EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta di Surakarta Oleh : WENNY ANGGRAINI K 100 04 0022 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 i PENGESAHAN SKRIPSI Berjudul EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR Oleh : WENNY ANGGRAINI K 100 04 0022 Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada tanggal : 5 juli 2008 Mengetahui Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Dekan, Dra. Nurul Mutmainah, Msi., Apt Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Arief Rahman Hakim, M.Si., Apt Arifah Sri Wahyuni, S.Si., Apt Penguji : 1. dr. EM. Sutrisna, M.Kes : 2. Ratna Yuliani, M.biotech. St : 3. Arief Rahman Hakim, M.Si., Apt : 4. Arifah Sri Wahyuni, S.Si., Apt : ii MOTTO & Kita tidak pernah benar-benar sendirian. (Eliza) & Bermimpilah karena Tuhan akan memeluk mumpi-mimpi itu. (Arai, ”Sang Pemimpi”) & Mengakui kekurangan diri adalah tenaga kesempurnaan, terus mengisi kekurangan adalah keberanian yang luar biasa (Tan Malaka) & Semangat iii HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kupersembahkan karya sederhana ini teruntuk semua yang telah memberikan segala kasih sayang... ℘ Allah SWT sebagai pelindung, penuntun, sumber kekuatanku dalam menjalani kehidupan (sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasihku) ℘ Bapak dan Ibuku yang dalam setiap sujudnya terselip namaku (untuk ungkapan rasa hormat, bakti dan kasih sayangku) ℘ Adik-adikku, Ita dan Atha (untuk ungkapan rasa sayang dan banggaku) ℘ Sahabat seperjuanganku : nurul, mas sigit dan yusuf terima kasih telah mengajariku banyak hal dan untuk kerja samanya ℘ Sahabatku : Ana, Desi, Anik, Nova, Nurul dan Umex yang membantuku berdiri ketika aku jatuh, terima kasih atas kebersamaam, nasehat kesabaran dan pengertiannya semoga persahabatan kita tidak akan pernah putus ℘ Semua yang ada di kos ”KUNING” : Mas amin, mbak nuring, haidar, ita, ndari, ani, ermin, emi dan titik terima kasih untuk kebersamaannya ℘ Masa laluku yang telah menjadikanku untuk berfikir dan bertindak lebih baik ℘ Dan ”KAMU”....terima kasih untuk semua hal yang kamu berikan ℘ Almamaterku UMS iv KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum wr. wb. Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul ”Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai derajat Sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Ibu Dra. Nurul Mutmainah, M.Si, Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah mewujudkan kondisi akademis yang memberikan keleluasaan bagi penulis untuk menimba ilmu. 2. Bapak Arief Rahman Hakim, M.Si, Apt selaku pembimbing utama yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian maupun dalam penyusunan skripsi ini. 3. Ibu Arifah Sri Wahyuni, S.Si, Apt selaku pembimbing pendamping yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian maupun dalam penyusunan skripsi ini. 4. Bapak dr. EM. Sutrisna M.Kes selaku penguji I yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini. v 5. Ibu Ratna Yuliani, M. Biotech. St selaku penguji II yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Dedi Hanwar, M.Si, Apt selaku pambimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, nasehat-nasehat serta ilmu yang berguna selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. 7. Semua dosen Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, terima kasih atas ilmu-ilmu yang diberikan. 8. Seluruh laboran Fakultas Farmasi, khususnya bagian biologi atas kepedulian dan perhatiannya yang telah memberikan kemudahan yang penulis peroleh sehingga pelaksanaan penelitian skripsi ini berjalan lancar. 9. Teman-teman Farmasi angkatan 2004 khususnya kelas A untuk kebersamaan, kekompakkan dan kenangannya selama ini. 10. Teman-teman : Tanty, Diana, Ning, Kholil, Yuli, Mbak Dian, Rohmat, Dewik, Koko, Uzy, Agung, Reni, Amel, Arek, Yuli dan Antony untuk semangat, nasehat dan bantuannya. 11. Seluruh pihak yang turut membantu penulis baik secara materiil maupun spirituil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Wassalamu’alaikum wr. wb. Surakarta, 5 Juli 2008 Penulis vi DEKLARASI Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Surakarta, 5 Juli 2008 Peneliti (Wenny Anggraini) vii DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. ii HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv KATA PENGANTAR ........................................................................................ v DEKLARASI ....................................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv INTISARI ............................................................................................................. xvi BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ........................................................................ 3 C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4 D. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 4 1. Obat Tradisional ........................................................................ 4 2. Simplisia .................................................................................... 5 3. Ekstrak dan Ekstraksi ................................................................ 5 4. Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) ......................... 7 a. Sistematika Tanaman .......................................................... 7 viii b. Nama Daerah ...................................................................... 7 c. Deskripsi Tanaman ............................................................. 8 d. Distribusi Tanaman ............................................................. 8 e. Kandungan Kimia ............................................................... 8 f. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................ 9 5. Inflamasi .................................................................................... 10 6. Obat Antiinflamasi Nonsteroid ................................................. 13 7. Diklofenak ................................................................................. 14 8. Karagenin .................................................................................. 15 E. LANDASAN TEORI ...................................................................... 16 F. HIPOTESIS ..................................................................................... 16 BAB II.METODE PENELITIAN ........................................................................ 17 A. Kategori Penelitian dan Rancangan Penelitian ................................. 17 B. Alat dan Bahan .................................................................................. 17 C. Jalannya Penelitian ............................................................................ 18 1. Determinasi Tanaman ................................................................. 18 2. Pembuatan Simplisia ................................................................... 18 3. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji .............................. 18 4. Pembuatan Larutan Karagenin 1 % ............................................. 19 5. Pembuatan dan Pengukuran Radang ........................................... 19 6. Uji Pendahuluan .......................................................................... 19 a. Orientasi Dosis Natrium Diklofenak ................................. 19 b. Orientasi Waktu Pemberian Natrium Diklofenak .............. 19 ix c. Orientasi Dosis Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji …...….... 20 d. Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji ……..……………………………..…………………... 20 7. Uji utama ....................................................................................... 20 D. Analisis Data ...................................................................................... 21 BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 23 A. Determinasi Tanaman ........................................................................ 23 B. Hasil Simplisia dan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji ....................... 23 C. Uji Pendahuluan ................................................................................. 24 D. Uji Utama Daya Antiinflamasi .......................................................... 29 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 34 A. Kesimpulan ....................................................................................... 34 B. Saran ................................................................................................. 34 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 35 LAMPIRAN 38 x DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Patogenesis dan Gejala Suatu Peradangan .................................... 10 Gambar 2 Perombakan Asam Arakidonat ...................................................... 12 Gambar 3 Klasifikasi Obat Analgesik Antiinflamasi Non Steroid ................. 14 Gambar 4 Struktur Kimia Natrium Diklofenak .............................................. 15 Gambar 5 Grafik Rata-rata Volume Udem Orientasi Waktu Pemberian Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Dinduksi 0,1 ml Karagenin 1% ...................................... 25 Gambar 6 Grafik Rata-rata Volume Udem Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Dosis 1,551g/kgBB 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% ................ 28 Gambar 7 Grafik Rata-rata Volume Udem Kontrol Negatif, Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB, Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5 jam Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% ......................................... 31 Gambar 8 Foto Tanaman Jambu Biji Diambil dari Daerah Wonogiri pada Bulan Juli Tahun 2007 .................................................................. 39 xi DAFTAR TABEL Tabel 1 Halaman Volume Udem Kontrol Negatif Akuades 2,5ml/200gBB, Natrium Diklofenak Dosis 2,25mg/kgBB dan 6,75mg/kgBB 1jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% ...................................... 24 Tabel 2 Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan %Daya Antiinflamasi Kontrol Negatif Akuades, Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB, Natrium Diklofenak 6,25mg/kgBB, 1 jam Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% .......................................... 25 Tabel 3 Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan %Daya Antiinflamasi Kontrol Negatif Akuades 2,5ml/200gBB Tikus, Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% .......................................... 26 Tabel 4 Volume Udem Orientasi Dosis Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji dengan Dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 1jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% ..................................................... 27 Tabel 5 Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan % Daya Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 0,775g/kgBB Tikus dan 1,551g/kgBB Tikus Yang Diberikan 1 jam Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% ............... 27 Tabel 6 Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan %Daya Antiinflamasi Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Dosis 1,551g/kgBB, dengan Waktu 1 jam, 0,5 jam, dan Sesaat Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% ..................................................... 28 Tabel 7 Volume Udem Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB Serta Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5 jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% ...................................... 30 Tabel 8 Data AUC Kurva Rata-rata Volume Udem Terhadap Waktu dan %Daya Antiinflamasi Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB, Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5 jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% ...................................... 31 Tabel 9 Data Hasil Uji Statistik AUC Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB, Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Dosis 0,388g/kgBB; 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5 jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% ........................ 31 xii Tabel 10 Data Hasil Uji Statistik DAI Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB, Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5 jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% . 32 Tabel 11 Hasil Orientasi Dosis Natrium Diklofenak pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% ..................... 46 Tabel 12 Hasil Orientasi Waktu Pemberian Kontrol Positif Natrium Diklofenak Dosis 2,25mg/kgBB pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% ........................................... 47 Tabel 13 Hasil Orientasi Dosis Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% ............ 48 Tabel 14 Hasil Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.), Kelompok Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB dan Waktu Pemberian 1 jam Sebelum Induksi Karagenin 1% pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar .................................................... 49 Tabel 15 Hasil Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Kelompok Waktu Pemberian 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Induksi Karagenin 1% pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar ........................................................................ 50 Tabel 16 Hasil Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Kelompok Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB dan Ekstrak Dosis 0,388g/kgBB pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% ................................................................ 51 Tabel 17 Hasil Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Ekstrak Dosis 0,775g/KgBB dan 1,551g/kgBB pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% ................................................................ 52 xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Halaman Deskripsi Tanaman Jambu Biji (Psidium Guajava Linn.) ....... 39 Lampiran 2 Surat Keterangan Determinasi Tanaman Jambu Biji .............. 40 Lampiran 3 Sertifikasi Analisis Natrium Diklofenak ................................. Lampiran 4 Surat Keterangan Pembelian Hewan Uji Tikus ....................... 43 Lampiran 5 Perhitungan Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji ...... Lampiran 6 Data Orientasi Dosis Kontrol Positif Natrium Diklofenak Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% .......................................................................... 46 Lampiran 7 Data Hasil Orientasi Waktu Pemberian Kontrol Positif Natrium Diklofenak Dosis 2,25mg/Kgbb Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% ............... Lampiran 8 42 44 47 Data Hasil Orientasi Dosis Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 0,775g/Kgbb Dan 1,551g/Kgbb Tikus Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% ................................................ 48 Lampiran 9 Data Hasil Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Bambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 0,775g/Kgbb Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karanin 1% .............................................................................. 49 Lampiran 10 Data Hasil Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% .......................... 51 Lampiran 11 Hasil Analisis Statistik AUC Hubungan Volume Udem Terhadap Waktu, Pada Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi 0,1ml Karagenin 1% ............................................................................................ 