penerapan e-commerce guna memperluas jaringan pemasaran

advertisement
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
KETERLIBATAN AYAH DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN ANAK PENGIDAP
DIABETES MELITUS
Dwi Shinta Lutfitasari
Sri Muliati Abdullah
Fakultas Psikologi
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
PATERNAL INVOLVEMENT IN ORDER TO DEVELOP THE AUTONOMY
OF CHILDREN WITH DIABETIC MELLITUS
Abstract
The aim of this research was to explore paternal involvement in order to develop the
autonomy of children with diabetic mellitus. The participant of this study were 3 fathers who
have children with diabetic mellitus approximately 12 years old. The method of this study was
study case and the data was collected by interview and observation. This question of this
study was how father’s involvement could develop children’s autonomy. More over, data
was analysed by data reduction, data display, and draw and verify conclusion. The result
illustrated that participants had involvement to develop children’s autonomy. Participants
encourage children’s autonomy development and the encouragement gave positive effect of
children’s life.
Key words : paternal involvement, children’s autonomy, diabetic mellitus.
PENDAHULUAN
penyebab terjadinya kebingungan adalah
dunia kerja yang menuntut lebih banyak
Ayah sebagai salah satu elemen
waktu dari pekerjanya, sehingga tampak
orang tua memiliki peran yang signifikan
seorang ayah yang sibuk bekerja, hanya
dalam
pendidikan
pulang untuk tidur dan jarang bertatap
anak. Menurut Supriyadi (2006), peran
muka dengan anak-anaknya. Ayah juga
ayah dalam keluarga antara lain adalah
semakin
sebagai
sumber
sebagai
fungsinya dalam mendidik anak karena
kepala
keluarga,
identifikasi,
banyak isteri yang bekerja. Istri yang
sebagai penghubung dengan dunia luar,
berkarir di luar rumah membuat mereka
sebagai pelindung terhadap ancaman-
mandiri dan tidak perlu banyak tergantung
ancaman dari luar, dan sebagai pendidik
pada suami, sehingga anak yang melihat
yang rasional.
ibunya
perkembangan
Pada
dan
kekuasaan,
saat
tokoh
ini
tampak
ada
tidak
dapat
keterlibatan
mudah
berfungsi
ayah
akan
menjalankan
penuh
tanpa
memandang
kebingungan pada kebanyakan keluarga
ayahnya sebagai ayah yang lemah dan
dalam hal mendidik anak. Salah satu
kurang
berharga.
Ayah
menjadi
1
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
kehilangan wibawa dan penghargaan di
sebaiknya menjadi pencari nafkah utama,
mata
62% responden menyatakan bahwa hanya
anak-anaknya.
Kemudian,
ayah
yang merasa tidak dihargai akan menjadi
terlibat
tidak
akan
apabila terpaksa, dan 33% menyatakan
menenggelamkan dirinya dalam dunia
bahwa ayah tidak perlu meluangkan waktu
kerja (Elia, 2000).
tiap hari untuk anak. Berdasarkan hasil
nyaman
di
rumah
dan
Selain itu, keinginan supaya ayah
dalam
urusan
rumah
tangga
survey tersebut menunjukkan bahwa ayah
berperan dalam pendidikan anak tampak
telah
tidak mudah diwujudkan karena proses
signifikan dalam pendidikan anak.
untuk menjadi seorang ayah yang terlibat
kehilangan
perannya
secara
Pada dasarnya cara dan sikap
secara aktif bukanlah hal yang mudah.
ayah
Berbeda dengan wanita yang secara
mengembangkan
sosial
Menurut Soetjiningsih (1995), karakterisitik
budaya
telah
disiapkan
untuk
berbeda
menjadi ibu yang mengasuh anak. Kultur
dari
masyarakat memberi ayah peran yang
prinsip-prinsip
lebih
Cintanya
besar
dalam
mencari
nafkah,
cinta
dengan
ayah
ibu
dalam
kemampuan
anak.
adalah
dan
sabar
berdasarkan
harapan-harapan.
dan
toleran,
tidak
sehingga lebih banyak waktu, tenaga dan
mengancam dan otoriter. Cinta ayah dapat
pikiran digunakan untuk memenuhinya.
memberi anak yang sedang tumbuh suatu
Seorang
utama
peningkatan rasa kemampuan dirinya.
bekerja dan hanya memiliki sedikit waktu
Cinta ayah memiliki sifat mengembangkan
di rumah, maka bertemu dengan waktu
kepribadian,
singkat namun selalu meninggalkan kesan
memberikan arah dan dorongan serta
yang positif akan lebih bermanfaat bagi
bimbingan supaya anak berani dalam
anak dari pada selama seharian bersama,
menghadapi tantangan kehidupan. Dapat
namun disertai banyak bicara akan dapat
dikatakan bahwa ayah lebih bijaksana
membawa
daripada ibu dalam membimbing anak.
ayah
memiliki
hasil
yang
tugas
tidak
optimal.
Menurut Sukardi (1987), kuantitas waktu
menanamkan
Ayah
cenderung
memberi
bersama dengan anak bukan ketentuan
kebebasan
yang mutlak dalam membina, namun
mengenal lingkungan yang lebih luas dan
kualitas dan intensitas lebih menentukan
memberi
pembinaan dan hubungan dengan anak.
cenderung lebih hati-hati, lebih teliti, dan
Gambaran
tentang
kecilnya
anak,
disiplin,
membiarkan
semangat,
sementara
anak
ibu
membatasi ruang gerak anak. Sikap ayah
perhatian terhadap peran ayah dalam
ini
keluarga dapat dilihat dari hasil survei
mandiri pada anak, karena sejak awal
yang dilakukan oleh Majalah Ayahbunda
ayah
(dalam Elina, 2000). Hasilnya adalah 61 %
melakukan
responden
ketergantungan kepada orang lain. Oleh
menyatakan
bahwa
ayah
bertujuan
mengembangkan
menginginkan
sendiri
anaknya
tanpa
sikap
dapat
memiliki
2
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
karena
itu,
sosok
ayah
ISSN : 2087-1899
dengan
maka kemandirian tidak akan tercapai
karakteristiknya memiliki peran penting
secara penuh atau sedikit yang tercapai
dalam
ketika berada pada akhir remaja.
perkembangan
satunya
adalah
anak.
Salah
mengembangkan
Kemandirian
penting
kemandirian anak, karena kemandirian
ditumbuhkan pada semua anak, baik anak
akan dapat berkembang dengan baik
yang
apabila anak memiliki kesempatan dan
penyakit.
ruang yang cukup untuk berkreasi sesuai
ketergantungan yang berlebihan biasanya
dengan kemampuan dan rasa percaya
muncul
diri, tanpa ada ketakutan serta tekanan.
penyakit kronis. Salah satu penyakit kronis
Hal
dengan
yang saat ini serangannya meningkat
keterlibatan ayah di dalam tahap-tahap
pada usia anak-anak adalah diabetes
perkembangannya (Dagun, 2002).
melitus. Diabetes terjadi apabila tubuh
ini
dapat
terpenuhi
Ketidakmandirian
sehat
maupun
Menurut
pada
yang
mengidap
Hurlock
anak
yang
(1999),
menderita
atau
tidak menghasilkan insulin yang cukup
kecenderungan untuk bergantung pada
untuk mempertahankan kadar gula darah
orang
normal atau jika sel tidak memberikan
lain
akan
dapat
menimbulkan
kebiasaan bergantung kepada siapa saja
respon
yang dapat dicapai, baik orang dewasa
(Brunner & Suddarth, 2001). Diabetes
maupun anak lain. Anak menjadi sangat
Melitus terbagi kedalam dua tipe: pertama,
mudah dipengaruhi dan dikuasai oleh
diabetes yang tergantung insulin yaitu
orang lain. Bahkan lebih buruk lagi,
pengidap menghasilkan sedikit
mereka kelak akan takut untuk tidak
atau tidak menghasilkan insulin, disebut
bergantung kepada orang lain karena
tipe
tidak pernah belajar mandiri dalam situasi
tergantung pada insulin, yaitu pankreas
yang
tetap menghasilkan insulin yang kadarnya
serupa
pada
masa
mudanya.
I.
yang
Kedua,
terhadap
diabetes
tinggi
insulin
insulin
yang
terkadang
sampai berlarut-larut melewati saat teman-
sehingga terjadi gangguan pengiriman
teman seusianya telah mandiri, dapat
gula ke sel tubuh. Diabetes jenis ini
membahayakan penyesuaian pribadi dan
disebut tipe II. (Guyton & Hall, 1997).
Menurut
dari
tidak
Apabila anak bergantung pada orang lain
sosial. Anak akan merasa lebih rendah
lebih
tepat
Vitahealth
biasanya,
(2006),
dari teman sebaya karena tidak semandiri
diabetes Tipe I biasanya ditemukan pada
temannya (Hurlock, 1999). Oleh karena
penderita yang mulai mengalami pada
itu,
ditumbuhkan
waktu anak-anak dan remaja. Kemudian
sejak anak berusia dini. Menurut Wall
diketahui bahwa dari usia berapapun
(dalam Dhamayanti dan Yuniarti, 2006),
dapat
apabila
tidak
meskipun mayoritas ditemukan pada usia
memiliki dasar kemandirian yang kuat,
30 tahun ke bawah. Diabetes Tipe II
kemandirian
pada
penting
masa
anak-anak
mengalami
Diabetes
Tpe
I,
3
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
umumnya dialami oleh orang berusia 40
tubuh, pada anak usia 3 tahun yang
tahun ke atas. Selanjutnya diketahui juga
perkembangan motoriknya belum dikuasai
bahwa anak-anak banyak yang menderita
secara
Diabetes Tipe II.
dilakukan oleh orang tua. Hurlock (1999)
Di Indonesia diestimasikan anak
yang
didiagnosa
maka
penyuntikan
menyatakan bahwa tahap perkembangan
diabetes
kemandirian anak usia 6-12 tahun adalah
melitus sebesar 0,3 per 100.000 anak per
mencapai kemandirian pribadi, maka anak
tahunnya. Indonesia memiliki populasi
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
anak sejumlah 80 juta anak, diperkirakan
pribadi secara mandiri. Misal anak sudah
terdapat 240 kasus baru diabetes melitus
dapat membersihkan diri dan menyiapkan
pada per tahunnya. Data anak pengidap
kebutuhan sekolah secara mandiri, serta
diabetes pada tahun 2008 mengalami
anak
peningkatan,
per
menggunakan suntikan insulin sendiri.
pertahunnya
Oleh karena itu, anak di usia 6 tahun ke
100.000
mengidap
penuh,
yaitu
mencapai
anak
17
(www.idionline.org, 2009)
Kemandirian
diperlukan
pengelolaan
dapat
dibimbing
untuk
atas seharusnya tidak perlu dibantu dalam
pada
anak pengidap diabetes karena mereka
memiliki
sudah
hidup
memenuhi
kebutuhan
sehari-harinya,
cukup dengan bimbingan dan arahan.
dalam
Santrock
(2002)
perawatan diri yang kompleks. Menurut
mengklasifikasikan
Sherifali, (2009) anak yang hidup dengan
usia; usia 0-3 tahun, yaitu masa bayi; usia
diabetes melitus atau yang mengidap
3-5 tahun, yaitu masa awal anak-anak
diabetes
peraturan
atau tahun-tahun prasekolah; dan 6 tahun
kompleks yang terlalu rumit untuk dikelola
sampai pubertas (11/12 tahun), yaitu
sendiri, sehingga membuat anak memiliki
masa pertengahan dan akhir anak-anak
ketergantungan yang tinggi pada orang
atau tahun-tahun sekolah. Berdasarkan
tua. Anak dituntut untuk melaksanakan
yang telah diuraikan dapat disimpulkan
berbagai aturan yang berkaitan dengan
bahwa diabetes melitus pada anak adalah
pengaturan makan, penyuntikan insulin
sekelompok kelainan heterogen ditandai
setiap hari, dan pengontrolan kadar gula
dengan kenaikan kadar glukosa dalam
dalam darah supaya metabolisme dapat
darah yang terjadi pada anak usia 0-11/12
terkendali dengan baik (Soeharjono dkk,
tahun. Oleh karena itu, yang disebut anak
2002).
pengidap
melitus
Pada
anak
memiliki
tertentu
berdasarkan
melitus
dalam
hal
penelitian ini adalah anak berusia 6-12
tersebut masih sulit untuk dilaksanakan
tahun yang mengidap diabetes melitus,
karena berbagai aspek perkembangan
baik Diabetes Tipe I maupun Diabetes
belum
Tipe II.
berkembang
usia
diabetes
anak
secara
optimal.
