BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Defenisi Corporate Governance
Corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori
keagenan yang diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberikan
keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima return atas dana
yang telah mereka investasikan (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Corporate
governance bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi pihak-pihak
pemegang kepentingan (Almilia dan Sifa, 2006).
Menurut peraturan Bank Indonesia nomor 8/ 4/PBI/2006 tentang pelaksanaan
good corporate governance menimbang bahwa
a) Dengan semakin kompleksnya suatu resiko yang di hadapi oleh bank , maka
semakin mingkat pula kebutuhan praktik good corporate governance oleh
perbankan
b) Dalam rangka meningkatkan kinerja bank , perlu juga untuk melindungi
kepentingan stekholder dan meningktkan kepatuhan terhadapa peraturan
perundang – undangan serta nilai etika yang berlaku umum pada industry
perbankan
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka peraturan bank Indonesia tentang
pelaksanaan good corporate governance bagi bank umum sesuai denagn pasal 1
No. 6 di definisikan bahwa;
11
“ good governance corporate adalah suatu tata kelola baik yang menetapkan
prinsip keterbukaan akuntabilitas, pertangungjawaban , indenpendensi, dan
kewajaran .
Ada beberapa definisi tentang corporate governance antara lain yang
dinyatakan FCGI bahwa corporate governance adalah seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan,
pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Menurut Griffin (2002) dalam Susiana dan Herawaty (2007) pengertian
corporate governance adalah “The roles of shareholders, directors and other
managers in corporate decision making”. Jadi menurut Griffin corporate
governance merupakan suatu sistem yang mengatur pemegang saham, direktur
maupun manajer dalam pengambilan keputusan perusahaan.
Lebih lanjut IICG (Indonesian Institute for Corporate Governance)
mendefinisikan corporate governance sebagai serangkaian mekanisme untuk
mengarahkan dan mengendalikan suatu perusahaan agar operasional perusahaan
berjalan sesuai dengan harapan para pemangku kepentingan (stakeholders).
Corporate governance berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap
perusahaan yang melaksanakannya maupun terhadap iklim usaha di suatu negara.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa corporate
governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara
pemegang saham, pengelola perusahaan, pihak kreditor, pemerintah, karyawan
12
serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur
dan mengendalikan perusahaan untuk mencapai kinerja bisnis yang optimal
(Widuri dan Pramita, 2008).
B. Prinsip-Prinsip Corporate Governance
Prinsip-prinsip utama corporate governance pada dasarnya memiliki tujuan
untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan. Prinsip-prinsip
utama dari corporate governance tersebut, sebagaimana diuraikan oleh
Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) adalah
1.
Fairness (Keadilan)
Prinsip keadilan (fairness) merupakan prinsip perlakuan yang adil bagi seluruh
pemegang saham. Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk
hak-hak pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin
terlaksananya komitmen dengan para investor. Dalam melaksanakan kegiatannya,
perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
2.
Disclosure/Transparency (Keterbukaan/Transparansi)
Transparansi adalah adanya pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya
serta transparansi atas hal penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta
pemegang kepentingan. Mewajibkan adanya suatu informasi yang terbuka, tepat
waktu, serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang menyangkut keadaan
keuangan, pengelolaan perusahaan, dan kepemilikan perusahaan. Untuk menjaga
objektifitas, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan
13
dengan cara yang mudah untuk diakses dan dipahami oleh pemangku
kepentingan.
3.
Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha
untuk menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham,
sebagaimana yang diawasi oleh Dewan Komisaris (dalam Two Tiers System).
Menekankan pada pentingnya sistem pengawasan yang efektif berdasarkan
pembagian kekuasaan antara komisaris, direksi, dan pemegang saham yang
meliputi monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap manajemen untuk
meyakinkan bahwa manajemen bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang
saham dan pihak-pihak berkepentingan lainnya.
4.
Responsibility (Responsibilitas)
Responsibility (responsibilitas) adalah adanya tanggung jawab pengurus dalam
manajemen,
pengawasan
manajemen
serta
pertanggungjawaban
kepada
perusahaan dan para pemegang saham. Memastikan dipatuhinya peraturan serta
ketentuan yang berlaku sebagai cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial. Prinsip ini
diwujudkan dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi
logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial, serta
menghindari penyalahgunaan wewenang.
