BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Tradisional Pasar tradisional

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pasar Tradisional
Pasar tradisional adalah bentuk terawal dari pasar yang terdiri dari deretan
kios/stan yang umumnya berada di ruang terbuka, ditempat semacam inilah petani
dan pedagang sejak waktu dulu melakukan pertukaran hasil pertanian mereka. Pada
pemukiman yang kecil, pasar tradisional mengambil tempat di sepanjang jalan utama
di daerah itu pada kedua sisinya (Gallion, 1986).
Kegiatan pasar tradisional merupakan kegiatan perekonomian tradisional yang
mempunyai ciri khas adanya sifat tawar menawar antara penjual dan pembeli. Karena
sifatnya untuk melayani kebutuhan penduduk sehari-hari, maka lokasi cenderung
mendekati atau berada di daerah perumahan penduduk (Tuti, 1992).
Pasar tradisional yang terdapat di Indonesia sekarang memiliki karakteristik.
Beberapa karakteristik umum pasar tradisional seperti :
1. Memiliki posisi strategis, dan berada di lingkungan padat penduduk.
2. Buka 24 jam, setengah hari, setiap hari, dua minggu sekali, seminggu sekali, atau
pada hari-hari tertentu (hari-hari pasar)
3. Menjual kebutuhan pokok sehari-hari, khususnya keperluan dapur, komoditi
basahan, keringan maupun kebutuhan primer dan sekunder lainnya.
Universitas Sumatera Utara
4. Tidak teratur, terkesan kotor dan semraut, banyak pedagang kaki lima dan lokasi
pasar yang terbatas.
5. Rawan kebakaran, rawan copet dan rawan kejahatan lainnya.
6. Permodalan pedagang lemah dan bisnis rentenir tumbuh subur.
7. Transaksi perdagangan secara informal dan bersifat tawar menawar.
8. Pengelolaan pasar kurang professional.
Pasar merupakan salah satu indikator yang sangat penting dalam meningkatkan
pendapatan serta membuka kesempatan kerja yang luas terutama bagi masyarakat
yang berpendidikan rendah. Umumnya pasar terdapat baik di perkotaan maupun di
pedesaan. Pada kegiatan pasar, seharian berjualan dengan cara eceran untuk berbagai
jenis makanan dan keperluan rumah tangga dan kebutuhan hidup sehari-hari.
Sulistyowati (1999), mengartikan pasar secara fisik sebagai tempat pemusatan
beberapa pedagang tetap dan tidak tetap yang terdapat pada suatu ruangan terbuka
atau ruangan tertutup atau suatu bagian jalan. Selanjutnya pengelompokan para
pedagang eceran tersebut menempati bangunan-bangunan dengan kondisi bangunan
temporer, semi permanen ataupun permanen.
Para pedagang eceran ini di dalam pasar ada yang berjualan secara formal yaitu
berjualan dengan memiliki toko-toko ataupun kios-kios untuk barang dagangannya,
ada juga berjualan eceran dengan cara informal yaitu berjualan di pinggir-pinggir
jalan di pasar-pasar (Sudarjat, 1992).
Universitas Sumatera Utara
2.2. Peranan Pasar Tradisional
Pasar tradisional sebagian besar muncul dari kebutuhan masyarakat yang
membutuhkan tempat untuk menjual barang yang dihasilkannya serta konsumen yang
membutuhkan barang-barang tertentu untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh
karenanya letak pasar tradisional banyak dijumpai di pinggir-pinggir jalan desa
(dalam perkembangan menjadi jalan utama), yang memudahkan penjual dan pembeli
menjangkaunya. Pasar yang terus tumbuh karena kebutuhan masyarakat tersebut
seiring dengan aktivitas perdagangan masyarakat sekitarnya.
Perlu disadari bahwa pasar tradisional memiliki beberapa fungsi yang positif
bagi peningkatan perekonomian daerah yaitu : sebagai pusat pengembangan ekonomi
rakyat, pasar sebagai sumber retribusi, pasar sebagai tempat pertukaran barang, pasar
sebagai pusat perputaran uang daerah, dan pasar sebagai lapangan pekerjaan.
Pasar merupakan salah satu sarana ekonomi untuk memberikan kemudahan
kepada kalangan masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli barang baik barangbarang yang bersifat konsumtif maupun produktif. Selain itu, pasar juga memberikan
peluang kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan bagi masyarakat sehingga
pembangunannya akan memberikan kontribusi bagi dinamika ekonomi masyarakat
dan peningkatan pendapatan pemerintah.
