amru sukmajati.cdr

advertisement
ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI
TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA
Amru Sukmajati
STIE Swasta Mandiri Surakarta
ABSTRACT
Jobs that become more difficult nowadays causing socioeconomic problem
for the people. The increase in unemployment will cause a burden to the government
and of course disrupt stability of the socioeconomic. Higher education does not
guarantee a person becomes easy to get a job moreover the majority people of
Indonesia are poorly educated. One solution to overcome this problem is Micro
Small and Medium Enterprise (UMKM). In many countries, UMKM proved
capable of providing jobs. Many factor can affect the success of the UMKM
enterpreneurs, which are often judged by the level of income. This research will
explore socioeconomic factors that can effect any income level of the UMKM
enterpreneurs. In subsequent research will be discussed how to manage UMKM so
that this enterprise can be run by anyone and may alleviate unemployment.
Keywords: Micro Small and Medium Enterprise (UMKM), socioeconomic
I. PENDAHULUAN
Perkembangan dan pertumbuhan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM) merupakan salah satu penggerak
bagi pembangunan dan pertumbuhan
ekonomi di banyak negara. Salah satu
karakteristik dari dinamika dan kinerja
ekonomi yang baik dengan laju
pertumbuhan PDB yang tinggi di negaranegara Asia Timur dan Tenggara yang
dikenal dengan sebutan Newly
Industrializing Countries (NICs) seperti
China, Vietnam, dan India.
Kinerja
UMKM mereka sangat efisien, produktif
dan memiliki daya saing global yang tinggi.
UMKM di negara-negara tersebut sangat
responsif terhadap kebijakan-kebijakan
pemerintahnya dalam pembangunan sektor
swasta dan peningkatan pertumbuhan
ekonomi yang beroirentasi ekspor. Di
negara-negara berkembang dengan tingkat
pendapatan menengah dan rendah, peranan
UMKM sangat penting. Di India misalnya,
tahun 2010 UMKM-nya menyumbang
sekitar 32 persen dari nilai total ekspor, dan
40 persen dari nilai output dari sektor
industri manufaktur di negara tersebut.
Amru Sukmajati, SP, MM adalah staf pengajar Program Studi : Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
(STIE) Swasta Mandiri Surakarta. Alamat kantor : Jl. Tejonoto No. 1 Jogosuran Danukusuman Gading Kidul
Surakarta. Telp. (02710 645235
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
975
Amru Sukmajati
Di Indonesia, dilihat dari jumlah
unit usahanya yang sangat banyak di semua
sektor ekonomi dan kontribusinya yang
sangat besar terhadap penciptaan
kesempatan kerja dan sumber pendapatan,
khususnya di daerah pedesaan dan bagi
rumah tangga berpendapatan rendah, tidak
dapat dipungkiri betapa pentingnya
UMKM. Selain itu, selama ini kelompok
usaha tersebut juga berperan sebagai salah
satu penggerak roda pembangunan
ekonomi dan komonitas lokal. Data terakhir
Kementerian Negara Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah menunjukan bahwa
pada tahun 2003, ada sekitar 42,38 juta
dengan tingkat pertumbuhan sampai tahun
2008 hampir 23%. Usaha terebut memiliki
rata-rata penjualan pertahunnya kurang dari
Rp.1 Miliar (Tabel 1.1)
Kemampuan UMKM untuk
menembus pasar global atau meningkatkan
ekspornya atau menghadapi produk-produk
impor di pasar domestik ditentukan oleh
suatu kombinasi antara sejumlah faktor
keunggulan relatif yang dimiliki masingmasing perusahaan atas pesaingpesaingnya. Dalam teori perdagangan
internasional pengertian dari keunggulan
relatif dapat dibedakan menjadi keunggulan
komparatif dan keunggulan kompetitif.
Keunggulan suatu negara atau
industri dalam persaingan global selain
ditentukan oleh keunggulan komparatif
yang dimilikinya yang diperkuat dengan
proteksi atau bantuan dari pemerintah, juga
sangat ditentukan oleh keunggulan
kompetitifnya. Faktor-faktor keunggulan
kompetitif yang harus dimiliki oleh setiap
perusahaan untuk bersaing di pasar dunia
terutama adalah (Halwani, 1993) :
1) Penguasaan Tekhnologi.
2) Sumberdaya manusia (pekerja, manajer)
Tabel 1.1 Jumlah UMKM menurut Sektor di Indonesia 2003 & 2008
976
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha
dengan kualitas tinggi, dan memiliki
etos kerja, kratifitas dan motifasi yang
tinggi.
3) Tingkat efisiensi dan produktifitas yang
tinggi dalam proses produksi.
4) Kualitas serta mutu yang baik dari
barang yang dihasilkan.
5) Promosi yang luas dan agresif.
6) Sistem manajemen dan struktur
organisasi yang baik.
7) Pelayanan tekhnis maupun non tekhnis
yang baik (after sales service).
8) Adanya skala ekonomis dalam prosedur
ekonomi dalam proses produksi.
9) Modal dan sarana serta prasarana yang
lainnya yang cukup.
10) Memiliki jaringan bisnis di dalam dan
terutama diluar negeri yang baik.
11) Proses produksi yang dilakukan dengan
system just in time.
12) Tingkat entrepreneurship yang tinggi.
