BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Laporan Keuangan 2.1.1. Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesi (IAI) dalam PSAK no. 1 (2004:7) adalah tentang kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan menjelaskan bahwa : Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain yang materi penjelasannya merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan tersebut misalnya informasi keuangan segmen industri dan serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Munawir (2002:56) mengartikan laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Pengertian laporan keuangan menurut Mamduh M. Hanafi dan abdul halim (2000:63) adalah laporan keuangan diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perusahaan dan digabungkan dengan informasi yang seperti 1 informasi industri, kondisi ekonomi, guna bisa memberikan saran yang lebih baik mengenai prospek dan resiko perusahaan. 2.1.2. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan a. Tujuan Laporan Keuangan Menurut Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC) No.1 Objective of Financial Reporting by Business Enterprises (FASB 1978) menjelaskan bahwa tujuan pertama laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang bermanfaat kepada investor, kreditor, dan pemakai lainnya baik yang sekarang maupun potensial dalam pembuatan investasi, kredit, dan keputusan sejenis yang rasional. Tujuan kedua adalah menyediakan informasi untuk membantu para investor, kreditor, dan pemakai lainnya baik yang sekarang maupun yang potensial dalam menilai jumlah, waktu, ketidakpastian dalam penerimaan kas dari deviden dan bunga dimasa yang akan datang. Tujuan kedua pelaporan keuangan tersebut mengandung makna bahwa investor menginginkan informasi tentang hasil dan resiko atas investasi yang dilakukan. SFAC No.2 Qualitative Characteristics of Accounting Information menjelaskan bahwa salah satu karakteristik kualitatif yang harus dimiliki oleh informasi akuntansi agar tujuan pelaporan keuangan dapat tercapai adalah kemampuan prediksi. Hal ini menunjukkan bahwa informasi akuntansi seperti yang tercantum dalam pelaporan keuangan dapat digunakan oleh investor potensial dalam melakukan prediksi Menurut Dwi P dan Rifka J (2008:5) Laporan keuangan disusun dengan 2 tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam ED PSAK No.1 (2009) tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut laporan keuangan menyajikan informasi entitas yang meliputi : 1. Aset 2. Liabilities 3. Ekuitas 4. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian. 5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik 6. Arus kas. Menurut APB statement No.4 tujuan laporan keuangan terbagi menjadi 3 yaitu : 1. Tujuan Khusus, menyajikan laporan : a. Posisi Keuangan b. Hasil Usaha c. Perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai dengan GAAP 3 2. Tujuan umum, memberikan informasi : d. Sumber Ekonomi e. Kewajiban f. Kekayaan bersih g. Proyeksi Laba h. Perubahan harta dan kewajiban i. Informasi relevan 3. Tujuan Kualitatif a. Relevance b. Understandability c. Verifiability d. Neutrality e. Timeliness f. Comparability g. Completeness b. Manfaat laporan keuangan Laporan keuangan sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan dalam melakukan tindakan untuk : 1) Menilai ataupun mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan. 2) Untuk menentukan sampel dan mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, serta untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. 4 3) Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi wewenang dan tanggung jawab. 4) Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijakan atau prosedur baru untuk mencapai hasil yang lebih baik 2.1.3. Jenis dan bentuk laporan keuangan Jenis laporan keuangan yang lengkap ditentukan oleh Ikatan akuntansi Indonesia dalam ED PSAK no.3 (2010) terdiri dari komponen komponen sebagai berikut : a. Laporan posisi keuangan pada akhir periode Merupakan laporan keuangan yang melaporkan jumlah aktiva, kewajiban dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. b. Laporan Laba rugi komprehensif selama periode. Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep pembandingan (matching concept). Konsep ini diterapkan dengan membandingkan beban dengan pendapatan yang dihasilkan selama periode terjadinya beban tersebut. Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban beban yang terjadi. Kelebihan ini disebut laba bersih atau keuntungan bersih. c. Laporan perubahan Ekuitas selama periode. Laporan ekuitas melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama jangka waktu tertentu. Laporan tersebut dipersiapkan setelah laporan laba rugi, 5 karena laba atau rugi bersih periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Demikian juga laporan perubahan ekuitas pada akhir periode harus dilaporkan dineraca. Oleh karena itu laporan ekuitas pemilik seringkali dipandang sebagai penghubung antara laporan laba rugi dengan neraca. d. Laporan arus kas selama akhir periode. Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Klasifikasi menurut aktifitas memberikan informasi yang memungkinkan pengguna laporan untuk menilai pengaruh aktifitas tersebut terhadap posisi keuangan perusahaan serta terhadap jumlah kas dan setara kas. Informasi tersebut dapat juga digunakan untuk mengevaluasi hubungan diantara ketiga aktivitas tersebut. e. Catatan atas laporan keuangan Berisi ringkasan ringkasan kebijakan akuntansi yang disebut Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan : 1. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting. 2. Informasi yang diwajibkan dalam laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas. 3. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar. 6 f. Laporan posisi keuangan pada akhir periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos pos dalam laporan keuangannya. 2.2. Analisis Ratio Keuangan 2.2.1. Pengertian analisa ratio keuangan Dalam buku analisis informasi keuangan menurut Munawir S (2002). analisa ratio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Menurut Dwi P dan Rifka J (2008:5) analisis laporan keuangan merupakan suatu proses membedah laporan keuangan kedalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut dan menelaah hubungan diantara unsur-unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan itu sendiri. Menurut Warsidi dan Bambang (2000) analisa ratio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan, yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi operasi dimasa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, untuk kemudian menunjukkan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Menurut Martono dan Agus Harjito (2002) analisa laporan keuangan 7 merupakan analisis mengenai kondisi suatu perusahaan yang melibatkan neraca dan laporan laba-rugi. Neraca (balance sheet) merupakan laporan yang menggambarkan jumlah kekayaan (harta), kewajiban (hutang), dan modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu. Kekayaan atau harta disajikan pada sisi aktiva, sedangkan kewajiban atau hutang dan modal sendiri disajikan di sisi pasiva. Laporan laba-rugi (income statement) merupakan laporan yang menggambarkan jumlah penghasilan atau pendapatan dan biaya dari suatu perusahaan pada periode tertentu. Dari laporan laba-rugi akan diperoleh laba atau rugi perusahaan. Dari laporan keuangan neraca dan laba-rugi dapat dihasilkan beberapa laporan yaitu laporan laba ditahan, laporan sumber dan penggunaan dana dan laporan arus kas. 2.2.2. Keunggulan analisa ratio keuangan Dalam buku analisis kritis atas laporan keuangan menurut Sofyan Syafri H. (1998:298) keunggulan analisis ratio keuangan adalah : a. Rasio merupakan angka angka atau ikhtisar yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. b. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. c. Mengetahui posisi perusahaan ditengah tengah industri lain. d. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model model pengambilan keputusan dan model prediksi (Z-Score) e. Mengstandarisasi size perusahaan 8 f. Lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series. g. Lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang. 2.2.3. Kelemahan analisa ratio keuangan Dalam buku analisa informasi keuangan menurut Sofyan Syafri H (2002 : 290) ,(Irham Fahmi) kelemahan analisa ratio keuangan adalah : a. Kesulitan dalam memilih ratio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya. b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik. c. Jika data untuk menghitung ratio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan dalam perhitungannya d. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standard yang dipakai tidak sama sehingga jika diperbandingkan dapat menimbulkan kesalahan. 2.2.4. Manfaat ratio keuangan Dalam buku analisa informasi keuangan menurut Munawir S (2002:291), (Irham Fahmi) analisa ratio keuangan sangat bermanfaat untuk : 9 a. Corporate management Model Model analisa ini membandingkan ratio keuangan dengan ratio industri untuk perencanaan dan pengevaluasian prestasi dan kinerja perusahaan. Model analisis ini membantu manajemen dalam pengambilan keputusan jangka pendek maupun jangka panjang. b. Portpolio Selection Model Model analisa ini membantu para investor dalam rangka pengambilan keputusan investasi pada sekuritas, evaluasi nilai saham dan menilai jaminan atas dana yang akan ditanamkan pada suatu perusahaan. c. Analisis bagi kreditor Analisis digunakan para kreditor untuk memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi dengan adanya kelangsungan pembayaran, bunga dan pengembalian pokok pinjaman Menurut Irham Fahmi (2011:47) manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya ratio keuangan yaitu : a. Analisis ratio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat menilai kinerja dan prestasi perusahaan. b. Analisis ratio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai rujukan untuk membuat perencanaan. c. Analisis ratio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi kondisi suatu perusahaan dari perspektif keuangan. d. Analisis ratio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor untuk memperkirakan potensi resiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan 10 adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok pinjaman. e. Analisis ratio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak stakeholder organisasi. 2.2.5. Cara menganalisis Ratio Keuangan Menurut Farah Margaretha (2004:22), (Irham Fahmi) penganalisaan ratio keuangan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : a. Analisa Horisontal/Trend analysis yaitu membandingkan ratio ratio keuangan perusahaan dari tahun tahun yang lalu dengan tujuan dapat melihat trend dari ratio ratio perusahaan selama kurun waktu tertentu b. Analisis Vertikal yaitu membandingkan data ratio keuangan perusahaan dengan ratio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri untuk waktu yang sama c. The du pont chart berupa bagan yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan antara ROI, asset turn over dan profit margin. 2.2.6. Jenis jenis ratio keuangan a. Ratio Likuiditas Rasio likuiditas (Liquidity Ratio) mengukur kemampuan perusahaan memenuhi hutang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya (aktiva yang dapat dikonversi menjadi kas dalam waktu satu tahun atau siklus bisnis). Rasio lancar yang rendah menunjukkan 11 risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Aktiva lancar secara umum menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap. Dari ketiga komponen aktiva lancar (Kas, Piutang, dan Persediaan), persediaan biasanya dianggap asset yang tidak likuid. Hal ini berkaitan dengan semakin panjangnya tahap yang dilalui untuk sampai menjadi kas, yang berarti waktu yang diperlukan untuk menjadi kas semakin lama, dan juga ketidakpastian nilai persediaan. Meskipun persediaan dicantumkan dalam nilai perolehan (cost), sedangkan apabila persediaan laku, kas yang diperoleh sama dengan nilai jual yang secara umum lebih besar dibandingkan dengan nilai perolehan. Sama seperti halnya dengan rasio lancar, angka yang terlalu tinggi untuk persediaan menunjukkan indikasi kelebihan kas atau piutang, sedangkan angka yang terlalu kecil menunjukkan risiko likuiditas yang lebih tinggi, dengan alasan tersebut, persediaan dikeluarkan dari aktiva lancar. U ntuk perhitungan rasio quick adalah sebagai berikut : Aktiva lancar • Current Ratio (Rasio Lancar) = • Quick Ratio (Rasio Cepat) = • Ratio Kas atas Aktiva Lancar = Hutang lancar Aktiva lancar - Persediaan Hutang lancar Kas 12 Aktiva lancar Kas • Ratio Kas atas Hutang Lancar = Hutang lancar b. Ratio Solvabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajibankewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan dengan total asetnya. Ratio ini menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya. Total Hutang • Debt to Equity Ratio (Rasio Hutang atas Modal) = • Debt to Asset Ratio (Rasio Hutang atas Aktiva) • Net Income to Liabilities = Modal Total Hutang = Total Aktiva Laba Bersih setelah Pajak Total Hutang c. Ratio Profabilitas Ratio ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba. Ratio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik ratio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan. Penjualan – Harga Pokok Penjualan • Gross Profit Margin = • Net Profit Margin = Penjualan Laba Bersih setelah Pajak Penjualan 13 Laba Bersih setelah Pajak • Return on Asset = Total Aktiva d. Ratio Aktivitas Rasio ini melihat beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu mengakibatkan semakin besar dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik ditanamkan pada aktiva-aktiva lain yang lebih produktif. Ratio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam menjalankan operasinya. Harga Pokok Penjualan • Inventory Turn Over = • Total Asset Turn Over = Rata rata persediaan Barang Penjualan Total Asset e. Rasio Pasar Ratio nilai pasar merupakan ratio yang menggambarkan kondisi yang terjadi dipasar Ratio ini sering digunakan untuk melihat bagaimana kondisi perolehan keuntungan yang potensial dari suatu perusahaan jika diambil suatu keputusan untuk menempatkan dana diperusahaan tersebut. Ada dua rasio pasar yang digunakan Harga pasar persaham • Price Earning Ratio = Earning per share(EPS) Perusahaan yang diharapkan akan tumbuh tinggi mempunyai PER yang 14 tinggi, sebaliknya perusahaan yang diharapkan mempunyai pertumbuhan rendah akan mempunyai PER yang rendah. Dari segi investor PER yang terlalu tinggi mungkin tidak menarik karena harga saham mungkin tidak akan naik lagi, yang berarti kemungkinan memperoleh capital gain akan lebih kecil Rasio pembayaran dividen (dividend pay-out ratio) melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor, bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke perusahaan. Deviden perlembar saham • Deviden Payout = Earning per share(EPS) Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi. Pembayaran dividen merupakan bagian dari kebijakan dividen perusahaan 2.3. LABA 2.3.1 Pengertian laba Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi periode tersebut dan biaya historis yang sepadan dengannya. Menurut Zaki (2004:29), (Irham Fahmi) laba adalah transaksi yang terjadi dari suatu badan usaha dan dari semua periode yang timbul dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik. 15 FASB Statement (Sofyan Syafri Harahap 2004 : 228), (Irham Fahmi) mendefinisikan laba sebagai perubahan dalam equity (net asset) dari suatu entity selama satu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian yang berasal bukan dari pemilik. Laba sebagai suatu pengukuran kinerja dan bagian dari laporan keuangan perusahaan, merefleksikan telah terjadinya proses peningkatan atau penurunan ekuitas dari berbagai sumber transaksi kecuali transaksi dengan pemegang saham dalam suatu periode tertentu. Konsep laba yaitu value added, laba bersih perusahaan, laba bersih bagi investor, dan laba bersih bagi pemegang saham residual. 2.3.2. Pertumbuhan laba Menurut Zainuddin (2000:74), (Irham Fahmi) pertumbuhan laba adalah pertumbuhan laba dihitung dari selisih laba tahun 1 dengan laba tahun 1-x dibagi laba tahun 1-x. Perhitungan tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kenaikan atau penurunan laba dari suatu periode ke periode lainnya. 2.4. Penelitian sebelumnya Berbagai macam penelitian mengenai prediksi perubahan laba telah banyak dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut : Meythi (2007) mengukur rasio keuangan mana yang paling baik sebagai prediktor risiko sistematik pada perusahaan manufaktur dan hasilnya adalah Return On Assets adalah yang terbaik untuk memprediksi resiko sistematik pada perusahaan manufaktur. Resiko sistematik adalah resiko yang melekat dan tidak 16 dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Sedangkan resiko tidak sistematik adalah resiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Dan hasil dari penelitian tersebut diatas adalah Return On Assets (ROA) adalah yang terbaik untuk memprediksi resiko sistematik pada perusahaan manufaktur karena