LAPORAN PRAKTIKUM Kromatografi Kertas Pigmen Mata Lalat Buah Drosophila melanogaster Laporan ini disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Genetika disusun oleh : Kelompok 8 Enang Siti Fauziah ( 0706739 ) Fransiska Paskalia (0606388) Mety Setiawati A. ( 0700854) Sari Rahma Tika (0706580 ) Siti Hadijah ( 0705137) Rizka Maulia (0706703) * JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 Kromatografi Kertas Pigmen Mata Lalat Buah Drosophila melanogaster I. Latar Belakang Informasi genetika dari suatu organisme umumnya terdapat di dalam kromosom. Kromosom terdiri atas molekul-molekul DNA yang dibungkus oleh protein. DNA merupakan polimer yang terdiri atas empat macam nukleotida yaitu Adenin, Guanin, Sitosin, dan Timin. Gen merupakan bagian dari kromosom tepatnya DNA yang dapat ditranskripsi dan ditranslasi menjadi suatu protein. Urutan nukleotida suatu gen akan menentukan produk dari suatu gen. Apabila urutan nukleotida suatu gen berubah, maka gen tersebut termutasi. Mutasi menyebabkan fungsi dari produk suatu gen menjadi hilang atau berubah. Hilangnya atau berubahnya fungsi produk suatu gen organisme sering kali dapat teramati sebagai perubahan fenotif organisme tersebut. Produk utama dari gen yaitu protein. Protein ini berfungsi sebagai protein sruktural yaitu protein yang membangun sel atau sebagai enzim yang mengkatalisis reaksi-reaksi yang terjadi di dalam sel. Fenotif yang dapat teramati merupakan hasil dari kerja suatu protein. Apabila suatu gen termutasi otomatis protein yang dihasilkan pun akan berubah atau tidak berfungsi. Perubahan ini akan tampak pada fenotif yang kita amati. Salah satu fenotif yang dikendalikan oleh gen yaitu pigmen mata. Drosophila melanogaster mempunyai warna mata merah. Warma mata merah ini disebabkan oleh adanya pteridin yaitu pigmen-pegmen mata.. Pteridin pada lalat buah terdiri atas Drosopterin yang menyebabkan warna merah pada mata dan Ommokrom yang menyebabkan warna coklat pada mata. Pigmen mata Drosophila melanogaster tidak dapat terlihat oleh cahaya putih, tetapi harus dilihat di bawah cahaya ultra violet. Apabila gen yang berperan dalam pembentukan pteridin termutasi, maka warna mata Drosophila melanogaster akan berubah sesuai dengan kombinasi jenis pteridin. Berikut ini merupakan reaksi pembentukan pteridin. Untuk mengamati pigmen mata pada Drosophila melanogaster dilakukan kromatografi terhadap pigmen tersebut. Dalam laporan ini, kami akan memaparkan hasil praktikum mengenai kromatografi pigmen amta Drosophila melanogaster. II. Tujuan 1. Mengukur Rf pigmen mata Drosophila melanogaster 2. Mengetahui penyebab kehadiran pigmen- pigmen mata yang menyebabkan warna mata Drosophila melanogaster apakah drosopterin atau ommokrom. III. Dasar Teori Penelitian tentang gen dan enzim terus berkembang. Para ilmuwan meneliti lebih lanjut tentang hipotesis satu gen satu enzim. Penelitian-penelitian tersebut menghasilkan suatu pernyataan bahwa semua enzim adalah protein. Namun tidak semua protein adalah enzim. Keratin adalah protein struktural pada rambut hewan. Hormon insulin merupakan protein. Kedua struktur tersebut bukanlah enzim. Namun demikian kedua protein tersebut sama-sama diekspresikan oleh suatu gen (Campbell dkk. 2002: 317). Gen merupakan bagian dari kromosom (DNA) yang dapat ditranskripsi dan ditranslasi sehingga menghasilkan suatu protein. Diantara fungsi protein di dalam sel adalah sebagai enzim yang mengkatalisis reaksi-reaksi yang terjadi ataupun sebagai protein structural yang membentuk sel. Protein merupakan bentuk utama dari suatu gen. akibat aktivitas dari protein dapat kita lihat fenotip-fenotip yang dapat kita amati. Jika suatu gen termutasi dimana urutan nukleotida dari gen tersebut berubah dapat mengakibatkan terjadi perubahan dari protein yang dihasilkan. Hal tersebut dapat mengakibatkan perubahan dari aktivitas protein dan fenotip yang kita amati. Jika mutasi yang terjadi menyebabkan suatu protein tidak berfungsi, maka mutan yang dihasilkan bersifat resesif. 