Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Manajemen Sumber Daya Manusia
2.1.1
Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia.
Kemajuan – kemajuan diberbagai bidang, antara lain bidang teknologi
menyebabkan perubahan dalam cara kerja dan usaha mencapai tujuan tertentu.
Terbatasnya sumber – sumber kebutuhan manusia yang dibutuhkan dalam proses
pencapaian usaha, menentukan dilaksanakannya cara kerja yang efektif dan efisien.
Hal ini berarti diperlukan manajemen berdasarkan ilmu pengetahuan yang lebih maju,
untuk mengatasi masalah yang di hadapi di dalam usaha pencapaian tujuan dengan
hasil yang optimal.
Menurut James A. F. Stoner dan Charles Wankel dalam (Siswanto,
2005:2) Manajemen didefinisikan sebagai :
“ Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan,
dan pengendalian upaya anggota organisasi dan penggunaan semua sumber daya
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan “
Manajemen ini terdiri dari enam unsur ( 6 M ) yaitu : men, money, method,
materials, machines, dan market. Unsur men ( manusia ) ini menjadi suatu bidang
ilmu manajemen yang disebut manajemen sumber daya manusia atau yang disingkat
MSDM. Manajemen yang mengatur unsur manusia ini ada yang menyebutnya
manajemen personalia ( Personnel Management ). Persamaan manajemen sumber
daya manusia dengan manajemen personalia adalah keduanya merupakan ilmu yang
mengatur unsur manusia dalam suatu organisasi, agar mendukung terwujudnya
tujuan. Sedangkan perbedaanya adalah manajemen sumber daya
manusia
menganggap bahwa karyawan atau pegawai adalah kekayaan ( asset ) utama
organisasi, jadi harus dipelihara dengan baik, sedangkan manajemen personalia
menganggap bahwa karyawan adalah faktor produksi. Jadi harus dimanfaatkan secara
produktif.
Untuk mendapatkan pengertian yang lebih jelas tentang manajemen sumber
daya manusia tersebut maka penulis mengemukakan beberapa pendapat dari beberapa
ahli antara lain :
Edwin B. Flippo yang dikutip (Malayu S.P. Hasibuan, 2006:11)
menyatakan pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia adalah :
“ Personel management is the planning, organizing, directing and controlling
of the the procurement, development, compensation, integration, maintenance, and
separation of human resourcesto the end that individual, organizational and societal
objactives are accomplished “
Artinya :
“
Manajemen
Sumber
Daya
Manusia
merupakan
perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dari pengadaan, pengembangan,
pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan dan pemisahan sumber daya
manusia ke suatu titik akhir dimana tujuan – tujuan perorangan, organisasi dan
masyarakat terpenuhi “
(Gary Dessler, 2004:2) menyatakan bahwa pengertian Manajemen Sumber
Daya Manusia adalah :
“ Human Resource Management is the policies and practices involved out the
“ people “ or human resource of the management position, including, screening,
training, rewarding and appraising “
Artinya :
“ Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan kebijakan dan praktik
menentukan aspek – aspek “ Manusia “ atau sumber daya manusia pada posisi
manajemen, termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan, dan
penilaian “
Wayne F. Cascio yang dikutip oleh (Bambang Wahyudi, 2004:10)
menyatakan pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia adalah :
” Human Resource Management is the attraction, selection, retention,
development and utilization of human resource in order to achive both individual and
organizational objective “
Artinya :
” Manajemen Sumber Daya Manusia adalah daya tarik, seleksi, penerimaan,
pengembangan dan pemanfaatan sumber daya manusia dalam rangka pencapaian
tujuan baik individu maupun organisasi “
Dari beberapa definisi diatas dapat penulis simpulkan bahwa manajemen
sumber daya manusia adalah proses yang terdiri dari proses penarikan, seleksi,
pengembangan, pemeliharaan, pemberian kompensiasi, penggunaan dan pelepasan
sumber daya manusia untuk mencapai tujuan individu, organisasi ataupun masyarakat
dilingkungan tertentu.
2.1.2 Fungsi – fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia adalah tugas-tugas yang
dilakukan oleh manajemen sumber daya manusia dalam rangka menunjang tugas
manajemen perusahaan menjalankan roda organisasi untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya
Ada dua fungsi utama dalam manajemen sumber daya yaitu fungsi manajerial
dan fungsi operasional.
a. Fungsi Manajerial
Fungsi – fungsi manajerial (process) manajemen sumber daya manusia dalam
perusahaan menurut (Gery Dessler, 2004:2) adalah :
1. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah menentukan sasaran dan standar – standar; membuat
aturan dan prosedur ; menyusun rencana – rencana dan membuat perkiraan.
2. Pengoraganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah memberi tugas spesifik kepada setiap bawahan;
membuat devisi – devisi; mendelegasikan wewenang kepada bawahan; membuat
jalur wewenang dan komunikasi; mengkoordinasikan pekerjaan bawahan.
3. Penyusunan staf (staffing)
Penyusunan staf adalah menentukan tipe orang yang harus dipekerjakan;
merekrut calon karyawan; memilih karyawan; menetapkan standar prestasi; memberi
kompensasi kepada karyawan; mengevaluasi prestasi; memberi konseling kepada
karyawan; melatih dan mengembangkan karyawan.
4. Kepemimpinan (leadership)
Kepemimpinan adalah mendorong orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan;
mempertahankan semangat kerja; memotivasi bawahan.
5. Pengendalian (controlling)
Pengendalian adalah menetapkan standar seperti kuota penjualan, standar
kualitas atau tingkat produksi; memeriksa untuk melihat bagaimana prestasi yang
dicapai dibandingkan dengan standar – standar ini; melakukan koreksi jika
dibutuhkan.
Penulis menyimpulkan bahwa fungsi manajerial manajemen sumber daya
manusia merupakan proses menentukan program kerja, merancang struktur hubungan
tanggung jawab dan wewenang, memberikan bimbingan dan arahan, serta
membandingkan hasil dengan standar yang telah ditetapkan agar sesuai dengan
rencana perusahaan.
b. Fungsi Operasional
Fungsi – fungsi operasional manajemen sumber daya manusia menurut
Edwin B. Flippo yang dikutip (H. Malayu S.P Hasibuam, 2006:22) adalah :
1. Pengadaan (procurement)
Pengadaan tenaga kerja adalah usaha untuk memperoleh jenis dan jumlah
yang
tepat dari personalia yang diperlukan untuk menyelesaikan sasaran
organisasi.
2. Pengembangan (development)
Pengembangan adalah peningkatan keterampilan melalui pelatihan yang perlu
untuk kinerja yang tepat.
3. Kompensasi (compensation)
Kompensasi adalah balas jasa yang memadai dan layak kepada tenaga kerja
untuk sumbangan mereka kepada tujuan organisasi.
4. Integrasi (integration)
Intergrasi
merupakan
usaha
untuk
menghasilkan
suatu
rekonsiliasi
(kecocokan) yang layak atas kepentingan – kepentingan perorangan
(individu), masyarakat dan organisasi.
5. Pemeliharaan (maintenance)
Pemeliharaan merupakan usaha untuk mempertahankan dan menjaga
karyawan yang telah ada, serta memperbaiki kondisi kerja untuk
meningkatkan kinerja yang lebih baik dengan menekankan pada program
komunikasi, keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan karyawan.