Mempertahankan
pasar
tradisional
secara
fisik
cukup
mudah
tetapi
mempertahankan fungsi pasar tradisional jauh lebih sulit. Perubahan prefensi
masyarakat, tingkat pendapatan, ketersediaan waktu luang, kemajuan teknologi, biaya
Universitas Sumatera Utara
transportasi, urbanisasi, dan globalisasi akan mempengaruhi jumlah pengguna pasar
tradisional skala kecil sampai menengah. Peranan pasar tradisional tersebut akan
terus menurun. Selain itu, peran pasar tradisional juga dapat terancam oleh hadirnya
pedagang kaki lima dan warung-warung di perkampungan. Hal ini secara tidak
langsung akan mengakibatkan pasar tradisional yang harus tutup karena telah
kehilangan fungsinya.
Faktor lain yang juga menjadi penyebab kurang berkembangnya pasar
tradisional adalah minimnya daya dukung karakteristik pedagang tradisional, yakni
strategi perencanaan yang kurang baik, terbatasnya akses permodalan yang
disebabkan jaminan yang tidak mencukupi, tidak adanya skala ekonomi, tidak ada
jalinan kerjasama dengan pemasok besar, buruknya manajemen pengadaan, dan
ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan keinginan konsumen (Wiboonponse
dan Sriboonchitta, 2006).
2.3.
Lapangan Pekerjaan
Pengertian pasar kerja adalah seluruh kebutuhan dan persediaan tenaga kerja
dengan semua jalan yang memungkinkan penjual tenaga kerja (pekerja) dan pembeli
tenaga (majikan) bertemu dan melakukan transaksi (penerimaan, penugasan,
pemberhentian, promosi, pemindahan dan sebagainya) (Soeroto, 1983). Dengan
demikian pasar kerja mencakup waktu sebelum orang memasuki pekerjaan dan
sesudah ada orang ada dalam pekerjaan. Kesempatan kerja mengandung pengertian
Universitas Sumatera Utara
lapangan pekerjaan atau kesempatan yang tersedia untuk bekerja akibat dari suatu
kegiatan ekonomi (produksi). Dengan demikian pengertian kesempatan mencakup
lapangan pekerjaan yang masih lowong.
Pengertian tentang pasar kerja tersebut perlu disesuaikan dengan tingkat
perkembangan ekonomi negara atau wilayah yang bersangkutan. Dalam negara maju,
yang mempunyai sistem pasaran bebas, sebagian besar dari badan-badan
perekonomian sudah terorganisasikan dan hasil sudah memiliki bentuk yang lebih
bersifat tetap, sebaliknya sektor informal sedikit. Hal ini menyebabkan sebagian
terbesar dari ketenagakerjanya terikat dalam pekerja upahan. Keadaan dalam negara
berkembang sebaliknya, di dalam negara berkembang lebih banyak usaha-usaha yang
belum mempunyai bentuk tetap, keseluruhan usaha semacam ini biasa disebut sektor
informal.
Berdasarkan Undang-undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
secara umum memberikan sumbangan yang sangat positif terhadap berjalannya pasar
kerja di Indonesia. Undang-undang yang baru ini memperlihatkan konsensus dari
berbagai pihak terkait mengenai isu-isu yang sebelumnya sangat menimbulkan
pertentangan. Dalam Undang-undang tersebut adalah ditetapkannya aturan main
mengenai representasi pekerja dalam rangka proses perundingan kolektif.
Namun demikian, ada beberapa bagian yang apabila dijalankan secara kaku
justru akan mengurangi fleksibilitas pasar kerja. Dilaksanakan secara kaku
maksudnya adalah dilaksanakan tanpa melihat kondisi perusahaan, seperti perusahaan
Universitas Sumatera Utara
kecil atau rumah tangga, atau jenis usahanya. Kuncinya, aturan main pasar kerja tidak
seharusnya menimbulkan distorsi yang besar terhadap keputusan perusahaan
mengenai investasi dan penggunaan tenaga kerja. Pengaturan yang berlebihan
mengenai upah minimum, pekerja kontrak dan outsourcing, serta PHK berpotensi
untuk mengurangi fleksibilitas pasar kerja.
