28 BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN Untuk memperoleh hasil

advertisement
BAB II
RUANG BAGI KEHIDUPAN
Untuk memperoleh hasil pemrograman yang maksimal, proses analisa
yang dilakukan sebaiknya bersumber pada data yang tersusun dengan sempurna.
Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis sesuai permasalahan yang
ada untuk menyaring informasi yang benar-benar dibutuhkan dalam proses
perancangan dan memperoleh informasi mengenai permasalahan yang dimiliki
kawasan serta potensinya. Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan solusi dari
permasalahan yang terjadi pada kawasan proyek yang nantinya akan diterapkan
pada rancangan proyek. Analisis ini akan menentukan konsep yang akan
digunakan dalam rancangan proyek.
Data dan analisa yang telah disusun dalam bentuk format penyajian
digunakan untuk laporan asistensi dengan dosen pembimbing dan konsultan ahli.
Hasil asistensi dengan konsultan ahli berupa penjelasan dan pengarahan mengenai
format penyajian laporan data dan analisa yang benar dan efektif. Analisa yang
dilakukan harus benar-benar rinci agar permasalahan-permasalahan yang ada
dapat diselesaikan dengan solusi yang tepat. Hal ini diharapkan dapat
dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sehingga laporan yang telah disusun dapat
direvisi menjadi lebih baik. Dalam proses penyusunan revisi data dan analisa
dengan format penyajian yang baik dan benar perancang mengalami kendala
waktu, karena tenggat waktu yang diberikan untuk melakukan revisi data dan
28
Universitas Sumatera Utara
29
analisa begitu singkat. Usaha maksimal dilakukan untuk menyelesaikan revisi ini
sesuai tenggat waktu yang diberikan.
Tahap selanjutnya setelah inventarisasi data adalah pemrograman.
Pemrograman ini maksudnya adalah penyusunan program-program yang
direncanakan dalam rancangan. Program rancangan ini diperoleh dari analisa
permasalahan sehingga diketahui apa yang dibutuhkan dalam kawasan proyek
agar diaplikasikan dalam rancangan. Pemrograman ini terdiri dari analisa kasus
proyek, dan program ruang. Program ruang ini terdiri dari rumusan rinci fungsifungsi ruang yang akan diakomodir dalam bangunan dan di tapak, disertai
penjelasan dan latar belakangnya serta persyaratan dan ketentuan teknis setiap
fungsi.
Sesuai dengan data mengenai jumlah penduduk, perancang melakukan
perhitungan sehingga mempengaruhi program ruang yang direncanakan pada
kawasan, termasuk jumlah unit rumah susun, tipe unit, serta jumlah fasilitasfasilitas pendukung.
2.1. Kasus Perancangan Arsitektur 6
Dalam kasus proyek Perancangan Arsitektur 6, pembangunan rumah susun
ditujukan bagi masyarakat menengah ke bawah. Hal ini dikarenakan dari segi
lokasi, sasaran utama dari pembangunan rumah susun ini adalah warga yang
sebelumnya merupakan penghuni tapak proyek yang kebanyakan merupakan
keluarga dengan tingkat sosial ekonomi menengah ke bawah. Keberadaan
aktivitas ekonomi di sekitar dan di dalam tapak sangat mempengaruhi proyek
Universitas Sumatera Utara
30
perancangan ini. Sesuai dengan tema kelompok perancangan yang mengangkat
permasalahan sosial ekonomi pada tapak.
Tingkat sosial ekonomi dan aktivitas sosial ekonomi warga setempat
banyak mempengaruhi hasil rancangan rumah susun karena dua hal ini menjadi
pertimbangan mendasar dalam membuat konsep rancangan yang sesuai dengan
kebutuhan mereka. Tingkat sosial ekonomi warga mempengaruhi perancang
dalam menentukan bentuk fasade bangunan, material dan konsep struktur, karena
hal ini akan mempengaruhi harga satuan unit rumah susun yang nantinya dimiliki
warga. Aktivitas sosial ekonomi berpengaruh terhadap kebutuhan fungsi-fungsi
ruang komunal, sehingga mempengaruhi organisasi ruang pada bangunan.
2.2. Rumah Susun
Berdasarkan Undang-Undang no. 16 pasal 1 tahun 1985, rumah susun
merupakan bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan
yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam
arah horisontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masingmasing dapat dimiliki dan dipergunakan secara terpisah, terutama untuk tempat
hunian, yang dilengkapi dengan ruang bersama, benda bersama dan tanah
bersama, sedangkan “satuan Rumah Susun” adalah unit rumah susun yang tujuan
peruntukan utamanya digunakan secara terpisah sebagai tempat hunian.