Dalam perkembangannya, usaha
kecil di Indonesia tidak lepas dari berbagai
macam masalah. Tingkat intensitas dan sifat
dari maslah-masalah tersebut bisa berbeda
tidak hanya menurut jenis produk atau pasar
yang dilayani, tetapi juga berbeda antar
wilayah/ lokasi, antar sentra, antar sektor
atau sub sektor atau jenis kegiatan, dan antar
unit usaha dalam kegiatan atau sektor yang
sama. Namun demikian, ada beberapa
masalah umum yang dihadapi oleh
pengusaha kecil dan menengah seperti
keterbatasan modal kerja, dan atau modal
investasi, kesulitan mendapatkan bahan
baku dengan kualitas yang baik dan harga
terjangkau, keterbatasan tekhnologi, SDM
dengan kualitas yang baik (terutama
manajemen dan tekhnisi produksi),
informasi khususnya pasar, dan kesulitan
dalam pemasaran (termasuk distribusi).
Dari berbgai uraian di atas,
dirumuskan tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh
faktor tingkat pendidikan, jangka
pemasaran, pengalaman usaha, jenis
usaha, dan modal pinjaman terhadap
pendapatan.
2. Untuk mengetahui faktor yang
mendominasi pendapatan pengusaha.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan pendapatan antara pengusaha
yang memasarkan usahanya di dalam
dan di luar kota“
4. Untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan pendapatan pengusaha
menurut jenis usahanya.
5. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh
yang besar terhadap pendapatan yang
menjalani usahanya sebagai pekerjaan
pokok dan pengusaha yang menjalani
usahanya sebagai usaha sampingan
II. KERANGKA PEMIKIRAN
Untuk mewujudkan arah dari
penyusunan penelitian ini, serta
mempermudah dalam penganalisaan
masalah yang dihadapi, kerangka
pemikiran dari penelitian ini adalah:
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
977
Amru Sukmajati
Gambar 1.1 : Kerangka Pemikiran.
Tingkat Pendidikan
Jenis Usaha
Modal Usaha
Pendaapatan
Pengalaman Usaha
Pengusaha
Pemasaran Usaha
Modal pinjaman
Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi tingkat pendapatan
pengusaha kecil dalam asumsi ini adalah
tingkat pendidikan, modal, pengalaman
usaha, jangka pemasaran, dan modal
pinjaman atau kredit. Selain itu faktor lain
yang dapat mempengaruhi tingkat
pendapatan seseorang adalah jenis usaha
yang sedang dilaksanakannya.
III. METODE PENELITIAN
1. Ruang Lingkup Penelitian.
Penelitian ini merupakan studi kasus
di Kota Solo dengan sampel pengusaha
kecil yang berdomisili di Kota Solo.
Sebagai studi kasus, penelitian ini, menurut
Maxfield dalam Nazir, 1998, merupakan
penelitian tentang status subyek penelitian
yang berkenaan dengan fase spesifik dari
keseluruhan personalitas.
978
2. Metode Penarikan Sampel.
Penarikan sampel menggunakan
metode survai, dimana yang menjadi
populasi dari penelitian ini adalah
pengusaha kecil di Kota Solo Teknik
pengambilan sampelnya adalah
Convinience non–probability sampling,
yang berarti peneliti memiliki kebebasan
untuk memilih sampel yang mereka
temukan dan tidak semua anggota populasi
memiliki kemungkinan yang sama untuk
dijadikan sampe (Cooper dan Emory,
1997). Teknik ini lebih sering digunakan
selama tahap eksploratori sebuah proyek
penelitian dan merupakan salah satu cara
terbaik untuk mendapatkan informasi
mendasar secara cepat dan efisien.
Untuk memperoleh data, cara yang
digunakan adalah dengan memberikan
kuesioner kepada para pengusaha kecil di
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha
kota Solo. Dalam pendugaan suatu
proporsi, untuk menentukan besarnya
sample dapat digunakan rumus yang
dikemukakan oleh Cooper .(1997), yaitu :
dimana :
pq = estimasi penyebaran populasi
p = 0,051 = kesalahan proporsi standart
(0,10 /1,96 )
Besar tingkat keyakinan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 95 %
atau taraf signifikasi (α) = 5 %. Karena
populasi tidak diketahui maka rasio pq tidak
pernah dapat melebihi 0.25. apabila kita
tidak mengetahui nilai p maka kita
asumsikan nilai p = 0.5 dan q = (1-0.5) jadi,
maka besarnya sampel (n) yang
akan diambil dalam penelitian ini adalah 97
responden, tetapi dalam kenyataannya
penulis hanya mengambil 50 responden
saja dikarenakan responden mempunyai
sifat mendekati homogen artinya hampir
semua jawaban yang diberikan mendekati
sama baik itu tenaga kerjanya yang berkisar
dari 1 – 5 orang, mempunyai kesulitan atau
permasalahan yang sama yaitu terbatasnya
modal. Ditambah pula pertimbangan waktu
dan biaya.
3. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian tentang analisis
analisis pengaruh faktor sosial ekonomi
terhadap pendapatan
pengusaha ini,
peneliti menggunakan data primer dari
responden dan data sekunder dari Badan
Pusat Statistik (BPS) dan Kementrian
terkait.
Pengumpulan data dalam suatu
penelitian ilmiah dimaksudkan untuk
memperoleh bahan atau data yang relevan,
akurat, dan reliable dengan yang hendak
kita teliti. Oleh karena itu perlu digunakan
metode pengumpulan data yang baik dan
cocok. Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah :
a. Riset lapangan.
Dilakukan dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang telah dirancang
sebelumnya terhadap para pengusaha
kecil.
b. Riset kepustakaan.
Merupakan cara pengumpulan data
dengan jalan studi kepustakaan sesuai
dengan tujuan penelitian.
