Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 KETERLIBATAN AYAH DALAM MENUMBUHKAN KEMANDIRIAN ANAK PENGIDAP DIABETES MELITUS Dwi Shinta Lutfitasari Sri Muliati Abdullah Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta PATERNAL INVOLVEMENT IN ORDER TO DEVELOP THE AUTONOMY OF CHILDREN WITH DIABETIC MELLITUS Abstract The aim of this research was to explore paternal involvement in order to develop the autonomy of children with diabetic mellitus. The participant of this study were 3 fathers who have children with diabetic mellitus approximately 12 years old. The method of this study was study case and the data was collected by interview and observation. This question of this study was how father’s involvement could develop children’s autonomy. More over, data was analysed by data reduction, data display, and draw and verify conclusion. The result illustrated that participants had involvement to develop children’s autonomy. Participants encourage children’s autonomy development and the encouragement gave positive effect of children’s life. Key words : paternal involvement, children’s autonomy, diabetic mellitus. PENDAHULUAN penyebab terjadinya kebingungan adalah dunia kerja yang menuntut lebih banyak Ayah sebagai salah satu elemen waktu dari pekerjanya, sehingga tampak orang tua memiliki peran yang signifikan seorang ayah yang sibuk bekerja, hanya dalam pendidikan pulang untuk tidur dan jarang bertatap anak. Menurut Supriyadi (2006), peran muka dengan anak-anaknya. Ayah juga ayah dalam keluarga antara lain adalah semakin sebagai sumber sebagai fungsinya dalam mendidik anak karena kepala keluarga, identifikasi, banyak isteri yang bekerja. Istri yang sebagai penghubung dengan dunia luar, berkarir di luar rumah membuat mereka sebagai pelindung terhadap ancaman- mandiri dan tidak perlu banyak tergantung ancaman dari luar, dan sebagai pendidik pada suami, sehingga anak yang melihat yang rasional. ibunya perkembangan Pada dan kekuasaan, saat tokoh ini tampak ada tidak dapat keterlibatan mudah berfungsi ayah akan menjalankan penuh tanpa memandang kebingungan pada kebanyakan keluarga ayahnya sebagai ayah yang lemah dan dalam hal mendidik anak. Salah satu kurang berharga. Ayah menjadi 1 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 kehilangan wibawa dan penghargaan di sebaiknya menjadi pencari nafkah utama, mata 62% responden menyatakan bahwa hanya anak-anaknya. Kemudian, ayah yang merasa tidak dihargai akan menjadi terlibat tidak akan apabila terpaksa, dan 33% menyatakan menenggelamkan dirinya dalam dunia bahwa ayah tidak perlu meluangkan waktu kerja (Elia, 2000). tiap hari untuk anak. Berdasarkan hasil nyaman di rumah dan Selain itu, keinginan supaya ayah dalam urusan rumah tangga survey tersebut menunjukkan bahwa ayah berperan dalam pendidikan anak tampak telah tidak mudah diwujudkan karena proses signifikan dalam pendidikan anak. untuk menjadi seorang ayah yang terlibat kehilangan perannya secara Pada dasarnya cara dan sikap secara aktif bukanlah hal yang mudah. ayah Berbeda dengan wanita yang secara mengembangkan sosial Menurut Soetjiningsih (1995), karakterisitik budaya telah disiapkan untuk berbeda menjadi ibu yang mengasuh anak. Kultur dari masyarakat memberi ayah peran yang prinsip-prinsip lebih Cintanya besar dalam mencari nafkah, cinta dengan ayah ibu dalam kemampuan anak. adalah dan sabar berdasarkan harapan-harapan. dan toleran, tidak sehingga lebih banyak waktu, tenaga dan mengancam dan otoriter. Cinta ayah dapat pikiran digunakan untuk memenuhinya. memberi anak yang sedang tumbuh suatu Seorang utama peningkatan rasa kemampuan dirinya. bekerja dan hanya memiliki sedikit waktu Cinta ayah memiliki sifat mengembangkan di rumah, maka bertemu dengan waktu kepribadian, singkat namun selalu meninggalkan kesan memberikan arah dan dorongan serta yang positif akan lebih bermanfaat bagi bimbingan supaya anak berani dalam anak dari pada selama seharian bersama, menghadapi tantangan kehidupan. Dapat namun disertai banyak bicara akan dapat dikatakan bahwa ayah lebih bijaksana membawa daripada ibu dalam membimbing anak. ayah memiliki hasil yang tugas tidak optimal. Menurut Sukardi (1987), kuantitas waktu menanamkan Ayah cenderung memberi bersama dengan anak bukan ketentuan kebebasan yang mutlak dalam membina, namun mengenal lingkungan yang lebih luas dan kualitas dan intensitas lebih menentukan memberi pembinaan dan hubungan dengan anak. cenderung lebih hati-hati, lebih teliti, dan Gambaran tentang kecilnya anak, disiplin, membiarkan semangat, sementara anak ibu membatasi ruang gerak anak. Sikap ayah perhatian terhadap peran ayah dalam ini keluarga dapat dilihat dari hasil survei mandiri pada anak, karena sejak awal yang dilakukan oleh Majalah Ayahbunda ayah (dalam Elina, 2000). Hasilnya adalah 61 % melakukan responden ketergantungan kepada orang lain. Oleh menyatakan bahwa ayah bertujuan mengembangkan menginginkan sendiri anaknya tanpa sikap dapat memiliki 2 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 karena itu, sosok ayah ISSN : 2087-1899 dengan maka kemandirian tidak akan tercapai karakteristiknya memiliki peran penting secara penuh atau sedikit yang tercapai dalam ketika berada pada akhir remaja. perkembangan satunya adalah anak. Salah mengembangkan Kemandirian penting kemandirian anak, karena kemandirian ditumbuhkan pada semua anak, baik anak akan dapat berkembang dengan baik yang apabila anak memiliki kesempatan dan penyakit. ruang yang cukup untuk berkreasi sesuai ketergantungan yang berlebihan biasanya dengan kemampuan dan rasa percaya muncul diri, tanpa ada ketakutan serta tekanan. penyakit kronis. Salah satu penyakit kronis Hal dengan yang saat ini serangannya meningkat keterlibatan ayah di dalam tahap-tahap pada usia anak-anak adalah diabetes perkembangannya (Dagun, 2002). melitus. Diabetes terjadi apabila tubuh ini dapat terpenuhi Ketidakmandirian sehat maupun Menurut pada yang mengidap Hurlock anak yang (1999), menderita atau tidak menghasilkan insulin yang cukup kecenderungan untuk bergantung pada untuk mempertahankan kadar gula darah orang normal atau jika sel tidak memberikan lain akan dapat menimbulkan kebiasaan bergantung kepada siapa saja respon yang dapat dicapai, baik orang dewasa (Brunner & Suddarth, 2001). Diabetes maupun anak lain. Anak menjadi sangat Melitus terbagi kedalam dua tipe: pertama, mudah dipengaruhi dan dikuasai oleh diabetes yang tergantung insulin yaitu orang lain. Bahkan lebih buruk lagi, pengidap menghasilkan sedikit mereka kelak akan takut untuk tidak atau tidak menghasilkan insulin, disebut bergantung kepada orang lain karena tipe tidak pernah belajar mandiri dalam situasi tergantung pada insulin, yaitu pankreas yang tetap menghasilkan insulin yang kadarnya serupa pada masa mudanya. I. yang Kedua, terhadap diabetes tinggi insulin insulin yang terkadang sampai berlarut-larut melewati saat teman- sehingga terjadi gangguan pengiriman teman seusianya telah mandiri, dapat gula ke sel tubuh. Diabetes jenis ini membahayakan penyesuaian pribadi dan disebut tipe II. (Guyton & Hall, 1997). Menurut dari tidak Apabila anak bergantung pada orang lain sosial. Anak akan merasa lebih rendah lebih tepat Vitahealth biasanya, (2006), dari teman sebaya karena tidak semandiri diabetes Tipe I biasanya ditemukan pada temannya (Hurlock, 1999). Oleh karena penderita yang mulai mengalami pada itu, ditumbuhkan waktu anak-anak dan remaja. Kemudian sejak anak berusia dini. Menurut Wall diketahui bahwa dari usia berapapun (dalam Dhamayanti dan Yuniarti, 2006), dapat apabila tidak meskipun mayoritas ditemukan pada usia memiliki dasar kemandirian yang kuat, 30 tahun ke bawah. Diabetes Tipe II kemandirian pada penting masa anak-anak mengalami Diabetes Tpe I, 3 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 umumnya dialami oleh orang berusia 40 tubuh, pada anak usia 3 tahun yang tahun ke atas. Selanjutnya diketahui juga perkembangan motoriknya belum dikuasai bahwa anak-anak banyak yang menderita secara Diabetes Tipe II. dilakukan oleh orang tua. Hurlock (1999) Di Indonesia diestimasikan anak yang didiagnosa maka penyuntikan menyatakan bahwa tahap perkembangan diabetes kemandirian anak usia 6-12 tahun adalah melitus sebesar 0,3 per 100.000 anak per mencapai kemandirian pribadi, maka anak tahunnya. Indonesia memiliki populasi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan anak sejumlah 80 juta anak, diperkirakan pribadi secara mandiri. Misal anak sudah terdapat 240 kasus baru diabetes melitus dapat membersihkan diri dan menyiapkan pada per tahunnya. Data anak pengidap kebutuhan sekolah secara mandiri, serta diabetes