Di masa sekarang ini, keinginan untuk hidup di kota-kota besar terus
meningkat. Peningkatan jumlah penduduk menimbulkan masalah baru yaitu
berkurangnya lahan untuk pemukiman di perkotaan. Sedangkan peningkatan
jumlah pendatang di perkotaan setiap saat bertambah seiring bertambahnya
Universitas Sumatera Utara
31
lapangan pekerjaan. Hal ini yang melatarbelakangi pembangunan rumah susun
sebagai solusi kebutuhan hunian di perkotaan. Rumah susun diharapkan menjadi
jawaban atas permasalahan tingginya nilai hunian di daerah perkotaan, sehingga
para pendatang yang mengadu nasib di perkotaan dapat memenuhi kebutuhan
tempat tinggal yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Rumah susun umumnya dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas pendukung
kebutuhan hidup sehari-hari. Fasilitas ini umumnya sama di setiap bangunan
rumah susun karena standar yang telah diatur dalam Persyaratan Teknis
Pembangunan Rumah Susun. Fasilitas ini antara lain, ruang serba guna, tempat
ibadah, parkir kendaraan, ruang komunal,dll.
Gambar 2.1. Bentuk Fasade Rumah Susun
Sumber: http://kolomrumah.com (2011)
Sasaran konsumen rumah susun yang merupakan masyarakat menengah ke
bawah menjadikan rancangan rumah susun yang dibangun kebanyakan tidak
memperhatikan nilai estetika. Anggapan bahwa masyarakat menengah ke bawah
bukanlah suatu kelompok yang mementingkan nilai estetika menjadikan
rancangan rumah susun terkesan buruk, dan bukan merupakan pemandangan yang
Universitas Sumatera Utara
32
menyenangkan (Gambar 2.1). Hal ini menjadikan suatu anggapan pada
masyarakat bahwa nilai estetika dalam suatu bangunan adalah hal yang selalu
membutuhkan biaya besar dalam penerapannya.
Dalam menentukan kebutuhan unit hunian rumah susun, perancang
mempertimbangkan jumlah keluarga yang akan dipindahkan ke bangunan rumah
susun. Lalu jumlah unit hunian yang akan dijual/disewa mengikuti KAK yang
menentukan jumlah lantai bangunan minimal 8 lantai. Penentuan tipe unit hunian
berdasarkan pertimbangan kebutuhan dan kemampuan ekonomi konsumer atau
penghuni baru. Pertimbangan tipe hunian penghuni lama tidak dilakukan
mengingat besarnya luasan unit akan mempengaruhi penjualan unit kedepannya.
Pertimbangan ini dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa tipe unit yang lebih
kecil akan lebih mudah terjual/disewa dan pembagian unit bagi penghuni lama
tetap bisa dilakukan sesuai dengan tipe unit hunian lama dengan menggabungkan
dua unit atau lebih hunian baru.
2.3. Potensi Tapak
Kondisi lingkungan di sekitar tapak diisi oleh aktivitas permukiman,
perkantoran, komersial, rumah sakit, pendidikan dan instansi pemerintah. Kondisi
tapak sendiri terhadap lingkungan sekitar merupakan permukiman dengan
aktivitas komersial di dalamnya. Tapak merupakan identitas yang penting bagi
kawasan sekitar karena adanya warung kuliner yang sudah menjadi ikon kawasan
ini (Gambar 2.2).
Universitas Sumatera Utara
33
Gambar 2.2. Ikon Kawasan Tapak
Sumber: Dok. Penulis (2014)
Sebagai daerah pemukiman, tapak memiliki nilai tambah karena lokasinya
yang dekat dengan pusat kota, memiliki akses kendaraan umum, sehingga mudah
dijangkau. Sedangkan dari sudut pandang ekonomi, tapak memiliki potensi
sebagai daerah komersial untuk semua kalangan, baik menengah ke bawah
maupun menengah ke atas.
Kondisi sosial masyarakat yang memiliki tingkat kekerabatan yang tinggi,
menjadikan tapak dengan penghuni di dalamnya memiliki kesan terbuka dengan
lingkungan sekitar. Keadaan eksisting yang memiliki akses sirkulasi yang begitu
banyak dari segala arah juga mendukung kesan terbuka. Hal ini menjadi potensi
tapak sebagai ruang sosialisasi masyarakat sekitar khususnya dan masyarakat kota
medan pada umumnya.
Tapak yang memiliki akses langsung ke Sungai Deli memiliki potensi
yang sangat besar sebagai daerah rekreasi perkotaan, seperti yang kita ketahui
belum adanya sarana rekreasi perkotaan yang memanfaatkan Sungai Deli sebagai
Universitas Sumatera Utara
34
penarik minat pengunjung. Daerah tepian sungai apabila dirancang dengan tepat,
selain sebagai daerah resapan bagi sungai, akan menjadi tempat yang sangat
menarik bagi masyarakat perkotaan untuk menghilangkan kepenatan dalam
kehidupan kota.
Universitas Sumatera Utara
Download