KINETIK, Vol.1, No.1, Mei 2016, Hal. 101-141 ISSN : 2503-2259, E-ISSN : 2503-2267 101 Analisa Perbandingan Aliran Daya Optimal Mempertimbangkan Biaya Pembangkitan Dan Kestabilan Daya Menggunakan Particle Swarm Optimization Dan Algoritma Genetika 1 Muhammad Saukani, 2Ermanu Azizul H., 3Ilham Pakaya 123Universitas Muhammadiyah Malang [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Analisis Optimal Power Flow (OPF) sangat diperlukan pada sebuah sistem tenaga listrik. Dengan analisa OPF dapat diketahui besar daya efektif yang harus di bangkitkan pada setiap pembangkit listrik pada sistem tenaga listrik. Hal ini bertujuan untuk menekan biaya operasional pembangkitan dan juga mengurangi rugi-rugi daya pada proses distribusi. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalkan dan menganalisis OPF pada sistem tenaga listrik. Dalam penelitian ini, OPF akan dihitung menggunakan metode konvensional Newton Raphson dibandingkan dengan metode optimasi PSO dan AG. Hasil simulasi menunjukkan bahwa metode PSO dan AG dapat melakukan penghematan biaya produksi masing-masing 3,08 % dan 7,18 % dibandingkan dengan metode konvensional Newton Raphson, dengan metode AG 220% lebih efektif daripada metode PSO. Hasil optimasi terbaik didapatkan menggunakan metode AG lebih unggul daripada metode PSO pada sisi biaya pembangkitan, sedangkan untuk daya pembangkitan dan pada sisi profil tegangan metode PSO lebih baik dari metode AG. Kata kunci: energi listrik, OPF, AI, PSO, AG, newton raphson,konvensional. Abstract Analysis of Power Flow Optimization (PFO) is very important to an electrical power system. By PFO analysis, we will know how many effective energy which is generated by every electric generator in the electrical power system. It has purpose to press down the operational costs of generation and also for decreasing the lose of energy in distribution process. The aim of this research are to optimization and to analysis of PFO in the electrical power system. In this research, PFO will be calculated by Newton Raphson conventional method and will be Makalah dikirim 26 Februari 2016; Revisi 1 Mei 2016; Diterima 1 Juni 2016 102 ISSN: xxxx-xxxx; E-ISSN: xxxx-xxxx compared by PSO and AG optimization method. The result of simulation, will show that PSO and AG method can save each production cost are 3.08% and 7.18% and it prefer than by Newton Raphson Conventional Method, by AG method will be more effective 220% just than PSO method. The best result is founded by using AG method which better than PSO method in generation cost side, while the energy generation and voltage profile side, PSO method is better than AG method. Keywords: electrical energy, OPF, AI, PSO, AG, newton raphson, conventional. 1. Pendahuluan Dewasa ini, listrik memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia memerlukan energi listrik sebagai penunjang segala aktifitasnya. Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat dan pembangunan yang semakin pesat, kebutuhan akan energi listrik selalu meningkat setiap waktu. Pemenuhan akan pasokan listrik menjadi suatu tantangan bagi operasi sistem tenaga listrik karena peningkatan jumlah beban tidak sebanding dengan perluasan sistem pembangkit tenaga listrik. Pembangunan saluran distribusi untuk menunjang keberlangsungan pengiriman daya listrik dibatasi oleh kondisi wilayah yang terbatas, biaya yang sangat besar, serta waktu yang sangat lama [1]. Pengaturan pengoperasian pembangkit harus mampu dioperasikan secara optimal, sehingga daya yang disalurkan ke konsumen dapat terpenuhi. Untuk mengatur pengoperasian pembangkit diperlukan sistem penjadwalan yang tepat dan akurat, yaitu dengan mengatur setiap unit pembangkit untuk beroperasi secara optimum dan ekonomis serta mengurangi rugi-rugi transmisi yang pasti akan muncul pada sistem distribusi tenaga listrik. Level tegangan yang turun berdampak pada kualitas daya yang dihasilkan[2]. Oleh karena itu analisa terhadap komponen sistem tenaga listrik yang meliputi pembangkit, saluran transmisi, dan beban yang terpasang sangat perlu dilakukan untuk meminimalisasi hal tersebut. Kita dapat menggunakan optimasi aliran daya atau biasa disebut Optimal Power Flow (OPF) yang digunakan untuk mengoptimasi aliran daya dari sistem