Utama (2003) dalam Herawaty (2008) menyatakan bahwa prinsip-prinsip
corporate governance yang diterapkankan memberikan manfaat diantaranya
yaitu: (1) meminimalkan agency costs dengan mengontrol konflik kepentingan
yang mungkin terjadi antara prinsipal dengan agen; (2) meminimalkan cost of
14
capital dengan menciptakan sinyal positif kepada para penyedia modal; (3)
meningkatkan citra perusahaan; (4) meningkatkan nilai perusahaan yang dapat
dilihat dari cost of capital yang rendah, dan (5) peningkatan kinerja keuangan dan
persepsi stakeholder terhadap masa depan perusahaan yang lebih baik.
Penerapan prinsip-prisip corporate governance yaitu fairness, transparency,
accountability,
dan
responsibility
merupakan
upaya
agar
terciptanya
keseimbangan antar kepentingan dari para stakeholder yaitu pemegang saham
mayoritas, pemegang saham minoritas, kreditor, manajemen perusahaan,
karyawan perusahaan, suppliers, pemerintah, konsumen dan tentunya para
anggota masyarakat yang merupakan indikator tercapainya keseimbangan
kepentingan, sehingga benturan kepentingan yang terjadi dapat diarahkan
dan dikontrol serta tidak menimbulkan kerugian bagi masing-masing pihak
(Herdinata, 2008).
C. Manfaat Corporate Governance
Menurut FCGI pelaksanaan corporate governance diharapkan dapat
memberikan beberapa manfaat berikut ini:
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah sehingga
dapat lebih meningkatkan corporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
15
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
D. Mekanisme Corporate Governance
Mekanisme corporate governance merupakan suatu aturan main, prosedur,
dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak
yang melakukan kontrol/pengawasan terhadap keputusan tersebut. Mekanisme
corporate governance dalam penelitian ini meliputi kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, komite
audit, dan kualitas audit. Masing-masing mekanisme tersebut dijelaskan sebagai
berikut
1.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan
pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat
mengurangi manajemen laba. Menurut Gideon (2005) dalam Ujiyantho dan
Pramuka (2007) persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat
mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup
kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen. Tarjo
(2002) mengemukakan bahwa kepemilikan institusional yang dilandasi praktik
good corporate governance berarti adanya jaminan bagi investor atas investasi
yang telah ditanamkan, adanya jaminan keamanan berarti mengurangi risiko.
Cornet et al. (2006) dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan
bahwa tindakan pengawasan oleh investor institusional dapat mendorong investor
untuk lebih memfokuskan perhatiannya terhadap kinerja perusahaan yang akan
16
mengurangi perilaku opportunistic, sehingga kepemilikan institusional bertindak
sebagai pihak yang memonitor perusahaan, yang dapat mengurangi manajemen
laba.
Investor institusional sering disebut sebagai investor yang cangih
(sophisticated) dan seharusnya lebih dapat menggunakan informasi periode
sekarang dalam memprediksi laba masa depan dibandingkan dengan investor noninstitusional (Herawaty, 2008). Balsam et al. (2002) dalam Siregar dan
Utama(2005) menemukan adanya hubungan negatif antara akrual diskresioner
yang tidak diekspektasi dengan imbal hasil saham di sekitar tanggal
pengumuman, dimana hubungan negatif tersebut bervariasi tergantung tingkat
kecanggihan investor, dimana reaksi pasar dari investor yang lebih canggih
mendahului investor yang tidak canggih.
2.
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan konsentrasi kepemilikan saham yang
dimiliki oleh pihak manajemen (agen) dalam suatu perusahaan. Jensen dan
Meckling (1976) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berhasil menjadi
mekanisme untuk mengurangi masalah keagenan dari manajer dengan
menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan pemegang saham.
Penelitian mereka menemukan bahwa kepentingan manajer dengan pemegang
saham eksternal dapat disatukan jika kepemilikan saham oleh manajer diperbesar
sehingga manajer tidak akan memanipulasi laba untuk kepentingannya.
Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan
dapat mengindikasikan adanya kesamaan (congruence) kepentingan antara
17
manajemen dengan pemegang saham (Faisal, 2005). Kepemilikan saham
manajerial akan membantu penyatuan kepentingan antara manajer dan pemegang
saham, sehingga manajer ikut merasakan secara langsung manfaat dari keputusan
yang diambil dan ikut pula menanggung kerugian dari pengambilan keputusan
yang salah.
Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan oleh
motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran
manajemen laba yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai
pemegang saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Dua hal
tersebut akan mempengaruhi manajemen laba, sebab kepemilikan seorang
manajer akan ikut menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap
metode akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola (Gideon,
2005 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
Lebih lanjut penelitian Ross et al. (1999) dalam Tarjo (2002) dalam Amalia
(2007) menemukan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen maka
manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham
untuk meningkatkan nilai perusahaan salah satunya dengan menerapkan
konservatisma akuntansi. Secara umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu
kepemilikan saham oleh pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan
manajemen laba (Gideon, 2005 dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007).
3.
Ukuran Dewan Komisaris
Dewan komisaris adalah dewan yang bertugas melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada dewan (dewan direksi). Dewan komisaris memegang
18
peranan yang sangat penting dalam perusahaan, terutama dalam pelaksanaan
Good Corporate Governance. Dewan komisaris merupakan inti dari Corporate
Governance yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan,
mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan
terlaksananya akuntabilitas (Zehnder, 2000 dalam FCGI, 2000).
Ukuran dewan komisaris yang dimaksud disini adalah jumlah anggota
dewan komisaris dalam perusahaan. Muntoro (2006) menyatakan bahwa jumlah
anggota dewan komisaris yang pas tergantung pada industri dimana perusahaan
berada karena akan turut menentukan jenis kompetensi yang sebaiknya dimiliki
oleh dewan komisaris secara menyeluruh.
Wardhani (2008) mengatakan mengatakan bahwa peran komisaris ini
diharapkan akan meminimalisir permasalahan agensi yang timbul antara dewan
direksi dengan pemegang saham. Oleh karena itu dewan komisaris seharusnya
dapat mengawasi kinerja dewan direksi sehingga kinerja yang dihasilkan sesuai
dengan kepentingan pemegang saham.
4.
Komisaris Independen
Komisaris independen adalah sebuah badan dalam perusahaan yang
biasanya beranggotakan dewan komisaris yang independen yang berasal dari luar
perusahaan yang berfungsi untuk menilai kinerja perusahaan secara luas dan
keseluruhan. Komisaris independen merupakan pihak yang tidak terafiliasi
19
dengan pemegang saham pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain,
dan perusahaan itu sendiri baik dalam bentuk hubungan bisnis maupun
kekeluargaan (Wardhani, 2008).
Keberadaan komisaris independen telah diatur Bursa Efek Indonesia melalui
peraturan BEI tanggal 1 Juli 2000. Dikemukakan bahwa perusahaan yang listed di
bursa harus mempunyai komisaris independen yang secara proporsional sama
dengan jumlah saham yang dimiliki pemegang saham yang minoritas (bukan
controlling shareholders). Dalam peraturan tersebut, persyaratan jumlah minimal
Komisaris Independen adalah 30% dari seluruh anggota dewan komisaris
Salah satu fungsi utama dari komisaris independen adalah untuk
menjalankan fungsi monitoring yang bersifat independen terhadap kinerja
manajemen perusahaan. Keberadaan komisaris dapat menyeimbangkan kekuatan
pihak manajemen (terutama CEO) dalam pengelolaan perusahaan melalui fungsi
monitoringnya (Wardhani, 2008). Selain itu komisaris independen bertujuan
untuk menyeimbangkan dalam pengambilan keputusan khususnya dalam rangka
perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dan pihak-pihak lain yang
terkait (Herawaty, 2008).
5.
Komite Audit
Komite audit merupakan badan yang dibentuk oleh dewan direksi untuk
mengaudit operasi dan keadaan. Badan ini bertugas memilih dan menilai kinerja
perusahaan kantor akuntan publik (Siegel, 1996 dalam Herawaty, 2008). Anggota
komite ini yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang, anggota komite
20
yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris independen perusahaan
tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit. Anggota lain yang bukan
merupakan komisaris independen harus berasal dari pihak eksternal yang
independen (Nasution dan Setiawan, 2007). The Institute of Internal Auditors
(IIA) merekomendasikan bahwa setiap perusahaan publik harus memiliki komite
audit yang diatur sebagai komite tetap. IIA juga menganjurkan dibentuknya
komite audit di dalam organisasi lainnya, termasuk lembaga-lembaga non-profit
dan pemerintahan.