Misalnya dalam penyuntikan insulin dalam
4
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
Menurut Dhamayanti dan Yuniarti
harus membantu dirinya sendiri. Begitu
(2006), kemandirian merupakan salah
juga dengan kemandirian anak pengidap
satu
diabetes
faktor
kepribadian
yang
dapat
melitus
dalam
memenuhi
membawa seseorang siap menghadapi
kebutuhannya tidak dapat muncul secara
tantangan dan hambatan. Kemandirian
tiba-tiba, namun perlu bimbingan terlebih
dapat diartikan sebagai suatu keadaan
dahulu. Menurut Tedjasapoetra (dalam
individu yang merasa tidak tergantung
www.BeingMom.com, 2008), faktor yang
kepada siapa saja, serta bertanggung
dapat mempengaruhi kemandirian anak
jawab. Misal: anak pergi ke kamar mandi
adalah karena faktor bawaan, pola asuh,
sendiri, makan tanpa harus disuapi, dan
kondisi fisik, dan urutan kelahiran anak.
lain-lain.
masih
Nuryoto
dalam
kemandirian
Apabila
membutuhkan
anak
orang
lain
(1993)
menyatakan
dipengaruhi
bahwa
oleh
tahap
melakukan hal itu, dikatakan bahwa anak
perkembangan, peran jenis, kecerdasan,
belum
lingkungan tempat tinggal, sosial ekonomi
mandiri.
Santrock
(2002)
menyatakan bahwa anak yang mandiri
keluarga,
adalah anak yang mampu melakukan apa
terhadap anak.
yang dapat dilakukan sesuai dengan
dan
perlakuan
orang
tua
Menurut Nuryoto (1993), anak
kemampuan atau sesuai dengan tahap
akan
perkembangannya.
kemandirian apabila orang tua mampu
Oleh karena itu, yang dimaksud
dengan
kemandirian
diabetes
melitus dalam
pribadinya
menuju
memberikan perhatian, keakraban, dan
pengidap
kehangatan pada diri anak. Allen, dkk
penelitian ini
(2006) menyatakan bahwa sikap akrab,
adalah kemampuan anak usia 6-12 tahun,
dan hangat adalah sebagian dari untuk
yaitu pada masa pertengahan dan akhir
mengetahui
anak-anak
dapat
pengasuhan anak. Hal ini menunjukkan
memenuhi perawatan diri dan kebutuhan-
bahwa ayah memiliki peran penting dalam
kebutuhan sehari-harinya dengan penuh
perkembangan
tanggung jawab, tidak tergantung pada
pengidap diabetes melitus.
yang
anak
berkembang
diharapkan
orang lain, siap menghadapi tantangan
dan
hambatan
atau
keterlibatan
ayah
kemandirian
dalam
anak
Berikut adalah penelitian yang
mampu
telah dilakukan untuk mengetahui tingkat
menyelesaikan permasalahannya sendiri
keterlibatan ayah, yaitu penelitian yang
yang disesuaikan dengan kemampuan
dilakukan oleh Hovey (2003) tentang
anak dan tahap perkembangannya.
kebutuhan pengasuhan ayah pada anak
Kemandirian pada anak bukanlah
dengan kondisi kronis. Hasilnya adalah
ketrampilan yang dapat muncul secara
ada perbedaan yang signifikan antara
tiba-tiba.
dan
konsentrasi pengasuhan ayah pada anak
pengajaran untuk mengetahui bagaimana
dalam kondisi kronis dengan konsentrasi
Anak
perlu
bimbingan
5
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
ayah pada anak kondisi sehat. Ayah
pernikahan. Melihat banyaknya dampak
dengan
kronis
negatif dari ketidakhadiran ayah tersebut
profesional
dapat menunjukkan bahwa penting akan
anak
dalam
membutuhkan
kondisi
bimbingan
terlebih dahulu, perkembangan informasi
adanya
dan dukungan sebelum merawat dan
pengasuhan anak anak pengidap diabetes
mendidik anak. Penelitian ini menunjukkan
melitus.
bahwa ayah yang memiliki anak dalam
keterlibatan
Menurut
ayah
dalam
Lamb
(dalam
kondisi kronis memiliki perhatian dan
www.goverment.gov, 2008), keterlibatan
keterlibatan
dalam
ayah merupakan suatu tingkatan interaksi
pengasuhan terhadap anaknya dibanding
ayah dengan anaknya. Keterlibatan ayah
yang memiliki anak dalam kondisi sehat.
juga
yang
lebih
tinggi
Pada kenyataannya, keterlibatan
ayah
memiliki
bagian
dari
permasalahan yang membuat keterlibatan
dalam hubungan pengasuhan, dan yang
ayah dalam pengasuhan anak tampak
terpenting
tidak mudah diwujudkan. Berdasarkan
perkembangan sosial, kognitif dan emosi
wawancara yang dilakukan peneliti pada
(Allen
bulan April 2009, terhadap keluarga yang
menambahkan bahwa telah diakui ayah
memiliki anak pengidap diabetes melitus
memiliki
namun tidak terdapat sosok ayah. Peneliti
perkembangan sosial, emosional, dan
menemukan ketidakmandirian anak ketika
kognitif anak-anak mereka.
kehadirian
kehidupan
adanya.
yang
laki-laki
perkembangannya untuk istri dan rekan
ada
demikian
dewasa
pengertian
Ada
tidak
tidak
mengandung
ayah
dalam
sehari-harinya.
untuk
dkk,
anak
2002).
Tinkew
kontribusi
penting
Keterlibatan
perkembangan
dalam
ayah
(2006)
dalam
dalam
kemandirian
anak
Ketidakmandirian yang ditemukan antara
pengidap diabetes melitus dapat berupa
lain: anak tidak berani bertanggung jawab
dengan meluangkan waktu bersama anak
terhadap kegiatan sekolah, yaitu anak
melalui kegiatan bermain, membaca, dan
tidak
berbagi
mau
bersekolah
lagi
mengidap diabetes melitus;
sekali
merasa
pemenuhan
capek
kebutuhannya
setelah
anak cepat
sehingga
banyak
di
makanan;
kualitas
hubungan
antara ayah dan anak yang dijalin dengan
kepekaan,
kedekatan,
persahabatan,
dukungan, dan sebagainya; serta dari
bantu oleh ibu atau bibinya. Anak juga
penanaman
kurang
dalam
peran yang dijalankan ayah (Allen dkk,
melakukan pengobatan atau penggunaan
2002). Ketika ayah meluangkan waktu
insulin dari luar. Peristiwa ini menunjukkan
bersama anak dapat digunakan dengan
tidak adanya keterlibatan ayah dalam
bermain
pengasuhan anak. Anak tidak memiliki
cenderung melibatkan fisik dan lebih
ayah karena ibu tidak melangsungkan
memberikan kebebasan pada anak untuk
disiplin
dan
enggan
nilai-nilai
bersama.
kebaikan
Permainan
pada
ayah
6
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
mencoba hal-hal baru, sehingga anak
Permasalahan
lebih dapat mengembangkan minatnya
Bagaimana gambaran keterlibatan
dan bertanggung jawab, sehingga mandiri
ayah dalam menumbuhkan kemandirian
dalam
anak pengidap diabetes melitus?
menyelesaikan
permasalahan
permainannya. Kualitas hubungan yang
baik yaitu adanya kepekaan, sikap hangat,
Tujuan Penelitian
akrab dan bersahabat dapat menciptakan
Penelitian
ini
dilakukan
untuk
komunikasi antara ayah dengan anak.
mendapatkan gambaran keterlibatan pada
Dari komunikasi tersebut, ayah dengan
ayah
anak dapat bertukar informasi kegiatan
diabetes melitus dalam menumbuhkan
masing-masing, sehingga ayah secara
kemandiriannya.
tidak langsung memantau perkembangan
memahami lebih jauh tentang pengaruh
anak,
perilaku
keterlibatan ayah terhadap kemandirian
dapat
anak dalam membantu anak mengatasi
yaitu
memantau
ketidakmandiriannya
dan
memberikan saran penyelesaiannya. Ayah
yang
memiliki
anak
Peneliti
pengidap
bermaksud
tantangan dan penyesuaian diri.
sewaktu memantau dan menghabiskan
waktu bersama anak dapat menanamkan
Pembatasan Istilah dan Pertanyaan
nilai-nilai kebaikan pada anak, terutama
Penelitian
menanamkan
menjadi
pribadi
yang
Keterlibatan
ayah
didefinisikan
mandiri. Seperti yang disampaikan Allen
sebagai gambaran tingkatan dari interaksi
dkk (2002), bahwa ayah dapat menanam
laki-laki dewasa sebagai seorang ayah
kebaikan dalam peran-perannya, yaitu
yang turut mengambil peran sama dengan
dengan gaya pengasuhan autoritatif.
ibu dalam mengelola perkembangan anak
Berdasarkan
uraian
tersebut,
dan membuat dirinya ada untuk anak
mengingat pentingnya keterlibatan ayah
meskipun
dalam mengembangkan kemandirian pada
langsung,
usia anak-anak, dan mempertimbangkan
terhadap kesejahteraan anak mereka.
kondisi anak pengidap diabetes melitus
Keterlibatan
yang memiliki peraturan hidup kompleks.
wawancara dengan panduan pendapat
Maka
Allen
peneliti
tertarik
untuk
meneliti
tidak
berhubungan
serta
bertanggungjawab
ayah
dkk
secara
diungkap
(2002)
yang
melalui
berupa
:
keterlibatan ayah dalam menumbuhkan
meluangkan waktu bersama anak, kualitas
kemandirian
hubungan
melitus.
anak
pengidap
diabetes
ayah
menanamkan
dengan
kebaikan
anak,
dalam
dan
peran-
perannya.