pada tahun 2008 mengalami anak peningkatan, per menggunakan suntikan insulin sendiri. pertahunnya Oleh karena itu, anak di usia 6 tahun ke 100.000 mengidap penuh, yaitu mencapai anak 17 (www.idionline.org, 2009) Kemandirian diperlukan pengelolaan dapat dibimbing untuk atas seharusnya tidak perlu dibantu dalam pada anak pengidap diabetes karena mereka memiliki sudah hidup memenuhi kebutuhan sehari-harinya, cukup dengan bimbingan dan arahan. dalam Santrock (2002) perawatan diri yang kompleks. Menurut mengklasifikasikan Sherifali, (2009) anak yang hidup dengan usia; usia 0-3 tahun, yaitu masa bayi; usia diabetes melitus atau yang mengidap 3-5 tahun, yaitu masa awal anak-anak diabetes peraturan atau tahun-tahun prasekolah; dan 6 tahun kompleks yang terlalu rumit untuk dikelola sampai pubertas (11/12 tahun), yaitu sendiri, sehingga membuat anak memiliki masa pertengahan dan akhir anak-anak ketergantungan yang tinggi pada orang atau tahun-tahun sekolah. Berdasarkan tua. Anak dituntut untuk melaksanakan yang telah diuraikan dapat disimpulkan berbagai aturan yang berkaitan dengan bahwa diabetes melitus pada anak adalah pengaturan makan, penyuntikan insulin sekelompok kelainan heterogen ditandai setiap hari, dan pengontrolan kadar gula dengan kenaikan kadar glukosa dalam dalam darah supaya metabolisme dapat darah yang terjadi pada anak usia 0-11/12 terkendali dengan baik (Soeharjono dkk, tahun. Oleh karena itu, yang disebut anak 2002). pengidap melitus Pada anak memiliki tertentu berdasarkan melitus dalam hal penelitian ini adalah anak berusia 6-12 tersebut masih sulit untuk dilaksanakan tahun yang mengidap diabetes melitus, karena berbagai aspek perkembangan baik Diabetes Tipe I maupun Diabetes belum Tipe II. berkembang usia diabetes anak secara optimal. Misalnya dalam penyuntikan insulin dalam 4 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 Menurut Dhamayanti dan Yuniarti harus membantu dirinya sendiri. Begitu (2006), kemandirian merupakan salah juga dengan kemandirian anak pengidap satu diabetes faktor kepribadian yang dapat melitus dalam memenuhi membawa seseorang siap menghadapi kebutuhannya tidak dapat muncul secara tantangan dan hambatan. Kemandirian tiba-tiba, namun perlu bimbingan terlebih dapat diartikan sebagai suatu keadaan dahulu. Menurut Tedjasapoetra (dalam individu yang merasa tidak tergantung www.BeingMom.com, 2008), faktor yang kepada siapa saja, serta bertanggung dapat mempengaruhi kemandirian anak jawab. Misal: anak pergi ke kamar mandi adalah karena faktor bawaan, pola asuh, sendiri, makan tanpa harus disuapi, dan kondisi fisik, dan urutan kelahiran anak. lain-lain. masih Nuryoto dalam kemandirian Apabila membutuhkan anak orang lain (1993) menyatakan dipengaruhi bahwa oleh tahap melakukan hal itu, dikatakan bahwa anak perkembangan, peran jenis, kecerdasan, belum lingkungan tempat tinggal, sosial ekonomi mandiri. Santrock (2002) menyatakan bahwa anak yang mandiri keluarga, adalah anak yang mampu melakukan apa terhadap anak. yang dapat dilakukan sesuai dengan dan perlakuan orang tua Menurut Nuryoto (1993), anak kemampuan atau sesuai dengan tahap akan perkembangannya. kemandirian apabila orang tua mampu Oleh karena itu, yang dimaksud dengan kemandirian diabetes melitus dalam pribadinya menuju memberikan perhatian, keakraban, dan pengidap kehangatan pada diri anak. Allen, dkk penelitian ini (2006) menyatakan bahwa sikap akrab, adalah kemampuan anak usia 6-12 tahun, dan hangat adalah sebagian dari untuk yaitu pada masa pertengahan dan akhir mengetahui anak-anak dapat pengasuhan anak. Hal ini menunjukkan memenuhi perawatan diri dan kebutuhan- bahwa ayah memiliki peran penting dalam kebutuhan sehari-harinya dengan penuh perkembangan tanggung jawab, tidak tergantung pada pengidap diabetes melitus. yang anak berkembang diharapkan orang lain, siap menghadapi tantangan dan hambatan atau keterlibatan ayah kemandirian dalam anak Berikut adalah penelitian yang mampu telah dilakukan untuk mengetahui tingkat menyelesaikan permasalahannya sendiri keterlibatan ayah, yaitu penelitian yang yang disesuaikan dengan kemampuan dilakukan oleh Hovey (2003) tentang anak dan tahap perkembangannya. kebutuhan pengasuhan ayah pada anak Kemandirian pada anak bukanlah dengan kondisi kronis. Hasilnya adalah ketrampilan yang dapat muncul secara ada perbedaan yang signifikan antara tiba-tiba. dan konsentrasi pengasuhan ayah pada anak pengajaran untuk mengetahui bagaimana dalam kondisi kronis dengan konsentrasi Anak perlu bimbingan 5 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 ayah pada anak kondisi sehat. Ayah pernikahan. Melihat banyaknya dampak dengan kronis negatif dari ketidakhadiran ayah tersebut profesional dapat menunjukkan bahwa penting akan anak dalam membutuhkan kondisi bimbingan terlebih dahulu, perkembangan informasi adanya dan dukungan sebelum merawat dan pengasuhan anak anak pengidap diabetes mendidik anak. Penelitian ini menunjukkan melitus. bahwa ayah yang memiliki anak dalam keterlibatan Menurut ayah dalam Lamb (dalam kondisi kronis memiliki perhatian dan www.goverment.gov, 2008), keterlibatan keterlibatan dalam ayah merupakan suatu tingkatan interaksi pengasuhan terhadap anaknya dibanding ayah dengan anaknya. Keterlibatan ayah yang memiliki anak dalam kondisi sehat. juga yang lebih tinggi Pada kenyataannya, keterlibatan ayah memiliki bagian dari permasalahan yang membuat keterlibatan dalam hubungan pengasuhan, dan yang ayah dalam pengasuhan anak tampak terpenting tidak mudah diwujudkan. Berdasarkan perkembangan sosial, kognitif dan emosi wawancara yang dilakukan peneliti pada (Allen bulan April 2009, terhadap keluarga yang menambahkan bahwa telah diakui ayah memiliki anak pengidap diabetes melitus memiliki namun tidak terdapat sosok ayah. Peneliti perkembangan sosial, emosional, dan menemukan ketidakmandirian anak ketika kognitif anak-anak mereka. kehadirian kehidupan adanya. yang laki-laki perkembangannya untuk istri dan rekan ada demikian dewasa pengertian Ada tidak tidak mengandung ayah dalam sehari-harinya. untuk dkk, anak 2002). Tinkew kontribusi penting Keterlibatan perkembangan dalam ayah (2006) dalam dalam kemandirian anak Ketidakmandirian yang ditemukan antara pengidap diabetes melitus dapat berupa lain: anak tidak berani bertanggung jawab dengan meluangkan waktu bersama anak terhadap kegiatan sekolah, yaitu anak melalui kegiatan bermain, membaca, dan tidak berbagi mau bersekolah lagi mengidap diabetes melitus; sekali merasa pemenuhan capek kebutuhannya setelah anak cepat sehingga banyak di makanan; kualitas hubungan antara ayah dan anak yang dijalin dengan kepekaan, kedekatan, persahabatan, dukungan, dan sebagainya; serta dari bantu oleh ibu atau bibinya. Anak juga penanaman kurang dalam peran yang dijalankan ayah (Allen dkk, melakukan pengobatan atau penggunaan 2002). Ketika ayah meluangkan waktu insulin dari luar. Peristiwa ini menunjukkan bersama anak dapat digunakan dengan tidak adanya keterlibatan ayah dalam bermain pengasuhan anak. Anak tidak memiliki cenderung melibatkan fisik dan lebih ayah karena ibu tidak melangsungkan memberikan kebebasan pada anak untuk disiplin dan enggan nilai-nilai bersama. kebaikan Permainan pada ayah 6 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 mencoba hal-hal baru, sehingga anak Permasalahan lebih dapat mengembangkan minatnya Bagaimana gambaran keterlibatan dan bertanggung jawab, sehingga mandiri ayah dalam menumbuhkan kemandirian dalam anak pengidap diabetes melitus? menyelesaikan permasalahan permainannya. Kualitas hubungan yang baik yaitu adanya kepekaan, sikap hangat, Tujuan Penelitian akrab dan bersahabat dapat menciptakan Penelitian ini dilakukan untuk komunikasi antara ayah dengan anak. mendapatkan gambaran keterlibatan pada Dari komunikasi tersebut, ayah dengan ayah anak dapat bertukar informasi kegiatan diabetes melitus dalam menumbuhkan masing-masing, sehingga ayah secara kemandiriannya. tidak langsung memantau perkembangan memahami lebih jauh tentang pengaruh anak, perilaku keterlibatan ayah terhadap kemandirian dapat anak dalam membantu anak mengatasi yaitu memantau ketidakmandiriannya dan memberikan saran penyelesaiannya. Ayah yang memiliki anak Peneliti pengidap bermaksud tantangan dan penyesuaian diri. sewaktu memantau dan menghabiskan waktu bersama anak dapat menanamkan Pembatasan Istilah dan Pertanyaan nilai-nilai kebaikan pada anak, terutama Penelitian menanamkan menjadi pribadi yang Keterlibatan ayah didefinisikan mandiri. Seperti yang disampaikan Allen sebagai gambaran tingkatan dari interaksi dkk (2002), bahwa ayah dapat menanam laki-laki dewasa sebagai seorang ayah kebaikan dalam peran-perannya, yaitu yang turut mengambil peran sama dengan dengan gaya pengasuhan autoritatif. ibu dalam mengelola perkembangan anak Berdasarkan uraian tersebut, dan membuat dirinya ada untuk anak mengingat pentingnya keterlibatan ayah meskipun dalam mengembangkan kemandirian pada langsung, usia anak-anak, dan mempertimbangkan terhadap kesejahteraan anak mereka. kondisi anak pengidap diabetes melitus Keterlibatan yang memiliki peraturan hidup kompleks. wawancara dengan panduan pendapat Maka Allen peneliti tertarik untuk meneliti tidak berhubungan serta bertanggungjawab ayah dkk secara diungkap (2002) yang melalui berupa : keterlibatan ayah dalam menumbuhkan meluangkan waktu bersama anak, kualitas kemandirian hubungan melitus. anak pengidap diabetes ayah menanamkan dengan kebaikan anak, dalam dan peran- perannya. Pertanyaan inti dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana gambaran keterlibatan ayah dalam menumbuhkan 7 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 kemandirian pada anak pengidap Diabetic menghubungi calon subyek yang sesuai Melitus?”