4. Definisi Operasional Variabel
Untuk memberikan arahan yang jelas
dan tegas mengenai variabel-variabel yang
diteliti, definisi operasional variabel adalah
sebagai berikut:
a. Pendapatan adalah penghasilan yang
diperoleh pengusaha dari hasil penjualan
produk yang diterima setiap bulannya
setelah dikurangi dengan biaya yang
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
979
Amru Sukmajati
dikeluarkan untuk menghasilkan suatu
produk, dihitung dalam rupiah.
b. Jangka Pemasaran adalah jarak
perusahaan dalam memasarkan
usahanya apakah pemasarannya berada
di dalam kota atau di luar kota
c. Tingkat pendidikan adalah jumlah tahun
yang dijalani pengusaha dalam
memperoleh pendidikan formalnya.
d. Pengalaman usaha adalah jumlah tahuh
yang dijalani pengusaha dalam
mengelola usahanya.
e. Modal usaha adalah variabel independen
yang menyatakan besarnya modal yang
ada sekarang yang digunakan untuk
membiayai kegiatan usaha tiap harinya.
Modal disini terdiri dari alat produksi dan
uang dan berasal dari modal sendiri,
diukur dalam rupiah.
f. Modal pinjaman adalah jumlah pinjaman
yang diambil dari kredit perbankan
dalam satuan rupiah dan digunakan
untuk mendukung modal sendiri dalam
menjalankan usaha.
4. Metode Analisis
Metode analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan analisis regresi linier berganda
dengan prosedur OLS (Ordinary Least
Square) dan uji beda dua mean.
1. Analisis Model Regresi Linier Berganda
untuk hipotesis pertama dan kedua.
Y= f(X1, X2, X3, X4,X5)
dimana :
Y = Tingkat Pendapatan
980
X1 = Jumlah tahun menempuh pendidikan.
X2 = Jumlah tahun pengalaman usaha.
X3 = Jangka Pemasaran
X4 = Modal usaha.
X5 = Modal Pinjaman atau kredit.
Dari fungsi tersebut kemudian
diturunkan menjadi persamaan regresi
sebagai berikut :
Selanjutnya dengan menggunakan
Ordinary least Square (OLS) akan diperoleh
koefisien regresi dari masing-masing
variabel. Dari masing-masing koefisien
regresi tersebut dilakukan pengujian. Untuk
menguji hipotesis tersebut, peneliti
menggunakan uji t, uji F dan uji Diagnostik.
a. Uji t
Uji t statistik ini bertujuan untuk
mengetahui besarnya pengaruh masingmasing variable independen terhadap
variable dependent secara dua sisi (two
tail). Tahapannya adalah:
1) Menentukan Hipotesisnya :
2) Menentukan nilai a
3) Melakukan Penghitungan nilai t
sebagai berikut :
- t tabel= α/ 2 (N-K)………. (1.2)
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha
Dimana :
a = derajat signifikasi.
N = jumlah data
K = jumlah parameter dalam model
termasuk konstanta
dependent. Tahapannya adalah :
1) Menentukan Hipotesis :
Ho =a 1 =a 2 =a 3 … =a 5 = 0
Ho ≠α
a 2 ≠α
2≠
3 … ≠α
5≠
2) Menentukan nilai a
3) Melakukan penghitungan nilai F
hitung :
-t hitung=βI/Se (β1) ……(1.3)
Dimana :
ß1 = Koefisien regresi variabel ke- i.
Se = Standart Error.
- F tabel
Fα ; (N – K) ; (K-1)
Dimana :
a = derajat signifikansi.
N = jumlah data.
K = jumlah parameter dalam model
termasuk Konstanta
4) Kriteria Pengujian.
- F hitung, rumusnya :
R2 /(k −
1)
F =2
(1 −
R )/ N −
k
Ho diterima apabila -t /2 t t /2
Ho ditolak apabila t < -t /2 atau t > t /2
5) Kesimpulan.
a) Jika t hitung < t tabel, maka Ho
diterima dan ha ditolak artinya
koefisien regresi variabel independen tidak mempengaruhi variabel
dependent secara signifikan.
di mana :
R2 = koefisien determinasi
K = jumlah variabel independen
N = jumlah sampel
4) Kriteria pengujian.
b) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
dan Ha diterima artinya koefisien
regresi variabel independen
mempengaruhi variabel dependent
secara signifikan.
Fα; (N-K) ; (K-1)
b . Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui
pengaruh dari variabel-variabel independen
secara keseluruhan terhadap variabel
Ho diterima apabila F hitung < F tabel
Ho ditolak apabila F hitung > F tabel
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
981
Amru Sukmajati
5) Kesimpulan.
a) Jika nilai F hitung < F tabel, maka
Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
koefisien regresi variabel
independen secara bersama-sama
tidak mempengaruhi variabel
dependen secara signifikan.
b) Jika nilai F hitung > F tabel, maka
Ho ditolak dan Ha diterima, artinya
koefisien regresi variabel
independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen
secara signifikan.
c. Koefisien Determinasi (R2).
Untuk mengetahui seberapa besar
variasi variabel dependen dapat
dijelaskan oleh variasi variabel
independen. Semakin besar R 2
menunjukan bahwa estimasi akan
semakin mendekati kenyataan yang
sebenarnya.
Rumusnya :
regresi harus memenuhi kaidah Best
Linear Unbiased Estimator (BLUE),
karena hal ini merupakan suatu tanda
terdapat atau tidaknya suatu gangguan
yang serius terhadap asumsi dalam
metode OLS itu (Gujarati, 1999) . Uji
Asumsi Klasik tersebut antara lain
pengujian terhadap masalah multikolineritas, heteroskedastisitas, dan
autokorelasi.