Sektor pekerjaan atau lapangan kerja adalah bidang kegiatan dari
pekerjaan/tempat bekerja/perusahaan/kantor dimana seseorang bekerja. Dalam
analisis ketenagakerjaan pengelompokan sektor pekerjaan biasanya dilakukan sesuai
dengan yang terdapat dalam buku Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia
(KBLI) sebagai berikut :
1. Pertanian (termasuk perikanan, kehutanan, Perkebunan)
2. Pertambangan dan penggalian
3. Industri (termasuk jasa industri)
4. Listrik, gas dan air
5. Bangunan (termasuk instalatir dan tukang gali sumur)
6. Perdagangan (termasuk usaha jual beli, katering, rumah makan, hotel, motel,
losmen dan penginapan lainnya)
7. Angkutan,
pergudangan
dan
telekomunikasi
(termasuk
jasa
angkutan,
pengepakan, pengiriman dan biro perjalanan)
Universitas Sumatera Utara
8. Keuangan (bank, asuransi, usaha persewaan bangunan/tanah, jasa perusahaan
dan lembaga keuangan lainnya seperti : Pasar modal, penggadaian, penukaran
uang asing dan sebagainya).
9. Jasa kemasyarakatan sosial dan perorangan, seperti lembaga legislatif, lembaga
tinggi negara dan pemerintah, pertahanan keamanan, jasa pendidikan,
kebersihan, hiburan, kebudayaan, pembantu rumah tangga dan sebagainya.
10. Lainnya : Kegiatan/lapangan usaha atau perorangan, badan/lembaga yang tidak
tercakup dalam salah satu sektor di atas atau yang belum jelas batasannya seperti
tukang beling, pemulung, renternir dan lain-lain
Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam unit usaha/kegiatan
dalam melakukan kegiatan. Dengan demikian status pekerjaan seseorang dapat dibagi
kedalam 7 (tujuh) Kelompok, yaitu :
1. Berusaha Sendiri, adalah mereka yang bekerja atau berusaha dengan menanggung
resiko secara ekonomis, yaitu dengan tidak kembalinya ongkos produksi yang
telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak menggunakan
pekerja dibayar maupun pekerja tak dibayar, termasuk yang sifat pekerjaannya
memerlukan teknologi atau keahlian khusus.
2. Berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar, adalah bekerja atau
berusaha atas resiko sendiri, dan menggunakan buruh/pekerja tak dibayar dan
atau buruh/pekerja tidak tetap.
Universitas Sumatera Utara
3. Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar, adalah berusaha atas resiko sendiri
dan mempekerjakan paling sedikit satu orang buruh/ pekerja tetap yang dibayar.
4. Buruh/ Karyawan/ Pegawai, adalah seorang yang bekerja pada orang lain atau
instansi/ kantor/ perusahaan secara tetap dengan menerima upah/ gaji baik berupa
uang maupun barang.
5. Pekerja bebas dipertanian, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/
majikan/ institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan
terakhir) diusaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun bukan usaha
rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau imbalan baik
berupa uang maupun borongan. Usaha pertanian meliputi : pertanian tanaman
pangan, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan dan perburuan, termasuk
juga jasa pertanian.
6. Pekerja bebas di nonpertanian adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/
majikan/ institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan
terakhir), diusaha non pertanian dengan menerima upah atau imbalan baik berupa
uang maupun barang dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun
borongan.
7. Pekerja keluarga adalah anggota rumah tangga yang membantu usaha untuk
memperoleh pengahasilan/ keuntungan yang dilakukan oleh salah seorang
anggota rumah tangga atau bukan anggota rumah tangga tanpa mendapat
upah/gaji.
Universitas Sumatera Utara
Tenaga kerja terbagi atas tenaga kerja wanita dan tenaga kerja pria.
Pengelompokan tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin ini pada dasarnya agar
kualitas produksi bisa terjamin karena adanya kesesuaian antara tenaga dengan jenis
pekerjaannya. Berdasarkan kualitasnya tenaga kerja terbagi atas:
a. Tenaga kerja terdidik/ ahli yaitu tenaga kerja yang memiliki keahlian yang di
peroleh dari jenjang pendidikan formal seperti dokter, notaris, arsitektur dan
sebagainya.
b. Tenaga kerja terampil/ terlatih yaitu tenaga kerja yang memiliki keterampilan
yang diperoleh dari pengalaman atau kursus-kursus seperti monitor, tukang las.