6. Pemisahan (separation)
Pemisahan adalah untuk memutuskan hubungan kerja dan mengembalikan
orang – orang tersebut kepada masyarakat dengan persyaratan – persyaratan
yang telah ditentukan dan menjamin dalam keadaan yang sebaik mungkin.
Fungsi operasional sumber daya manusia menurut penulis adalah proses usaha
dalam memperoleh tenaga kerja, peningkatan kemampuan melalui pelatihan dan
pengembangan, pemberian balas jasa yang layak, penyelarasan keinginan karyawan,
organisasi dan masyarakat, pemeliharaan dan pengembalian karyawan kepada
masyarakat.
2.1.3 Aktivitas Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia terdiri atas beberapa kelompok aktivitas
yang saling berhubungan yang terjadi dalam konteks organisasi, selain itu semua
manajer yang memiliki tanggung jawab SDM harus mempertimbangkan pengaruh
lingkungan eksternal ( hukum, politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan teknologi )
Berikut adalah tinjauan singkat tujuh ( 7 ) aktivitas Sumber Daya Manusia
menurut (Robert L. Mathis – John H. Jackson, 2006:44) :
1. Perencanaan dan analisis SDM
Lewat perencanaan SDM, manajer – manajer berusaha untuk mengantisapasi
kekuatan yang akan mempengaruhi persediaan dan tuntutan para karyawan di
masa depan. Hal yang sangat penting untuk memiliki sistem informasi sumber
daya manusia ( SISDM ) guna memberikan informasi yang akurat dan tepat
pada waktunya untuk perencanaan SDM.
2. Kesetaraan Kesempatan Kerja
Pemenuhan hukum dan peratutan tentang kesetaraan kesempatan kerja
mempengaruhi semua aktivitas SDM yang lain dan integral dengan
manajemen SDM.
3. Pengangkatan Pegawai
Tujuan dari pengangkatan pegawai adalah memberikan persediaan yang
memadai atas individu – individu yang berkualifikasi untuk mengisi
lowongan pekerjaan disebuah organisasi. Dengan apa yang dilakukan para
pekerja, analisis pekerjaan merupakan dasar untuk fungsi pengangkatan
pegawai. Kemudian, deskripsi pekerjaan dan spesifikasi dapat dipersiapkan
untuk digunakan ketika merekrut para pelamar untuk lowongan pekerjaan.
Proses seleksi berhubungan dengan pemilihan individu yang berkualifikasi
untuk mengisi lowongan pekerjaan di organisasi tersebut.
4. Pengembangan SDM
Dimulai dengan orientasi karyawan baru, pengembangan SDM juga meliputi
pelatihan
keterampilan
pekerjaan.
Mendorong
pengembangan
semua
karyawan, termasuk para supervisor dan manajer, juga penting untuk
mempersiapkan organisasi – organisasi agar dapat menghadapi tantangan di
masa depan.
5. Kompensasi dan Tunjangan
Kompensasi memberikan penghargaan kepada karyawan atas pelaksanaan
pekerjaan melalui gaji, insentif, dan tunjangan. Para pemberi kerja harus
mengembangkan dan meperbaiki sistem upah dan gaji dasar mereka. Selain
itu, program insentif seperti pembagian keuntungan dan penghargaan
produktivitas mulai digunakan. Kenaikan yang cepat dalam hal biaya
tunjangan, terutama tunjangan kesehatan, akan terus menjadi persoalan utama.
6. Kesehatan, Keselamatan, dan Keamanan
Secara global, berbagai hukum keselamatan dan kesehatan telah menjadikan
organisasi lebih responsive terhadap persoalan kesehatan dan keselamatan.
Program peningkatan kesehatan yang menaikkan gaya hidup karyawan yang
sehat menjadi lebih luas. Selain itu, keamanan tempat kerja menjadi lebih
penting, sebagai akibat dari dari jumlah tindak kekerasan yang meningkat
ditempat kerja.
7. Hubungan Karyawan dan Buruh atau Manajemen
Hubungan antara para manajer dan karyawan mereka harus ditangani secara
efektif apabila para karyawan dan organisasi ingin sukses bersama.
Merupakan
suatu
hal
yang
penting
untuk
mengembangkan,
mengomunikasikan, dan memperbarui kebijakan dan prosedur SDM sehingga
para manajer dan karyawan sama – sama tahu apa yang diharapkan.
Gambar 2.1
Aktivitas Manajemen SDM
Global
Lingkungan
Organisasi
Teknologi
Ekonomi
Perencanaan
SDM
- Perencanaan
SDM
- Sistem
Kesetaraan
Hubungan Pegawai dan
Informasi dan
Kesempatan
Buruh/Manajemen
Penilaian
Kerja
Kebijaksanaan
Operasi
SDM
- Kepatuhan
SDM
- Keragaman
- Hak dan Privasi
- Tindakan
Pegawai
Alternatif
- Hubungan Serikat
pekerja /
Manajemen
AKTIFITAS
Pengangkatan
Kesehatan, Keselamatan, dan
SDM
Pegawai
Keamanan
- Analisis
- Kesehatan dan Kesejahteraan
Pekerjaan
- Keselamatan
- Perekrutan
- Keamanan
- Penyeleksian
Pengembangan
SDM
Kompensasi dan
- Orientasi
Tunjangan
- Pelatihan
- Administrasi
- Pengembanga
Upah / Gaji
Ukuran
n Pegawai
- Insentif
- Perencanaan
- Tunjangan
Karir
- Manajemen
Kinerja
Budaya
Hukum
Misi
Kebudayaan
/ Geografis
Politik
aa
Sosial
Sumber : Human Resource Management (Robert L. Mathis – John H. Jackson,
2009:44
2.2
Pelatihan
Karyawan baru biasanya telah mempunyai kecakapan dan keterampilan dasar
yang dibutuhkan. Mereka adalah produk dari suatu sistem pendidikan yang
mempunyai pengalaman yang diperoleh dari organisasi lain. Tidak jarang pula
karyawan baru yang diterima tidak mempunyai kemampuan secara penuh untuk
melaksanakan tugas-tugas dari pekerjaan mereka. Bahkan, para karyawan yang sudah
berpengalaman pun perlu belajar dan menyesuaikan dengan organisasi orangorangnya, kebijaksanaan – kebijaksanaannya, dan prosedur – prosedurnya. Mereka
juga mungkin memerlukan latihan lebih lanjut untuk mengerjakan tugas-tugas secara
sukses. Meskipun program pelatihan memakan waktu dan dana yang cukup besar,
tetapi diketahui hampir sebagian organisasi melaksanakannya, dan menyebut biayabiaya yang dikeluarkan untuk berbagai program tersebut sebagai investasi dalam
sumber daya manusia.
2.2.1
Pengertian Pelatihan
Pelatihan merupakan wahana untuk membangun SDM menuju era globalisasi
yang penuh dengan tantangan. Karena itu, kegiatan pelatihan tidak dapat diabaikan
begitu saja terutama dalam memasuki era persaingan yang semakin ketat, tajam, dan
berat pada abad sekarang ini. Berkaitan dengan hal tersebut kita menyadari bahwa
pelatihan merupakan suatu hal yang fundamental bagi karyawan. Dalam hal ini
khususnya karyawan kurir.
