BAB I - DoCuRi

advertisement
LAPORAN KASUS
Identitas Penderita
Nama
: An. AS
Umur
: 11 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku
: Sunda
Agama
: Islam
Status
: Belum menikah
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: Jalan Manunggal no.35 kecamatan bogor barat
Tanggal Pemeriksaan
: 8 Oktober 2013
Anamnesis
Keluhan utama: kedua mata terasa kabur
a. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan mata terasa kabur sejak lebih kurang satu tahun
yang lalu. Mata kabur timbul secara perlahan, awalnya mata kabur dirasakan tidak
terlalu mengganggu yang kemudian lama – kelamaan dirasakan pasien
mengganggu kegiatan hariannya seperti membaca dan melihat papan tulis saat di
sekolah. Pasien juga mengeluhkan mata terasa kabur jika membaca agak jauh
tetapi lebih jelas waktu baca dekat.
b. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat sakit mata sebelumnya dan terkena benda asing pada mata disangkal.
c. Riwayat pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya, riwayat memakai kacamata disangkal.
d. Riwayat kebiasaan
Pasien mengatakan bahwa ia hobi bermain komputer hingga berjam-jam tanpa
istirahat.
1
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
Takanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: Afebris
Pernafasan
: 16x/menit
Kepala
: Normocephali
Mata
: ( Lihat Status Oftalmologi)
Telinga
: Normotia, tidak ada serumen maupuin sekret
Hidung
: Normosepta, tidak ada deviasi septum
Mulut
: Bibir tidak kering maupun sioanosis
Tenggorokan
: Tidak hiperemis, T1-T1 tenang
Leher
: KGB dan Tiroid tidak teraba membesar
Thoraks
Jantung
: Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Paru
: Suara nafas vesikuler, tidak ditemukan ronkhi atau
wheezing
Abdomen
: Supel, tidak ditemukan nyeri tekan, hepar dan lien
tidak teraba
Bising usus normal
Ekstremitas
: Keempat ekstremitas hanga dan tidak oedem
IV. Status Oftalmologi
OD
Visus
OS
1,0 f
0,5 f
Orthoforia
-
Orthoforia
-
Kedudukan Bola Mata
Posisi
Eksoftalmus
Enoftalmus
Pergerakan Bola Mata
2
Supersilia
Alopesia
-
-
Palpebra Superior
Edema
Spasme
Hiperemis
Benjolan
Ulkus
Fistel
Hordeolum
Khalazion
Ptosis
-
-
-
-
-
-
-
-
Palpebra Inferior
Edema
Hiperemis
Benjolan
Ulkus
Fistel
Hordeolum
Khalazion
Margo Palpebra Superior et Silia
Edema
Hiperemis
Ektropion
Entropion
Sekret
Benjolan
Trikasis
Madarosis
Ulkus
Fistel
Margo Palpebra Inferior et Silia
Edema
Hiperemis
Ektropion
Entropion
Sekret
3
Benjolan
Trikasis
Madarosis
Ulkus
Fistel
-
-
-
-
-
-
Area Kelenjar Lakrimalis
Edema
Hiperemis
Fistel
Benjolan
Punctum Lakrimalis
Edema
Hiperemis
Fistel
Epikantus
Konjungtiva Tarsalis Superior
Kemosis
Hiperemis
Anemis
Folikel
Papil
Lithiasis
Simblefron
-
-
Konjungtiva Tarsalis Inferior
Kemosis
Hiperemis
Anemis
Folikel
Papil
Lithiasis
Simblefron
-
-
Konjungtiva Forniks Superior et Inferior
Kemosis
Hiperemis
Folikel
Simbleferon
-
-
Konjungtiva Bulbi
4
Kemosis
Pterigium
Pinguekula
Flikten
Simbleferon
Injeksi Konjungtiva
Injeksi Silier
Injeksi Episklera
Perdarahan Subkonjungtiva
-
-
+
+
Tidak dilakukan
+
+
Tidak dilakukan
-
-
-
-
Jernih
Jernih
Cokelat
Nyata
Cokelat
Nyata