tenaga listrik yang sudah terinterkoneksi sehingga didapatkan parameter – parameter dari pembangkit, transmisi maupun beban. Dari parameter tersebut kemudian dapat ditentukan kapasitas daya optimal yang harus disediakan oleh tiap pembangkit. Tujuan OPF yaitu untuk menentukan kondisi operasi stabil dari jaringan listrik. Daya yang mengalir melalui jaringan akan dihitung. Sehingga dari aliran daya ini akan diketahui kelayakan dari sistem jika ditinjau dari sisi daya sistemnya. Metode OPF ini juga akan menentukan batasan-batasan yang diperbolehkan dalam pengoperasian sistem. Batasan ini meliputi ketersediaan jaringan/transmisi, pengaturan pembangkit listrik, batas desain peralatan listrik,dan strategi operasi. OPF ditujukan untuk mengoptimalkan variabel jaringan listrik di bahwah batasan tertentu. Variabel dapat mencakup daya aktif dan daya reaktif, tegangan bus dan sudut, yang sangat berpengaruh untuk meminimalkan kerugian daya dan menekan biaya operasi pembangkitan listrik dari generator[2]. Untuk mendapatkan hasil yang baik, parameter – parameter yang sudah didapatkan dari sebuah sistem jaringan listrik dapat di optimasi dengan berbagai metode optimasi. Dalam penelitian ini optimasi dilakukan dengan menggunakan metode Artificial Intelegence (AI). Dari berbagai macam metode AI yang berkembang, peneliti melakukan perbandingan hasil optimasi menggunakan Particle Swarm Optimization (PSO) dengan optimasi menggunakan Algoritma Genetika (AG). Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan pada penelitian ini menjabarkan perbandingan metode yang sudah ada dalam optimasi aliran daya, agar didapat metode yang terbaik untuk memecahkan masalah aliran daya optimal studi kasus sistem ieee 26 bus. KINETIK Vol. 1, No. 1, Mei 2016 : 101 – 141 KINETIK 103 ISSN: xxxx-xxxx 2. Metode Penelitian 2.1. Pengolahan Performa Sistem Sebelum Dioptimalkan Untuk mendapatkan performa sistem data yang telah didapatkan kemudian diinputkan kedalam script MATLAB. Untuk mendapatkan aliran daya pada sistem, maka data harus di rubah kedalam bentuk matrik admitansi. Dimana data yang diolah adalah data saluran sistem. Setelah data matrik admitansi diketahui, dilakukan penyelesaian persamaan aliran daya menggunakan metode Newton-Raphson, dan mendapatkan nilai V, P, Q, dan S dari sistem. Kemudian daya nyata masing-masing pembangkit dihitung berdasarkan data pembangkitan sistem yang optimal, dan dihitung rugi-rugi daya yang ada pada kondisi optimal. Setelah didapat daya nyata masing-masing pembangkit maka dapat dihitung pula biaya pembangkitan total pembangkit yang ada pada sistem. Diagram alir dari metode pengolahan dijabarkan dalam Gambar 1. Mulai Data sistem IEEE 26 bus Pembentukan matriks admitansi bus (linedata) Perhitungan V, P, Q, S menggunakan metode newton raphsnon Menghitung daya nyata masingmasing pembangkit pada kondisi optimal Menghitung rugirugi daya nyata total sistem pada kondisi optimal Biaya pembangkita n masingmasing pembangkit Hitung biaya pembangkitan total, pada kondisi optimal Akhir Gambar 1 Diagram alir metode pengolahan data. 2.2. Optimasi Performa Sistem Dengan Fungsi Biaya Pembangkitan Analisis keekonomian pembangkitan menunjukkan sebuah proyeksi atau prediksi keekonomian dari operasi sistem pembangkitan dengan berbagai pilihan fasilitas pembangkitan dimasa mendatang guna melayani beban yang ditentukan. Pada dasarnya, analisis ini merupakan simulasi atau dugaan atas operasi mendatang. Pengetahuan tentang prinsip-prinsip operasi sistem penting dikuasai untuk memperoleh hasil yang dapat dipercaya (credible results) oleh banyak pihak. Tujuan utama dari operasi ini adalah untuk melayani beban. Kedua, untuk mengetahui biaya terendah (minimum cost). Biaya terendah yang utama dapat dicapai dalam operasi adalah dengan menghemat biaya bahan bakar. Operasi ini berarti memilih pembangkit yang tersedia dalam periode beban tertentu dengan pertimbangan tertentu. Kemudian Judul Makalah, Penulis 1; Penulis 2 104 ISSN: xxxx-xxxx; E-ISSN: xxxx-xxxx menjadwalkan untuk menghidupkan atau mematikan pembangkit dan mendistribusikan total kapasitas per jam yang diperlukan setiap pembangkit. Operasi ini kemudian disebut dengan economic dispatch. Permasalahan economic dispatch yang digunakan untuk meminimalkan