. Selain pertanyaan inti (central dengan karakteristik penelitian. Peneliti question), juga diberikan sub question membuat janji terlebih dahulu dengan yang terbagi menjadi 2, yaitu issue dan calon topical question. wawancara. Pada waktu yang sudah subyek untuk melakukan disepakati, peneliti bertemu subyek dan Metode Penelitian Penelitian metode membangun raport terlebih dahulu supaya ini penelitian menggunakan kualitatif dengan subyek merasa nyaman Peneliti menjelaskan mengemukakan subyek bahwa studi kasus dapat memberikan data yang sebenar-benarnya. pendekatan studi kasus. Mulyana (2001) bahwa dan kepada identitas setiap dan hasil merupakan uraian dan penjelasan yang wawancara akan dijamin kerahasiaannya. komprehensif mengenai berbagai aspek Setelah setuju untuk diwawancara, subyek seseorang, diminta mengisi informed consent. suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi tertentu. Partisipan Pada saat wawancara, peneliti mencatat waktu dan tempat wawancara, adalah serta hal-hal yang diniliai penting untuk anak kelengkapan data. Setelah mendapatkan pengidap diabetes melitus, dengan usia data hasil wawancara, peneliti melakukan anak 6-12 tahun. Subyek berdomisili di pengolahan daerah Yogyakarta. Subjek berjumlah tiga transkrip orang. analisis seorang ayah penelitian yang memiliki data dengan verbatim dan serta refleksi. membuat melakukan Sesuai dengan Instrumen penelitian. Penelitian ini kesepakatan dengan subyek, wawancara merupakan penelitian kualitatif dengan dilakukan di rumah subyek. Seluruh hasil teknik dan wawancara menjadi data rahasia sesuai yang digunakan dengan kode etik yang berlaku dalam adalah pedoman wawancara observasi. dalam Instrumen penelitian mendalam wawancara, surat pernyataan menyatakan kesediaan subyek psikologi. Nama yang dalam untuk penelitian. subyek pembahsan disamarkan mengenai hasil diwawancara (informed consent), alat tulis, Metode dan Analisa Data dan MP3. Prosedur penelitian. Peneliti Penelitian ini menggunakan mencari subyek yang sesuai dengan analisis data dengan pengorganisasian kriteria yang telah ditentukan terhadap data-data yang diperoleh di instansi kesehatan, melalui pendidikan dan lapangan melalui sejumlah kenalan. Peneliti menyiapkan observasi terhadap pedoman lingkungan wawancara kemudian wawancara dan partisipan dan pendukungnya, kemudian 8 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 mencatatnya ke dalam tabel, selanjutnya Bp. Sy menggunakan peneliti menjelaskan arti dari perilaku yang bermain dan terekam. menjadi waktu Strategi verifikasi yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah kredibilitas, reliabilitas, dan objektivitas. Hasil Penelitian makan kemandirinnya. saat-saat bersama untuk Bp. menumbuhkan Sy memilihkan permainan yang bersifat edukatif untuk mengasah dalam kemandirian anak menyelesaikan permasalahan. Tabel 1. Karakteristik subyek anak Bp. Sy melakukan ini setiap hari bersama anak. Bp. Sy Bp. Wg Bp. Sr Kegiatan Usia 42 43 29 ditujukan untuk membantu pola pikir anak Pendidikan Perguruan SLTA SD bahwa orang-orang disekelilingnya peduli Wiraswast Buruh a tidak Buruh dilakukan Anak menyukai kegiatan yang dilakukan bersama Bp. Sy. Bp. Sy sebenarnya tidak memiliki tetap Jumlah yang dan membantunya dalam kemandirian. Tinggi Pekerjaan bersama 2 2 banyak waktu luang karena digunakan 2 untuk bekerja. Bp. Sy memanfaatkan anak Nama anak An. Lt An. DP An. Ai waktu pagi dan sepulang kerja untuk pengidap bersama anak. Anak bersifat proaktif. DM Berani mengajak Bp. Sy untuk bermain. Usia anak 11 11 10 Anak juga langsung keinginannya kepada menyampaikan Bp. Sy dan langsung ditanggapi atau dipenuhi. Anak Hasil wawancara sangat disiplin terhadap yang dijanjikan Bp. a. Partisipan Bp. Sy Bp. Sy berusia 40 tahun, bekerja sebagai wiraswasta dan menempuh Sy, karena kedisiplinan telah ditanamkan sejak kecil. Bp. Sy menyadari bahwa setiap pendidikan terakhir di pergruan tinggi. Bp. uasaha ada kegagalan dan keberhasilan. SY memiliki dua anak. Anak kedua Ketika anak mengalami kegagalan, Bp. Sy mengidap DM Tipe I, berinisial An. Lt (11 akan membantu anak dengan menemani, tahun). mendampingi dan menyemangati kembali. Diawal mengetahui anaknya mengidap Namun penyelesaian permasalahan DM, Bp. Sy membawa ke dokter untuk diserahkan ke anak. Dan ketika anak berkonsultasi memperoleh keberhasilan, maka Bp. Sy dalam penanganan Sy akan memberikan pujian yang sewajarnya. melakukan pengawasan saja terhadap Menurut Bp. Sy, anaknya adalah anak pemenuhan kebutuhan kesehatan anak. yang selanjutnya. dan selanjutnya Bp. pantang menyerah dalam 9 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 menghadapi permasalahan. Hal itu dilihat anak. dari mengawasi kehidupan sehari-harinya. kesukaan anak menyelesaikan permainan puzzle. sebagaimana kemandirian Bp. Wg sekedar Bp. Wg mempercayai anak mampu Bp. Sy menerapkan kemandirian pada anaknya Selanjutnya, anak normal. menyelesaikan permasalahannya sendiri, mendidik sehingga tidak secara khusus memberikan Sehingga pendidikan penyelesaian permasalahan. pekerjaan yang sudah dapat dikerjakan Bp. Wg tidak memiliki jam kerja yang sendiri oleh anak, maka Bp. Sy tidak tetap. Sehingga tidak menyediakan waktu membolehkan anak dibantu, pekerjaan khusus untuk dapat bersama dengan anak tersebut harus diselesaikan sendiri. terutama dalam menumbuhkan kemandirian. Bp. mendidik Bp. Sy membolehkan anak melakukan Wg dan kegiatan yang menguras energi, misal melatihkan kemandirian pada anak sambil latihan karate, bersepeda dan berlari- lalu. Namun, apabila ada waktu kosong larian. Namun, Bp. Sy tetap membatasi terkadang Bp. Wg mengajak anak jalan- kegiatan Sy jalan. Hal ini menurut Bp. Wg dapat disiplin menambah rasa percaya diri, wawasan yang melakukan berlebihan. pengontrolan dan Bp. dalam menjalankan aktivitas, supaya anak dan membaiknya kesehatan. dapat mengerjakan secara terus-menerus. Anggota keluarga yang lain semula Anak ketika langsung membutuhkan sesuatu menyampaikan keinginannya. khawatir terhadap ondisi anak. Namun Bp. Wg akan memenuhi keinginan yang itu sekarang keluarga percaya bahwa anak merupakan kebutuhan utama. mampu menghadapi kondisinya. Bp. Wg menyarankan pada anak untuk segera minta tolong bila merasakan b. Partisipan Bp. Wg sakit. Namun, Bp. Wg tidak menyarankan Bp. Wg berusia 42 tahun, bekerja anak meminta tolong soal pemenuhan sebagai buruh tidak tetap dan pendidikan materi. Dan untuk memenuhi kebutuhan terakhirnya adalah tingkat SLTA. Bp. Wg sehari-hari, Bp. Wg melatih anak mandiri memiliki 2 anak dan anak kedua An. DP dengan memberikan pengertian tentang (11 tahun) mengidap DM kurang lebih pentingnya anak yang mandiri. sejak usia 5 tahun. Setelah mengidap Bp. mengetahui DM, Bp. Wg Wg menerima ketika anak anaknya mengalami kegagalan. Setelah itu, Bp. Wg memberi menumbuhkan semangat baru pada anak, pengertian kepada anak langkah dalam menyemangati menjalani kehidupan ke depan. Yaitu kebesaran jiwa supaya anak lebih percaya tentang pola makan, aturan makan, gejala- diri. gejala sakit yang perlu diwasadai keberhasilan, dan sebagainya dijelaskan Bp. Wg kepada Dan dan ketika Bp. anak Wg menumbuhkan memperoleh menambahkan semangat pada diri anak. Bp. Wg tidak 10 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 memaksakan anak keberhasilannya mempertahankan karena memahami kondisi anak. Bp. ISSN : 2087-1899 SR melakukannya, terutama pengawasan makanan ringan dan aktifitas bermain. Setelah anak mengidap DM, Bp. Sr Wg membolehkan anak sering mengajak An. Ai jalan-jalan ke