Berdasarkan lapangan pekerjaan tenaga kerja dapat dibagi menjadi beberapa bagian :
a. Tenaga kerja profesional adalah tenaga kerja yang umumnya mempunyai
pendidikan tinggi yang menguasai suatu bidang ilmu pengetahuan khusus, seperti
arsitektur, dokter.
b. Tenaga kerja terampil (terlatih) tenaga yang memiliki keterampilan khusus dalam
bidang tertentu yang diperoleh dari pendidikan seperti pendidikan menengah plus
sampai setara Diploma 3, seperti tenaga pembukuan.
c. Tenaga kerja biasa adalah tenaga kerja yang tidak memerlukan keterampilan
khusus dalam melaksanakan pekerjaannya, seperti tukang gali sumur.
2.4.
Konsep Pendapatan
Universitas Sumatera Utara
Konsep pendapatan biasanya dipakai untuk mengukur kondisi ekonomi suatu
perusahaan, rumah tangga ataupun perorangan, salah satu konsep yang paling sering
digunakan adalah melalui tingkat pendapatan. Pendapatan menunjuk pada seluruh
uang atau hasil materi lainnya yang diterima seseorang atau rumah tangga selama
kurun waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi.
Menurut Winardi dalam Ediwarsyah (1987) yang dimaksud dengan
pendapatan adalah hasil berupa uang atau hasil berupa materil lainnya yang dicapai
dari pada penggunaan kekayaan atau jasa-jasa manusia. Bila diambil dari pengertian
pendapatan perseorangan, lebih lanjut Winardi mengatakan pendapatan perseorangan
bersih adalah pendapatan perseorangan yang tersedia untuk konsumsi atau investasi
atau tabungan.
Pendapatan atau sering disebut dengan penghasilan didefinisikan sebagai
bentuk balas-karya yang diperoleh sebagai imbalan atas balas jasa atau sumbangan
seseorang terhadap proses produksi. Jenis-jenis sumber pendapatan dapat berasal
dari:
1. Usaha sendiri (wiraswasta, misalnya berdagang, mengerjakan sawah)
2. Bekerja pada orang lain, misalnya bekerja dikantor atau perusahaan sebagai
pegawai atau karyawan (baik swasta ataupun pemerintah)
3. Hasil dari milik, misalnya mempunyai sawah yang disewakan, punya rumah
disewakan, punya uang dengan bunga tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan dan penerimaan anggota-anggota keluarga dibagi lagi dalam
pendapatan berupa uang, pendapatan berupa barang, dan lain-lain. Pendapatan berupa
uang adalah segala penghasilan berupa uang yang sifatnya regular dan diterima
sebagai balas jasa atau kontra prestasi. Sumber-sumber utama adalah gaji dan upah
serta lain-lain balas jasa serupa dari majikan; pendapatan bersih dari usaha sendiri
dan pekerjaan bebas; pendapatan dari penjual barang yang dipelihara di halaman
rumah, hasil investasi seperti bunga modal, tanah, uang pensiunan, jaminan social,
serta keuntungan sosial (Sumardi dan Evers, 1982).
Pendapatan/ penghasilan dapat diterima berupa uang, atau dalam bentuk
barang (seperti tunjangan beras, hasil dari sawah, atau pekarangan sendiri), atau
fasilitas-fasilitas (misalnya rumah dinas, pengobatan/kesehatan gratis), selain hal
tersebut diatas masih dijumpai pendapatan yang berasal dari : uang pensiun bagi
mereka yang sudah lanjut usia dan dulu bekerja pada pemerintah atau instansi
lainnya; sumbangan atau hadiah, misalnya sokongan dari saudara/family, warisan
dari nenek, hadiah tabungan. Pinjaman atau hutang, ini memang merupakan uang
masuk, tetapi pada suatu saat akan harus dilunasi/dikembalikan (Richardson, 2001).
Dari beberapa pengertian di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa pengertian
pendapatan itu mempunyai aneka ragam, hal ini tergantung orientasi dari
permasalahan yang di hadapi, antara lain seperti :
a. Bila di tinjau dari beban biaya yang dikeluarkan dari hasil pendapatan yang di
terima, maka pengertian pendapatan itu dapat dibagi atas :
Universitas Sumatera Utara
1. Pendapatan dalam arti revenue, yaitu pendapatan yang belum dikurangi biaya
-biaya untuk memperoleh pendapatan tersebut.