Pertanyaan inti dalam penelitian ini
adalah
:
“Bagaimana
gambaran
keterlibatan ayah dalam menumbuhkan
7
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
kemandirian pada anak pengidap Diabetic
menghubungi calon subyek yang sesuai
Melitus?”. Selain pertanyaan inti (central
dengan karakteristik penelitian. Peneliti
question), juga diberikan sub question
membuat janji terlebih dahulu dengan
yang terbagi menjadi 2, yaitu issue dan
calon
topical question.
wawancara. Pada waktu yang sudah
subyek
untuk
melakukan
disepakati, peneliti bertemu subyek dan
Metode Penelitian
Penelitian
metode
membangun raport terlebih dahulu supaya
ini
penelitian
menggunakan
kualitatif
dengan
subyek
merasa
nyaman
Peneliti
menjelaskan
mengemukakan
subyek
bahwa
studi
kasus
dapat
memberikan data yang sebenar-benarnya.
pendekatan studi kasus. Mulyana (2001)
bahwa
dan
kepada
identitas
setiap
dan
hasil
merupakan uraian dan penjelasan yang
wawancara akan dijamin kerahasiaannya.
komprehensif mengenai berbagai aspek
Setelah setuju untuk diwawancara, subyek
seseorang,
diminta mengisi informed consent.
suatu
kelompok,
suatu
organisasi (komunitas), suatu program,
atau suatu situasi tertentu.
Partisipan
Pada saat wawancara, peneliti
mencatat waktu dan tempat wawancara,
adalah
serta hal-hal yang diniliai penting untuk
anak
kelengkapan data. Setelah mendapatkan
pengidap diabetes melitus, dengan usia
data hasil wawancara, peneliti melakukan
anak 6-12 tahun. Subyek berdomisili di
pengolahan
daerah Yogyakarta. Subjek berjumlah tiga
transkrip
orang.
analisis
seorang
ayah
penelitian
yang
memiliki
data
dengan
verbatim
dan
serta
refleksi.
membuat
melakukan
Sesuai
dengan
Instrumen penelitian. Penelitian ini
kesepakatan dengan subyek, wawancara
merupakan penelitian kualitatif dengan
dilakukan di rumah subyek. Seluruh hasil
teknik
dan
wawancara menjadi data rahasia sesuai
yang
digunakan
dengan kode etik yang berlaku dalam
adalah
pedoman
wawancara
observasi.
dalam
Instrumen
penelitian
mendalam
wawancara,
surat
pernyataan
menyatakan
kesediaan
subyek
psikologi.
Nama
yang
dalam
untuk
penelitian.
subyek
pembahsan
disamarkan
mengenai
hasil
diwawancara (informed consent), alat tulis,
Metode dan Analisa Data
dan MP3.
Prosedur
penelitian.
Peneliti
Penelitian
ini
menggunakan
mencari subyek yang sesuai dengan
analisis data dengan pengorganisasian
kriteria yang telah ditentukan
terhadap data-data yang diperoleh di
instansi
kesehatan,
melalui
pendidikan
dan
lapangan
melalui
sejumlah kenalan. Peneliti menyiapkan
observasi
terhadap
pedoman
lingkungan
wawancara
kemudian
wawancara
dan
partisipan
dan
pendukungnya,
kemudian
8
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
mencatatnya ke dalam tabel, selanjutnya
Bp.
Sy
menggunakan
peneliti menjelaskan arti dari perilaku yang
bermain
dan
terekam.
menjadi
waktu
Strategi verifikasi yang digunakan
dalam
penelitian
kualitatif
adalah
kredibilitas, reliabilitas, dan objektivitas.
Hasil Penelitian
makan
kemandirinnya.
saat-saat
bersama
untuk
Bp.
menumbuhkan
Sy
memilihkan
permainan yang bersifat edukatif
untuk
mengasah
dalam
kemandirian
anak
menyelesaikan permasalahan.
Tabel 1. Karakteristik subyek
anak
Bp.
Sy
melakukan ini setiap hari bersama anak.
Bp. Sy
Bp. Wg
Bp. Sr
Kegiatan
Usia
42
43
29
ditujukan untuk membantu pola pikir anak
Pendidikan
Perguruan
SLTA
SD
bahwa orang-orang disekelilingnya peduli
Wiraswast
Buruh
a
tidak
Buruh
dilakukan
Anak menyukai kegiatan yang dilakukan
bersama Bp. Sy.
Bp. Sy sebenarnya tidak memiliki
tetap
Jumlah
yang
dan membantunya dalam kemandirian.
Tinggi
Pekerjaan
bersama
2
2
banyak waktu luang karena digunakan
2
untuk bekerja. Bp. Sy memanfaatkan
anak
Nama anak An. Lt
An. DP
An. Ai
waktu pagi dan sepulang kerja untuk
pengidap
bersama anak. Anak bersifat proaktif.
DM
Berani mengajak Bp. Sy untuk bermain.
Usia anak
11
11
10
Anak
juga
langsung
keinginannya
kepada
menyampaikan
Bp.
Sy
dan
langsung ditanggapi atau dipenuhi. Anak
Hasil wawancara
sangat disiplin terhadap yang dijanjikan
Bp.
a. Partisipan Bp. Sy
Bp. Sy berusia 40 tahun, bekerja
sebagai
wiraswasta
dan
menempuh
Sy,
karena
kedisiplinan
telah
ditanamkan sejak kecil.
Bp.
Sy
menyadari
bahwa
setiap
pendidikan terakhir di pergruan tinggi. Bp.
uasaha ada kegagalan dan keberhasilan.
SY memiliki dua anak. Anak kedua
Ketika anak mengalami kegagalan, Bp. Sy
mengidap DM Tipe I, berinisial An. Lt (11
akan membantu anak dengan menemani,
tahun).
mendampingi dan menyemangati kembali.
Diawal mengetahui anaknya mengidap
Namun
penyelesaian
permasalahan
DM, Bp. Sy membawa ke dokter untuk
diserahkan ke anak. Dan ketika anak
berkonsultasi
memperoleh keberhasilan, maka Bp. Sy
dalam
penanganan
Sy
akan memberikan pujian yang sewajarnya.
melakukan pengawasan saja terhadap
Menurut Bp. Sy, anaknya adalah anak
pemenuhan kebutuhan kesehatan anak.
yang
selanjutnya.
dan
selanjutnya
Bp.
pantang
menyerah
dalam
9
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
menghadapi permasalahan. Hal itu dilihat
anak.
dari
mengawasi kehidupan sehari-harinya.
kesukaan
anak
menyelesaikan
permainan puzzle.
sebagaimana
kemandirian
Bp.
Wg
sekedar
Bp. Wg mempercayai anak mampu
Bp. Sy menerapkan kemandirian pada
anaknya
Selanjutnya,
anak
normal.
menyelesaikan permasalahannya sendiri,
mendidik
sehingga tidak secara khusus memberikan
Sehingga
pendidikan penyelesaian permasalahan.
pekerjaan yang sudah dapat dikerjakan
Bp. Wg tidak memiliki jam kerja yang
sendiri oleh anak, maka Bp. Sy tidak
tetap. Sehingga tidak menyediakan waktu
membolehkan anak dibantu, pekerjaan
khusus untuk dapat bersama dengan anak
tersebut harus diselesaikan sendiri.
terutama
dalam
menumbuhkan
kemandirian.
Bp.
mendidik
Bp. Sy membolehkan anak melakukan
Wg
dan
kegiatan yang menguras energi, misal
melatihkan kemandirian pada anak sambil
latihan karate, bersepeda dan berlari-
lalu. Namun, apabila ada waktu kosong
larian. Namun, Bp. Sy tetap membatasi
terkadang Bp. Wg mengajak anak jalan-
kegiatan
Sy
jalan. Hal ini menurut Bp. Wg dapat
disiplin
menambah rasa percaya diri, wawasan
yang
melakukan
berlebihan.
pengontrolan
dan
Bp.
dalam menjalankan aktivitas, supaya anak
dan membaiknya kesehatan.
dapat mengerjakan secara terus-menerus.
Anggota keluarga yang lain semula
Anak ketika
langsung
membutuhkan sesuatu
menyampaikan
keinginannya.
khawatir terhadap ondisi anak. Namun
Bp. Wg akan memenuhi keinginan yang itu
sekarang keluarga percaya bahwa anak
merupakan kebutuhan utama.
mampu menghadapi kondisinya.
Bp. Wg menyarankan pada anak
untuk segera minta tolong bila merasakan
b. Partisipan Bp. Wg
sakit. Namun, Bp. Wg tidak menyarankan
Bp. Wg berusia 42 tahun, bekerja
anak meminta tolong soal pemenuhan
sebagai buruh tidak tetap dan pendidikan
materi. Dan untuk memenuhi kebutuhan
terakhirnya adalah tingkat SLTA. Bp. Wg
sehari-hari, Bp. Wg melatih anak mandiri
memiliki 2 anak dan anak kedua An. DP
dengan memberikan pengertian tentang
(11 tahun) mengidap DM kurang lebih
pentingnya anak yang mandiri.
sejak usia 5 tahun.
Setelah
mengidap
Bp.
mengetahui
DM,
Bp.
Wg
Wg
menerima
ketika
anak
anaknya
mengalami kegagalan. Setelah itu, Bp. Wg
memberi
menumbuhkan semangat baru pada anak,
pengertian kepada anak langkah dalam
menyemangati
menjalani kehidupan ke depan. Yaitu
kebesaran jiwa supaya anak lebih percaya
tentang pola makan, aturan makan, gejala-
diri.
gejala sakit yang perlu diwasadai
keberhasilan,
dan
sebagainya dijelaskan Bp. Wg kepada
Dan
dan
ketika
Bp.
anak
Wg
menumbuhkan
memperoleh
menambahkan
semangat pada diri anak. Bp. Wg tidak
10
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
memaksakan
anak
keberhasilannya
mempertahankan
karena
memahami
kondisi anak.
Bp.
ISSN : 2087-1899
SR melakukannya, terutama pengawasan
makanan ringan dan aktifitas bermain.
Setelah anak mengidap DM, Bp. Sr
Wg
membolehkan
anak
sering mengajak An. Ai jalan-jalan ke
beraktifitas yang menguras tenaga. Bp.
pantai untuk menikmati udara pagi dan
Wg
supaya
bermain. Bp. Sr merasakan manfaat dari
mengatur kekuatannya ketika beraktifitas
kegiatan yang dilakukan bersama dengan
supaya memiliki sisa tenaga yang baik dan
anak. Selain dapat membuat hubungan
tidak mengganggu kadar gula. Teman-
mereka menjadi lebih dekat, kegiatan
temannya memahami kondisi anak dengan
tersebut
baik. Temannya juga mengetahui apa saja
kesehatan. Anak menjadi lebih cerah
yang menjadi larangan anak. Sehingga
wajahnya setelah sering diajak jalan-jalan.
interaksi mereka baik-baik saja. Anggota
Anak
keluarga yang juga memahami kondisi
dengn Bp. Sr daripada dengan ibunya.
anak. Sehingga turut membantu dalam
Anak cenderung lebih dahulu mengajak
mengasuh,
untuk ke pantai.
berpesan
kepada
turut
anak
membantu
menjaga
kestabilan kadar gula anak.
bermanfaat
merasa
Bp.