beraktifitas yang menguras tenaga. Bp. pantai untuk menikmati udara pagi dan Wg supaya bermain. Bp. Sr merasakan manfaat dari mengatur kekuatannya ketika beraktifitas kegiatan yang dilakukan bersama dengan supaya memiliki sisa tenaga yang baik dan anak. Selain dapat membuat hubungan tidak mengganggu kadar gula. Teman- mereka menjadi lebih dekat, kegiatan temannya memahami kondisi anak dengan tersebut baik. Temannya juga mengetahui apa saja kesehatan. Anak menjadi lebih cerah yang menjadi larangan anak. Sehingga wajahnya setelah sering diajak jalan-jalan. interaksi mereka baik-baik saja. Anggota Anak keluarga yang juga memahami kondisi dengn Bp. Sr daripada dengan ibunya. anak. Sehingga turut membantu dalam Anak cenderung lebih dahulu mengajak mengasuh, untuk ke pantai. berpesan kepada turut anak membantu menjaga kestabilan kadar gula anak. bermanfaat merasa Bp. Bp. Wg melihat anaknya mengalami juga Sr waktunya senang bila banyak untuk untuk bepergian menghabiskan bekerja dan sedikit ketidakpercayaan diri ketika menghadapi memiliki waktu luang. Ketika Bp. Sr permasalahan. Anak cenderung meminta memiliki waktu luang akan digunakan bantuan untuk orang lain untuk menonton TV bersama anak. menyelesaikannya. Dan anak memiliki Sewaktu menonton, Bp. SR melakukan tanggapan yang positif ketika bersama Bp. pengawasan kegiatan yang dilakukan di Wg. Anak menunjukkan semangat yang ruang tersebut, yaitu jam tidur anak. tinggi dalam menyongsong masa depan. Apabila sudah waktu tidur, anak diingatkan untuk menyudahi menonton, c. Partisipan Bp. Sr dan anak mematuhinya. Bp. Sr berusia 29 tahun. Pendidikan Bp. Sr mengingatkan dengan halus terakhir adalah tingkat Sekolah Dasar dan kepada anak terhadap larangan-larangan sekarang bekerja sebagai buruh. Anak dia sebagai anak pengidap DM. Larangan- pertama Bp. Sr yang berinisial An. (10 larangan tahun) mengidap DM Tipe I sejak dua permasalahan utama bagi anak. Anak bulan yang lalu. juga mematuhi larangan tersebut. Setelah mengidap pengawasan mengetahui DM, Bp. terhadap Sr tersebut merupakan anaknya Ketika anak menginginkan sesuatu, melakukan maka ia langsung menyampaikan kepada makanan yang Bp. Sr dan langsung ditanggapi. Apabila dikonsumsi anak. Sampai sekarang Bp. keinginannya berupa makan makanan 11 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 yang merupakan larangannya, maka Bp. makannya, karena anak belum dapat SR langsung melarang dan menegaskan mengendalikan nafsu makan maka boleh efek makanan tersebut. Namun, apabila dibantu dalam mengaturnya. keinginannya berupa kegiatan yang cukup Teman-teman An. Ai yang berada menguras tenaga, maka Bp. Sr hanya dilingkungan bersikap dan berinteraksi mengingatkan supaya berhati-hati. Bp. Sr biasa terhadapnya. Namun, teman-teman tidak melarang anak melakukan kegiatan disekolah yang membedakan dengan teman lainnya. menguras membolehkan waktu mengejek dan tenaga, namun memberi batasan Bp. Sr melihat kesedihan di wajah tenaga tidak terkuras. anak dalam menghadapi kondisinya ini. dan supaya sering Karena apabila tenaga terkuras, maka Banyak perubahan dalam pola kadar gula dapat naik. Selain itu, Bp. Sr kehidupannya, terutama pola makan. memberi kebebasan pada anak untuk mengeksplorasi lingkungan, karena hal itu Hasil Observasi dianggap a. Partsipan Bp. Sy dapat menumbuhkan kemandirian anak. Berdasarkan observasi, diperoleh Ibu dan anggota keluarga yang lain data data bahwa Bp. Sy sangat antusias cenderung melayani anak, karena melihat saat diwawancara. Hal ini diketahui dari kondisi anak yang mengalami DM. Bp. Sr wajahnya yang nampak ceria, senyum tidak sepakat dengan istri dan ibunya yang selalu tersungging dan intonasi suara memanjakan anak. Bp. Sr tetap bersikap yang tenang, tegas, mantap dan penuh tegas dalam kemandirian anak. semangat. Bp. Sr nampak bangga memiliki anak An. Lt, ditunjukkan dengan anak pandangan Bp. Sy yang teduh pada melaksanakan tanggung jawabnya maka anakketika wawancara dan perilakunya Bp. SR menyikapinya dengan kemarahan. yang Namun, setelah itu Bp. Sr menyesalinya. bergabung dalam wawancara. Bp. Sy Bp. Sr merasa senang dan mengucapkan bangga terimaksih kegiatannya bersama anak dan tiap tahap anak, sewaktu dapat Sy menerima kegagalan belum Bp. ketika anak mampu melaksanakan tanggung jawabnya. merangkul anak mencerikan ketika tiap ikut tahap perkembangan anak. Hal ini terlihat dari Bp. Sr selalu mengingatkan anak cerita yang yang runtut dan intonasi supaya dapat melakukan sendiri apa yang tenang, menceritakan dengan detail dan sudah dapat dilakukannya sendiri. Misal memeragakan mengambil minum sendiri, minum obat lakukan. apa yang biasa anak sendiri dan sebagainya. Bp. Sr hanya memperbolehkan anak dibantu untuk hahal tertentu, misalnya mengatur nilai gizi 12 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 b. Partisipan Bp. Wg mengungkapkan dengan serius juga. Hal Bp. Wg secara performance nampak ramah meskipun dengan penampilan ini ditunjukkan dengan tenang menceritakan kegiatan yang dilakukan sederhana. Hal ini nampak dari raut wajah bersama dengan yang selalu senyum, ceria, bahkan sampai nampak memerah tertawa, dan peneliti datang disambut menunduk. dengan ramah. Namun, Bp. Wg juga bisa menceritakan serius, ditunjukan pada saat memberikan ditunjukkan dengan intonasi suara mantap informasi dan memandang peniliti dengan mantap pandangan menjadi sayu, Bp. tenang dan serta Sr pandangan semangat kemandirian anak, juga, semangat menceritakan kegiatan bersama temapat-tempat yang biasa digunakan anak dan kondisinya. Hal ini ditunjukkan untuk mengahabiskan waktu bersama. Bp. dengan intonasi yang penuh semangat Sr dan cerita menceritakannya. Bp. Sr terlihat sangat dengan menggerak-gerakkan tangan. Bp. dekat dan sayang dengan anak, karena Wg menunjukkan keseriusan informasi sewaktu observasi, anak menangis dan yang menunjukkan Bp. Sr turut menenangkan anak dengan intonasi suara yang tenang, tegas, dan memeluk dan menenangkan dengan kata- penuh semangat, serta pandangan yang kata bujukan. diberikan memeragakan dengan sampai dalam suaranya tenang, dan tegas. Bp. Wg semangat bahkan mata juga menunjukkan tersenyum sewaktu mantap kepada peneliti. Bp. Wg juga yang telaten PEMBAHASAN sekeliling rumah Berdasarkan data yang diperoleh bahwa nampak sebagai orang dengan melihat di dipenuhi dengan tanaman dan hewan secara yang perlu perawatan khusus. Observasi menunjukkan pada Bp. Wg memakan waktu yang paling Menurut Allen, dkk (2002), keterlibatan lama diantara partisipan lainnya. Hal ini ayah mengandung pengertian bagi laki- karena memberi laki yang selayaknya memiliki bagian dari pertanyaan-pertanyan perkembangan kedewasaannya untuk istri informasi partisipan dari semangat peneliti. dan umum rekan semua adanya mereka partisipan keterlibatan. dalam hubungan pengasuhan, dan yang terpenting untuk c. Partisispan Bp. Sr anak mereka dalam perkembangan sosial, Bp. Sr memberikan informasi dengan kognitif dan emosi. Keterlibatan ayah serius, ditunjukkan dengan tidak banyak dapat diukur dengan melihat bagaimana melakukan perubahan gerakan tubuh, meluangkan waktu, kualitas hubungan intonasi suara yang tenang, dan emosi antara ayah dan anak, dan bagaimana yang cenderung datar. Saat mengungkap ayah informasi kebaikan kondisi anak, Bp. Sr dapat menanamkan dalam menjalankan nilai-nilai peran13 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 perannya. Berikut gambaran setiap aspek “yaa setelah pulang dari rumah sakit, keterlibatan ayah dari partisipan : sampe sekarang sering saya bawa ke Pertama adalah aspek meluangkan waktu, yang termasuk dalam sana” (Bp. SR, T04, B07, Th2010, baris ke 30) meluangkan waktu adalah: Ib. St menguatkan penyampaian 1. Frekuensi Frekuensi kegiatan-kegiatan menumbuhkan diungkap yang dengan berkualitas kemandirian anak dan Bp. Sr dengan lebih menjelaskan waktu yang digunakan bersama, demikian penyampaiannya: frekuensi para partisipan melakukannya. “kalau ke pantai itu dua hari sekali,, Menurut Dagun (2002), apabila ayah yang pasti seminggu tiga kali,, ya kalau setiap pekan terlibat dalam salah satu nyuci itu ya tiap kali ke sumur dia kegiatan ikut,”(Ib. St, T11, B07, Th2010, baris ke anak, maka akan terjadi hubungan yang positif antara ayah dengan 75) anak. Apabila anak mempunyai banyak Partisipan kesempatan untuk mengamati dan meniru sikap yang ayah, maka dapat membantu perkembangan kemampuan anak menyelesaikan masalah. Partisipan Bp. Sy dan Bp Sr yang memiliki kegiatan khusus dengan anak dan memiliki frekuensi yang rutin. Berikut gambaran kegiatan dan waktu Wg tidak khusus untuk menumbuhkan kemandirian anak. Namun, Bp. Wg ketika memiliki waktu senggang