Bulat
Bulat
Kornea
Kejernihan
Edema
Ulkus
Flikten
Macula
Leukoma
Leukoma adherens
Stafiloma
Neovaskularisasi
Pigmen iris
Bekas jahitan
Tes fluoresin
Tes sensibilitas
Tes placid
Limbus Kornes
Arkus Senilis
Bekas Jahitan
Sklera
Sklera biru
Episkleritis
Skleritis
COA
Kejernihan
Iris
Warna
Kripta
Pupil
Bentuk
5
Ukuran
Isokoria
RCL
RCTL
3mm
Isokor
+
+
3mm
Isokor
+
+
Jernih
Jernih
Jernih
Jernih
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelianan
Normal
Tidak dilakukan
Normal
Tidak dilakukan
Lensa
Kejernihan
Vitreus Humour
Kejernihan
Funduskopi
Funduskopi
Tekanan Intra Okuler
Palpasi
Tonometer Schiotz
Pemeriksaan Penunjang
Dengan menggunakan kartu Snellen ditemukan :
VOD : 0,2
C-3,50
1,0
VOS
C-3,00
1,0
: 0,25
Resume
Pasien perempuan berumur 11 tahun datang dengan keluhan mata terasa kabur sejak
lebih kurang satu tahun yang lalu. Mata kabur timbul secara perlahan, awalnya mata
kabur dirasakan tidak terlalu mengganggu yang kemudian lama – kelamaan dirasakan
pasien mengganggu kegiatan hariannya seperti membaca dan melihat papan tulis saat
di sekolah. Pasien juga mengeluhkan mata terasa kabur jika membaca agak jauh tetapi
lebih jelas waktu baca dekat. Pasien memiliki kebiasaan bermain computer berjamjam. Pada pemeriksaan dengan kartu snelen didapatkan VOD : 0,2 C-3,50 ; VOS :
0,25 C-3,00
Diagnosis :
6
ODS Miopia moderate
Penatalaksanaan :
Autogentonic eye drop 4 tetes/hari ODS
Vitanorm tab 2x1
Koreksi dengan kacamata spheris negative monofocal dengan kekuatan lensa
OD : -3,50
OS : -3,00
Prognosis
ODS :
Ad vitam
: ad bonam
Ad visam
: dubia ad bonam
BAB I
PENDAHULUAN
Mata secara optik dapat disamakan dengan sebuah kamera fotografi biasa. Mata
mempunyai susunan lensa, sistem difragma yang dapat berubah-ubah (pupil) dan
retina yang dapat disamakan dengan film. Susunan lensa mata terdiri atas empat
7
perbatasan refraksi : (1) perbatasan antara permukaan anterior kornea dan udara, (2)
permukaan antara permukaan anterior kornea dan humor aqueous, (3) perbatasan
antara humor aqueous dan permukaan anterior lensa kristalina dan (4) perbatasan
antara permukaan posterior lensa dan vitrous humor.
Dikenal beberapa titik di dalam bidang refraksi, seperti pungtum proksimum
merupakan titik terdekat dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas.
Pungtum remotum adalah titik terjauh dimana seseorang masih dapat melihat dengan
jelas, titik ini merupakan titik dalam ruang yang berhubungan dengan retina atau
faveola bila mata istirahat. Pada emetropia pungtum remotum terletak di depan mata
sedang pada mata hipermetropia titik semu dibelakang mata.
Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang
terdiri atas kornea, iris, pupil, retina, cairan mata, lensa, benda kaca dan panjangnya
bola mata. Pada orang normal susunan pembiasan oleh media penglihatan dan
panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan benda setelah melalui
media penglihatan dibiaskan tepat di daerah makula lutea. Mata yang normal disebut
sebagai mata emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya
pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh.