2. Pendapatan dalam arti income adalah pendapatan yang sudah dikurangi
dengan biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan itu. Pengertian income itu
sendiri dibagi atas dua bagian, yaitu income sebelum dipotong pajak dan
income sesudah dipotong pajak.
b. Bila ditinjau dari cara memperolehnya, maka pengertian pendapatan itu dapat di
bagi atas dua bagian, yaitu :
1. Pendapatan yang diperoleh dengan mempergunakan modal.
2. Pendapatan yang diperoleh dengan mempergunakan jasa-jasa.
2.5.
Jam Kerja
Curah jam kerja adalah jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh setiap tenaga
kerja selama proses produksi artinya banyaknya jumlah jam kerja yang dikeluarkan
tenaga kerja dalam suatu proses produksi, sedangkan tingkat pencurahan jam kerja
adalah persentase banyaknya jam kerja yang dicurahkan terhadap jumlah kerja yang
tersedia artinya jumlah jam kerja yang dicurahkan terhadap suatu pekerjaan yang
dinyatakan dalam persentase (Mubyarto, 1990)
Seorang yang mempunyai nilai waktu yang tinggi akan menyebabkan nilai
waktunya bertambah mahal. Orang yang nilai waktunya relative mahal cenderung
untuk menggantikan waktu senggangnya untuk bekerja. Peningkatan tingkat
Universitas Sumatera Utara
partisipasi kerja akan menyebabkan terjadinya income dan subtitusion efek. Income
effect dimaksudkan orang yang berpendapat tinggi akan mengurangi waktu
bekerjanya dengan menggantikan waktu senggang sehingga partisipasi angkatan kerja
mengalami, sedangkan yang dimaksud dengan subtitusion efek adalah orang yang
berpendapatan rendah akan menambah waktu kerjanya karena waktu kerja semakin
mahal sehingga banyak orang menggantikan waktu senggangnya untuk bekerja yang
menyebabkan tingkat partisipasi angkatan kerjanya mengalami kenaikan.
2.6.
Modal
Modal kerja merupakan kekayaan perusahaan yang sangat diperlukan untuk
membelanjai operasinya sehari-hari dan modal ini memiliki siklus selama kurang dari
satu tahun, besarnya modal kerja akan sangat menentukan kelangsungannya
perusahaan. Arti modal kerja dalam sejarahnya berkembang sesuai dengan
perkembangan modal kerja itu sendiri secara ilmiah, modal kerja yang kadang disebut
modal kerja bruto, tidak lain adalah aktiva lancar (Weston dan Brigham dalam
Mubyarto, 1993)
Modal kerja dapat dibagi dengan membaginya dalam tiga konsep yaitu :
(Riyanto, 1995 dalam Muklis, 2007).
1. Konsep kuantitatif
Menurut konsep ini, dana yang tertanam dalam aktiva akan kembali ke bentuk
semula dalam waktu pendek. Dengan demikian modal kerja menurut konsep ini
Universitas Sumatera Utara
adalah keseluruhan jumlah aktiva lancar, modal kerja dalam pengertian ini sering
disebut modal kerja bruto
2. Konsep kualitatif
Dalam konsep ini modal kerja disebut dengan modal kerja bersih dan dikaitkan
dengan jumlah aktivitas lancar dan hutang lancar. Sebagian aktiva lancar
perusahaan disediakan untuk membayar kewajiban lancarnya. Oleh karenanya
maka modal kerja menurut konsep ini adalah sebagai dari aktiva lancar yang
benar-benar dapat dipergunakan untuk membiayai operasional perusahaan tanpa
mengganggu likuidasi.
3. Konsep fungsional
Konsep ini berdasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan pendapatan,
maksudnya pernyataan tersebut adalah bahwa dana yang tertanam dalam
perusahaan dipergunakan untuk menghasilkan pendapatan.
2.7.
Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangundangan pendapatan hasil daerah dan bertujuan memberikan kewenangan kepada
Pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan
potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.
Universitas Sumatera Utara
Pendapatan Asli Daerah adalah sumber pendapatan daerah yang murni digali
oleh daerah sendiri dan merupakan salah satu sumber pembiayaan investasi
Pemerintah daerah yang harus senantiasa diupayakan peningkatannya setiap tahun.
Dengan adanya peningkatan pendapatan asli daerah tersebut diharapkan akan
semakin besar kontribusinya terhadap APBD daerah.