akan mengajak anak pada suasana lain, dengan tujuan untuk menumbuhkan kepercayaan diri pada anak, seperti yang disampaikan Bp. Wg berikut: waktunya: “Yaa…. hampir setiap hari. Setelah belajar dia ngajak bermain puzzle, atau dikomputer…dikomputer meluangkan Bp. juga ada puzzle, atau main di luar, kita di luar juga ada game, time zone. Yang dia senengi juga yang bersifat edukatif.” (Bp. SY, T27, B03, Th2010, baris ke 50) “itu nggak ada mbak, ngak ada kegiatan khusus, ya sambil lalulah, misal ada waktu senggang, waktu kosong, yaa kita cari suasana lain. jalan-jalan ke sungai atau di pingir sawah. atau ke pantai, yaa untuk menumbuhkan jiwanya. itukan jiwa anak harus ditumbuhkan, harus diberi supaya tumbuh kepercayaan dirinya. “biasanya ke Trisik, selang berapa lama Biar PD gitu mbak,” (Bp. Wg, T19, B06, trus pulang, mandi dan maen. Yaa di Th2010, baris ke 35) Trisik cari udara segar, jalan-jalan. Dia mandi sendiri, tapi masih disuruh,” (Bp. SR, T04, B07, Th2010, baris ke 25) “Waduh mbak... Mungkin bisa setahun sekali,, wakkkwakkk. ya kalau dirata14 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 rata bisa setahun sekali.” (Bp. Wg, T19, dapat mempengaruhi anak diterima dalam B06, Th2010, baris ke 40) pergaulan dengan teman sebayanya (Dagun, 2002). Menurut penelitian Walter 2. Timbal balik hubungan Menurut Dagun (2002), anak yang memiliki hubungan timbal balik dengan ayah akan lebih mampu menghadapi situasi asing. Timbal balik hubungan telah terungkap dari partisipan Bp. Sy dan Bp. Sr, seperti yang disampaikan berikut: “Dia aktif, ee.. dia yang meminta, atau yang menginginkan, saya mengikuti.” (Bp. SY, T27, B03, Th2010, baris ke 60) Misched (dalam Dagun, 2002) ketidakhadiran ayah dapat menyebabkan anak menjadi lamban dalam menanggapi keinginan dan kebutuhannya. Kehadiran ayah disela-sela kesibukannya untuk anak ditunjukkan oleh partisipan Bp. Sy dan Bp. Sr, seperti yang dikemukakan masingmasing partisipan berikut: “Saya bisa ketemu dia malam hari, eee….dan pagi hari, mulai dia mandi sampai mengantar dia sekolah, setelah “dia manut, tidak mbantah, malah itu ketemu lagi malam, karna saya adeknya yang mbantah, missal nonton sering pulang malam. Malam, jam TV lama trus diingatkan, ya dia manut, belajar dia belajar dulu, setelah belajar kalo adeknya mbantah. Disuruh minum kita apapun, bahkan sangat pahit, dia juga bersama.” (Bp. SY, T27, B03, Th2010, mau.” (Bp. SR, T04, B07, Th2010, baris baris ke 55) ke 45) main. Yah…kita melakukan “yaa diam saja, sambil ngawasi dia tidak nonton TV, atau nanti disuruh tidur muncul timbal balik hubungan, karena kalau sudah masuk waktu tidur. Dia itu partisipan betah melek, kalau nggak diketati yaa Pada partisipan tidak Bp. Wg secara khusus tidak tidur.” (Bp. SR, T04, B07, Th2010, meluangkan waktu bersama anak. “Waduh...wong buruh itu nggak ada waktu luang mbak... soal anak itu baris ke 40) 4. Kebermanfaatan kegiatan sudah saya serahkan pada ibunya..” Keterlibatan ayah dalam kehidupan (Bp. Wg, T19, B06, Th2010, baris ke anak memiliki pengaruh yang lain selain 45) dalam kemandirian. Ayah dapat berpengaruh pada cara pandang anak 3. Kehadiran Ayah menyelesaikan Keterlibatan ayah mengasuh anak sejak kecil dapat memperlihatkan kehadiran ayah memiliki dampak yang mendalam. Hubungannya yang dekat permasalahan dan menggunakan lingkungan sebagai media belajar. Seperti yang diungkapakan oleh Prasetyo dkk (dalam Kurnianingsih, 2008) bahwa gambaran atau bentuk pola asuh 15 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 dari ayah contohnya adalah bertindak atau “ya bagus, dia jadi punya pandangan berperan sebagai teman dalam bermain, lain, yang seharusnya dia belum tahu menciptakan untuk jadi sudah tahu, dia merasa ,,, gimana memacu keinginan dan kemampuan anak ya,,, ya ada kebanggan tersendiri “Aku saat wis ngerti Samas” ya itu contohya,, suasana bermain, bersaing mengembangkan anak, “Saya sudah ke Parangtritis dua kali” ya mengajak anak mengeksplorasi langsung itu bisa jadi kebanggan tersendiri. Misal terhadap lingkungan dan membiarkan ke Bonbin, wis ada kebanggaan kalau anak mengadakan eksperimen terhadap sudah pernah ke Gembira Loka, misal kegiatan eksplorasinya, dan mengasah kalau belum banyak tanda tanya, yang kemampuan anak. namanya Bonbin Gembiro Loka itu kemampuan berpikir logika Semua partisipan dapat melihat manfaat dari kegiatan yang seperti apa? Ada apanya di situ? telah Katanya ada gajah, gajahnya berapa? dilakukan bersama anak. Manfaat yang Katanya ada kolam, kolamnya sperti dirasakan setiap partisipan berbeda. Bp. apa? Tapi kalau dia sudah pernah ke Sy melihat kegiatannya bermanfaat dalam situ,,, membentuk pola pikir anak dan membantu kepuasan tersendirilah, seperti apa anak dapat menyelesaikan permasalahan, yang dikatakan orang-orang,, ya seperti Bp. Wg melihat manfaat dari kegiatan itulah,,,” (Bp. Wg, T19, B06, Th2010, yang dilakukan bersama anak adalah baris ke 65) pengembangan wawasan anak. Partisipan Bp. Sr melihat hubungannya dengan anak semakin dekat dan Bp. Sr merasa lebih memperhatikan kondisi anak. Selain itu, “Ya kesehatan mereka. anak Demikian dari para kegiatan partisipan mengungkapkan manfaat kegitan mereka: “Yang jelas….eee membantu pola pikir dia, dia punya keluarga, punya ayah dan ibu, punya kakak… kebersamaan persis setelah itu ya kami dia jadi punya lebih dekat,,,,”(Bp. SR, T04, B07, Th2010, baris ke 60) Bp. Wg dan Bp. Sy melihat ada manfaat pada tahu Bp. Sr menambahkan: “,. Kalau dibiarkan dia bisa lakukan sendiri, dia tahu dengan sendirinya,,, kalau diingatkan atau dikekang dia malah nangis” (Bp. SR, T04, B07, Th2010, baris ke 115) itulah yang sangat membantu dia, Partisipan Bp. Wg dan Bp. Sr juga sehingga dia merasa dia tidak sendiri,,, mendapatkan banyak orang di lingkungan dia yang perkembangan membantunya,,, kegiatan yang telah mereka lakukan. Bp. sehingga dia bisa mandiri lebih baik.” (Bp. SY, T27, B03, Wg Th2010, baris ke 80) menstabilkan melihat manfaat kesehatan kegiatan kadar pada anak mereka gula, dari dapat meskipun 16 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 presentasenya kecil. Bp Sr ISSN : 2087-1899 melihat 1. Peka perubahan pada fisik anak setelah mereka beraktifitas. Badan anak menjadi lebih cerah, tidak pucat seperti sebelumnya. Berikut penyampaian dari Bp. Wg dan Bp. Sr: Ayah dalam yang memiliki menanggapi kepekaan dan mendorong perkembangan anak, tampak anak dapat berkembang baik baik (NICHHD, 2002). Kepekaan ayah nampak pada ketiga “mana saraf yang berpengaruh,, partisipan. Semua partisipan mengetahui meskipun itu kecil pengaruhnya, 0,01% berbagai mungkin. itu saraf mana yang menuju pengidap diabetes melitus, ini sesuai ke pankraes itu. Dibilang ada di telapak dengan pernyataan Bp. Sy dan Bp. Wg: kaki. Karna saraf di telapak kaki ya kalau jalan-jalan nggak perlu pake sandal gitu,, kan otomatis sarafnya kena.” (Bp. Wg, T19, B06, Th2010, baris ke 60) “yaa macam kebutuhan anak “Terutama dia harus dikontrol untuk makan gula, terutama yang mengandung glukosa,, karna dia tipe I atau tipe A,,, ini,,, harus ditambah dengan insulin dari luar, ee .. aa.. salah kalau setelah jalan-jalan di satu caranya dengan disuntik. Dia pantai,,, banyak perkembangannya, di disuntik kesehatannya. Waktu belum di bawa ke kerjanya e e e batas kerjanya insulin 12 sana, Nampak lemes, pucat. Trus jam, disana itu ya lari-lari dipinggirnya, ya penyuntikan” saya Th2010, baris ke 30 dan 35) suruh mandi di air, saya tungguin.” (Bp. SR, T04, B07, Th2010, baris ke 55) insulin jadi sehari selama (Bp. 2x, 24 jam SY, T27, batas 2x B03, “Porsi makan ya di atur, dikira-kira. ada saran dari bagian gizi. Ada Kedua, aspek kualitas hubungan. panduannya, kalau yang bisa dimakan Menurut Allen dkk (2002), ayah disebut ini ini, makannya kalau pagi sekian, terlibat ayah siang sekian, sore sekian, snacknya dengan anak digambarkan dengan peka, ada jam 9 pagi, jam 3 sore,. Kalau dia hangat, dekat, bersahabat, mendukung, minum teh manis mang ngedrop mbak, akrab, mengasuh, penuh kasih sayang, sampai 70-60, dia setengah nggak memberikan harapan, menghibur, dan sadar itu mbak. Normalnya 120.” (Bp. menerima. Berikut merupakan gambaran Wg, T19, B06, Th2010, 20) jika kualitas hubungan aspek kualitas hubungan dari partisipan: Pada partisispan Bp. Sr tidak diungkapkan secara detail. Hal ini karena anak baru mengalami diabetes melitus selama 2 bulan, sehingga Bp. Sr masih 17 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 kurang berpengalaman dan kurang informasi. Demikian penuturan Bp. Sr: “yaa kebutuhannya dari biasanya berbeda banyak,. Biasanya kita makan ISSN : 2087-1899 jamnya pun harus disebutkan…jam 7 malam