee untuk membangun kepercayaan dan keyakinan pada diri konsumen dalam mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Dimensi ini sangat penting karena melibatkan persepsi konsumen terhadap resiko ketidakpastian yang tinggi terhadap kemampuan penyedia jasa. Perusahaan membangun kepercayaan dan kesetiaan konsumen melalui karyawan yang terlibat langsung menangani konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini terdiri dari kompetensi karyawan yang meliputi ketrampilan, pengetahuan yang dimiliki karyawan untuk melakukan pelayanan dan kredibilitas perusahaan yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan konsumen kepada perusahaan seperti, reputasi perusahaan, prestasi dan lain-lain. 5) Emphaty / Empati Emphaty merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen secara individu, termasuk juga kepekaan akan kebutuhan konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini merupakan gabungan dari akses (access) yaitu kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, komunikasi merupakan kemampuan melakukan untuk menyampaikan informasi kepada konsumen atau memperoleh masukan dari konsumen dan pemahaman merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan konsumen. 2.1.3.3 Faktor Penghambat Pelayanan Menurut Zulian Yamit (2010:10), terdapat beberapa faktor penghambat dalam pelayanan yang diidentifikasi sebagai berikut : 1) Kurang otoritas yang diberikan terhadap bawahan 12 2) Terlalu birokrasi 3) Bawahan tidak berani mengambil keputusan sebelum ada izin dari atasan 4) Petugas sering bertindak kaku dan tidak memberikan jalan keluar yang baik 5) Petugas sering tidak ada di tempat pada waktu jam kerja sehingga sulit untuk dihubungi 6) Banyak interest pribadi 7) Budaya tip 8) Aturan yang tidak jelas dan terbuka 9) Kurang profesional (kurang terampil menguasai bidangnya) 10) Banyak instansi atau bagian lain yang terlibat 11) Disiplin kerja sangat kurang dan tidak tepat waktu 12) Tidak ada keselarasan antar bagian dalam memberikan pelayanan 13) Kurang kontrol sehingga petugas agak “nakal” 14) Ada diskriminasi dalam memberikan pelayanan 15) Belum ada sistem informasi manajemen (SIM) yang terintegrasi Menurut Parasuraman, Zeitham, Berry dalam Yamit (2010:31). Keseluruhan faktor penghambat dalam pelayanan tersebut diatas dapat dijadikan dasar bagi manajer untuk meningkatkan atau memperbaiki pelayanan agar dapat mengurangi bahkan menghilangkan kesenjangan yang terjadi antara pihak perusahaan dengan pelanggan. 2.1.4 Harga 2.1.4.1 Definisi Harga Menurut Kotler dan Amstrong (2008:63), dalam arti yang sempit harga adalah jumlah uang yang harus dibayarkan pelanggan untuk memperoleh produk. Dalam arti yang luas harga adalah jumlah semua nilai yang diberikan oleh pelanggan untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. Menurut Kotler (2001:349), harga telah menjadi faktor penting yang mempengaruhi pilihan pembeli. Oleh karena itu harga dapat mempengaruhi konsumen dalam memutuskan apakah akan membeli produk tersebut atau tidak, dan berapa jumlah yang akan dibeli berdasarkan harga tersebut. Ketika konsumen 13 membeli suatu produk mereka menukar suatu nilai (harga) untuk mendapatkan suatu nilai lainnya (manfaat karena memiliki atau menggunakan suatu produk). Harga sering dijadikan kualitas bagi konsumen, orang sering memilih harga yang lebih tinggi diantara 2 barang sejenis. Karena beranggapan kualitasnya lebih baik, konsumen memandang harga adalah sebagai barang yang mampu memberikan manfaat atas pemenuhan kebutuhan dan keinginannya. Bagi produsen penetapan harga sangat penting dan peka, keputusannya dapat mempengaruhi perkembangan keberadaan dan kemajuan usahanya. Oleh karena itu penentuan harga perlu diperhitungkan dengan cermat dan hati- hati. Dari definisi-definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa harga adalah nilai dari pelanggan sebagai ganti untuk mendapatkan keuntungan dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa. 2.1.4.2 Peranan Harga Harga memiliki peran penting dalam keberhasilan pemasaran suatu produk dan kelangsungan hidup suatu perusahaan, menurut Sutojo (2001:64-69) peranan harga adalah sebagai berikut : 1) Harga adalah salah satu faktor penentu jumlah permintaan produk di