biaya produksi listrik yang nyata, umumnya dapat dinyatakan sebagai berikut yaitu: economic dispatch harus mampu mengalokasikan beban pada sistem untuk memenuhi biaya minimum sesuai dengan batasan yang terdapat pada sistem. Hal ini dirumuskan sebagai masalah optimasi untuk meminimalkan total biaya bahan bakar di semua generator di dalam sistem dengan memenuhi permintaan beban dan total kerugian yang terdapat pada sistem. Secara matematis economic dispatch dapat dirumuskan dalam Persamaan 1[3]. Dengan batasan Persamaan 1 dijabarkan dalam Persamaan 2[3]. Daya pembangkitan total harus memenuhi total beban dan total rugi pada transmisi. Rugi pada transmisi dirumuskan dalam Persamaan 3[3]. Dari Persamaan 1 dan 3 didapat fungsi objektif untuk dioptimasikan dalam Persamaan 4[3]. πΉπ ππ = ππ πππ 2 + ππ πππ + ππ (1) πππ πππ < πππ < πππ πππ₯ (2) ππΏ−π = πΊπ (ππ 2 + ππ 2 − 2ππ ππ cos(πΏπ − πΏπ )) (3) πΉ(π₯) = ∑ππ πΉπ ππ + 1000 ∗ πππ (∑ππ ππ − ππ· − ∑ππ ππΏ−π ) (4) 1000 disini merukan faktor skala dilantasi. Dilantasi pada umumnya merupakan transformasiyang dapat mengubah ukuran suatu titik. Transformasi adalah aturan secara geometris yang dapat menunjukan bagaimana suatu titik atau bangun dapat berubah kedudukan dan ukurannya berdasarkan rumus tertentu. Setelah di optimasi hasil yang didapatkan berupa tegangan pada setiap bus, daya nyata pembangkitan setiap generator beserta rugi daya yang terdapat pada sistem, dan total biaya pembangkitan yang keluar untuk memenuhi kebutuhan pada sistem. Hasil-hasil ini akan di analisa untuk mendapatkan hasil terbaik pada setiap metode. 2.2.1. Metode Optimasi Menggunakan PSO Dari diagram alir dalam Gambar 2 hal pertama yang dilakukan untuk mengoptimasi aliran daya optimal ialah menghitung nilai fitness dari sebuah sistem yang akan dioptimasi. Disini peneliti menyelesaikan persamaan aliran daya menggunakan metode Newton Raphson. Setelah dilakukan penyelesaian persamaan aliran daya, maka akan didapat nilai P, V, dan P pembangkitan. Kemudian data biaya pembangkitan diinputkan, beserta dengan parameterparameter PSO. Dari model perencanaan tersebut menghasilkan output berupa data hasil optimasi yaitu berupa nilai harga total biaya pembangkitan, daya nyata yang di bangkitkan oleh pembangkit, V magnitude, serta total kerugian daya dari sistem. PSO digunakan untuk mendapatkan optimasi dari daya nyata pembangkitan, tegangan magnitude, serta daya nyata dari sistem. PSO ini akan bekerja sendiri pada bagian yang fungsi fitness yang akan dipotimasikan dengan ketentuan parameter yang sudah diinputkan . KINETIK Vol. 1, No. 1, Mei 2016 : 101 – 141 KINETIK 105 ISSN: xxxx-xxxx Mulai Data sistem IEEE 26 bus, parameter PSO, Inisialisasi swarm Perhitungan kondisi aliran daya optimal menggunakan newton raphson (fitness) Pgg, P, V, dan data biaya pembangkitan tidak Buat ii =1 x bertambah ya Update Velocity ii > maks iterasi i i++ tidak Kriteria optimasi terpenuhi Ya Hasil Akhir Gambar 2 Diagram alir optimasi dengan PSO Pencarian nilai optimum dalam PSO dilakukan secara simultan terhadap sejumlah kandidat solusi yang disebut dengan swarm. Swarm merupakan kumpulan dari individu tunggal yang disebut dengan partikel. Individu-individu tunggal dalan swarm dianalogikan sebagai suatu himpunan solusi yang mungkin dari permasalahan optimasi. Penentuan jumlah partikel dilakukan dengan memperhatikan lama waktu komputasi dan probabilitas dalam menentukan solusi optimum. Semakin besar jumlah partikel yang digunakan akan membuat perhitungan menjadi lebih lama. Tetapi jika jumlah partikel yang digunakan terlalu sedikit, maka probabilitas dalam menemukan solusi yang lebih baik menjadi lebih kecil. Dalam penelitian ini hal yang pertama dilakukan untuk optimasi dengan menggunakan algoritma PSO ialah menentukan total unit pembangkit, beban, daya pembangkitan, dan tegangan serta persamaan biaya pembangkitan. Setelah itu menentukan parameter algoritmaa PSO, seperti swarm, bobot inersia, jumlah iterasi dan konstanta akselerasi. Kemudian dari data beserta parameter PSO yang sudah di inputkan akan di tentukan Pbest dan Gbest mula-mula. Pbest merupakan nilai partikel terbaik, dalam hal ini adalah nilai biaya pembangkitan terbaik. Setelah itu menghitung kecepatan dan posisi partikel pada interasi berikutnya. Bila didapatkan nilai fitness yang cukup baik atau sampai pada jumlah interasi maksimum maka interasi akan berhenti mencari dan memperbaharui kecepatan dan posisi partikel, sehingga nilai Pbest dan Gbest terbaru akan didapatkan. Program akan menampilkan hasil Pbest dan Gbest yang dalam penelitian ini merupakan nilai biaya pembangkitan beserta dengan daya yang harus dibangkitkan oleh generator, beserta tegangan setiap bus dan total rugi saluran pada sistem. Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat fitness function dalam bentuk m-file untuk kemudian dioptimasi, hasil keseluruhannya akan di optimasi oleh PSO. Fitness function berisikan tentang kriteria dari variable optimasi yang akan di evaluasi dan nilai optimal yang diharapkan. Fitness function dalam kasus ini berisikan persamaan matematis untuk mencari persamaan aliran daya optimal. Kemudian cara untuk melakukan optimasi menggunakan PSO dalam MATLAB, yaitu menjalankan optimasi dan mengatur parameter optimasi langsung menggunakan command line Judul Makalah, Penulis 1; Penulis 2 106 ISSN: xxxx-xxxx; E-ISSN: xxxx-xxxx MATLAB. Proses optimasi dijalankan dengan mengetikan perintah: “[out] = PSO(functname, D, mv, VarRange, minmax, PSOparams)”. Deskripsi dari perintah tersebut sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. Functname, merupakan fungsi yang akan dioptimasikan. D, merupakan jumlah variable yang akan di optimasi. Mv, batasan maksimal partikel velocity Varrange, merupakan batasan matrik variabel masukan. Minmax, merupakan pengaturan dari fungsi optimasi dari PSO ini yaitu kode 0 merupakan fungsi minimal dan kode 1 merupakan fungsi optimasi maksimal. 6. PSOparams, merupakan parameter inputan dari PSO. 2.2.2. Metode Optimasi Menggunakan AG Diagram alir metode optimasi AG dijabarkan dalam Gambar 3. Sama seperti PSO, AG juga digunakan untuk mendapatkan optimasi persamaan aliran daya optimal. Fungsi AG berkerja sendiri pada bagian yang telah ditentukan oleh fungsi fitness yang akan dioptimasikan, dengan ketentuan parameter yang sudah dimasukkan. Setelah data sistem dimasukkan, kemudian perhitungan nilai fitness dilakukan untuk dioptimasikan. Perhitungan fitness sama seperti metode sebelumnya yaitu menggunakan metode newton raphson untuk menyelesaikan persamaan aliran daya. Mulai Data sistem IEEE 26 bus, parameter GA, Inisialisasi populasi Perhitungan kondisi aliran daya optimal menggunakan newton raphson (fitness) tidak Seleksi Buat ii =1 x bertambah Crossover ya Mutasi Populasi baru ii > maks iterasi ii ++ tidak Kriteria optimasi terpenuhi ya Hasil Akhir Gambar 3 Diagram alir optimasi dengan AG. Diagram alir metode optimasi AG dijabarkan dalam Gambar 3. Sama seperti PSO, AG juga digunakan untuk mendapatkan optimasi persamaan aliran daya optimal. Fungsi AG berkerja sendiri pada bagian yang telah ditentukan oleh fungsi fitness yang akan dioptimasikan, dengan ketentuan parameter yang sudah dimasukkan. Setelah data sistem dimasukkan, kemudian perhitungan nilai fitness dilakukan untuk dioptimasikan. Perhitungan fitness sama seperti metode sebelumnya yaitu menggunakan metode newton raphson untuk menyelesaikan persamaan aliran daya. Algoritma genetik dimulai dengan satu set solusi acak. Satu set solusi acak dinamakan populasi. Setiap solusi acak dalam populasi mempresentasikan satu buah solusi yang mungkin KINETIK Vol. 1, No. 1, Mei 2016 : 101 – 141 KINETIK ISSN: xxxx-xxxx 107 memecahkan masalah optimasi. Setiap solusi acak tersebut dinamakan kromoson atau individu. Seleksi bertujuan untuk mendapatkan nilai fitness dari suatu kromosom. Nilai fitness tersebut menunjukan tingkat kemampuan bertahan hidup kromosom sehingga kromosom yang mempunyai nilai fitness tinggi akan bertahan hidup pada generasi berikutnya. Kromosom yang mempunyai nilai fitnesss tertinggi akan dijadikan sebagai solusi yang paling optimal. Nilai fitness yang digunakan merupakan nilai hasil dari persamaan biaya pembangkitan, dan nilai rugi-rugi daya saluran yang didapat dari hasil perhitungan rugi-rugi daya pada saluran menggunakan metode Newton-Raphson. Crossover atau pindah silang bertujuan untuk mengkombinasikan dua buah kromosom sehingga mendapatkan kromosom yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Kromosom