Bp. Wg melihat anaknya mengalami
juga
Sr
waktunya
senang
bila
banyak
untuk
untuk
bepergian
menghabiskan
bekerja
dan
sedikit
ketidakpercayaan diri ketika menghadapi
memiliki waktu luang. Ketika Bp. Sr
permasalahan. Anak cenderung meminta
memiliki waktu luang akan digunakan
bantuan
untuk
orang
lain
untuk
menonton
TV
bersama
anak.
menyelesaikannya. Dan anak memiliki
Sewaktu menonton, Bp. SR melakukan
tanggapan yang positif ketika bersama Bp.
pengawasan kegiatan yang dilakukan di
Wg. Anak menunjukkan semangat yang
ruang tersebut, yaitu jam tidur anak.
tinggi dalam menyongsong masa depan.
Apabila
sudah
waktu
tidur,
anak
diingatkan untuk menyudahi menonton,
c. Partisipan Bp. Sr
dan anak mematuhinya.
Bp. Sr berusia 29 tahun. Pendidikan
Bp. Sr mengingatkan dengan halus
terakhir adalah tingkat Sekolah Dasar dan
kepada anak terhadap larangan-larangan
sekarang bekerja sebagai buruh. Anak
dia sebagai anak pengidap DM. Larangan-
pertama Bp. Sr yang berinisial An. (10
larangan
tahun) mengidap DM Tipe I sejak dua
permasalahan utama bagi anak. Anak
bulan yang lalu.
juga mematuhi larangan tersebut.
Setelah
mengidap
pengawasan
mengetahui
DM,
Bp.
terhadap
Sr
tersebut
merupakan
anaknya
Ketika anak menginginkan sesuatu,
melakukan
maka ia langsung menyampaikan kepada
makanan
yang
Bp. Sr dan langsung ditanggapi. Apabila
dikonsumsi anak. Sampai sekarang Bp.
keinginannya berupa makan makanan
11
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
yang merupakan larangannya, maka Bp.
makannya, karena anak belum dapat
SR langsung melarang dan menegaskan
mengendalikan nafsu makan maka boleh
efek makanan tersebut. Namun, apabila
dibantu dalam mengaturnya.
keinginannya berupa kegiatan yang cukup
Teman-teman An. Ai yang berada
menguras tenaga, maka Bp. Sr hanya
dilingkungan bersikap dan berinteraksi
mengingatkan supaya berhati-hati. Bp. Sr
biasa terhadapnya. Namun, teman-teman
tidak melarang anak melakukan kegiatan
disekolah
yang
membedakan dengan teman lainnya.
menguras
membolehkan
waktu
mengejek
dan
tenaga,
namun
memberi
batasan
Bp. Sr melihat kesedihan di wajah
tenaga tidak
terkuras.
anak dalam menghadapi kondisinya ini.
dan
supaya
sering
Karena apabila tenaga terkuras, maka
Banyak
perubahan
dalam
pola
kadar gula dapat naik. Selain itu, Bp. Sr
kehidupannya, terutama pola makan.
memberi kebebasan pada anak untuk
mengeksplorasi lingkungan, karena hal itu
Hasil Observasi
dianggap
a. Partsipan Bp. Sy
dapat
menumbuhkan
kemandirian anak.
Berdasarkan
observasi,
diperoleh
Ibu dan anggota keluarga yang lain
data data bahwa Bp. Sy sangat antusias
cenderung melayani anak, karena melihat
saat diwawancara. Hal ini diketahui dari
kondisi anak yang mengalami DM. Bp. Sr
wajahnya yang nampak ceria, senyum
tidak sepakat dengan istri dan ibunya yang
selalu tersungging dan intonasi suara
memanjakan anak. Bp. Sr tetap bersikap
yang tenang, tegas, mantap dan penuh
tegas dalam kemandirian anak.
semangat.
Bp.
Sr
nampak
bangga
memiliki anak An. Lt, ditunjukkan dengan
anak
pandangan Bp. Sy yang teduh pada
melaksanakan tanggung jawabnya maka
anakketika wawancara dan perilakunya
Bp. SR menyikapinya dengan kemarahan.
yang
Namun, setelah itu Bp. Sr menyesalinya.
bergabung dalam wawancara. Bp. Sy
Bp. Sr merasa senang dan mengucapkan
bangga
terimaksih
kegiatannya bersama anak dan tiap tahap
anak,
sewaktu
dapat
Sy
menerima
kegagalan
belum
Bp.
ketika
anak
mampu
melaksanakan tanggung jawabnya.
merangkul
anak
mencerikan
ketika
tiap
ikut
tahap
perkembangan anak. Hal ini terlihat dari
Bp. Sr selalu mengingatkan anak
cerita yang yang runtut dan intonasi
supaya dapat melakukan sendiri apa yang
tenang, menceritakan dengan detail dan
sudah dapat dilakukannya sendiri. Misal
memeragakan
mengambil minum sendiri, minum obat
lakukan.
apa
yang
biasa
anak
sendiri dan sebagainya. Bp. Sr hanya
memperbolehkan anak dibantu untuk hahal tertentu, misalnya mengatur nilai gizi
12
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
b. Partisipan Bp. Wg
mengungkapkan dengan serius juga. Hal
Bp. Wg secara performance nampak
ramah
meskipun
dengan
penampilan
ini
ditunjukkan
dengan
tenang
menceritakan kegiatan yang dilakukan
sederhana. Hal ini nampak dari raut wajah
bersama
dengan
yang selalu senyum, ceria, bahkan sampai
nampak
memerah
tertawa, dan peneliti datang disambut
menunduk.
dengan ramah. Namun, Bp. Wg juga bisa
menceritakan
serius, ditunjukan pada saat memberikan
ditunjukkan dengan intonasi suara mantap
informasi
dan memandang peniliti dengan mantap
pandangan
menjadi
sayu,
Bp.
tenang
dan
serta
Sr
pandangan
semangat
kemandirian
anak,
juga,
semangat menceritakan kegiatan bersama
temapat-tempat yang biasa digunakan
anak dan kondisinya. Hal ini ditunjukkan
untuk mengahabiskan waktu bersama. Bp.
dengan intonasi yang penuh semangat
Sr
dan
cerita
menceritakannya. Bp. Sr terlihat sangat
dengan menggerak-gerakkan tangan. Bp.
dekat dan sayang dengan anak, karena
Wg menunjukkan keseriusan informasi
sewaktu observasi, anak menangis dan
yang
menunjukkan
Bp. Sr turut menenangkan anak dengan
intonasi suara yang tenang, tegas, dan
memeluk dan menenangkan dengan kata-
penuh semangat, serta pandangan yang
kata bujukan.
diberikan
memeragakan
dengan
sampai
dalam
suaranya tenang, dan tegas. Bp. Wg
semangat
bahkan
mata
juga
menunjukkan
tersenyum
sewaktu
mantap kepada peneliti. Bp. Wg juga
yang
telaten
PEMBAHASAN
sekeliling
rumah
Berdasarkan data yang diperoleh bahwa
nampak
sebagai
orang
dengan
melihat
di
dipenuhi dengan tanaman dan hewan
secara
yang perlu perawatan khusus. Observasi
menunjukkan
pada Bp. Wg memakan waktu yang paling
Menurut Allen, dkk (2002), keterlibatan
lama diantara partisipan lainnya. Hal ini
ayah mengandung pengertian bagi laki-
karena
memberi
laki yang selayaknya memiliki bagian dari
pertanyaan-pertanyan
perkembangan kedewasaannya untuk istri
informasi
partisipan
dari
semangat
peneliti.
dan
umum
rekan
semua
adanya
mereka
partisipan
keterlibatan.
dalam
hubungan
pengasuhan, dan yang terpenting untuk
c. Partisispan Bp. Sr
anak mereka dalam perkembangan sosial,
Bp. Sr memberikan informasi dengan
kognitif dan emosi. Keterlibatan ayah
serius, ditunjukkan dengan tidak banyak
dapat diukur dengan melihat bagaimana
melakukan perubahan gerakan tubuh,
meluangkan waktu, kualitas hubungan
intonasi suara yang tenang, dan emosi
antara ayah dan anak, dan bagaimana
yang cenderung datar. Saat mengungkap
ayah
informasi
kebaikan
kondisi
anak,
Bp.
Sr
dapat
menanamkan
dalam
menjalankan
nilai-nilai
peran13
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
perannya. Berikut gambaran setiap aspek
“yaa setelah pulang dari rumah sakit,
keterlibatan ayah dari partisipan :
sampe sekarang sering saya bawa ke
Pertama
adalah
aspek
meluangkan waktu, yang termasuk dalam
sana” (Bp. SR, T04, B07, Th2010, baris
ke 30)
meluangkan waktu adalah:
Ib. St menguatkan penyampaian
1. Frekuensi
Frekuensi
kegiatan-kegiatan
menumbuhkan
diungkap
yang
dengan
berkualitas
kemandirian
anak
dan
Bp. Sr dengan lebih menjelaskan waktu
yang
digunakan
bersama,
demikian
penyampaiannya:
frekuensi para partisipan melakukannya.
“kalau ke pantai itu dua hari sekali,,
Menurut Dagun (2002), apabila ayah
yang pasti seminggu tiga kali,, ya kalau
setiap pekan terlibat dalam salah satu
nyuci itu ya tiap kali ke sumur dia
kegiatan
ikut,”(Ib. St, T11, B07, Th2010, baris ke
anak,
maka
akan
terjadi
hubungan yang positif antara ayah dengan
75)
anak. Apabila anak mempunyai banyak
Partisipan
kesempatan untuk mengamati dan meniru
sikap yang ayah, maka dapat membantu
perkembangan
kemampuan
anak
menyelesaikan masalah. Partisipan Bp. Sy
dan Bp Sr yang memiliki kegiatan khusus
dengan anak dan memiliki frekuensi yang
rutin. Berikut gambaran kegiatan dan
waktu
Wg
tidak
khusus
untuk
menumbuhkan kemandirian anak. Namun,
Bp. Wg ketika memiliki waktu senggang
akan mengajak anak pada suasana lain,
dengan
tujuan
untuk
menumbuhkan
kepercayaan diri pada anak, seperti yang
disampaikan Bp. Wg berikut:
waktunya:
“Yaa…. hampir setiap hari. Setelah
belajar dia ngajak bermain puzzle, atau
dikomputer…dikomputer
meluangkan
Bp.
juga
ada
puzzle, atau main di luar, kita di luar
juga ada game, time zone. Yang dia
senengi juga yang bersifat edukatif.”
(Bp. SY, T27, B03, Th2010, baris ke
50)
“itu
nggak
ada
mbak,
ngak
ada
kegiatan khusus, ya sambil lalulah,
misal ada waktu senggang, waktu
kosong, yaa kita cari suasana lain.
jalan-jalan ke sungai atau di pingir
sawah. atau ke pantai, yaa untuk
menumbuhkan
jiwanya.
itukan
jiwa
anak harus ditumbuhkan, harus diberi
supaya tumbuh kepercayaan dirinya.