Karyawan baru dapat dibedakan menjadi karyawan baru yang belum
berpengalaman dan yang sudah berpengalaman, sudah tentu pelatihan merupakan
kebutuhan yang bersifat mendasar. Bila pelatihan tidak diberikan kepada mereka,
kemungkinan besar terdapat kesalahan, kerusakan, yang justru akan menimbulkan
kerugian bagi perusahaan yang bersangkutan. Bagi karyawan baru yang sudah
berpengalaman, tetap harus diberikan pelatihan mengingat tidak semua pelatihan
yang telah diperoleh selama ini sesuai dengan kebutuhan dari perusahaan tempat ia
bekerja saat ini.
Sedangkan bagi karyawan lama, bilamana berdasarkan pertimbangan efisiensi
dan efektivitas pekerjaan dapat di tingkatkan, maka hendaknya pelatihan itu
diberikan. Dalam prakteknya kecenderungan seorang karyawan akan selalu dapat
ditingkatkan efisiensi dan efektivitasnya kalau diberikan pelatihan.
Beberapa ahli mendefinisikan pelatihan seperti yang dikemukakan oleh :
Andrew E. Sikula yang dikutip oleh (A.A Anwar Prabu Mangkunegara, 2006:50)
“ Training is short-terms educational process utilizing a systematic and
organized procedure by which nonmanagerial personel learn technical knowledge
and skill for a definite purpose “
Artinya :
“
Pelatihan
adalah
suatu
proses
pendidikan
jangka
pendek
yang
mempergunakan prosedur sistematik dan terorganisir dimana pegawai non manajerial
mempelajari pengetahuan dan keterampilan teknis dalam tujuan terbatas “
Pengertian lain mengenai pelatihan dikemukakan oleh (Gerry Dessler, 2004:216) :
” Training is the process of teaching new employees the basic skill they need
to perform their jobs “.
Artinya :
” Pelatihan adalah proses pengajaran keterampilan yang dibutuhkan karyawan
baru untuk melakukan pekerjaannya “ .
Sedangkan pengertian lain mengenai pelatihan dikemukakan oleh (Robert L.
Mathis – John H. Jackson, 2006:301)
“ Pelatihan adalah proses dimana orang mendapatkan kapabilitas untuk
membantu pencapaian tujuan – tujuan organisasi “ .
2.2.2
Tujuan Pelatihan
Penyelenggaraan program pelatihan dalam suatu organisasi harus dilakukan
dengan tujuan – tujuan tertentu. Pelatihan pada dasarnya merupakan suatu usaha
untuk menghilangkan kesenjangan antara unsur – unsur tertentu, khususnya
kemampuan yang dimiliki oleh organisasi. Sebagai tujuan umum, suatu program
pelatihan yang dilaksanakan, harus diarahkan untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi organisasi. Tujuan umum ini akan tercapai apabila tujuan – tujuan yang
bersifat khusus dapat diwujudkan terlebih dahulu.
Berbagai tujuan khusus dari suatu program pelatihan menurut
(Drs.
Bambang Wahyudi, 2004:134) adalah :
1. Meningkatkan Produktivitas.
Pelatihan tidak hanya ditujukan untuk tenaga kerja yang masih baru saja, tetapi juga
tenaga kerja yang lama. Ini dimaksudkan untuk membantu meningkatkan
kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan dalam melaksanakan tugasnya.
Disamping itu, kemampuan yang lebih tinggi dapat meningkatkan hasil ( output )
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Akibatnya , produktivitas organisasi akan
meningkat.
2. Meningkatkan Kualitas
Dengan diselenggarakannya program pelatihan, yang dapat diperbaiki tidak hanya
kualitas produksi, tetapi akan memperkecil kemungkinan dilakukannya kesalahan
oleh para tenaga kerja, sehingga kualitas output akan tetap terjaga dan bahkan
mungkin semakin meningkat.
3. Meningkatkan Mutu Perencanaan Tenaga Kerja.
Dengan pelatihan akan memudahkan seorang pekerja untuk mengisi lowongan
jabatan dalam organisasi, sehingga perencanaan tenaga kerja dapat dilakukan dengan
sebaik- baiknya. Dalam bagian tentang perencanaan tenaga kerja sudah ditegaskan
bahwa antar perencanaan tenaga kerja dan program pelatihan tidak dapat dipisahkan,
kerena dalam suatu perencanaan kebutuhan tenaga kerjanya secara kuantitatif dan
kualitatif, baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang.
4. Meningkatkan Semangat ( moral ) Tenaga Kerja.
Program pelatihan akan memperbaiki iklim dan mengurangi ketegangan –
ketegangan yang terjadi dalam organisasi, sehingga akan menimbulkan reaksi –
rekasi yang positif dari tenaga kerja yang bersangkutan.
5. Sebagai Balas Jasa Tidak Langsung.
Dengan memberikan kesempatan pada seorang tenaga kerja untuk mengikuti program
pelatihan dapat diartikan sebagai pemberian balas jasa kepada tenaga kerja yang
bersangkutan atas prestasinya dimasa lalu, karena dengan mengikuti pelatihan berarti
tenaga kerja tersebut berkesempatan untuk mengembangkan dirinya.
6. Meningkatkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Pelatihan yang baik dapat mencegah atau mengurangi terjadinya kecelakaan kerja
didalam organisasi, sehingga akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman
dan memberikan ketenangan dan stabilitas pada sikap mental tenaga kerja.
7. Mencegah Kadaluarsa.
Program pelatihan dapat mendorong inisiatif dan kreativitas tenaga kerja, sehingga
dapat mencegah terjadinya sifat kadaluarsa. Sifat kadaluarsa seorang tenaga kerja
akan terjadi bila kemampuan yang dimilikinya tertinggal oleh kemampuan lain yang
sesuai dengan perkembangan teknologi.
8. Kesempatan Pengembangan Diri.
Program pelatihan akan memberikan kesempatan bagi seorang tenaga kerja untuk
meningkatkan
pengetahuan
dan
kemampuannya,
termasuk
meningkatkan
perkembangan kepribadiannya.
Gambar 2.2
Tujuan Pelatihan
TUJUAN KHUSUS
1.
2.

3.

4.

5.

6.

7.

Produktivitas
Kualitas
Perencanaan Tenaga Kerja
Semangat/Moral
Semangat/Moral
Kesehatan
Kesehatan dan
dan Keselamatan
Keselamatan
Kerja
Kerja
Cegah
Cegah Kadaluarsa
Kadaluarsa
Pengembangan
Pengembangan Diri
Diri
8.
 Kesempatan
mengembangkan diri
TUJUAN UMUM
Meningkatkan Efesiensi dan
Efektivitas organisasi
2.2.3
Manfaat Pelatihan
Manfaat pelatihan dapat dikategorikan untuk perusahaan, untuk individual
(karyawan) yang pada akhirnya untuk perusahaan pula, dan hubungan antar manusia
serta implementasi kebijakan perusahaan, dikemukakan oleh (Veithzal Rivai, 2005 :
231) yaitu :
1. Manfaat untuk Karyawan
a) Membantu karyawan dalam membuat keputusan dan pemecahan masalah
yang lebih efektif.
b) Melalui pelatihan, variabel pengenalan, pencapaian prestasi, pertumbuhan,
tanggung jawab dan kemajuan dapat diinternalisasi dan dilaksanakan.
c) Membantu mendorong dan mencapai pengembangan diri dan rasa percaya
diri.
d) Membantu karyawan mengatasi stress, tekanan, frustasi, dan konflik.
e) Memberikan informasi tentang meningkatnya pengetahuan kepemimpinan,
keterampilan komunikasi dan sikap.
f) Meningkatkan kepuasan kerja dan pengakuan.
g) Membantu karyawan mendekati tujuan pribadi sementara meningkatkan
keterampilan interaksi.
h) Memenuhi kebutuhan personal dan pelatih.
i) Memberikan nasihat dan jalan untuk pertumbuhan masa depan.
j) Membangun rasa pertumbuhan dan pelatihan.
k) Membantu pengembangan keterampilan mendengar, bicara dan menulis
dengan latihan.
l) Membantu menghilangkan rasa takut melaksanakan tugas baru.