induk yang terpilih pada seleksi roda roulette akan menghasilkan keturunan kromosom baru melalui proses crossover. Roda roulette merupakan seleksi yang digunakan untuk memilih kromosom yang menjadi induk dalam proses crossover. Masing-masing kromosom menempati potongan lingkaran pada roda roulette secara proporsional sesuai dengan nilai fitness yang dimiliki. Semakin besar nilai fitness semakin besar peluang terpilih menjadi induk. Mutasi adalah proses pengubahan komposisi yang terdapat didalam kromosom dengan tujuan untuk memperoleh hasil keturunan yang lebih baik. Kromosom yang diperoleh setelah proses evaluasi, seleksi roda roulette, pindah silang dan mutasi akan membentuk populasi baru menggantikan populasi lama. Proses penggantian tersebut disebut regenerasi. Populasi baru tersebut, kemudian ditambah dengan kromosom terbaik dari populasi lama. Populasi baru ini akan membentuk generasi baru dan siap di evaluasi kembali. Proses ini akan terus berulang hingga batas generasi maksimal tercapai. Kromosom dengan nilai terbaik setiap interasi akan di tampilkan. Dalam penelitian ini nilai kromosom merupakan nilai biaya pembangkitan. Selanjutnya cara untuk melakukan optimasi menggunakan AG sama seperti PSO, yaitu dengan menjalankan optimasi dan mengatur parameter optimasi langsung menggunkan command line MATLAB. Selain dengan menggunakan command line MATLAB, optimasi juga bisa dilakukan dengan menggunakan GUI karena optimasi menggunakan AG sudah terdapat toolbox yang dapat di akses menggunakan GUI pada MATLAB 7.10.0(2010a). Proses optimasi GA dengan menggunakan command line MATLAB dapat dijalankan dengan mengetikkan perintah “x =ga(@fungsifitness, jumlah variabel, options)”. Options disini merupakan parameter optimasi yang diatur sebelumnya dengan mengetikkan perintah sebagai berikut: “options=gaoptimset(parameter1, ’nilai’, parameter2, ’nilai’, ...)”. 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1. Analisa Performa Sistem Sebelum Dioptimalkan Analisa aliran daya merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui kondisi sistem dalam keadaan normal, sehingga sangat dibutuhkan dalam perencanaan sistem untuk masa yang akan datang dan merupakan bahan evaluasi terhadap sistem yang ada. Analisis ini meliputi penentuan besarnya nilai tegangan(V), daya aktif (P), dan reaktif (Q) dan sudut fasa (δ) setiap bus dalam sistem. Dari hasil perhitungan Persamaan 1-4 didapatkan hasil seperti ditunjukkan dalam Tabel 1 Dapat dilihat bahwa aliran daya aktif paling besar mengalir pada bus no 1 yang juga sebagai swing bus. Dimana di bus tersebut mengalir daya aktif sebesar 716,534 MW dan daya reaktif di bus yang sama sebesar 224,011 Mvar. Dimana karakteristik dari swing bus atau bus referensi adalah tegangan dan sudut pada bus tetap, hal ini ditunjukkan dalam Tabel 1. Judul Makalah, Penulis 1; Penulis 2 108 ISSN: xxxx-xxxx; E-ISSN: xxxx-xxxx Bus no 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Tabel 1 Aliran daya pada sistem IEEE 26 bus Bus voltage Load Generation Phase Real Reactive Real Reactive Magnitude angle power power power power (p.u) (degree) (MW) (MVar) (MW) (MVar) 1,025 0.000 51.000 41.000 719.534 224.011 1,020 -0.931 22.000 15.000 79.000 125.354 1,035 -4.213 64.000 50.000 20.000 63.030 1,050 -3.582 25.000 10.000 100.000 49.223 1,045 1.129 50.000 30.000 300.000 124.466 0.999 -2.573 76.000 29.000 0.000 0.000 0.994 -3.204 0.000 0.000 0.000 0.000 0.997 -3.299 0.000 0.000 0.000 0.000 1,009 -5.393 89.000 50.000 0.000 0.000 0.989 -5.561 0.000 0.000 0.000 0.000 0.997 -3.218 25.000 15.000 0.000 0.000 0.993 -4.692 89.000 48.000 0.000 0.000 1,014 -4.430 31.000 15.000 0.000 0.000 1,000 -5.040 24.000 12.000 0.000 0.000 0.991 -5.538 70.000 31.000 0.000 0.000 0.983 -5.882 55.000 27.000 0.000 0.000 0.987 -4.985 78.000 38.000 0.000 0.000 1,007 -1.866 153.000 67.000 0.000 0.000 1,004 -6.397 75.000 15.000 0.000 0.000 0.980 -6.025 48.000 27.000 0.000 0.000 0.977 -5.778 46.000 23.000 0.000 0.000 0.978 -6.437 45.000 22.000 0.000 0.000 0.976 -7.087 25.000 12.000 0.000 0.000 0.968 -7.347 54.000 27.000 0.000 0.000 0.974 -6.775 28.000 13.000 0.000 0.000 1,015 -1.803 40.000 20.000 60.000 32.706 Total 1263.000 637.000 1278.534 618.790 Injected Reactive power (Mvar) 4.00 0.00 0.00 2.00 5.00 2.00 0.00 0.00 3.00 0.00 1.50 2.00 0.00 0.00 0.50 0.00 0.00 0.00 5.