“biasanya ke Trisik, selang berapa lama
Biar PD gitu mbak,” (Bp. Wg, T19, B06,
trus pulang, mandi dan maen. Yaa di
Th2010, baris ke 35)
Trisik cari udara segar, jalan-jalan. Dia
mandi sendiri, tapi masih disuruh,” (Bp.
SR, T04, B07, Th2010, baris ke 25)
“Waduh mbak... Mungkin bisa setahun
sekali,, wakkkwakkk. ya kalau dirata14
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
rata bisa setahun sekali.” (Bp. Wg, T19,
dapat mempengaruhi anak diterima dalam
B06, Th2010, baris ke 40)
pergaulan
dengan
teman
sebayanya
(Dagun, 2002). Menurut penelitian Walter
2. Timbal balik hubungan
Menurut Dagun (2002), anak yang
memiliki hubungan timbal balik dengan
ayah akan lebih mampu menghadapi
situasi asing. Timbal balik hubungan telah
terungkap dari partisipan Bp. Sy dan Bp.
Sr, seperti yang disampaikan berikut:
“Dia aktif, ee.. dia yang meminta, atau
yang menginginkan, saya mengikuti.”
(Bp. SY, T27, B03, Th2010, baris ke
60)
Misched
(dalam
Dagun,
2002)
ketidakhadiran ayah dapat menyebabkan
anak menjadi lamban dalam menanggapi
keinginan dan kebutuhannya. Kehadiran
ayah disela-sela kesibukannya untuk anak
ditunjukkan oleh partisipan Bp. Sy dan Bp.
Sr, seperti yang dikemukakan masingmasing partisipan berikut:
“Saya bisa ketemu dia malam hari,
eee….dan pagi hari, mulai dia mandi
sampai mengantar dia sekolah, setelah
“dia manut, tidak mbantah, malah
itu ketemu lagi malam, karna saya
adeknya yang mbantah, missal nonton
sering pulang malam. Malam, jam
TV lama trus diingatkan, ya dia manut,
belajar dia belajar dulu, setelah belajar
kalo adeknya mbantah. Disuruh minum
kita
apapun, bahkan sangat pahit, dia juga
bersama.” (Bp. SY, T27, B03, Th2010,
mau.” (Bp. SR, T04, B07, Th2010, baris
baris ke 55)
ke 45)
main.
Yah…kita
melakukan
“yaa diam saja, sambil ngawasi dia
tidak
nonton TV, atau nanti disuruh tidur
muncul timbal balik hubungan, karena
kalau sudah masuk waktu tidur. Dia itu
partisipan
betah melek, kalau nggak diketati yaa
Pada
partisipan
tidak
Bp.
Wg
secara
khusus
tidak tidur.” (Bp. SR, T04, B07, Th2010,
meluangkan waktu bersama anak.
“Waduh...wong buruh itu nggak ada
waktu luang mbak... soal anak itu
baris ke 40)
4. Kebermanfaatan kegiatan
sudah saya serahkan pada ibunya..”
Keterlibatan ayah dalam kehidupan
(Bp. Wg, T19, B06, Th2010, baris ke
anak memiliki pengaruh yang lain selain
45)
dalam
kemandirian.
Ayah
dapat
berpengaruh pada cara pandang anak
3. Kehadiran Ayah
menyelesaikan
Keterlibatan ayah mengasuh anak
sejak
kecil
dapat
memperlihatkan
kehadiran ayah memiliki dampak yang
mendalam.
Hubungannya
yang
dekat
permasalahan
dan
menggunakan lingkungan sebagai media
belajar. Seperti yang diungkapakan oleh
Prasetyo dkk (dalam Kurnianingsih, 2008)
bahwa gambaran atau bentuk pola asuh
15
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
dari ayah contohnya adalah bertindak atau
“ya bagus, dia jadi punya pandangan
berperan sebagai teman dalam bermain,
lain, yang seharusnya dia belum tahu
menciptakan
untuk
jadi sudah tahu, dia merasa ,,, gimana
memacu keinginan dan kemampuan anak
ya,,, ya ada kebanggan tersendiri “Aku
saat
wis ngerti Samas” ya itu contohya,,
suasana
bermain,
bersaing
mengembangkan
anak,
“Saya sudah ke Parangtritis dua kali” ya
mengajak anak mengeksplorasi langsung
itu bisa jadi kebanggan tersendiri. Misal
terhadap lingkungan dan membiarkan
ke Bonbin, wis ada kebanggaan kalau
anak mengadakan eksperimen terhadap
sudah pernah ke Gembira Loka, misal
kegiatan eksplorasinya, dan mengasah
kalau belum banyak tanda tanya, yang
kemampuan anak.
namanya Bonbin Gembiro Loka itu
kemampuan
berpikir
logika
Semua partisipan dapat melihat
manfaat
dari
kegiatan
yang
seperti apa? Ada apanya di situ?
telah
Katanya ada gajah, gajahnya berapa?
dilakukan bersama anak. Manfaat yang
Katanya ada kolam, kolamnya sperti
dirasakan setiap partisipan berbeda. Bp.
apa? Tapi kalau dia sudah pernah ke
Sy melihat kegiatannya bermanfaat dalam
situ,,,
membentuk pola pikir anak dan membantu
kepuasan tersendirilah, seperti apa
anak dapat menyelesaikan permasalahan,
yang dikatakan orang-orang,, ya seperti
Bp. Wg melihat manfaat dari kegiatan
itulah,,,” (Bp. Wg, T19, B06, Th2010,
yang dilakukan bersama anak adalah
baris ke 65)
pengembangan wawasan anak. Partisipan
Bp. Sr melihat hubungannya dengan anak
semakin dekat dan Bp. Sr merasa lebih
memperhatikan kondisi anak. Selain itu,
“Ya
kesehatan
mereka.
anak
Demikian
dari
para
kegiatan
partisipan
mengungkapkan manfaat kegitan mereka:
“Yang jelas….eee membantu pola pikir
dia, dia punya keluarga, punya ayah
dan ibu, punya kakak… kebersamaan
persis
setelah
itu
ya
kami
dia
jadi
punya
lebih
dekat,,,,”(Bp. SR, T04, B07, Th2010,
baris ke 60)
Bp. Wg dan Bp. Sy melihat ada manfaat
pada
tahu
Bp. Sr menambahkan:
“,. Kalau dibiarkan dia bisa lakukan
sendiri, dia tahu dengan sendirinya,,,
kalau diingatkan atau dikekang dia
malah nangis” (Bp. SR, T04, B07,
Th2010, baris ke 115)
itulah yang sangat membantu dia,
Partisipan Bp. Wg dan Bp. Sr juga
sehingga dia merasa dia tidak sendiri,,,
mendapatkan
banyak orang di lingkungan dia yang
perkembangan
membantunya,,,
kegiatan yang telah mereka lakukan. Bp.
sehingga
dia
bisa
mandiri lebih baik.” (Bp. SY, T27, B03,
Wg
Th2010, baris ke 80)
menstabilkan
melihat
manfaat
kesehatan
kegiatan
kadar
pada
anak
mereka
gula,
dari
dapat
meskipun
16
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
presentasenya
kecil.
Bp
Sr
ISSN : 2087-1899
melihat
1. Peka
perubahan pada fisik anak setelah mereka
beraktifitas. Badan anak menjadi lebih
cerah, tidak pucat seperti sebelumnya.
Berikut penyampaian dari Bp. Wg dan Bp.
Sr:
Ayah
dalam
yang
memiliki
menanggapi
kepekaan
dan
mendorong
perkembangan anak, tampak anak dapat
berkembang baik baik (NICHHD, 2002).
Kepekaan ayah nampak pada ketiga
“mana
saraf
yang
berpengaruh,,
partisipan. Semua partisipan mengetahui
meskipun itu kecil pengaruhnya, 0,01%
berbagai
mungkin. itu saraf mana yang menuju
pengidap diabetes melitus, ini sesuai
ke pankraes itu. Dibilang ada di telapak
dengan pernyataan Bp. Sy dan Bp. Wg:
kaki. Karna saraf di telapak kaki ya
kalau jalan-jalan nggak perlu pake
sandal gitu,, kan otomatis sarafnya
kena.” (Bp. Wg, T19, B06, Th2010,
baris ke 60)
“yaa
macam
kebutuhan
anak
“Terutama dia harus dikontrol untuk
makan
gula,
terutama
yang
mengandung glukosa,, karna dia tipe I
atau tipe A,,, ini,,, harus ditambah
dengan insulin dari luar, ee .. aa.. salah
kalau
setelah
jalan-jalan
di
satu caranya dengan disuntik. Dia
pantai,,, banyak perkembangannya, di
disuntik
kesehatannya. Waktu belum di bawa ke
kerjanya e e e batas kerjanya insulin 12
sana, Nampak lemes, pucat. Trus
jam,
disana itu ya lari-lari dipinggirnya, ya
penyuntikan”
saya
Th2010, baris ke 30 dan 35)
suruh
mandi
di
air,
saya
tungguin.” (Bp. SR, T04, B07, Th2010,
baris ke 55)
insulin
jadi
sehari
selama
(Bp.
2x,
24
jam
SY,
T27,
batas
2x
B03,
“Porsi makan ya di atur, dikira-kira. ada
saran
dari
bagian
gizi.
Ada
Kedua, aspek kualitas hubungan.
panduannya, kalau yang bisa dimakan
Menurut Allen dkk (2002), ayah disebut
ini ini, makannya kalau pagi sekian,
terlibat
ayah
siang sekian, sore sekian, snacknya
dengan anak digambarkan dengan peka,
ada jam 9 pagi, jam 3 sore,. Kalau dia
hangat, dekat, bersahabat, mendukung,
minum teh manis mang ngedrop mbak,
akrab, mengasuh, penuh kasih sayang,
sampai 70-60, dia setengah nggak
memberikan harapan, menghibur, dan
sadar itu mbak. Normalnya 120.” (Bp.
menerima. Berikut merupakan gambaran
Wg, T19, B06, Th2010, 20)
jika
kualitas
hubungan
aspek kualitas hubungan dari partisipan:
Pada partisispan Bp. Sr tidak
diungkapkan secara detail. Hal ini karena
anak baru mengalami diabetes melitus
selama 2 bulan, sehingga Bp. Sr masih
17
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
kurang
berpengalaman
dan
kurang
informasi. Demikian penuturan Bp. Sr:
“yaa
kebutuhannya
dari
biasanya
berbeda banyak,. Biasanya kita makan
ISSN : 2087-1899
jamnya pun harus disebutkan…jam 7
malam missal,, karna jam setengah 7
dia siap-siap menunggu jam 7.” (Bp.
