1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam upaya

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia seperti yang
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mensejahterakan
kehidupan bangsa, pemerintah Indonesia giat melaksanakan pembangunan
disegala bidang. Pembangunan dilaksanakan melalui rangkaian investasi yang
hanya dapat dilaksanakan dengan dukungan dana yang besar. Dana pembangunan
tersebut dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik pemerintah maupun swasta.
Salah satu sumber dana tersebut adalah dari penerimaan pajak.
Setelah kondisi perekonomian nasional mengalami krisis moneter pada
tahun 1971, penerimaan negara dari sektor minyak dan gas (migas) tidak lagi
memberikan kontribusi yang signifikan. Pemerintah melakukan berbagai upaya
untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor non migas, khususnya pajak.
Kontribusi pajak dalam beberapa tahun terakhir ini semakin signifikan dan
diperhitungkan sebagai tulang punggung sumber pembiayaan nasional dalam
rangka mensukseskan program-program pembangunan nasional. Pajak merupakan
salah satu sumber pendapatan negara paling besar yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pembangunan maupun biaya rutin negara. Untuk itu
segala upaya dilakukan pemerintah agar kesadaran dan kepedulian masyarakat
dalam membayar pajak mengalami peningkatan.
1
2
Salah satu upaya yang saat ini sedang digalakkan pemerintah untuk
meningkatkan penerimaan pajak negara adalah dikeluarkannya undang-undang
pengampunan pajak atau tax amnesty. Tax Amnesty atau Amnesti Pajak atau
Pengampunan Pajak merupakan penghapusan pajak yang seharusnya terutang,
tidak dikenai sanksi administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang
perpajakan, dengan cara mengungkap harta dan membayar uang tebusan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang Pengampunan Pajak. Yang
dimaksud dengan uang tebusan adalah sejumlah uang yang dibayarkan ke kas
negara untuk mendapatkan pengampunan pajak. Amnesti pajak ini berlangsung
semenjak disahkannya Undang-Undang Pengampunan Pajak, yaitu tanggal 1 Juli
2016 sampai dengan 31 Maret 2017 dan terbagi ke dalam tiga periode. Tujuan
yang ingin dicapai oleh pemerintah dengan adanya Amnesti Pajak ini adalah (1)
Repatriasi atau menarik dana warga negara Indonesia yang ada di luar negeri, (2)
Untuk meningkatkan pertumbuhan nasional, (3) Untuk meningkatkan basis
perpajakan nasional, (4) Untuk meningkatkan penerimaan pajak.
Keberhasilan program amnesti pajak ini dapat dicapai apabila didukung
oleh kesadaran para wajib pajak untuk melaporkan asetnya karena sejak
dikeluarkannya undang-undang perpajakan tahun 1983 sebagai bentuk reformasi
perpajakan, sistem perpajakan berubah dari office assessment system menjadi self
assessment system ( misalnya untuk Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan
Nilai). Dengan sistem yang baru ini, wajib pajak memiliki hak dan kewajiban,
baik dalam menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri jumlah kewajiban
perpajakannya. Hal ini akan terlaksana dengan baik jika ada Tax Compliance dari
3
wajib pajak. Tax Compliance berhubungan dengan kegiatan untuk mematuhi
aturan
perpajakan
yang
meliputi:
administrasi,
pembukuan,
pemotongan/pemungutan pajak, penyetoran, pelaporan, memberikan data untuk
keperluan
pemeriksaan
pajak,
dan
sebagainya.
Pemerintah
senantiasa
mengharapkan agar wajib pajak melaksanakan kewajiban perpajakannya
semaksimal mungkin. Namun di sisi lain, wajib pajak menganggap pembayaran
pajak merupakan salah satu faktor pengurang pendapatan sehingga pada
umumnya wajib pajak selalu berusaha untuk meminimalkan beban pajaknya.
Salah satu tujuan pengusaha adalah memaksimalkan nilai perusahaan
dengan cara memperoleh laba yang maksimum. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah meminimalkan beban pajak karena pajak merupakan salah satu faktor
pengurang laba. Besarnya pajak tergantung pada besarnya penghasilan. Semakin
besar penghasilan, semakin besar pula pajak yang terutang. Oleh karena itu
perusahaan membutuhkan perencanaan pajak atau tax planning yang tepat agar
perusahaan membayar pajak dengan efisien.
Tax planning adalah suatu proses mengorganisasi usaha wajib pajak
sedemikian rupa agar utang pajaknya baik pajak
penghasilan maupun pajak
lainnya berada dalam jumlah minimal, selama hal tersebut tidak melanggar
ketentuan undang-undang (Pohan, 2013, hal.6).