Komite audit bertugas untuk membantu dewan komisaris untuk memastikan
bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan
dengan baik, pelaksanaan audit internal dan eksternal dilaksanakan sesuai dengan
standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh
manajemen. Dengan adanya komite audit dalam suatu perusahaan, maka proses
pelaporan keuangan perusahaan akan termonitor dengan baik. Komite audit ini
akan memastikan bahwa perusahaan menerapkan prinsip-prinsip akuntansi yang
akan menghasilkan informasi keuangan perusahaan yang akurat dan berkualitas
(Wardhani, 2008).
Komite audit berfungsi untuk memberikan pandangan mengenai masalahmasalah yang berhubungan dengan kebijakan keuangan, akuntansi dan
pengendalian intern. Tujuan pembentukan komite audit adalah
1. Memastikan laporan keuangan yang dikeluarkan tidak menyesatkan dan
sesuai dengan praktik akuntansi yang berlaku umum.
21
2. Memastikan bahwa internal kontrolnya memadai.
3. Menindaklanjuti terhadap dugaan adanya penyimpangan yang meterial di
bidang keuangan dan implikasi hukumnya.
4. Merekomendasikan seleksi auditor eksternal.
Sesuai dengan fungsi komite audit di atas, sedikit banyak keberadaan
komite audit dalam perusahaan berpengaruh terhadap kualitas dan integritas
laporan keuangan yang dihasilkan. Komite audit merupakan salah satu cara
auditor untuk mempertahankan independensinya (Supriyono, 1998 dalam
Herawaty, 2008). Selain itu komite audit dianggap sebagai penghubung antara
pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak manajemen dalam
menangani masalah pengendalian (Nasution dan Setiawan, 2006).
6.
Kualitas Audit
Argumentasi yang mendasari dimasukkannya kualitas audit adalah semakin
tinggi kualitas maka semakin tinggi pula tingkat kepastian suatu perusahaan
sehingga semakin kecil kemungkinan perusahaan mengalami kegagalan (Almilia
dan Sifa, 2006). Para pengguna laporan keuangan terutama para pemegang saham
akan mengambil keputusan berdasarkan pada laporan keuangan yang telah
diaudit. Hal ini berarti auditor merupakan pihak yang mempunyai peranan penting
dalam melakukan penilaian atas laporan keuangan suatu perusahaan. Dengan
reputasi auditor yang baik maka akan memberikan hasil audit yang dapat
dipercaya.
E.
Profitabilitas Perusahaan
22
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba
dalam hubunganya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Rasio
profitabilitas mengukur tingkat kinerja keuangan dari suatu perusahaan
(Manurung et al., 2009). Profitabilitas ini memberikan gambaran seberapa efektif
perusahaan beroperasi sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Menurut Sartono (2002: 120) dalam Almilia dan Devi (2007) profitabilitas
adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannnya dengan
penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Sedangkan menurut Mamduh dan
Halim (2000: 83) dalam Almilia dan Devi (2007) rasio profitabilitas adalah rasio
yang mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas)
pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Profitabilitas perusahaan
yang tinggi dapat menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajibannya.
F. Definisi Obligasi
Obligasi adalah surat utang jangka menengah-panjang yang dapat
dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar
imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada
waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut (Bursa Efek
Indonesia). Obligasi menjadi salah satu sumber pendanaan (financing) bagi
pemerintah dan perusahaan, yang dapat diperoleh dari pasar modal. Secara
sederhana, obligasi merupakan suatu surat berharga yang dikeluarkan oleh
penerbit (issuer) kepada investor (bondholder), dimana penerbit akan memberikan
suatu imbal hasil (return) berupa kupon yang dibayarkan secara berkala dan nilai
23
pokok (principal) ketika obligasi tersebut mengalami jatuh tempo (Manurung et
al., 2009)
Fabozzi (2000) dalam Setyapurnama dan Norpratiwi (2006) mendefinisikan
obligasi sebagai suatu instrumen utang yang ditawarkan oleh penerbit (issuer)
yang juga disebut debitor atau peminjam (borrower) untuk membayar kembali
kepada investor (lender) sejumlah yang dipinjam ditambah bunga selama tahun
yang ditentukan. Obligasi berisi kontrak antara pemberi pinjaman (investor)
dengan yang diberi pinjaman (issuer) atau pihak yang disebut emiten.