SY, T27, B03, Th2010, baris ke 70)
bersama itu ikut apa yang boleh
“dia punya kesadaran sendiri untuk
dimakan
menyampaikan ke kami. Nggak usah
makan
dia,
missal
kentang,,,
dia
ya
bolehnya
kami
makan
diminta dia sudah bilang. Saya sakit,
kentang, kalau dia minum air putih yaa
perut saya sakit. dia sudah tau mbak,
kami minum air putih.” (Bp. SR, T04,
kebutuhan itu pokok atau nggak.kalau
B07, Th2010, baris ke 70)
kebutuhan pokok ya seperti pulpen,
buku, buku paket, buku tulis, atau bayar
2. Bersahabat, hangat, dan akrab
Sikap bersahabat, hangat, dan
akrab diungkap dengan kemampuan anak
menyampaikan langsung kebutuhannya
kepada ayah dan dapat menunjukkan
komunikasi yang baik. Menurut Dagun
(2002), pada situasi intim, saat itu ayah
dekat dengan anak dan memperoleh
banyak hal dari anaknya. Hal ini telah ada
pada ketiga partisipan, baik Bp. Sy, bp.
Wg,
maupun
Bp.
Sr.
pada
ketiga
partisipan, anak mampu menyampaikan
iuran
sekolah,,,
itukan
kebutuhan
pokok, ya itu bilang,, tapi bilangnya ya
gak sekarang, bilangnya 3 atau 4 hari
sebelumnya,,. “ya kalau kebutuhan
seperti ingin baju baru atau sendal, dia
lihat-lihat dulu. Kalau Bapaknya baru
bekerja seminggu utuh, ya gitulah,,
itupun kalau dia nggak tahu langsung
bapaknya pegang uang ya dia nggak
berani minta.” (Bp. Wg, T19, B06,
Th2010, baris ke 80 dan 85)
ayah
“Ya kadang dia langsung minta yang
tanpa melalui perantara orang lain. Seperti
mengandung gula, saya bilang “gak
yang dikemukakan berikut:
usah dek, makan apanya yang ada,
kebutuhannya
langsung
kepada
“Kalau dia punya keluhan, ee untuk fisik
biar lekas sembuh”.” (Bp. SR, T04,
terutama,
B07, Th2010, baris ke 75)
kalau
sakit
dia
akan
memberitahu yang sakit yang mana,
apa keluhannya, dan biasanya kalau
menyangkut kesehatan, dia kita bawa
ke dokter. Kalau keluhannya sebuah
keinginan,,
bersifat
sebuah
permintaan,, yaa,,kita janjikan,, kalau
itu baik,, ya kita janjikan,, tepat waktu,,.
Dia sangat disiplin untuk sebuah janji.
Kita menjanjikan hari senin, jam dua,
3. Mengasuh, kasih sayang
Menurut Hellen (dalam Dagun,
2002), ayah lebih mampu dan efektif
dalam mengasuh anak. Semua partisipan
mendidik anak mandiri dalam memenuhi
kebutuhan
sehari-harinya,
tidak
menyarankan meminta bantuan orang
lain. Berikut penyampaiannya:
18
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
“Dalam pendidikan, dia kita usahakan
diberikan tiap 12 jam sekali.” (Bp. SY,
mendidik seperti anak normal, supaya
T27, B03, Th2010, baris ke 35)
dia bisa berkomunikasi dan berinteraksi
dengan lingkungan, dan Alhamdulillah
,,, ee sekarang dia bisa berkomunikasi,
bermain,,,
dengan
kita
juga
bisa
Berbeda dengan Bp. Sy, Partisipan
Bp.
Wg
tidak
mendukung
anak
menggunakan alat kesehatannya:
berkomunikasi dan berinteraksi,,,.” (Bp.
“Kalau itu saya belum berani,, untuk
SY, T27, B03, Th2010, baris ke 90)
anak dapat menggunakan alat sendiri.
“ya itu di latih mbak. yaa,, dek opo-opo
kok diladeni orang tua. Kalau semua
diladeni nanti sangu ke sokolah peke
laden?. Misal pagi-pagi sudah ngladeni
yo natar sangune laden bukan uang,
kalau ditinggal bekerjakan bisa untuk
uang saku. dan kalau butuh apa ya bisa
buat beli.” (Bp. Wg, T19, B06, Th2010,
baris ke 90 )
“…, kadang kalau sama saya, ya saya
suruh ambil sendiri. Soalnya kalau
sama ibunya pasti nangis, sama saya
Karna
dia
belum
bisa
merasakan
sepenuhnya. Kalau anak-anak yang
usia sebelum 15 tahu, ia belum bisa
mengatur sepenuhnya, saya belum
berani.
Mungkin
kalau
dia
sudah
berusia 15 tahunan baru saya mulai, ya
untuk
kedewasaanya
sudah
mencukupilah...” (Bp. Wg, T19, B06,
Th2010, baris ke 55 )
4. Menghibur,
menerima,
mendukung,
dan memberi harapan
Ayah
sebagai
pembimbing,
gak, takut mungkin. Kalau minta sama
membantu anak mencapai potensi secara
ibunya, gak dibolehkan, ya dia nangis.
penuh, termasuk menerima kesalahan-
Kalau sama saya, gak boleh ya gak
kesalahan
boleh. ” (Bp. SR, T04, B07, Th2010,
kesuksesan-kesuksesan dan senyuman.
baris ke 85)
Para pembimbing tahu bahwa kegagalan-
Pada
partisipan
mendidik
cenderung
wilayah
berbeda
anak.
kesehatan
perilaku
Partisipan
mendorong
para
dalam
Bp.
anak
Sy
mandiri
dalam menggunakan alat kesehatannya,
seperti yang disampaikan berikut:
seperti
halnya
menerima
kegagalan kecil merupakan awal dari
kesuksesan besar, karena itu pembimbing
akan terus mendorong anak untuk tetap
mencoba (NICHHD, 2002). Kemampuan
menghibur, menerima, mendukung, dan
memberi harapan pada kondisi anak yang
mengalami kegagalan maupun mengalami
“Kalo sekarang dia sudah melakukan
keberhasilan
sendiri. Sudah bisa nyuntik sendiri. Kita
tanggung
tinggal mengontrol, berapa ampul yang
partisipan Bp. SY dan Bp. Wg. Masing-
dalam
jawabnya
menjalankan
ditunjukkan
oleh
masing mengungkapkan sebagai berikut:
19
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
“Kalau dia berhasil kita memuji,,, eee
mbak,, nggak minder,, ya misal kalau
kita juga gak mau memujinya terlalu
dapat ranking baik, ya dipertahankan
berlebihan,, dan dia gagalpun kita akan
dek,
membantunya,,, dan dia tidak akan
dipertahankan,, itu harus dipertahankan
menyerah pada kegagalan… itu satu
titik, gitu,, saya tidak,, Ya kalau kamu
kelebihan
Kita
bisa pertahankan ya pertahankan dek,
membantu dia dalam mengulang ketika
kalau nggak ya nggak pa-pa, yang jelas
tidak bisa, dan kita menemani,, tapi
kamu sudah punya pengalaman punya
konteks berfikir kita serahkan ke dia.
ranking bagus.” (Bp. Wg, T19, B06,
Seperti PR,,, kita mendampingi, kita
Th2010, baris ke 100).
tidak
positif
membantu
mendampingi,,,,
dari
dia.
buat
PR
kita
tetapi
membantu
sebagai orang tua sepserti Tut Wuru
Handayani,,,
mendorong,,,
hanya
membantu
menyemangati,,,,
atau
nggak
bilang
harus
Partisipan Bp. Sr menunjukkan
sikap menerima ketika anak mendapat
keberhasilan, seperti yang disampaikan
berikut:
menemani,,, tetapi kemauan no 1 dari
“yaaa
dia,, harus tumbuh dari dia…” (Bp. SY,
seneng,,, senengnya dengan ngucap
T27, B03, Th2010, baris ke 95 dan 100)
terimakasih.. disiini tu saling ngucapin
“Anak itu gagal biasa mbak, wkkwkk,
sama seperti yang lainnya. ya saya
mengerti mbak misal ia gagal dalam
prestasi. ya anak itukan punya target
sendiri. Misal sekarang ia ikut lomba,
bagaimana
ya,,
ya
saya
terimaksih sudah biasa, missal kakanya
minta
tolong
adeknya
ngambilkan
minum,, ya kakany trus bilang makasih
ya dek,,” (Bp. SR, T04, B07, Th2010,
95)
harapannya dapat hadiah, ya kalau
Ketiga, aspek keterlibatan menurut
sekolah kalau gaka dapat ranking 1
Allen dkk (2002) adalah menanamkan
atau 2 ya dapat ranking yang tidak buat
nilai-nilai
malulah, bisa 4, 5, atau 6. Ya entah
penelitian,
karena apa mungkin dia lepas dari
ditanamkan adalah nilai-nilai kemandirian.
target, nyampe rumah dia laporan “Pak,
Aspek dijabarkan sebagai berikut beserta
nilainya jelek,,,”, “Sekarang jelek nggak
hasil dari partisipan:
kebaikan.
Sesuai
maka
nilai-nilai
dengan
yang
pa-pa, orang itu ya nggak mesti sehat
terus,
kadang
ya sakit,
ya
kalau
sekarang adek belum pinter ya belajar
lagi.
sekarang
ngak
pa-pa.
nanti
kenaikan kelas yang penting naik dulu”
ya biar dia itu hatinya nggak jadi kecil
1. Musyawarah
Komunikasi dialogis dengan anak
yang bersifat terbuka, jujur, dan tulus
dapat menumbuhkan kedisiplinan dan
kemandirian pada anak (Rahayu, 2009).
Kemampuan musyawarah telah digali,
20
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
namun
tidak
dilakukan
para
woo duitku dipinjam ini.. ya kalau saya
partisipan penelitian dalam menanamkan
dengar akan dibayar kalau sudah ada
kemandirian pada anak.
duit. Saya beri pengertian seperti itu
2. Mendorong kemandirian
mbak. Ya pinjam itu ada tanggung
Menurut
memiliki
Dagun
sikap
lain
oleh
ISSN : 2087-1899
(2002),
yaitu
ayah
memberi
kebebasan pada untuk untuk mencapai
sikap mandiri pada anak. Ayah semenjak
jawab mengembalikan sepenuhnya,. ya
seperti itulah kalau masalah minta
tolong.” (Bp. Wg, T19, B06, Th2010,
baris ke 115).
awal menginginkan anak dapat melakukan
Demikian juga pada partisipan Bp.
sendiri tanpa ketergantungan pada orang
SR,
lain.
seperti yang disampaikan berikut ini:
Sikap
mendorong
kemandirian
terdapat pada ketiga partisipan. Berikut
adalah penyampaian dari partisipan Bp.
Sy dan Bp. Wg:
menunjukkan
sikap
yang
sama,
“yaa mau saya itu gak usah dimanja,,
boleh manja tapi yaa lihat-lihat,, ya
kalau semua di manja nantinya malah
“Di dalam minta tolong, selama dia
repot,, semua-semua nyuruh orang tua.
masih bisa mengerjakan dia kerjakan
Mau saya kalau dia sudah bisa yaa dia
sendiri…mandi,,,
bisa
ambil sendiri, bukan terus sebentar-
sendiri ya sendiri,,, makan,,, selama dia
bentar diambilkan, disuapi, ya jadinya
bisa sendiri ya lakukan sendiri.. kita
manja itu. Kalau saya ya saya biarkan,
membiarkan
tapi kalau ibunya yaa diambilkan,” (Bp.
dan
selama
tidak
dia
membantu.