pasar. Dalam kehidupan sehari-hari harga dapat bersifat elastic dan tidak elastic terhadap perubahan harga. Permintaan dapat dikatakan elastisitas apabila permintaan berubah setiap kali harga naik atau turun. Sedangkan harga tidak elastic apabila permintaan tidak banyak berubah karena perubahan harga. Termasuk dalam kategori produk yang elastisitas adalah barang atau jasa yang dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan sekunder, 2) Harga menentukan hasil penjualan dan keuntungan Hasil penjualan produk yang diterima perusahaan setiap masa tertentu sama dengan jumlah satuan yang terjual dikali harga persatuan produk. Sedangkan keuntungan yang diperoleh stiap masa tertentu sama dengan hasil penjualan dikurangi jumlah biaya yang ditanggung perusahaan dalam masa yang sama. 3) Harga dalam strategi harga mempengaruhi distribusi produk Harga per satuan produk, struktur potongan harga dan syarat pembayaran mempunyai peranan penting terhadap kesediaan distributor dalam mendistribusikan produk. Di mana harga tersebut harus kompetitif, dalam arti 14 tidak terlalu besar bedanya dengan harga produk yang setara. Apabila perbandingan harga tersebut terlalu besar maka kelancaran penjualan produk dapat terhambat. Akibatnya resiko yang ditanggung distributor lebih besar dibandingkan apabila mereka mendistribusikan produk lain yang lebih laku. Hal itu dapat menimbulkan keseganan distributor, mendistribusikan produk yang bersangkutan, apabila jika syarat penjualan adalah kredit penjualan bukan konsinyasi. 4) Harga dapat mempengaruhi segmen pasar dan dapat menembus perushaan. Melebarkan sayap pemasaran produk dengan memasuki segemen pasar lain yang belum pernah ada sebelumnya dapat menanbah keuntungan. Dengan penentuan segmen pasar, perusahaan harus menetapkan harga dan kualitas yang sesuai dengan segmen pasar yang dituju. Salah satu segmen pasar dibanyak Negara yang digunakan sebagai sarana melebarkan jangkauan pemasaran adalah segmen pasar tingkat bawah 5) Harga telah menjadi faktor penting yang akan mempengaruhi pilihan pembeli. Oleh karena itu, harga dapat mempengaruhi konsumen dalam memutuskan apakah akan membeli produk (Jasa) tersebut atau tidak. 2.1.4.3 Dimensi Harga Kotler dan Amstrong (2008:62) menyatakan bahwa dimensi harga terdiri dari: 1) Daftar Harga Daftar harga adalah informasi mengenai harga produk yang ditawarkan agar konsumen mempertimbangkan untuk membeli. 2) Diskon Diskon adalah tingkat diskon / potongan harga yang diberikan penjual kepada konsumen. 3) Potongan Harga Potongan harga khusus oleh potongan harga yang diberikan produsen / penjual kepada konsumen pada saat event tertentu. 4) Periode Pembayaran 15 Periode pembayaran adalah kemudahan pembayaran yang diberikan penjual terhadap konsumennya berupa kelonggaran jangka waktu pembayaran yang dilakukan konsumen dalam transaksi pembelian. 5) Syarat Kredit Syarat kredit adalah system pembayaran secara kredit yang diberikan produsen / penjual terhadap konsumen dalam jangka waktu yang telah ditentukan dengan tambahan pembayaran berupa bunga/pajak yang harus dibayarkan 2.1.4.4 Persepsi Harga Menurut Schiffman dan Kanuk (1999) yang dikutip dalam Soemanagara (2006:122), persepsi adalah sebuah proses di mana individu menyeleksi, mengorganisasi, dan menginterpretasikan stimulus ke dalam sebuah gambar dunia yang penuh makna dan logis. Menurut Malik, Yaqoob, Aslam (2012:487), persepsi harga adalah proses di mana konsumen menafsirkan nilai harga dan atribut ke barang atau jasa yang diinginkan. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terhadap kewajaran suatu harga menurut Nagle, Hogan dan Zale (2006), yaitu : 1) Perception of Price Difference Pembeli cenderung untuk melakukan evaluasi terhadap perbedaan harga antara harga yang ditawarkan dan harga dasar yang diketahui. 2) Price Reference Harga bersifat eksternal dan internal. Harga-harga yang didapat dari informasi luar yaitu iklan dan pengalaman orang lain (external references). Sedangkan harga yang didapat dari pengalaman konsumen atau ingatan konsumen sendiri (internal references). 2.1.5 Iklan 2.1.5.1 Definisi Iklan Soemanagara (2006:89) mengutip pernyataan Grifin dan Ebert yang menyebutkan bahwa iklan adalah pembayaran, komunikasi nonpersonal yang digunakan untuk mengidentifikasikan sponsor untuk menginformasikan kepada pendengar tentang sebuah produk. 