Diterbitkannya undang–undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah
daerah dan undang–undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menyatakan bahwa sumber-sumber
penerimaan daerah adalah :
1. Pendapatan Asli Daerah
a. Pajak daerah
b. Retribusi daerah
c. Hasil perusahaan daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan
d. Lain-lain pendapatan yang sah.
2. Dana perimbangan
3. Pinjaman daerah
4. Pendapatan yang sah lainnya.
Adapun Sumber Pendapatan Asli Daerah tersebut menurut UU No. 33 Tahun
2004 terdiri dari :
Universitas Sumatera Utara
A. Pajak Daerah.
Menurut peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2001
tentangPajak Daerah, bahwa pajak daerah atau disebut pajak adalah iuran wajib yang
dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung, yang
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan
daerah.
Menurut UU No. 34 Tahun 2000 ayat 2, jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri
dari :
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Pengambilan Bahan Galian C
7. Pajak Parkir
B. Retribusi Daerah
Pengertian retribusi daerah menurut UU No.34 tahun 2000 adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang disediakan
Universitas Sumatera Utara
atau yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau
badan. Sehingga retribusi daerah dapat dicirikan sebagai berikut :
1. Retribusi dipungut daerah
2. Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang dapat
langsung dihunjuk.
3. Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau mengenyam jasa
yang disediakan oleh pemerintah daerah.
Adapun jenis retribusi daerah menurut Undang-undang No. 34 tahun 2000 adalah
yang dikelompokkan kedalam tiga golongan yaitu Jasa Umum, Jasa Usaha, dan
Perijinan Tertentu.
C. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya
yang dipisahkan.
Dalam hal ini, antara lain adalah bagian laba, deviden, dan penjualan saham milik
daerah. Menurut Devas (1989), dalam buku Keuangan Pemerintah Daerah di
Indonesia
mengemukakan
bahwa
Pemerintah
Daerah
dimungkinkan
untuk
mendirikan perusahaan Daerah dengan pertimbangan :
1. Menjalankan ideology yang dianut bahwa sarana produksi milik masyarakat.
2. Untuk melindungi konsumen dalam hal monopoli alami.
3. Dalam rangka mengambil alih perusahaan asing
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi di
daerah.
5. Dianggap cara yang efisien untuk menyediakan layanan masyarakat, dan atau
menebus biaya, serta untuk menghasilkan penerimaan untuk pemerintah daerah.
D. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.
Menurut Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dinyatakan bahwa lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah antara lain, hasil penjualan asset daerah dan jasa
giro. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 8 Tahun 1987 tentang
penerimaan sumbangan pihak ketiga kepada daerah ditegaskan bahwa penerimaan
lain-lain antara lain berasal dari penerimaan sumbangan pihak ketiga oleh daerah atas
dasar sukarela dan tidak mengikat serta dengan persetujuan DPRD Tk. II.
2.8.
Pengembangan Wilayah
Pengertian wilayah (region) adalah suatu unit geografi yang membentuk suatu
kesatuan. Yang dimaksud dengan unit geografi adalah ruang sehingga bukan
merupakan aspek fisik tanah saja, tetapi lebih dari itu aspek-aspek lain, seperti
biologi, ekonomi,social, dan budaya (Wibowo, 2004).
Menurut Hadjisaroso (1994), Pengembangan wilayah merupakan suatu
tindakan mengembangkan wilayah atau membangun daerah atau kawasan dalam
Universitas Sumatera Utara
rangka usaha memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup masyarakat. Sandi (1992),
mengemukakan pengertian pengembangan wilayah pada hakekatnya adalah
pelaksanaan pembangunan nasional disuatu wilayah yang disesuaikan dengan
kemampuan fisik dan sosial wilayah tersebut serta tetap mentaati peraturan
perundangan yang berlaku. Jayadinata (1992), mengemukakan pengembangan
wilayah adalah memajukan atau memperbaiki serta meningkatkan sesuatu yang telah
ada. Sedangkan menurut Miraza (2005), pengembangan wilayah adalah pemanfaatan
potensi wilayah, baik potensi alam maupun potensi buatan. Pengembangan wilayah
harus dilaksanakan secara fully dan berdaya guna (efficientcy) agar pemanfaatan
potensi dimaksud berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal.
