ANALISIS PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA Amru Sukmajati STIE Swasta Mandiri Surakarta ABSTRACT Jobs that become more difficult nowadays causing socioeconomic problem for the people. The increase in unemployment will cause a burden to the government and of course disrupt stability of the socioeconomic. Higher education does not guarantee a person becomes easy to get a job moreover the majority people of Indonesia are poorly educated. One solution to overcome this problem is Micro Small and Medium Enterprise (UMKM). In many countries, UMKM proved capable of providing jobs. Many factor can affect the success of the UMKM enterpreneurs, which are often judged by the level of income. This research will explore socioeconomic factors that can effect any income level of the UMKM enterpreneurs. In subsequent research will be discussed how to manage UMKM so that this enterprise can be run by anyone and may alleviate unemployment. Keywords: Micro Small and Medium Enterprise (UMKM), socioeconomic I. PENDAHULUAN Perkembangan dan pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu penggerak bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di banyak negara. Salah satu karakteristik dari dinamika dan kinerja ekonomi yang baik dengan laju pertumbuhan PDB yang tinggi di negaranegara Asia Timur dan Tenggara yang dikenal dengan sebutan Newly Industrializing Countries (NICs) seperti China, Vietnam, dan India. Kinerja UMKM mereka sangat efisien, produktif dan memiliki daya saing global yang tinggi. UMKM di negara-negara tersebut sangat responsif terhadap kebijakan-kebijakan pemerintahnya dalam pembangunan sektor swasta dan peningkatan pertumbuhan ekonomi yang beroirentasi ekspor. Di negara-negara berkembang dengan tingkat pendapatan menengah dan rendah, peranan UMKM sangat penting. Di India misalnya, tahun 2010 UMKM-nya menyumbang sekitar 32 persen dari nilai total ekspor, dan 40 persen dari nilai output dari sektor industri manufaktur di negara tersebut. Amru Sukmajati, SP, MM adalah staf pengajar Program Studi : Akuntansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Swasta Mandiri Surakarta. Alamat kantor : Jl. Tejonoto No. 1 Jogosuran Danukusuman Gading Kidul Surakarta. Telp. (02710 645235 MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 975 Amru Sukmajati Di Indonesia, dilihat dari jumlah unit usahanya yang sangat banyak di semua sektor ekonomi dan kontribusinya yang sangat besar terhadap penciptaan kesempatan kerja dan sumber pendapatan, khususnya di daerah pedesaan dan bagi rumah tangga berpendapatan rendah, tidak dapat dipungkiri betapa pentingnya UMKM. Selain itu, selama ini kelompok usaha tersebut juga berperan sebagai salah satu penggerak roda pembangunan ekonomi dan komonitas lokal. Data terakhir Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah menunjukan bahwa pada tahun 2003, ada sekitar 42,38 juta dengan tingkat pertumbuhan sampai tahun 2008 hampir 23%. Usaha terebut memiliki rata-rata penjualan pertahunnya kurang dari Rp.1 Miliar (Tabel 1.1) Kemampuan UMKM untuk menembus pasar global atau meningkatkan ekspornya atau menghadapi produk-produk impor di pasar domestik ditentukan oleh suatu kombinasi antara sejumlah faktor keunggulan relatif yang dimiliki masingmasing perusahaan atas pesaingpesaingnya. Dalam teori perdagangan internasional pengertian dari keunggulan relatif dapat dibedakan menjadi keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan suatu negara atau industri dalam persaingan global selain ditentukan oleh keunggulan komparatif yang dimilikinya yang diperkuat dengan proteksi atau bantuan dari pemerintah, juga sangat ditentukan oleh keunggulan kompetitifnya. Faktor-faktor keunggulan kompetitif yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan untuk bersaing di pasar dunia terutama adalah (Halwani, 1993) : 1) Penguasaan Tekhnologi. 2) Sumberdaya manusia (pekerja, manajer) Tabel 1.1 Jumlah UMKM menurut Sektor di Indonesia 2003 & 2008 976 MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha dengan kualitas tinggi, dan memiliki etos kerja, kratifitas dan motifasi yang tinggi. 3) Tingkat efisiensi dan produktifitas yang tinggi dalam proses produksi. 4) Kualitas serta mutu yang baik dari barang yang dihasilkan. 5) Promosi yang luas dan agresif. 6) Sistem manajemen dan struktur organisasi yang baik. 7) Pelayanan tekhnis maupun non tekhnis yang baik (after sales service). 8) Adanya skala ekonomis dalam prosedur ekonomi dalam proses produksi. 9) Modal dan sarana serta prasarana yang lainnya yang cukup. 