Pada prinsipnya dia tidak berbeda
dengan anak normal lainnya,,,.” (Bp.
SY, T27, B03, Th2010, baris ke 110)
SR, T04, B07, Th2010, baris ke 105)
3. Batasan kemandirian
Menurut
Dagun
(2002),
ayah
“O,, sekarang gini mbak,, kalau saya
memiliki sikap berbeda terhadap anak
yang namanya minta tolong bantuan
perempuan, ayah lebih berhati-hati dan
orang lain, prinsip saya itu saya bagi
ragu-ragu, sehingga memberikan batasan
jadi bermacam jenis,, ya kalau itu
pada
dalam hal kesehatan,,, yo yang jelas
batasan kemandirian ditunjukkan oleh
mengenai fisiknya,, kesehatan anak ya
ketiga partisipan. Memberikan batasan
memang saya anjurkan minta tolong,
yang disampaikan para partisipan selain
tapi kalau soal materi,,saya kasih saran
karena anaknya perempuan tetapai juga
jangan sampe,,jangan sampe minta-
karena anak memiliki tenaga yang lemah.
minta dengan orang lain, apalagi itu
Masing-masing
bukan
uraian sebagai berikut:
saudara.
…..,.
Tapi
kalau
anak
perempuan.
partisipan
Memberikan
memberikan
hutang, suatu saat ada yang bilang,
21
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
“dia cukup energy,,, eee tapi untuk
berperilaku benar dan sehat. Sikap disiplin
olahraga yang terlalu berat, kebetulan
ayah terhadap anak hanya ditunjukkan
dia suka karate, ini memang kita
oleh
batasi,,, batasi,,, kalau berjalan sejauh
ungkapnya:
partisipan
Bp.
Sy,
demikian
5 kilo ya kita batasi,,, tapi untuk sehari-
“Yaa setiap hari kita control,,, kita
hari dia tetap, seperti latihan karate,,,
menjalankan setiap hari kedisiplinan,,,
olahraga,,, maen-maen,,, naik sepeda,,,
ya bangun pagi, kita cek dia bangun
lari-lari,,, ya dia normal saja… ya
pagi,, ya mandi, sarapan, berangkat
seperti
yaa
sekolah,,,, kita memberi batas dengan
sendiri…ini
waktu. Jam sekian mandi harus selesai,
kelihatan,, dia aktif.. dan dia gak akan
jam sekian harus berangkat sekolah,,
diam
meskipun ada waktunya dia
trus belajar,,, jam sekian sampai sekian
drop,,,” (Bp. SY, T27, B03, Th2010,
harus belajar,,,. Kita mengontrol itu…”
baris ke 115)
(Bp. SY, T27, B03, Th2010, baris ke
anak
seperti
normal
mbak
lainnya..
lihat
“,,kita harus hati-hati, seefisien mungkin
125)
masalah tenaga, energi. misa ya mbak,
Keterangan dari partisipan tersebut
dia harus mengelilingi lapangan 5 X.
menunjukkan
bahwa
mereka
memiliki
untuk dinilai, dia butuh waktu cepat,.
kemampuan
dalam
ketiga
aspek
kalau anakku nggak usah cepat-cepat,
keterlibatan
5X itu yang harusnya selesai 5 menit,
aspek yang tidak terpenuhi secara utuh,
ya
kalau
namun sudah cukup mewakili. Aspek
antaranya 5-10 menit ya kamu ambil 7-
tersebut adalah melungkan waktu, kualitas
8 menit, jadi tenagamu masih, masih
hubungan dan menanamkan nilai-nilai
ada sisa.” (Bp. Wg, T19, B06, Th2010,
kebaikan dalam kemandirian. Hal tersebut
baris ke 120)
merupaka
kamu
tengah-tengah,
“Tapi kalau dibiarkan,,, missal hati-hati
dek,,, ya kalau sudah seperempat jam
misalnya, dia disuruh berhenti, mau,.
Tapi kalau langsung dibilang “gak
boleh…”, langsung emosinya tinggi,
kadar gulanya tinggi,” (Bp. SR, T04,
B07, Th2010, baris ke 110)
Menurut Aline (2006), ayah disiplin
peran
meskipun
suatu
indikasi
terdapat
bahwa
keterlibatan ayah dalam menumbuhkan
kemandirian
anak
pengidap
diabetes
mellitus sangat penting. Didukung oleh
fakta-fakta
yang
menunjukkan
bahwa
semua partisipan telah terlibat dalam
menumbuhkan
kemandirian
anak
pengidap diabetes mellitus.
Secara umum, ditemukan bahwa
4. Disiplin
dalam
ayah,
mengajarkan
anak
ketiga
partisipan
memiliki
dalam
menumbuhkan
keterlibatan
kemandirian
di
wilayah pemenuhan kebutuhan sehari22
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
harinya.
Namun,
pada
wilayah
ISSN : 2087-1899
mempengaruhi
kemandirian
keluarga
kemandirian kesehatan, setiap partisipan
Anggota
berbeda dalam penanganan. Partisipan
mengkhawatirkan
Bp. Sy cenderung memberi kepercayaan
menghambat pertumbuhan kemandirian
terhadap anak untuk menggunakan alat
anak. Menurut Park (dalam Soeharjono,
kesehatannya. Partisipan Bp. Wg belum
2002), pengidap Diabetes Melitus yang
mempercayakan anak menggunakan alat
serumah dengan keluarga sering terjadi:
kesehatan, dan Bp. Sr lebih banyak
(a) pengidap dilindungi secara berlebihan
menggunakan obat tradisional yang cukup
oleh
yang
rumit menyajikannya, sehingga anak tidak
pengendalian Diabetes melitus secara
dapat mandiri menyajikannya. Meskipun
medis dan memaksa menggunakan obat
demikian, pernyataan ketiga partisipan
tradisional, (c) nenek menyalahkan ibu
kompak dalam menanggapi keluhan sakit
atau ayah pengidap, dan (d) terjadi konflik
anak. Demikian penyampaian dari para
antara mertua dan menantu. Hal tersebut
partisipan:
dialami oleh partisipan Bp. Wg dan Bp. Sr:
kondisi
nenek,
(b)
anak
nenek
pada
terlalu
dapat
monolak
“Kalo sekarang dia sudah melakukan
“ya
sendiri. Sudah bisa nyuntik sendiri. Kita
momonglah,,, ya kalau ada yang nggak
tinggal mengontrol, berapa ampul yang
bisa diterima, mending mengalah,, tapi
diberikan tiap 12 jam sekali.” (Bp. SY,
ya kalau pada emosi naik,, ya ramelah,
T27, B03, Th2010, baris ke 35)
waeeewaeee,,, wkkkwkkk” (Bp. Wg,
“Kalau itu saya belum berani,, untuk
sudah
lain
anak.
mengerti,,,
bisa
T19, B06, Th2010, baris ke 130)
anak dapat menggunakan alat sendiri.
“ya kalau ke ai,, ibu saya itu ya
Karna
merasakan
memanjakan seperti ibunya,. Apa-apa
sepenuhnya. Kalau anak-anak yang
kalau nangis terus digendong, trus
usia sebelum 15 tahu, ia belum bisa
nanti diajak keliling atau naik sepeda
mengatur sepenuhnya, saya belum
supaya dia diam,.” (Bp. SR, T04, B07,
berani.”(Bp. Wg, T19, B06, Th2010,
Th2010, baris ke 120)
dia
belum
bisa
baris ke 55)
“Disuruh
Keterlibatan
minum
berdasarkan
bahkan
penelitian
ini
sangat pahit, dia juga mau. Soalnya ini
dinantikan
oleh
saya selingi obat jawa, biar biaya tidak
(2009), terdapat bahasa secara tidak
terlalu tinggi.” (Bp. SR, T04, B07,
langsung
Th2010, baris ke 45)
menemani anak bermain dan berperan
Berdasarkan
perilaku
anggota
apapun,
ayah
hasil
keluarga
wawancara,
lain
turut
sebagai
merupakan
anak.
tersampaikan
teman
hal
yang
Menurut
Noer
ketika
bermain
ayah
sekaligus
pelindung bagi anak. Permainan yang
23
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
dipilih ayah dapat melatih keberanian dan
masing-masing lebih mudah karena sudah
kemandirian selama ayah tidak memaksa
terjalin hubungan yang baik, termasuk
dan terlalu mengatur permainan tersebut.
disini adalah keinginan ayah untuk anak
Biasanya permainan yang dipilih ayah
menjadi pribadi yang mandiri. Selain itu
adalah permainan fisik atau aktivitas luar
ayah membuat dirinya peka terhadap
ruangan. Anak menyukai aktivitas-aktivitas
kebutuhan anak sehingga lebih mudah
yang dilakukan bersama ayah. Hal ini
untuk menyampaikan nilai-nilai kemadirian
dialami oleh partisipan Bp. Sy dan Bp. Sr:
dengan
“menurut saya dia seneng,,, Kalau saya
pulang telat dia menunggu,, kalau dia
menginginkan sesuatu, seperti mau
main puzzle, maka hanya sama saya,.
Karena mama dan kakanya gak begitu
seneng
permainan
mulai
dari
puzzle,,.
siang
dia
Nah,,,
sudah
menjadwalkan,, atau dari sore setelah
saya baru pulang janjian nanti selsesai
belajar main puzzle,,,” (Bp. SY, T27,
B03, Th2010, baris ke 140)
“dia seneng, kalau lagi dipantai, kalau
bajunya belum basah, belum mau
diajak pulang,. Kalau waktu pergi ke
pantai sama ibunya Cuma dari atas
saja, trus diajak pulang ya dia mau,,
takut mungkin. Lebih seneng ke pantai
sama saya.” (Bp. SR, T04, B07,
Th2010, baris ke 145).
mengetahui
Ayahpun
dengan
kondisi
ringan
anak.
menerima
kegagalan tanggung jawab anak dan
menerima
keberhasilannya
dengan
senang hati, sehingga anak dapat tumbuh
mandiri di lingkungan yang menerimanya
apa adanya. Usaha keterlibatan lainnya
adalah dengan menanamkan kemandirian
dengan menerapkan pola asuh autoritatif,
yaitu ayah mendorong kemandirian anak,
namun tetap memberikan batasan sebagai
pengendali perilaku anak.
Adanya
keterlibatan
ayah
tersebut membawa banyak dampak positif
bagi
anak.
kemandirian
Selain
anak
berkembangnya
(meliputi
mandiri
menyelesaikan permasalahan, tanggung
jawab dan proaktif), dampak positif lainnya
adalah peningkatan taraf kesehatan dan
penambahan wawasan bagi anak.