pendapatan yang stabil dan pengelolaan asset secara efektif dan efisien akan mempengaruhi resiko sistematik. Upik Yuli Sari (2009) menganalisa ratio likuiditas, profitabilitas, solvabilitas, aktivitas dan ratio pasar terhadap laba dimasa yang akan datang pada perusahaan manufaktur, hasilnya bahwa secara parsial hanya ratio solvabilitas, profitabilitas dan ratio pasar mampu memprediksi perubahan laba dimasa yang akan datang sedangkan ratio likuiditas dan aktivitasa tidak mampu memprediksi perubahan laba dimasa yang akan datang, sedangkan secara bersama sama rasio likuiditas, profitabilitas, aktifitas, solvabilitas dan ratio pasar berpengaruh signifikan terhadap laba dimasa yang akan datang. Thausie Nurvigia (2010) menganalisa ratio keuangan terhadap perubahan laba pada perusahaan otomotif, dan hasilnya Current Ratio (CR), Working Capital to Total Asset (WCTA), Debt to Equity Ratio (DER), dan Profit Margin (PM) secara bersama sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perubahan laba. Secara parsial Current ratio (CR) tidak berpengaruh secara sinifikan dan negative terhadap perubahan laba, Working Capital to Total Asset (WCTA) dan Profit Margin (PM) berpengaruh signifikan dan positif terhadap perubahan laba sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap perubahan laba. 17 2.5. Kerangka Pemikiran Berdasarkan latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan landasan teori yang telah dikemukakan di atas maka kerangka pemikiran teoritis yang diajukan adalah sebagai berikut: Gambar Kerangka Penelitian Teoritis dan Empiris X : Rasio Likuiditas • Current Ratio (CR) X1 • Quickt Ratio (QR) X2 X : Rasio Solvabilitas • Debt to Equity Ratio (DER) X3 • Net Income to Liabilities Ratio (NIL) X4 Y : Laba dimasa yang akan datang X3 : Rasio Profitabilitas • Return On Asset (ROA) X5 X4 : Rasio Aktivitas • Total Asset Turn Over (TATO) X6 Keterangan : H1 : Current Ratio (CR), H2 : Quick Ratio (QR) H3 : Debt to Equity Ratio (DER) 18 H4 : Net Income to Liabilities (NIL) H5 : Return On Assets (ROA) H6 : Total Asset Turn Over (TATO) H7 : Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Debt to Equty Ratio (DER), Net Income to Liabilities (NIL), Return On Assets (ROA), Total Asset Turn Over (TATO) Dengan adanya kerangka pikiran diatas dapat diketahui bahwa Current Ratio (CR), Quick Ratio (QR), Debt to Equty Ratio (DER), Net Income to Liabilities (NIL), Return On Assets (ROA), Total Asset Turn Over (TATO) merupakan variabel independen dan sedangkan laba dimasa yang akan datang merupakan variabel dependen. Rasio Likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya. Yang digunakan dalam Rasio Likuiditas adalah Current Ratio (CR) dan Quick Ratio (QR). Rasio Solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajibankewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvable adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya, ratio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan. Rasio solvabilitas yang digunakan adalah Debt to Equity Ratio (DER) dan Net Income to Liabilities (NIL). 19 Rasio Profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu. Ratio profitabilitas yang digunakan adalah Return On Asset (ROA). Rasio Aktivitas melihat beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat aktifitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya kelebihan dana yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik apabila ditanamkan pada aktiva yang lain yang lebih produktif. Rasio aktifitas yang digunakan adalah Total Asset Turn Over (TATO). Laba didefinisikan sebagai perubahan dalam equity (net asset) dari suatu entity selama satu periode tertentu yang diakibatkan oleh transaksi dan kejadian yang berasal bukan dari pemilik. Laba sebagai suatu pengukuran kinerja dan bagian dari laporan keuangan perusahaan, merefleksikan telah terjadinya proses peningkatan atau penurunan ekuitas dari berbagai sumber transaksi kecuali transaksi dengan pemegang saham dalam suatu periode tertentu. Konsep laba yaitu value added, laba bersih perusahaan, laba bersih bagi investor, dan laba bersih bagi pemegang saham residual. Sama halnya dengan pendapatan bersih (net income) yang memasukkan hampir seluruh kejadian yang tercakup dalam pendapatan bersih dengan penekanan pada periode sekarang. 20