10) Memiliki jaringan bisnis di dalam dan terutama diluar negeri yang baik. 11) Proses produksi yang dilakukan dengan system just in time. 12) Tingkat entrepreneurship yang tinggi. Dalam perkembangannya, usaha kecil di Indonesia tidak lepas dari berbagai macam masalah. Tingkat intensitas dan sifat dari maslah-masalah tersebut bisa berbeda tidak hanya menurut jenis produk atau pasar yang dilayani, tetapi juga berbeda antar wilayah/ lokasi, antar sentra, antar sektor atau sub sektor atau jenis kegiatan, dan antar unit usaha dalam kegiatan atau sektor yang sama. Namun demikian, ada beberapa masalah umum yang dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah seperti keterbatasan modal kerja, dan atau modal investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dan harga terjangkau, keterbatasan tekhnologi, SDM dengan kualitas yang baik (terutama manajemen dan tekhnisi produksi), informasi khususnya pasar, dan kesulitan dalam pemasaran (termasuk distribusi). Dari berbgai uraian di atas, dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor tingkat pendidikan, jangka pemasaran, pengalaman usaha, jenis usaha, dan modal pinjaman terhadap pendapatan. 2. Untuk mengetahui faktor yang mendominasi pendapatan pengusaha. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pendapatan antara pengusaha yang memasarkan usahanya di dalam dan di luar kota“ 4. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pendapatan pengusaha menurut jenis usahanya. 5. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang besar terhadap pendapatan yang menjalani usahanya sebagai pekerjaan pokok dan pengusaha yang menjalani usahanya sebagai usaha sampingan II. KERANGKA PEMIKIRAN Untuk mewujudkan arah dari penyusunan penelitian ini, serta mempermudah dalam penganalisaan masalah yang dihadapi, kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah: MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 977 Amru Sukmajati Gambar 1.1 : Kerangka Pemikiran. Tingkat Pendidikan Jenis Usaha Modal Usaha Pendaapatan Pengalaman Usaha Pengusaha Pemasaran Usaha Modal pinjaman Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha kecil dalam asumsi ini adalah tingkat pendidikan, modal, pengalaman usaha, jangka pemasaran, dan modal pinjaman atau kredit. Selain itu faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat pendapatan seseorang adalah jenis usaha yang sedang dilaksanakannya. III. METODE PENELITIAN 1. Ruang Lingkup Penelitian. Penelitian ini merupakan studi kasus di Kota Solo dengan sampel pengusaha kecil yang berdomisili di Kota Solo. Sebagai studi kasus, penelitian ini, menurut Maxfield dalam Nazir, 1998, merupakan penelitian tentang status subyek penelitian yang berkenaan dengan fase spesifik dari keseluruhan personalitas. 978 2. Metode Penarikan Sampel. Penarikan sampel menggunakan metode survai, dimana yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah pengusaha kecil di Kota Solo Teknik pengambilan sampelnya adalah Convinience non–probability sampling, yang berarti peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang mereka temukan dan tidak semua anggota populasi memiliki kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampe (Cooper dan Emory, 1997). Teknik ini lebih sering digunakan selama tahap eksploratori sebuah proyek penelitian dan merupakan salah satu cara terbaik untuk mendapatkan informasi mendasar secara cepat dan efisien. Untuk memperoleh data, cara yang digunakan adalah dengan memberikan kuesioner kepada para pengusaha kecil di MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha kota Solo. Dalam pendugaan suatu proporsi, untuk menentukan besarnya sample dapat digunakan rumus yang dikemukakan oleh Cooper .(1997), yaitu : dimana : pq = estimasi penyebaran populasi p = 0,051 = kesalahan proporsi standart (0,10 /1,96 ) Besar tingkat keyakinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95 % atau taraf signifikasi (α) = 5 %. Karena populasi tidak diketahui maka rasio pq tidak pernah dapat melebihi 0.25. apabila kita tidak mengetahui nilai p maka kita asumsikan nilai p = 0.5 dan q = (1-0.5) jadi, maka besarnya sampel (n) yang akan diambil dalam penelitian ini adalah 97 responden, tetapi dalam kenyataannya penulis hanya mengambil 50 responden saja dikarenakan responden mempunyai sifat mendekati homogen artinya hampir semua jawaban yang diberikan mendekati sama baik itu tenaga kerjanya yang berkisar dari 1 – 5 orang, mempunyai kesulitan atau permasalahan yang sama yaitu terbatasnya modal. Ditambah pula pertimbangan waktu dan biaya. 3. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian tentang analisis analisis pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap pendapatan pengusaha ini, peneliti menggunakan data primer dari responden dan data sekunder dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementrian terkait. Pengumpulan data dalam suatu penelitian ilmiah dimaksudkan untuk memperoleh bahan atau data yang relevan, akurat, dan reliable dengan yang hendak kita teliti. Oleh karena itu perlu digunakan metode pengumpulan data yang baik dan cocok. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Riset lapangan. Dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dirancang sebelumnya terhadap para pengusaha kecil. b. Riset kepustakaan. Merupakan cara pengumpulan data dengan jalan studi kepustakaan sesuai dengan tujuan penelitian. 4. Definisi Operasional Variabel Untuk memberikan arahan yang jelas dan tegas mengenai variabel-variabel yang diteliti, definisi operasional variabel adalah sebagai berikut: a. Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh pengusaha dari hasil penjualan produk yang diterima setiap bulannya setelah dikurangi dengan biaya yang MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 979 Amru Sukmajati dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk, dihitung dalam rupiah. b. Jangka Pemasaran adalah jarak perusahaan dalam memasarkan usahanya apakah pemasarannya berada di dalam kota atau di luar kota c. Tingkat pendidikan adalah jumlah tahun yang dijalani pengusaha dalam memperoleh pendidikan formalnya. d. Pengalaman usaha adalah jumlah tahuh yang dijalani pengusaha dalam mengelola usahanya. e. Modal usaha adalah variabel independen yang menyatakan besarnya modal yang ada sekarang yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha tiap harinya. Modal disini terdiri dari alat produksi dan uang dan berasal dari modal sendiri, diukur dalam rupiah. f. Modal pinjaman adalah jumlah pinjaman yang diambil dari kredit perbankan dalam satuan rupiah dan digunakan untuk mendukung modal sendiri dalam menjalankan usaha. 4. Metode Analisis Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis regresi linier berganda dengan prosedur OLS (Ordinary Least Square) dan uji beda dua mean. 1. Analisis Model Regresi Linier Berganda untuk hipotesis pertama dan kedua. Y= f(X1, X2, X3, X4,X5) dimana : Y = Tingkat Pendapatan 980 X1 = Jumlah tahun menempuh pendidikan. X2 = Jumlah tahun pengalaman usaha. X3 = Jangka Pemasaran X4 = Modal usaha. X5 = Modal Pinjaman atau kredit. Dari fungsi tersebut kemudian diturunkan menjadi persamaan regresi sebagai berikut : Selanjutnya dengan menggunakan Ordinary least Square (OLS) akan diperoleh koefisien regresi dari masing-masing variabel. Dari masing-masing koefisien regresi tersebut dilakukan pengujian. Untuk menguji hipotesis tersebut, peneliti menggunakan uji t, uji F dan uji Diagnostik. a. Uji t Uji t statistik ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masingmasing variable independen terhadap variable dependent secara dua sisi (two tail). Tahapannya adalah: 1) Menentukan Hipotesisnya : 2) Menentukan nilai a 3) Melakukan Penghitungan nilai t sebagai berikut : - t tabel= α/ 2 (N-K)………. (1.2) MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha Dimana : a = derajat signifikasi. N = jumlah data K = jumlah parameter dalam model termasuk konstanta dependent. Tahapannya adalah : 1) Menentukan Hipotesis : Ho =a 1 =a 2 =a 3 … =a 5 = 0 Ho ≠α a 2 ≠α 2≠ 3 … ≠α 5≠ 2) Menentukan nilai a 3) Melakukan penghitungan nilai F hitung : -t hitung=βI/Se (β1) ……(1.3) Dimana : ß1 = Koefisien regresi variabel ke- i. Se = Standart Error. - F tabel Fα ; (N – K) ; (K-1) Dimana : a = derajat signifikansi. N = jumlah data. K = jumlah parameter dalam model termasuk Konstanta 4) Kriteria Pengujian. - F hitung, rumusnya : R2 /(k − 1) F =2 (1 − R )/ N − k Ho diterima apabila -t /2 t t /2 Ho ditolak apabila t < -t /2 atau t > t /2 5) Kesimpulan. a) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima dan ha ditolak artinya koefisien regresi variabel independen tidak mempengaruhi variabel dependent secara signifikan. di mana : R2 = koefisien determinasi K = jumlah variabel independen N = jumlah sampel 4) Kriteria pengujian. b) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya koefisien regresi variabel independen mempengaruhi variabel dependent secara signifikan. Fα; (N-K) ; (K-1) b . Uji F Uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari variabel-variabel independen secara keseluruhan terhadap variabel Ho diterima apabila F hitung < F tabel Ho ditolak apabila F hitung > F tabel MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 981 Amru Sukmajati 5) Kesimpulan. a) Jika nilai F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya koefisien regresi variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. b) Jika nilai F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya koefisien regresi variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. c. Koefisien Determinasi (R2). Untuk mengetahui seberapa besar variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. Semakin besar R 2 menunjukan bahwa estimasi akan semakin mendekati kenyataan yang sebenarnya. Rumusnya : regresi harus memenuhi kaidah Best Linear Unbiased Estimator (BLUE), karena hal ini merupakan suatu tanda terdapat atau tidaknya suatu gangguan yang serius terhadap asumsi dalam metode OLS itu (Gujarati, 1999) . Uji Asumsi Klasik tersebut antara lain pengujian terhadap masalah multikolineritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. 