Keseimbangan dalam pembiasan sebagian besar ditentukan oleh dataran depan
dan kelengkungan kornea dan panjangnya bola mata. Kornea mempunyai daya
pembiasan sinar terkuat dibanding bagian mata lainnya. Lensa memegang peranan
membiaskan sinar terutama pada saat melakukan akomodasi atau bila melihat benda
yang dekat. Panjang bola mata seseorang dapat berbeda-beda. Bila terdapat kelainan
pembiasan sinar oleh kornea (mendatar, mencembung) atau adanya perubahan
panjang (lebih panjang, lebih pendek) bola mata maka sinar normal tidak dapat
terfokus pada makula. Keadaan ini disebut sebagai emetropia yang dapat berupa
miopia, hipermetropia atau astigmat.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Miopia berasal dari bahasa latin μυωπία, muōpia, “nearsightedness”. Miopia adalah
mata dengan daya lensa positif lebih kuat sehingga sinar yang sejajar atau datang dari
tak terhingga difokuskan didepan retina.
2.2 Klasifikasi
Menurut penyebabnya, miopia dibagi menjadi :
1. Miopia aksialis
Oleh karena jarak anterior dan posterior terlalu panjang. Normal jarak ini 23
mm. Pada miopia 3 D = 24mm, miopia IOD = 27mm. Dapat merupakan kelainan
congenital ataupun akwisita, juga ada faktor herediter. Yang congenital didapatkan
pada markoftalmus, sedangkan yang akwisita terjadi :
a. Bila anak membaca terlalu dekat, maka ia harus berkonvergensi
berlebihan, muskulus rectus internus berkontraksi berlebihan, bola mata
terjepit oleh otot-otot mata luar yang menyebabkan polus posterior mata ,
tempat yang paling lemah dari bola mata, memanjang.
b. Muka yang lebar juga menyebabkan konvergensi yang berlebihan bila
hendak mengerjakan pekerjaan dekat, sehingga menimbulkan hal yang
seperti diatas.
c. Bendungan , peradangan atau kelemahan dari lapisan yang mengelilingi
bola mata, disertai dengan tekanan yang tinggi disebabkan oleh penuhnya
vena dari kepala, akibat membungkuk dapat menyebabkan tekanan pula
pada bola mata, sehingga polus posterior menjadi memanjang.
Pada orang dengan miopia 6 dioptri, punctum remotumnya 100/6 = 15cm. jadi
harus membaca pada jarak yang sangat dekat sehingga ia harus mengadakan
konvergensi yang berlebihan. Akibatnya polus posterior mata lebih
memanjang dan miopia nya bertambah. Jadi didapatkan suatu lingkaran setan
antara miopia yang tinggi dan konvergensi. Semakin lama miopia nya semakin
progresif.
9
2. Miopia pembiasan
Penyebabnya dapat terletak pada :
a. Kornea
Congenital : keratokonus dan keratoglobus
Akwisita : keratektasia, karena menderita keratitis kornea menjadi lemah.
Oleh karena tekanan intraokuler, kornea menonjol kedepan
b. Lensa
Lensa terlepas dari zonula zinii, pada luksasi lensa atau subluksasi lensa,
oleh kekenyalannya sendiri lensa menjadi lebih cembung. Pada katarak
imatur, akibat masuknya humor akueus, lensa mennjadi cembung
c. Cairan mata
Pada penderita diabetes mellitus yang tak diobati, kadar gula dari humor
akueus meninggi menyebabkan daya biasnya ikut meninggi.
Berdasar tinggi dioptri nya :
1. Miopia sangat ringan
: 1 dioptri
2. Miopia ringan
: 1-3 dioptri
3. Miopia sedang
: 3-6 dioptri
4. Miopia tinggi
: 6-10 dioptri
5. Miopia sangat tinggi
: >10 dioptri
Berdasar klinis dibedakan :
a. Miopia stasioner, miopia simpleks, miopia fisiologik
Timbul pada umur masih muda, kemudian berhenti. Dapat juga naik sedikit pada
waktu atau segera setelah pubertas, atau didapat kenaikan sedikit sampai umur 20
tahun. Besar dioptri nya kurang dari -5D atau -6D. Tajam penglihatan dengan
koreksi yang sesuai dapat mencapai keadaan normal.