1. Semua Enzim berfungsi V X Enzim 1 Y Enzim 2 Z Enzim 3 2. Gen yang mengkiode enzim 2 termutasu V X Enzim 1 z Enzim 2 (tidak berfungsi) Gambar 1. Pengaruh mutasi suatu gen terhadap konsentrasi senyawa di dalam sel Jika di dalam sel terjadi proses reaksi V X Y Z (Gambar 1.1), kemudian apabila terjadi mutasi pada enzim yang mengkatalisis X Y sehingga enzim tersebut tidak berfungsi, maka senyawa Y dan Z tidak akan diproduksi. Bila senyawa X tidak dapat diubah menjadi senyawa lain oleh enzim lain di dalam sel maka senyawa X akan bertumpuk di dalam sel (Gambar 1.2). Hilangnya senyawa Y dan Z dari dalam sel dan menumpuknya senyawa X di dalam sel akan mempengaruhi fenotipe yang di amati. Pertama kali T.H. Morgan menemukan karakter mata putih (white). Selanjutnya Beadle dan Tatum menemukan jenis lain dari warna mata Drosophila. Berbagai perubahan pada gen (mutasi) dapat mempengaruhi struktur, fungsi, atau pengaturan protein yaitu enzim. Warna mata pada mutan berbeda dibandingkan yang lainnya karena terdapat kecacatan/kerusakan satu atau beberapa enzim yang dibutuhkan dalam jalur biokimia dalam sintesis pigmen. Sebagai konsekuensinya, pigmen menjadi hilang dan atau terdapat pigmen berbeda yang terakumulasi karena kerusakan pada jalur biosintesis pigmen tersebut. Mutan Drosophila melanogaster Kehadiran pigmen-pigmen mata pteridin menyebabkan warna mata pada Drosophila melanogaster berwarna merah. Pteridin pada lalat buah terdiri dari dua kelompok yaitu : 1. Drosopterin, yang menyebabkan warna merah pada mata (Pigmen merah yang disebut juga pteridine), yang dihasilkan dari metabolisme purin. 2. Ommokrom, menyebabkan warna coklat pada mata yang dihasilkan dari metabolism triptofan. Tabel 1. Struktur Dropterin Amino-4- Drosopterins hydroxypteridine Xanthopterin Septiapterin Isoxanthopterin Isosepiapterin Biopterin Pigmen mata pteridin tidak dapat terlihat dalam cahaya putih (lampu neon/lampu pijar), tetapi akan berfluorensi dalam cahaya ultraviolet. Dijelaskan reaksi pembentukan pteridin dan beberapa gen yang berperan dalam pembentukan pteridin. Jika terjadi mutasi pada gen yang berperan dalam pembentukan pteridin, maka warna mata yang teramati akan tergantung kepada kombinasi jenis pteridin yang ada. Warna mata akan menjadi coklat, bila kelompok drosopterin tidak ada. Sedangkan warna mata akan menjadi merah terang jika kelompok ommokrom yang tidak ada. Warna mata pada lalat liar yaitu perpaduan antara beberapa pigmen yang berbedabeda. Pada Drosophila melanogaster terdiri atas 7 pteridine. Jika terjadi mutasi pada jalur ommochrome (pigmen cokelat), warna cokelat akan hilang dan warna mata akan menjadi merah terang. Sebaliknya, jika terjadi mutasi pada jalur pteridin maka warna mata akan menjadi lebih gelap. Suatu mutan diberi nama berdasarkan warna matanya, dan tidak berhubungan dengan kerusakanan biokimia. Sebagai contoh, mutan brown memiliki warna mata cokelat, karena kehilangan pteridine, sehingga mutasi mempengaruhi suatu enzim pada jalur biosintesis pteridine. Tabel 2. Biosintesis pigmen mata Drosophila melanogaster A. Sintesis Ommokrom B. Sintesis Drosopterin Triptpfan Guanosin triposfat N- formilkinurenin Dihidroneopteri triposfat Kinurenin dihidropterin cn 3- hikdroksikinurenin sepiapterin dihidropterin st mal Xanthopteri drosopterin isoxanthopterin xanthomati Pengisolasian enzim-enzim dapat dipisahkan melalui proses kromatografi. Kromatografi merupakan metode untuk memisahkan atau mengidentifikasi suatu komponen kimia dari suatu campuran. Cara tersebut digunakan oleh ilmuwan untuk mengidentifikasi suatu protein tunggal dari suatu komponen sel atau jaringan suatu makhluk hidup. Langkah-langkah yang dilakukan adalah menggiling jaringan