1) Multikolinearitas Salah satu dari asumsi model regresi linear klasik adalah bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas di antara variabel yang menjelaskan yang termasuk dalam model. Multikolinearitas sendiri mempunyai arti adanya hubungan linear yang sumpurna atau pasti antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dalam model regresi (Gujarati, 1999). Jika dalam model terdapat masalah multikolinearitasmaka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan yang tinggi. Salah satu cara untuk mendeteksi ada tidaknya masalah multikolinearitas adalah dengan menggunakan metode korelasi parsial (examination of partial correlation), yaitu dengan membandingkan R 2 (koefisien determinasi) regresi awal dengan r2 parsial (korelasi determinasi antar variabel independen). Bila r2 < R2, ( n∑ xy − x∑ y)2 ∑ R = 2 2 2 n∑ − ( x ) n − (∑ y) 2 ∑ ∑ x y 2 (1.6) Dimana : Nilai R2 adalah 0 < R2 < 1 d. Uji Asumsi Klasik. Syarat yang harus dipenuhi dalam regresi yang telah dilakukan adalah bahwa penaksir kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least Square) dari koefisien 982 MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha maka tidak terdapat multikolinearitas dan begitu pula sebaliknya. Untuk memperlihatkan ada atau tidaknya masalah, 2) Heteroskedastisitas Salah satu asumsi penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa gangguan (disturbance) ut yang muncul dalam fungsi regresi adalah homoskedastik, atau semua gangguan tadi memiliki varians yang sama (Gujarati, 1999). Heteroskedastisitas menyebabkan penaksir OLS tidak efisien baik dalam sampel besar maupun kecil, walaupun masih tetap tidak bias dan konsisten. Salah satu cara untuk mengujinya adalah dengan menggunakan uji Park, yaitu dengan : a) Melakukan regresi terhadap model yang disusun, kemudian dilihat nilai residualnya. b) Melakukan regresi terhadap nilai residualnya yang telah dikuadratkan dan telah di log-kan sebagai variabel dependen terhadap semua variabel independen. c) Kemudian dilihat nilai probabilitas t statistiknya. Dengan derajat keyakinan (α) tertentu, maka : = Jika probalitas t statatistik < α , maka signifikan ada masalah heteroskedastisitas. = Jika probalitas t statistik > α , maka tidak signifikan ada masalah heteroskedastisitas atau berarti homoskedastisitas. 3) Autokorelasi Autokorelasi merupakan suatu asumsi penting dari model linear klasik. Hal ini menandakan suatu kondisi yang berurutan diantara gangguan atau disturbansi ui yang masuk ke dalam fungsi regresi populasi. Autokorelasi didefinisikan sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktuatau ruang. Dalam hal ini asumsinya adalah autokorelasi tidak terdapat dalam disturbansi atau gangguan ui. (Gujarati, 1999). Adanya Autokorelasi antar variabel gangguan menyebabkan penaksir tidak lagi efisien. Selang keyakinannya menjadi lebar dan pengujian arti (signifikan) kurang kuat. Bahkan pengujian t dan F tidak lagi sah dan jika diterapkan nampaknya memberikan kesimpulan yang menyesatkan secara serius mengenai arti secara statistik dari koefisien regresi yang ditaksir (Gujarati, 1999). Salah satu pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan dengan : = Menggunakan angka Durbin-Watson (DW) yang diperoleh dari rumus: MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 d= (Uˆ − Uˆ ) ∑ Uˆ ∑ (1.7) t= n t= 2 t 2 t− 1 2 t= n t= 1 t 983 Amru Sukmajati = Kemudian dibandingkan dengan angka DW dalam tabel dengan αa=1 % . l Angka dalam tabel menunjukkan nilai distribusi antara batas bawah (dl) dan batas atas (du). Kriteria Pengujiannya adalah sebagai berikut : 0 < d < dl = Menunjukan autokorelasi positif. dl < d < du= Tidak dapat disimpulkan. du < d < 4 – du = Tidak terdapat Autokorelasi. 4 – du < d < 4 – dl= Tidak dapat disimpulkan. 4 – dl < d < 4 = Menunjukan Autokorelasi Negatif. 2. Uji hipotesis beda dua mean untuk hipotesis, ketiga, keempat, dan kelima. 984 Langkah – langkah dalam pengujian hipotesis : 1) Formulasi H0 dan H1 a) H0 : 1 = 2 atau ( 1 - 1 ) = 0 H1 : 1 2 atau ( 1 - 2 ) 0 b) H0 : 1 = 2 atau ( 1 - 2 ) = 0 H1 : 1 > 2 atau ( 1 - 2 ) > 0 c) H0 : 1 = 2 atau ( 1 - 2 ) = 0 H1 : 1 < 2 atau ( 1 - 2 ) < 0 Menentukan alternatif pengujian : Formulasi a digunakan untuk pengujian dua sisi. Formulasi b digunakan untuk pengujian satu sisi kanan. Formulasi C digunakan untuk pengujian satu sisi kiri. 2) Menentukan level of significance (α). 