1) Multikolinearitas
Salah satu dari asumsi model
regresi linear klasik adalah bahwa
tidak terdapat masalah
multikolinearitas di antara variabel
yang menjelaskan yang termasuk
dalam model. Multikolinearitas
sendiri mempunyai arti adanya
hubungan linear yang sumpurna atau
pasti antara beberapa atau semua
variabel yang menjelaskan dalam
model regresi (Gujarati, 1999). Jika
dalam model terdapat masalah
multikolinearitasmaka model tersebut
memiliki kesalahan standar yang besar
sehingga koefisien tidak dapat ditaksir
dengan ketepatan yang tinggi. Salah
satu cara untuk mendeteksi ada
tidaknya masalah multikolinearitas
adalah dengan menggunakan metode
korelasi parsial (examination of
partial correlation), yaitu dengan
membandingkan R 2 (koefisien
determinasi) regresi awal dengan r2
parsial (korelasi determinasi antar
variabel independen). Bila r2 < R2,
( n∑
xy −
x∑
y)2
∑
R =
2
2
2
n∑
−
(
x
)
n
−
(∑
y) 2
∑
∑
x
y
2
(1.6)
Dimana : Nilai R2 adalah 0 < R2 < 1
d. Uji Asumsi Klasik.
Syarat yang harus dipenuhi dalam
regresi yang telah dilakukan adalah
bahwa penaksir kuadrat terkecil biasa
(Ordinary Least Square) dari koefisien
982
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha
maka tidak terdapat multikolinearitas
dan begitu pula sebaliknya. Untuk
memperlihatkan ada atau tidaknya
masalah,
2) Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi penting dari
model regresi linier klasik adalah
bahwa gangguan (disturbance) ut yang
muncul dalam fungsi regresi adalah
homoskedastik, atau semua gangguan
tadi memiliki varians yang sama
(Gujarati, 1999). Heteroskedastisitas
menyebabkan penaksir OLS tidak
efisien baik dalam sampel besar
maupun kecil, walaupun masih tetap
tidak bias dan konsisten. Salah satu
cara untuk mengujinya adalah dengan
menggunakan uji Park, yaitu dengan :
a) Melakukan regresi terhadap model
yang disusun, kemudian dilihat nilai
residualnya.
b) Melakukan regresi terhadap nilai
residualnya yang telah dikuadratkan dan telah di log-kan sebagai
variabel dependen terhadap semua
variabel independen.
c) Kemudian dilihat nilai probabilitas
t statistiknya.
Dengan derajat keyakinan (α) tertentu,
maka :
=
Jika probalitas t statatistik < α , maka
signifikan ada masalah
heteroskedastisitas.
=
Jika probalitas t statistik > α , maka
tidak signifikan ada masalah
heteroskedastisitas atau berarti
homoskedastisitas.
3) Autokorelasi
Autokorelasi merupakan suatu
asumsi penting dari model linear klasik.
Hal ini menandakan suatu kondisi yang
berurutan diantara gangguan atau
disturbansi ui yang masuk ke dalam
fungsi regresi populasi. Autokorelasi
didefinisikan sebagai korelasi antara
anggota serangkaian observasi yang
diurutkan menurut waktuatau ruang.
Dalam hal ini asumsinya adalah
autokorelasi tidak terdapat dalam
disturbansi atau gangguan ui. (Gujarati,
1999).
Adanya Autokorelasi antar
variabel gangguan menyebabkan
penaksir tidak lagi efisien. Selang
keyakinannya menjadi lebar dan
pengujian arti (signifikan) kurang kuat.
Bahkan pengujian t dan F tidak lagi sah
dan jika diterapkan nampaknya
memberikan kesimpulan yang
menyesatkan secara serius mengenai arti
secara statistik dari koefisien regresi
yang ditaksir (Gujarati, 1999). Salah satu
pengujian terhadap gejala autokorelasi
dilakukan dengan :
=
Menggunakan angka Durbin-Watson
(DW) yang diperoleh dari rumus:
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
d=
(Uˆ −
Uˆ )
∑
Uˆ
∑
(1.7)
t=
n
t=
2
t
2
t−
1
2
t=
n
t=
1 t
983
Amru Sukmajati
=
Kemudian dibandingkan dengan
angka DW dalam tabel dengan
αa=1 % .
l
Angka dalam tabel menunjukkan
nilai distribusi antara batas bawah
(dl) dan batas atas (du).
Kriteria Pengujiannya adalah sebagai
berikut :
0 < d < dl = Menunjukan autokorelasi
positif.
dl < d < du= Tidak dapat disimpulkan.
du < d < 4 – du = Tidak terdapat
Autokorelasi.
4 – du < d < 4 – dl= Tidak dapat
disimpulkan.
4 – dl < d < 4 = Menunjukan
Autokorelasi Negatif.
2. Uji hipotesis beda dua mean untuk
hipotesis, ketiga,
keempat, dan
kelima.
984
Langkah – langkah dalam pengujian
hipotesis :
1) Formulasi H0 dan H1
a) H0 : 1 = 2 atau ( 1 - 1 ) = 0
H1 : 1 2 atau ( 1 - 2 ) 0
b) H0 : 1 = 2 atau ( 1 - 2 ) = 0
H1 : 1 > 2 atau ( 1 - 2 ) > 0
c) H0 : 1 = 2 atau ( 1 - 2 ) = 0
H1 : 1 < 2 atau ( 1 - 2 ) < 0
Menentukan alternatif pengujian :
Formulasi a digunakan untuk
pengujian dua sisi.
Formulasi b digunakan untuk
pengujian satu sisi kanan.
Formulasi C digunakan untuk
pengujian satu sisi kiri.
2) Menentukan level of significance (α).
3) Rule of the test.
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha
a).
Ho diterima apabila : - Z/2 < Z < Z/2
Ho ditolak apabila : Z > Z/2 atau Z < - Z/2
b).
c).