53 Lampiran 12 Hasil Analisis Statistik Data Transformasi AUC Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi 0,1 Ml Karagenin 1% Dengan Bentuk Seper_Squart ............................................................................ 54 xiv Lampiran 13 Hasil Analisis Statistik DAI Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi 0,1 Ml Karagenin 1% ............................................................................................ 56 Lampiran 14 Hasil Analisis Statistik Data Transformasi DAI Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi 0,1 Ml Karagenin 1% Dengan Bentuk Bentuk DAI Kuadrat ............................................................................ 57 Lampiran 15 Hasil Analisis Statistik DAI Dengan Uji Kruskall-Wallis Dan Mann-Whitney Pada Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi 0,1 Ml Karagenin 1% ... 57 xv INTISARI Inflamasi merupakan suatu respon jaringan pada tubuh terhadap cedera dan infeksi. Daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) secara empiris berfungsi sebagai antiinflamasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besarnya efek antiinflamasi ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi karagenin 1%. Uji efek antiinflamasi ini menggunakan rancangan acak lengkap pola searah dengan hewan uji tikus putih jantan galur Wistar sebanyak 25 ekor umur 2-3 bulan, berat 150-200 g yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok I diberi kontrol negatif dengan Akuades 2,5ml/200gBB, kelompok II diberi kontrol positif dengan natrium diklofenak 2,25mg/kgBB, kelompok III, IV dan V masing-masing diberikan perlakuan ekstrak etanol berturut-turut dosis, 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB, semua perlakuan tersebut diberikan peroral. Pengukuran volume udem berturut-turut setiap 0,5 jam selama 6,5 jam. Dari data volume udem dihitung AUC (Area Under the Curve) yaitu luasan daerah di bawah kurva antara rata-rata volume udem terhadap waktu dan persen daya antiinflamasi. Data dianalisis dengan anova satu jalan dan dilanjutkan uji LSD (Least Significant Difference) dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jambu biji mempunyai efek antiinflamasi pada dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB (p<0,05). Persen daya antiinflamasi daun jambu biji dosis 0,775g/kgbB dan 1,551g/kgBB berturut-turut adalah 47,18% dan 62,55%. Kata kunci : antiinflamasi, ekstrak etanol, daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) xvi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak jenis tanaman yang dapat tumbuh di Indonesia yang sebagian besar dapat digunakan sebagai sumber bahan obat alam dan telah banyak digunakan oleh masyarakat secara turun temurun untuk keperluan pengobatan guna mengatasi masalah kesehatan. Obat tradisional tersebut perlu diteliti dan dikembangkan sehingga dapat bermanfaat secara optimal untuk peningkatan kesehatan masyarakat (Tjokronegoro dan Baziad, 1992). Masyarakat luas beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional lebih aman dibandingkan dengan obat kimia sehingga mereka lebih suka menggunakan obat tradisional untuk menyembuhkan penyakitnya. Walaupun demikian bukan berarti obat tradsional tidak memiliki efek samping yang merugikan, bila penggunaannya kurang tepat. Dan kurangnya informasi tentang obat tradisional oleh masyarakat merupakan salah satu kendala dalam penggunaan obat tradisional sehingga penggunaannya menjadi kurang optimal (Anonim, 2008). Inflamasi merupakan suatu gejala pada beberapa penyakit dan dirasa oleh banyak orang tidak nyaman. Obat modern yang biasa digunakan sebagai antiinflamasi adalah obat golongan AINS (Antiinflamasi Non Steroid) yang pada umumnya mempunyai efek samping tukak lambung, sehingga perlu dicari pengobatan alternatif untuk melawan dan mengendalikan rasa nyeri dan peradangan dengan efek samping yang relatif lebih kecil, misalnya obat yang berasal dari tumbuhan. Salah satu obat tradisional yang digunakan secara empiris sebagai antiinflamasi adalah tanaman 1 2 jambu biji. Menurut Soedibyo (1998) bagian tanaman jambu biji yang dapat berkhasiat sebagai obat tradisional adalah daun dan buahnya. Daun jambu biji menurut resep obat-obatan tradisional dapat dimanfaatkan sebagai antiinflamasi, hemostatik dan astringensia. Buahnya dapat digunakan sebagai obat disentri dan kencing manis. Penelitian Aisah (2004) menunjukkan bahwa infusa daun jambu biji mempunyai aktifitas sebagai antiinflamasi dengan persen daya antiinflamasi 40,08% pada dosis 5g/kgBB. Dari beberapa hasil skrining fitokimia tanaman jambu biji ditemukan senyawa tanin, minyak atsiri, flavonoid, saponin dan kemungkinan senyawa golongan arbutin (Yuniarti, 2007; Atmaja, 2007 dan Sumanti, 2003). Flavonoid dapat menghambat beberapa enzim antara lain : aldose reduktase, xantin oksidase, CA2+ ATPase, fosfodiesterase, lipooksigenase dan siklooksigenase (Narayana, 2001; Geissman, 1962). Sehingga senyawa yang diduga mempunyai aktivitas sebagai antiinflamasi adalah flavonoid karena dapat menghambat enzim siklooksigenase yang berperan dalam terjadinya inflamasi. Flavonoid ini dapat diekstraksi dengan etanol 70% (Harborne, 1987; Anonim, 1979). Pelarut etanol dapat digunakan untuk menyari zat yang kepolaran relatif tinggi sampai relatif rendah, karena etanol merupakan pelarut universal, etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel, dapat memperbaiki stabilitas bahan obat yang terlarut dan juga efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal (Voigt, 1994). Ekstrak etanol daun jambu biji ini didapatkan melalui maserasi yang merupakan metode penyarian yang cocok untuk senyawa yang tidak tahan pemanasan dengan 3 suhu tinggi dan sering dipakai untuk mengekstraksi bahan obat yang berupa serbuk simplisia yang halus (Voigt, 1994). Sediaan infusa hanya dapat menyari zat-zat yang bersifat polar, penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang, oleh karena itu sari yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1986). Kelemahan lainnya adalah menyebabkan pembengkakan sel sehingga bahan aktif akan terikat kuat pada simplisia. Sedangkan bentuk sediaan ekstrak selain dapat disimpan lebih lama juga dapat dipakai berulang. Etanol dapat menyari senyawa-senyawa yang tidak dapat tersari oleh air yaitu lemak, terpenoid, antrakinon, kumarin, flavonoid polimetil, resin, klorofil, isoflavon, alkaloid bebas, kurkumin dan fenol lain. Dari senyawasenyawa tersebut ada flavonoid polimetil, jenis flavonoid ini tidak tersari dengan air. Berdasarkan uraian inilah dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui manfaat daun jambu biji sebagai antiinflamasi dengan bentuk sediaan lain yaitu dengan ekstrak etanol 70% daun jambu biji dengan ekstraksinya menggunakan metode maserasi, karena maserasi merupakan metode penyarian yang cocok untuk senyawa yang tidak tahan pemanasan dengan suhu tinggi Sehingga dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai manfaat ekstrak etanol daun jambu biji sebagai antiinflamasi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu : apakah ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) memiliki efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi karagenin 1% ?. 4 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antiinflamasi ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) terhadap inflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi dengan karagenin 1%. D. Tinjauan Pustaka 1. Obat Tradisional Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, ketrampilan turun temurun, dan/atau pendidikan atau pelatihan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Obat tradisional adalah obat yang dibuat dari bahan atau paduan bahan-bahan yang diperoleh dari tanaman, hewan atau mineral yang belum berupa zat murni, tapi sebagian besar berasal dari tanaman (Anonim, 2003). Obat tradisional yang digunakan sebaiknya memenuhi kriteria mudah didapat (jika mungkin dari kebun sekitar rumah), dikenal oleh banyak orang serta proses penyimpanannya sederhana, mudah digunakan dan tidak berbahaya dalam penggunaan (Agoes dan Jacob, 1992). Obat asli Indonesia ada tiga yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka. Jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat yang telah jelas keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku, sehingga sediaan tersebut terjamin keseragaman komponen aktif, keamanan 5 dan khasiatnya. Fitofarmaka merupakan sediaan obat yang jelas keamanan dan khasiatnya serta sudah teruji secara praklinis, klinis dan pascaklinis. Bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang memenuhi persyaratan yang berlaku, sehingga sediaan tersebut terjamin keseragaman komponen aktif, keamanan dan khasiatnya (Anonim, 2004). 2. Simplisia Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah dikeringkan (Anonim, 1979). Berdasarkan hal itu maka simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati merupakan simplisia yang dapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat tanaman atau gabungan antara ketiganya, simplisia hewani yaitu simplisia berupa hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan kimia murni dan simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa bahan kimia murni. Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan-tahapan : pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu (Gunawan dan Mulyani, 2004). 3. Ekstrak dan ekstraksi Ekstrak adalah sediaan yang dapat berupa kering, kental dan cair, dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi syarat baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995). 6 Penyarian adalah peristiwa memindahkan zat aktif yang semula didalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Cairan pelarut dalam pembuatan ekstrak adalah pelarut yang optimal untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau yang aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat terpisahkan dari bahan, serta ekstrak hanya mengandung sebagian besar senyawa kandungan yang diinginkan (Anonim, 2000). Salah satu contoh metode penyarian adalah maserasi, maserasi merupakan metode yang sederhana dan banyak digunakan untuk menyari bahan obat yang berupa serbuk simplisia yang halus (Voigt, 1994). Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang diluar sel, maka larutan zat aktif akan terdesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan yang berada di luar dan di dalam sel (Anonim, 1986). Pembuatan maserasi kecuali dinyatakan lain dilakukan dengan memasukkan 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok kedalam sebuah bejana kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, bejananya ditutup dan dibiarkan selama 5 hari yang terlindung dari cahaya sambil sering diaduk. Maserat kemudian diserkai dan ampasnya dicuci dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Maserat dipindahkan ke dalam bejana tertutup dan dibiarkan ditempat sejuk dengan terlindung dari cahaya selama 2 hari kemudian dienap tuang atau saring (Anonim, 1979). Waktu maserasi berbeda-beda tergantung 7 dari sifat campuran obat dan menstrum, lama maserasi harus cukup agar dapat menyari semua zat yang mudah disari yaitu sekitar 2-14 hari (Ansel, 1989). Kelemahan penyarian dengan metode maserasi ini pengerjaannya membutuhkan waktu yang cukup lama dan penyariannya kurang sempurna (Anonim, 1985). Pada maserasi ini digunakan larutan penyari etanol 70% karena flavonoid dapat diekstraksi dengan etanol 70% (Harbone, 1987; Voigt, 1994) 4. Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) a. Sistematika tanaman Sistematika tanaman jambu biji sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Klass : Dicotyledonae Ordo : Myrtales Famili : Myrtaceae Genus : Psidium Spesies : Psidium guajava Linn. (van Steenis, 1947) b. Nama daerah Sumatera: glime breueh (Aceh), glimeu beru (Gayo), galiman (Batak karo), masiambu (Nias), jambu biawas, jambu biji (Psidium guajava Linn.) , jambu batu, jambu klutuk (Melayu). Jawa: jambu klutuk (Sunda), jambu krutuk, jambu krikil (Jawa), jhambu bhender (Madura), Nusa Tenggara: sotong (Bali), guawa (Flores), goihawas (Sika). Sulawesi: gayawas (Manado), boyawat (Mongondow), koyawas (Tonsaw), dambu (Gorontalo), jambu paratugala (Makasar), jambu paratukala 8 (Bugis), jambu (Baree), kujabas (Roti), biabuto (Buol). Maluku: kayawase (Seram Barat), kujawase (Seram Selatan), laine hatu, lutu hatu (Ambon), gawaya (Ternate, Halmahera) (Dalimartha, 2000). c. Deskripsi tanaman Tanaman jambu biji merupakan jenis tanaman perdu, tingginya 5-10 meter, batang berkayu, bulat, kulit kayu licin, mengelupas, bercabang, warna coklat kehijauan. Daun tunggal, bulat telur, ujungnya tumpul, pangkal membulat, tepi rata, panjang 6-14 cm, lebar 3-6 cm, pertulangan menyirip, warna hijau kekuningan. Daun muda berbulu abu-abu, daun bertangkai pendek. Bunga tunggal di ketiak daun, mahkota bulat telur, panjang 1,5 cm, warna putih kekuningan. Bakal buah tenggelam, beruang 4-5, buah buni bundar, bentuk buah peer atau buah bulat telur, warna putih kekuningan atau merah muda, panjang 5-8,5 cm (van Steenis, 1947). d. Distribusi Tanaman Tanaman jambu biji tumbuh alami di daerah tropis Amerika, dan saat ini dijumpai diseluruh daerah tropis dan sub tropis. Seringkali ditanam di pekarangan rumah. Tanaman ini sangat adaptif dan dapat tumbuh tanpa pemeliharaan. Terlalu banyak hujan selama musim pembuahan dapat menyebabkan buah pecah dan busuk, sering ditanam sebagai tanaman buah, sangat sering hidup alamiah ditepi hutan dan padang rumput (Sudarsono dkk, 2002). e. Kandungan kimia Kandungan kimia yang terdapat dalam daun jambu biji antara lain : asam psidiloat, asam ursolat, asam krategolat, asam oleanolat, asam guaiavolat, kuersetin dan minyak atsiri (Sudarsono dkk., 2002). 9 f. Hasil penelitian yang relevan 1) Hasil penelitian Yuniarti (1991) menunjukkan bahwa sediaan dekokta daun Jambu biji mempunyai daya antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan mampu membunuh bakteri tersebut mulai kadar 2% diameter hambatannya (11,4±0,5) mm. Dari penelitian ini didalam daun jambu biji ditemukan empat senyawa yaitu : tanin, minyak atsiri, flavonoid dan kemungkinan senyawa golongan arbutin. 2) Dari hasil penelitian Sumanti (2003) menunjukkan infusa daun jambu biji mempunyai KBM sebesar 10% dan pembanding ketokonazol KBMnya 0,313%, jadi aktivitas daun jambu biji 1/32x aktifitas ketokonazol, hasil KLT menunjukkan bahwa daun jambu biji mengandung tanin, saponin, minyak atsiri dan flavonoid. 3) Hasil penelitian Aisah (2004) menunjukkan bahwa infusa daun jambu biji dosis 5g/kgBB mempunyai efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi karagenin 1% dengan persen daya antiinflamasinya 40,08%. 4) Pada hasil penelitian Atmaja (2007) menunjukkan aktivitas antioksidan daun jambu biji fraksi air lebih besar daripada fraksi eter. Hasil deteksi kandungan kimia fraksi eter dan air ekstrak metanoliknya adalah flavonoid, hasil identifikasi kandungan kimia serbuk daun jambu biji adalah : flavonoid, polifenol, saponin, tanin dan minyak atsiri. 5) Hasil penelitian Dahliyanti (2007) menunjukkan fraksi etil asetat buah jambu biji memiliki aktivitas antioksidan paling poten dibanding ekstrak metanol, fraksi kloroform, fraksi air dan vitamin E. 57,88% aktivitas antioksidan merupakan 10 kontribusi dari senyawa fenolik, sedang 75,78% merupakan kontribusi dari senyawa flavonoid. 