3) Rule of the test. MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha a). Ho diterima apabila : - Z/2 < Z < Z/2 Ho ditolak apabila : Z > Z/2 atau Z < - Z/2 b). c). IV. HIPOTESIS Hipotesis merupakan anggapan sementara yang masih memerlukan pengujian. Sehingga tujuan dari proses penelitian dapat dicapai seperti apa yang diharapkan peneliti. Adapun hipotesis yang akan diuji kebenarannya oleh peneliti adalah sebagai berikut : 1. Ada pengaruh positif yang diduga berasal dari faktor tingkat pendidikan, pemasaran usaha, pengalaman usaha, modal usaha dan modal pinjaman terhadap pendapatan pengusaha. 2. Faktor modal pinjaman yang diduga mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendapatan pengusaha kecil. 3. Ada perbedaan terhadap tingkat pendapatan antara pengusaha yang memasarkan usahanya di dalam kota dengan di luar kota. 4. Tidak ada perbedaan terhadap tingkat pendapatan berdasarkan jenis usahanya. 5. Ada pengaruh antara pengusaha yang menganggap usahanya sebagai usaha pokok dengan pengusaha yang menganggap usahanya sebagai usaha sampingan. 4) Perhitungan nilai Z (1.8) 5) Kesimpulan: Ho diterima atau ditolak. V. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, dipakai metode analisis, yang diterapkan pada data yang dikumpulkan dari lapangan. Jumlah sampel dalam penelitian yang digunakan sebanyak 50 responden. Model analisis yang digunakan MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 985 Amru Sukmajati adalah analisis regresi linier berganda dan analisis uji beda dua mean. A. Deskripsi Karakteristik Responden 1. Usia Responden Dari 50 responden yang diambil, ratarata berusia 39 tahun. Responden yang paling muda berusia 24 tahun dan yang paling tua berusia 68 tahun. Dilihat dari distribusinya, yang terbesar berusia antara 30 - 39 tahun, yaitu 18 orang ( 36 % dari responden). Sedangkan terkecil berusia antara 60 – 69 tahun yaitu sebesar 6 % (3 responden). Tabel 4.1. Distribusi Frekwensi Usia Responden Tabel 4.2. Distribusi Frekwensi Pendidikan Responden 3. Status Pekerjaan Variabel status pekerjaan bermaksud untuk menggambarkan bagaimana posisi usaha dari responden. Apakah dianggap sebagai usaha/ pekerjaan pokok, atau hanya sebagai usaha/pekerjaan sampingan. Tabel 4.3. Distribusi Frekwensi Status Pekerjaan Responden Sumber : Hasil Pengolahan data dari lapangan, 2011. 2. Tingkat Pendidikan Variabel tingkat pendidikan merupakan variabel yang cukup penting dalam menggambarkan bagaimana tingkat pengetahuan dan ketajaman dalam membaca peluang. Dimana semakin tinggi tingkat pendidikan yang diperoleh akan lebih mudah menerima dan memahami informasi. 986 4. Jenis Usaha Variabel jenis usaha ini menggambarkan bagaimana distribusi bidang-bidang atau jenis usaha dari responden yang diteliti. Dimana dalam quesioner diberikan enam opsi jawaban. MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha Yaitu jenis usaha Kerajinan, Makanan/ Minuman, Konveksi, Logam, Meubel dan Lainnya. Tabel 4.4. Distribusi Frekwensi Jenis Usaha Responden Kerajinan Makanan/ Minuman Konveksi Logam Meubel Lainnya 2 0 4% 0% 1 0 5 42 2% 0% 10 % 84 % 5. Lama Usaha Tingkat keberhasilan seorang pengusaha juga bisa dilihat dari pengalaman usahanya selama ini. Variabel Lama usaha disini menyatakan sudah berapa lama seorang pengusaha menekuni bidang usahanya tersebut. Tabel 4.5. Distribusi Frekwensi Lama Usaha Responden 6. Jangkauan Pemasaran Penelitian ini juga meninjau jangkauan daerah pemasaran dari pengusaha. Karena hal ini juga cukup berpengaruh dalam menentukan perkembangan usahanya kedepan. Tabel 4.6 Distribusi Frekwensi Jangkauan Pemasaran Responden Kerajinan Makanan/ Minuman Konveksi Logam Meubel Lainnya 2 0 4% 0% 1 0 5 42 2% 0% 10 % 84 % 6. Jangkauan Pemasaran Penelitian ini juga meninjau jangkauan daerah pemasaran dari pengusaha. Karena hal ini juga cukup berpengaruh dalam menentukan perkembangan usahanya kedepan. Tabel 4.6 Distribusi Frekwensi Jangkauan Pemasaran Responden MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 987 Amru Sukmajati 7. Modal Usaha Modal merupakan faktor (komponen) penting dalam memulai dan mengembangkan usaha. Dalam hal ini modal usaha adalah nominal uang yang dikeluarkan langsung oleh pengusaha. Tabel 4.7 Distribusi Frekwensi Modal Usaha Responden 20 19 11 Tabel 4.9 Distribusi Frekwensi Pendapatan Bersih Responden Pendapatan Bersih Modal Usaha < 50.000.000 50.000.000 s/d 150.000.000 > 150.000.000 9. Pendapatan Hasil penelitian mengenai pendapatan pengusaha