Sasaran pengembangan wilayah harus dilihat dari tujuan pembangunan
nasional. Begitu juga dengan tujuan pembangunan daerah yang harus sesuai dengan
tujuan pembangunan nasional yang pada umumnya terdiri dari :
1. Mencapai pertumbuhan pendapatan per kapita yang cepat
2. Menyediakan kesempatan kerja yang cukup
3. Pemerataan pendapatan
4. Mengurangi perbedaan antara tingkat pendapatan, kemakmuran, pembangunan
serta kemampuan antar daerah.
5. Membangun struktur perekonomian agar tidak berat sebelah (Hardjisaroso, 1994).
Tujuan utama dari pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai
kegiatan pembanguan sektor dan wilayah. Hal ini dimaksudkan agar pemanfaatan
Universitas Sumatera Utara
ruang dan sumberdaya yang ada didalamnya dapat optimal mendukung kegiatan
kehidupan masyarakat sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan wilayah yang
diharapkan.
Pengembangan wilayah (regional development) merupakan upaya untuk
memacu perkembangan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan antar wilah, dan
menjaga kelestarian lingkungan hidup pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah
sangat diperlukan karena kondisi social ekonomi, budaya dan geografis yang sangat
berbeda antar suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Pada dasarnya pengembangan
wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan wilayah
bersangkutan (Riyadi, 2002)
Menurut Tarigan (2005), keberhasilan pembanguan wilayah dapat diukur dari
beberapa parameter antara lain, meningkatnya pendapatan masyarakat, peningkatan
lapangan pekerjaan, dan pemerataan pendapatan.
Pembangunan masyarakat erat kaitannya denga pendapatan masyarakat.
Tingkat pendapatan masyarakat dapat di ukur dengan total pendapatan wilayah
maupun pendapatan rata-rata masyarakat pada daerah tersebut.
2.9.
Penelitian Sebelumnya
Penelitian tentang pasar tradisional yang telah dilakukan, memberikan
gambaran yang hampir bersamaan tentang keberadaan pasar tradisional tersebut,
penelitian terdahulu antaralain dilakukan oleh :
Universitas Sumatera Utara
Hakim (2003), menunjukkan peran pasar tradisonal terhadap pendapatan
pedagang dan penyerapan tenaga kerja kaitannya dengan pengembangan wilayah
kota Medan (studi kasus pasar tradisional di PD Pasar Kota Medan). Pasar tradisional
berperan meningkatkan pendapatan pedagang, penyerapan tenaga kerja dan
penerimaan PD Pasar Kota Medan terhadap PDRB.
Haris (2001), melakukan studi tentang peranan pasar tradisional dalam
meningkatkan pendapatan pedagang dan kaitannya dengan pengembangan wilayah
kota Medan (studi kasus pasar tradisional di PD pasar Medan). Penelitian ini
menghasilkan bahwa pemberian bantuan modal berdagang sangat membantu
pedagang, dan secara umum modal yang diberikan semakin berkembang sehingga
semakin banyak pedagang yang mendapatkan bantuan modal, pengenaan tarif
kontribusi kepada pedagang berdasarkan luas tempat usaha, jenis barang yang
didagangkan dan kelas pasar tempat berdagang.
Sihombing (2010), melakukan penelitian mengenai peranan pasar tradisional
dalam pengembangan wilayah (studi di kecamatan Deli Tua Kabupaten Deli
Serdang). Penelitian ini menghasilkan faktor modal, jam kerja, lokasi usaha, dan
tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan pedagang tradisional
pekerja sektor informal di kecamatan Deli Tua.
Universitas Sumatera Utara
2.10.
Kerangka Pemikiran
Untuk mempermudah pemahaman tentang konsep penelitian ini, maka dapat
dilihat pada bagan di bawah ini :
PASAR
TRADISION
AL
PEDAGANG
TENAGA
KERJA
MODAL
JAM KERJA
PENGALAMAN KERJA
LOKASI
PENDAPATAN PEDAGANG
PENDAPATAN ASLI DAERAH
PENGEMBANGAN
WILAYAH
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir
Universitas Sumatera Utara
2.11.
Hipotesis Penelitian
1. Modal, jam kerja, pengalaman kerja, dan lokasi usaha berpengaruh positif
terhadap pendapatan pedagang pasar baru panyabungan.
2. Pasar baru panyabungan memberikan kontribusi yang positif terhadap Pendapatan
Asli daerah.
Universitas Sumatera Utara
Download