Berdasarkan pembahasan dan
Pada keterlibatan ayah, terdapat
hasil analisis data, usaha keterlibata yang
beberapa perbedaan keterlibatan. Aspek
telah
adalah
pertama, perbedaan ada pada frekuensi
untuk
bermain
ayah meluangkan waktu bersama anak,
TV
bersama,
kehadiran ayah, dan manfaat kegiatan
menyelesaikan tugas rumah bersama.
yang dilakukan ayah bersama anak. Pada
Ayah-anak
aspek kedua, perbedaan terdapat pada
dilakukan
meluangkan
bersama,
merekan
oleh
waktu
menonton
ayah
juga
membuat
hangat,
akrab,
hubungan
bersahabat,
sehingga ketika menyampaikan keinginan
bagian
mengasuh,
kasih
sayang,
menghibur, menerima, mendukung dan
24
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
memberi harapan. Aspek ketiga, terdapat
kualitas
perbedaan
nilai-nilai kebaikan, dalam hal ini adalah
dalam
menanamkan
kedisiplinan pada anak. Pada perbedaan-
yang
sebagian
dilakukan
oleh
gambaran
keterlibatan
menumbuhkan
partisipan
besar
sebagai
ayah
kemandirian
dalam
anak
pengidap diabetes melitus.
dan
menanamkan
nilai-nilai kebaikan kemandirian.
perbedaan ini, peneliti mengambil perilaku
keterlibatan
hubungan,
Pada aspek meluangkan waktu,
para partisipan merupakan pekerja keras
yang sedikit memiliki waktu luang. Namun,
ayah mampu meluangkan waktu diselasela kesibukan mencari nafkah untuk
dapat bersama anak dengan frekuensi
Oleh karena itu, nampak bahwa
yang
rutin.
Ayah
mengambil
waktu
ayah telah terlibat dalam menumbuhkan
sebelum berangkat bekerja atau sepulang
kemandirian
mengidap
bekerja untuk dapat bersama dengan
diabetes melitus, meskipun masih terdapat
anak. Ayah mampu mengisi waktunya
aspek yang belum terpenuhi secara utuh.
yang
Perilaku keterlibatan yang telah terpenuhi
kegiatan
adalah pada aspek meluangkan waktu
kemandirian, kesehatan, kecerdasan, dan
dan
ayah-anak,
hubungan sosial anak, serta bermanfaat
sedangkan yang belum terpenuhi adalah
meningkatkan hubungan antara keduanya.
perilaku menanamkan nilai-nilai melalui
Ayah juga mampu membuat saat-saat
peran-peran ayah. Anggota keluarga yang
bersamanya
lain turut mempengaruhi keterlibatan ayah
bukan lagi hal yang menakutkan meskipun
dalam pengasuhan anak. Keterlibatan
tetap dengan sikap tegas yang dimiliki
ayah
ayah.
anak
kualitas
dalam
yang
hubungan
pengasuhan
anak
juga
membawa banyak dampak positif bagi
anak.
singkat
bersama
yang
anak
dengan
bermanfaat
untuk
menjadi
Aspek
menyenangkan,
kualitas
hubungan,
menggambarkan bahwa ayah dari anak
pengidap diabetes cukup peka terhadap
KESIMPULAN
kebutuhan
Berdasarkan analisis data dan
secara
kesehatan
maupun
kebutuhan sehari-harinya. Hubungan yang
pembahasan yang telah dilakukan, dapat
dibangun
ditarik
bersahabat, hangat dan akrab, sehingga
kesimpulan
bahwa
gambaran
ayah
mampu
membuat
dengan
mereka
keterlibatan ayah mampu menumbuhkan
anak
leluasa
kemandirian pada anak pengidap diabetes
menyampaikan segala sesuatu kepada
melitus dan mampu membangun aspek-
ayah. Hal ini juga membuat anak langsung
aspek positif dalam diri anak. Keterlibatan
mematuhi nasehat-nasehat
ayah dapat dilihat dari berbagai aspek,
Ayah mampu menerima kegagalan anak
yakni dengan meluangkan waktu, melihat
sebagaimana menerima keberhasilannya.
dari ayah.
25
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
ISSN : 2087-1899
Ayah juga memotivasi anak menjadi lebih
mellitus.
baik
berhadapan dengan suatu perubahan,
dalam
berhasil
keadaan
gagal
melaksanakan
maupun
tanggung
tekanan
Sehingga
atau
ketika
tantangan
anak
akan
dapat
jawabnya, dan ayah akan menghibur anak
mengatasi dan melewatinya, karena anak
ketika mengalami kegagalan.
yakin
Aspek
menanamkan
nilai-nilai,
ada
sosok
tegar
dan
tegas
dibelakangnya yang selalu ada untuknya.
terutama nilai kemandirian. Hal ini tidak
terpenuhi secara keseluruhan. Ayah tidak
Saran
terlibat musyawarah dengan anak dalam
Berdasarkan
analisis
menyampaikan pesan kemandirian. Ayah
penelitian
juga tidak disiplin dalam menanamkan
kesimpulan yang telah dilakukan, maka
kemandirian
yang
peneliti
mengidap Diabetes Melitus. Namun ayah
berikut:
tetap
pada
anaknya
mendorong
kemampuan
dan
hasil
pembahasan,
mengajukan
1. Kepada
ayah
saran
yang
sebagai
telah
terlibat
anak,
hendak
kemandirian dengan memberi kebebasan
dalam
anak beraktivitas dan tetap memberi
tetap dijaga atau lebih ditingkatkan
batasan sebagai pengendalian perilaku
pada
serta supaya tidak terlalu membahayakan
mampu meningkatkan kemampuan
kondisi anak.
anak
Ayah
mendukung
tumbuhnya
kemandirian anak meskipun dalam kondisi
mengidap
diabetes
anggota
keluarga
mellitus.
yang
Namun,
lain
tidak
pengasuhan
serta
setiap
aspeknya.
Sehingga
diberbagai
aspek
perkembangannya
2. Kepada anggota keluarga lainnya,
diharapkan
terhadap
memberikan
pengasuhan
dukungan
ayah
dan
mendukung konsep pendidikan ayah yang
memberikan saran yang membangun
mengutamakan kemandirian anak dalam
untuk keterlibatan ayah. Sehingga
memenuhi kebutuhan.
anak dapat berkembang lebih optimal.
Kegiatan yang melibatkan ayah
3. Kepada
masyarakat,
diharapkan
dengan anak dalam pengasuhan dapat
memberikan
bermanfaat bagi anak untuk menambah
terhadap keterlibatan ayah
wawasan,
pengasuhan
mengembangkan
penyelesaian
pola
masalah,
pikir
dukungan
dan
sosial
dalam
perkembangan
berani
anak. Diharapkan juga untuk tidak
menghadapi tantangan, lebih percaya diri,
membedakan hubungan sosial anak
bertanggung jawab, dan menerima realita.
pengidap diabetes mellitus dengan
Dengan
anak
demikian,
merupakan
hal
keterlibatan
ayah
sehat
lainnya
karena anak
penting
dalam
membutuhkan
menumbuhkan
kemandirian
anak,
psikologis dari orang-orang disekitar
meskipun
mengalami
diabetes
untuk dapat menerima kondisinya
anak
dukungan
secara
26
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
yang tidak dapat sembuh dan bangkit
menghadapi tantangan hidup.
ISSN : 2087-1899
Brunner
dan
Suddarth.
Keperawatan
4. Kepada peneliti selanjutnya:
2001.
Medikal-Bedah.
Jakarta: EGC
a. Diharapkan melakukan wawancara
yang
lebih
mendalam
berhubungan dengan keterlibatan
Dagun, S.M. 2002. Psikologi Keluarga.
Jakarta: Asdi Mahasatya
ayah, yaitu melihat keterlibatan
ayah
dari
tingkat
pendidikan,
Dhamayanti, A.A, dan Kwratarini Wahyu
usia, dan tingkat sosioekonomi.
Yuniarti. 2006. Kemandirian Anak
b. Diharapkan melakukan penelitian
Usia 2,5-4 Tahun Ditinjau dari Tipe
tentang keterlibatan ayah dalam
Keluarga
aspek-aspek psikologis
Jurnal Sosiosains. Hal: 17. Diakses
c. Diharapkan
penelitian
memiliki
juga
melakukan
pada
Tipe
Prasekolah.
tanggal 23 Mei 2009
yang
sakit
Elia, Heman. 2002. Peran Ayah dalam
yang lain, misal asma, paru-paru
Mendidik Anak. Jurnal Teologi dan
(flek), autis, dan lain-lain.
Pelayanan. Vol. 1 No. 1 hal: 105-
d. Apabila
anak
ayah
dan
pengidap
menggunakan
metode
diharapkan
sewaktu
kualitatif,
mewawancara partisipan utama
tidak didampingi oleh significant
person.
partisipan
significant
dilakukan
Wawancara
antara
utama
dengan
person
pada
sebaiknya
waktu
113.
http://www.idionline.org/artikel/194
.
Diakses tanggal 27 April 2009
Hurlock. (1999). Perkembangan Anak Jilid
1. Jakarta: Erlangga
yang
berbeda.
Kurnianingsih.
2008.
Perbedaan
Kecemasan Antara Ayah dan Ibu
dalam
DAFTAR PUSTAKA
Mengasuh
Skripsi
Allen, dkk. 2002. The Effect of Father
Anak
(tidak
Autis.
diterbitkan).
Yogyakarta:
Fak.
Psikologi
Involvement: A Summary of The
Universitas
Mercu
Buana
Research Evidence. Newsletter of
Yogyakarta
1997.
Fisiologi
The Father Involvement Initiative –
Ontano Network. Vol. 1
Guyton
dan
Hall.
Kedokteran. Jakarta: EGC
27
Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013
National Institute of Child Health and
Human Development (NICHHD).
2004. Adventures in Parenting,
Bagaimana
Sukses
Berperan
ISSN : 2087-1899
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang
Anak. Jakarta: EGC
Supriyadi. 2006. Peranan Orang Tua
Terhadap
Pertumbuhan
Sebagai Orang Tua Yang Baik.
Perkembangan
Yogyakarta: Alenia
Penelitian Sosial. Edisi 185. vol 4: 45
Nuryoto, S. 1993. Kemandirian Remaja
Ditinjau
dari
Tahap
Anak.
dan
Journal
Tinkew, J. B, Kristin A. Moore dan Jennifer
C.
2006.The
Father-Child
Perkembangan, Jenis Kelamin dan
Relationship, Parenting Styles, and
Peran Jenis. Jurnal Psikologi. No.
Adolescent Risk Behaviours in Intact
2: 48-58
Families. Journal of Family Issues,
Sherifali, D., D. Cilliska dan Linda O’Mara.
2009. Exploring Parenting Styles on
27; 850. Diakses Tanggal 18 April
2008
Children Living With Type 1 Diabetes
Mellitus.
Journal
of
Childern With Diabetes.
Parenting
Diakses
Vitahealth.
2006.
Diabetes.
Jakarta:
Gramedia
tanggal 18 April 2009
www.BeingMom.org.
Santrock,
J.W.
2002.
Life-Span
Development Perkembangan Masa
Kemandirian
2008.
Anak
Membentuk
II.
Diakses
tanggal 24 April 2009
Hidup Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Soeharjono, dkk. 2002. Diabetes Melitus
Tergantung Insulin (DM-TI): Aspek
Psikologik Penderita dan Keluarga.
Anima
Indinesian
Psychological
Journal. Vol. 17, No. 2, 161-169
Sherifali, D., D. Cilliska dan Linda O’Mara.
2009. Exploring Parenting Styles on
Children Living With Type 1 Diabetes
Mellitus.
Journal
of
Childern With Diabetes.
Parenting
Diakses
tanggal 18 April 2009
28
Download