missal,, karna jam setengah 7 dia siap-siap menunggu jam 7.” (Bp. SY, T27, B03, Th2010, baris ke 70) bersama itu ikut apa yang boleh “dia punya kesadaran sendiri untuk dimakan menyampaikan ke kami. Nggak usah makan dia, missal kentang,,, dia ya bolehnya kami makan diminta dia sudah bilang. Saya sakit, kentang, kalau dia minum air putih yaa perut saya sakit. dia sudah tau mbak, kami minum air putih.” (Bp. SR, T04, kebutuhan itu pokok atau nggak.kalau B07, Th2010, baris ke 70) kebutuhan pokok ya seperti pulpen, buku, buku paket, buku tulis, atau bayar 2. Bersahabat, hangat, dan akrab Sikap bersahabat, hangat, dan akrab diungkap dengan kemampuan anak menyampaikan langsung kebutuhannya kepada ayah dan dapat menunjukkan komunikasi yang baik. Menurut Dagun (2002), pada situasi intim, saat itu ayah dekat dengan anak dan memperoleh banyak hal dari anaknya. Hal ini telah ada pada ketiga partisipan, baik Bp. Sy, bp. Wg, maupun Bp. Sr. pada ketiga partisipan, anak mampu menyampaikan iuran sekolah,,, itukan kebutuhan pokok, ya itu bilang,, tapi bilangnya ya gak sekarang, bilangnya 3 atau 4 hari sebelumnya,,. “ya kalau kebutuhan seperti ingin baju baru atau sendal, dia lihat-lihat dulu. Kalau Bapaknya baru bekerja seminggu utuh, ya gitulah,, itupun kalau dia nggak tahu langsung bapaknya pegang uang ya dia nggak berani minta.” (Bp. Wg, T19, B06, Th2010, baris ke 80 dan 85) ayah “Ya kadang dia langsung minta yang tanpa melalui perantara orang lain. Seperti mengandung gula, saya bilang “gak yang dikemukakan berikut: usah dek, makan apanya yang ada, kebutuhannya langsung kepada “Kalau dia punya keluhan, ee untuk fisik biar lekas sembuh”.” (Bp. SR, T04, terutama, B07, Th2010, baris ke 75) kalau sakit dia akan memberitahu yang sakit yang mana, apa keluhannya, dan biasanya kalau menyangkut kesehatan, dia kita bawa ke dokter. Kalau keluhannya sebuah keinginan,, bersifat sebuah permintaan,, yaa,,kita janjikan,, kalau itu baik,, ya kita janjikan,, tepat waktu,,. Dia sangat disiplin untuk sebuah janji. Kita menjanjikan hari senin, jam dua, 3. Mengasuh, kasih sayang Menurut Hellen (dalam Dagun, 2002), ayah lebih mampu dan efektif dalam mengasuh anak. Semua partisipan mendidik anak mandiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya, tidak menyarankan meminta bantuan orang lain. Berikut penyampaiannya: 18 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 “Dalam pendidikan, dia kita usahakan diberikan tiap 12 jam sekali.” (Bp. SY, mendidik seperti anak normal, supaya T27, B03, Th2010, baris ke 35) dia bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan, dan Alhamdulillah ,,, ee sekarang dia bisa berkomunikasi, bermain,,, dengan kita juga bisa Berbeda dengan Bp. Sy, Partisipan Bp. Wg tidak mendukung anak menggunakan alat kesehatannya: berkomunikasi dan berinteraksi,,,.” (Bp. “Kalau itu saya belum berani,, untuk SY, T27, B03, Th2010, baris ke 90) anak dapat menggunakan alat sendiri. “ya itu di latih mbak. yaa,, dek opo-opo kok diladeni orang tua. Kalau semua diladeni nanti sangu ke sokolah peke laden?. Misal pagi-pagi sudah ngladeni yo natar sangune laden bukan uang, kalau ditinggal bekerjakan bisa untuk uang saku. dan kalau butuh apa ya bisa buat beli.” (Bp. Wg, T19, B06, Th2010, baris ke 90 ) “…, kadang kalau sama saya, ya saya suruh ambil sendiri. Soalnya kalau sama ibunya pasti nangis, sama saya Karna dia belum bisa merasakan sepenuhnya. Kalau anak-anak yang usia sebelum 15 tahu, ia belum bisa mengatur sepenuhnya, saya belum berani. Mungkin kalau dia sudah berusia 15 tahunan baru saya mulai, ya untuk kedewasaanya sudah mencukupilah...” (Bp. Wg, T19, B06, Th2010, baris ke 55 ) 4. Menghibur, menerima, mendukung, dan memberi harapan Ayah sebagai pembimbing, gak, takut mungkin. Kalau minta sama membantu anak mencapai potensi secara ibunya, gak dibolehkan, ya dia nangis. penuh, termasuk menerima kesalahan- Kalau sama saya, gak boleh ya gak kesalahan boleh. ” (Bp. SR, T04, B07, Th2010, kesuksesan-kesuksesan dan senyuman. baris ke 85) Para pembimbing tahu bahwa kegagalan- Pada partisipan mendidik cenderung wilayah berbeda anak. kesehatan perilaku Partisipan mendorong para dalam Bp. anak Sy mandiri dalam menggunakan alat kesehatannya, seperti yang disampaikan berikut: seperti halnya menerima kegagalan kecil merupakan awal dari kesuksesan besar, karena itu pembimbing akan terus mendorong anak untuk tetap mencoba (NICHHD, 2002). Kemampuan menghibur, menerima, mendukung, dan memberi harapan pada kondisi anak yang mengalami kegagalan maupun mengalami “Kalo sekarang dia sudah melakukan keberhasilan sendiri. Sudah bisa nyuntik sendiri. Kita tanggung tinggal mengontrol, berapa ampul yang partisipan Bp. SY dan Bp. Wg. Masing- dalam jawabnya menjalankan ditunjukkan oleh masing mengungkapkan sebagai berikut: 19 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 “Kalau dia berhasil kita memuji,,, eee mbak,, nggak minder,, ya misal kalau kita juga gak mau memujinya terlalu dapat ranking baik, ya dipertahankan berlebihan,, dan dia gagalpun kita akan dek, membantunya,,, dan dia tidak akan dipertahankan,, itu harus dipertahankan menyerah pada kegagalan… itu satu titik, gitu,, saya tidak,, Ya kalau kamu kelebihan Kita bisa pertahankan ya pertahankan dek, membantu dia dalam mengulang ketika kalau nggak ya nggak pa-pa, yang jelas tidak bisa, dan kita menemani,, tapi kamu sudah punya pengalaman punya konteks berfikir kita serahkan ke dia. ranking bagus.” (Bp. Wg, T19, B06, Seperti PR,,, kita mendampingi, kita Th2010, baris ke 100). tidak positif membantu mendampingi,,,, dari dia. buat PR kita tetapi membantu sebagai orang tua sepserti Tut Wuru Handayani,,, mendorong,,, hanya membantu menyemangati,,,, atau nggak bilang harus Partisipan Bp. Sr menunjukkan sikap menerima ketika anak mendapat keberhasilan, seperti yang disampaikan berikut: menemani,,, tetapi kemauan no 1 dari “yaaa dia,, harus tumbuh dari dia…” (Bp. SY, seneng,,, senengnya dengan ngucap T27, B03, Th2010, baris ke 95 dan 100) terimakasih.. disiini tu saling ngucapin “Anak itu gagal biasa mbak, wkkwkk, sama seperti yang lainnya. ya saya mengerti mbak misal ia gagal dalam prestasi. ya anak itukan punya target sendiri. Misal sekarang ia ikut lomba, bagaimana ya,, ya saya terimaksih sudah biasa, missal kakanya minta tolong adeknya ngambilkan minum,, ya kakany trus bilang makasih ya dek,,” (Bp. SR, T04, B07, Th2010, 95) harapannya dapat hadiah, ya kalau Ketiga, aspek keterlibatan menurut sekolah kalau gaka dapat ranking 1 Allen dkk (2002) adalah menanamkan atau 2 ya dapat ranking yang tidak buat nilai-nilai malulah, bisa 4, 5, atau 6. Ya entah penelitian, karena apa mungkin dia lepas dari ditanamkan adalah nilai-nilai kemandirian. target, nyampe rumah dia laporan “Pak, Aspek dijabarkan sebagai berikut beserta nilainya jelek,,,”, “Sekarang jelek nggak hasil dari partisipan: kebaikan. Sesuai maka nilai-nilai dengan yang pa-pa, orang itu ya nggak mesti sehat terus, kadang ya sakit, ya kalau sekarang adek belum pinter ya belajar lagi. sekarang ngak pa-pa. nanti kenaikan kelas yang penting naik dulu” ya biar dia itu hatinya nggak jadi kecil 1. Musyawarah Komunikasi dialogis dengan anak yang bersifat terbuka, jujur, dan tulus dapat menumbuhkan kedisiplinan dan kemandirian pada anak (Rahayu, 2009). Kemampuan musyawarah telah digali, 20 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 namun tidak dilakukan para woo duitku dipinjam ini.. ya kalau saya partisipan penelitian dalam menanamkan dengar akan dibayar kalau sudah ada kemandirian pada anak. duit. Saya beri pengertian seperti itu 2. Mendorong kemandirian mbak. Ya pinjam itu ada tanggung Menurut memiliki Dagun sikap lain oleh ISSN : 2087-1899 (2002), yaitu ayah memberi kebebasan pada untuk untuk mencapai sikap mandiri pada anak. Ayah semenjak jawab mengembalikan sepenuhnya,. ya seperti itulah kalau masalah minta tolong.” (Bp. Wg, T19, B06, Th2010, baris ke 115). awal menginginkan anak dapat melakukan Demikian juga pada partisipan Bp. sendiri tanpa ketergantungan pada orang SR, lain. seperti yang disampaikan berikut ini: Sikap mendorong kemandirian terdapat pada ketiga partisipan. Berikut adalah penyampaian dari partisipan Bp. Sy dan Bp. Wg: menunjukkan sikap yang sama, “yaa mau saya itu gak usah dimanja,, boleh manja tapi yaa lihat-lihat,, ya kalau semua di manja nantinya malah “Di dalam minta tolong, selama dia repot,, semua-semua nyuruh orang tua. masih bisa mengerjakan dia kerjakan Mau saya kalau dia sudah bisa yaa dia sendiri…mandi,,, bisa ambil sendiri, bukan terus sebentar- sendiri ya sendiri,,, makan,,, selama dia bentar diambilkan, disuapi, ya jadinya bisa sendiri ya lakukan