Tujuan utama tax planning
adalah mencari berbagai celah yang dapat ditempuh dalam koridor peraturan
perpajakan (loopholes). Hal yang perlu dilakukan dalam tax planning adalah
mengatur cash flow perusahaan seefektif mungkin dengan tetap memperhatikan
ketentuan
perpajakan.
Perencanaan
pajak
merupakan
tindakan
untuk
4
mengendalikan setiap transakasi yang ada konsekuensi pajaknya agar dapat
mengefisiensikan jumlah pajak yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui
penghindaran pajak (tax avoidance) dan bukan penyelundupan pajak (tax
evasion).
Tax Avoidance adalah strategi dan tehnik penghindaran pajak yang
dilakukan secara legal dan aman bagi wajib pajak karena tidak bertentangan
dengan ketentuan perpajakan. Metode dan tehnik yang digunakan adalah dengan
memanfaatkan kelemahan (grey area) yang terdapat dalam undang-undang dan
peraturan perpajakan. Penghindaran pajak merupakan usaha untuk mengurangi
hutang pajak yang bersifat legal, kegiatan ini memunculkan resiko bagi
perusahaan antara lain denda dan buruknya reputasi perusahaan di mata publik.
Apabila penghindaran pajak melebihi batas atau melanggar hukum dan ketentuan
yang berlaku maka aktivitas tersebut dapat digolongkan ke dalam penggelapan
pajak (tax evasion).
Pajak
penghasilan yang disetorkan, bagi pemilik perusahaan juga
dianggap sebagai biaya
sehingga
perusahaan senantiasa berupaya untuk
meminimalkan beban pajaknya. Terdapat fenomena penghindaran pajak di
Indonesia pada salah satu sektor yang membuat perekonomian Indonesia mampu
tumbuh yaitu
sektor properti. Direktorat Jenderal Pajak menetapkan sektor
properti sebagai salah satu prioritas penggalian potensi pajak di tahun 2013 dan
masih berlanjut hingga kini. Bursa Efek Indonesia menunjukkan adanya
pertumbuhan pada sektor properti. Dimana pada tahun 2011 pertumbuhan sektor
property, real estate dan building construction mencapai
32
persen, dan
5
mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi 60,11 persen.
Terjadi
penurunan pada tahun 2013 menjadi sebesar 22,26 persen, kemudian meningkat
lagi pada tahun 2014 sebesar 55,76 persen (IDX annually, 2012-2014).
Berdasarkan peningkatan pertumbuhan perusahaan pada sektor properti, tingkat
profitabilitas perusahaan cenderung meningkat. Namun pertumbuhan tersebut
tidak diikuti dengan meningkatnya effective taxes rate yang merupakan indikator
adanya penghindaran pajak.
Direktorat Jenderal Pajak menemukan adanya potential loss penerimaan
pajak di sektor properti dan real estate. Direktorat Jenderal Pajak menduga bahwa
40 persen dari anggota REI (Real Estate Indonesia ) yang memiliki proyek
properti komersial atau non subsidi berpotensi melakukan penghindaran pajak.
Hal ini terjadi karena pajak yang dibayarkan menggunakan transaksi berbasis
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) bukan berbasis
transaksi sebenarnya
(www.pajak.go.id ).
Dari data penelitian pada tahun 2011-2015 terhadap perusahaan di sektor
properti, real estate dan konstruksi bangunan menunjukkan bahwa semakin tinggi
laba perusahaan semakin rendah effective tax rate perusahaan tersebut, seperti
yang ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Tabel 1.1 Perbandingan ROA dan ETR
Nilai ROA
Rata-rata Nilai ETR
0% - 5%
0,32
5 % - 10 %
0,19
10 % - 15 %
0,14
15 % - 20 %
0,13
20 % - 25 %
0,06
6
Profitabilitas adalah faktor penting untuk pengenaan pajak penghasilan
bagi perusahaan karena profitabilitas merupakan indikator perusahaan dalam
pencapaian laba perusahaan. Hasil penelitian Prakosa (2014) menyebutkan bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap penghindaran pajak. Hal ini
berarti, jika profitabilitas mengalami peningkatan, maka penghindaran pajak akan
mengalami penurunan. Dengan tingginya profitabilitas perusahaan akan dilakukan
perencanaan pajak yang matang sehingga menghasilkan pajak yang optimal, maka
kecenderungan melakukan penghindaran pajak akan menurun. Penelitian ini juga
didukung oleh Waluyo,dkk (2015) dan Pradipta dan Supriyadi (2015) yang
menyebutkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap penghindaran pajak.