5. Inflamasi Inflamasi adalah respon terhadap cedera jaringan dan infeksi. Ketika proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular dimana cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera jaringan atau infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan (Gambar 1) (Kee dan Hayes, 1996). Noksius Kerusakan sel Pembebasan bahan mediator Emigasi leukosit Proliferasi sel Gangguan sirkulasi lokal Kemerahan Eksudasi Panas Pembengkakan Perangsangan reseptor nyeri Gangguan fungsi Nyeri Gambar 1. Patogenesis dan Gejala Suatu Peradangan (Mutschler, 1986) Ciri khas inflamasi dikenal dengan tanda-tanda utama inflamasi, yaitu : a. Eritema (kemerahan) Kemerahan terjadi pada tahap pertama dari proses inflamasi. Darah berkumpul pada daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator-mediator kimia tubuh (kinin, prostaglandin, histamin) 11 b. Edema (pembengkakan) Pembengkakan merupakan tahap kedua dari inflamasi. Plasma merembes ke dalam jaringan intestinal pada tempat cidera. Kinin mendilatasi arteriol meningkatkan permeabilitas kapiler c. Kolor (panas) Panas pada tempat inflamasi disebabkan oleh bertambahnya pengumpulan darah dan mungkin juga karena pirogen (substansi yang menimbulkan demam) yang mengganggu pusat pengatur panas pada hipotalamus d. Dolor (nyeri) Nyeri disebabkan oleh pembengkakan dan pelepasan mediator-mediator kimia e. Functio laesa ( hilangnya fungsi ) Karena penumpukan cairan pada tempat cedera jaringan dan karena rasa nyeri, yang mengurangi mobilitas pada daerah yang terkena (Kee dan Hayes, 1996). Tanda-tanda diatas merupakan akibat dari gangguan aliran darah yang terjadi akibat kerusakan jaringan dalam pembuluh pengalir terminal, eksudasi dan perangsangan reseptor nyeri. Radang dapat dihentikan dengan meniadakan noksi atau dengan menghentikan kerja yang merusak. Walaupun demikian, seringkali pada gangguan darah regional dan eksudasi terjadi emigrasi sel-sel darah ke dalam ruang ekstrasel serta proliferasi histiosit fibroblas. Proses-proses ini juga berfungsi primer pada perlawanan terhadap kerusakan serta pemulihan kondisis asalnya, walaupun demikian juga dapat bekerja negatif. Reaksi ini disebabkan oleh pembebasan bahanbahan mediator (histamin, serotonin, prostaglandin dan kinin), proses patogenesis tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 (Mutschler, 1986). 12 Prostaglandin dilepaskan menyebabkan bertambahnya vasodilatasi, permeabilitas kapiler, nyeri dan demam. Sintesisnya dapat dilihat dari gambar 2 yaitu bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimia, fisik atau mekanis, maka enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipida menjadi asam arakidonat. Kemudian asam lemak tak jenuh ini sebagian diubah oleh enzim siklooksigenase menjadi endoperoksida dan seterusnya menjadi zat-zat prostaglandin (Tjay dan Rahardja, 2002). Trauma / luka pada sel Gangguan pada membran sel Fosfolipid Dihambat kortikosteroid Enzim fosfolipase Asam arakidonat Enzim lipooksigenase Enzim siklooksigenase Dihambat AINS Hidroperoksida Leukotrien Endoperoksida PGE2, PGF2, PGD2 Tromboksan A2 Prostasiklin Gambar 2. Perombakan Asam Arakidonat (Wilmana, 1995) Siklooksigenase terdiri dari dua isoenzim yaitu COX-1 dan COX-2. COX-1 berperan pada pemeliharaan fungsi ginjal, homeostasis vaskuler dan melindungi lambung dengan cara membentuk bikarbonat dan lendir, serta menghambat produksi asam. COX-2 dalam keadaan normal tidak terdapat di dalam jaringan, tetapi dibentuk 13 selama proses peradangan oleh sel-sel radang dan kadarnya dalam sel meningkat sampai 80 kali. Bagian lain dari arakidonat diubah oleh enzim lipooksigenase menjadi zat-zat leukotrien. Baik prostaglandin maupun leukotrien bertanggung jawab bagi sebagian besar dari gejala peradangan. Menurut perkiraan, penghambatan COX2 ini yang memberikan NSAID efek antiradangnya (Tjay dan Rahardja, 2002). Obatobat inflamasi seperti obat-obat antiinflamasi nonsteroid dan steroid menghambat mediator kimia sehingga mengurangi proses inflamasi (Kee dan Hayes, 1996). Pengobatan pasien dengan inflamasi mempunyai 2 tujuan utama, yaitu : meringankan rasa nyeri, yang sering kali gejala awal yang terlihat dan keluhan utama yang terus menerus dari pasien dan memperlambat atau membatasi proses perusakan jaringan. Pengurangan inflamasi dengan NSAID sering berakibat meredanya rasa nyeri selama periode yang bermakna. Lebih jauh lagi, sebagian besar nonopioid analgesik mempunyai efek antiinflamasi, jadi tepat digunakan untuk pengobatan inflamasi akut maupun kronis (Katzung, 2001). 6. Obat Antiinflamasi Non Steroid NSAID dikenal sebagai penghambat prostaglandin, mempunyai efek analgesik dan antipiretik yang berbeda-beda tetapi terutama dipakai sebagai agen antiinflamasi untuk meredakan inflamasi dan nyeri (Wilmana, 1995). Ketika memberikan NSAID untuk meredakan nyeri dosisnya biasanya lebih tinggi daripada untuk pengobatan inflamasi (Kee dan Hayes, 1996). Efek antipiretiknya tidak sekuat dari efek antiinflamasi. NSAID lebih cocok untuk mengurangi bengkak, nyeri dan kekakuan sendi (Kee dan Hayes, 1996). Umumnya obat antiinflamasi nonsteroid digunakan untuk terapi rheumatid arthritis, 14 bermanfaat untuk menghilangkan rasa sakit, dan mencegah udema akibat pengaruh prostaglandin melalui penghambatan jalur siklooksigenase. Obat AINS secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrein, yang diketahui ikut berperan dalam inflamasi. Steroid bekerja untuk mencegah pembentukan asam arakidonat pada membran sel. Sebagian besar efek terapi AINS sama yaitu menghambat biosintesis prostaglandin, obat-obat golongan AINS pada Gambar 3 (Wilmana, 1995). OBAT AINS ASAM KARBOKSILAT Asam asetat Derivate asam salisilat aspirin benorilat diflunizal salsalat Derivat asam fenilasetat Derivate asam propionat ASAM FENOLAT Derivate asam fenamat Derivate pirazolon Derivate oksikam asam tiaprofenat asam mefenamat azapropazon fenbufen meklofenamat fenilbutazon fenoprofen oksifenbutason flurbifrofen ibufrofen ketoprofen naproksen piroksikam tenoksikam Derivat asam asetat inden / indol Gambar 3. Klasifikasi Obat Analgesik Antiinflamasi Non Steroid (AINS) (Ganiswara,1995) 7. Diklofenak Derivat fenilasetat ini termasuk NSAID yang terkuat daya antiradangnya dengan efek samping yang kurang keras dibandingkan dengan obat kuat lainnya (indometasin dan piroxicam). Obat ini adalah penghambat siklooksigenase yang 15 relatif nonselektif dan kuat, juga mengurangi bioavailabilitas asam arakidonat (Tjay dan Rahardja, 2002). Struktur kimia dari natrium diklofenak adalah sebagai berikut : Gambar 4. Struktur Kimia Natrium Diklofenak (Takahashi, 2001) Natrium diklofenak digunakan untuk mengurangi rasa nyeri akibat peradangan disebabkan karena penghambatan pembentukan prostaglandin dan asam arakidonat melalui aksinya pada enzim siklooksigenase (Siswandono, 1995). 8. Karagenin Karagenin adalah sulfat polisakarida bermolekul besar sebagai induktor inflamasi (Corsini et al, 2005). Penggunaan karagenin sebagai penginduksi radang memiliki beberapa keuntungan antara lain: tidak meninggalkan bekas, tidak menimbulkan kerusakan jaringan dan memberikan respon yang lebih peka terhadap obat antiinflamasi dibanding senyawa iritan lainnya (Siswanto dan Nurulita, 2005). Zat yang dapat digunakan untuk memicu terbentuknya udem antara lain: mustard oil 5%, dextran 1%, egg white fresh undiluted, serotonin kreatinin sulfat, lamda karagenin 1% yang diinduksikan secara subplantar pada telapak kaki tikus. Karagenin ada beberapa tipe, yaitu lambda (λ) karagenin, iota (i) karagenin dan kappa (k) karagenin. Lambda (λ) karagenin ini dibandingkan dengan jenis karagenin yang lain, lambda karagenin paling cepat menyebabkan inflamasi dan memiliki bentuk gel yang baik dan tidak keras (Rowe et al, 2003). 16 E. Landasan Teori Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa infusa daun Jambu biji mempunyai efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi 0,1ml karagenin 1% dengan persen daya antiinflamasi 40,08% pada dosis 5g/kgBB (Aisah, 2004). Beberapa hasil skrining fitokimia tanaman Jambu biji ditemukan senyawa tanin, minyak atsiri, flavonoid, saponin dan kemungkinan senyawa golongan arbutin (Yuniarti, 2007, Atmaja, 2007, Sumanti, 2003), sehingga senyawa yang diduga mempunyai efek sebagai antiinflamasi adalah flavonoid. Flavonoid dapat menghambat beberapa enzim antara lain : aldose reduktase, xantin oksidase, CA2+ ATPase, fosfodiesterase, lipooksigenase dan siklooksigenase (Narayana, 2001; Geissman, 1962). Flavonoid dapat diekstraksi dengan etanol 70% (Harborne, 1987; Anonim, 1979). Etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel dan memperbaiki stabilitas bahan obat yang terlarut dan efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang cukup optimal. Etanol ini dapat menyari jenis flavonoid yang tidak dapat tersari dengan air, yaitu flavonoid polimetil yang mungkin juga berperan dalam antiinflamasi. Penyariannya dilakukan dengan metode maserasi, karena maserasi merupakan proses ekstraksi yang cukup sederhana dan cocok untuk senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan (Voigt, 1994). F. Hipotesis Ekstrak etanol daun Jambu biji (Psidium guajava Linn.) diduga mempunyai akivitas sebagai antiinflamasi terhadap tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi dengan karagenin 1%. 17 BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian dan Rancangan Penelitian Kategori penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental semu dengan rancangan acak lengkap pola searah, yaitu mengamati kemungkinan pengaruh di antara variabel dengan melakukan pengamatan terhadap kelompok eksperimental pada berbagai kondisi perlakuan dan membandingkannya dengan kelompok kontrol. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Variabel bebas : ekstrak etanol daun jambu biji dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB tikus, natrium diklofenak 2,5mg/kgBB sebagai kontrol positif dan akuades 2,5ml/200gBB sebagai kontrol negatif. 2. Variabel tergantung : volume udem kaki tikus putih jantan galur Wistar 3. Variabel terkendali a. Hewan uji : kondisi, galur, jenis kelamin, berat badan dan umur tikus b. Tanaman : tempat dan waktu pengambilan tanaman Jambu biji B. Alat dan Bahan 1. Alat : timbangan, spuit injeksi (terumo), jarum oral, blender, pletismometer, ayakan no 4/18, pengukur waktu, kompor listrik, oven dan alat-alat gelas. 2. Bahan a. Tanaman : daun jambu biji yang masih muda berwarna hijau pupus, bebas dari hama, penyakit dan pengganggu lainnya. yang diambil pada bulan Juli tahun 2007 dari desa Donoharjo Wonogiri. 17 18 b. Bahan untuk uji farmakologi antara lain : karagenin tipe lambda (Sigma Chemical Co), NaCl 0,9% (Otsuka), natrium diklofenak (Pharos) dan akuades (Ikapharmindo Putramas), etanol 70% (Teknis). c. Hewan uji : hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan sehat galur Wistar umur 2-3 bulan dengan berat badan 150-200 g yang diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. C. Jalannya Penelitian 1. Determinasi tanaman Determinasi tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran dari tanaman yang akan digunakan sebagai bahan uji. Determinasi dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. 2. Pembuatan simplisia Daun jambu biji yang tidak terserang hama, penyakit dan terbebas pengganggu dan pencemar lainnya,kemudian dibersihkan di bawah air mengalir sebanyak 2 kali, ditiriskan. Bahan basah dikeringkan dengan oven pada suhu 450-500 C selama 2 hari. Bahan yang sudah kering diserbuk dengan menggunakan blender, serbuk diayak dengan ayakan no 4/18. 3. Pembuatan ekstrak etanol daun jambu biji Bahan yang sudah dibuat serbuk ditimbang sebanyak yang diperlukan sesuai konsentrasi yang akan dibuat yaitu sebanyak 200 g, kemudian ditambah dengan larutan penyari 1500 ml, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil diaduk, kemudian disaring. Setelah itu ampasnya diremaserasi, 19 disaring sampai mendapatkan 100 bagian (2000 ml) dan dipindahkan ke dalam bejana tertutup, dibiarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari dimaksudkan untuk mengendapkan, disaring. Maserat diuapkan diatas penangas air secara tidak langsung pada suhu 600 C. 4. Pembuatan karagenin 1%. Ditimbang sejumlah 0,05 g karagenin kemudian dilarutkan dengan larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%) sehingga didapat volume 5 ml. 5. Pembuatan radang Kaki tikus yang sudah ditandai sebatas mata kaki, kemudian diinduksi dengan karagenin 1% secara subplantar (di bawah kulit telapak kaki tikus). 6. Uji Pendahuluan a. Orientasi dosis natrium diklofenak Penetapan dosis natrium diklofenak dilakukan dengan 9 ekor hewan uji dibagi menjadi 3 kelompok, masing-masing kelompok 3 ekor hewan uji. Dosis natrium diklofenak yang digunakan 2,5mg/kgBB dan 6,75mg/kgBB dengan volume pemberian 2,5ml/200gBB. Pemberian natrium diklofenak dilakukan 1 jam sebelum kaki tikus diinduksi dengan 0,1 ml karagenin 1%. Volume kaki tikus diukur pada pletismometer sesaat setelah induksi karagenin 1% selama 6,5 jam setiap 0,5 jam. b. Orientasi waktu pemberian natrium diklofenak Sembilan ekor hewan uji yang dibagi menjadi 3 kelompok masing-masing 3 ekor tikus. natrium diklofenak 2,25mg/kgBB diberikan pada 1 jam, 0,5 jam dan sesaat 20 sebelum induksi karagenin 1%. Volume kaki tikus diukur pada pletismometer sesaat setelah induksi karagenin 1% selama 6,5 jam setiap 0,5 jam. c. Orientasi dosis ekstrak etanol daun jambu biji Orientasi dosis ekstrak etanol daun jambu biji dilakukan dengan menggunakan 2 dosis yaitu 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB pada masing-masing 3 ekor hewan uji. d. Orientasi waktu pemberian ekstrak etanol daun jambu biji Sembilan ekor tikus putih jantan dibagi menjadi 3 kelompok. Orientasi dilakukan pada 1 jam, 0,5 jam dan sesaat sebelum diinduksi karagenin 1%. 7. Uji utama Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar 25 ekor, kemudian hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Sebelum dilakukan uji semua tikus diaklimatisasi dan dipuasakan selama 18-24 jam. Perlakuan peroral dengan sediaan uji sebagai berikut : Kelompok I : kontrol negatif akuades 2,5ml/200gBB Kelompok II : kontrol positif natrium diklofenak dosis 2,25mg/kgBB Kelompok III : ekstrak etanol daun jambu biji dosis 0,388g/kgBB Kelompok IV : ekstrak etanol daun jambu biji dosis 0,775g/kgBB Kelompok V : ekstrak etanol daun jambu biji dosis 1,551g/kgBB Tiga puluh menit setelah perlakuan, masing-masing hewan uji diinduksi dengan larutan 0,1 ml karagenin 1% diberikan secara subplantar pada telapak kaki tikus. Volume udem kaki tikus diukur selama 6,5 jam setiap 0,5 jam. Volume kaki tikus 21 diukur dengan cara kaki tikus yang telah ditandai sebatas mata kaki dicelupkan ke dalam air raksa pada pletismometer. D. Analisis Data Data yang diperoleh berupa kurva volume udem kaki tikus. Volume udem merupakan selisih kaki tikus sebelum dan sesudah diradangkan, dengan rumus: (1) Vu = Vt – V0 Keterangan : Vu : Volume udem kaki tikus setiap waktu Vt : Volume kaki tikus setelah diradangkan karagenin 1% pada waktu t Vo : Volume awal kaki tikus sebelum diradangkan dengan karagenin 1% Dari data volume udem rata-rata tersebut dapat dihitung nilai AUC (Area Under the Curve) yaitu luas daerah rata-rata di bawah kurva yang merupakan hubungan volume udem rata-rata tiap satuan waktu dengan rumus: Vtn-1 + Vtn AUCtntn-1 = 2 ( tn-tn-1 ) (2) Keterangan : Vtn-1 : rata- rata volume udem pada tn-1 Vtn : rata-rata volume udem pada tn Persentase penghambatan volume udem dihitung berdasarkan persen penurunan udem menggunakan rumus: AUCk - AUCp % DAI = X 100% (3) AUCk Keterangan : AUCk : AUC kurva volume udem rata-rata terhadap waktu untuk kontrol negatif AUCp : AUC kurva volume udem rata-rata terhadap waktu untuk kelompok perlakuan pada tiap individu. Dari data AUC antara volume udem terhadap waktu, kemudian dilakukan uji untuk mengetahui distribusi dari data dan homogenitas variannya dengan uji 22 Kolmogorof-Smirnov dan uji Levene, apabila data terdistribusi normal dan homogen diuji Anava satu jalan dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan uji LSD (Least Significant Difference) untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan bermakna. Jika data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen dilanjutkan uji Kruskall Wallis dan Mann-Whitney. Analisis data dikerjakan dengan program SPSS versi 14. 