16 Iklan adalah penggunaan media yang dibayar oleh penjual untuk mengkomunikasikan informasi persuasif tentang produk, jasa, atau organisasi yang merupakan sebuah alat promosi ampuh. Iklan tidak menggunakan komunikasi primer, tetapi semua bentuk komunikasi yang nmenggunakan media sebagai saluran penyampaian pesan, baik ditujukan pada massa, kelompok, atau personal. 2.1.5.2 Tujuan Iklan Kotler dan Amstrong (2008:641) menyatakan tujuan periklanan adalah sebagai berikut : 1) Menginformasikan a. Menceritakan kepada pasar tentang produk baru b. Menganjurkan kegunaan produk baru tertentu c. Menginformasikan pasar tentang perubahan harga d. Menjelaskan cara kerja produk e. Mengambarkan layanan yang tersedia f. Mengoreksi kesan yang salah g. Mengurangi ketakutan pembeili h. Menciptakan citra perusahaan 2) Membujuk a. Menciptakan prefensi merek b. Mendorong pergantian merek anda c. Mengubah persepsi pelanggan terhadap atribut produk d. Membujuk pelanggan itu membeli sekarang e. Membujuk pelanggan untuk menerima tenaga penjual 3) Mengingatkan a. mengingatkan pelanggan bahwa produk itu mungkin diperlukan dalam waktu dekat b. Mengingatkan pelanggan di mana membeli produk tersebut c. Mempertahankan produk tersebut tetap ada dibenak konsumen selama bukan musimnya d. Mempertahankan kesadaran tertinggi dibenak konsumen 17 2.1.5.3 Media Iklan Menurut Soemanagara (2006:90), dalam kajian iklan dikenal istilah media lini-atas dan media lini bawah. Contoh media lini-atas adalah media yang ditujukan pada khalayak ramai seperti televise, radio, bioskop, dan surat kabar, sedangkan media lini-bawah meliputi poster, banner, folder atau brosur, presentasi multimedia, dan flyer yang ditujukan pada kalangan tertuju atau mungkin juga individu. Komunikasi pemasaran membagi media atas tiga kelompok (Soemagara, 2006:90-99), yaitu : 1) Media massa • Media elektronik. Menurut Emil Dofivat yang dikutip dalam Soemanagara (2006:94), melalui satelit komunikasi sekarang ini, sekarang ini, secara teoritis kita dapat memperlihatkan gambar, memperdengarkan suara, pada miliaran manusia di seluruh dunia secara simultan. Media elektronik termasuk televisi dan radio. • Media cetak. Media cetak yang menjadi peluang promosi diantaranya Koran, majalah atau tabloid, folder atau brosur, catalog, dan flyer. • Media luar-ruang. Bentuk promosi media luar ruang seperti billboard, papan nama, poster dan spanduk memiliki peluang untuk menjangkau konsumen lebih banyak. 2) Media kelompok Media kelompok biasa digunakan pada kegiatan-kegiatan yang melibatkan kelompok tertentu, seperti seminar, diskusi panel, atau pameran. 3) Media antarpesona Dalam kegiatan direct selling, komunikasi yang dilakukan dengan menggunakan komunikasi persona, pemasar berhadapan langsung dengan konsumen atau konsumen mengetahui informasi tentang sebuah produk berasal dari slebaran, surat, atau faksimili. Soemanagara (2006:122), menggambarkan hubungan produk, pesan, dan konsumen dalam Gambar 2.3 berikut: 18 PRODUK PESAN KONSUMEN RESPON POSITIF RESPON NEGATIF PENUNDAAN PEMBELIAN Sumber : Soemanagara (2006:122) Gambar 2.3 Hubungan Produk, Pesan, dan Konsumen 2.1.5.4 Dimensi Iklan Kotler dan Keller (2009:568) mengemukakan adanya lima keputusan utama dalam membuat program periklanan, yang disebutnya dengan lima M (Mission, Money, Message, Media, Measurement) yaitu: 1) Misi (Mission), apakah tujuan dan misi dari iklan tersebut? 2) Uang (Money), berapa budget untuk menentukan berapa banyak yang dapat dibelanjakan? 3) Pesan (Message), apa yang akan disampaikan untuk menarik perhatian konsumen? 4) Media (Media), media apa yang akan digunakan? 5) Pengukuran (Measurement), bagaimana mengevaluasi hasilnya? Mencoba kebali Pembelian Pengecekan terhadap pengalaman konsumen lainnya Pengujian terhadap kebenaran 19 2.1.6 Keputusan Pembelian Berdasarkan tujuan pembelian, konsumen dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok. Yaitu konsumen akhir (individual) dan konsumen organisasional (konsumen industrial, konsumen antara, konsumen bisnis). Konsumen akhir terdiri atas individu dan rumah tangga yang tujuan pembeliannya adalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau untuk dikonsumsi. Sedangkan konsumen organisasional terdiri atas organisasi, pemakai industri, pedagang, dan lembaga non profit yang tujuan pembeliannya adalah untuk keperluan bisnis (memperoleh laba) atau meningkatkan kesejahteraan anggotanya. 