sendiri.. kita manja itu. Kalau saya ya saya biarkan, membiarkan tapi kalau ibunya yaa diambilkan,” (Bp. dan selama tidak dia membantu. Pada prinsipnya dia tidak berbeda dengan anak normal lainnya,,,.” (Bp. SY, T27, B03, Th2010, baris ke 110) SR, T04, B07, Th2010, baris ke 105) 3. Batasan kemandirian Menurut Dagun (2002), ayah “O,, sekarang gini mbak,, kalau saya memiliki sikap berbeda terhadap anak yang namanya minta tolong bantuan perempuan, ayah lebih berhati-hati dan orang lain, prinsip saya itu saya bagi ragu-ragu, sehingga memberikan batasan jadi bermacam jenis,, ya kalau itu pada dalam hal kesehatan,,, yo yang jelas batasan kemandirian ditunjukkan oleh mengenai fisiknya,, kesehatan anak ya ketiga partisipan. Memberikan batasan memang saya anjurkan minta tolong, yang disampaikan para partisipan selain tapi kalau soal materi,,saya kasih saran karena anaknya perempuan tetapai juga jangan sampe,,jangan sampe minta- karena anak memiliki tenaga yang lemah. minta dengan orang lain, apalagi itu Masing-masing bukan uraian sebagai berikut: saudara. …..,. Tapi kalau anak perempuan. partisipan Memberikan memberikan hutang, suatu saat ada yang bilang, 21 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 “dia cukup energy,,, eee tapi untuk berperilaku benar dan sehat. Sikap disiplin olahraga yang terlalu berat, kebetulan ayah terhadap anak hanya ditunjukkan dia suka karate, ini memang kita oleh batasi,,, batasi,,, kalau berjalan sejauh ungkapnya: partisipan Bp. Sy, demikian 5 kilo ya kita batasi,,, tapi untuk sehari- “Yaa setiap hari kita control,,, kita hari dia tetap, seperti latihan karate,,, menjalankan setiap hari kedisiplinan,,, olahraga,,, maen-maen,,, naik sepeda,,, ya bangun pagi, kita cek dia bangun lari-lari,,, ya dia normal saja… ya pagi,, ya mandi, sarapan, berangkat seperti yaa sekolah,,,, kita memberi batas dengan sendiri…ini waktu. Jam sekian mandi harus selesai, kelihatan,, dia aktif.. dan dia gak akan jam sekian harus berangkat sekolah,, diam meskipun ada waktunya dia trus belajar,,, jam sekian sampai sekian drop,,,” (Bp. SY, T27, B03, Th2010, harus belajar,,,. Kita mengontrol itu…” baris ke 115) (Bp. SY, T27, B03, Th2010, baris ke anak seperti normal mbak lainnya.. lihat “,,kita harus hati-hati, seefisien mungkin 125) masalah tenaga, energi. misa ya mbak, Keterangan dari partisipan tersebut dia harus mengelilingi lapangan 5 X. menunjukkan bahwa mereka memiliki untuk dinilai, dia butuh waktu cepat,. kemampuan dalam ketiga aspek kalau anakku nggak usah cepat-cepat, keterlibatan 5X itu yang harusnya selesai 5 menit, aspek yang tidak terpenuhi secara utuh, ya kalau namun sudah cukup mewakili. Aspek antaranya 5-10 menit ya kamu ambil 7- tersebut adalah melungkan waktu, kualitas 8 menit, jadi tenagamu masih, masih hubungan dan menanamkan nilai-nilai ada sisa.” (Bp. Wg, T19, B06, Th2010, kebaikan dalam kemandirian. Hal tersebut baris ke 120) merupaka kamu tengah-tengah, “Tapi kalau dibiarkan,,, missal hati-hati dek,,, ya kalau sudah seperempat jam misalnya, dia disuruh berhenti, mau,. Tapi kalau langsung dibilang “gak boleh…”, langsung emosinya tinggi, kadar gulanya tinggi,” (Bp. SR, T04, B07, Th2010, baris ke 110) Menurut Aline (2006), ayah disiplin peran meskipun suatu indikasi terdapat bahwa keterlibatan ayah dalam menumbuhkan kemandirian anak pengidap diabetes mellitus sangat penting. Didukung oleh fakta-fakta yang menunjukkan bahwa semua partisipan telah terlibat dalam menumbuhkan kemandirian anak pengidap diabetes mellitus. Secara umum, ditemukan bahwa 4. Disiplin dalam ayah, mengajarkan anak ketiga partisipan memiliki dalam menumbuhkan keterlibatan kemandirian di wilayah pemenuhan kebutuhan sehari22 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 harinya. Namun, pada wilayah ISSN : 2087-1899 mempengaruhi kemandirian keluarga kemandirian kesehatan, setiap partisipan Anggota berbeda dalam penanganan. Partisipan mengkhawatirkan Bp. Sy cenderung memberi kepercayaan menghambat pertumbuhan kemandirian terhadap anak untuk menggunakan alat anak. Menurut Park (dalam Soeharjono, kesehatannya. Partisipan Bp. Wg belum 2002), pengidap Diabetes Melitus yang mempercayakan anak menggunakan alat serumah dengan keluarga sering terjadi: kesehatan, dan Bp. Sr lebih banyak (a) pengidap dilindungi secara berlebihan menggunakan obat tradisional yang cukup oleh yang rumit menyajikannya, sehingga anak tidak pengendalian Diabetes melitus secara dapat mandiri menyajikannya. Meskipun medis dan memaksa menggunakan obat demikian, pernyataan ketiga partisipan tradisional, (c) nenek menyalahkan ibu kompak dalam menanggapi keluhan sakit atau ayah pengidap, dan (d) terjadi konflik anak. Demikian penyampaian dari para antara mertua dan menantu. Hal tersebut partisipan: dialami oleh partisipan Bp. Wg dan Bp. Sr: kondisi nenek, (b) anak nenek pada terlalu dapat monolak “Kalo sekarang dia sudah melakukan “ya sendiri. Sudah bisa nyuntik sendiri. Kita momonglah,,, ya kalau ada yang nggak tinggal mengontrol, berapa ampul yang bisa diterima, mending mengalah,, tapi diberikan tiap 12 jam sekali.” (Bp. SY, ya kalau pada emosi naik,, ya ramelah, T27, B03, Th2010, baris ke 35) waeeewaeee,,, wkkkwkkk” (Bp. Wg, “Kalau itu saya belum berani,, untuk sudah lain anak. mengerti,,, bisa T19, B06, Th2010, baris ke 130) anak dapat menggunakan alat sendiri. “ya kalau ke ai,, ibu saya itu ya Karna merasakan memanjakan seperti ibunya,. Apa-apa sepenuhnya. Kalau anak-anak yang kalau nangis terus digendong, trus usia sebelum 15 tahu, ia belum bisa nanti diajak keliling atau naik sepeda mengatur sepenuhnya, saya belum supaya dia diam,.” (Bp. SR, T04, B07, berani.”(Bp. Wg, T19, B06, Th2010, Th2010, baris ke 120) dia belum bisa baris ke 55) “Disuruh Keterlibatan minum berdasarkan bahkan penelitian ini sangat pahit, dia juga mau. Soalnya ini dinantikan oleh saya selingi obat jawa, biar biaya tidak (2009), terdapat bahasa secara tidak terlalu tinggi.” (Bp. SR, T04, B07, langsung Th2010, baris ke 45) menemani anak bermain dan berperan Berdasarkan perilaku anggota apapun, ayah hasil keluarga wawancara, lain turut sebagai merupakan anak. tersampaikan teman hal yang Menurut Noer ketika bermain ayah sekaligus pelindung bagi anak. Permainan yang 23 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 dipilih ayah dapat melatih keberanian dan masing-masing lebih mudah karena sudah kemandirian selama ayah tidak memaksa terjalin hubungan yang baik, termasuk dan terlalu mengatur permainan tersebut. disini adalah keinginan ayah untuk anak Biasanya permainan yang dipilih ayah menjadi pribadi yang mandiri. Selain itu adalah permainan fisik atau aktivitas luar ayah membuat dirinya peka terhadap ruangan. Anak menyukai aktivitas-aktivitas kebutuhan anak sehingga lebih mudah yang dilakukan bersama ayah. Hal ini untuk menyampaikan nilai-nilai kemadirian dialami oleh partisipan Bp. Sy dan Bp. Sr: dengan “menurut saya dia seneng,,, Kalau saya pulang telat dia menunggu,, kalau dia menginginkan sesuatu, seperti mau main puzzle, maka hanya sama saya,. Karena mama dan kakanya gak begitu seneng permainan mulai dari puzzle,,. siang dia Nah,,, sudah menjadwalkan,, atau dari sore setelah saya baru pulang janjian nanti selsesai belajar main puzzle,,,” (Bp. SY, T27, B03, Th2010, baris ke 140) “dia seneng, kalau lagi dipantai, kalau bajunya belum basah, belum mau diajak pulang,. Kalau waktu pergi ke pantai sama ibunya Cuma dari atas saja, trus diajak pulang ya dia mau,, takut mungkin. Lebih seneng ke pantai sama saya.” (Bp. SR, T04, B07, Th2010, baris ke 145). mengetahui Ayahpun dengan kondisi ringan anak. menerima kegagalan tanggung jawab anak dan menerima keberhasilannya dengan senang hati, sehingga anak dapat tumbuh mandiri di lingkungan yang menerimanya apa adanya. Usaha keterlibatan lainnya adalah dengan menanamkan kemandirian dengan menerapkan pola asuh autoritatif, yaitu ayah mendorong kemandirian anak, namun tetap memberikan batasan sebagai pengendali perilaku anak. Adanya keterlibatan ayah tersebut membawa banyak dampak positif bagi anak. kemandirian Selain anak berkembangnya (meliputi mandiri menyelesaikan permasalahan, tanggung jawab dan proaktif), dampak positif lainnya adalah peningkatan taraf kesehatan dan penambahan wawasan bagi anak. Berdasarkan pembahasan dan Pada keterlibatan ayah, terdapat hasil analisis data, usaha keterlibata yang beberapa perbedaan keterlibatan. Aspek telah adalah pertama, perbedaan ada pada frekuensi untuk bermain ayah meluangkan waktu bersama anak, TV bersama, kehadiran ayah, dan manfaat kegiatan menyelesaikan tugas rumah bersama. yang dilakukan ayah bersama anak. Pada Ayah-anak