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 25.00 Berbeda dengan swing bus, generator bus memiliki kharakteristik mempunyai nilai daya nyata dan tegangan yang konstan. Pada bus generator harga sudut dan daya reaktif ditentukan melalui perhitungan. Dalam Tabel 1 diketahui bahwa pada bus 2 nilai sudut sebesar -0,931° dan daya reaktif yang mengalir sebesar 125,354 Mvar. Sudut yang bernilai negatif menandakan bahwa beban yang mengalir pada bus ini merupakan beban induktif. Sama seperti bus 2, hampir semua bus pada tabel sudutnya bernilai negatif. Hal ini dapat berpengaruh terhadap faktor daya pada bus. Berbeda dengan bus generator lain yaitu bus 2,3,4,dan 26, pada bus 5 mengalir beban kapasitif. Hal ini dapat dilihat dari nilai sudut pada bus 5 yang bernilai positif. Selain ke 6 bus yang telah disebutkan, bus lainnya tersebut merupakan bus beban. Bus beban merupakan bus yang memiliki kharakteristik nilai daya nyata beban dan daya reaktif beban diketahui, tetapi nilai tegangan dan sudut fasa berubah sesuai perhitungan. Pada sistem ini, semua bus beban merupakan bus yang mengalir daya induktif. Hal ini dapat dilihat dari nilai sudut yang bernilai negatif. Gambar 4 dan Gambar 5 menunjukkan data pembangkitan nyata dan daya reaktif pembangkitan yang ada pada setiap bus. KINETIK Vol. 1, No. 1, Mei 2016 : 101 – 141 KINETIK 109 ISSN: xxxx-xxxx 800 Real power generation 600 400 Real power 200 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 Gambar 4 Grafik daya nyata pada setiap bus Reactive power generation 250 200 150 Reactive power 100 50 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 Gambar 5 Grafik daya reaktif pada setiap bus Daya nyata yang dihasilkan oleh pembangkit ditunjukkan dalam Tabel 2. Tabel 2 Pembangkitan Daya Nyata Sebelum Dioptimasi Daya Pembangkitan Pembangkit No. Generator (MW) 1 474.1196 2 173.7889 3 190.9515 4 150 5 196.7196 6 103.5772 Total 1289.1568 Judul Makalah, Penulis 1; Penulis 2 110 ISSN: xxxx-xxxx; E-ISSN: xxxx-xxxx Daya Pembangkitan Pembangkit 500 400 300 Daya Pembangkitan Pembangkit 200 100 0 1 2 3 4 5 6 Gambar 6 Grafik daya pembangkitan pembangkit Dalam Gambar 6 dapat dilihat bahwa pembangkitan daya nyata tertinggi ada pada generator no 1 yaitu yang berfungsi sebagai swing generator sebesar 474.1196 MW. Dari hasil perhitungan didapat total kerugian daya pada sistem sebesar 15.53 MW. Total kerugian didapat dari hasil penjumlahan daya yang dibangkitkan pembangkit dikurangi dengan jumlah beban yang ada pada sistem. 3.2. Analisis Performa Sistem Setelah Dioptimalkan 3.2.1. Tegangan Yang Dihasilkan Pada Setiap Bus Daya listrik selalu akan mengalir menuju beban, karena itu dalam hal ini aliran daya juga merupakan aliran beban. Besarnya aliran daya disetiap saluran transmisi beserta rugi-rugi daya dapat diketahui dengan menghitung lebih dahulu besarnya (magnitude) tegangan pada setiap bus yang terdapat pada sistem, dalam penelitian ini yaitu pada sistem IEEE 26 bus. Dengan nilai besarnya tegangan yang mengalir dalam bus kita dapat menganalisa profil tegangan pada setiap bus. Dalam Tabel 3 berisi hasil perhitungan tegangan pada setiap bus, dengan menggunakan metode konvensional tanpa algoritma optimasi, dengan menggunakan metode algoritma PSO dan dengan menggunakan metode optimasi AG. Tabel 3 merupakan hasil perbandingan tegangan setiap bus dalam satuan MV. Untuk mempermudah perhitungan maka satuan MV dapat dirubah menjadi per unit (p.u). untuk merubah satuan dapat dilakukan dengan membagi tegangan dengan tegangan basenya. Didalam sistem ini tegangan base sebesar 100 MV. Sehingga dalam Tabel 4 didapatkan hasil tegangan setiap bus yang menggunakan satuan p.u. Dari data perbandingan hasil perhitungan dalam Tabel 3 dan 4, dapat diketahui bahwa tegangan pada setiap bus berbeda-beda, tergantung pada metode yang digunakan. Tetapi pada bus 1 yaitu swing bus, nilai tegangan sama. Karena pada swing bus nilai tegangan tidak akan berubah selama perhitungan aliran daya. KINETIK Vol. 1, No. 1, Mei 2016 : 101 – 141 KINETIK 111 ISSN: xxxx-xxxx Tabel 3Perbandingan tegangan pada setiap bus dalam MV V bus V bus No. V bus GA konvensional PSO bus (MV) (MV) (MV) 102.5 102.5 102.5 1 102 