2. Manfaat untuk Perusahaan
a) Mengarahkan untuk meningkatkan profitabilitas atau sikap yang lebih positif
b) Memperbaiki pengetahuan kerja dan keahlian pada semua level perusahaan
c) Memperbaiki moral SDM
d) Membantu karyawan untuk mengetahui tujuan perusahaan
e) Membantu menciptakan perpektif perusahaan yang lebih baik
f) Mendukung orientasi, keterbukaan dan kepercayaan.
g) Meningkatkan hubungan antar atasan dan bawahan.
h) Membantu pengembangan perusahaan
i) Belajar dari peserta
j) Membantu mempersiapkan dan melaksanakan kebijakan perusahaan
k) Memberikan informasi tentang kebutuhan perusahaan di masa depan
l) Perusahaan dapat membuat keputusan dan pemecahan masalah yang lebih
efektif
m) Membantu pengembangan promosi
n) Membantu pengembangan keterampilan kepemimpinan, motivasi, kesetiaan,
sikap dan aspek lain yang biasanya diperlihatkan pekerja
o) Membantu meningkatkan efisiensi, efektivitas, produktivitas, dan kualitas
kerja
p) Membantu menekan biaya dalam berbagai bidang seperti produksi, SDM,
administrasi
q) Meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap kompetensi dan pengetahuan
perusahaan
r) Meningkatkan hubungan antar buruh dan manajemen
s) Mengurangi biaya konsultan luar dengan menggunakan konsultan internal
t) Mendorong mengurangi perilaku merugikan
u) Menciptakan iklim yang baik untuk pertumbuhan
v) Membantu meningkatkan komunikasi organisasi
w) Membantu karyawan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
3. Manfaat dalam Hubungan SDM, Intra dan Antar Grup dan Pelaksanaan
Kebijakan.
a) Meningkatkan komunikasi antar grup dan individual
b) Membantu dalam orientasi bagi karyawan baru dan karyawan transfer atau
promosi
c) Memberikan informasi tentang hukum pemerintah dan kebijakan internasional
d) Meningkatkan keterampilan interpersonal
e) Membuat kebijakan perusahaan, aturan dan regulasi
f) Meningkatkan kualitas moral
g) Memberikan iklim yang baik untuk belajar, pertumbuhan dan koordinasi
h) Membuat perusahaan menjadi tempat yang lebih baik untuk bekerja dan hidup
2.2.4
Langkah – langkah Pendahuluan dalam Persiapan Pelatihan
Meskipun para karyawan baru telah menjalani orientasi yang komperehensif,
mereka jarang melaksanakan pekerjaan dengan memuaskan. Mereka harus dilatih dan
dikembangkan dalam bidang tugas – tugas tertentu. Begitu pula dengan para
karyawan lama yang telah berpengalaman mungkin memerlukan pelatihan untuk
mengurangi atau menghilangkan kebiasaan – kebiasaan kerja yang kurang baik atau
mempelajari keterampilan – keterampilan baru yang akan meningkatkan kinerja
mereka.
Sebagai bagian proses pelatihan, departemen sumber daya manusia dan para
manajer harus menilai kebutuhan, tujuan – tujuan, dan sasaran – sasaran program
pelatihan, isi dan prinsip – prinsip belajar. Gambar 2.3 menguraikan langkah –
langkah yang seharusnya diikuti sebelum kegiatan dimulai.
Gambar 2.3
Langkah – langkah Pendahuluan Dalam Persiapan Pelatihan
Isi Program
Penilaian dan
Identifikasi kebutuhan kebutuhan
Sasaran – sasaran
Pelatihan
Prinsip – prinsip
Belajar
Seperti yang ditunjukan pada gambar 2.3 , orang yang bertanggung jawab atas
program pelatihan ( instruktur atau pelatih ) harus mengidentifikasi kebutuhan –
kebutuhan karyawan dan organisasi agar dapat menentukan sasaran – sasaran yang
akan dicapai, setelah sasaran – sasaran ditetapkan, isi dan prinsip – prinsip belajar
diperhatikan. Berikut beberapa penjelasan mengenai langkah – langkah pendahuluan
dalam persiapan pelatihan menurut (T. Hani Handoko, 2003 : 108), yaitu :
1. Penilaian dan Identifikasi Kebutuhan.
Untuk memutuskan pendekatan yang akan digunakan, organisasi perlu
mengidentifikasi kebutuhan – kebutuhan pelatihan. Penilaian kebutuhan mendiagnosa
masalah – masalah dan tantangan – tantangan lingkungan yang dihadapi organisasi
sekarang, kemudian manajemen mengidentifikasi berbagai masalah dan tantangan
yang dapat diatasi melalui pelatihan jangka panjang. Pelatihan dapat juga digunakan
apabila tingkat kecelakaan atau pemborosan yang tinggi, semangat kerja dan motivasi
yang rendah atau masalah – masalah operasional lainnya didiagnosa.
2. Sasaran – sasaran Pelatihan.
Setelah evaluasi kebutuhan – kebutuhan dilakukan, maka sasaran – sasaran
dinyatakan dan ditetapkan. Sasaran ini mencerminkan perilaku dan kondisi yang
diinginkan, dan berfungsi sebagai standar – standar kinerja individual.
3. Isi Program.
Isi program ditentukan oleh identifikasi kebutuhan – kebutuhan dan sasaran –
sasaran pelatihan. Program pelatihan mungkin berupaya untuk mengajarkan berbagai
keterampilan tertentu, menyampaikan pengetahuan yang dibutuhkan atau mengubah
sikap. Apapun isinya, program pelatihan hendaknya memenuhi kebutuhan –
kebutuhan organisasi dan peserta. Para peserta juga perlu meninjau isi program
pelatihan, apakah relevan dengan kebutuhan, atau motivasi mereka untuk mengikuti
program pelatihan tersebut rendah atau tinggi. Agar isi program efektif, maka prinsip
– prinsip belajar perlu diperhatikan.
4. Prinsip – prinsip Belajar
Prinsip – prinsip belajar adalah program bersifat partisipatif, relevan, dan
memberikan umpan balik mengenai kemajuan para peserta pelatihan. Semakin
terpenuhinya prinsip – prinsip tersebut, maka pelatihan akan semakin efektif.