IV. HIPOTESIS
Hipotesis merupakan anggapan
sementara yang masih memerlukan
pengujian. Sehingga tujuan dari proses
penelitian dapat dicapai seperti apa yang
diharapkan peneliti.
Adapun hipotesis yang akan diuji
kebenarannya oleh peneliti adalah sebagai
berikut :
1. Ada pengaruh positif yang diduga
berasal dari faktor tingkat pendidikan,
pemasaran usaha, pengalaman usaha,
modal usaha dan modal pinjaman
terhadap pendapatan pengusaha.
2. Faktor modal pinjaman yang diduga
mempunyai pengaruh yang besar
terhadap pendapatan pengusaha kecil.
3. Ada perbedaan terhadap tingkat
pendapatan antara pengusaha yang
memasarkan usahanya di dalam kota
dengan di luar kota.
4. Tidak ada perbedaan terhadap tingkat
pendapatan berdasarkan jenis usahanya.
5. Ada pengaruh antara pengusaha yang
menganggap usahanya sebagai usaha
pokok dengan pengusaha yang
menganggap usahanya sebagai usaha
sampingan.
4) Perhitungan nilai Z
(1.8)
5) Kesimpulan: Ho diterima atau ditolak.
V. ANALISIS DATA DAN
PEMBAHASAN
Untuk menguji hipotesis dalam
penelitian ini, dipakai metode analisis, yang
diterapkan pada data yang dikumpulkan
dari lapangan. Jumlah sampel dalam
penelitian yang digunakan sebanyak 50
responden. Model analisis yang digunakan
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
985
Amru Sukmajati
adalah analisis regresi linier berganda dan
analisis uji beda dua mean.
A. Deskripsi Karakteristik Responden
1. Usia Responden
Dari 50 responden yang diambil, ratarata berusia 39 tahun. Responden yang
paling muda berusia 24 tahun dan yang
paling tua berusia 68 tahun. Dilihat dari
distribusinya, yang terbesar berusia antara
30 - 39 tahun, yaitu 18 orang ( 36 % dari
responden). Sedangkan terkecil berusia
antara 60 – 69 tahun yaitu sebesar 6 % (3
responden).
Tabel 4.1.
Distribusi Frekwensi Usia Responden
Tabel 4.2.
Distribusi Frekwensi Pendidikan Responden
3. Status Pekerjaan
Variabel status pekerjaan bermaksud
untuk menggambarkan bagaimana posisi
usaha dari responden. Apakah dianggap
sebagai usaha/ pekerjaan pokok, atau hanya
sebagai usaha/pekerjaan sampingan.
Tabel 4.3.
Distribusi Frekwensi Status Pekerjaan
Responden
Sumber : Hasil Pengolahan data dari lapangan, 2011.
2. Tingkat Pendidikan
Variabel tingkat pendidikan
merupakan variabel yang cukup penting
dalam menggambarkan bagaimana tingkat
pengetahuan dan ketajaman dalam
membaca peluang. Dimana semakin tinggi
tingkat pendidikan yang diperoleh akan
lebih mudah menerima dan memahami
informasi.
986
4. Jenis Usaha
Variabel jenis usaha ini
menggambarkan bagaimana distribusi
bidang-bidang atau jenis usaha dari
responden yang diteliti. Dimana dalam
quesioner diberikan enam opsi jawaban.
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha
Yaitu jenis usaha Kerajinan, Makanan/
Minuman, Konveksi, Logam, Meubel dan
Lainnya.
Tabel 4.4.
Distribusi Frekwensi Jenis Usaha
Responden
Kerajinan
Makanan/
Minuman
Konveksi
Logam
Meubel
Lainnya
2
0
4%
0%
1
0
5
42
2%
0%
10 %
84 %
5. Lama Usaha
Tingkat keberhasilan seorang
pengusaha juga bisa dilihat dari
pengalaman usahanya selama ini. Variabel
Lama usaha disini menyatakan sudah
berapa lama seorang pengusaha menekuni
bidang usahanya tersebut.
Tabel 4.5.
Distribusi Frekwensi Lama Usaha
Responden
6. Jangkauan Pemasaran
Penelitian ini juga meninjau
jangkauan daerah pemasaran dari
pengusaha. Karena hal ini juga cukup
berpengaruh dalam menentukan
perkembangan usahanya kedepan.
Tabel 4.6
Distribusi Frekwensi Jangkauan
Pemasaran Responden
Kerajinan
Makanan/
Minuman
Konveksi
Logam
Meubel
Lainnya
2
0
4%
0%
1
0
5
42
2%
0%
10 %
84 %
6. Jangkauan Pemasaran
Penelitian ini juga meninjau
jangkauan daerah pemasaran dari
pengusaha. Karena hal ini juga cukup
berpengaruh dalam menentukan
perkembangan usahanya kedepan.
Tabel 4.6
Distribusi Frekwensi Jangkauan
Pemasaran Responden
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
987
Amru Sukmajati
7. Modal Usaha
Modal merupakan faktor
(komponen) penting dalam memulai dan
mengembangkan usaha. Dalam hal ini
modal usaha adalah nominal uang yang
dikeluarkan langsung oleh pengusaha.
Tabel 4.7
Distribusi Frekwensi Modal Usaha
Responden
20
19
11
Tabel 4.9
Distribusi Frekwensi Pendapatan
Bersih Responden
Pendapatan
Bersih
Modal
Usaha
< 50.000.000
50.000.000 s/d
150.000.000
> 150.000.000
9. Pendapatan
Hasil penelitian mengenai
pendapatan pengusaha di Kota Solo yang
dalam hal ini, yang dipakai adalah besar
pendapatan bersih.