tersebut agar jaringan mengalami lisis. Selanjutnya adalah memisahkan komponenkomponen kimiawi yang ada dalam jaringan tersebut. Cara pemisahan menggunakan prinsip interaksi molekul yang berbeda melalui medium stasioner (fase diam) di bawah pengaruh fase gerak. Cara pemisahan tersebut berdasarkan kecepatan migrasi tiap-tiap komponennya melalui medium stasioner (fase diam) di bawah pengaruh fase gerak (mobile). Aliran (gerakan) fase gerak tersebut menyebabkan perbedaan migrasi campuran, sehingga dapat terpisahkan (Pai & Apandi 1999: 210—211). Kromatografi adalah metode analisis yang digunakan secara luas untuk memisahkan, mengidentifikasikan, dan menentukan komponen kimia dalam suatu campuran. Tidak ada metode pemisahan lain yang aplikasinya seluas kromatografi. Metode kromatografi chromatography. lapisan tipis ada 2 yaitu: column chromatography dan planar Termasuk didalam kromatografi planar adalah kromatografi (TLC), kromatografi kertas (PC), dan elektrokromatografi. Kromatografi merupakan cara pemisahan campuran ke dalam komponenkomponennya berdasarkan kecepatan migrasi tiap-tiap komponennya melalui medium stasioner (fasa diam) di bawah pengaruh fasa gerak. Fase gerak pada metode kromatografi kertas bergerak melewati fase diam karena pengaruh kapilaritas, gravitasi, atau terkadang karena pengaruh potensial listrik (Skoog, West & Holler 1996: 660-721). Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona-zona dicirikan oleh nilainilai Rf. Nilai Rf didefinisikan dengan hubungan: Rf = Jarak (cm) dari garis awal ke pusat zona Jarak (cm) dari garis awal ke garis depan pelarut Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona relatif terhadap garis depan pengembang. Nilai Rf menunjukkan identitas-identitas asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi (Basset 1998: 226). IV. Metode Kerja Alat dan bahan 1. Lalat buah normal 2. Mutan White 3. Kertas saring Whatman no 1 4. Gunting 5. Penggaris 6. Pensil 7. Jarum pentul 8. Alat penjepret kertas 9. Bejana kromatografi dengan tutup gelas 10. Larutan NBA 11. Vaselin penggaris rambut/ oven 12. Lampu UV Langkah Kerja Beri tanda A pada Kertas saring (16 cm x 16 cm ) Beri tanda-tanda O dengan pensil pada garis pertama dengan jarak masing-masing 2 cm Tulis nama kelompok disebelah atas kertas saring dengan menggunakan pensil. Isi bejana dengan larutan NBA setinggi 1 cm. lalu oleskan vaselin pada mulut bejana dan tutup bejana dengan tutup kaca. Ambil 3 lalat buah normal kemudian potong bagian kepala dengan menggunakan jarum pentul. Letakan 1 kepala lalat buah diatas tanda O pada kertas saring dan tekan kepalanya. Lalu letakan kepala ke 2 ditempat yang sama kemudian tekan kepalanya. Ulangi lagi untuk kepala ke 3. Ulangi langkah 4 dan 5 untuk beberapa lalat buah mutan untuk tanda o berikutnya. . Gulung kertas saring sehingga letak sisi kiri dan kanan bersebelahan kemudian jepret kertas disebelah atas dan bawah. Hati-hati jangan sampai kedua sisi bersentuhan atau tupang tindih. Masukan kertas saring secara tegak didalam bejana. Hatihati jangan sampai kertas saring bersentuhan dengan bejana. Tutup bejana dan beri vaselin. Diamkan beberapa jam sampai laritan eluem bergerak melewati garis kedua atau hentikan proses krematografi tapat eluen sampai ke garis kedua. Ambil kertas saring, Buat garis dengan pensil pada batas pergerakan eluen. Keringkan kertas saring dan amati dibawah sinar putih dan sinar UV. Beri tandadengan pensil sekelilingi bercak yang terlihat dan catat warna dan warna fluerensinya. Berdasarkan hasil kromatogram yang diperoleh, tentukan pigmen-pigmen mana yang termaksud kelompok drosopterin dan ommokrom. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan pigmen-pigmen yang terdapat pada masing-masing mutan dan yang terdapat pada lalat mutan. V. Hasil Pengamatan Tabel 3. Data hasil Kromatografi pada Drosophila melanogaster VI. No Tipe lalat Warna Mata Pigmen Mata Jarak Pigmen (cm) Rf (cm) 1 Normal (tt) Merah Drosopterin 4,5 0,45 2 White Putih Ommokrom 0,7 0,07 3 Sepia Keungunan Ommokrom 5,3 0,53 4 Cloth Merah cerah Ommokrom 5,9 0,59 Jawab Pertanyaan 1. Apakah yang dimaksud dengan fluoresensi? Jelaskan proses Fluoresensi yang terjadi. Jawaban: Fluorensi merupakan pemancaran sinar oleh atom atau molekul setelah terlebih dahulu disinari. Zat warna yang dapat befluoesensi disebut fluorokrom. Pada peristiwa kromatografi pigmen mata ini, pendaran cahaya dari suatu senyawa (pigmen warna mata) timbul setelah disinari UV. Dalam hal ini digunakan sinar UV karena pigmen mata pada lalat buah (Drosophila melanogaster) tidak bisa terlihat menggunakan cahaya putih (lampu neon). Oleh sebab itu digunakan sinar UV, dimana sinar UV bersifat memendarkan cahaya pada pigmen mata. 2. Hitunglah nilai Rf dari setiap pigmen yang tampak? Jawaban : Rf = Jarak (cm) dari garis awal ke pusat zona Jarak (cm) dari garis awal ke garis depan pelarut a) Rf Normal = 4.5 = 0.45 10 b) Rf sepia = 5.3 = 0,53 10 c) Rf White = 0.7 = 0,07 10 d) Rf Cloth = 5.9 = 0,59 10 3. Apakah tujuan dari praktikum ini? Jawaban: Tujuan dari praktikum ini adalah mengamati pemisahan/kromatografi pigmen-pigmen mata pada lalat buah Drosophila melanogaster, menghitung nilai Rf pada setiap pigmen, menyimpulkan berdasarkan hasil kromatografi tersebut pigmen-pigmen yang termasuk ke dalam drosopterin dan kelompok ommokrom, dan membandingkan pigmen-pigmen yang terdapat pada mutan dengan pigmen pada lalat yang normal. VII. Pembahasan Pigmen pada mata Drosophila melanogaster disebabkan oleh kehadiran Pteridin. Pada Drosophila melanogaster normal (wild type), pteridin ini terdiri dari dua kelompok, yaitu Drosopterin yang menyebabkan warna mata menjadi merah; dan Ommokrom yang menyebabkan warna mata menjadi coklat. Jika terjadi mutasi pada gen yang berperan dalam pembentukan pteridin, maka warna mata yang teramati akan bergantung pada kombinasi jenis pteridin yang ada. Warna mata akan menjadi coklat, bila kelompok drosopterin tidak ada; sedangkan warna mata akan menjadi merah terang jika kelompok ommokrom tidak ada. Dengan kata lain, mutasi akan menyebabkan terhambatnya ekspresi suatu gen/enzim yang berperan dalam pewarnaan mata Drosophila melanogaster. Metode yang dapat digunakan untuk melihat ekspresi pigmen mata pada Drosophila melanogaster salah satunya dengan kromatografi. Metode ini bertujuan untuk memisahkan, mengidentifikasi dan menentukan komponen kimia dalam suatu campuran berdasarkan tingkat yang berbeda. Prinsip kromatografi adalah interaksimolekul yang berbeda melalui medium stasioner (fase diam) di bawah pengaruh fase gerak. Kromatografi yang dilakukan pada praktikum ini adalah kromatografi kertas. Alasan penggunaan kromatografi ini adalah karena prosedurnya sederhana, lebih cepat, harga relatif murah, kecepatan pemisahan tinggi karena poripori rapat, dan memiliki sensitivitas yang cukup tinggi. Pada praktikum yang dilakukan, fasa stasioner yang digunakan adalah kertas saring khusus (kertas kromatografi), sedangkan fasa stasioner yang digunakan adalah campuran larutan eluen / larutan NBA yang merupakan campuran dari bahan N-butanol, asam asetat glasial dan aquades dengan perbandingan 20 : 3 : 7. Eluen merupakan campuran dari beberapa larutan yang memiliki perbedaan tingkat kelarutan pada berbagai macam zat, sehingga pigmen mata yang akan kita pisahkan komponen pigmennya akan larut sesuai kelarutannya pada fasa bergerak. Pada praktikum ini, dilakukan teknik kromatografi untuk melihat komponen pigmen warna mata pada lalat Drosophila melanogaster normal (tt), Cloth (cl), Sepia (Se) dan white (w). Ketiga bahan mata yang akan diamati merupakan mutan dari Drosophila melanogaster normal (tt) yang mengalami mutasi pada sifat warna mata. Setelah mengalami