Obligasi merupakan suatu instrumen pendapatan tetap (fixed income
securities) yang dikeluarkan oleh penerbit (issuer) dengan menjanjikan suatu
tingkat pengembalian kepada pemegang obligasi (bondholder) atas dana yang
diinvestasikan investor berupa kupon yang dibayarkan secara berkala dan nilai
pokok (principal) ketika obligasi tersebut jatuh tempo (Manurung et al., 2009).
Obligasi memberikan pendapatan tetap kepada pemiliknya selama jangka waktu
berlakunya surat utang tersebut. Hal ini disebabkan pendapatan yang diterima
pemilik obligasi (pokok dan bunga) tidak terpengaruh oleh perubahan harga
sekuritas utang yang bersangkutan (Setyapurnama dan Norpratiwi, 2006).
Bagi investor penerbitan obligasi merupakan investasi yang relatif aman
karena obligasi memberikan pendapatan yang tetap dan bunga yang dibayar
secara reguler dengan tingkat yang kompetitif serta pokok bunga yang dibayar
secara tepat waktu pada saat jatuh tempo yang telah ditetapkan. Bunga menjadi
menarik bagi investor jika bunga yang dibayarkan lebih tinggi daripada tingkat
bunga simpanan yang ditawarkan oleh bank (Bursa Efek Indonesia).
24
Obligasi memberikan pendapatan tetap kepada pemiliknya selama jangka
waktu berlakunya surat utang tersebut. Hal ini disebabkan pendapatan yang
diterima pemilik obligasi
perubahanharga
sekuritas
(pokok dan bunga) tidak terpengaruh oleh
utang
yang
bersangkutan
(Setyapurnama
dan
Norpratiwi, 2006).
G. Jenis – Jenis Obligasi
Jenis-jenis obligasi (Kieso, Weygandt, dan Warfield, 2002) yaitu:.
a. Obligasi Berjaminan dan Tanpa Jaminan. Obligasi berjaminan (secured
bonds) didukung oleh janji dari beberapa orang penjamin. Obligasi yang
tidak didukung oleh jaminan disebut obligasi tanpa jaminan.
b. Obligasi berjangka, obligasi berseri, dan obligasi yang dapat ditebus.
Terbitan obligasi yang jatuh tempo pada satu tanggal disebut obligasi
berjangka, sementara terbitan yang jatuh tempo dengan serangkaian
pembayaran angsuran disebut obligasi berseri. Obligasi yang dapat ditebus
(callable bonds) memberikan kepada penerbitnya hak untuk menebus dan
menarik obligasi itu sebelum jatuh temponya.
c. Obligasi Konvertibel, Obligasi yang didukung komoditas, dan dengan
diskonto Besar. Jika obligasi dapat dikonversi menjadi sekuritas lain
korporasi dalam jangka waktu tertentu setelah penerbitannnya, maka
obligasi ini disebut obligasi konvertibel (convertible bonds). Obligasi yang
didukung komoditas (obligasi yang berkaitan dengan aktiva) dapat ditebus
dalam ukuran komoditas, seperti minyak dalam barel, batubara dalam ton,
dan logam mulia dalam ons. Obligasi dengan diskonto besar disebut juga
25
obligasi debenture dengan bunga nol, dijual pada diskonto yang
memberikan total pembayaran bunga pada saat jatuh tempo kepada
pembelinya.
d. Obligasi Terdaftar dan Obligasi Atas Unjuk (Kupon). Obligasi yang
diterbitkan atas nama pemilik adalah obligasi terdaftar dan mensyaratkan
penyerahan sertifikat serta penerbitan sertifikat baru untuk menyelesaikan
penjualan. Namun, obligasi atas unjuk atau kupon tidak dicatat atas nama
pemilik dan dapat ditransfer dari satu pemilik ke yang lainnya hanya dengan
penyerahan.
e. Obligasi Laba dan Obligasi Pendapatan. Obligasi laba (income bonds)
tidak membayar bunga kecuali perusahaan penerbitnya meraih laba.
Obligasi pendapatan, (revenue bonds), disebut demikian karena membayar
bunga dari sumber pendapatan tertentu, paling sering dikeluarkan oleh
bandar udara, listrik sekolah, daerah, otoritas jalan tol, dan lembaga
pemerintah
H. Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi merupakan indikator ketepatwaktuan pembayaran pokok
dan bunga utang obligasi yang mencerminkan skala risiko dari obligasi yang
diperdagangkan (Setyapurnama dan Norpratiwi, 2006). Peringkat obligasi
menggambarkan skala risiko dari obligasi yang diperdagangkan. Skala ini
menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi pemodal yang ditunjukan oleh
kemampuannya dalam membayar bunga dan pokok pinjaman.