< 1.000.000
1.000.000 s/d
2.000.000
> 2.000.000
40 %
38 %
13
20
26 %
40 %
17
34 %
22 %
8. Modal Pinjaman (Kredit)
Komponen modal yang lain, selain
modal usaha sendiri adalah dari pinjaman
(kredit). Hal ini dapat diperoleh dari pihak
ketiga, baik perorangan maupun lembaga
keuangan.
B. Hasil Analisis Regresi
Analisis Regresi sederhana
digunakan untuk menguji Hipotesis yang
pertama, yaitu mengenai dugaan adanya
pengaruh
positif dari faktor tingkat
pendidikan, jangka pemasaran,
pengalaman usaha, modal usaha dan modal
pinjaman terhadap pendapatan pengusaha.
Tabel 4.8
Distribusi Frekwensi Modal
Pinjaman (Kredit) Responden
Modal Kredit
< 50.000.000
50.000.000 s/d
150.000.000
988
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha
Tabel 4.10.Hasil Analisis Regresi
Coefficients a
Standardized
Coefficient
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
416498.361
Std. Error
251455.886
Beta
t
1.656
Sig.
.105
X1 Tahun Pendidikan
33217.011
18173.481
.171
1.828
.074
X2 Pengalaman Usaha
26472.447
10963.049
.287
2.415
.020
(Constant)
X3 Modal Usaha
X4 Pemasaran
2.524E-03
.001
.240
2.234
.031
309870.278
146611.096
.213
2.114
.040
9.905E-03
.003
.313
2.982
.005
X5 Kredit
a. Dependent Variable: Y Pendapatan Bersih
Hasil estimasi dari model regresi
pada tabel IV.10., dapat disusun ke dalam
persamaan sebagai berikut :
Y = 416498,361 + 33217,011X 1 +
26472,447X 2 + 0,002524X 3 +
309870,278 X4 + 0,009905 X5 + ut
Keterangan :
Y = Pendapatan Bersih Usaha
X1 = Tahun Pendidikan
X2 = Pengalaman Usaha
X3 = Modal Usaha Sendiri
X4= Jangkauan Pemasaran
X5= Modal Pinjaman (Kredit)
ut = Variabel gangguan
Besarnya pengaruh variabel
independen yaitu tahun pendidikan,
pengalaman usaha, modal usaha Sendiri,
jangkauan pemasaran dan modal pinjaman
terhadap variabel pendapatan bersih usaha
sebagai variabel dependen ditunjukkan
Sumber : Hasil Analisis Regresi dengan SPSS.
oleh besarnya koefisien regresi dari
masing-masing variabel independen.
1. Uji Statistik T-test
Uji ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh dari masing-masing variabel
independen dalam mempengaruhi variabel
dependen. Dimana hasilnya:
a) Variabel Tingkat Pendidikan
Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh
nilai probabilitas t statistik variabel ini
sebesar 0,074 yang berarti tidak
signifikan pada tingkat signifikan 5 %
(0,05). Oleh karena itu variabel tingkat
pendidikan dikatakan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan dalam
memperbesar tingkat pendapatan
pengusaha.
b)Variabel Lama Usaha
Variabel lama usaha bila dilihat dari
nilai probabilitas t statistiknya, yaitu
sebesar 0,020 yang berada dibawah
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
989
Amru Sukmajati
tingkat signifikan 5%. Ini berarti
variabel lama usaha memiliki pengaruh
yang siginifikan dalam memperbesar
tingkat pendapatan pengusaha.
sebesar 0,005 yang berarti secara
signifikan mempengaruhi peningkatan
variabel pendapatan bersih sampai pada
tingkat signifikansi 5 %.
c) Variabel Modal Usaha
Variabel modal usaha ini memiliki nilai
probabilitas t statistik sebesar 0,031
yang berarti signifikan pada tingkat
signifikan 5%. Hal ini berarti variabel
ini secara signifikan berpengaruh dalam
meningkatkan pendapatan pengusaha.
2. Uji Statistik F-test
Dari hasil perhitungan model regresi,
diperoleh nilai probabilitas tingkat
signifikan dari F statistik sebesar 0,000.
Maka dengan membandingkan antara
probabilitas F statistik dengan tingkat α = 5
% dapat diketahui bahwa probabilitas F
stats < α (0,05). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara statistik semua
koefisien elastisitas dalam hasil regresi
tersebut signifikan, bahkan sampai pada
tingkat α = 0,01.
d) Variabel Jangkauan Pemasaran
Variabel jangkauan pemasaran nilai
probabilitas t statistiknya sebesaar
0,040 yang berarti signifikan pada
tingkat signifikansi 5 %. Artinya
variabel ini memiliki pengaruh yang
signifikan dalam meningkatkan
pendapatan pengusaha.
e) Variabel Modal Pinjaman (Kredit)
Variabel modal pinjaman (kredit) disini
memiliki nilai probabilitas t statistik
990
3. Nilai Koefisien Determinasi (R2)
Berdasarkan tabel 4.11. diperoleh
hasil bahwa nilai Adjusted R Square
sebesar 0,638. Yang berarti 63,8 % variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabelvariabel independen. Sedangkan sisanya
46,2 % tidak dapat dijelaskan.
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha
4. Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik ini antara lain
pengujian terhadap masalah
Multikolinearitas, dan Heteroskedastisitas
dan Autokorelasi.
a. Multikolinearitas
Untuk memperlihatkan ada atau
tidaknya masalah multikolinearitas
dalam model tersebut, dapat dilihat
dalam tabel 4.12 berikut ini.