Berikut ini beberapa hasil penelitian penghindaran pajak dengan beberapa
variabel yang berbeda. Hasil penelitian Waluyo,dkk (2015) menyatakan leverage
berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak. Besarnya leverage
mengindikasikan adanya penghindaran pajak yaitu dengan memanfaatkan beban
bunga sebagai pengurang penghasilan kena pajak. Hasil penelitian ini
bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pradipta dan Supriyadi
(2015) dan Prakosa (2014) yang menyatakan bahwa leverage tidak memiliki
pengaruh terhadap penghindaran pajak. Dari Prakosa (2014) dan Tandean (2014)
menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap penghindaran
pajak. Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Waluyo, dkk (2015) juga
Diantari dan Ulupui (2016) yang menyebutkan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap penghindaran pajak, sedangkan kepemilikan institusi tidak
berpengaruh
terhadap
penghindaran
pajak.
Penelitian
terhadap
variabel
7
kompensasi rugi fiskal juga dilakukan oleh Prakosa (2014) dan Waluyo, dkk
(2015) yang menyatakan bahwa kompensasi rugi fiskal tidak berpengaruh
terhadap penghindaran pajak.
Penelitian ini mengintegrasikan beberapa penelitian sebelumnya serta
menganalisis kembali hasil penelitian Waluyo, dkk (2015) tentang pengaruh
ROA, leverage, ukuran perusahaan, kompensasi rugi fiskal dan kepemilikan
institusi terhadap penghindaran pajak. Berbeda dengan penelitian sebelumnya,
dalam penelitian ini menambahkan variabel mekanisme corporate governance
selain kepemilikan institusi yaitu komite audit. Variabel komite audit
ditambahkan dalam penelitian ini karena keberadaan komite audit yang dibentuk
oleh dewan komisaris berfungsi sebagai monitoring pengelolaan perusahaan yang
dapat mengontrol tindakan penghindaran pajak yang dilakukan manajer, di
samping itu terdapat perbedaan hasil penelitian sebelumnya tentang pengaruh
variabel tersebut terhadap penghindaran pajak. Sehingga penelitian ini mengambil
judul,
“PENGARUH
PROFITABILITAS,
LEVERAGE,
UKURAN
PERUSAHAAN, KOMPENSASI RUGI FISKAL, KEPEMILIKAN INSTITUSI,
DAN KOMITE AUDIT TERHADAP TAX AVOIDANCE ”.
8
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penulisan penelitian ini, maka
perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap tax avoidance ?
2. Apakah leverage berpengaruh terhadap tax avoidance ?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tax avoidance ?
4. Apakah kompensasi rugi fiskal berpengaruh terhadap tax avoidance ?
5. Apakah kepemilikan institusi berpengaruh terhadap tax avoidance ?
6. Apakah komite audit berpengaruh terhadap tax avoidance ?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendapatkan bukti
empiris tentang pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan, kompensasi
rugi fiskal, kepemilikan institusi, dan komite audit terhadap tax avoidance di
Indonesia. Adapun kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Aspek teoritis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman serta dapat
dijadikan referensi pengetahuan, bahan diskusi, dan bahan kajian lanjut
bagi pembaca tentang teori-teori yang berkaitan dengan penghindaran
pajak.
9
2. Aspek praktis
a. Bagi perusahaan publik
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi pengetahuan bagi
perusahaan publik sebagai wajib pajak badan agar tepat dalam
mengambil keputusan manajemen perpajakan yang baik untuk
melakukan
tindakan
penghindaran
pajak
tanpa
melanggar
ketentuan perpajakan.
b. Bagi regulator atau fiskus
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi yang
berguna
dalam
melakukan
penghindaran pajak.
pengawasan
terhadap
tindakan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.1.1. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas (Independent Variable) adalah variabel yang menjelaskan
atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen merupakan variabel
yang diduga sebagai sebab dari variabel dependen (Indriantoro dan Supomo,
2002, hal 63). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Return on Assets,
leverage, ukuran perusahaan, kompensasi rugi fiskal, kepemilikan institusional,
dan komite audit.
b. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat (Dependent Variable) adalah variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi variabel independen. Variabel dependen merupakan variabel yang
diduga sebagai akibat (Indriantoro dan Supomo,2002, hal 63). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah penghindaran pajak (Tax Avoidance) yang diproksikan
dalam Effective Tax Rate (ETR).
