1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofan Amri

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sofan Amri (2013) mengatakan bahwa pendidik di Indonesia belum
maksimal mengajak peserta didik untuk berusaha berpikir mandiri dan kurangnya
penerapan ilmu menganalisis konsep materi pembelajaran. Masalah tersebut harus
segera di atasi agar peserta didik dapat berpikir mandiri dengan cara membimbing
peserta didik untuk mengikutsertakan dirinya berperan aktif dalam proses belajar.
Oleh karenanya,
diperlukan pembelajaran aktif yaitu pembelajaran yang
melibatkan siswa dalam proses pembelajarannya dan berfokus kepada siswa
sebagai penanggung jawab belajar. Siswa sebaiknya dibimbing untuk dapat
mengaitkan informasi baru dengan konsep-konsep yang sesuai dengan apa yang
telah dimilikinya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Zuckerman (dalam Warsono
2012) menyakini bahwa belajar akan diperoleh melalui learning from experience,
active learning, and interacting with learning materials and with people.
Hasil wawancara dan kajian dokumen pada tanggal 7 Desember 2016
dengan guru Fisika kelas XI IPA I SMA Muhammadiyah I Karanganyar saat
kegiatan belajar mengajar, guru mengajar menggunakan metode diskusi. Sebelum
kegiatan diskusi dimulai siswa sudah memiliki ringkasan materi yang diberikan
guru pada pertemuan sebelumnya.
Hasil Ujian Akhir Semester kelas XI IPA 1 dengan metode tersebut
menunjukkan bahwa hanya 28.20 % atau 11 siswa yang dinyatakan tuntas dari 39
siswa dengan KKM yang telah ditetapkan di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
untuk mata pelajaran Fisika kelas XI sebesar 72.00.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, siswa tidak mengalami
kesulitan ketika mengerjakab soal kognitif C1-C3, namun pada saat mengerjakan
soal C4 siswa merasa kesulitan. Hal tersebut dikarenakan kurangnya kemampuan
siswa dalam menganalisis konsep Fisika, hasil wawancara ini dikuatkan dengan
kajian dokumen lembar soal UAS semester ganjil. Berdasarkan hasil tes prasiklus
untuk kategori kemampuan analisis juga menunjukkan bahwa sebagian besar siswa
masih memiliki kemampuan analisis yang rendah. Pada indikator mendiagnosis
1
2
menunjukkan persentase 46.36 %, indikator mengkaitkan menunjukkan persentase
40,75% sedangkan indikator menganalisis menunjukkan 60.9 %.
Berdasarkan hasil observasi melalui pengamatan langsung ketika guru
mengajar Fisika di kelas XI IPA I pada tanggal 10 Februari 2017, menunjukkan
bahwa proses belajar mengajar masih cenderung berpusat pada guru. Kegiatan
siswa terlalu banyak untuk membaca ringkasan yang telah diberikan guru sehingga,
antusias siswa terhadap Fisika kurang bahkan beberapa siswa terlihat tidak
memperhatikan penjelasan guru. Ketika guru meminta siswa untuk mengerjakan
soal di depan kelas, siswa cenderung tidak mau mengerjakan dan hanya satu siswa
yang mau mengerjakan di depan kelas. Keadaan tersebut disebabkan, siswa merasa
takut salah dalam mengeluarkan pendapat dan kemampuan analisis siswa terhadap
konsep yang masih sangat rendah.
Hasil observasi yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa pembelajaran di
kelas tergolong masih pasif. Oleh karenanya, permasalahan tersebut harus diatasi
dengan cara menerapkan suatu model pembelajaran yang tepat, sehingga
kemampuan analisis siswa dapat meningkat. Menurut Sofan Amri (2013) untuk
mengatasi masalah tersebut diperlukan pembelajaran aktif. Kemampuan analisis
akan sulit ditingkatkan jika model pembelajaran yang digunakan tidak membimbing
siswa untuk aktif, maka untuk meningkatkan kemampuan analisis perlu digunakan
model pembelajaran yang aktif. Pembelajaran yang aktif tentu saja akan lebih
menyenangkan bagi guru dan siswa dan yang paling penting dapat membimbing
siswa untuk meningkatkan kemampuan analisis, karena siswa memiliki pengalaman
belajar sehingga siswa lebih mudah memahami konsep yang sedang dipelajari.