Dari hasil pengolahan matriks korelasi
dengan menggunakan program
pengolah statistik SPSS diatas,
kemudian dicari nilai Adjusted r2 untuk
masing-masing korelasi, dan
dibandingkan dengan nilai Adjusted R2
dari hasil regresi awal, yang hasilnya
sebagaimana tabel 4.13 berikut ini.
Sumber : Print out SPSS, diolah.
Tabel. 4.13.Hasil Perhitungan Uji Multikolinearitas
Sumber : Print out SPSS, diolah.
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
991
Amru Sukmajati
Dari hasil pengujian diperoleh hasil
bahwa semua variabel dalam model
tersebut tidak terkena masalah
multikolinearitas.
b. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menyebabkan
penaksir OLS tidak efisien baik dalam
sampel besar maupun kecil, walaupun
masih tetap tidak bias dan konsisten.
Salah satu cara untuk mengujinya
adalah dengan menggunakan uji Park,
yaitu dengan :
S
Melakukan regresi terhadap model
yang disusun, kemudian dilihat nilai
residualnya.
S
Melakukan regresi terhadap nilai
residualnya yang telah dikuadratkan
dan telah di log-kan sebagai variabel
dependen terhadap semua variabel
independen.
S
Kemudian dilihat nilai probabilitas t
statistiknya.
Dengan derajat keyakinan (α)
tertentu, maka :
Jika probalitas t statatistik < α , maka
signifikan ada masalah
992
heteroskedastisitas.
Jika probalitas t statistik > α , maka
tidak signifikan ada masalah
heteroskedastisitas atau berarti
homoskedastisitas.
Ada atau tidaknya masalah
heteroskedastisitas dalam model dapat
diketahui dari hasil pengujian yang
telah tersusun dalam tabel 4.14 .
Dari hasil pengujian heteroskedastisitas
pada model tersebut, dengan
menggunakan derajat keyakinan 95 %
atau dengan α = 5 % menunjukkan
bahwa
tidak ditemukan masalah
heteroskedastisitas.
c. Autokorelasi
Salah satu pengujian terhadap gejala
autokorelasi dilakukan dengan :
v
Menggunakan angka Durbin-Watson
(DW) yang diperoleh dari rumus:
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha
v
Kemudian dibandingkan dengan
angka DW dalam tabel dengan
α=1%. A n g k a d a l a m t a b e l
menunjukkan nilai distribusi antara
batas bawah (dl) dan batas atas (du).
Kriteria pengujiannya adalah sebagai
berikut :
0 < d < dl = menunjukkan autokorelasi positif
dl < d < du = tidak dapat disimpulkan
du < d < 4-du= tidak terdapat autokorelasi
4-du < d < 4-dl = tidak dapat disimpulkan
4-dl< d < 4 = menunjukkan autokorelasi negatif
Setelah dilakukan pengujian, diperoleh
nilai Durbin-Watson sebesar 1,834
sedangkan untuk N=50 dan 5 variabel
yang menjelaskan, nilai kritis dl dan du
pada tingkat signifikansi 5 % atau 0,05
adalah dl = 1,335 dan du = 1,771.
Hipotesisnya, Ho adalah dua ujungnya
tidak ada serial autokorelasi baik positif
ataupun negatif. Karena ternyata nilai d
sebesar 1,834 berada di daerah tidak
terdapat autokorelasi, maka dapat
disimpulkan bahwa model dalam
penelitian tidak terkena masalah
autokorelasi.
Setelah dilakukan uji asumsi klasik
(Multikolinearitas, Heteroskedastisitas,
dan Auokorelasi) dapat diketahui
bahwa penaksir dalam penelitian ini
semuanya memenuhi syarat BLUE
(Best Linear Unbiased Estimator),
karena seluruh variabel telah terlepas
dari masalah-masalah uji asumsi klasik.
C. Hasil Analisis Uji Beda Dua Rata-rata
Untuk menguji Hipotesis Ketiga,
Keempat dan Kelima digunakan
Analisis Uji Beda Dua Mean (Ratarata).
1. Hipotesis Ketiga yaitu dugaan adanya
perbedaan terhadap tingkat pendapatan
antara pengusaha yang memasarkan
usahanya di dalam kota dengan di luar
kota.
Berdasarkan hasil pengolahan data
statistik, diperoleh hasil bahwa terdapat
perbedaan antara rata-rata pendapatan
pengusaha yang memasarkan usahanya
di dalam kota dengan di luar kota,
dimana pengusaha yang memasarkan di
luar kota memiliki rata-rata pendapatan
bersih usaha yang lebih besar
dibandingkan dengan pengusaha yang
hanya memasarkan di dalam kota.
Tetapi kalau kita melihat dari tingkat
signifikasinya sebesar 0.296 dan kita
bandingkan dengan tingkat
kepercayaan (α) sebesar 5 % maka tidak
ada perbedaan yang mempengaruhi
tingkat pendapatan pengusaha yang
memasarkan usahanya di dalam kota
dengan di luar kota. Sehingga hiopetis
ke tiga tidak terbukti.
2. Hipotesis Keempat yaitu dugaan tidak
adanya perbedaan terhadap tingkat
pendapatan berdasarkan jenis usahanya.
Berdasarkan hasil pengolahan data,
diperoleh hasil bahwa terdapat rata-rata
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
993
Amru Sukmajati
pendapatan bersih usaha antara
pengusaha dari jenis pedagang barang
dengan pengusaha jasa. Dimana pada
pengusaha dari jenis pedagang barang
memperoleh pendapatan bersih yang
lebih tinggi dibandingkan pengusaha
jasa. Tetapi kalau kita melihat dari
tingkat signifikasinya sebesar 0.245 dan
kita bandingkan dengan tingkat
kepercayaan (α) sebesar 5 % maka tidak
ada perbedaan yang mempengaruhi
tingkat pendapatan pengusaha
berdasarkan jenis usahanya. Maka
hipotesis keempat ini terbukti.