3.1.2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional menjelaskan cara tertentu yang digunakan dalam
mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang
lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau
36
37
mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik (Indriantoro dan
Supomo, 2002, hal 69). Dalam penelitian ini perlu diberikan definisi operasional
dari variabel-variabel yang digunakan.Masing-masing variabel penelitian secara
operasional dapat didefinisikan sebagai berikut :
3.1.2.1. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)
Penghindaran pajak diukur menggunakan metode pengukuran Effective
Tax Rate (ETR). ETR merupakan ukuran hasil berbasis pada laporan laba rugi
yang secara umum mengukur efektivitas dari strategi pengurangan pajak dan
mengarahkan pada laba setelah pajak yang tinggi. ETR digunakan karena
dianggap dapat merefleksikan perbedaan tetap antara perhitungan laba buku
dengan laba fiskal (Waluyo, dkk, 2015). ETR diukur dengan rumus sebagai
berikut :
ETR =
3.1.2.2. Profitabilitas
Profitabilitas
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
di
dalam
menghasilkan laba. Return on Assets (ROA) digunakan untuk mengukur
efektivitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
aset yang dimilikinya. Semakin besar ROA berarti semakin baik, karena tingkat
kembalian (return) semakin besar (Ang, 1997, hal 18.32-33). ROA adalah
perbandingan antara laba bersih dengan total aset pada akhir periode, yang
38
digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba,
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
x 100 %
ROA =
3.1.2.3. Leverage
Leverage menggambarkan komposisi hutang suatu perusahaan dalam
struktur modalnya. Debt Ratio digunakan untuk mengukur tingkat leverage
(penggunaan hutang) terhadap total aset yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi
debt ratio ini berdampak buruk karena tingkat hutang yang semakin tinggi berarti
beban bunga akan semakin besar yang berarti mengurangi keuntungan (Ang,1997,
hal 18.35). Leverage diukur dengan rumus sebagai berikut :
Debt Ratio =
x 100 %
3.1.2.4. Ukuran Perusahaan (Size)
Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat ukuran perusahaan
adalah total aset yang diproksi dengan Ln total asset. Penggunaan natural log (Ln)
dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengurangi fluktuasi data yang
berlebihan tanpa mengubah proporsi dari nilai asal yang sebenarnya (Waluyo,
dkk, 2015).
SIZE = Ln (Total Asset)
39
3.1.2.5. Kompensasi Rugi Fiskal
Kompensasi rugi fiskal diukur dengan menggunakan variabel dummy,
yang akan diberikan nilai 1 jika terdapat kompensasi rugi fiskal, diberikan nilai 0
jika tidak terdapat kompensasi rugi fiskal. Hal ini mengacu pada penelitian yang
dilakukan Prakosa (2014).
3.1.2.6. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional diukur menggunakan persentase saham yang
dimiliki institusi yaitu perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi, maupun
lembaga lain yang bentuknya seperti perusahaan. Sedangkan yang dimaksud
blockholders adalah kepemilikan individu atas nama perorangan di atas lima
persen yang tidak termasuk dalam kepemilikan manajerial (Waluyo, dkk ,2015).
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
Kepemilikan institusional =
3.1.2.7. Komite Audit
Dewan komisaris wajib membentuk komite audit yang beranggotakan
sekurang-kurangnya tiga orang anggota. Komite audit di ukur dengan
menggunakan menggunakan jumlah komite audit yang dimiliki perusahaan
(Wijayanti, dkk, 2016).
40
Tabel 3.1
Tabel Definisi Operasional Variabel
No
1
2
Nama Variabel
Definisi Variabel
Effective Tax
Rate ( ETR )
Efektivitas dari strategi
pengurangan pajak
Profitabilitas
Kemampuan
perusahaan
dalam menghasilkan laba.
Indikator
Sumber
Waluyo,
dkk , 2015
ETR =
ROA
=
Robert Ang,
1997
=
Robert Ang,
1997
x 100 %
3
Leverage
menggambarkan komposisi
hutang suatu perusahaan
dalam struktur modalnya.
Debt
Ratio
4
Ukuran
perusahaan
skala
besar
kecilnya
perusahaan
yang
dapat
diklasifikasikan berdasarkan
berbagai cara antara lain
dengan ukuran pendapatan,
total aset dan total ekuitas.