di Kota Solo yang dalam hal ini, yang dipakai adalah besar pendapatan bersih. < 1.000.000 1.000.000 s/d 2.000.000 > 2.000.000 40 % 38 % 13 20 26 % 40 % 17 34 % 22 % 8. Modal Pinjaman (Kredit) Komponen modal yang lain, selain modal usaha sendiri adalah dari pinjaman (kredit). Hal ini dapat diperoleh dari pihak ketiga, baik perorangan maupun lembaga keuangan. B. Hasil Analisis Regresi Analisis Regresi sederhana digunakan untuk menguji Hipotesis yang pertama, yaitu mengenai dugaan adanya pengaruh positif dari faktor tingkat pendidikan, jangka pemasaran, pengalaman usaha, modal usaha dan modal pinjaman terhadap pendapatan pengusaha. Tabel 4.8 Distribusi Frekwensi Modal Pinjaman (Kredit) Responden Modal Kredit < 50.000.000 50.000.000 s/d 150.000.000 988 MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha Tabel 4.10.Hasil Analisis Regresi Coefficients a Standardized Coefficient Unstandardized Coefficients Model 1 B 416498.361 Std. Error 251455.886 Beta t 1.656 Sig. .105 X1 Tahun Pendidikan 33217.011 18173.481 .171 1.828 .074 X2 Pengalaman Usaha 26472.447 10963.049 .287 2.415 .020 (Constant) X3 Modal Usaha X4 Pemasaran 2.524E-03 .001 .240 2.234 .031 309870.278 146611.096 .213 2.114 .040 9.905E-03 .003 .313 2.982 .005 X5 Kredit a. Dependent Variable: Y Pendapatan Bersih Hasil estimasi dari model regresi pada tabel IV.10., dapat disusun ke dalam persamaan sebagai berikut : Y = 416498,361 + 33217,011X 1 + 26472,447X 2 + 0,002524X 3 + 309870,278 X4 + 0,009905 X5 + ut Keterangan : Y = Pendapatan Bersih Usaha X1 = Tahun Pendidikan X2 = Pengalaman Usaha X3 = Modal Usaha Sendiri X4= Jangkauan Pemasaran X5= Modal Pinjaman (Kredit) ut = Variabel gangguan Besarnya pengaruh variabel independen yaitu tahun pendidikan, pengalaman usaha, modal usaha Sendiri, jangkauan pemasaran dan modal pinjaman terhadap variabel pendapatan bersih usaha sebagai variabel dependen ditunjukkan Sumber : Hasil Analisis Regresi dengan SPSS. oleh besarnya koefisien regresi dari masing-masing variabel independen. 1. Uji Statistik T-test Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel independen dalam mempengaruhi variabel dependen. Dimana hasilnya: a) Variabel Tingkat Pendidikan Berdasarkan hasil pengujian, diperoleh nilai probabilitas t statistik variabel ini sebesar 0,074 yang berarti tidak signifikan pada tingkat signifikan 5 % (0,05). Oleh karena itu variabel tingkat pendidikan dikatakan tidak memiliki pengaruh yang signifikan dalam memperbesar tingkat pendapatan pengusaha. b)Variabel Lama Usaha Variabel lama usaha bila dilihat dari nilai probabilitas t statistiknya, yaitu sebesar 0,020 yang berada dibawah MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 989 Amru Sukmajati tingkat signifikan 5%. Ini berarti variabel lama usaha memiliki pengaruh yang siginifikan dalam memperbesar tingkat pendapatan pengusaha. sebesar 0,005 yang berarti secara signifikan mempengaruhi peningkatan variabel pendapatan bersih sampai pada tingkat signifikansi 5 %. c) Variabel Modal Usaha Variabel modal usaha ini memiliki nilai probabilitas t statistik sebesar 0,031 yang berarti signifikan pada tingkat signifikan 5%. Hal ini berarti variabel ini secara signifikan berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan pengusaha. 2. Uji Statistik F-test Dari hasil perhitungan model regresi, diperoleh nilai probabilitas tingkat signifikan dari F statistik sebesar 0,000. Maka dengan membandingkan antara probabilitas F statistik dengan tingkat α = 5 % dapat diketahui bahwa probabilitas F stats < α (0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara statistik semua koefisien elastisitas dalam hasil regresi tersebut signifikan, bahkan sampai pada tingkat α = 0,01. d) Variabel Jangkauan Pemasaran Variabel jangkauan pemasaran nilai probabilitas t statistiknya sebesaar 0,040 yang berarti signifikan pada tingkat signifikansi 5 %. Artinya variabel ini memiliki pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan pendapatan pengusaha. e) Variabel Modal Pinjaman (Kredit) Variabel modal pinjaman (kredit) disini memiliki nilai probabilitas t statistik 990 3. Nilai Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan tabel 4.11. diperoleh hasil bahwa nilai Adjusted R Square sebesar 0,638. Yang berarti 63,8 % variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabelvariabel independen. Sedangkan sisanya 46,2 % tidak dapat dijelaskan. MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha 4. Uji Asumsi Klasik Uji Asumsi Klasik ini antara lain pengujian terhadap masalah Multikolinearitas, dan Heteroskedastisitas dan Autokorelasi. a. Multikolinearitas Untuk memperlihatkan ada atau tidaknya masalah multikolinearitas dalam model tersebut, dapat dilihat dalam tabel 4.12 berikut ini. Dari hasil pengolahan matriks korelasi dengan menggunakan program pengolah statistik SPSS diatas, kemudian dicari nilai Adjusted r2 untuk masing-masing korelasi, dan dibandingkan dengan nilai Adjusted R2 dari hasil regresi awal, yang hasilnya sebagaimana tabel 4.13 berikut ini. Sumber : Print out SPSS, diolah. Tabel. 