102 102 2 103.5 104.5 104.5 3 105 105 105 4 104.5 103.5 100.5 5 99.89 99.73 98.58 6 99.38 99.35 99.06 7 99.68 99.68 99.54 8 100.86 100.85 100.58 9 98.9 98.91 98.68 10 99.71 99.54 98.12 11 99.27 99.28 99.18 12 101.36 102.24 102.21 13 100.02 100.81 100.71 14 99.15 99.86 99.74 15 98.25 98.96 98.76 16 98.72 98.13 97.73 17 100.73 100.63 100.24 18 100.37 100.15 99.32 19 98.04 98.13 97.84 20 97.73 97.42 96.63 21 97.76 97.75 97.4 22 97.65 97.53 96.93 23 96.82 96.64 96.01 24 97.43 97.26 96.21 25 101.5 101.5 99.5 26 Sistem IEEE 26 bus, merupakan sistem jaringan radial. Sistem jaringan radial adalah sistem distribusi yang sangat sederhan dan ekonomis. Keuntungan dari sistem ini adalah sistem tidak rumit dan lebih murah dibanding dengan sistem yang lain. Namun keandalan sistem ini lebih rendah dibanding dengan lainnya. Kurangnya keandalan disebabkan karena mutu tegangan bus yang paling jauh dengan generator kurang baik, hal ini dikarenakan jatuh tegangan terbesar ada diujung saluran. Judul Makalah, Penulis 1; Penulis 2 112 ISSN: xxxx-xxxx; E-ISSN: xxxx-xxxx Tabel 4 Perbandingan tegangan pada setiap bus dalam (p.u) V bus No. V bus PSO V bus GA konvensional bus (p.u) (p.u) (p.u) 1 1.0250 1.0250 1.0250 2 1.0200 1.0200 1.0200 3 1.0350 1.0450 1.0450 4 1.0500 1.0500 1.0500 5 1.0450 1.0350 1.0050 6 0.9989 0.9973 0.9858 7 0.9938 0.9935 0.9906 8 0.9968 0.9968 0.9954 9 1.0086 1.0085 1.0058 10 0.9890 0.9891 0.9868 11 0.9971 0.9954 0.9812 12 0.9927 0.9928 0.9918 13 1.0136 1.0224 1.0221 14 1.0002 1.0081 1.0071 15 0.9915 0.9986 0.9974 16 0.9825 0.9896 0.9876 17 0.9872 0.9813 0.9773 18 1.0073 1.0063 1.0024 19 1.0037 1.0015 0.9932 20 0.9804 0.9813 0.9784 21 0.9773 0.9742 0.9663 22 0.9776 0.9775 0.9740 23 0.9765 0.9753 0.9693 24 0.9682 0.9664 0.9601 25 0.9743 0.9726 0.9621 26 1.0150 1.0150 0.9950 1.1 1.05 1 Konvensional PSO GA 0.95 0.9 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 Gambar 7 Grafik perbandingan tegangan pada setiap bus Dalam Gambar 7 dapat dilihat jatuh tegangan terbesar ada pada bus 24 yaitu sebesar 0,9682 pu dengan metode konvensional, 0,9664 pu dengan metode PSO, dan 0,9601 pu dengan menggunakan metode AG. Hal ini disebabkan karena letak bus no 24 jauh dari bus generator. 3.2.2. Daya Pembangkitan Generator Dan Rugi Daya Dari hasil perhitungan didapatkan perbandingan daya pembangkitan optimal dari masing-masing pembangkit pada sistem. Setelah didapat daya pembangkitan optimal pada KINETIK Vol. 1, No. 1, Mei 2016 : 101 – 141 KINETIK 113 ISSN: xxxx-xxxx sistem maka dapat dihitung jumlah total kerugian daya pada sistem. Dalam Tabel 5 menunjukkan data hasil perbandingan daya pembangkitan optimal masing-masing generator: Tabel 5 Perbandingan daya pembangkitan masing-masing generator Daya Pembangkitan Daya Daya No. pembangkit Pembangkitan Pembangkitan Generator konvensional pembangkit PSO pembangkit GA (MV) (MV) (MV) 1 474.1196 482.3326 500 2 173.7889 198.7015 149.2163 3 190.9515 295.5962 300 4 150 61.64 150 5 196.7196 102.4932 155.6682 6 103.5772 120 23.8657 Total 1289.1568 1260.7635 1278.7502 Dalam Tabel 5 dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan daya pembangkitan pada setiap metode yang digunakan pada proses pengujian. Dengan menggunakan metode konvensional total daya pembangkitan didapat sebesar 1289,1568 MW, sedangkan dengan menggunakan metode PSO daya didapatkan sebesar 1260,7635 MW, dan dengan menggunakan AG didapat total daya pembangkitan optimal sebesar 1278.7502 MW. Generator yang paling besar membangkitkan daya adalah generator 1 yang bertindak sebagai slackbus, yaitu pada metode konvensional sebesar 474,1196 MW, pada metode PSO sebesar 482,3326 MW, serta dengan menggunakan metode AG sebesar 500 MW. Total pembangkitan daya generator paling sedikit adalah dengan menggunakan metode PSO yang mampu mereduksi daya sebesar 28,3933 MW atau sebesar 2,20%. Sedangkan dengan menggunakan metode AG daya yang direduksi sebesar 10,4066 MW atau sebesar 0,813%. Daya Pembangkitan pembangkit konvensional 1300 1280 Daya Pembangkitan pembangkit PSO 1260 Daya Pembangkitan pembangkit GA 1240 1 Gambar 8 Grafik perbandingan total daya pembangkitan generator Setelah daya pembangkitan optimal diketahui, selanjutnya dapat diketahui total rugirugi daya pada system dalam Tabel 6. Tabel 