b. Miopia progresif
Dapat ditemukan pada semua umur dan dimulai sejak lahir. Kelainan mencapai
puncaknya sewaktu masih remaja, bertambah terus sampai umur 25 tahun atau
lebih. Besar dioptri melebihi 6 dioptri.
c. Miopia maligna
10
Miopia progresif yang lebih ekstrim. Miopia progresif dan miopia maligna disebut
juga miopia patologik atau degenerative, karena disertai degenerasi koroid dan
bagian lain pada mata.
Miopia kadang-kadang dibagi berdasarkan usia terjadinya miopia, yaitu:
1. Kongenital miopia atau infantil miopia, muncul pada saat lahir dan menetap
selama masa infant.
2. Miopia onset usia muda, terjadi sebelum usia 20 tahun
 Miopia masa sekolah, biasanya terjadi pada masa anak-anak, ketika usia
sekolah. Bentuk miopia ini diakibatkan penggunaan mata untuk bekerja secara
dekat selama masa sekolah.
3. Miopia onset usia tua
 Miopia onset usia dewasa awal, terjadi antara usia 20 dan 40 tahun.
 Miopia onset usia dewasa akhir, terjadi setelah usia 40 tahun.
Miopia juga dapat dibagi berdasarkan gambaran klinisnya, yaitu :
a. Miopia simple, lebih sering daripada tipe-tipe miopia lainnya dan di cirikan
dengan mata yang terlalu panjang untuk tenaga optiknya (yang ditentukan dengan
kornea dan lensa kristal) atau optik terlalu kuat dibandingkan panjang aksisnya.
b. Miopia nocturnal, night miopia atau twilight miopia, merupakan keadaan dimana
mata mempunyai kesulitan untuk melihat pada area dengan cahaya kurang, namun
penglihatan pada siang hari normal.
c. Pseudomiopia, terganggunya penglihatan jauh yang diakibatkan oleh spasma otot
siliar.
d. Miopia yang didapat, terjadi karena terkena bahan farmasi, peningkatan level gula
darah, sklerosis nukleus atau kondisi anomali lainnya.
e. Nearwork Induced Transient Myopia (NITM)
2.3 Patogenesis
Refraksi :
Penyebab miopia tersering adalah karena mata yang terlalu panjang,
penjelasan etiologik harus bisa menjelaskan pemanjangan aksial tersebut. Sampai saat
ini, tidak ada teori yang bisa menjelaskan secara baik pemanjangan ini. Pada
11
pertengahan tahun 1900, para ahli mata percaya miopia merupakan penyakit
keturunan dan pengaruh bekerja secara dekat terhadap terjadinya miopia tampaknya
terjadi secara insedental.
Ada dua mekanisme dasar yang menyebabkan miopia : kehilangan bentuk
(juga dikenal dengan kehilangan pola) dan defokus optik. Kehilangan bentuk terjadi
jika kualitas gambar pada retina menurun, defokus optik terjadi jika sinar difokuskan
di depan atau dibelakang retina. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
miopia adalah :
 Kombinasi faktor genetik dan lingkungan : “kelemahan genetik” terhadap faktor
lingkungan dikatakan merupakan salah satu penjelasan berbedanya miopia antara
individu atau populasi. Namun jika terjadi perubahan lingkungan – adanya televisi
dan komputer- dapat mengubah insiden dari miopia. Sehingga dapat disimpulkan
beberapa orang-dipengaruhi oleh genetik-memiliki resiko tinggi menjadi miopia
jika dipengaruhi kondisi lingkungan modern dengan banyak bekerja secara dekat.
