PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO BOKS 3. PERKEMBANGAN PETERNAKAN SAPI PERAH JAWA BARAT: POTENSI DAN PERMASALAHAN PENETAPAN HARGA JUAL SUSU KE INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU Subsektor dengan pangsa terbesar kedua dalam sektor pertanian di Jawa Barat adalah subsektor peternakan, dengan pangsa dalam lima tahun terakhir sekitar 15%. Selama lima tahun terakhir (2000 - 2005), kontribusi produksi peternakan sapi perah Jawa Barat terhadap produksi susu nasional sekitar 38%1. Untuk tahun 2004, misalnya, jumlah produksi susu Jawa Barat sekitar 215.330 ton (senilai lebih kurang Rp371,44 milyar), sedangkan total produksi susu nasional adalah 549.950 ton (senilai lebih kurang Rp948,67 milyar). Peternak sapi perah di Jawa Barat sampai dengan bulan September 2005 berjumlah sekitar 27.000 peternak, dan harga susu yang dijual oleh para peternak ke Industri Pengolahan Susu (IPS) selama 5 tahun terakhir belum pernah mengalami kenaikan2. Saat ini, permasalahan yang dihadapi para peternak adalah ketidaksesuaian kenaikan harga susu yang diusulkan para peternak melalui Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI ) dengan kenaikan harga yang diusulkan IPS3. Kenaikan harga susu yang diusulkan para peternak sebenarnya lebih didasarkan pada kenaikan biaya pokok produksi, seperti biaya pakan ternak. Sedangkan kenaikan harga susu yang diusulkan IPS dikaitkan dengan grade/tingkat kualitas susu, yang ditentukan berdasarkan kandungan bakteri dalam susu (total pleate count-TPC). Berkaitan dengan tingkat kualitas susu, grade yang dapat dipenuhi oleh sebagian besar peternak adalah grade yang paling rendah, di mana nilai kenaikan harga pembeliannya oleh IPS sangat kecil, lebih kecil dari nilai kenaikan harga yang diminta para peternak. Selain itu, untuk menaikkan grade guna mendapatkan harga jual yang lebih tinggi ke IPS, para peternak harus mengeluarkan dana sendiri (dengan kata lain, IPS tidak mengeluarkan biaya untuk peningkatan kualitas susu). Dengan demikian, kenaikan harga yang ditentukan dengan cara yang diusulkan IPS tidak akan dapat menutupi kenaikan biaya pokok produksi para peternak, bahkan akan merugikan para peternak karena adanya tambahan biaya untuk meningkatkan kualitas susu. Untuk mengatasi masalah tersebut, GKSI Jawa Barat telah menandatangani memorandum of understanding (MOU) di bidang perkreditan dengan salah satu bank umum yang berkantor pusat di Bandung dalam rangka pengembangan peternakan sapi perah dan teknologi pemrosesan/pemerahan susu oleh para peternak. Dengan terealisirnya penyaluran kredit tersebut kepada para peternak sapi perah Jawa Barat (pada tanggal 20 September 2005), diharapkan hampir 60% peternak sapi perah Jawa Barat akan berkembang menjadi pemasok susu nasional dengan kualitas yang lebih baik dan memberikan daya tawar harga yang lebih kuat kepada para peternak sapi perah4. ------------------------------------------1 Berdasarkan data Departemen Pertanian 2 Menurut GKSI Jawa Barat 3 Menurut GKSI Jawa Barat dan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KUKM) Jawa Barat 4 Menurut Dinas KUKM Jawa Barat 26