pemisahan, diperoleh gradasi warna pada kertas saring (kromatogram), maka setelah dikeringkan beberapa lama warna yang semula terlihat jelas akan sedikit memudar karena proses pengeringan. Pemisahan tiap komponen warna akan terlihat jelas setelah dilihat (diterawang) dengan bantuan cahaya ultraviolet (UV). Masing-masing komponen warna mata yang memisah tadi akan berfluororesensi, dengan pengukuran panjang dari titik awal kromatografi daerah sebaran dan ketinggian pemisahan komponen pigmen mata pada kertas saring dapat diketahui secara pasti. Pigmen pertama merupakan pigmen yang terletak lebih dekat dengan titik awal penempatan kepala. Pigmen kedua merupakan pigmen yang terletak di atas pigmen pertama. Pigmen ini terpisah letaknya berdasarkan perbedaan ukuran molekulnya juga kemampuan pigmen untuk larut dalam pelarut yang digunakan dalam proses kromatografi. Pigmen yang memiliki ukuran molekul yang besar akan menempati daerah yang lebih dekat ke titik awal. Sedangkan untuk pigmen dengan ukuran molekul yang lebih kecil akan menempati daerah yang lebih dekat ke titik akhir. Umumnya pigmen kedua berfluorosensi saat dikenai cahaya ultraviolet, sesuai dengan teori maka kita dapat mengenali pigmen ini sebagai kelompok drosopterin. Berbeda dengan pigmen pertama yang langsung tanpa bantuan cahaya ultraviolet, berarti kita dapat mengenali pigmen ini sebagai kelompok ommokrom. Berdasarkan praktikum yang dilakukan, pigmen mata drosopterin hanya dimiliki oleh Drosophila melanogaster normal saja, sedangkan pigmen mata ommokrom dimiliki oleh semua mutan normal dari Drosophila melanogaster normal. Hasil yang diperoleh ini tidak begitu sesuai dengan teori. Menurut teori, Drosophila melanogaster normal memiliki pigmen mata drosopterin dan ommokrom secara bersamaan, hanya saja komposisi drosopterin lebih banyak daripada komposisi ommokrom sehingga menjadikan warna matanya menjadi merah. Selain itu, pada mutan cloth yang seharusnya memiliki pigmen mata drosopterin, tetapi hasil pengamatan menunjukkan hanya ommokrom yang terdapat pada mata Drosophila melanogaster mutan ini. Perbedaan hasil ini, dapat dipengaruhi oleh kesalahan membaca hasil pada kromatogram ketika berada dalam sinar ultraviolet. Ketidakmampuan pengamat dalam menginterpretasikan warna pada kromatogram, menjadikan kesalahan hasil yang diperoleh dari pengamatan tersebut. VIII. Kesimpulan Metode pemisahan dengan kromatografi kertas dapat memisahkan komponen warna mata pada Drosophila melanogaster dan menghasilkan kromatogram dengan gradasi warna yang berbeda. Drosophila melanogaster mempunyai dua buah pigmen warna yaitu drosopterin yang menghasilkan warna merah dan ommokrom yang menghasilkan pigmen warna coklat yang dihasilkan oleh pteridin. Pigmen tersebut akan terlihat dengan bantuan sinar ultraviolet. IX. Daftar Pustaka Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchel. 2002. Biologi. Terj dari Biology. Oleh Lestari, R., E. I. M. Adil, N. Anita, Andri, W. F. Wibowo & W. Manalu. Erlangga, Jakarta: xxi + 438 hlm. Tim Genetika. 2010. Pedoman Praktikum Genetika. Bandung: FPMIPA UPI Pai, A. C. 1992. Dasar-dasar genetika. Terj dari Fundamentals of genetics. Oleh Apandi, M. Erlangga, Jakarta: x + 438 hlm. Skoog, D.A., D.M. West & F.J. Holler. 1996. Fundamental of analytical chemistry. 7th ed. Saunders College Publishing, Fort Worth: xviii + 870 hlm. . Diagnosa Penyakit AntibodyTechnique. On Rabies line: dengan Menggunakan Flouresect http://duniaveteriner.com/2009/04/studi- literatur-diagnosa-penyakit-rabies-dengan-menggunakan-fluorescentantibody-technique-fat/print. [2 Mei 2010]. Lampiran Gb 1. Pemotongan Kepala Lalat Buah Gb 2. Kertas saring yang telah diletakan empat mata Lalat Buah Gb 3. Pergerakan Pigmen Cloth Gb 4. Pergerakan Pigmen Sepia Gb 6. Pergerakan Pigmen White Gb 5. Pergerakan Pigmen Normal Gb 7. Flouresensi Pigmen mata Lalat Buah