 Faktor genetik : banyaknya variasi miopia pada etnik tertentu merupakan bukti
tambahan yang mendukung pengaruh genetik pada terjadinya miopia. Peneliti
juga menemukan adanya kerusakan pada gen PAX6 berhubungan dengan terjadi
miopia pada penelitian menggunakan orang kembar. Faktor genetik dapat bekerja
melalui berbagai cara biokimia untuk menyebabkan miopia, lemahnya atau
hancurnya jaringan ikat merupakan salah satu yang penting. Faktor genetik
termasuk keturunan, peningkatan kelemahan terhadap pengaruh lingkungan dan
fakta bahwa seseorang tidak menderita miopia pada situasi tertentu merupakan
indikasi faktor keturunan berpengaruh pada setiap kasus.
 Faktor lingkungan : teori lain menduga mata menjadi tegang diakibatkan kerja
tambahan secara terus-menerus secara dekat dan menetap pada posisi dekat dan
latihan mata dapat melonggarkan otot siliar dan memperbaiki kemampuan untuk
melihat jauh.
2.4 Epidemologi
Prevalensi secara global terhadap gangguan refraksi diperkirakan sebanyak 800 juta
sampai 2.3 miliar. Insiden dari miopia dalam sampel populasi berbeda-beda dan
dipengaruhi oleh usia, negara, jenis kelamin, ras, etnik, pekerjaan, lingkungan dan
faktor lainnya. Pada daerah tertentu yaitu Cina, India dan Malaysia, lebih dari 41%
12
populasi dewasa menderita miopia sampai 1 dioptri dan lebih dari 80% populasi
dewasa menderita miopia sampai 0.5 dioptri. Penelitian terbaru di Inggris terhadap
siswa yang baru lulus mendapatkan 50% orang Inggris kulit putih dan 53.4% siswa
Asia-Inggris menderita miopia. Di Australia, prevalensi miopia secara keseluruhan
(lebih dari 0.5 dioptri) diperkirakan sebesar 17%. Sedangkan prevalensi miopia di
Amerika sebesar 20%. Perbedaan etnik dan ras juga mempengaruhi prevalensi dari
miopia. Prevalensi miopia dilaporkan sebesar 70-90% pada beberapa Negara Asia, 3040% di Eropa dan Amerika serta 10-20% di Afrika. Beberapa penelitian menunjukkan
insiden miopia bertambah dengan meningkatkannya tingkat pendidikan dan adanya
hubungan antara miopia dan IQ. Menurut Arthur Jensen, penderita miopia memiliki
IQ 7-8 lebih tinggi dibandingkan bukan penderita miopia. Karakteristik personal
lainnya seperti, penghargaan diri, pencapaian sekolah, waktu yang dihabiskan untuk
membaca, kemampuan bahasa dan waktu yang dihabiskan untuk kegiatan olahraga
berhubungan dengan munculnya miopia pada beberapa penelitian.
2.5 Tanda dan Gejala Klinis
Gejala subjektif miopia antara lain:
a. Kabur bila melihat jauh.
b. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat.
c. Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi).
d. Astenovergens
Gejala objektif miopia antara lain:
1. Miopia simpleks :
a) Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif
lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.
b) Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat
disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil saraf
optik.
2. Miopia patologik :
a) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks.
b) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan
pada.
13
1. Badan kaca : dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau
degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan
kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia.
2. Papil saraf optik : terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen
miopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi
oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur.
3. Makula : berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan
perdarahan subretina pada daerah makula.
4. Retina bagian perifer : berupa degenersi kista retina bagian perifer.
5. Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan
retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan
disebut sebagai fundus tigroid.
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan funduskopi terdapat miopik kresen yaitu gambaran bulan sabit
yang terlihat pada polus posterior fundus mata miopia, sklera oleh koroid. Pada mata
dengan miopia tinggi akan terdapat pula kelainan pada fundus okuli seperti degenerasi
makula dan degenerasi retina bagian perifer. Streak retinoskopi dan Auto refraksi
merupakan pemeriksaan penunjang lain yang dapat menunjang diagnosis dari miopia.