6 Perbandingan Rugi-Rugi Daya Pada Sistem TL konvensional TL PSO TL GA (MW) (MW) (MW) 15.53 6.6365 15.764 Total rugi-rugi daya pada sistem dengan menggunakan metode konvensional newtonraphson didapat kerugian sebesar 15,53 MW, dengan metode AG kerugian didapat sebesar Judul Makalah, Penulis 1; Penulis 2 114 ISSN: xxxx-xxxx; E-ISSN: xxxx-xxxx 15,764 MW, sedangkan dengan menggunakan metode PSO kerugian yang dihasilkan sebesar 6.6365 MW. 3.2.3. Total Biaya Pembangkitan Pada Sistem Dari hasil perhitungan dengan MATLAB didapatkan perbandingan biaya total pembangkitan dengan metode konvensional, dengan metode PSO dan AG. Dalam Tabel 7 menunjukkan perbandingan total biaya pembangkitan pada sistem: Tabel 7 Perbandingan biaya pembangkitan Total Biaya Total Biaya pembangkitan Pembangkitan Total Biaya konvensional PSO Pembangkitan GA ($/hr) ($/hr) ($/hr) 16760,73 16243,65 15556,58 Dari data hasil perhitungan biaya pembangkitan dapat diketahui bahwa total biaya dengan menggunakan metode konvensional lambda sebagai pembanding didapat sebesar 16760,73 $/jam. Dengan menggunakan metode PSO didapatkan hasil sebesar 16243,65 $/jam. Dengan metode PSO biaya pembangkitan dapat direduksi sebesar 517,08 $/jam atau penghematan sebesar 3,08 %. Sedangkan dengan menggunakan metode optimasi AG total biaya pembangkitan didapat sebesar 15556,58 $/jam. Dengan metode AG biaya pembangkitan dapat direduksi sebesar 1204,15 $/jam atau penghematan sebesar 7,18 %. Total Biaya pembangkitan konvensional 17000 16500 16000 Total Biaya Pembangkitan PSO 15500 15000 14500 1 Total Biaya Pembangkitan GA Gambar 9 Grafik Perbandingan Total Biaya Pembangkitan Pada Sistem 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang berjudul analisa perbandingan aliran daya optimal mempertimbangkan biaya pembangkitan dan kestabilan daya menggunakan PSO dan AG diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Penyelesaian aliran daya dapat dilakukan dengan metode konvensional, ataupun optimasi dengan menggunakan metode kecerdasan buatan seperti PSO dan AG. 2. Dengan menggunakan metode PSO mampu mereduksi daya sebesar 28,3933 MW atau sebesar 2,20%. Sedangkan dengan metode AG mereduksi daya sebesar 10,4066 MW atau sebesar 0,813%. 3. Dengan menggunakan metode algoritma PSO mampu menghemat biaya pembangkitan sebesar 3,08 %, sedangkan dengan AG penghematan biaya pembangkitan sebesar 7,18 %. KINETIK Vol. 1, No. 1, Mei 2016 : 101 – 141 KINETIK 115 ISSN: xxxx-xxxx 4. Hasil optimasi terbaik didapatkan menggunakan metode algoritma PSO dibandingkan dengan AG untuk daya pembangkitan dan pada sisi profil tegangan, sedangkan pada sisi biaya pembangkitan AG lebih unggul daripada algoritma PSO. Referensi [1]. Reza Mochammad. Studi Aliran Daya Optimum Mempertimbangkan Kestabilan Transien Sistem Menggunakan Simulasi Domain Waktu. ST Thesis. Surabaya: ITS; 2012. [2]. E D Meilandari, RS Hartati, dan I W Sukerayasa. Analisa Aliran Daya Optimal Pada Sistem Kelistrikan Bali. Jurnal Teknik Elektro. 2012; Vol 11:36-40. [3]. Yadav Ankit. Multiple Objectiv Optimal Power Flow. M.Eng Thesis. Patiala: Thapar University. 2010. [4]. Saravanan T., G. Saritha, and V. Srinivasan. Optimal Power Flow Using Particle Swarm Optimization. Middle-East Journal of Scientific Research. 2014; 20(11):1554-1560. [5]. Sugeng Santoso. Optimisasi Pada Sistem Daya Listrik. Magistra. 2011; 75:51-61. [6]. Hosea, Emmy dan Yusak Tanoto. Perbandingan Analisa Aliran Daya dengan Menggunakan Metode Algoritma Genetika dan Metode Newton Raphson. Jurnal Teknik Elektro. 2005; Vol 5(1); 63-69 [7]. Sharma Bhupender, Shivani Sehgal, and Ajay Nain. Particle Swarm Optimization and Genetic Algorithm based Optimal Power Flow. International Journal of Application or Innovation in Engineering & Management (IJAIEM). 2013; Vol 2(7): 307-315 [8]. Cekmas Cekdin. Sistem Tenaga Listrik - Contoh Soal Dan Penyelesaiannya Menggunakan Matlab. II ed. Yogyakarta:Andi. 2010:64-69. [9]. Saadat, Hadi. Power System Analysis. I. Newyork:Mc-Graw Hill. 1999:248-289. [10]. Arfah Z, efrita dan Faris Firmansyah. Optima Power Flow (OPF) Pembangkitan Jawa Bali 500 Kv Menggunakan Algoritma PSO Template. Makalah Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan. Surabaya. 2013. Judul Makalah, Penulis 1; Penulis 2