2.2.5
Teknik – teknik Pelatihan
Program pelatihan dirancang untuk meningkatkan kinerja, mengurangi
absensi dan perputaran serta memperbaiki kepuasan kerja. Ada dua kategori pokok
program pelatihan manajemen menurut (T. Hani Handoko, 2003 : 110), yaitu :
1. Metode praktis ( on the job training ).
2. Teknik – teknik presentasi informasi dan metode – metode simulasi ( off the
job training ). Masing- masing kategori mempunyai sasaran pengajaran sikap,
konsep atau pengetahun dan keterampilan utama yang berbeda. Secara sistematik,
teknik – teknik pelatihan ditunjukkan dalam gambar 2.4 berikut ini :
Gambar 2.4
Teknik – teknik Pelatihan
Teknik – teknik Pelatihan
Teknik – teknik Pelatihan
Off the job training
On the job training
Presentasi
Informasi
Simulasi
Meto
de
studi
kasus
Role
Playi
ng
Busin
ess
Game
s
Vesti
bule
Train
ing
Pelati
han
Labo
rateri
um
Progr
am
penge
mban
gan
Meto
de
kulia
h
Anali
sis
trans
aksio
nal
Rotasi Jabatan
Progr
amed
Instr
uctio
nn
Prese
ntasi
Video
Self
Study
Meto
de
Konfe
rensi
Intru
ksi
Peker
jaan
Siste
m
penila
ian
prest
Sumber : (T. Hani Handoko, 2003:111) Teknik – teknik Pelatihan
Coaching
Maga
ng
Penu
gasan
seme
ntara
a
Adapun penjelasan mengenai teknik – teknik pelatihan menurut (T. Hani
Handoko, 2011 : 111), yaitu :
1. On The Job Training
Pegawai dilatih tentang pegawai baru dengan supervise langsung seorang “
pelatih “ yang berpengalaman ( biasanya pegawai lain ). Berbagai macam teknik ini
yang biasa digunakan dalam praktek adalah sebagai berikut :
a) Rotasi jabatan
Memberikan pengetahuan kepada pegawai mengenai bagian – bagian
organisasi yang berbeda dan praktek berbagai macam keterampilan
manajerial.
b) Pelatihan Instruksi Pekerjaan
Petunjuk – petunjuk pekerjaan diberikan secara langung pada pekerjaan dan
digunakan terutama untuk melatih para pegawai tentang cara pelaksanaan
pekerjaan mereka sekarang.
c) Magang (Apprenticeships)
Merupakan proses belajar dari seorang atau beberapa orang yang lebih
berpengalaman. Asistensi dan internship adalah bentuk lain program magang.
d) Coaching
Penyelia atau atasan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada pegawai
dalam pelaksanaan kerja rutin mereka. Hubungan penyelia dan pegawai
sebagai bawahan serupa dengan hubungan tutor – mahasiswa.
e) Penugasan Sementara
Penempatan pegawai pada posisi manajerial atau sebagai anggota panitia
tertentu untuk jangka waktu yang diterapkan. Pegawai terlibat dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah – masalah organisasional
nyata
2. Metode – metode Simulasi ( off the job training ).
Pegawai peserta pelatihan menerima representasi tiruan (artificial) suatu
aspek organisasi dan diminta untuk menanggapinya seperti dalam keadaan
sebenarnya. Diantara metode – metode simulasi yang paling umum digunakan adalah
sebagai berikut :
a) Metode Studi Kasus
Pegawai
yang
terlibat
dalam
tipe
pelatihan
ini
diminta
untuk
mengidentifikasikan masalah – masalah, menganalisa situasi dan merumuskan
penyelesaian – penyelesaian alternative. Dengan metode kasus, pegawai dapat
mengembangkan keterampilan pengambilan keputusan.
b) Role Playing
Teknik ini merupakan suatu peralatan yang memungkinkan para pegawai
(peserta pelatihan) untuk memainkan berbagai peran yang berbeda.
c) Business Games
Suatu simulasi pengambilan keputusan skala kecil yang dibuat sesuai dengan
situasi kehidupan bisnis nyata. Permainan disusun dengan aturan – aturan
tertentu yang diperoleh dari teori ekonomi atau dari studi operasi – operasi
bisnis atau industri secara terperinci.
d) Vestibule Training
Bentuk pelatihan ini dilaksanakan bukan oleh atasan (penyelia), tetapi oleh
pelatih – pelatih khusus. Area – area terpisah dibangun dengan berbagai jenis
peralatan sama seperti yang akan digunakan pada pekerjaan sebenarnya.
e) Pelatihan Laboratorium
Suatu bentuk pelatihan kelompok yang digunakan untuk mengembangkan
keterampilan – keterampilan antar pribadi. Salah satu bentuk pelatihannya
adalah pelatihan sensistivitas
f) Program – program Pengembangan Eksekutif
Program – program ini biasanya dilaksanakan di universitas atau lembaga –
lembaga pendidikan lainnya. Organisasi bisa mengirimkan para pegawainya
untuk mengikuti paket – paket khusus yang ditawarkan atau bekerja sama
dengan suatu lembaga pendidikan untuk menyelenggarakan secara khusus
suatu bentuk penataran, pendidikan atau pelatihan sesuai dengan kebutuhan
organisasi.
3. Teknik – teknik Presentasi Informasi
Tujuan utama teknik – teknik presentasi (penyajian) informasi adalah untuk
mengajarkan berbagai sikap, konsep atau keterampilan kepada para peserta.
Metode – metode yang biasa digunakan :
a) Kuliah
Para peserta diasumsikan sebagai pihak yang pasif, kelemahannya adalah
tidak atau kurang adanya partisipasi dan umpan balik. Teknik kuliah
cenderung lebih tergantung pada komunikasi, bukan modeling.
b) Presentasi Video
Presentasi tv, film, slide dan sejenisnya adalah serupa dengan bentuk kuliah,
biasanya digunakan sebagai bahan atau pelengkap bentuk – bentuk pelatihan
lainnya.
c) Metode Konferensi
Metode ini analog dengan bentuk kelas seminar di perguruan tinggi, sebagai
pengganti metode kuliah. Tujuannya adalah untuk mengembangkan
kecakapan dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dan untuk
mengubah sikap para pegawai. Proses pelatihan hampir selalu berorientasi
pada diskusi tentang masalah atau bidang minat baru yang telah ditetapkan
sebelumnya.
d) Programmed Instruction
Metode
ini
menggunakan
mesin
pengajar
atau
komputer
untuk
memperkenalkan kepada peserta topik apa saja yang harus dipelajari, dan
memerinci serangkaian langkah dengan umpan balik langsung pada
penyelesaian setiap langkah. Sebelum pelajaran dimulai, perlu dilakukan tes
penempatan untuk menentukan tingkatan awal tiap peserta. Instruksi –
instruksi dipersiapkan oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu.
e) Self Study
Teknik ini biasanya menggunakan manual – manual atau mode – mode
tertulis dan kaset – kaset atau videotape rekaman. Self study berguna bila para
pegawai tersebar secara geografis atau bila proses belajar hanya memerlukan
sedikit interaksi.
2.2.6
Indikator - indikator Pelatihan
Metode pelatihan yang diterapkan perlu diukur apakah baik atau tidak.
Metode bisa dikatakan baik apabila mencapai sasaran sesuai dengan yang diinginkan
yaitu dapat meningkatkan kualitas pegawai dalam mengerjakan pekerjaannya.