Alternatif model pembelajaran yang dapat melibatkan partisipasi aktif siswa
dalam pembelajaran diantaranya dengan menerapkan model “Process Oriented
Guided Inquiry Learning (POGIL). Model ini didasarkan pada prinsip
konstruktivisme yang dapat memicu siswa belajar secara aktif melalui interaktif
dalam kelompok untuk memecahkan masalah.
Pemilihan model POGIL tersebut dikarenakan model pembelajaran tersebut
menekankan pada proses konstruktivisme yang memfasilitasi siswa untuk
membangun kemampuan kognitifnya sendiri, sehingga dapat meningkatkan kognitif
siswa khususnya aspek kemampuan analisis serta dapat mengajak siswa untuk aktif
3
dalam proses pembelajaran, mulai dari tahap merumuskan masalah, membuat
hipotesis, memecahkan masalah, analisa data, pembentukan konsep, aplikasi dan
kesimpulan. Sehingga diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran tersebut
siswa dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa.
Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Luluk Fajri (2015) menyimpulkan bahwa ada
interaksi positif penggunaan model POGIL dengan kemampuan analisis terhadap
prestasi belajar kognitif dan afektif. Penelitian Moch. Choirul Anam (2012) dengan
model pembelajaran POGIL pada mata pelajaran Fisika menunjukkan nilai rata-rata
kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen adalah 74.27 dan pada kelas
kontrol adalah 69.59 dengan nilai Sign 0.041 0,05. Hal ini mengandung makna
bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dengan pembelajaran POGIL lebih tinggi
dibanding siswa dengan pembelajaran konvensional. Penelitian S.M. Ningsih (2012)
disimpulkan bahwa model POGIL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa pada pembelajaran kalor dilihat 75,00 % siswa berkategori sangat kritis, 18,75
% berkategori kritis, dan 6,25 % siswa berkategori cukup kritis. Sedangkan
berdasarkan observasi diperoleh hasil 18,75 % siswa berkategori kritis, dan 81,25 %
berkategori cukup kritis. kemampuan analisis merupakan salah satu aspek dari
kemampuan berpikir kritis oleh karenanya penelitian tersebut diatas dapat dijadikan
acuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa dengan
menggunakan model pembelajaran POGIL.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian tindakan
kelas dengan judul “Implementasi Model Pembelajaran Process Oriented Guided
Inquiry Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Analisis Siswa Pada
Materi Fluida Statis Kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar
Tahun Ajaran 2016/2017.”
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Apakah penerapan model pembelajaran POGIL dalam pembelajaran Fisika dapat
meningkatkan kemampuan analisis siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 1
Karanganyar tahun ajaran 2016/2017 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang disusun penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan analisis siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 1
Karanganyar dalam pembelajaran fisika melalui penerapan model pembelajaran
POGIL tahun ajaran 2016/2017.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat secara
teoritis dan praktis yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi tentang penerapan model pembelajaran POGIL pada
pembelajaran fisika untuk meningkatkan kemampuan analisis siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan analisis siswa terutama
kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar.
b. Bagi Guru
Memberikan inovasi, pengalaman dan alternatif dalam penggunaan model
pembelajaran POGIL dalam rangka meningkatkan kemampuan analisis
siswa pada pembelajaran fisika.
c. Bagi Sekolah
Hasil dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan dan memberikan pertimbangan dalam
penggunaan model pembelajaran POGIL.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman terkait penerapan model
pembelajaran POGIL.
5
Download