4.13.Hasil Perhitungan Uji Multikolinearitas Sumber : Print out SPSS, diolah. MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 991 Amru Sukmajati Dari hasil pengujian diperoleh hasil bahwa semua variabel dalam model tersebut tidak terkena masalah multikolinearitas. b. Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas menyebabkan penaksir OLS tidak efisien baik dalam sampel besar maupun kecil, walaupun masih tetap tidak bias dan konsisten. Salah satu cara untuk mengujinya adalah dengan menggunakan uji Park, yaitu dengan : S Melakukan regresi terhadap model yang disusun, kemudian dilihat nilai residualnya. S Melakukan regresi terhadap nilai residualnya yang telah dikuadratkan dan telah di log-kan sebagai variabel dependen terhadap semua variabel independen. S Kemudian dilihat nilai probabilitas t statistiknya. Dengan derajat keyakinan (α) tertentu, maka : Jika probalitas t statatistik < α , maka signifikan ada masalah 992 heteroskedastisitas. Jika probalitas t statistik > α , maka tidak signifikan ada masalah heteroskedastisitas atau berarti homoskedastisitas. Ada atau tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model dapat diketahui dari hasil pengujian yang telah tersusun dalam tabel 4.14 . Dari hasil pengujian heteroskedastisitas pada model tersebut, dengan menggunakan derajat keyakinan 95 % atau dengan α = 5 % menunjukkan bahwa tidak ditemukan masalah heteroskedastisitas. c. Autokorelasi Salah satu pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan dengan : v Menggunakan angka Durbin-Watson (DW) yang diperoleh dari rumus: MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha v Kemudian dibandingkan dengan angka DW dalam tabel dengan α=1%. A n g k a d a l a m t a b e l menunjukkan nilai distribusi antara batas bawah (dl) dan batas atas (du). Kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut : 0 < d < dl = menunjukkan autokorelasi positif dl < d < du = tidak dapat disimpulkan du < d < 4-du= tidak terdapat autokorelasi 4-du < d < 4-dl = tidak dapat disimpulkan 4-dl< d < 4 = menunjukkan autokorelasi negatif Setelah dilakukan pengujian, diperoleh nilai Durbin-Watson sebesar 1,834 sedangkan untuk N=50 dan 5 variabel yang menjelaskan, nilai kritis dl dan du pada tingkat signifikansi 5 % atau 0,05 adalah dl = 1,335 dan du = 1,771. Hipotesisnya, Ho adalah dua ujungnya tidak ada serial autokorelasi baik positif ataupun negatif. Karena ternyata nilai d sebesar 1,834 berada di daerah tidak terdapat autokorelasi, maka dapat disimpulkan bahwa model dalam penelitian tidak terkena masalah autokorelasi. Setelah dilakukan uji asumsi klasik (Multikolinearitas, Heteroskedastisitas, dan Auokorelasi) dapat diketahui bahwa penaksir dalam penelitian ini semuanya memenuhi syarat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), karena seluruh variabel telah terlepas dari masalah-masalah uji asumsi klasik. C. Hasil Analisis Uji Beda Dua Rata-rata Untuk menguji Hipotesis Ketiga, Keempat dan Kelima digunakan Analisis Uji Beda Dua Mean (Ratarata). 1. Hipotesis Ketiga yaitu dugaan adanya perbedaan terhadap tingkat pendapatan antara pengusaha yang memasarkan usahanya di dalam kota dengan di luar kota. Berdasarkan hasil pengolahan data statistik, diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan antara rata-rata pendapatan pengusaha yang memasarkan usahanya di dalam kota dengan di luar kota, dimana pengusaha yang memasarkan di luar kota memiliki rata-rata pendapatan bersih usaha yang lebih besar dibandingkan dengan pengusaha yang hanya memasarkan di dalam kota. Tetapi kalau kita melihat dari tingkat signifikasinya sebesar 0.296 dan kita bandingkan dengan tingkat kepercayaan (α) sebesar 5 % maka tidak ada perbedaan yang mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha yang memasarkan usahanya di dalam kota dengan di luar kota. Sehingga hiopetis ke tiga tidak terbukti. 2. Hipotesis Keempat yaitu dugaan tidak adanya perbedaan terhadap tingkat pendapatan berdasarkan jenis usahanya. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh hasil bahwa terdapat rata-rata MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 993 Amru Sukmajati pendapatan bersih usaha antara pengusaha dari jenis pedagang barang dengan pengusaha jasa. Dimana pada pengusaha dari jenis pedagang barang memperoleh pendapatan bersih yang lebih tinggi dibandingkan pengusaha jasa. Tetapi kalau kita melihat dari tingkat signifikasinya sebesar 0.245 dan kita bandingkan dengan tingkat kepercayaan (α) sebesar 5 % maka tidak ada perbedaan yang mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha berdasarkan jenis usahanya. Maka hipotesis keempat ini terbukti. 