Indikator - indikator
pelatihan menurut (Anwar Prabu Mangku Negara,
2006:46), diantaranya:
1. Tujuan
Pelatihan merupakan tujuan yang ditentukan, khususnya terkait dengan
penyusunan rencana aksi (action play) dan penetapan sasaran, serta hasil yang
diharapkan dari pelatihan yang akan diselenggarakan,selain itu tujuan pelatihan
pula harus disosialisasikan sebelumnya pada para peserta agar peserta dapat
memahami pelatihan tersebut.
2. Sasaran
Sasaran pelatihan harus ditentukan dengan kriteria yang terinci dan terukur
(measurable).
3. Instruktur Pelatihan
Mengingat pelatih umumnya berorientasi pada peningkatan skill, maka para
pelatih yang dipilih untuk memberikan materi pelatihan harus benar-benar
memiliki
kualifikasi
yang
memadai
sesuai
bidangnya,
personal
dan
kompeten,selain itu pendidikan instruktur pun harus benar-benar baik untuk
melakukan pelatihan.
4. Materi Pelatihan
Pelatihan sumber daya manusia merupakan materi atau kurikulum yang sesuai
dengan tujuan pelatihan sumber daya manusia yang hendak dicapai oleh
perusahaan dan materi pelatihan pun harus update agar si peserta dapat dapat
memahami masalah yang terjadi pada kondisi yang terjadi saat ini.
5. Metode Pelatihan
Metode pelatihan akan lebih menjamin berlangsungnya kegiatan pelatihan sumber
daya manusia yang efektif apabila sesuai dengan jenis materi dan komponen
peserta pelatihan.
6. Peserta
Peserta pelatihan tentunya harus diseleksi berdasarkan persyaratan tertentu dan
kualifikasi yang sesuai,selain itu peserta pelatihan juga harus memiliki semangat
yang tinggi untuk mengikuti pelatihan.
2.3
Kinerja
2.3.1
Pengertian Kinerja
Masalah kinerja dan produktivitas sumber daya manusia merupakan salah satu
kunci utama yang menjadi fokus perhatian perusahaan. Karena dalam kenyataannya
perusahaan sesungguhnya mengharapkan kinerja terbaik dari para pegawainya.
Memiliki karyawan berprestasi dapat menunjang keberhasilan tujuan perusahaan dan
individu perusahaan.
Untuk jelasnya, berikut ini adalah beberapa pengertian kinerja menurut para
ahli :
(Malayu S.P Hasibuan, 2006:94) mendifinisikan kinerja adalah :
“ Kinerja adalah suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugas – tugasnya yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman, dan kesungguhan serta waktu “.
Sedangkan menurut (A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2009:9)
mengemukakan bahwa :
” Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya “.
Memiliki karyawan yang berprestasi tidak dapat lepas dari bagaimana cara
sebuah perusahaan menangani karyawan yang dimilikinya. Karena kinerja yang
dihasilkan oleh karyawan akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas yang
dihasilkan perusahaan.
Berdasarkan definisi dan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan
bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seorang karyawan di dalam
melaksanakan tugas – tugasnya baik secara kualitas maupun kuantitas.
2.3.2
Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja
Faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor kemampuan dan
faktor motivasi.
a) Faktor Kemampuan
Secara kemampuan pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan
kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ
diatas rata – rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang memadai yang
untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari – hari,
maka pegawai tersebut akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.
Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai
dengan keahliannya (the right man in the right place. The right man on the
right job).
b) Faktor Motivasi
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam menghadapi
situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri
pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sikap
mental merupakan kondisi yang mendorong diri pegawai untuk berusaha
mencapai kinerja secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap
mental yang siap secara psikologi (seiap secara mental, fisik, tujuan dan
situasi). Artinya seorang pegawai harus siap mental maupun fisik, memahami
tujuan utama dari target yang akan dicapai, mampu memanfaatkan, dan
menciptakan situasi kerja.
2.3.3
Pengertian Penilaian Kinerja
Bagi perusahaan diadakannya penilaian kinerja merupakan salah satu sarana
untuk
mengetahui
kinerja
perusahaan
dan
membantu
perusahaan
dalam
meningkatkan produktivitas dan laba. Melalui pembinaan kinerja perusahaan dapat
mengetahui hasil kinerja seorang pegawai tersebut memiliki kinerja yang tinggi atau
memiliki kinerja yang rendah.
Penilaian kinerja yang dikemukakan oleh Leon C. Mengginson dalam (A.A.
Anwar Prabu Mangunegara, 2009:10) adalah sebagai berikut :
“ Penilaian kinerja (performance appraisal) adalah suatu proses yang
digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seseorang karyawan melakukan
pekerjaanya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya “
Berdasarkan pendapat di atas, penilaian kinerja adalah suatu proses dimana
seorang pemimpin mempunyai wewenang dalam menentukan para karyawan apakah
karyawan tersebut melakukan tugas dan pekerjaanya sesuai dengan tanggung
jawabnya.
Sejalan dengan penilaian kinerja, Andrew E. Sikula yang dikutip oleh
(Mangkunegara, 2009:10) mengungkapkan bahwa :
“ Penilaian kinerja merupakan evaluasi yang sistematis dari pekerjaan
pegawai dan potensi yang dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses penafsiran
atau penentuan nilai, kualitas atau status dari beberapa obyek orang ataupun sesuatu
(barang) “
Pendapat lainya dikemukakan oleh (Robert L. Mathis and John H. Jackson,
2006:382) adalah :
“ Proses mengevaluasi seberapa baik karyawan mengerjakan pekerjaan
mereka
ketika
dibandingkan
dengan
mengkomunikasikannya kepada karyawan “.
seperangkat
standar,
dan
kemudian
Dengan adanya penilaian kinerja berarti para bawahan mendapatkan perhatian
dari atasannya sehingga mendorong mereka bersemangat dalam bekerja asalkan
proses penilaian yang dilakukan bersifat jujur dan objektif serta ada tindak lanjutnya.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
penilaian kinerja merupakan sebuah evaluasi terhadap perilaku maupun kinerja yang
dilakukan manajer terhadap para karyawannya.
2.3.4
Manfaat Penilaian Kinerja
Manfaat Penilaian kinerja karyawan ditinjau dari beragam perspektif
pengembangkan perusahaan, khusunya manajemen sumber daya manusia, menurut
(T. Hani Handoko, 2003:135) adalah :
a) Perbaikan Kinerja
Umpan balik kinerja bermanfaat bagi karyawan, manajer, dan spesialis
personal dalam bentuk kegiatan yang tepat untuk memperbaiki kinerja.
b) Penyesuaian Kompensasi
Membantu dalam penggantian keputusan dalam peningkatan upah dan bonus
yang didasarkan pada sistem menit.
c) Keputusan Penempatan
Promosi, transfer dan penurunan jabatan didasarkan pada kinerja masa lalu
dan antipasif.
d) Kebutuhan Pelatihan dan Pengembangan
Kinerja buruk mengindikasikan sebuah kebutuhan untuk melakukan pelatihan
kembali. Setiap karyawan hendaklah selalu mampu mengembangkan diri.
e) Perencanaan dan Pengembangan Karir
Umpan balik kinerja membantu proses pengambilan keputusan tentang karir
spesifik karyawan.
f) Defisiensi Proses Penempatan Staff
Baik buruknya kinerja berimplikasi dalam hal kekuatan dan kelemahan dalam
prosedur penempatan staff di depertemen SDM.
g) Ketidak Akuratan Informasi
Kinerja buruk dapat mengindikasikan kesalahan dalam informasi analisis
pekerjaan, rencana SDM, atau hal lain dari system manajemen personal. Hal
ini demikian akan mengarah pada ketidak tepatan dalam keputusan menyewa
karyawan, pelatihan dan keputusan konseling.