2.1.6.1 Karakteristik yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen Kotler dan Amstrong (2008:158) mengidentifikasikan beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli suatu produk atau jasa. Di mana karakteristik-karakteistik tersebut terbagi ke dalam dua kelompok yaitu pemasaran dan rangsangan lain yang dapat dilihat dalam model perilaku konsumen pada Gambar 2.4 dibawah ini. Pemasaran dan Rangsangan Lain Pemasaran Rangsangan Lain Produk Ekonomi Harga Teknologi Tempat Politik Promosi Budaya Kotak Hitam Pembeli Karakteristik pembeli Proses keputusan pembeli Respon Pembeli Pilihan produk Pilihan merek Pilihan penyalur Waktu pembelian Jumlah pembelian Sumber : Kotler dan Amstrong (2008:158) Gambar 2.4 Model Perilaku Konsumen 2.1.6.2 Jenis-jenis Perilaku Keputusan Pembelian Terdapat beberapa jenis perilaku keputusan pembelian konsumen berdasarkan tingkat keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan diantara merek menurut Henry Assael (1987) yang dikutip oleh Kotler dan Amstrong (2008:177). Jenis-jenis perilaku pembelian konsumen dapat dilihat pada Gambar 2.5 di bawah ini. 20 Banyak perbedaan antar merek Sedikit perbedaan antar merek Keterlibatan tinggi Keterlibatan rendah Perilaku pembelian Perilaku pembelian yang kompleks mencari keragaman Perilaku pembelian Perilaku pembelian pengurangan disonansi kebiasaan Sumber : Kotler dan Amstrong (2008:177) Gambar 2.5 Empat Tipe Perilaku Pembelian 1) Perilaku pembelian kompleks Konsumen melakukan perilaku pembelian kompleks ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan merasa ada perbedaan yang signifikan antarmerek. Konsumen mungkin sangat terlibat ketika produk itu mahal, beresiko, jarang dibeli, dan sangat memperlihatkan ekspresi diri. Umumnya, konsumen harus mempelajari banyak hal tentang kategori produk. 2) Perilaku pembelian pengurangan Disonansi Perilaku pembelian pengurangan Disonansi terjadi ketika konsumen sangat terlibat dalam pembelian yang mahal, jarang dilakukan, atau beresiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan antarmerek. 3) Perilaku pembelian kebiasaan Perilaku pembelian kebiasaan terjadi dalam keadaan keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan merek. 4) Perilaku pembelian mencari keragaman Konsumen melakukan perilaku pembelian mencari keragaman dalam situasi yang mempunyai karakter keterlibatan konsumen rendah tetapi anggapan perbedaan merek yang signifikan. Dalam kasus semacam itu, konsumen sering melakukan banyak pertukaran merek. 2.1.6.3 Proses Keputusan Pembelian Kotler dan Armstrong (2008,179-181) menjelaskan proses pengambilan keputusan diawali dengan pengenalan kebutuhan, kemudian proses pencarian/pengumpulan informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, perilaku pasca pembelian yang digambarkan dalam Gambar 2.6 berikut : 21 Sumber : Kotler dan Amstrong (2008:179) Gambar 2.6 Proses Keputusan Pembelian 1) Pengenalan kebutuhan Pada proses ini pembeli menyadari suatu masalah atau suatu kebutuhannya. Kebutuhan dapat dipicu dengan rangsangan internal.Misalnya ketika kita merasa lapar, maka hal itu bisa menjadi sebuah dorongan.Kebutuhan juga bisa dipicu oleh rangsangan eksternal, contohnya suatu iklan atau diskusi dengan teman bisa membuat seseorang untuk membeli mobil baru. Pada tahap ini pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis kebutuhan atau masalah apa yang timbul, dan apa yang menyebabkannya, serta bagaimana masalah itu bisa mengarahkan konsumen pada produk tertentu. 