3. Hipotesis Kelima yaitu dugaan adanya pengaruh antara pengusaha yang menganggap usahanya sebagai usaha pokok dengan pengusaha yang menganggap usahanya sebagai usaha sampingan. Dari hasil pengolahan data statistik diperoleh hasil bahwa: rata-rata pendapatan bersih usaha dari pengusaha yang menganggap usahanya sebagai usaha pokok berbeda dengan pengusaha yang menganggap usahanya sebagai usaha sampingan. Dimana pengusaha yang menganggap usahanya sebagai usaha pokok memiliki rata-rata pendapatan bersih usaha yang lebih besar dibandingkan pengusaha yang hanya menganggap usahanya sebagai usaha sampingan. Tetapi kalau kita melihat dari tingkat signifikasinya sebesar 0.211 dan kita bandingkan dengan tingkat kepercayaan (α) sebesar 5 % maka tidak ada perbedaan yang 994 mempengaruhi tingkat pendapatan pengusaha yang menganggap usahanya sebagai usaha sampingan dengan pengusaha yang menganggap usahanya sebagai usaha pokok. VI. KESIMPULAN Dugaan adanya pengaruh positif dari variabel-variabel tingkat pendidikan, jangkauan pemasaran, modal usaha, pengalaman usaha dan modal pinjaman (kredit) terhadap pendapatan bersih usaha, tidak terbukti. Karena satu variabelnya tidak terbukti secara signifikan, yaitu variabel tingkat pendidikan. Hal ini dikarenakan, bahwa dalam dunia usaha faktor bakat, ketrampilan usaha, dan pengalaman bahkan mungkin faktor keturunan yang lebih berpengaruh. Sedangkan empat variabel independen lainnya (jangkauan pemasaran, modal usaha, lama usaha dan modal pinjaman) memiliki pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pendapatan bersih usaha. faktor modal pinjaman (kredit) sebagai variabel yang paling berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha, juga tidak sepenuhnya benar. Karena berdasarkan hasil regresi data, diperoleh bahwa variabel jangkauan pemasaran yang memiliki pengaruh yang paling tinggi. Namun diantara variabel kuantitatif yang ada (modal usaha dan modal pinjaman), maka pengaruh variabel modal pinjaman adalah yang paling besar. perbedaan tingkat pendapatan antara pengusaha yang memasarkan usahanya di MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Pengusaha dalam kota dengan di luar kota, tidak terbukti dalam penelitian ini. Hal ini dilihat dari tingkat signifikasinya yang lebih besar dari tingkat kepercayaan (α). Tidak ada perbedaan tingkat pendapatan berdasarkan jenis usahanya, antara yang bergerak dalam bidang jasa dan perdagangan. Juga tidak ada perbedaan pendapatan anatar pengusaha yang menganggap usahanya sebagai usaha pokok dengan pengusaha yang menganggap usahanya sebagai usaha sampingan. REFERENSI Buchari Alma, 1992, Manajemen pemasaran dan Pemasaran Jasa, Alfa, Bandung. Damodar Gujarati,1991, Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta. Dominick Salvatore,1993, Teori Mikro Ekonomi, Edisi 2, Erlangga, Jakarta. Faried Wijaya, 1990, Ekonomi Makro, Penerbit BPFE,Yogyakarta. Hasanudin Rahman,1995, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia, PT Citra aditya Bakti, Bandung . Irawan dan M. Suparmoko,1992,Ekonomi Pembangunan, Edisi kelima, BPFE,Yogyakarta. Hendra Halwani,1993, Perdagangan Internasional: Pendekatan Ekonomi Mikro dan Makro,Ghalia Indonesia, Bogor. Lempelius, Christian dan Gert Thoma,1979,"Industri kecil dan kerajinan rakyat”Pendekatan kebutuhan pokok, LIPI, Jakarta. Masykur Wiratmo, 1992,Ekonomi Pembangunan”Ikhtisiar teori, masalah dan kebajikan”, Edisi 1, Media Widya Mandala,Yogyakarta. Mudrajad Kuncoro,1997, Ekonomi Pembangunan”Teori, masalah dan kebajikan”,Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,Yogyakarta . M. Suparmoko, 1997, Metode Penelitian Praktis, Edisi Ketiga, BPFE Yogyakarta. Pangestu Subagyo, 1994, Statistik Induktif, Edisi Keempat, BPFE Yogyakarta. Paul A Samuelson dan William D Nordhaus,1993, Mikro Ekonomi, Edisi 14, Erlangga, Jakarta. Payaman J Simanjuntak,1985, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, LPEUI, Jakarta. Sudarsono, 1982, Pengantar Ekonomi Mikro, LP3ES, Jakarta. Soekartawi, 1994, Teori Ekonomi Produksi, Jakarta, PT Raja Grafindo. Thomas Suyatno, 1995, Dasar-dasar Perkreditan, Edisi keempat,STIE Perbanas, Jakarta. Tulus T.H.Tambunan,2002,Usaha kecil dan menengah di Indonesia”Beberapa isu penting”, Salemba Empat, Jakarta. Yudo Swasono dan Endang Sulistyaningsih,1983, Metode Perencanaan Tenaga Kerja, Penerbit BPFE, Yogyakarta. MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, No: 02/Th.V/Agustus 2011 995