23 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Determinasi tanaman dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran identitas dari tanaman jambu biji yang akan digunakan dalam penelitian ini. Determinasi tanaman jambu biji dilakukan di Laboratorium Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hasil determinasi tanaman jambu biji (Psidium guajava Linn.) adalah sebagai berikut : 1b, 2b, 3b, 4b, 6b, 7b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13b, 14b, 16a, 239b, 243b, 244b, 248b, 249b, 250a, 251b, 253b, 254b, 255b, 256b, 261b, 262b, 263b, 264b → Familia : Myrtaceae 1b, 2a → Genus : Psidium 1 → Species : Psidium guajava Linn. (van Steenis, 2003). Berdasarkan determinasi diatas dapat dipastikan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar tanaman jambu biji. B. Hasil ekstraksi daun jambu biji Pemanenan daun jambu biji diperoleh berat basah 1160 g. Pengeringan dilakukan menggunakan oven karena dengan menggunakan oven lebih mudah, tidak memerlukan banyak tempat dan alat, selain itu suhunya dapat diatur. Berat simplisia kering yang diperoleh adalah 457 g. Proses penguapan maserat menggunakan pemanasan tidak langsung di atas penangas air dengan menggunakan cawan porselin dengan suhu 600C. Pada penguapan ini suhu yang seharusnya digunakan adalah tidak boleh lebih dari 600C, 23 24 karena senyawa yang diduga mempunyai efek antiinflamasi ini adalah flavonoid yang dapat rusak pada suhu tinggi. Ekstrak yang diperoleh sebesar 62,04 g, rendemen ekstrak yang didapatkan adalah 31,02% b/b. C. Uji pendahuluan Uji pendahuluan yang dilakukan antara lain orientasi dosis dan waktu pemberian natrium diklofenak, orientasi dosis dan waktu pemberian ekstrak etanol daun jambu biji. Orientasi dosis dilakukan untuk mengetahui dosis yang cukup untuk memberikan efek antiinflamasi pada kaki tikus putih jantan galur Wistar yang telah diinduksi 0,1 ml karagenin 1%. Sedangkan orientasi waktu dilakukan untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan zat untuk dapat mencapai kadar dalam darah yang cukup untuk memberikan efek. Data orientasi dosis natrium diklofenak dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Volume Udem Kontrol Negatif Akuades 2,5 ml/200gBB, Natrium Diklofenak Dosis 2,25mg/kgBB dan 6,75mg/kgBB 1 jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% Volume Udem (ml) Pada Jam ke Kelompok I II III 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 X 0,08 0,10 0,14 0,20 0,21 0,26 0,35 0,34 0,34 0,33 0,24 0,22 0,21 0,20 SEM 0,01 0,01 0,02 0,03 0,02 0,02 0,03 0,04 0,03 0,04 0,00 0,01 0,01 0,02 X 0,08 0,07 0,08 0,08 0,08 0,08 0,06 0,06 0,03 0,02 0,02 0,01 0,00 0,00 SEM 0,01 0,02 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 X 0,06 0,07 0,06 0,08 0,07 0,06 0,05 0,04 0,02 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 SEM 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 Keterangan : SEM Kelompok I Kelompok II Kelompok III : Standart Error of Mean : Kontrol negatif akuades 2,5ml/200gBB : Natrium diklofenak 2,25mg/kgBB : Natrium diklofenak 6,75mg/kgBB 25 Tabel 2. Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan %Daya Antiinflamasi Kontrol Negatif Akuades 2,5ml/200gBB, Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB dan 6,25mg/kgBB 1 jam Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% Harga AUC (ml.jam) % Daya Antiinflamasi Kelompok Perlakuan (X ± SEM) Kontrol Negatif Akuades 1,54 ± 0,09 ─ Natrum Diklofenak 2,25mg/kgBB 0,32 ± 0,01 79,46 ± 0,69 Natrium Diklofenak 6,75mg/kgBB 0,25 ± 0,08 83,86 ± 5,01 (X ± SEM) Data dari Tabel 2 menunjukkan bahwa persen daya antiinflamasi meningkat dengan bertambahnya dosis. Hasil uji statistik didapat bahwa antara natrium diklofenak dosis 2,25mg/kgBB dan 6,75mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Sehingga ditetapkan dosis kontrol positif natrium diklofenak yang digunakan adalah dosis 2,25mg/kgBB. Volume Udem Rata-rata (ml) Orientasi Dosis Na diklofenak 2,25mg/kgBB Tikus dan 6,75mg/kgBB Tikus 0.40 0.35 0.30 Kontrol negatif aquadest 0.25 Na diklofenak 2.25mg/kgBB tikus 0.20 0.15 Na diklofenak 6.75mg/kgBB tikus 0.10 0.05 0.00 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 Waktu (jam) Gambar 5. Grafik Rata-rata Volume Udem Orientasi Waktu Pemberian Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Dinduksi 0,1 ml Karagenin 1% 26 Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa waktu pemberian natrium diklofenak 2,25g/kgBB yang diberikan 1 jam sebelum induksi karagenin 1% mempunyai luas daerah daerah dibawah kurvanya paling kecil atau bentuk kurva lebih rendah yang artinya kemampuannya dalam menurunkan volume udem paling baik dari pada waktu pemberian setengah dan sesaat sebelum induksi. Tabel 3. Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan %Daya Antiinflamasi Kontrol Negatif Akuades 2,5ml/200gBB Tikus, Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% Harga AUC (ml.jam) % Daya Antiinflamasi (X ± SEM) (X ± SEM) Kontrol Negatif Akuades 1,54 ± 0,09 ─ Natrium Diklofenak 1 jam Sebelum Induksi 0,89± 0,12 42,33 ± 8,00 Natrium Diklofenak 0,5 jam Sebelum Induksi 0,82 ± 0,18 46,68 ± 11,67 Natrium Diklofenak Sesaat Sebelum Induksi 0,76 ± 0,18 50,58 ± 11,52 Kelompok Perlakuan Hasil uji analisis variasi perbedaan waktu pemberian kontrol positif natrium diklofenak 2,25mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Namun jika dilihat dari persen daya antiinflamasinya, natrium diklofenak 2,25mg/kgBB waktu pemberian sesaat sebelum induksi memberikan persen daya antiinflamasi yang paling besar, sehingga ditetapkan waktu pemberian natrium diklofenak 2,25mg/kgBB pada sesaat sebelum diinduksi karagenin 1%. Data orientasi waktu pemberian natrium diklofenak 2,25mg/kgBB dapat dilihat pada Tabel 3. 27 Tabel 4. Volume Udem Orientasi Dosis Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB Tikus 1jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% Kelompok I II III IV Volume Udem (ml) Pada Jam ke 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 X 0,08 0,10 0,14 0,20 0,21 0,26 0,35 0,34 0,34 0,33 0,24 0,22 0,21 0,20 SEM 0,01 0,01 0,02 0,03 0,02 0,02 0,03 0,04 0,03 0,04 0,00 0,01 0,01 0,02 X 0,08 0,07 0,08 0,08 0,08 0,08 0,06 0,06 0,03 0,02 0,02 0,01 0,00 0,00 SEM 0,01 0,02 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 X 0,09 0,10 0,11 0,11 0,10 0,09 0,11 0,09 0,09 0,09 0,07 0,06 0,05 0,02 SEM 0,00 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03 0,02 0,01 X 0,08 0,10 0,11 0,12 0,10 0,10 0,09 0,09 0,09 0,09 0,05 0,04 0,03 0,02 SEM 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,02 0,02 Keterangan : Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV : Kontrol negatif akuades 2,5ml/200gBB : Kontrol positif natrium diklofenak 2,25mg/kgBB : Ekstrak etanol daun jambu biji dosis 0,775g/kgBB : Ekstrak etanol daun jambu biji dosis 1,551g/kgBB Tabel 5. Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan % Daya Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 0,775g/kgBB Tikus dan 1,551g/kgBB Tikus Yang Diberikan 1 jam Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% Harga AUC (ml.jam) Kelompok Perlakuan Kontrol Negatif Akuades Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB Ekstrak jambu biji 0,775g/kgBB Ekstrak jambu biji 1,551g/kgBB (X ± SEM) % Daya Antiinflamasi (X ± SEM) 1,54 ± 0,09 ─ 0,32 ± 0,01 79,46 ± 0,69 0,56 ± 0,11 63,59 ± 6,89 0,65 ± 0,07 65,61 ± 4,53 Hasil uji statistik didapat bahwa antara ekstrak etanol daun Jambu biji dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Sehingga ditetapkan dosis ekstrak etanol daun jambu biji yang digunakan adalah dosis 1,551g/kgBB. Data orientasi dosis ekstrak jambu biji dilihat pada Tabel 5. 28 Dari grafik orientasi waktu pemberian ekstrak etanol daun Jambu biji pada setengah jam sebelum induksi karagenin 1% mempunyai kurva paling rendah yang berarti kemampuannya dalam menurunkan udem paling baik dibandingkan waktu pemberian 1 jam dan sesaat sebelum induksi. Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Volume Udem Rata-rata (ml) 0.40 Kontrol negatif aquadest 0.35 Kontrol positif Na diklofenak 2.25mg/kgBB tikus 0.30 0.25 Ekstrak etanol daun jambi biji 1jam sebelum karagenin 0.20 0.15 Ekstrak etanol daun jambi biji 0.5jam sebelum karagenin 0.10 Ekstrak etanol daun jambi biji sesaat sebelum karagenin 0.05 0.00 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 Waktu (jam) Gambar 6. Grafik Rata-rata Volume Udem Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 1,551g/kgBB 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% Tabel 6. Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan % Daya Antiinflamasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn.) Dosis 1,551g/kgBB dengan Waktu 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% Kelompok Perlakuan Kontrol Negatif Akuades 1 jam Sebelum Diinduksi Karagenin 0,5 jam Sebelum Diinduksi Karagenin Sesaat Sebelum Diinduksi Karagenin Harga AUC (ml.jam) (X ± SEM) % Daya Antiinflamasi (X ± SEM) 1,54 ± 0,09 ─ 1,11 ± 0,16 28,23 ± 10,20 0,95 ± 0,27 38,76 ± 16,56 1,22 ± 0,14 20,87 ± 9,13 Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa waktu pemberian ekstrak etanol daun jambu biji pada setengah jam sebelum induksi mempunyai persen daya antiinflamasi paling 29 besar. Dari hasil analisis statistik diketahui bahwa perbedaan waktu pemberian ekstrak etanol daun jambu biji menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05) antara kontrol negatif dan waktu pemberian 1 jam dan sesaat sebelum diinduksi karagenin 1%. Tetapi antara kontrol negatif dengan waktu pemberian 0,5 jam sebelum karagenin 1% menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05). Sehingga ditetapkan waktu pemberian ekstrak jambu biji dosis 1,552g/kgBB pada 0,5 jam sebelum diinduksi karagenin 1%. Data orientasi waktu pemberian dapat dilihat pada Tabel 6. D. Uji utama daya antiinflamasi Setelah dilakukan uji pendahuluan yang meliputi orientasi dosis natrium diklofenak, orientasi waktu pemberian natrium diklofenak, orientasi dosis ekstrak etanol daun Jambu biji dan orientasi waktu pemberian ekstrak daun Jambu biji selanjutnya dilakukan uji utama daya antiinflamasi. Uji dilakukan terhadap kaki tikus yang diinduksi senyawa iritan karagenin 1%, senyawa ini akan menyebabkan terjadinya cidera sel dengan dilepaskannya mediator nyeri yang mengawali terjadinya inflamasi. Bahan uji dapat dikatakan mempunyai efek antiinflamasi apabila mampu mengurangi volume udem setelah induksi. Pada percobaan ini menggunakan parameter AUC (Area Under the Curve) yaitu daerah di bawah kurva, AUC ini menunjukkan efek karena pada grafik tersebut terdapat daerah yang menunjukkan besarnya nilai antiinflamasi, semakin besar daerah di bawah kurva maka dapat dikatakan bahan uji dapat menghambat udem secara maksimal dan apabila daerah dibawah kurva semakin kecil maka bahan uji tersebut minimal dalam menghambat volume udem. 30 Tabel 7. Volume Udem Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB Serta Ekstrak Etanol Daun Jambu biji (Psidium Guajava Linn.) Dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5jam Sebelum Diinduksi 0,1ml Karagenin 1% Kelompok I II III IV V Volume Udem (ml) Pada Jam ke 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 X 0,08 0,09 0,10 0,14 0,19 0,25 0,27 0,26 0,25 0,26 0,21 0,21 0,22 0,18 SEM 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,03 0,04 0,04 0,04 0,06 0,04 0,04 0,04 0,04 X 0,08 0,07 0,04 0,05 0,04 0,08 0,08 0,08 0,06 0,03 0,02 0,02 0,01 0,01 SEM 0,00 0,01 0,00 0,01 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 X 0,08 0,09 0,07 0,07 0,14 0,16 0,18 0,19 0,20 0,15 0,14 0,12 0,11 0,08 SEM 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03 0,04 0,03 0,03 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 X 0,08 0,10 0,09 0,09 0,12 0,14 0,14 0,13 0,13 0,11 0,11 0,09 0,07 0,05 SEM 0,00 0,03 0,03 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 X 0,08 0,07 0,07 0,06 0,08 0,11 0,10 0,10 0,10 0,08 0,07 0,05 0,03 0,02 SEM 0,01 0,00 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03 0,01 Keterangan : Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V : Kontrol negatif akuades : Kontrol positif natrium diklofenak 2,25mg/kgBB : Ekstrak etanol daun Jambu biji 0,388g/kgBB : Ekstrak etanol daun Jambu biji 0,775g/kgBB : Ekstrak etanol daun Jambu biji 1,551g/kgBB Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa ekstrak jambu biji dosis 1,551g/kgBB menyebabkan penurunan volume udem yang paling besar dibanding ekstrak Jambu biji dosis 0,388g/kgBB dan 0,775g/kgBB. Uji Daya antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Volume Udem Rata-rata (ml) 0.30 0.25 Kontrol negatif aquadest 0.20 Kontrol positif Na diklofenak 2.25mg/kgBB tikus 0.15 0.10 Ekstrak etanol daun jambu biji 0.388g/kgBB tikus 0.05 Ekstrak etanol daun jambu biji 0.775g/kgBB tikus 0.00 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 Ekstrak etanol daun jambu biji 1.551g/kgBB tikus Waktu (jam ) Gambar 7. Grafik Rata-rata Volume Udem Kontrol Negatif, Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB, Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn.) Dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5 jam Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% 31 Tabel 8. Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan %Daya Antiinflamasi Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB Serta Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 0,388g/kgBB; 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5 jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% Kelompok Perlakuan Harga AUC (ml.jam) % Daya Antiinflamasi (X ± SEM) Kontrol Negatif Akuades Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB Ekstrak Jambu biji 0,388g/kgBB Ekstrak Jambu biji 0,775g/kgBB Ekstrak Jambu biji 1,551g/kgBB (X ± SEM) 1,29 ± 0,18 ─ 0,31 ± 0,02 75,96 ± 1,49 0,86 ± 0,11 35,96 ± 10,43 0,68 ± 0,09 47,18 ± 6,85 0,48 ± 0,06 62,55 ± 4,88 Adanya efek antiinflamasi dari ekstrak etanol daun jambu biji dapat diketahui dengan membandingkan AUC kelompok perlakuan ekstrak etanol daun jambu biji dengan kelompok kontrol negatif, semakin besar volume udem maka semakin besar harga AUC. Grafik volume rata-rata udem di atas menggambarkan bahwa pada perlakuan terjadi penurunan volume udem, sehingga ada kemungkinan bahwa ekstrak etanol daun jambu biji mempunyai efek sebagai antiinflamasi. Tabel 9. Data Hasil Uji Statistik AUC Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/Kg BB Tikus, Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 0,388g/Kgbb, 0,775g/Kgbb dan 1,551g/Kgbb 0,5jam Sebelum Diinduksi 0,1ml Karagenin 1% Kelompok Perlakuan Akuades Akuades Natrium Diklofenak Ekstrak 0,388g/kgBB Natrium diklofenak *0,000 Ekstrak 0,388g/kgBB 0,075 *0,000 Ekstrak 0,775g/kgBB *0,004 *0,021 0,192 Ekstrak 1,551g/kgBB *0,000 *0,004 Keterangan : * berbeda bermakna (p<0,05) *0,002 Ekstrak 0,775g/kgBB 0,044 32 Untuk uji statistik distribusi datanya normal tetapi tidak homogen sehingga ditransformasi dengan menggunakan bentuk seper_squartauc, hasilnya menunjukkan bahwa data terdistribusi normal dan homogen. Hasil uji diperoleh nilai p=0,000 yang berarti paling tidak terdapat perbedaan AUC secara bermakna pada 2 kelompok. Pada uji LSD ekstrak etanol daun Jambu biji dengan dosis 0,388g/kgBB menunjukkan hasil yang tidak berbeda bermakna dengan kontrol negatif akuades, tetapi dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB berbeda bermakna dengan kontrol negatif (p<0,05). Sehingga dapat diketahui bahwa ekstrak etanol daun jambu biji yang diberikan 0,5 jam sebelum diinduksi karagenin 1% pada tikus putih jantan galur Wistar mempunyai efek antiinflamasi dimulai dari dosis 0,775g/kgBB. Jika dilihat dari harga AUC dan presentase daya antiinflamasinya ekstrak etanol dosis 1,551g/kgBB mempunyai persen daya antiiflamasi paling besar dibanding ekstrak etanol daun jambu Biji dosis 0,388g/kgBB dan 0,775g/kgBB. Dosis 1,551g/kgBB mempunyai nilai persen daya antiinflamasi sebesar 62,55% dan untuk dosis 0,775g/kgBB sebesar 47,18% Tabel 10. Data Hasil Uji Statistik DAI Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/KgBB, Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn.) Dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5 jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% Kelompok Perlakuan Natrium Diklofenak Ekstrak 0,388g/kgBB Ekstrak 0,775g/kgBB Natrium diklofenak Ekstrak 0,388g/kgBB *0,008 Ekstrak 0,775g/kgBB *0,008 0,310 Ekstrak 1,551g/kgBB *0,008 *0,032 Keterangan : * berbeda bermakna (p<0,05) 0,095 33 Mekanisme efek antiinflamasi ekstrak etanol daun jambu biji ini kemungkinan karena kemampuan untuk menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase. Kemampuan penghambatan ini diduga karena flavonoid yang tersari dalam ekstrak etanol daun jambu biji, flavonoid secara umum mempunyai kemampuan menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase. Besarnya daya antiinflamasi pada ekstak etanol daun jambu biji lebih baik jika dibandingkan dengan pemberian infusa daun jambu biji yang mungkin dikarenakan flavonoid lebih terlarut dalam etanol 70% dibandingkan pada penyarian dengan menggunakan air. 34 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) mempunyai efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi 0,1ml karagenin 1% dimulai pada dosis 0,775g/kgBB dan dosis 1,551g/kgBB. Persen daya antiinflamasi daun jambu biji 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB berturut-turut adalah 47,18% dan 62,55%. B. Saran Perlu dilakukan penelitian tentang efek antiinflamasi daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) dengan menggunakan larutan penyari yang lain. 34 35 DAFTAR PUSTAKA Agoes, A., dan Jacob, T., 1992, Antropologi Kesehatan Indonesia, Jilid I, 20, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, xxx, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, 5-17, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 8-10, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, 7, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, cetakan pertama, 10-11, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2003, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Nomor 1076/Menkes/Sk/Vii/2003 Tentang Penyelenggaraan Pengobatan Tradisional, 3, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 2004, Definisi dan Simbol Obat Tradisional (Sesuai SK Kepala BPOM RI no. HK.00.05.4.2411 tahun 2004), (online) (www.jombangkap.go.id/egow/satkerba/page/1.2.4.4/jamu, diakses tanggal 15 Mei 2008). Anonim, 2008, Back to Nature (Berbagai Tanaman Yang Berkhasiat Obat), online (www.solusi herbal.blogspot.com/2008/01/, diakses tanggal 15 Mei 2008). Aisah, N., 2004, Efek Antiinflamasi Infusa Daun Jambu biji (Psidium guajava Linn.) (Psidium Guajava L.) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi IV,608, diterjemahkan oleh Ibrahim, F., Universitas Indonesia Press, Jakarta. Atmaja, N. D., 2007, Aktivitas Antioksidan Fraksi Eter dan Air Ekstrak Metanolik Daun Jambu biji (Psidium guajava Linn.) terhadap Radikal Bebas 1,1-difenil 2pikrilhidrazil (DPPH), Skripsi, Fakultas Farmasi, USB, Surakarta. 36 Corsini, E., Paola R. D.,Viviani, B., Genovese, T., Mazzon, E., Lucchi, L., Galli, C.L., and Cuzzorcrea S., 2005, Increased Carragenan-Induced Acute Lung Inflamation In Old Rats, Immunology, (online);115(2):253-261. http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlender.fcw?artid=1782140 diakses tanggal 5 Januari 2008). Dahliyanti, R., 2007, Penentuan Antioksidan Buah Jambu biji (Psidium guajava Linn.), Skripsi, Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta. Dalimarta, S., 2000, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid I, 71, Trubus Agrowijaya, Indonesia. Domer, L. F., 1971, Animal Experiments in Pharmacological Analysis, 301-303, Departement of Pharmacological School of Medicine Tulane University New orleans, Lousiana. Geisman, R. Z., 1976, The Chemistry of Flavonoid Compound, 584, The Mac Million Company, New York. Gunawan, D., dan Mulyani, S, 2004, Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I, 9-11, Penebar Swadaya, Jakarta. Harbone, J. B., 1987, Metode Fitokimia; Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, diterjemahkan oleh Padmawinata, K., 70, ITB, Bandung. Katzung, B. G., 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh Dripa, S., 449-471, Salemba Medika, Jakarta. Kee. J. L., dan Hayes. E. R, 1996 Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, edisi 5, diterjemahkan Peter. A., 310-317, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Mutscher, 1986, Dinamika Obat Buku Aljabar Farmakologi dan Toksikologi, edisi V, diterjemahkan oleh Widianto, M. B dan Ranti, A. S., 195, Penerbit ITB, Bandung. Narayana, K. R., Reddy, M.R, Chaluvadi, M. R., 2001, Bioflavonoids Classification, Pharmacological, Biochemical Effects and Therapeutic Potential, Indian Journal Pharmacology, (online), hal 2-16, (http://medind.nic.in/ibi/t01/i1/ibit01i1p2.pdf, diakses tanggal 15 April 2007). Rowe, C., R., Sheskey, J. P., Weller, J. W., 2003, Handbook of Pharmaceutical Excipien, 4th edition, 101-103, Pharmaceutical Press and American Pharmaceu. Siswandono, M. S., 1995, Kimia Medisinal, 301-302, Airlangga Press, Surabaya. 37 Siswanto, A., dan Nurulita N. A., 2005. Daya Antiinflamasi Infus Daun Mahkota Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl) pada Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Jantan, Prosiding Seminar Nasional TOI XXVII, 177-181, Batu 15-16 Maret 2005. Soedibyo, M., 1998, Atlas Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, 160-162, Balai Pustaka, Jakarta. Sudarsono, Gunawan, D., Wahyono, S., Donatus, I.A., dan Purnomo, 2002, Tumbuhan Obat II (Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan Penggunaan), 157-158, Pusat Studi Obat Tradisional-Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sumanti, R., 2003, Uji Aktivitas Antifungi Infusa Daun Jambu biji (Psidium guajava Linn.) terhadap Candida albicans serta Profil KLT, Skripsi, Fakultas Farmasi, UAD, Yogyakarta. Takahashi, M., Umehara, N., Suzuki, S., Tezuka, M., 2001, Analgesic Action of a Sustained Release Preparation of Diclofenac Sodium in a Canine UrateInduced Gonarthritis, Journal of Health Science, 464–467, (online), (http://jhs.pharm.or.jp/47(5)/47(5)p464.pdf, diakses tanggal 14 april 2007). Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting Penggunaan dan Efek Sampingnya, edisi 5, 309-310, PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Tjokronegoro, A., dan Baziad, A., 1992, Etik Penelitian Obat Tradisional, 27, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Van Steenis, C. G. G. J., 1947, Flora untuk sekolah, diterjemahkan oleh Surjowinoto, M., Jurusan Botani Universitas Gadjah Mada, 34-69, 315-316, Pradnya Paramita, Jakarta. Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan Noerono, S., edisi V, 551-564, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Wilmana, P. F., 1995, Analgesik Antipiretik Antiinflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, editor : Ganiswara,S.G., Setiabudi, R., Suyatna, F. D., Purwantyastuti, 208, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Penerbit Gaya Baru, Jakarta. Yuniarti, P., 1991, Pengaruh Antibakteri Dekok Daun Jambu biji (Psidium guajava Linn.) terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, Skripsi, Fakultas Farmasi, UGM, Yogyakarta. 38 39 Lampiran 1. Tanaman jambu biji (Psidium guajava Linn.) Gambar 8. Foto Tanaman Jambu Biji Diambil Dari Daerah Wonogiri pada Bulan Juli Tahun 2007 40 Lampiran 2. Surat keterangan determinasi tanaman jambu biji 41 Lanjutan lampiran 2 Surat keterangan determinasi tanaman jambu biji Lampiran 4. Surat keterangan Natrium diklofenak Lampiran 3. Sertifikat analisis Natrium diklofenak 42 Lampiran 3. Sertifikat analisis natrium diklofenak 43 Lampiran 4. Surat keterangan pembelian hewan uji tikus. 44 Lampiran 5. Perhitungan pembuatan ekstrak etanol daun jambu biji. a. Penimbangan ekstrak Bobot daun jambu biji basah : 1160 g. Setelah dilakukan pengeringan, sortasi didapatkan simplisia dengan bobot 457 g, setelah simplisia diserbuk dan dilakukan pengayakan didapatkan simplisia dengan bobot 390 g. Rendemen simplisia = = berat daun kering × 100% berat daun basah 390 g ×100% = 33,62 %b/b 1160 g Maserasi : 200 g serbuk dimaserasi dengan 1500 ml etanol 70% selama 5 hari. Dilakukan remaserasi hingga diperoleh volume maserat 2000 ml. Maserat yang diperoleh kemudian diuapkan: Bobot ekstrak yang diperoleh = 62,04 g Rendemen ekstrak = = bobot total ekstrak yang diperoleh × 100% bobot simplisia awal 62,04g × 100% = 31,02 % 200g b. Perhitungan dosis dan pembuatan larutan stok natrium diklofenak : Berdasarkan dosis natrium Diklofenak 25mg/kgBB (manusia 70 kg) yang dikonversi ke tikus dengan berat 200 g, maka: 1. Dosis natrium diklofenak yang diberikan ke tikus (200 g) Faktor konversi manusia (70 kg) ke tikus (200 g) = 0,018 Dosis pemberiannya adalah = 25 mg x 0,018 = 0,45 mg/200 gBB = 2,25 mg/kgBB 45 2. Volume pemberian peroral = 0,45 mg/200 g = 0,45 mg/2,5 ml ( 2,5 ml adalah setengah volume maksimal pemberian peroral pada tikus 200 g) 3. Pembuatan larutan stok Jika dibuat stok sebanyak 100 ml, maka penimbangan = 100ml × 0,45mg = 18 mg 2,5ml kemudian dilarutkan dengan aquadest ad 100 ml. c. Penetapan dosis dan pembuatan larutan stok ekstrak etanol daun jambu biji Dosis ekstrak 1,551g/kgBB yang setara dengan konsentrasi 40% yang diberikan pada tikus (200 g) = 62,04 g × 40 g / 100ml 200 g = 12,408 g/100 ml = 0,3102 g/2,5 ml = 0,3102 g/200 gBB = 1,551 g/kgBB Ekstrak konsentrasi 40% ~ Ekstrak dosis 1,551g/kgBB. Pembuatan larutan stok dengan pemberian oral untuk konsentrasi 0,3102 g/2,5 ml, jika dibuat dalam volume 100ml maka penimbangannya = 12,41 g kemudian dilarutkan dengan akuades ad 100 ml. = 100ml × 0,3102mg 2,5ml Lampiran 6. Data orientasi dosis natrium diklofenak pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi karagenin 1% Tabel 11. Hasil Orientasi Dosis Natrium Diklofenak pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% Perlakuan Aquadest Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB Natrium Diklofenak 6,75mg/kgBB Tikus BB (g) AUC (ml.jam) Volume rata-rata kaki tikus (ml) pada jam ke Vo 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 DAI (%) 1 186,50 0,78 0,88 0,89 0,90 1,01 0,96 1,00 1,09 1,05 1,06 1,04 1,03 0,98 0,98 0,94 1,37 2 208,50 0,80 0,87 0,88 0,98 1,03 1,02 1,07 1,20 1,19 1,17 1,16 1,04 1,04 1,04 1,04 1,68 3 196,50 0,77 0,84 0,89 0,90 0,92 1,00 1,07 1,11 1,14 1,13 1,16 1,00 1,00 0,96 0,96 1,58 X 197,17 0,78 0,86 0,89 0,93 0,98 0,99 1,04 1,13 1,12 1,12 1,12 1,02 1,01 0,99 0,98 1,54 SD 11,02 0,02 0,02 0,03 0,05 0,03 0,04 0,04 0,07 0,05 0,07 0,01 0,02 0,02 0,04 0,15 SEM 6,36 0,01 0,01 0,02 0,03 0,02 0,02 0,03 0,04 0,03 0,04 0,00 0,01 0,01 0,02 0,09 1 165,50 0,75 0,80 0,78 0,80 0,82 0,84 0,83 0,83 0,82 0,79 0,78 0,77 0,75 0,75 0,75 0,31 79,77 2 176,00 0,80 0,89 0,89 0,89 0,88 0,86 0,88 0,85 0,85 0,81 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,30 80,47 3 162,00 0,69 0,78 0,78 0,78 0,78 0,76 0,75 0,75 0,75 0,72 0,72 0,72 0,72 0,69 0,69 0,34 78,14 X 167,83 0,74 0,82 0,82 0,82 0,83 0,82 0,82 0,81 0,80 0,77 0,77 0,76 0,76 0,75 0,75 0,32 79,46 SD 7,29 0,02 0,03 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,01 0,01 0,00 0,00 0,02 1,20 SEM 6,36 0,01 0,02 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,01 0,69 1 187,00 0,77 0,84 0,84 0,84 0,85 0,83 0,83 0,82 0,80 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 0,77 0,23 85,26 2 172,00 0,75 0,80 0,80 0,80 0,80 0,78 0,78 0,77 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,13 91,74 3 187,00 0,82 0,89 0,90 0,88 0,93 0,93 0,92 0,91 0,90 0,87 0,84 0,84 0,84 0,83 0,82 0,39 74,57 X 182,00 0,78 0,84 0,85 0,84 0,86 0,85 0,84 0,83 0,82 0,80 0,79 0,79 0,79 0,78 0,78 0,25 83,86 SD 8,66 0,01 0,02 0,01 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 0,13 8,67 SEM 5,00 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,08 5,01 Lampiran 7. Data hasil orientasi waktu pemberian kontrol positif natrium diklofenak dosis 2,25mg/kgBB pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi karagenin 1% Tabel 12. Hasil Orientasi Waktu Pemberian Kontrol Positif Natrium Diklofenak Dosis 2,25mg/kgBB pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% Perlakuan Aquadest Natrium Diklofenak 1Jam Sebelum Induksi Na, Diklofenak 0,5Jam Sebelum Induksi Tikus BB (g) 1 2 3 X SD 186,50 208,50 196,50 197,17 11,02 SEM 6,36 1 2 3 X SD 126,50 134,50 183,50 148,17 30,86 SEM 17,82 1 2 3 X SD 176,50 188,50 139,50 168,17 25,54 SEM Na, Diklofenak Sesaat Sebelum Induksi Vo 0,78 0,80 0,77 0,78 0.79 0.77 0.86 0.81 0,87 0,86 0,82 0,85 14,75 1 2 3 X SD 171,50 174,50 137,50 161,17 20,55 SEM 11,86 AUC (ml.jam) Volume Rata-rata Kaki Tikus (ml) Pada Jam ke 0,86 0,80 0,76 0,81 DAI (%) 0 0,88 0,87 0,84 0,86 0,02 0,5 0,89 0,88 0,89 0,89 0,02 1 0,90 0,98 0,90 0,93 0,03 1,5 1,01 1,03 0,92 0,98 0,05 2 0,96 1,02 1,00 0,99 0,03 2,5 1,00 1,07 1,07 1,04 0,04 3 1,09 1,20 1,11 1,13 0,04 3,5 1,05 1,19 1,14 1,12 0,07 4 1,06 1,17 1,13 1,12 0,05 4,5 1,04 1,16 1,16 1,12 0,07 5 1,03 1,04 1,00 1,02 0,01 5,5 0,98 1,04 1,00 1,01 0,02 6 0,98 1,04 0,96 0,99 0,02 6,5 0,94 1,04 0,96 0,98 0,04 1,37 1,68 1,58 1,54 0,15 0,01 0,01 0,02 0,03 0,02 0,02 0,03 0,04 0,03 0,04 0,00 0,01 0,01 0,02 0,09 0.87 0.89 0.94 0.90 0,02 0.88 0.91 0.96 0.92 0,02 0.89 0.88 0.98 0.92 0,01 0.88 0.90 1.02 0.93 0,03 0.88 0.88 0.97 0.91 0,01 0.90 0.89 1.00 0.93 0,02 0.90 0.92 1.01 0.94 0,02 0.89 0.96 1.05 0.97 0,05 0.90 0.95 1.05 0.97 0,04 0.92 0.97 1.09 0.99 0,05 0.90 0.96 1.03 0.96 0,04 0.88 0.96 1.05 0.96 0,06 0.87 0.97 1.05 0.97 0,06 0.84 0.93 0.99 0.92 0,06 0,64 1,01 1,02 0,89 0,02 0,01 0,01 0,00 0,02 0,01 0,01 0,01 0,03 0,02 0,03 0,02 0,03 0,04 0,03 0,01 8,00 0,93 0,93 0,91 0,92 0,02 0,93 0,92 0,89 0,92 0,00 0,96 0,97 0,88 0,94 0,03 1,02 0,97 0,89 0,96 0,04 0,98 0,98 0,87 0,95 0,04 1,00 0,99 0,88 0,96 0,04 1,04 1,00 0,87 0,97 0,06 1,05 1,01 0,88 0,98 0,06 1,08 1,02 0,89 1,00 0,07 1,10 1,00 0,89 1,00 0,08 1,10 1,02 0,90 1,01 0,07 1,12 1,03 0,92 1,02 0,07 1,13 1,01 0,94 1,03 0,07 1,15 1,00 0,93 1,02 0,09 1,10 0,89 0,48 0,82 0,02 28,81 42,54 68,69 46,68 20,26 0,01 0,00 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 0,05 0,01 11,70 0,92 0,91 0,85 0,89 0,02 0,92 0,94 0,86 0,90 0,04 0,96 0,95 0,86 0,92 0,03 0,96 0,96 0,86 0,93 0,03 0,94 0,97 0,83 0,91 0,05 0,95 0,96 0,82 0,91 0,05 0,93 0,95 0,84 0,91 0,04 0,93 0,96 0,85 0,91 0,05 0,96 0,97 0,89 0,94 0,04 0,95 1,01 0,86 0,94 0,07 0,97 1,01 0,87 0,95 0,06 1,00 1,01 0,85 0,95 0,06 0,96 1,00 0,85 0,94 0,06 0,94 1,06 0,85 0,95 0,10 0,57 1,12 0,60 0,76 0,02 63,26 27,57 60,91 