2) Pencarian informasi Konsumen yang tertarik mungkin akan mencari informasi atau mungkin akan tidak mencarinya. Jika dorongan/rangsangan itu kuat dan produk yang memuaskan ada di dekat konsumen itu, konsumen mungkin akan membelinya. Jika tidak, ia bisa menyimpan kebutuhan itu dalam ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan kebutuhan. Contohnya, setelah anda memutuskan akan membeli mobil baru, paling tidak anda mungkin akan memperhatikan iklan mobil, mobil milik teman dan percakapan tentang mobil. Atau mungkin anda akan aktif mencari bahan bacaan, menelepon teman, dan mengumpulkan informasi dengan cara lain. Konsumen dapat memperoleh informasi dari berbagai sumber. Sumbersumber ini meliputi sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga, rekan), sumber komersial (iklan, wiraniaga, situs web, penyalur, kemasan, tampilan), sumber publik (media massa, organisasi pemeringkat konsumen, pencarian internet), dan sumber pengalaman (penanganan, pemeriksaan, pemakaian produk). 22 3) Evaluasi alternatif Bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai pada pilihan merek. Bagaimana cara konsumen mengevaluasi alternatif, bergantung pada konsumen pribadi dan situasi pembelian tertentu. Dalam beberapa kasus, konsumen menggunakan kalkulasi yang cermat dan pemikiran yang logis. Pada waktu yang lain, konsumen yang sama hanya sedikit melakukan evaluasi, atau bahkan tidak mengevaluasi, sebagai gantinya mereka akan membeli berdasarkan dorongan dan bergantung pada institusi. Kadang-kadang konsumen membuat keputusan pembelian sendiri, kadang-kadang mereka meminta nasihat pembelian dari teman, pemandu konsumen, atau wiraniaga. Pemasar harus mempelajari pembeli untuk menemukan bagaimana cara mereka sebenarnya dalam mengevaluasi pilihan merek. Jika mereka tahu proses evaluasi apa yang berlangsung, pemasar dapat mengambil langkah untuk mempengaruhi keputusan pembelian. Dalam tahap evaluasi, konsumen menentukan peringkat merek dan membentuk niat pembelian. 4) Keputusan pembelian Membeli merek yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berbeda antara niat pembelian dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Jika seseorang yang memiliki arti penting bagi diri anda membuat anda berpikir bahwa anda seharusnya membeli mobil dengan harga yang paling murah, maka peluang anda untuk membeli mobil yang lebih mahal berkurang. Faktor kedua adalah faktor situasional yang tidak diharapkan. Konsumen mungkin membentuk niat pembelian berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat produk yang diharapkan. Namun kejadian tak terduga bisa mengubah niat pembelian. Sebagai contoh, ekonomi mungkin memburuk, pesaing dekat mungkin menurunkan harganya, atau seorang teman mungkin memberitahu anda bahwa ia pernah kecewa dengan mobil yang anda sukai. Oleh karena itu, preferensi dan niat tidak selalu menghasilkan niat pembelian yang aktual. 5) Perilaku pasca-pembelian Setelah membeli produk, konsumen akan merasakan puas atau tidak puas dan terlibat dalam perilaku pasca-pembelian yang harus diperhatikan 23 oleh pemasar. Jika produk tidak memenuhi ekspektasi, konsumen kecewa., jika produk memenuhi ekspektasi, konsumen puas, dan jika produk melebihi ekspektasi maka konsumen akan sangat puas. Semakin besar antara kesenjangan ekspektasi dan kinerja, semakin besar pula ketidakpuasan konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa penjual hanya boleh menjanjikan apa yang dapat diberikan mereknya sehingga pembeli terpuaskan. 2.2 Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah bagaimana tiap-tiap variabel bebas berhubungan dengan variabel terikat, yang digambarkan dalam Gambar 2.7 berikut: Kualitas Pelayanan (X1) Kualitas Persepsi Harga (X2) Keputusan Pembelian (Y) Iklan (X3) Sumber: Penulis (2014) Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran 2.3 Hipotesis Hipotesis yang dibentuk dari kerangka pemikiran adalah: H1A : Terdapat pengaruh yang signifikan dari kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian H1O : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian H2A : Terdapat pengaruh yang signifikan dari persepsi harga terhadap keputusan pembelian 24 H2O : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari persepsi harga terhadap keputusan pembelian H3A : Terdapat pengaruh yang signifikan dari iklan terhadap keputusan pembelian H3O : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari iklan terhadap keputusan pembelian H4A : Terdapat pengaruh dari kualitas pelayanan, persepsi harga dan iklan terhadap keputusan pembelian H4O : Tidak terdapat pengaruh dari kualitas pelayanan, persepsi harga dan iklan terhadap keputusan pembelian