2.3.5
Tujuan Kinerja
Dalam setiap perusahaan pasti adanya tujuan untuk meningkatkan kinerja
karyawan yang mana nantinya akan tercapai tujuan perusahaan dengan baik. Adapun
tujuan dari kinerja menurut (Veithzal Rivai, 2004:312) adalah sebagai berikut:
1. Sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi, demosi,
pemberhentian dan penetapan besarnya balas jasa.
2. Untuk mengukur kinerja yaitu sejauh mana karyawan bisa sukses dalam
pekerjaannya.
3. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan di dalam
perusahaan.
4. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan keefektifan jadwal kerja dan
kondisi kerja.
5. Untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan.
6. Sebagai alat untuk memperbaiki dan mengembangkan kecakapan karyawan.
Kinerja karyawan digunakan untuk mengidentifikasikan mereka yang akan
dipromosikan, bagi para karyawan dengan adanya penilaian kinerja dapat
meningkatkan perasaan puas dalam diri mereka atau karyawan. Karyawan itu sendiri
merasa bahwa dengan cara ini hasil kerja mereka dinilai oleh perusahaan dengan
sewajarnya dan sekaligus kelemahan-kelemahan yang ada pada individu karyawan
dapat diketahui.
Kinerja merupakan hasil penilaian yang ditunjukan oleh pegawai-pegawai
atau karyawan. kinerja ini sangat penting diketahui oleh pegawai itu sendiri bukan
hanya oleh instansi atau perusahan agar dia mengetahui seberapa besar hasil kinerja
yang telah dilakukannya apakah dia sudah mencapai target kerja yang ditentukan oleh
instansi atau perusahaan atau belum, karena hal ini sangat penting untuk masa depan
instansi atau perusahaan begitupun untuk si pegawai tersebut, selain itu kinerja pula
dapat membantu instansi atau perusahaan untuk mengetahui siapa saja pegawaipegawainya yang memang sudah dikatakan baik dan berhak untuk mendapatkan
reward atau penghargaan dari instansi tersebut.
2.3.6
Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan suatu langkah yang harus dilakukan dalam
upaya meningkatkan kinerja organisasi. Melalui pengukuran ini, tingkat capaian
kinerja dapat diketahui. Pengukuran merupakan upaya membandingkan kondisi riil
suatu objek dan alat ukur. Pengukuran kinerja merupakan suatu yang telah dicapai
oleh organisasi dalam kurun waktu tertentu.
Pengukuran kinerja adalah pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai
aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut
digunakan sebagai umpan balik yang memberikan informasi tentang prestasi,
pelaksanaan suatu rencana dan apa yang diperlukan perusahaan dalam penyesuaian –
penyesuaian dan pengendalian.
Dalam kerangka pengukuran kinerja terdapat strategi perusahaan mengenai
penetapan, pengumpulan data kinerja, evaluasi dan cara pengukuran kinerja.
Pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan guna mewujudkan
visi dan misi perusahaan. Pengukuran kinerja merupakan hasil dari penelitian yang
sistematis. Sesuai dengan suatu rencana yang telah ditetapkan dalam penyesuaian –
penyesuaian dan pengendalian.
2.3.7
Indikator – indikator Kinerja
Suatu penilaian kerja karyawan diperlukan tolak ukur, dan tolak ukur tersebut
adalah standar. Sebuah standar dapat dianggap sebagai pengukur yang ditetapkan,
sesuatu yang harus diusahakan, sebuah model untuk diperbandingkan, suatu alat akan
membandingkan antara satu hal dengan hal lain. Dengan penentuan standar untuk
berbagai keperluan maka timbul yang disebut ”standarisasi”, yaitu penentuan dan
penggunaan sebagai ukuran, tipe dan gaya tertentu berdasarkan suatu komposisi
standar yang telah ditentukan.
Dalam penelitian penyelesaian pekerjaan, penilaian menggunakan standar
sebagai alat ukur yang dicapai dan perilaku yang dilakukan baik di dalam maupun di
luar pekerjaanya.
Menurut (T.R. Michel dalam Rizky, 2001:15) indikator kinerja meliputi :
1. Kualitas pelayanan
Kualitas pekerjaan yang dihasilkan dapat memuaskan bagi penggunanya atau
tidak, sehingga hal ini dijadikan sebagai standar kerja.
2. Komunikasi
Kemampuan karyawan dalam berkomunikasi dengan baik dan bekerjasama
dengan rekan kerja dalam melakukan pekerjaan semaksimal mungkin.
3. Ketepatan Waktu
Berkaitan dengan sesuai atau tidaknya waktu penyelesaian pekerjaan dengan
target waktu yang direncanakan. Setiap pekerjaan diusahakan untuk selesai
sesuai dengan rencana agar tidak menganggu pada pekerjaan lain.
4. Kemampuan
Kemampuan bekerja dalam melakukan pekerjaan semaksimal mungkin.
5. Inisiatif
Setiap pegawai mampu mengambil keputusan dalam menyelesaikan tugas dan
masalah pekerjaanya sendiri agar tidak terjadi kemandulan dalam pekerjaan.
2.4
Pengaruh Pelatihan Terhadap Kinerja
Pengetahuan kinerja karyawan adalah suatu proses yang harus terjadi terus
menerus. Kebutuhan akan prestasi ini timbul karena instansi harus mengimbangi
kemajuan jaman dan mengantisipasi perubahan – perubahan yang terjadi diluar
instansi. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh (T. Hani Handoko,
2003:136) :
“ Kinerja yang jelek mungkin menunjukan kebutuhan latihan. Demikian juga
prestasi yang baik mungkin mencerminkan potensi yang harus dikembangkan “.
Melalui pelatihan tersebut karyawan akan merasa mendapat kepercayaan dan
pengetahuan mengenai kemampuan dan kecakapan dalam melaksanakan tugas –tugas
yang diberikan oleh instansi.
Dengan
demikian
uraian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa
dengan
melaksanakan program – program pelatihan para karyawan akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerja.
2.5
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan salah satu faktor penting
perusahaan dalam memperhatikan manusia sebagai tenaga kerjanya. Keberhasilan
perusahaan dalam rangka pencapaian tujuannya tidak lepas dari kemampuan tenaga
kerjanya atau kinerja yang dimiliki pegawainya, perusahaan harus melaksanakan
pengembangan pegawai diantaranya melalui pelatihan.
Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang harus dicapai
bahkan merupakan salah satu syarat mutlak terbentuknya suatu organisasi. Tujuan ini
dapat dicapai salah satunya dengan pemanfaatan sumber daya manusia seoptimal
mungkin. Sumber Daya Manusia mempunyai peranan yang penting, karena sebagai
suatu penggerak utama dari pelaksanaan semua kegiatan perusahaan.