Ukuran perusahaan =
5
Kompensasi
rugi fiskal
Kompensasi kerugian fiskal
timbul apabila untuk tahun
pajak sebelumnya terdapat
kerugian
fiskal.Kerugian
tersebut
dapat
dikompensasikan
dengan
penghasilan neto berturutturut selama 5 tahun
Dummy : 1 jika terdapat
kompensasi rugi fiskal, 0
jika
tidak
terdapat
kompensaasi rugi fiskal
Prakosa,
2014
6
Kepemilikan
institusi
Proporsi kepemilikan saham
yang dimiliki oleh pemilik
Insitusi dan blockholder
pada akhir tahun
Perbandingan total saham
institusi
dan
saham
blockholders
dengan
jumlah
saham
yang
beredar.
Waluyo,
dkk, 2015
7
Komite audit
Komite
yang
bertugas
melakukan
monitoring
bersama dewan komisaris
Ln (Total Aset)
∑ komite audit
Waluyo,
dkk , 2015
Damayanti
dan Susanto
, 2015
41
3.2. Obyek Penelitian, Unit sampel, Populasi, dan Penentuan Sampel
3.2.1. Obyek Penelitian dan Unit Sampel
Obyek penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan properti, real
estate dan konstruksi bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
periode 2011 - 2015. Unit sampel adalah sasaran berupa data kuantitatif maupun
pendapat / opini yang diperlukan dalam pengolahan data di obyek penelitian yang
sudah dipilih sesuai dengan topik penelitian. Unit sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa laporan keuangan periode tahun
2011–2015 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.
3.2.2. Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013, hal 115).
Sampel adalah jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2013, hal 116). Populasi dalam penelitian ini menggunakan seluruh
perusahaan property, real estate dan building yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) periode 2011 - 2015. Sejumlah perusahaan tersebut akan diseleksi
kembali dengan metode purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013, hal 122).
42
Kriteria yang ditetapkan dalam penentuan sampel adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan properti, real estate dan konstruksi bangunan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia berturut-turut periode 2011 – 2015 dan menyajikan
laporan keuangan lengkap.
2. Perusahaan tersebut menyajikan laporan keuangan dalam mata uang
rupiah.
3. Perusahaan tersebut tidak mengalami rugi dalam laporan keuangannya.
4. Perusahaan memiliki data terkait variabel penelitian.
3.3. Jenis dan Sumber Data
3.3.1. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang berupa dokumen-dokumen atau catatan-catatan yang
telah dikumpulkan dan telah diolah oleh pihak-pihak terkait sehingga dapat
digunakan untuk kepentingan analisis data (Sugiyono, 2013, hal 129). Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan
lengkap dan data kepemilikan perusahaan properti, real estate dan konstruksi
bangunan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2011 - 2015.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data untuk penelitian ini diperoleh dari website Bursa Efek
Indonesia (www.idx.co.id) untuk data laporan keuangan perusahaan, sedangkan
untuk data kepemilikan diketahui dari Indonesia Capital Market Directory
43
(ICMD) serta buku-buku dan jurnal yang terkait untuk dijadikan referensi
penelitian.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi, dimana peneliti hanya menyalin data-data sekunder yang
sudah dibuat oleh pihak ketiga. Metode dokumentasi sama halnya dengan metode
observasi non partisipan, yaitu teknik pengumpulan data dengan observasi atau
pengamatan dimana peneliti tidak terlihat secara langsung dalam aktivitas, tetapi
hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono, 2013, hal 405).
3.5. Metode Analisis
Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan model analisis
regresi linear berganda. Analisis regresi adalah studi mengenai ketergantungan
variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (variabel
bebas), dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi
atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang
diketahui (Gujarati dalam Ghozali, 2012, hal 95). Analisis dan pengujian
dilakukan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, leverage, ukuran perusahaan,
kompensasi rugi fiskal, kepemilikan institusi, dan komite audit terhadap
penghindaran pajak (Tax Avoidance). Persamaan regresi yang digunakan dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
44
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + e …………… (1)
Keterangan :
Y : Penghindaran pajak ( ETR )
X1 : Profitabilitas ( ROA )
X2 : Leverage
X3 : Ukuran perusahaan
X4 : Kompensasi rugi fiskal
X5 : Kepemilikan institusi
X6 : Komite audit
β : Koefisien regresi
e : Standar error
3.5.1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan alat statistik yang berfungsi untuk
mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui
data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan
membuat kesimpulan yang berlaku umum dari data tersebut. Statistik deskriptif
digunakan untuk mendeskripsikan suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan
swekness (Ghozali, 2012, hal 19). Pengujian ini dilakukan untuk mempermudah
dalam memahami variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.