26
Menurut Baker dan Mansi (2001) dalam Zuhrotun dan Baridwan (2005)
peringkat obligasi adalah salah satu indikator penting mengenai kualitas kredit
perusahaan, sedangkan menurut Galil (2003) dalam Zuhrotun dan Baridwan
(2005) peringkat adalah pendapat mengenai creditworthiness dari obligor
mengenai sekuritas utang tertentu. Pemeringkatan rating dilakukan untuk
memperkirakan kemampuan dari penerbit obligasi untuk membayar bunga dan
pokok utang berdasarkan analisis keuangan dan kemampuan membayar kredit.
Semakin tinggi tingkat rating, maka hal tersebut menunjukkan tingginya
kemampuan penerbit obligasi untuk membayar utangnya (Manurung et al., 2009).
Obligasi yang diperdagangkan diperingkat oleh lembaga pemeringkat
independen. Di indonesia terdapat dua lembaga pemeringkat obligasi yaitu PT
Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia) dan PT Kasnic Credit Rating Indonesia.
Kedua lembaga tersebut mempunyai kegiatan menganalisa kekuatan posisi
keuangan dari perusahaan penerbit obligasi. Berikut adalah definisi peringkat
obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pefindo:
Tabel 2.1 : Peringkat Obligasi
idAAA
Efek utang dengan peringkat AAA merupakan efek utang dengan
peringkat tertinggi dari Pefindo yang didukung oleh kemampuan
Obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia lainnya
untuk memenuhi 4 kewajiban finansial jangka panjang sesuai
dengan yang diperjanjikan.
idAA
Efek utang dengan peringkat AA memiliki kualitas kredit sedikit di
bawah peringkat tertinggi, didukung oleh kemampuan Obligor
yang sangat kuat untuk memenuhi kewajibn finasial jangka
panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan relatif dibandingkan
27
dengan entitas Indonesia lainnya
idA
Efek utang dengan peringkat A memiliki dukungan kemampuan
Obligor yang kuatdibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya
untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai
dengan yang diperjanjikan, namun cukup peka terhadap perubahan
yang merugikan.
dBBB
Efek utang dengan BBB didukung oleh kemampan Obligor yang
memadai relatif dibandingkan dengan entitas Indonesia lainnya
untuk memenuhi kewjiban finansial, namun kemampuan tersebut
dapat diperlemah oleh keadaan bisnis dan perekonomian yang
merugikan.
idBB
Efek utang dengan peringkat BB menunjukan dukungan
kemampuan Obligor yang agak lemah relatif dibandingkan
dengan entitas lainnya untukmemenuhi kewajiban finansial
jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan, serta peka
terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang keadaan bisnis
dan perekonomian yang tidak menentu.
idB
Efek
utang
dengan
peringkat
B
menunjukan
parameter
perlindungan yang sangat lemah. Walapun Obligor masih memiliki
kemampuan
untuk
memenuhi
kewajiban
finansial
jangka
panjangnya, namun adanya perubahan keadaan bisnis dan
perekonomian yang merugikan akan memperburuk kemampuan
obligor utuk memenuhi kewajiban finansialnya .
idCCC
Efek utang dengan peringkat CCC menunjukan efek utang yang
tidak mampu lagi memenuhi kewajiban finansialnya, serta hanya
tergantung kepda perbaikan keadaan eksternal.
idSD
Efek utang dengan peringkat SD menunjukan bahwa obligor gagal
membayar satu atau lebih kewajibannya pada saat jatuh tempo,
28
tetapi masih masih dapat melanjutkan pemenuhan kewajibannya
untuk kewajiban yang lain (selective default).
idD
Efek utang dengan peringkat D menandakan efek utang yang
macet. Perusahaan penerbit sudah berhenti berusaha.
Sumber: www.pefindo.com
Peringkat dari idAA hingga idB dapat dimodifikasi dengan penambahan plus
(+) atau minus (-). Tanda plus (+) ataupun minus (-) digunakan untuk
menunjukkan kekuatan relatif dari kategori peringkat (www.pefindo.com).