50,58 19,96 0,01 0,02 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03 0,02 0,04 0,03 0,03 0,04 0,06 0,01 11,52 58,32 34,81 33,87 42,33 13,86 Lampiran 8. Data hasil orientasi dosis ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi karagenin 1% Tabel 13. Hasil Orientasi Dosis Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn.) Dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% Perlakuan Aquadest Natrium Diklofdenak 2,25mg/kgBB Ekstrak 0,775g/kgBB Ekstrak 1,551g/kgBB AUC (ml.jam) Tikus BB (g) Volume Rata-rata Kaki Tikus (ml) Pada Jam ke Vo 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 1 186,50 0,78 0,88 0,89 0,90 1,01 0,96 1,00 1,09 1,05 1,06 1,04 1,03 0,98 0,98 0,94 1,37 2 208,50 0,80 0,87 0,88 0,98 1,03 1,02 1,07 1,20 1,19 1,17 1,16 1,04 1,04 1,04 1,04 1,68 3 196,50 0,77 0,84 0,89 0,90 0,92 1,00 1,07 1,11 1,14 1,13 1,16 1,00 1,00 0,96 0,96 1,58 X 197,17 0,78 0,86 0,89 0,93 0,98 0,99 1,04 1,13 1,12 1,12 1,12 1,02 1,01 0,99 0,98 1,54 DAI (%) SD 11,02 0,02 0,02 0,03 0,05 0,03 0,04 0,04 0,07 0,05 0,07 0,01 0,02 0,02 0,04 0,15 SEM 6,36 0,01 0,01 0,02 0,03 0,02 0,02 0,03 0,04 0,03 0,04 0,00 0,01 0,01 0,02 0,09 1 165,50 0,75 0,80 0,78 0,80 0,82 0,84 0,83 0,83 0,82 0,79 0,78 0,77 0,75 0,75 0,75 0,31 79,77 2 176,00 0,80 0,89 0,89 0,89 0,88 0,86 0,88 0,85 0,85 0,81 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,30 80,47 3 162,00 0,69 0,78 0,78 0,78 0,78 0,76 0,75 0,75 0,75 0,72 0,72 0,72 0,72 0,69 0,69 0,34 78,14 X 167,83 0,74 0,82 0,82 0,82 0,83 0,82 0,82 0,81 0,80 0,77 0,77 0,76 0,76 0,75 0,75 0,32 79,46 SD 7,29 0,02 0,03 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,01 0,01 0,00 0,00 0,32 79,46 SEM 4,21 0,01 0,02 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,02 1,20 1 190,50 0,66 0,74 0,78 0,80 0,81 0,80 0,78 0,81 0,78 0,77 0,78 0,76 0,76 0,74 0.71 0,76 50,66 2 200,00 0,73 0,82 0,84 0,84 0,85 0,82 0,79 0,79 0,78 0,79 0,78 0,76 0,75 0,75 0.74 0,40 74,18 3 174,50 0,83 0,92 0,90 0,90 0,91 0,91 0,94 0,94 0,93 0,92 0,92 0,91 0,90 0,87 0.85 0,53 65,93 X 174,50 0,74 0,83 0,84 0,85 0,86 0,84 0,84 0,85 0,83 0,83 0,83 0,81 0,80 0,79 0.77 0,56 63,59 11,94 SD 12,89 0,01 0,03 0,04 0,04 0,03 0,04 0,05 0,04 0,03 0,04 0,04 0,04 0,03 0,02 0,18 SEM 7,44 0,00 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,03 0,02 0,01 0,11 6,89 1 178,00 0,80 0,87 0,91 0,90 0,92 0,89 0,88 0,86 0,85 0,84 0,84 0,83 0,82 0,80 0,80 0,41 73,71 2 162,00 0,84 0,93 0,94 0,94 0,96 0,93 0,92 0,91 0,95 0,94 0,96 0,87 0,88 0,87 0,84 0,54 65,07 3 176,50 0,80 0,88 0,90 0,90 0,92 0,92 0,94 0,92 0,90 0,91 0,90 0,88 0,87 0,86 0,85 0,65 58,05 X 172,17 0,81 0,89 0,91 0,92 0,93 0,91 0,91 0,90 0,90 0,90 0,90 0,86 0,85 0,84 0,83 0,65 65,61 SD 8,84 0,01 0,01 0,00 0,00 0,02 0,03 0,03 0,03 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 0,12 7,84 SEM 5,10 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,01 0,02 0,02 0,07 4,53 Lampiran 9. Data hasil orientasi waktu pemberian ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) dosis 0,775g/kgBB pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi karagenin 1% Tabel 14. Hasil Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn.), Kelompok Kontrol Negatif Aquadest, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB dan Waktu Pemberian 1jam Sebelum Induksi Karagenin 1% pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Perlakuan Tikus BB (g) Volume Rata-rata Kaki Tikus (ml) Pada Jam ke Vo 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 1 186,50 0,78 0,88 0,89 0,90 1,01 0,96 1,00 1,09 1,05 1,06 1,04 1,03 0,98 0,98 0,94 2 208,50 0,80 0,87 0,88 0,98 1,03 1,02 1,07 1,20 1,19 1,17 1,16 1,04 1,04 1,04 1,04 3 196,50 0,77 0,84 0,89 0,90 0,92 1,00 1,07 1,11 1,14 1,13 1,16 1,00 1,00 0,96 0,96 X 197,17 0,78 0,86 0,89 0,93 0,98 0,99 1,04 1,13 1,12 1,12 1,12 1,02 1,01 0,99 0,98 AUC (ml.jam) DAI (%) Aquadest Natrium Diklofdenak 2,25mg/kgBB Ekstrak 1Jam Sebelum Induksi SD 11,02 0,02 0,02 0,03 0,05 0,03 0,04 0,04 0,07 0,05 0,07 0,01 0,02 0,02 0,04 SEM 6,36 0,01 0,01 0,02 0,03 0,02 0,02 0,03 0,04 0,03 0,04 0,00 0,01 0,01 0,02 1 165,50 0,75 0,80 0,78 0,80 0,82 0,84 0,83 0,83 0,82 0,79 0,78 0,77 0,75 0,75 0,75 0,31 79,77 2 176,00 0,80 0,89 0,89 0,89 0,88 0,86 0,88 0,85 0,85 0,81 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,30 80,47 3 162,00 0,69 0,78 0,78 0,78 0,78 0,76 0,75 0,75 0,75 0,72 0,72 0,72 0,72 0,69 0,69 0,34 78,14 X 167,83 0,74 0,82 0,82 0,82 0,83 0,82 0,82 0,81 0,80 0,77 0,77 0,76 0,76 0,75 0,75 0,32 79,46 SD 7,29 0,02 0,03 0,02 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,01 0,01 0,00 0,00 0,32 79,46 SEM 4,21 0,01 0,02 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,02 1,20 1 160,00 0,83 0,91 0,89 0,95 1,05 1,06 1,07 1,09 1,10 1,09 1,09 1,09 1,06 1,07 1,04 1,40 9,52 2 158,50 0,80 0,89 0,89 0,91 0,96 0,97 0,97 0,95 0,96 0,95 0,93 0,93 0,89 0,90 0,89 0,86 44,61 3 163,00 0,80 0,88 0,85 0,93 0,98 1,00 1,01 1,02 1,01 1,00 0,99 0,99 0,95 0,91 0,90 1,07 30,57 X 160,50 0,81 0,89 0,88 0,93 1,00 1,01 1,02 1,02 1,02 1,01 1,00 1,00 0,97 0,96 0,94 1,11 28,23 SD 2,29 0,00 0,02 0,01 0,03 0,03 0,03 0,05 0,06 0,06 0,06 0,06 0,07 0,08 0,07 0,27 17,66 SEM 1,32 0,00 0,01 0,00 0,02 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03 0,04 0,04 0,04 0,05 0,04 0,16 10,20 Lanjutan lampiran 9 Tabel 15. Hasil Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn.) Kelompok Waktu Pemberian 0,5jam dan Sesaat Sebelum Induksi Karagenin 1% pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Perlakuan Ekstrak 0,5jam sebelum Induksi Ekstrak Sesaat Sebelum Induksi Tikus BB (g) Volume Rata-rata Kaki Tikus (ml) Pada Jam ke Vo 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 AUC (ml.jam) DAI (%0 1 171,50 0,89 0,97 0,96 0,97 1,06 1,08 1,14 1,14 1,14 1,14 1,13 1,10 1,10 1,07 1,07 1,24 19,83 2 153,00 0,85 0,92 0,94 0,90 0,93 0,94 0,95 0,93 0,92 0,90 0,91 0,92 0,91 0,88 0,87 0,44 71,77 3 156,00 0,75 0,84 0,86 0,86 0,88 0,98 0,98 0,98 0,97 0,96 0,93 0,92 0,94 0,92 0,92 1,16 24,69 X 160,17 0,83 0,91 0,92 0,91 0,96 1,00 1,02 1,02 1,01 1,00 0,99 0,98 0,98 0,96 0,95 0,95 38,76 SD 9,93 0,01 0,02 0,03 0,05 0,08 0,08 0,09 0,10 0,10 0,09 0,07 0,08 0,09 0,09 0,44 28,68 SEM 5,73 0,00 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,05 0,06 0,06 0,05 0,04 0,05 0,05 0,05 0,26 16,56 1 186,00 0,83 0,87 0,92 0,96 1,02 1,06 1,11 1,12 1,13 1,11 1,10 1,08 1,06 1,05 1,04 1,45 6,06 2 184,00 0,78 0,86 0,90 0,90 1,00 1,00 1,04 1,05 1,02 0,99 0,97 0,96 0,95 0,95 0,93 1,25 19,02 3 183,00 0,80 0,88 0,90 0,91 0,95 0,95 1,00 0,98 0,97 0,97 0,96 0,95 0,94 0,92 0,89 0,96 37,54 X 184,33 0,80 0,87 0,91 0,92 0,99 1,01 1,05 1,05 1,04 1,02 1,01 1,00 0,98 0,97 0,95 1,22 20,87 SD 1,53 0,03 0,02 0,01 0,03 0,04 0,04 0,06 0,06 0,06 0,06 0,05 0,04 0,05 0,06 0,24 15,82 SEM 0,88 0,02 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,03 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,04 0,14 9,13 Lampiran 10. Data hasil uji efek antiinflamasi ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi karagenin 1% Tabel 16. Hasil Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn.) Kelompok Kontrol Negatif Aquadest, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB dan Ekstrak Dosis 0,388g/kgBB pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% Perlakuan Aquadest Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB Ekstrak 0,388g/kgBB Tikus BB (g) 1 2 3 4 5 X SD SEM 1 2 3 4 5 X SD 198,00 190,50 175,00 168,00 196,50 185,60 13,40 5,99 160,50 173,50 160,50 160,50 182,50 167,50 10,10 SEM 4,52 1 2 3 4 5 X SD 198,50 169,00 191,00 158,00 200,00 179,13 18,80 SEM 8,41 Volume Rata-rata Kaki Tikus (ml) Pada Jam ke Vo 0,90 0,88 0,90 0,84 0,77 0,86 0,83 0,88 0,85 0,86 0,94 0,87 0,82 0,86 0,97 0,78 0,90 0,87 AUC (ml.jam) DAI (%) 0 1,00 0,94 0,99 0,93 0,84 0,94 0,02 0,01 0,90 0,96 0,93 0,94 1,02 0,95 0,00 0,5 1,01 0,93 0,96 0,94 0,89 0,95 0,03 0,01 0,90 0,95 0,93 0,91 1,00 0,94 0,01 1 1,00 0,95 0,99 0,94 0,90 0,96 0,02 0,01 0,86 0,91 0,88 0,91 0,99 0,91 0,01 1,5 0,97 1,04 1,06 0,98 0,92 0,99 0,04 0,02 0,90 0,94 0,91 0,91 0,97 0,93 0,01 2 1,02 1,11 1,09 1,03 1,00 1,05 0,05 0,02 0,85 0,93 0,91 0,91 0,98 0,92 0,01 2,5 1,05 1,19 1,16 1,05 1,07 1,10 0,07 0,03 0,90 0,96 0,94 0,93 1,02 0,95 0,01 3 1,05 1,24 1,18 1,06 1,11 1,13 0,09 0,04 0,90 0,95 0,95 0,95 1,00 0,95 0,01 3,5 1,05 1,23 1,14 1,05 1,14 1,12 0,09 0,04 0,91 0,94 0,94 0,93 1,03 0,95 0,01 4 1,02 1,21 1,13 1,04 1,13 1,11 0,10 0,04 0,90 0,94 0,92 0,91 1,01 0,94 0,01 4,5 1,02 1,28 1,12 0,98 1,16 1,11 0,13 0,06 0,87 0,91 0,91 0,87 0,98 0,91 0,02 5 1,05 1,21 1,09 0,97 1,00 1,06 0,08 0,04 0,87 0,90 0,89 0,87 0,95 0,90 0,02 5,5 1,06 1,22 1,10 0,97 1,00 1,07 0,08 0,04 0,86 0,89 0,88 0,86 0,95 0,89 0,01 6 1,10 1,24 1,10 0,96 0,96 1,07 0,09 0,04 0,85 0,89 0,87 0,86 0,95 0,88 0,01 6,5 0,99 1,21 1,09 0,93 0,96 1,04 0,10 0,04 0,84 0,89 0,88 0,86 0,95 0,88 0,01 0,82 1,81 1,24 1,00 1,58 1,29 0,04 0,02 0,32 0,30 0,37 0,25 0,31 0,31 0,04 75,02 76,45 71,38 80,70 76,25 75,96 3,34 0,00 0,01 0,00 0,01 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,02 1,49 0,88 0,95 1,06 0,85 0,99 0,95 0,01 0,90 0,96 1,08 0,85 1,01 0,96 0,02 0,89 0,92 1,07 0,84 0,98 0,94 0,02 0,90 0,91 1,06 0,84 0,98 0,94 0,02 1,04 1,01 1,10 0,92 0,98 1,01 0,05 1,07 1,02 1,09 0,97 0,97 1,02 0,07 1,09 1,03 1,10 0,99 1,02 1,05 0,06 1,09 1,05 1,11 1,00 1,04 1,06 0,05 1,12 1,08 1,10 0,99 1,04 1,07 0,07 1,08 1,02 1,06 0,96 0,99 1,02 0,07 1,02 1,01 1,05 0,96 1,00 1,01 0,05 1,00 1,00 1,04 0,94 0,96 0,99 0,05 0,99 0,99 1,02 0,92 0,96 0,98 0,05 0,96 0,94 0,99 0,92 0,92 0,95 0,06 1,23 0,88 0,65 0,95 0,60 0,86 0,25 4,55 31,41 63,86 26,62 53,34 35,96 23,32 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03 0,04 0,03 0,03 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 0,11 10,43 Lanjutan lampiran 10 Tabel 17. Hasil Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn.) Ekstrak Dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Karagenin 1% Perlakuan Ekstrak 0,775g/kgBB Ekstrak 1,551g/kgBB Tikus BB (g) Volume Rata-rata Kaki Tikus (ml) Pada Jam ke Vo 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 AUC (ml.jam) DAI (%0 1 170,00 0,88 0,96 0,97 0,96 0,96 0,97 1,04 1,04 1,03 1,02 1,05 1,04 1,00 1,00 0,96 0,85 33,90 2 177,00 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 0,42 67,77 3 189,00 0,92 1,00 1,01 1,00 0,99 1,08 1,08 1,10 1,09 1,09 1,02 1,04 1,02 1,01 0,99 0,78 39,11 4 176,50 0,84 0,93 0,90 0,90 0,91 0,92 0,94 0,95 0,93 0,92 0,92 0,91 0,90 0,87 0,86 0,53 59,23 5 181,00 0,88 0,96 1,05 1,05 1,04 1,05 1,05 1,02 1,02 1,01 0,98 0,98 0,98 0,94 0,92 0,83 35,87 X 178,70 0,88 0,97 0,98 0,97 0,97 1,00 1,02 1,02 1,01 1,01 0,99 0,99 0,97 0,95 0,93 0,68 47,18 SD 6,98 0,01 0,04 0,05 0,04 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,04 0,04 0,04 0,04 0,03 0,20 15,32 SEM 3,12 0,00 0,03 0,03 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,09 6,85 1 182,00 0,92 0,99 1,00 0,98 0,98 0,98 1,01 1,01 1,00 1,00 0,97 0,98 0,95 0,93 0,92 0,40 69,07 2 182,00 0,87 0,96 0,95 0,94 0,96 0,96 0,97 0,97 0,95 0,94 0,92 0,91 0,91 0,88 0,88 0,44 65,96 3 175,50 0,87 0,94 0,95 0,94 0,93 0,95 1,00 1,00 1,01 1,03 1,01 1,02 1,01 0,98 0,93 0,73 43,51 4 189,00 0,99 1,09 1,06 1,05 1,02 1,06 1,08 1,07 1,06 1,10 1,06 1,04 1,00 1,00 1,00 0,38 70,17 5 158,00 0,84 0,92 0,91 0,91 0,92 0,93 0,95 0,96 0,94 0,93 0,91 0,89 0,86 0,85 0,85 0,46 64,02 X 177,30 0,90 0,98 0,97 0,96 0,96 0,98 1,00 1,00 0,99 1,00 0,98 0,97 0,94 0,93 0,92 0,48 62,55 SD 11,80 0,01 0,01 0,01 0,02 0,01 0,02 0,02 0,03 0,03 0,04 0,04 0,05 0,05 0,03 0,14 10,92 SEM 5,28 0,01 0,00 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03 0,01 0,06 4,88 53 Lampiran 11. Hasil analisis statistik AUC hubungan volume udem terhadap waktu, pada uji efek antiinflamasi ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi 0,1 ml karagenin 1%. NPar Tests Descriptive Statistics N AUC Mean .72520 25 Std. Deviation .408984 Minimum .250 Maximum 1.810 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test sss AUC N Normal Parameters a,b 25 .72520 .408984 .142 .142 -.123 .708 .697 Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Oneway Descriptives AUC N Kontrol negatif Kontrol positif Na diklofenak 2. 25mg/kgBB tikus Ekstrak etanol daun jambu biji 0. 388g/kgBB tikus Ekstrak etanol daun jambu biji 0. 775g/kgBB tikus Ekstrak etanol daun jambu biji 1. 551g/kgBB tikus Total 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound .78487 1.79513 5 Mean 1.29000 Std. Deviation .406817 Std. Error .181934 Minimum .820 Maximum 1.810 5 .31000 .043012 .019235 .25659 .36341 .250 .370 5 .86200 .253515 .113375 .54722 1.17678 .600 1.230 5 .68200 .194602 .087029 .44037 .92363 .420 .850 5 .48200 .142197 .063592 .30544 .65856 .380 .730 25 .72520 .408984 .081797 .55638 .89402 .250 1.810 Test of Homogeneity of Variances AUC Levene Statistic 4.633 df1 df2 4 20 Sig. .008 Data diatas varian datanya tidak homogen sehingga perlu dilakukan transformasi. Bentuk transformasi datanya adalah menggunakan seper_squart dan dari hasil transformasi tersebut variansi datanya homogen sehingga dilanjutkan uji anova. 54 Lampiran 12. Hasil analisis statistik data transformasi AUC uji efek antiinflamasi ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi 0,1 ml karagenin 1% dengan bentuk seper_squart. NPar Tests Descriptive Statistics N SEPER_SQUART_AUC Mean 1.3075 25 Std. Deviation .35046 Minimum .74 Maximum 2.00 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test SEPER_ SQUART_ AUC N Normal Parameters a,b 25 1.3075 .35046 .132 .132 -.083 .661 .775 Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Oneway Descriptives SEPER_SQUART_AUC N Kontrol negatif Kontrol positif Na diklofenak 2. 25mg/kgBB tikus Ekstrak etanol daun jambu biji 0. 388g/kgBB tikus Ekstrak etanol daun jambu biji 0. 775g/kgBB tikus Ekstrak etanol daun jambu biji 1. 551g/kgBB tikus Total 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound .7253 1.0912 5 Mean .9082 Std. Deviation .14737 Std. Error .06591 Minimum .74 Maximum 1.10 5 1.8067 .12829 .05737 1.6474 1.9660 1.64 2.00 5 1.1050 .15970 .07142 .9067 1.3033 .90 1.29 5 1.2462 .20340 .09096 .9937 1.4988 1.08 1.54 5 1.4711 .17797 .07959 1.2502 1.6921 1.17 1.62 25 1.3075 .35046 .07009 1.1628 1.4521 .74 2.00 Test of Homogeneity of Variances SEPER_SQUART_AUC Levene Statistic .639 df1 df2 4 Sig. .641 20 ANOVA SEPER_SQUART_AUC Between Groups Within Groups Total Sum of Squares 2.401 .547 2.948 df 4 20 24 Mean Square .600 .027 F 21.949 Sig. .000 55 Lanjutan lampiran 12 Post Hoc Tests Multiple Comparisons Dependent Variable: SEPER_SQUART_AUC LSD 95% Confidence Interval (I) PERLAKUAN Kontrol negatif Na diklofenak 2.25mg/kgBB tikus Ekstrak dosis 0.388g/kgBB tikus Ekstrak dosis 0.775g/kgBB tikus Ekstrak dosis 1.551g/kgBB tikus • (J) PERLAKUAN Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound Na diklofenak 2.25mg/kgBB tikus -.89847(*) .10459 .000 -1.1166 -.6803 Ekstrak dosis 0.388g/kgBB tikus -.19676 .10459 .075 -.4149 .0214 Ekstrak dosis 0.775g/kgBB tikus -.33800(*) .10459 .004 -.5562 -.1198 Ekstrak dosis 1.551g/kgBB tikus -.56291(*) .10459 .000 -.7811 -.3447 Kontrol negatif .89847(*) .10459 .000 .6803 1.1166 Ekstrak dosis 0.388g/kgBB tikus .70171(*) .10459 .000 .4835 .9199 Ekstrak dosis 0.775g/kgBB tikus .56047(*) .10459 .000 .3423 .7786 Ekstrak dosis 1.551g/kgBB tikus .33556(*) .10459 .004 .1174 .5537 Kontrol negatif .19676 .10459 .075 -.0214 .4149 Na diklofenak 2.25mg/kgBB tikus -.70171(*) .10459 .000 -.9199 -.4835 Ekstrak dosis 0.775g/kgBB tikus -.14124 .10459 .192 -.3594 .0769 Ekstrak dosis 1.551g/kgBB tikus -.36615(*) .10459 .002 -.5843 -.1480 Kontrol negatif .33800(*) .10459 .004 .1198 .5562 Na diklofenak 2.25mg/kgBB tikus -.56047(*) .10459 .000 -.7786 -.3423 Ekstrak dosis 0.388g/kgBB tikus .14124 .10459 .192 -.0769 .3594 Ekstrak dosis 1.551g/kgBB tikus -.22491(*) .10459 .044 -.4431 -.0067 Kontrol negatif .56291(*) .10459 .000 .3447 .7811 Na diklofenak 2.25mg/kgBB tikus -.33556(*) .10459 .004 -.5537 -.1174 Ekstrak dosis 0.388g/kgBB tikus .36615(*) .10459 .002 .1480 .5843 Ekstrak dosis 0.775g/kgBB tikus .22491(*) .10459 .044 .0067 .4431 The mean difference is significant at the .05 level. 