2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding
Diagnosis miopia ditegakkan secara subyektif dan obyektif. Menegakkan diagnosis
secara subyektif melalui gejala klinis pada miopia dan menggunakan cara trial and
error. Diagnosis secara obyektif menggunakan pemeriksaan penunjang berupa
funduskopi, streak retinoskopi dan autorefraksi. Diagnosis banding dari miopia adalah
hipermetropi, astigmatisma, dan kelainan pada segmen belakang mata
2.8 Penanganan
a. Pengobatan pasien dengan miopia adalah dengan memberikan kacamata sferis
negatif terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai
contoh bila pasien dikoreksi dengan -3.0 memberikan tajam penglihatan 6/6, dan
14
demikian juga bila diberikan S-3.25, maka sebaiknya diberikan lensa koreksi -3.0
agar untuk memberikan istirahat mata dengan baik sesudah dikoreksi.
b. Selain kacamata, lensa kontak juga alat koreksi yang cukup banyak dipergunakan.
Lensa kontak merupakan lensa tipis yang diletakkan di dataran depan kornea
untuk memperbaiki kelainan refraksi dan pengobatan. Lensa ini mempunyai
diameter 8-10 mm, nyaman dipakai karena terapung pada kornea seperti kertas
yang terapung pada air. Agar lensa kontak terapung baik pada permukaan kornea
maka permukaan belakang berbentuk sama dengan permukaan kornea. Permukaan
belakang lensa atau base curve dibuat steep (cembung kuat), flat (agak datar)
ataupun
normal untuk dapat menempel secara longgar sesuai dengan
kecembungan kornea. Perlekatan longgar ini akan memberikan kesempatan air
mata dengan mudah masuk diantara lensa kontak dan kornea. Air mata ini
diperlukan untuk membawa makanan seperti oksigen. Keuntungan dibandingkan
dengan kaca mata biasa antara lain: Pembesaran yang terjadi tidak banyak berbeda
dibanding bayangan normal dan lapang pandangan menjadi lebih luas karena tidak
banyak terdapat gangguan tepi bingkai pada kaca mata.
c. Astringen tetes mata.
d. Tablet yang mengandung billbery.
e. Operasi :
1. LASIK : Laser Assisted Insitu Keratomileusis.
Salah satu terapi pembedahan yang cukup populer adalah dengan cara LASIK
atau bedah dengan sinar laser. Definisi LASIK menurut catatan dari Gading
Laser Sight Centre, Jakarta : LASIK adalah salah satu teknik tindakan bedah
refraksi yang menggunakan laser sebagai alat bantu koreksi kelainan refraksi
(pembiasan) pada miopia, hipermetropia, dan astigmatis. LASIK menurut
Rico Hallen : LASIK adalah prosedur yang mengubah bentuk kornea secara
permanen, mencakup hingga bagian depan mata dengan menggunakan
excimer laser.
Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal,
yaitu:
a. Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak.
b. Kelainan refraksi:
Miopia sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri.
15
Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri.
Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri.
c. Usia minimal 18 tahun.
d. Tidak sedang hamil atau menyusui.
e. Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun.
f. Mempunyai ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling
tidak 6 (enam) bulan.
g. Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata,
katarak, glaukoma dan ambliopia.
h. Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2
(dua) minggu dan 30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact
lens).
Adapun kontraindikasi dari tindakan LASIK antara lain:
a. Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum
stabil.
b. Sedang hamil atau menyusui.
c. Kelainan kornea atau kornea terlalu tipis.
d. Riwayat penyakit glaukoma.
e. Penderita diabetes mellitus.
f. Mata kering
g. Penyakit : autoimun, kolagen.
h. Pasien Monokular.
i. Kelainan retina atau katarak.
Sebelum menjalani prosedur LASIK, ada baiknya pasien melakukan
konsultasi atau pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk dapat
mengetahui dengan pasti mengenai prosedur / tindakan LASIK baik dari
manfaat ataupun kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Setelah
melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh dokter spesialis mata, kemudian
mata anda akan diperiksa secara seksama dan teliti dengan menggunakan
peralatan yang berteknologi tinggi (computerized) dan mutakhir sehingga
dapat diketahui apakah seseorang layak untuk menjalankan tindakan LASIK.