45
3.5.2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa model
yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi.
Pengujian yang dilakukan adalah uji multikolonieritas, uji autokorelasi, uji
heteroskedastisitas dan uji normalitas.
3.5.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya memiliki
distribusi data yang normal atau tidak.
dilakukan
dengan
uji
Untuk menguji normalitas, dapat
Kolmogorov-Smirnov.
Uji
ini
dilakukan
dengan
membandingkan probabilitas yang diperoleh dengan taraf signifikansi α 0,05.
Apabila p value > α, maka data berdistribusi normal, jika p value < α maka data
tidak berdistribusi normal.
3.5.2.2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama
variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2012, hal 105). Multikolonieritas
dapat dilihat dari nilai tolerance dan Varian Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran
ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh
46
variabel
independen
lainnya.
Tolerance
mengukur
variabilitas
variabel
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya.
Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi. Nilai cutoff yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance
lebih dari 0.10 dan nilai VIF kurang dari 10.
3.5.2.3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinyatakan
ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu dengan yang lainnya. Masalah ini timbul karena
residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series), sedangkan
pada data crossection (silang waktu) masalah autokorelasi relatif jarang terjadi
(Ghozali, 2012, hal 110). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan
uji Durbin Watson (DW), dimana dalam pengambilan keputusan dengan melihat
berapa jumlah sampel yang diteliti yang kemudian dilihat angka ketentuannya
pada tabel Durbin Watson. Model dikatakan bebas dari autokorelasi jika nilai dw
lebih besar dari nilai du dan kurang dari 4 – du (du < dw < 4-du ).
3.5.2.4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
47
yang lain (Ghozali, 2012, hal 139). Untuk mendeteksi heteroskedastisitas dapat
dilihat dari ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Dari grafik
scatterplot, jika terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik
di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, hal ini dapat disimpulkan tidak
terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
Selain dari grafik scatterplot, ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat
dideteksi dengan uji statistik menggunakan metode uji Park. Uji Park
mengusulkan untuk mengkuadratkan nilai residual, kemudian mentransformasikan
ke dalam bentuk Logaritma Natural dan meregresikan hasilnya terhadap variabel
independen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi
variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Kriteria tidak
terjadi problem heteroskedastisitas apabila probabilitas signifikansinya di atas
tingkat kepercayaan 5%, sehingga disimpulkan model regresi tidak mengandung
adanya heteroskedastisitas.
3.5.3. Uji Hipotesis
3.5.3.1.Uji Kelayakan Model (Uji Statistik F)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara
bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen, maka peneliti
menggunakan uji pengaruh simultan (F test) dengan alat bantu program SPSS.
Langkah-langkah untuk melakukan pengujian adalah berikut ini.
1) Menentukan Hipotesis.
H0 : b1 = b2 = b3 ........................................................................... (1)
48
Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ............................................................................ (2)
2) Menghitung Fhitung.
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut ini:
1) H0 ditolak dan Ha tidak ditolak, yaitu apabila p-value lebih kecil dari 5%
(p < α), berarti variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi
signifikan.
2) H0 tidak ditolak dan Ha ditolak, yaitu apabila p-value lebih besar dari 5%
(p > α), berarti variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa
model regresi tidak signifikan.
3.5.3.2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara parsial
mempengaruhi variabel terikat dengan asumsi variabel independen lainnya
konstan. Langkah-langkah untuk melakukan pengujian adalah berikut ini.
1) Menentukan Hipotesis.
H0 : b1 = b2 = b3 ......... = 0 ........................................................... (1)
Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ......... ≠ 0 ............................................................. (2)
2) Menghitung t hitung.
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut ini :
49
1) H0 ditolak dan Ha tidak ditolak, yaitu apabila p-value lebih kecil dari 5%
(p < α), berarti variabel independen secara individual berpengaruh
terhadap variabel dependen.
2) H0 tidak ditolak dan Ha ditolak, yaitu apabila p-value lebih besar dari 5%
(p > α), berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
3.5.3.3. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)
Pengujian Koefisien Determinasi (uji R2) bertujuan untuk mengetahui
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
independen. Tingkat ketepatan regresi dinyatakan dalam koefisien determinasi
majemuk (R2) yang nilainya antara 0 sampai dengan 1. Nilai yang mendekati 1
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel independen. Jika dalam suatu
model terdapat lebih dari dua variabel independen, maka lebih baik menggunakan
nilai adjusted R2 .
Download