Program pengembangan dalam jangka panjang adalah aspek yang sangat
penting dan tidak dapat dipisahkan. Selain itu untuk memberi kesempatan untuk
berkarir kepada pegawai, juga dapat membantu pengadaan, pemeliharaan, dan
memperbaiki tenaga kerja yang ada, agar sasaran perusahaan dapat tercapai secara
efisien.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan
sumber daya manusia dilingkungan kantor TIKI (TITIPAN KILAT) Kota Sukabumi,
maka pimpinan kantor TIKI Kota Sukabumi memberi kesempatan kepada karyawan
kurir untuk mengikuti beberapa pelatihan yang diharapkan memberikan dampak
positif terhadap kualitas kerja sehingga kinerja pegawai semakin baik.
Menurut (Henry Simamora, 2005:273) bahwa : “ Pelatihan merupakan
proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian, konsep, peraturan, atau
sikap untuk meningkatkan kinerja karyawan “.
Pada dasarnya pelatihan diberikan terhadap karyawan baru maupun karyawan
lama. Pelatihan kepada karyawan baru merupakan kebutuhan dasar, karena pada
umumnya terdapat perbedaan kualitas yang terdapat pada masing pegawai tersebut.
Pelatihan terhadap karyawan baru akan memperkenalkan mereka pada tugas tugas
yang akan dikerjakanya. Pelatihan juga dapat menghilangkan perbedaan yang ada
pada karyawan, sehingga diharapkan masing-masing karyawan dapat bekerja secara
efektif dan efisien sesuai dengan harapan perusahaan.
Sedangkan bagi karyawan lama, pelatihan diberikan sejalan dengan
perubahan perubahan metode kerja, teknologi, pekerjaan, dan hal lain yang menuntut
perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan karyawan tersebut
akan meningkat, pegawai yang telah memperluas pelatihan biasanya kinerjanya akan
meningkat karena kemampuannya menjadi lebih baik.
Upaya pelatihan memungkinkan karyawan untuk memperluas kewajiban serta
tanggung jawabnya yang lebih besar. Meskipun kegiatan pelatihan dapat membantu
karyawan untuk mengerjakan tugasnya yang sekarang, manfaat kegiatan pelatihan
dapat terus diperluas melalui pembinaan karir karyawan dan membantu
mengembangkan karyawan tersebut untuk mengemban tanggung jawabnya dimasa
yang akan datang. Hal ini diperkuat dengan pendapat (T. Hani Handoko, 2011:107)
:
“ Meskipun para karyawan baru telah menjalani orientasi yang komperhensif,
mereka jarang melaksankan pekerjaan dengan memuaskan. Mereka harus dilatih dan
dikembangkan dalam bidang tugas-tugas tertentu. Begitu pula, para karyawan lama
yang telah berpengalaman mungkin memerlukan latihan untuk mengurangi atau
menghilangkan kebiasaan – kebiasaan kerja yang buruk atau mempelajari
keterampilan – keterampilan baru yang akan meningkatkan kinerja mereka “.
Untuk bisa mendapatkan kinerja pegawai yang optimal tersebut, perlu ditinjau
kembali dari kompetensi pegawai yang telah diperoleh dari tingkat pendidikannya,
keahlian yang dimiliki pegawai, pengalaman bekerja yang mereka miliki dan
pelatihan yang diberikan oleh perusahaan (Eko Nurmianto, 2004:155).
Salah satu kegiatan utama perusahaan dalam penyelenggaraan manajemen
sumber daya manusia adalah memberikan pelatihan kepada pegawai, karena pada
dasarnya pelatihan bertujuan untuk memperbaiki kinerja individu agar dapat
melakukan tugasnya, melihat pentingnya sumber daya manusia saat ini bagi dunia
usaha terutama pada era persaingan global demi peningkatan kinerja pegawai, maka
keperluan pelatihan adalah mutlak bagi suatu perusahaan agar dapat mengembangkan
kualitas dari pelaksanaan promosi dan kinerja karyawan (Achmad Djamil, 2004:20).
Adapun pengertian kinerja menurut (A.A. Anwar Prabu Mangkunegara,
2009:9) adalah : “ Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang
dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung
jawab yang diberikan kepadanya ”.
Dari kerangka pemikiran yang telah ditulis, dapat diketahui bahwa dengan
program pelatihan yang dilaksanakan dengan tepat maka kinerja karyawan akan
meningkat. Sebagaimana dapat kita lihat pada gambar 2.5 di bawah ini
Gambar 2.5
Gambar Kerangka Pemikiran
Pelatihan ( X )






Tujuan
Sasaran
Instruktur
Materi
Metode
Peserta
Kinerja ( Y )





Kualitas
Komunikasi
Ketepatan
Waktu
Kemampuan
Inisiatif
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dimana adanya hubungan antara
variabel X (Pelatihan), dengan variabel Y (Kinerja). Maka penulis mengambil
kesimpulan sementara (hipotesis) “ Bila pelatihan dilakukan dengan tepat, maka
kinerja karyawan kurir akan meningkat ”.
2.6
Penelitian Sebelumnya
Gambar 2.6
Penelitian Sebelumnya
NO
1
PENELITI
Rindang
Sarahwati
TAHUN
2014
JUDUL
PENELITIAN
2
Agustin
Pelatihan mempunyai pengaruh yang
Terhadap kinerja
signifikan terhadap kinerja karyawan di
Repository
karyawan PT.
PT. Rifansi Dwi Putra dengan
Universitas
Rifansi Dwi Putra
menggunakan uji t (test) yaitu t.hitung > t.
Widyatama
Duri Riau
tabel (4,335>2,045) sebesar 40,20 %
Terhadap kinerja
2010
SUMBER
Pengaruh Pelatihan
Pengaruh Pelatihan
Carita Nur
HASIL PENELITIAN
karyawan Grand
Royal Panghegar
Hotel Bandung
Pengaruh pelatihan terhadap kinerja
karyawan Grand Royal Panghegar Hotel
berdasarkan hasil perhitungan korelasi
rank spearman, dengan hasil pengaruhnya
memiliki hubungan yang kuat antara
pelatihan terhadap kinerja karyawan
Repository
Universitas
Widyatama
3
Imran
2013
Pengaruh Pelatihan
Pelatihan berpengaruh secara signifikan
Terhadap Kinerja
terhadap kinerja karyawan Pesantren
Karyawan
Terpadu Serambi Mekkah Padang
Pasantren Terpadu
Panjang selama ini ternyata mampu
Serambi Mekkah
meningkatkan kinerja
Pengaruh dan
Pembinaan
4
Erza Firdaus
2013
Terhadap Kinerja
Alumni Peserta
Pelatihan Batik
Sasirangan
Jurnal
Berdasarkan hasil pengujian diketahui
bahwa variabel pelatihan secara signifikan
memoderasi pengaruh terhadap kinerja
alumni dan dari hasil uji t dapat pula
diketahui bahwa pengaruh dominan
terhadap kinerja alumni ditunjukan oleh
variabel pelatihan.
Jurnal
5
Mursidi
2009
Pengaruh Pelatihan
Pelatihan dan Pendidikan berpengaruh
dan Pendidikan
terhadap kinerja karyawan Universitas
Terhadap Kinerja
Muhammadiyah Malang sebesar 0.911
Karyawan
satuan. Hal ini menunjukan bahwa ada
Universitas
pengaruh yang kuat antara pelatihan dan
Muhammadiyah
pendidikan terhadap kinerja karyawan
Malang
Universitas Muhammadiyah Malang.
Jurnal
Download