aspek kedua, perbedaan terdapat pada dilakukan meluangkan bersama, merekan oleh waktu menonton ayah juga membuat hangat, akrab, hubungan bersahabat, sehingga ketika menyampaikan keinginan bagian mengasuh, kasih sayang, menghibur, menerima, mendukung dan 24 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 memberi harapan. Aspek ketiga, terdapat kualitas perbedaan nilai-nilai kebaikan, dalam hal ini adalah dalam menanamkan kedisiplinan pada anak. Pada perbedaan- yang sebagian dilakukan oleh gambaran keterlibatan menumbuhkan partisipan besar sebagai ayah kemandirian dalam anak pengidap diabetes melitus. dan menanamkan nilai-nilai kebaikan kemandirian. perbedaan ini, peneliti mengambil perilaku keterlibatan hubungan, Pada aspek meluangkan waktu, para partisipan merupakan pekerja keras yang sedikit memiliki waktu luang. Namun, ayah mampu meluangkan waktu diselasela kesibukan mencari nafkah untuk dapat bersama anak dengan frekuensi Oleh karena itu, nampak bahwa yang rutin. Ayah mengambil waktu ayah telah terlibat dalam menumbuhkan sebelum berangkat bekerja atau sepulang kemandirian mengidap bekerja untuk dapat bersama dengan diabetes melitus, meskipun masih terdapat anak. Ayah mampu mengisi waktunya aspek yang belum terpenuhi secara utuh. yang Perilaku keterlibatan yang telah terpenuhi kegiatan adalah pada aspek meluangkan waktu kemandirian, kesehatan, kecerdasan, dan dan ayah-anak, hubungan sosial anak, serta bermanfaat sedangkan yang belum terpenuhi adalah meningkatkan hubungan antara keduanya. perilaku menanamkan nilai-nilai melalui Ayah juga mampu membuat saat-saat peran-peran ayah. Anggota keluarga yang bersamanya lain turut mempengaruhi keterlibatan ayah bukan lagi hal yang menakutkan meskipun dalam pengasuhan anak. Keterlibatan tetap dengan sikap tegas yang dimiliki ayah ayah. anak kualitas dalam yang hubungan pengasuhan anak juga membawa banyak dampak positif bagi anak. singkat bersama yang anak dengan bermanfaat untuk menjadi Aspek menyenangkan, kualitas hubungan, menggambarkan bahwa ayah dari anak pengidap diabetes cukup peka terhadap KESIMPULAN kebutuhan Berdasarkan analisis data dan secara kesehatan maupun kebutuhan sehari-harinya. Hubungan yang pembahasan yang telah dilakukan, dapat dibangun ditarik bersahabat, hangat dan akrab, sehingga kesimpulan bahwa gambaran ayah mampu membuat dengan mereka keterlibatan ayah mampu menumbuhkan anak leluasa kemandirian pada anak pengidap diabetes menyampaikan segala sesuatu kepada melitus dan mampu membangun aspek- ayah. Hal ini juga membuat anak langsung aspek positif dalam diri anak. Keterlibatan mematuhi nasehat-nasehat ayah dapat dilihat dari berbagai aspek, Ayah mampu menerima kegagalan anak yakni dengan meluangkan waktu, melihat sebagaimana menerima keberhasilannya. dari ayah. 25 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 ISSN : 2087-1899 Ayah juga memotivasi anak menjadi lebih mellitus. baik berhadapan dengan suatu perubahan, dalam berhasil keadaan gagal melaksanakan maupun tanggung tekanan Sehingga atau ketika tantangan anak akan dapat jawabnya, dan ayah akan menghibur anak mengatasi dan melewatinya, karena anak ketika mengalami kegagalan. yakin Aspek menanamkan nilai-nilai, ada sosok tegar dan tegas dibelakangnya yang selalu ada untuknya. terutama nilai kemandirian. Hal ini tidak terpenuhi secara keseluruhan. Ayah tidak Saran terlibat musyawarah dengan anak dalam Berdasarkan analisis menyampaikan pesan kemandirian. Ayah penelitian juga tidak disiplin dalam menanamkan kesimpulan yang telah dilakukan, maka kemandirian yang peneliti mengidap Diabetes Melitus. Namun ayah berikut: tetap pada anaknya mendorong kemampuan dan hasil pembahasan, mengajukan 1. Kepada ayah saran yang sebagai telah terlibat anak, hendak kemandirian dengan memberi kebebasan dalam anak beraktivitas dan tetap memberi tetap dijaga atau lebih ditingkatkan batasan sebagai pengendalian perilaku pada serta supaya tidak terlalu membahayakan mampu meningkatkan kemampuan kondisi anak. anak Ayah mendukung tumbuhnya kemandirian anak meskipun dalam kondisi mengidap diabetes anggota keluarga mellitus. yang Namun, lain tidak pengasuhan serta setiap aspeknya. Sehingga diberbagai aspek perkembangannya 2. Kepada anggota keluarga lainnya, diharapkan terhadap memberikan pengasuhan dukungan ayah dan mendukung konsep pendidikan ayah yang memberikan saran yang membangun mengutamakan kemandirian anak dalam untuk keterlibatan ayah. Sehingga memenuhi kebutuhan. anak dapat berkembang lebih optimal. Kegiatan yang melibatkan ayah 3. Kepada masyarakat, diharapkan dengan anak dalam pengasuhan dapat memberikan bermanfaat bagi anak untuk menambah terhadap keterlibatan ayah wawasan, pengasuhan mengembangkan penyelesaian pola masalah, pikir dukungan dan sosial dalam perkembangan berani anak. Diharapkan juga untuk tidak menghadapi tantangan, lebih percaya diri, membedakan hubungan sosial anak bertanggung jawab, dan menerima realita. pengidap diabetes mellitus dengan Dengan anak demikian, merupakan hal keterlibatan ayah sehat lainnya karena anak penting dalam membutuhkan menumbuhkan kemandirian anak, psikologis dari orang-orang disekitar meskipun mengalami diabetes untuk dapat menerima kondisinya anak dukungan secara 26 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 yang tidak dapat sembuh dan bangkit menghadapi tantangan hidup. ISSN : 2087-1899 Brunner dan Suddarth. Keperawatan 4. Kepada peneliti selanjutnya: 2001. Medikal-Bedah. Jakarta: EGC a. Diharapkan melakukan wawancara yang lebih mendalam berhubungan dengan keterlibatan Dagun, S.M. 2002. Psikologi Keluarga. Jakarta: Asdi Mahasatya ayah, yaitu melihat keterlibatan ayah dari tingkat pendidikan, Dhamayanti, A.A, dan Kwratarini Wahyu usia, dan tingkat sosioekonomi. Yuniarti. 2006. Kemandirian Anak b. Diharapkan melakukan penelitian Usia 2,5-4 Tahun Ditinjau dari Tipe tentang keterlibatan ayah dalam Keluarga aspek-aspek psikologis Jurnal Sosiosains. Hal: 17. Diakses c. Diharapkan penelitian memiliki juga melakukan pada Tipe Prasekolah. tanggal 23 Mei 2009 yang sakit Elia, Heman. 2002. Peran Ayah dalam yang lain, misal asma, paru-paru Mendidik Anak. Jurnal Teologi dan (flek), autis, dan lain-lain. Pelayanan. Vol. 1 No. 1 hal: 105- d. Apabila anak ayah dan pengidap menggunakan metode diharapkan sewaktu kualitatif, mewawancara partisipan utama tidak didampingi oleh significant person. partisipan significant dilakukan Wawancara antara utama dengan person pada sebaiknya waktu 113. http://www.idionline.org/artikel/194 . Diakses tanggal 27 April 2009 Hurlock. (1999). Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga yang berbeda. Kurnianingsih. 2008. Perbedaan Kecemasan Antara Ayah dan Ibu dalam DAFTAR PUSTAKA Mengasuh Skripsi Allen, dkk. 2002. The Effect of Father Anak (tidak Autis. diterbitkan). Yogyakarta: Fak. Psikologi Involvement: A Summary of The Universitas Mercu Buana Research Evidence. Newsletter of Yogyakarta 1997. Fisiologi The Father Involvement Initiative – Ontano Network. Vol. 1 Guyton dan Hall. Kedokteran. Jakarta: EGC 27 Jurnal Sosio Humaniora Vol. 4 No 5., Mei 2013 National Institute of Child Health and Human Development (NICHHD). 2004. Adventures in Parenting, Bagaimana Sukses Berperan ISSN : 2087-1899 Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC Supriyadi. 2006. Peranan Orang Tua Terhadap Pertumbuhan Sebagai Orang Tua Yang Baik. Perkembangan Yogyakarta: Alenia Penelitian Sosial. Edisi 185. vol 4: 45 Nuryoto, S. 1993. Kemandirian Remaja Ditinjau dari Tahap Anak. dan Journal Tinkew, J. B, Kristin A. Moore dan Jennifer C. 2006.The Father-Child Perkembangan, Jenis Kelamin dan Relationship, Parenting Styles, and Peran Jenis. Jurnal Psikologi. No. Adolescent Risk Behaviours in Intact 2: 48-58 Families. Journal of Family Issues, Sherifali, D., D. Cilliska dan Linda O’Mara. 2009. Exploring Parenting Styles on 27; 850. Diakses Tanggal 18 April 2008 Children Living With Type 1 Diabetes Mellitus. Journal of Childern With Diabetes. Parenting Diakses Vitahealth. 2006. Diabetes. Jakarta: Gramedia tanggal 18 April 2009 www.BeingMom.org. Santrock, J.W. 2002. Life-Span Development Perkembangan Masa Kemandirian 2008. Anak Membentuk II. Diakses tanggal 24 April 2009 Hidup Jilid 1. Jakarta: Erlangga Soeharjono, dkk. 2002. Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DM-TI): Aspek Psikologik Penderita dan Keluarga. Anima Indinesian Psychological Journal. Vol. 17, No. 2, 161-169 Sherifali, D., D. Cilliska dan Linda O’Mara. 2009. Exploring Parenting Styles on Children Living With Type 1 Diabetes Mellitus. Journal of Childern With Diabetes. Parenting Diakses tanggal 18 April 2009 28