16
Persiapan calon pasien LASIK:
a. Pemeriksaan refraksi, slit lamp, tekanan bola mata dan finduskopi.
b. Pemeriksan topografi kornea / keratometri / pakhimetri Orbscan.
c. Analisa aberometer Zy Wave, mengukur aberasi kornea sehingga bisa
dilakukan Custumize LASIK.
d. Menilai kelayakan tindakan untuk menghindari komplikasi.
Sebagian besar pasien yang telah melakukan prosedur atau tindakan
LASIK menunjukan hasil yang sangat memuaskan, akan tetapi sebagaimana
seperti pada semua prosedur atau tindakan medis lainnya, kemungkinan
adanya resiko akibat dari prosedur atau tindakan LASIK dapat terjadi oleh
sebagian kecil dari beberapa pasien.
Keuntungan dari operasi LASIK adalah :
•
Dapat menghilangkan ketergantungan pada pemakaian kacamata atau
lensa kontak bagi penderita kelainan refraksi (miopi, astigmatisma dan
hipermetropi).
•
Operasi singkat.
•
Tanpa rasa sakit.
•
Tidak memerlukan rawat inap.
•
Tidak perlu disuntik, tapi cukup menggunakan anastesi melalui tetes mata.
•
Penyembuhan berjalan relatif cepat dan penglihatan pun cepat membaik.
•
Memiliki tingkat keberhasilan hingga 90% (Prof Ion Constable dari Lions
Eye Institute Australia).
•
Sangat sedikit orang yang mengeluh kembali setelah melakukan operasi
ini.
Kekurangan operasi LASIK adalah :
•
Biaya operasi mahal, sekitar 15-20 juta untuk satu kali operasi.
•
Pasien tetap sadar selama operasi berlangsung.
•
Dapat terjadi kemungkinan kelebihan atau kekurangan refraksi.
•
Setelah operasi mata mungkin saja terasa berpasir dan sensitif terhadap
cahaya.
17
•
Dua minggu setelah operasi tidak diizinkan untuk berenang atau
melakukan aktifitas ekstrim yang bisa membuat mata iritasi.
•
Bila operasi tidak berjalan sempurna pasien bisa saja kehilangan
penglihatannya.
2. Phakic + IOL : anterior chamber lens clip
3. CLE (Clear Lens Extraction) + IOL
4. Laser diode/Argon : jika ada hole/break pada ora serata retina
2.9 Prognosis
Selama bertahun-tahun, banyak pengobatan yang dilakukan untuk mencegah atau
memperlambat progresi miopia, antara lain dengan :
1. Koreksi penglihatan dengan bantuan kacamata.
2. Pemberian tetes mata atropin.
3. Menurunkan tekanan dalam bola mata.
4. Penggunaan lensa kontak kaku : memperlambat perburukan rabun dekat pada
anak.
5. Latihan penglihatan : kegiatan merubah fokus jauh – dekat.
Penyulit yang dapat timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya ablasi
retina dan juling. Juling biasanya esotropia atau juling ke dalam akibat mata
berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling keluar mungkin fungsi satu mata
telah berkurang atau terdapat ambliopia.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, Tanzil M, Salamun dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI, 2003:5.
2. Bandung Eye Cantre.
Minus
Tinggi
dan
Komlikasi
Mata.
http://www.bandungeyecentre.com/index.php.
3. Tanjung H. Perbedaan Rata-rata Rigiditas Okuler pada Miopia dan
Hipermetropia RSUP H. Adam Malik Medan. Medan: USU Digital Library,
2003:2-3.
4. Wijana, Nana S.D. Ilmu Penyakit Mata. Abadi Tegal, Jakarta:1993. Hal 25556.
5. Linstorm RL, Hardten DR, Chu YR. Laser In Situ Keratomileusis (LASIK) for
the
Treatment
of
Low,
Moderate
dan
High
Miopia.http://biblioteca.universia.net/irARecurso.
19
Download