56 Lampiran 13. Hasil analisis statistik DAI uji efek daya antiinflamasi ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi 0,1 ml karagenin 1%. NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test DAI N Normal Parameters a,b 20 55.40950 20.815603 .208 .112 -.208 .928 .355 Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Oneway Descriptives DAI N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum Na diklofenak 2,25 mg/kgBB tikus 5 75.96000 3.341100 1.494185 71.81148 80.10852 71.380 80.700 Ekstrak 0,388 g/kgBB tikus 5 35.95600 23.318450 10.428328 7.00232 64.90968 4.550 63.860 Ekstrak 0,775 g/kgBB tikus 5 47.17600 15.317881 6.850365 28.15634 66.19566 33.900 67.770 Ekstrak 1,551 g/kgBB tikus 5 62.54600 10.918852 4.883059 48.98845 76.10355 43.510 70.170 Total 20 55.40950 20.815603 4.654510 45.66750 65.15150 4.550 80.700 Test of Homogeneity of Variances DAI Levene Statistic 4.557 df1 df2 3 16 Sig. .017 57 Lampiran 14. Hasil analisis statistik data transformasi DAI uji efek antiinflamasi ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi 0,1 ml karagenin 1% dengan bentuk bentuk DAI kuadrat. Oneway Descriptives DAI_KUADRAT N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum Na diklofenak 2,25 mg/kgBB tikus 5 5778.8520 508.44238 227.38234 5147.5374 6410.1666 5095.10 6512.49 Ekstrak 0,388 g/kgBB tikus 5 1727.8340 1678.89008 750.82247 -356.7833 3812.4514 20.70 4078.10 Ekstrak 0,775 g/kgBB tikus 5 2413.2850 1548.95775 692.71496 489.9999 4336.5700 1149.21 4592.77 Ekstrak 1,551 g/kgBB tikus 5 4007.3792 1226.65956 548.57883 2484.2802 5530.4782 1893.12 4923.83 Total 20 3481.8375 2010.21874 449.49857 2541.0262 4422.6489 20.70 6512.49 Test of Homogeneity of Variances DAI_KUADRAT Levene Statistic 3.382 df1 df2 3 Sig. .044 16 Lampiran 15. Hasil analisis statistik DAI dengan uji Kruskall-Wallis dan MannWhitney pada uji efek antiinflamasi ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) pada tikus putih jantan galur wistar yang diinduksi 0,1 ml karagenin 1%. NPar Tests Kruskal-Wallis Test Ranks PERLAKUAN N Mean Rank Ekstrak 0,388 g/kgBB tikus 5 4.80 Ekstrak 0,775 g/kgBB tikus 5 7.40 Ekstrak 1,551 g/kgBB tikus 5 11.80 Total 20 Test Statistics Chi-Square df Asymp. Sig. a,b DAI 14.291 3 .003 a. Kruskal Wallis Test Lanjutan lampiran b. Grouping Variable: 15 PERLAKUAN 58 Lanjutan lampiran 15 NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks DAI PERLAKUAN N Mean Rank Sum of Ranks Na diklofenak 2,25 mg/kgBB tikus 5 8.00 40.00 Ekstrak 0,388 g/kgBB tikus 5 3.00 15.00 Total 10 Test Statistics b DAI Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000 15.000 -2.611 .009 a .008 a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: PERLAKUAN Ranks DAI PERLAKUAN N Mean Rank Sum of Ranks Na diklofenak 2,25 mg/kgBB tikus 5 8.00 40.00 Ekstrak 0,775 g/kgBB tikus 5 3.00 15.00 Total 10 Test Statistics b DAI Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000 15.000 -2.611 .009 .008 a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: PERLAKUAN a Ranks DAI PERLAKUAN N Mean Rank Sum of Ranks Na diklofenak 2,25 mg/kgBB tikus 5 8.00 40.00 Ekstrak 1,551 g/kgBB tikus 5 3.00 15.00 Total 10 Test Statistics b DAI Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: PERLAKUAN .000 15.000 -2.611 .009 a .008 59 Lanjutan lampiran 15 Ranks DAI PERLAKUAN N Mean Rank Sum of Ranks Ekstrak 0,388 g/kgBB tikus 5 4.40 22.00 Ekstrak 0,775 g/kgBB tikus 5 6.60 33.00 Total 10 b Test Statistics DAI Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 7.000 22.000 -1.149 .251 .310 a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: PERLAKUAN a Ranks DAI PERLAKUAN N Mean Rank Sum of Ranks Ekstrak 0,388 g/kgBB tikus 5 3.40 17.00 Ekstrak 1,551 g/kgBB tikus 5 7.60 38.00 Total 10 Test Statistics b DAI Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 2.000 17.000 -2.193 .028 .032 a Lanjutan lampiran 15 a. Not corrected for ties. Lanjutan lampiran 15 b. Grouping Variable: PERLAKUAN Ranks DAI PERLAKUAN N Mean Rank Sum of Ranks Ekstrak 0,775 g/kgBB tikus 5 3.80 19.00 Ekstrak 1,551 g/kgBB tikus 5 7.20 36.00 Total 10 Test Statistics b DAI Mann-Whitney U Wilcoxon W Z Asymp. Sig. (2-tailed) Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: PERLAKUAN 4.000 19.000 -1.776 .076 .095 a 1 EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR MAKALAH Oleh : WENNY ANGGRAINI K 100 04 0022 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 2 PENGESAHAN MAKALAH Berjudul: EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR Oleh : WENNY ANGGRAINI K 100040022 Telah disetujui dan disahkan pada Hari : Tanggal : Pembimbing Pendamping Arifah Sri Wahyuni, S. Si., Apt 3 EFEK ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR ANTIINFLAMMATORY EFFECT ETANOL EXTRACT OF LEAVES OF PSIDIUM (Psidium guajava Linn.) IN WISTAR MALE RATS INTISARI Inflamasi merupakan suatu respon jaringan pada tubuh terhadap cedera dan infeksi. Daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) secara empiris berfungsi sebagai antiinflamasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui besarnya efek antiinflamasi ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi karagenin 1%. Uji efek antiinflamasi ini menggunakan rancangan acak lengkap pola searah dengan hewan uji tikus putih jantan galur Wistar sebanyak 25 ekor umur 2-3 bulan, berat 150-200 g yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok I diberi kontrol negatif dengan Akuades 2,5ml/200gBB, kelompok II diberi kontrol positif dengan natrium diklofenak 2,25mg/kgBB, kelompok III, IV dan V masing-masing diberikan perlakuan ekstrak etanol berturut-turut dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB, semua perlakuan tersebut diberikan peroral. Pengukuran volume udem berturut-turut setiap 0,5 jam selama 6,5 jam. Dari data volume udem dihitung AUC (Area Under the Curve) yaitu luasan daerah di bawah kurva antara rata-rata volume udem terhadap waktu dan persen daya antiinflamasi. Data dianalisis dengan anova satu jalan dan dilanjutkan uji LSD (Least Significant Difference) dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun jambu biji mempunyai efek antiinflamasi pada dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB (p<0,05). Persen daya antiinflamasi daun jambu biji dosis 0,775g/kgbB dan 1,551g/kgBB berturut-turut adalah 47,18% dan 62,55%. Kata kunci : antiinflamasi, ekstrak etanol, daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) ABSTRACT Inflammation is a tisue respon in the body to injury and infection. Empirically Guava leaf (Psidium guajava Linn.) has been used as medicine to reduce antiinflamatory. The research to know the effect of antiinflammatory of the leaf was evaluated using carrageenan 1%. This research used the complete random design, with 25 Wistar male rats, 2-3 months old, 150-200 g to devide to five groups. Group I was treated negative control used Aquadest, group II treated by positive control using natrium diklofenac 2,25mg/kg and group III, IV and V were treated by gave etanol extract on 0,388g/kg, 0,775g/kg, and 1,551g/kg for each. The survey of udem’s volume at 0,5 hours since 6,5 hours. From this data could be accumulated AUC (Area Under the Curve) 4 between udem’s volume for time and % Antiinflamatory Activity. Oneway anova test result and LSD test (Least Significant Difference) with receiveable 95%. The result indicated that leaf of psidium guajava have antiinflamatory activity in 0,775g/kg weigt dose and 1,551g/kg weigt dose. Percentase of the antiinflammatory effect from psidium guajava are 47,18% for 0,775g/kg and 62,55% for 1,551g/kg Key word : antiinflamatory, etanol extract, leaves of psidium (Psidium guajava Linn. PENDAHULUAN Banyak jenis tanaman yang dapat tumbuh di Indonesia yang sebagian besar dapat digunakan sebagai sumber bahan obat alam dan telah banyak digunakan oleh masyarakat secara turun temurun untuk keperluan pengobatan guna mengatasi masalah kesehatan. Obat tradisional tersebut perlu diteliti dan dikembangkan sehingga dapat bermanfaat secara optimal untuk peningkatan kesehatan masyarakat (Tjokronegoro dan Baziad, 1992). Masyarakat luas beranggapan bahwa penggunaan obat tradisional lebih aman dibandingkan dengan obat kimia sehingga mereka lebih suka menggunakan obat tradisional untuk menyembuhkan penyakitnya. Walaupun demikian bukan berarti obat tradsional tidak memiliki efek samping yang merugikan, bila penggunaannya kurang tepat. Dan kurangnya informasi tentang obat tradisional oleh masyarakat merupakan salah satu kendala dalam penggunaan obat tradisional sehingga penggunaannya menjadi kurang optimal Inflamasi merupakan suatu gejala pada beberapa penyakit dan dirasa oleh banyak orang tidak nyaman. Obat modern yang biasa digunakan sebagai antiinflamasi adalah obat golongan AINS (Antiinflamasi Non Steroid) yang pada umumnya mempunyai efek samping tukak lambung, sehingga perlu dicari pengobatan alternatif untuk melawan dan mengendalikan rasa nyeri dan peradangan dengan efek samping yang relatif lebih kecil, misalnya obat yang berasal dari tumbuhan. Salah satu obat tradisional yang digunakan secara empiris sebagai antiinflamasi adalah tanaman jambu biji. Menurut Soedibyo (1998) bagian tanaman jambu biji yang dapat berkhasiat sebagai obat tradisional adalah daun dan buahnya. Daun jambu biji menurut resep obat tradisional dapat dimanfaatkan sebagai antiinflamasi, hemostatik dan astringensia. Buahnya dapat digunakan sebagai obat disentri dan kencing manis. 5 Penelitian Aisah (2004) menunjukkan bahwa infusa daun jambu biji mempunyai aktifitas sebagai antiinflamasi dengan persen daya antiinflamasi 40,08% pada dosis 5g/kgBB. Dari beberapa hasil skrining fitokimia tanaman jambu biji ditemukan senyawa tanin, minyak atsiri, flavonoid, saponin dan kemungkinan senyawa golongan arbutin (Yuniarti, 2007; Atmaja, 2007 dan Sumanti, 2003). Flavonoid dapat menghambat beberapa enzim antara lain : aldose reduktase, xantin oksidase, CA2+ ATPase, fosfodiesterase, lipooksigenase dan siklooksigenase (Narayana, 2001; Geissman, 1962), sehingga senyawa yang diduga mempunyai aktivitas sebagai antiinflamasi adalah flavonoid karena dapat menghambat enzim siklooksigenase yang berperan dalam terjadinya inflamasi. Flavonoid ini dapat diekstraksi dengan etanol 70% (Harborne, 1987; Anonim, 1979). Pelarut etanol dapat digunakan untuk menyari zat yang kepolaran relatif tinggi sampai relatif rendah, karena etanol merupakan pelarut universal, etanol tidak menyebabkan pembengkakan membran sel, dapat memperbaiki stabilitas bahan obat yang terlarut dan juga efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal (Voigt, 1994). Ekstrak etanol daun jambu biji ini didapatkan melalui maserasi yang merupakan metode penyarian yang cocok untuk senyawa yang tidak tahan pemanasan dengan suhu tinggi (Voigt, 1994). Sediaan infusa hanya dapat menyari zat-zat yang bersifat polar, penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang, oleh karena itu sari yang diperoleh tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1986). Kelemahan lainnya adalah menyebabkan pembengkakan sel sehingga bahan aktif akan terikat kuat pada simplisia. Sedangkan bentuk sediaan ekstrak selain dapat disimpan lebih lama juga dapat dipakai berulang. Etanol dapat menyari senyawa-senyawa yang tidak dapat tersari oleh air yaitu lemak, terpenoid, antrakinon, kumarin, flavonoid polimetil, resin, klorofil, isoflavon, alkaloid bebas, kurkumin dan fenol lain. Berdasarkan uraian inilah dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui manfaat daun jambu biji sebagai antiinflamasi dengan bentuk sediaan lain yaitu dengan ekstrak etanol 70% daun jambu biji dengan ekstraksinya menggunakan metode maserasi, karena maserasi merupakan metode penyarian yang cocok untuk senyawa yang tidak tahan pemanasan dengan suhu tinggi. Sehingga dengan 6 penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai manfaat ekstrak etanol daun jambu biji sebagai antiinflamasi. METODE PENELITIAN A. ALAT DAN BAHAN 1. Alat : timbangan, spuit injeksi (terumo), jarum oral, blender, pletismometer, ayakan no 4/18, pengukur waktu, kompor listrik, oven dan alat-alat gelas. 2. Bahan : a. Tanaman daun jambu biji yang masih muda berwarna hijau pupus, bebas dari hama, penyakit dan pengganggu lainnya. yang diambil pada bulan Juli 2007 dari desa Donoharjo Wonogiri. b. Bahan : karagenin tipe λ (Sigma Chemical Co), NaCl 0,9% (Otsuka), natrium diklofenak (Pharos), akuades (Ikapharmindo Putramas), etanol 70% (Teknis). c. Hewan uji : tikus putih jantan sehat galur Wistar umur 2-3 bulan dengan berat badan 150-200 g diperoleh dari Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. B. JALANNYA PENELITIAN 1. Determinasi tanaman Determinasi dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. 2. Pembuatan simplisia Daun jambu biji dibersihkan di bawah air mengalir, ditiriskan kemudian dikeringkan dengan oven suhu 450-500 C selama 2 hari. Bahan yang sudah kering diserbuk dengan menggunakan blender, serbuk diayak dengan ayakan no 4/18. 3. Pembuatan ekstrak etanol daun Jambu biji Serbuk ditimbang sebanyak 200 g, kemudian ditambah dengan larutan penyari 1500 ml, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya, sambil diaduk, disaring. Kemudian ampasnya diremaserasi, disaring sampai mendapatkan 100 bagian (2000 ml) dan dipindahkan ke dalam bejana tertutup. Maserat diuapkan secara tidak langsung pada suhu 600 C. 7 4. Pembuatan karagenin 1%. Ditimbang sejumlah 0,05 g karagenin kemudian dilarutkan dengan NaCl 0,9% sehingga didapat volume 5 ml. 5. Pembuatan radang Kaki tikus yang sudah ditandai sebatas mata kaki diinduksi karagenin 1% secara subplantar 6. Uji utama Dua puluh lima ekor hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok. Sebelum dilakukan uji semua tikus diaklimatisasi dan dipuasakan 18-24 jam. Perlakuan peroral dengan sediaan uji : kelompok I kontrol negatif akuades 2,5ml/200gBB, kelompok II kontrol positif natrium diklofenak 2,25mg/kgBB, kelompok III, IV dan V perlakuan ekstrak etanol berturut-turut dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB. Tiga puluh menit setelah perlakuan hewan uji diinduksi dengan 0,1 ml karagenin 1% secara subplantar. Volume udem kaki tikus diukur selama 6,5 jam setiap 0,5 jam. C. ANALISIS DATA Data yang diperoleh berupa kurva volume udem kaki tikus. Volume udem dihitung dengan rumus: (1) Vu = Vt – V0 Keterangan : Vu : Volume udem kaki tikus setiap waktu Vt : Volume kaki tikus setelah diradangkan karagenin 1% pada waktu t Vo : Volume awal kaki tikus sebelum diradangkan dengan karagenin 1% Dari data volume udem rata-rata tersebut dihitung nilai AUC (Area Under the Curve) dengan rumus: Vtn-1 + Vtn AUCtntn-1 = Keterangan : Vtn-1 : rata- rata volume udem pada tn-1 Vtn : rata-rata volume udem pada tn 2 ( tn-tn-1 ) (2) 8 Persentase penghambatan volume udem dihitung berdasarkan persen penurunan udem menggunakan rumus: AUCk - AUCp % DAI = X 100% (3) AUCk Keterangan : AUCk : AUC kurva volume udem rata-rata terhadap waktu untuk kontrol negatif AUCp : AUC kurva volume udem rata-rata terhadap waktu untuk kelompok perlakuan pada tiap individu. Dari data AUC kemudian dilakukan uji untuk mengetahui distribusi dari data dan homogenitas variannya dengan uji Kolmogorof-Smirnov dan uji Levene, apabila data terdistribusi normal dan homogen diuji anova satu jalan dengan taraf kepercayaan 95% dan dilanjutkan uji LSD (Least Significant Difference). Jika data tidak terdistribusi normal dan tidak homogen dilanjutkan uji Kruskall Wallis dan Mann-Whitney. Analisis data dikerjakan dengan program SPSS versi 14. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Determinasi tanaman Determinasi tanaman dimaksudkan untuk mengetahui kebenaran identitas dari tanaman jambu biji yang akan digunakan dalam penelitian ini. Hasil determinasi tanaman jambu biji adalah sebagai berikut : 1b, 2b, 3b, 4b, 6b, 7b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13b, 14b, 16a, 239b, 243b, 244b, 248b, 249b, 250a, 251b, 253b, 254b, 255b, 256b, 261b, 262b, 263b, 264b → Familia : Myrtaceae 1b, 2a → Genus : Psidium 1 → Species : Psidium guajava Linn. (van Steenis, 2003). 2. Hasil ekstraksi daun jambu biji Pemanenan daun jambu biji diperoleh berat basah 1160 g. Pengeringan menggunakan oven karena dengan lebih mudah, tidak memerlukan banyak tempat, alat dan suhunya dapat diatur. Berat simplisia kering yang diperoleh adalah 457g. Proses penguapan maserat menggunakan pemanasan tidak langsung di atas penangas air dengan menggunakan cawan porselin dengan suhu 600C. Ekstrak yang diperoleh sebesar 62,04 g, rendemen ekstrak yang didapatkan adalah 31,02% b/b. 9 3. Uji pendahuluan Uji pendahuluan yang dilakukan adalah orientasi dosis dan waktu pemberian natrium diklofenak dan ekstrak etanol daun jambu biji. Orientasi dosis untuk mengetahui dosis yang cukup untuk memberikan efek antiinflamasi pada kaki tikus putih jantan galur Wistar yang telah diinduksi 0,1 ml karagenin 1% dan orientasi waktu untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan zat untuk dapat mencapai kadar dalam darah yang cukup untuk memberikan efek. Data orientasi dosis natrium diklofenak dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan %Daya Antiinflamasi Kontrol Negatif Akuades 2,5ml/200gBB, Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB dan 6,25mg/kgBB 1 jam Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% Harga AUC (ml.jam) Kelompok Perlakuan %Daya Antiinflamasi (X ± SEM) Kontrol Negatif Akuades Natrum Diklofenak 2,25mg/kgBB Natrium Diklofenak 6,75mg/kgBB (X ± SEM) 1,54 ± 0,09 ─ 0,32 ± 0,01 79,46 ± 0,69 0,25 ± 0,08 83,86 ± 5,01 Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa %DAI meningkat dengan bertambahnya dosis. Hasil uji statistik didapat bahwa antara natrium diklofenak dosis 2,25mg/kgBB dan 6,75mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Sehingga ditetapkan dosis natrium diklofenak yang digunakan adalah dosis 2,25mg/kgBB. Volume UdemRata-rata (ml) Orientasi Dosis Na diklofenak 2,25mg/kgBB Tikus dan 6,75mg/kgBB Tikus 0.40 0.35 Kontrol negatif aquadest 0.30 0.25 Na diklofenak 2.25mg/kgBB tikus 0.20 0.15 Na diklofenak 6.75mg/kgBB tikus 0.10 0.05 0.00 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 Waktu (jam) Gambar 5. Gafik Rata-rata Volume Udem Orientasi Waktu Pemberian Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Dinduksi 0,1 ml Karagenin 1% 10 Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa waktu pemberian natrium diklofenak 2,25g/kgBB 1 jam sebelum induksi karagenin 1% mempunyai luas daerah dibawah kurvanya paling kecil yang artinya kemampuannya dalam menurunkan volume udem paling baik dari pada waktu pemberian setengah dan sesaat sebelum induksi. Tabel 2. Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan %Daya Antiinflamasi Kontrol Negatif Akuades 2,5ml/200gBB, Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% Kelompok Perlakuan Harga AUC (ml.jam) % Daya Antiinflamasi (X ± SEM) (X ± SEM) 1,54 ± 0,09 ─ 0,89± 0,12 42,33 ± 8,00 0,82 ± 0,18 46,68 ± 11,67 0,76 ± 0,18 50,58 ± 11,52 Kontrol Negatif Akuades Natrium Diklofenak 1 jam Sebelum Induksi Natrium Diklofenak 0,5 jam Sebelum Induksi Natrium Diklofenak Sesaat Sebelum Induksi Hasil uji analisis variasi perbedaan waktu pemberian natrium diklofenak 2,25mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Namun jika dilihat dari persen daya antiinflamasinya, natrium diklofenak 2,25mg/kgBB sesaat sebelum induksi memberikan %DAI yang paling besar, sehingga ditetapkan waktu pemberian natrium diklofenak 2,25mg/kgBB sesaat sebelum induksi. Data orientasi waktu pemberian natrium diklofenak 2,25mg/kgBB dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 3. Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan % Daya Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 0,775g/kgBB Tikus dan 1,551g/kgBB Tikus Yang Diberikan 1 jam Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% Kelompok Perlakuan Kontrol Negatif Akuades Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB Ekstrak jambu biji 0,775g/kgBB Ekstrak jambu biji 1,551g/kgBB Harga AUC (ml.jam) (X ± SEM) 1,54 ± 0,09 0,32 ± 0,01 0,56 ± 0,11 0,65 ± 0,07 %Daya Antiinflamasi (X ± SEM) ─ 79,46 ± 0,69 63,59 ± 6,89 65,61 ± 4,53 Hasil uji statistik didapat bahwa antara ekstrak etanol daun Jambu biji dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). 11 Sehingga ditetapkan dosis ekstrak etanol daun jambu biji yang digunakan adalah dosis 1,551g/kgBB. Data orientasi dosis ekstrak jambu biji dilihat pada Tabel 3. Dari grafik orientasi waktu pemberian ekstrak etanol daun Jambu biji pada setengah jam sebelum induksi karagenin 1% mempunyai kurva paling rendah yang berarti kemampuannya dalam menurunkan udem paling baik dibandingkan waktu pemberian 1 jam dan sesaat sebelum induksi. Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Volume Udem Rata-rata (ml) 0.40 Kontrol negatif aquadest 0.35 Kontrol positif Na diklofenak 2.25mg/kgBB tikus 0.30 0.25 Ekstrak etanol daun jambi biji 1jam sebelum karagenin 0.20 0.15 Ekstrak etanol daun jambi biji 0.5jam sebelum karagenin 0.10 Ekstrak etanol daun jambi biji sesaat sebelum karagenin 0.05 0.00 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 Waktu (jam) Gambar 6. Gafik Rata-rata Volume Udem Orientasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 1,551g/kgBB 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% Tabel 4. Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan % Daya Antiinflamasi Waktu Pemberian Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn.) Dosis 1,551g/kgBB dengan Waktu 1 jam, 0,5 jam dan Sesaat Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% Kelompok Perlakuan Harga AUC (ml.jam) (X ± SEM) % Daya Antiinflamasi (X ± SEM) Kontrol Negatif Akuades 1 jam Sebelum Induksi 0,5 jam Sebelum Induksi 1,54 ± 0,09 1,11 ± 0,16 0,95 ± 0,27 ─ 28,23 ± 10,20 38,76 ± 16,56 Sesaat Sebelum Induksi 1,22 ± 0,14 20,87 ± 9,13 Dari Tabel 4 diketahui bahwa waktu pemberian ekstrak etanol daun jambu biji pada 0,5 jam sebelum induksi mempunyai persen daya antiinflamasi paling besar. Dari hasil analisis statistik diketahui bahwa perbedaan waktu pemberian ekstrak etanol daun jambu biji menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05) antara kontrol negatif dan waktu pemberian 1 jam dan sesaat sebelum diinduksi karagenin 12 1%. Tetapi antara kontrol negatif dengan waktu pemberian 0,5 jam sebelum induksi menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05). Sehingga ditetapkan waktu pemberian ekstrak daun jambu biji pada 0,5 jam sebelum diinduksi karagenin 1%. 4. Uji utama daya antiinflamasi Uji dilakukan terhadap kaki tikus yang diinduksi senyawa iritan karagenin 1%, senyawa ini akan menyebabkan terjadinya cidera sel dengan dilepaskannya mediator nyeri yang mengawali terjadinya inflamasi. Bahan uji dapat dikatakan mempunyai efek antiinflamasi apabila mampu mengurangi volume udem setelah induksi. Pada uji ini menggunakan parameter AUC yaitu daerah di bawah kurva, AUC ini menunjukkan efek karena pada grafik tersebut terdapat daerah yang menunjukkan besarnya nilai antiinflamasi, semakin besar daerah di bawah kurva maka dapat dikatakan bahan uji dapat menghambat udem secara maksimal. Tabel 5. Volume Udem Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB Serta Ekstrak Etanol Daun Jambu biji (Psidium Guajava Linn.) Dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5jam Sebelum Diinduksi 0,1ml Karagenin 1% Kelompok I II III IV V Volume Udem (ml) Pada Jam ke 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 X 0,08 0,09 0,10 0,14 0,19 0,25 0,27 0,26 0,25 0,26 0,21 0,21 0,22 0,18 SEM 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,03 0,04 0,04 0,04 0,06 0,04 0,04 0,04 0,04 X 0,08 0,07 0,04 0,05 0,04 0,08 0,08 0,08 0,06 0,03 0,02 0,02 0,01 0,01 SEM 0,00 0,01 0,00 0,01 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 X 0,08 0,09 0,07 0,07 0,14 0,16 0,18 0,19 0,20 0,15 0,14 0,12 0,11 0,08 SEM 0,01 0,01 0,01 0,01 0,03 0,04 0,03 0,03 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 X 0,08 0,10 0,09 0,09 0,12 0,14 0,14 0,13 0,13 0,11 0,11 0,09 0,07 0,05 SEM 0,00 0,03 0,03 0,03 0,03 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 X 0,08 0,07 0,07 0,06 0,08 0,11 0,10 0,10 0,10 0,08 0,07 0,05 0,03 0,02 SEM 0,01 0,00 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 0,02 0,03 0,03 0,03 0,01 Keterangan : Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V : Kontrol negatif akuades : Kontrol positif natrium diklofenak 2,25mg/kgBB : Ekstrak etanol daun Jambu biji 0,388g/kgBB : Ekstrak etanol daun Jambu biji 0,775g/kgBB : Ekstrak etanol daun Jambu biji 1,551g/kgBB Dari Tabel 5 diketahui bahwa ekstrak jambu biji dosis 1,551g/kgBB menyebabkan penurunan volume udem yang paling besar dibanding ekstrak Jambu biji dosis 0,388g/kgBB dan 0,775g/kgBB. 13 Uji Daya antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji Volume Udem Rata-rata (ml) 0.30 0.25 Kontrol negatif aquadest 0.20 Kontrol positif Na diklofenak 2.25mg/kgBB tikus 0.15 0.10 Ekstrak etanol daun jambu biji 0.388g/kgBB tikus 0.05 Ekstrak etanol daun jambu biji 0.775g/kgBB tikus Ekstrak etanol daun jambu biji 1.551g/kgBB tikus 0.00 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 Waktu (jam ) Gambar 7. Gafik Rata-rata Volume Udem Kontrol Negatif, Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB, Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium Guajava Linn.) Dosis 0,388g/kgBB, 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5 jam Sebelum Induksi 0,1 ml Karagenin 1% Tabel 6. Data AUC Kurva Volume Udem Terhadap Waktu dan %DAI Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB, Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 0,388g/kgBB; 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB 0,5 jam Sebelum Diinduksi 0,1 ml Karagenin 1% Kelompok Perlakuan Kontrol Negatif Akuades Natrium Diklofenak 2,25mg/kgBB Ekstrak Jambu biji 0,388g/kgBB Ekstrak Jambu biji 0,775g/kgBB Ekstrak Jambu biji 1,551g/kgBB Harga AUC (ml.jam) %Daya Antiinflamasi (X ± SEM) (X ± SEM) 1,29 ± 0,18 0,31 ± 0,02 0,86 ± 0,11 0,68 ± 0,09 0,48 ± 0,06 ─ 75,96 ± 1,49 35,96 ± 10,43 47,18 ± 6,85 62,55 ± 4,88 Grafik volume rata-rata udem di atas menggambarkan bahwa pada perlakuan terjadi penurunan volume udem, sehingga ada kemungkinan bahwa ekstrak etanol daun jambu biji mempunyai efek sebagai antiinflamasi. Tabel 7. Data Hasil Uji Statistik AUC Kontrol Negatif Akuades, Kontrol Positif Natrium Diklofenak 2,25mg/Kg BB Tikus, Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji (Psidium guajava Linn.) Dosis 0,388g/Kgbb, 0,775g/Kgbb dan 1,551g/Kgbb 0,5jam Sebelum Diinduksi 0,1ml Karagenin 1% Kelompok Natrium Akuades Perlakuan Diklofenak Akuades Natrium diklofenak *0,000 Ekstrak 0,388g/kgBB 0,075 *0,000 Ekstrak 0,775g/kgBB *0,004 *0,021 Ekstrak 1,551g/kgBB *0,000 *0,004 Keterangan : * berbeda bermakna (p<0,05) Ekstrak 0,388g/kgBB Ekstrak 0,775g/kgBB 0,192 *0,002 0,044 14 Pada uji statistik distribusi datanya normal tetapi tidak homogen sehingga ditransformasi dengan bentuk seper_squartauc, hasilnya data terdistribusi normal dan homogen dengan nilai p=0,000 yang berarti paling tidak terdapat perbedaan AUC secara bermakna pada 2 kelompok. Pada uji LSD dosis 0,388g/kgBB menunjukkan tidak berbeda bermakna dengan kontrol negatif, tetapi dosis 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB berbeda bermakna dengan kontrol negatif (p<0,05), Sehingga diketahui bahwa ekstrak etanol daun jambu biji 0,5 jam sebelum iinduksi mempunyai efek antiinflamasi pada dosis 0,775g/kgBB. Jika dilihat dari harga AUC dan %DAI ekstrak etanol dosis 1,551g/kgBB mempunyai %DAI paling besar dibanding ekstrak etanol daun jambu biji dosis 0,388g/kgBB dan 0,775g/kgBB yaitu 62,55%. Mekanisme efek antiinflamasi ekstrak etanol daun jambu biji ini kemungkinan karena kemampuan untuk menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase. Kemampuan penghambatan ini diduga karena flavonoid yang tersari dalam ekstrak etanol daun jambu biji, flavonoid secara umum mempunyai kemampuan menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase. Besarnya daya antiinflamasi pada ekstak etanol daun jambu biji lebih baik jika dibandingkan dengan infusa daun jambu biji yang mungkin dikarenakan flavonoidnya lebih terlarut dalam etanol 70% dibandingkan dengan air. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) mempunyai efek antiinflamasi pada tikus putih jantan galur Wistar yang diinduksi 0,1ml karagenin 1% dimulai pada dosis 0,775g/kgBB dan dosis 1,551g/kgBB. Persen daya antiinflamasi daun jambu biji 0,775g/kgBB dan 1,551g/kgBB berturut-turut adalah 47,18% dan 62,55%. SARAN Perlu dilakukan penelitian tentang efek antiinflamasi daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) dengan menggunakan larutan penyari yang lain. UCAPAN TERIMA KASIH Bapak Arief Rahman Hakim, M.Si., Apt selaku pembimbing I dan Ibu Arifah Sri Wahyuni, S.Si., Apt selaku pembimbing II terima kasih atas bimbingan dan saran yang diberikan selama penyususnan skripsi ini 15 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, xxx, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 8-10, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Aisah, N., 2004, Efek Antiinflamasi Infusa Daun Jambu biji (Psidium guajava Linn.) (Psidium Guajava L.) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. Atmaja, N. D., 2007, Aktivitas Antioksidan Fraksi Eter dan Air Ekstrak Metanolik Daun Jambu biji (Psidium guajava Linn.) terhadap Radikal Bebas 1,1-difenil 2pikrilhidrazil (DPPH), Skripsi, Fakultas Farmasi, USB, Surakarta. Geisman, R. Z., 1976, The Chemistry of Flavonoid Compound, 584, The Mac Million Company, New York. Harbone, J. B., 1987, Metode Fitokimia; Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, diterjemahkan oleh Padmawinata, K., 70, ITB, Bandung. Narayana, K.R.,Reddy, M.R, Chaluvadi, M.R., 2001, Bioflavonoids Classification, sPharmacological, Biochemical Effects and Therapeutic Potential, Indian Journal Pharmacology, (online), hal 2-16, (http://medind.nic.in/ibi/t01/i1/ibit01i1p2.pdf, diakses tanggal 15 April 2007). Soedibyo, M., 1998, Atlas Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, 160-162, Balai Pustaka, Jakarta. Sumanti, R., 2003, Uji Aktivitas Antifungi Infusa Daun Jambu biji (Psidium guajava Linn.) terhadap Candida albicans serta Profil KLT, Skripsi, Fakultas Farmasi, UAD, Yogyakarta. Tjokronegoro, A., dan Baziad, A., 1992, Etik Penelitian Obat Tradisional, 27, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. Van Steenis, C. G. G. J., 1947, Flora untuk sekolah, diterjemahkan oleh Surjowinoto, M., Jurusan Botani Universitas Gadjah Mada, 34-69, 315-316, Pradnya Paramita, Jakarta. Voigt, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahkan Noerono, S., edisi V, 551-564, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.