3. Hipotesis Kelima yaitu dugaan adanya
pengaruh antara pengusaha yang
menganggap usahanya sebagai usaha
pokok dengan pengusaha yang
menganggap usahanya sebagai usaha
sampingan.
Dari hasil pengolahan data statistik
diperoleh hasil bahwa: rata-rata
pendapatan bersih usaha dari pengusaha
yang menganggap usahanya sebagai
usaha pokok berbeda dengan pengusaha
yang menganggap usahanya sebagai
usaha sampingan. Dimana pengusaha
yang menganggap usahanya sebagai
usaha pokok memiliki rata-rata
pendapatan bersih usaha yang lebih
besar dibandingkan pengusaha yang
hanya menganggap usahanya sebagai
usaha sampingan. Tetapi kalau kita
melihat dari tingkat signifikasinya
sebesar 0.211 dan kita bandingkan
dengan tingkat kepercayaan (α) sebesar
5 % maka tidak ada perbedaan yang
994
mempengaruhi tingkat pendapatan
pengusaha yang menganggap usahanya
sebagai usaha sampingan dengan
pengusaha yang menganggap usahanya
sebagai usaha pokok.
VI. KESIMPULAN
Dugaan adanya pengaruh positif dari
variabel-variabel tingkat pendidikan,
jangkauan pemasaran, modal usaha,
pengalaman usaha dan modal pinjaman
(kredit) terhadap pendapatan bersih usaha,
tidak terbukti. Karena satu variabelnya
tidak terbukti secara signifikan, yaitu
variabel tingkat pendidikan. Hal ini
dikarenakan, bahwa dalam dunia usaha
faktor bakat, ketrampilan usaha, dan
pengalaman bahkan mungkin faktor
keturunan yang lebih berpengaruh.
Sedangkan empat variabel independen
lainnya (jangkauan pemasaran, modal
usaha, lama usaha dan modal pinjaman)
memiliki pengaruh yang signifikan dan
positif terhadap pendapatan bersih usaha.
faktor modal pinjaman (kredit)
sebagai variabel yang paling berpengaruh
terhadap tingkat pendapatan usaha, juga
tidak sepenuhnya benar. Karena
berdasarkan hasil regresi data, diperoleh
bahwa variabel jangkauan pemasaran yang
memiliki pengaruh yang paling tinggi.
Namun diantara variabel kuantitatif yang
ada (modal usaha dan modal pinjaman),
maka pengaruh variabel modal pinjaman
adalah yang paling besar.
perbedaan tingkat pendapatan antara
pengusaha yang memasarkan usahanya di
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha
dalam kota dengan di luar kota, tidak
terbukti dalam penelitian ini. Hal ini dilihat
dari tingkat signifikasinya yang lebih besar
dari tingkat kepercayaan (α).
Tidak ada perbedaan tingkat
pendapatan berdasarkan jenis usahanya,
antara yang bergerak dalam bidang jasa dan
perdagangan. Juga tidak ada perbedaan
pendapatan anatar pengusaha yang
menganggap usahanya sebagai usaha
pokok dengan pengusaha yang
menganggap usahanya sebagai usaha
sampingan.
REFERENSI
Buchari Alma, 1992, Manajemen pemasaran dan Pemasaran Jasa, Alfa, Bandung.
Damodar Gujarati,1991, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta.
Dominick Salvatore,1993, Teori Mikro Ekonomi, Edisi 2, Erlangga, Jakarta.
Faried Wijaya, 1990, Ekonomi Makro, Penerbit BPFE,Yogyakarta.
Hasanudin Rahman,1995, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di
Indonesia, PT Citra aditya Bakti, Bandung .
Irawan dan M. Suparmoko,1992,Ekonomi Pembangunan, Edisi kelima,
BPFE,Yogyakarta.
Hendra Halwani,1993, Perdagangan Internasional: Pendekatan Ekonomi Mikro dan
Makro,Ghalia Indonesia, Bogor.
Lempelius, Christian dan Gert Thoma,1979,"Industri kecil dan kerajinan
rakyat”Pendekatan kebutuhan pokok, LIPI, Jakarta.
Masykur Wiratmo, 1992,Ekonomi Pembangunan”Ikhtisiar teori, masalah dan
kebajikan”, Edisi 1, Media Widya Mandala,Yogyakarta.
Mudrajad Kuncoro,1997, Ekonomi Pembangunan”Teori, masalah dan
kebajikan”,Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,Yogyakarta .
M. Suparmoko, 1997, Metode Penelitian Praktis, Edisi Ketiga, BPFE Yogyakarta.
Pangestu Subagyo, 1994, Statistik Induktif, Edisi Keempat, BPFE Yogyakarta.
Paul A Samuelson dan William D Nordhaus,1993, Mikro Ekonomi, Edisi 14, Erlangga,
Jakarta.
Payaman J Simanjuntak,1985, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, LPEUI,
Jakarta.
Sudarsono, 1982, Pengantar Ekonomi Mikro, LP3ES, Jakarta.
Soekartawi, 1994, Teori Ekonomi Produksi, Jakarta, PT Raja Grafindo.
Thomas Suyatno, 1995, Dasar-dasar Perkreditan, Edisi keempat,STIE Perbanas, Jakarta.
Tulus T.H.Tambunan,2002,Usaha kecil dan menengah di Indonesia”Beberapa isu
penting”, Salemba Empat, Jakarta.
Yudo Swasono dan Endang Sulistyaningsih,1983, Metode Perencanaan Tenaga Kerja,
Penerbit BPFE, Yogyakarta.
MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011
995
Download