Semakin dekat peringkat obligasi dengan idAAA berarti semakin bagus
peringkatnya dan semakin kecil kemungkinan obligasi akan gagal dalam
memenuhi kewajiban membayar bunga dan pokok pinjamannya (Tandelilin:
2010:251). Peringkat ini dimulai dari idAAA sampai yang terendah idD.
Agen pemeringkat berfungsi sebagai perantara informasi dan berperan
dalam memperbaiki efisiensi pasar modal dengan meningkatkan transparansi
sekuritas, sehingga dapat mengurangi asimetri informasi antara investor dan
penerbit obligasi. Jasa ini sangat bernilai bagi investor kecil yang menghadapi
tingginya biaya (relatif terhadap investasinya) dalam menilai creditworthiness
obligasi. Oleh karena itu agen pemeringkat menyediakan jasa yang lebih efisien
(Beaver et al., 2004 dalam Zuhrotun dan Baridwan, 2005).
Dengan memperhatikan peringkat yang dikeluarkan lembaga-lembaga
tersebut, investor bisa menentukan kualitas dari suatu obligasi. Rating obligasi
bisa membantu investor dalam mengukur tingkat risiko dari suatu obligasi.
Semakin tinggi rating sebuah obligasi maka semakin aman pula obligasi tersebut.
29
Sebaliknya, semakin rendah peringkatnya, maka semakin tinggi risiko suatu
obligasi.
investor dapat mengukur risiko/kemungkinan dari penerbit obigasi tidak
dapat melakukan pembayaran kupon dan atau pokok obligasi tepat waktu atau
yang disebut dengan default risk (Bursa Efek Indonesia).
I.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh mekanisme corporate
governance terhadap peringkat obligasi diringkas pada tabel berikut ini:
Tabel 2.2 : Penelitian terdahulu
Peneliti
Variabel
penelitian
Kepemilikan
Model Analisis
Hasil Penelitian
Logistic
1)
Norpratiwi Institusional,
Regression
komisaris
Kepemilikan
(logit) dan
independen
Setyapurnama
dan
(2006)
Jumlah
Manajerial, Komite Multivariate
berpengaruh
Auudi, Komisaris Regression
positif terhadap
Independen
peringkat
obligasi
dan
negatif terhadap
yield obligasi. (2)
Keberadaan
komite
audit
secara
statistik
signifikan
berpengaruh
negatif terhadap
yield obligasi.
Bhojraj
dan Kepemilikan
Sengupta (2003)
Probit
Institusi
dan Regression
30
Persentase
dan kepemilikan
Komisaris
OLS Regression
Independen
institusi
dan
proporsi
komisaris
independen
berhubungan
positif
dengan
peringkat
obligasi
dan
mempunyai
pengaruh negatif
terhadap
yield
obligasi.
Ausbaugh,
Jumlah
Logit regression
(1)
Peringkat
Collins, dan La Blockholder,
surat
Fond (2006)
takeover defenses,
berhubungan
tingkat
negatif
transparansi
blockholders, (2)
laporan keuangan,
positif
independensi
takeover
dewan
defenses,
komisaris,
kepemilikan saham
positif
dewan,
keahlian
tingkat
dewan,
dan
hutang
dengan
dengan
(3)
dengan
transparansi
kekuatan CEO atas
laporan
dewan
keuangan,
positif
(4)
dengan
independensi
dewan komisaris
dan
keahlian
dewan,
(5)
negatif
dengan
kekuasaan CEO
31
J.
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan pada teori yang telah dijelaskan sebelumnya dan berdasarkan
pada uraian penelitian-penelitian terdahulu yang menguji pengaruh mekanisme
corporate governance, maka dibuat suatu kerangka pemikiran. Terdapat tujuh
variabel independen yang terdiri dari kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, ukuran dewan komisaris, komisaris independen, komite audit, kualitas
audit, dan profitabilitas perusahaan serta satu variabel dependen yaitu peringkat
obligasi. Kerangka pemikiran tersebut adalah sebagai berikut
Gambar 2.1: Kerangka Pemikiran
Mekanisme Corporate Governance :
Kepemilikan Institusional
Ukuran dewan Komisaris
Peringkat Obligasi
Komite Audit
Komisaris Independen
Profitabilitas Perusahaan
Return On Aset ( ROA)
32
Download